Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan dan Perbandingannya Dengan Jamu "D".
iv ABSTRAK
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) TERHADAP
PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DI INDUKSI ALOKSAN DAN
PERBANDINGANNYA DENGAN JAMU “D”
Emmanuel, 2009. Pembimbing : Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang berdampak serius terhadap kesehatan, kualitas dan harapan hidup. Angsana merupakan salah satu tanaman yang dipercaya berkhasiat dapat mengobati DM.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) terhadap penurunan kadar glukosa darah (KGD) mencit yang diinduksi aloksan dan potensinya dibandingkan terhadap Jamu “D”.
Penelitian bersifat prospektif eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) komparatif pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan uji diabetes aloksan. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok (n=5). Semua kelompok mendapat perlakuan selama 7 hari, yaitu : EEDA dosis 1,95 dan 3,9 mg/kgBB mencit, kontrol (CMC 1 %), Glibenklamid dosis 0,65 mg/kgBB mencit sebagai pembanding, Jamu “D” 19,5 mg/kgBB mencit, kemudian diperiksa KGD puasanya.
Data dianalisis secara statistik dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD (α = 0,05).
Hasil persentase penurunan KGD setelah perlakuan EEDA dosis 1,95 mg/kgBB, EEDA dosis 3,9 mg/kgBB, CMC 1%, Glibenklamid 0,65 mg/kgBB, Jamu “D” 19,5 mg/kgBB berturut-turut 7,2%, 6,4%,-11,8%, 43,8%, dan 40,2%.
Kelompok EEDA dosis 1,95 dan 3,9 mg/kgBB bila dibandingkan dengan kontrol, Glibenklamid, dan Jamu “D” tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan (p> 0.05),
Kesimpulannya EEDA dosis 1,95 dan 3,9 mg/kgBB tidak dapat menurunkan KGD namun memiliki potensi setara dengan Jamu “D”.
(2)
v
Emmanuel, 2009, 1st Tutor : Sugiarto Puradisastra, dr.,M.Kes
Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic chronic disease that can seriously affects the health, quality, and life expectancy. Pterocarpus indicus is one of the plants that is believed to be a treatment for DM.
The aim of this research is to figure out the effect of ethanolic extract of Pterocarpus indicus folium (EEPIF) to reduce blood glucose on mice which induced by alloxan and its potential compared with “D” Herbs.
This experiment based on the experimental perspective method using complete randomized design (RAL) using male Swiss Webster mice which had been induced by alloxan. The blood glucose examined after two weeks, then the mice was devided randomly into 5 groups and were given treatment until 7 days (EEPIF dosage 1,95 and 3,9 mg/KgBW, control (CMC 1 %), Glibenklamid dosage 0,65 mg/KgBW, and “D” Herbs dosage 19,5 mg/KgBW)
The results were analyzed with oneway ANAVA and proceeded with test Tukey HSD (α = 0,05).
The result of the percentage of blood glucose reduction after being given treatment EEPIF dosage 1,95 and 3,9 mg/KgBW, control (CMC 1 %), Glibenklamid dosage 0,65 mg/KgBW, and “D” Herbs dosage 19,5 mg/KgBW were 7,2%, 6,4%,-11,8%, 43,8%, and 40,2%.
The groups of EEPIF dosage 1,95and 3,9 mg/KgBW comparing with control, Glibenklamid, and “D” Herbs, didn’t show significantly differences.
At its conclusion EEPIF dosage 1,95 and 3,9 mg/KgBW couldn’t reduce the amount of blood glucose but have the equivalen potention with “D” Herbs.
(3)
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR GRAFIK... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Identifikasi Masalah ...2
1.3 Maksud dan Tujuan ...2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah...3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ...4
1.5.1 Kerangka Pemikiran...4
1.5.2 Hipotesis Penelitian ...5
1.6 Metodologi...5
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pankreas...6
2.1.1 Anatomi Pankreas ...6
2.1.2 Fisiologi Pankreas...7
2.2 Kimia Insulin...9
2.3. Diabetes Mellitus...10
2.3.1 Definisi Diabetes Mellitus ...10
2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus ...11
2.3.3 Patofisiologi ...14
2.3.4 Manifestasi Klinis...15
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang dan Penegakkan Diagnosis...17
2.3.6 Komplikasi ...19
2.3.7 Penatalaksanaan Medis ...20
2.4 Angsana ...24
(4)
2.4.2 Morfologi dan Bentuk...24
2.4.3 Kandungan Kimia ...25
2.4.3 Manfaat dan Kegunaan ...25
2.5 Radikal Bebas Pada Diabetes Mellitus ...25
2.6 Flavonoid dan Polifenol...26
2.7 Aloksan ...26
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan...28
3.1.1 Alat-alat...28
3.1.2 Bahan-bahan...28
3.2 Metode Penelitian...29
3.3.1 Metoda Penarikan Sampel...29
3.3.2 Desain Penelitian ...29
3.3.3 Variabel Penelitian...30
3.3 Prosedur Kerja ...30
3.3.1 Persiapan Hewan Coba ...30
3.3.2 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Percobaan...31
3.4 Metode Analis ...31
3.5 Hipotesis Statistik ...31
3.5.1 Sesudah Induksi Aloksan ...31
3.5.2 Sesudah Perlakuan...31
3.6 Kriteria Uji ...32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan...33
4.1.1 Hasil Penelitian Sesudah Induksi Aloksan ...33
4.1.2 Hasil Penelitian Sesudah Perlakuan ...35
4.2 Pembahasan...38
4.3 Uji Hipotesis ...41
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...42
5.2 Saran ...42
DAFTAR PUSTAKA ...43
LAMPIRAN ...47
RIWAYAT HIDUP ...57
(5)
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM ...19 Tabel 4.1 Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi Aloksan. ...33 Tabel 4.2 Hasil Tes Homogenitas Levence Statistic Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi Aloksan...34 Tabel 4.3 Hasil ANAVA Persentase Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi
Aloksan ...34 Tabel 4.4 Penurunan dan Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Sesudah
Perlakuan...35 Tabel 4.5 Hasil ANAVA Rata-rata Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
Sesudah Perlakuan...36 Tabel 4.6 Hasil Uji Tukey HSD Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ...7
Gambar 2.2 Pulau Langerhans Dalam Kelenjar Pankreas ...9
Gambar 2.3 Struktur Kimia Insulin ...10
Gambar 2.4 Daun Angsana ...26
(7)
xii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Rata-rata Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Hasil Perhitungan Dosis ...47 LAMPIRAN 2 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan
Sesudah Perlakuan ...47 LAMPIRAN 3 Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus)
(9)
47 LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Perhitungan Dosis
Dosis Aloksan:
• Dosis aloksan pada tikus: 120 mg/KgBB (Arlani, 2005) • Faktor konversi dari tikus ke mencit: 0,14
Untuk tikus 200 gram = 200/1000 x 120 = 24 mg/tikus Untuk mencit 20 gram = 24 mg x 0,14
= 3,36 mg/mencit Untuk 1 KgBB mencit = 1000/20 x 3,36 mg
= 168 mg/KgBB mencit • Rata-rata BB mencit: 34 gram
Untuk mencit 34 gram = 30/20 x 3,36 = 5,04 mg
Volume maksimal dosis intravena mencit: 0,1 ml = 5,04 mg/0.1 ml
= 50,4 mg/ml
Dosis Glibenklamid:
• Dosis glibenklamid untuk manusia 70 Kg: 5 mg • Faktor konversi dosis manusia ke mencit: 0,0026
Untuk mencit 20 gram = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 1000/20 x 0,013mg = 0,65 mg/KgBB mencit • Rata-rata BB mencit: 30 gram
Untuk mencit 30 gram = 30/20 x 0,65 = 0.975 mg
(10)
Dosis Jamu "D":
• Dosis Jamu "D" untuk manusia: 500mg x 3 kapsul = 1500 mg • Faktor konversi dosis manusia ke mencit: 0,0026
Untuk mencit 20 gram = 1500 mg x 0.0026 = 3,9 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 1000/20 x 3,9 mg = 195 mg/KgBB mencit • Rata-rata BB mencit: 30 gram
Untuk mencit 30 gram = 30/20 x 3,9 = 5,85 mg
Dosis Ekstrak Etanol Daun Angsana:
Setiap kapsul mengandung 500 mg ekstrak kering beberapa herba yang terbuat dari 500 mg beberapa herba kering. (ekstrak : herba kering = 1:1)
• Persentase Angsana dalam Jamu "D": 20% • Dosis Angsana dalam Jamu "D" untuk manusia:
= 20/100 x 1500 mg = 300 mg
• Faktor konversi dosis manusia ke mencit: 0,0026 Untuk mencit 20 gram = 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 1000/20 x 0,78 mg
= 39 mg/KgBB mencit (dosis 2)
Dosis 1 = 0,78 mg : 2 = 0,39 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 19,5 mg/KgBB mencit (dosis 1) Rata-rata BB mencit: 34 gram
Untuk mencit 34 gram = 34/ 20 x 0,39 = 0,663 mg
Dosis Ekstrak Etanol Daun Angsana dosis 1 yang diberikan untuk mencit 34 gram adalah 0,663 mg/0,5 cc.
(11)
49
Dosis 2 = 0,78 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 1000/20 x 0,78 mg = 39 mg/KgBB mencit Rata-rata BB mencit: 34 gram
Untuk mencit 34 gram = 34/ 20 x 0,78 = 1, 326 mg
Dosis Ekstrak Etanol Daun Angsana dosis 2 yang diberikan untuk mencit 34 gram adalah 1,326 mg/0,5 cc.
Dosis 3 = 0,78 mg x 2 = 1,56 mg
Untuk 1 KgBB mencit = 78 mg/KgBB mencit (dosis 3) Untuk mencit 34 gram = 34/ 20 x1,56
= 2,625 mg
Dosis Ekstrak Etanol Daun Angsana dosis 3 yang diberikan untuk mencit 34 gram adalah 2,625 mg/0,5 cc.
(12)
Lampiran 2
Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi dan Sesudah Perlakuan
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/%) Kelompok
Perlakuan
(n=5) Setelah Induksi Aloksan Setelah Perlakuan
I 155 142 135 129 131 163 126 140 71 146 II 168 174 159 192 177 103 177 164 170 199 III 169 178 251 158 177 160 187 213 174 231 IV 127 158 179 211 220 55 93 120 66 180 V 210 177 152 173 195 67 130 86 96 161
(13)
51
Lampiran 3
Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit
Oneway
A. Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi
Descriptives
95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std.
Error Lower
Bound
Upper Bound
Min Max
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 5 138.40 10.526 4.707 125.33 151.47 129 155
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 5 174.00 12.186 5.450 158.87 189.13 159 192
K (Kontrol) 5 186.60 36.882 16.494 140.80 232.40 158 251
G (Glibenklamid) 5 179.00 38.243 17.103 131.52 226.48 127 220
D (Diabmeneer) 5 184.60 25.481 11.396 152.96 216.24 152 211
Total 25 172.52 30.746 6.149 159.83 185.21 127 251
ANOVA
Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 7762.640 4 1940.660 2.600 .067
Within Groups 14925.600 20 746.280
Total 22688.240 24
Homogeneous Subsets
Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi
Tukey HSD
N Subset for alpha = .05 Perlakuan
1 P1 (Pterocarpus indica dosis 1) 5 138.40 P2 (Pterocarpus indica dosis 2) 5 174.00
G (Glibenklamid) 5 179.00
D (Diabmeneer) 5 184.60
K (Kontrol) 5 186.60
Sig. .075
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
(14)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi Tukey HSD
95% Confidence Interval (I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig. Lower
Bound
Upper Bound P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) -35.600 17.277 .275 -87.30 16.10
K (Kontrol)
-48.200 17.277 .075 -99.90 3.50
G
(Glibenklamid) -40.600 17.277 .171 -92.30 11.10
P1 (Pterocarpus indica dosis 1)
D
(Diabmeneer) -46.200 17.277 .094 -97.90 5.50
P2 (Pterocarpus indica dosis 2)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 35.600 17.277 .275 -16.10 87.30
K (Kontrol)
-12.600 17.277 .947 -64.30 39.10
G
(Glibenklamid) -5.000 17.277 .998 -56.70 46.70
D
(Diabmeneer) -10.600 17.277 .971 -62.30 41.10
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 48.200 17.277 .075 -3.50 99.90
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 12.600 17.277 .947 -39.10 64.30
G
(Glibenklamid) 7.600 17.277 .992 -44.10 59.30
K (Kontrol)
D
(Diabmeneer) 2.000 17.277 1.000 -49.70 53.70
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 40.600 17.277 .171 -11.10 92.30
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 5.000 17.277 .998 -46.70 56.70
K (Kontrol) -7.600 17.277 .992 -59.30 44.10
G
(Glibenklamid)
D
(Diabmeneer) -5.600 17.277 .997 -57.30 46.10
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 46.200 17.277 .094 -5.50 97.90
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 10.600 17.277 .971 -41.10 62.30
K (Kontrol) -2.000 17.277 1.000 -53.70 49.70
D
(Diabmeneer)
G
(15)
53
Oneway
B. Kadar Glukosa Darah Sesudah 7 Hari Perlakuan
Descriptives
Kadar gula darah setelah perlakuan
ANOVA
Kadar gula darah setelah perlakuan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 29201.840 4 7300.460 5.034 .006
Within Groups 29002.800 20 1450.140
Total 58204.640 24
Homogeneous Subsets
Kadar gula darah setelah perlakuan
Tukey HSD
Subset for alpha = .05 Kelompok perlakuan
N
1 2
D (Diabmeneer) 5 102.80
G (Glibenklamid) 5 108.00
P1 (Pterocarpus indica dosis 1) 5 129.20 129.20
P2 (Pterocarpus indica dosis 2) 5 162.60 162.60
K (Kontrol) 5 193.00
Sig. .135 .099
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error Lower
Bound
Upper Bound
Min Max
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 5 129.20 35.138 15.714 85.57 172.83 71 163
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 5 162.60 35.851 16.033 118.09 207.11 103 199
K (Kontrol) 5 193.00 28.853 12.903 157.17 228.83 160 231
D (Diabmeneer) 5 102.80 49.977 22.350 40.75 164.85 55 180
G (Glibenklamid) 5 108.00 37.423 16.736 61.53 154.47 67 161
(16)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar gula darah setelah perlakuan Tukey HSD
* The mean difference is significant at the .05 level. (I) Kelompok perlakuan (J) Kelompok perlakuan Mean Difference (I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound P1 (Pterocarpus
indica dosis 1)
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) -33.400 24.084 .643 -105.47 38.67
K (Kontrol)
-63.800 24.084 .099 -135.87 8.27
D (Diabmeneer) 26.400 24.084 .806 -45.67 98.47
G (Glibenklamid) 21.200 24.084 .901 -50.87 93.27
P2 (Pterocarpus indica dosis 2)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 33.400 24.084 .643 -38.67 105.47
K (Kontrol)
-30.400 24.084 .716 -102.47 41.67
D (Diabmeneer) 59.800 24.084 .135 -12.27 131.87
G (Glibenklamid) 54.600 24.084 .197 -17.47 126.67
K (Kontrol) P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 63.800 24.084 .099 -8.27 135.87
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 30.400 24.084 .716 -41.67 102.47
D (Diabmeneer)
90.200(*) 24.084 .010 18.13 162.27
G (Glibenklamid)
85.000(*) 24.084 .016 12.93 157.07
D (Diabmeneer) P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) -26.400 24.084 .806 -98.47 45.67
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) -59.800 24.084 .135 -131.87 12.27
K (Kontrol) -90.200(*) 24.084 .010 -162.27 -18.13
G (Glibenklamid)
-5.200 24.084 .999 -77.27 66.87
G
(Glibenklamid)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) -21.200 24.084 .901 -93.27 50.87
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) -54.600 24.084 .197 -126.67 17.47
K (Kontrol) -85.000(*) 24.084 .016 -157.07 -12.93
(17)
55
Oneway
C. Persenatase Penurunan Glukosa Darah
Descriptives
Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error Lower
Bound
Upper Bound
Min Max
P1
(Pterocarpus indica dosis 1)
5 7.20 22.632 10.121 -20.90 35.30 -11 45
P2
(Pterocarpus indica dosis 2)
5 6.40 19.476 8.710 -17.78 30.58 -12 38
K (Kontrol) 5 -11.80 30.720 13.738 -49.94 26.34 -64 15
G
(Glibenklamid) 5 43.80 19.867 8.885 19.13 68.47 18 69
D
(Diabmeneer) 5 40.20 19.829 8.868 15.58 64.82 17 69
Total 25 17.16 30.251 6.050 4.67 29.65 -64 69
ANOVA
Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 11470.960 4 2867.740 5.466 .004
Within Groups 10492.400 20 524.620
Total 21963.360 24
Homogeneous Subsets
Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Tukey HSD
Subset for alpha = .05
Perlakuan N
1 2
K (Kontrol) 5 -11.80
P2 (Pterocarpus indica dosis 2) 5 6.40 6.40
P1 (Pterocarpus indica dosis 1) 5 7.20 7.20
D (Diabmeneer) 5 40.20
G (Glibenklamid) 5 43.80
Sig. .687 .112
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
(18)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persentasepenurunan Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean
Difference (I-J)
Std.
Error Sig. Lower
Bound
Upper Bound P1
(Pterocarpus indica dosis 1)
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) .800 14.486 1.000 -42.55 44.15
K (Kontrol)
19.000 14.486 .687 -24.35 62.35
G (Glibenklamid) -36.600 14.486 .124 -79.95 6.75
D (Diabmeneer) -33.000 14.486 .193 -76.35 10.35
P2
(Pterocarpus indica dosis 2)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) -.800 14.486 1.000 -44.15 42.55
K (Kontrol)
18.200 14.486 .720 -25.15 61.55
G (Glibenklamid) -37.400 14.486 .112 -80.75 5.95
D (Diabmeneer) -33.800 14.486 .176 -77.15 9.55
K (Kontrol) P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) -19.000 14.486 .687 -62.35 24.35
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) -18.200 14.486 .720 -61.55 25.15
G (Glibenklamid)
-55.600(*) 14.486 .008 -98.95 -12.25
D (Diabmeneer)
-52.000(*) 14.486 .014 -95.35 -8.65
G
(Glibenklamid)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 36.600 14.486 .124 -6.75 79.95
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 37.400 14.486 .112 -5.95 80.75
K (Kontrol) 55.600(*) 14.486 .008 12.25 98.95
D (Diabmeneer)
3.600 14.486 .999 -39.75 46.95
D
(Diabmeneer)
P1 (Pterocarpus
indica dosis 1) 33.000 14.486 .193 -10.35 76.35
P2 (Pterocarpus
indica dosis 2) 33.800 14.486 .176 -9.55 77.15
K (Kontrol) 52.000(*) 14.486 .014 8.65 95.35
G (Glibenklamid) -3.600 14.486 .999 -46.95 39.75
(19)
57
RIWAYAT HIDUP
Nama : Emmanuel
NRP : 0510123
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 18 April 1987
Alamat : Babakan Jeruk III no. 41, Bandung 40163 Riwayat Pendidikan :
TKK Trimulia Bandung, 1994 SDK Trimulia Bandung, 1999
SLTP BPK 1 Penabur Bandung, 2002 SMUK 1 BPK Penabur Bandung, 2005
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung angkatan 2005
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolisme yang memiliki
tingkat prevalensi sangat tinggi di dunia. Prevalensi DM di Amerika Serikat diduga mencapai 10 juta kasus dan merupakan penyebab kematian ketiga (Schteingart, 2006).
Data WHO menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-5 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2000 terdapat sekitar 8,426,000 jiwa penduduk Indonesia yang mengidap DM dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 21,257,000 jiwa (WHO, 2008).
DM dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti: mikroangiopati yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot serta kulit (Schteingart, 2006). Pengurangan aliran darah ke kulit dapat menyebabkan terjadinya ulkus (borok) dan penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi (Pangestu, 2007), sedangkan makroangiopati menyebabkan arteriosklerosis yang berujung pada infark miokardium (Schteingart, 2006)
DM adalah penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup (PERKENI, 2006) sehingga dampak ekonomi pada penderita terlihat jelas akibat biaya pengobatan jangka panjang di samping konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi yang terjadi (Schteingart, 2006). Obat-obatan DM yang digunakan sering menimbulkan berbagai efek samping yakni: hipoglikemik pada pemberian terapi insulin dan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), terutama untuk golongan Sulfonilurea dan Glinid (PERKENI, 2006; Widayanto, 2008). Metformin, OHO golongan Biguanid, dibuktikan berhubungan dengan diare, mual dan asidosis laktat (PERKENI, 2006). Pioglitazone, golongan thiazolidindion, menimbulkan
(21)
2
efek samping berupa hepatotoksik (MedicineNet, 2008), serta menimbulkan edema (PERKENI, 2006). Acarbose jarang memberikan efek samping hipoglikemia, namun sering menyebabkan kembung (PERKENI, 2006).
Hal-hal di atas menyebabkan masyarakat memilih untuk menggunakan obat-obatan tradisional yang umumnya berasal dari tanaman obat dengan efek samping yang kecil, serta lebih terjangkau secara ekonomis.
Jamu telah lama dikenal di Indonesia sebelum farmakologi modern masuk dan sekitar 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan Jamu. Di Indonesia, jamu adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan (JamuIboe, 2007; Nyonya Meneer, 2007).
Bahan-bahan jamu diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Nyonya Meneer, 2007), dan untuk pengobatan DM contohnya adalah : Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) sambiloto, mengkudu, brotowali, kacang buncis, dan lain-lain.
Angsana merupakan salah satu tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam komposisi Jamu “D” yang sudah beredar di pasaran dan diduga berkhasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah (KGD), oleh karena itu penulis tertarik untuk menilai dan meneliti khasiat Angsana dalam menurunkan KGD secara ilmiah.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) dapat menurunkan KGD pada mencit yang diinduksi aloksan.
2. Bagaimana potensi EEDA dalam menurunkan KGD bila dibandingkan dengan Jamu “D”.
(22)
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud : Mengembangkan pengobatan tradisional sehingga Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk menurunkan KGD.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh EEDA terhadap penurunan KGD dan untuk membandingkan potensi EEDA dengan Jamu “D” dalam menurunkan KGD.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
• Manfaat akademis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai farmakologi tanaman obat Indonesia, khususnya mengenai efek anti diabetik Angsana terhadap penurunan KGD.
• Manfaat praktis :
Dapat menjadi landasan pengembangan pengobatan tradisional yang menggunakan bahan alam yang banyak terdapat di Indonesia sehingga dapat digunakan masyarakat sebagai pengobatan alternatif terhadap DM.
(23)
4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
DM merupakan sekumpulan sindrom yang dikarakterisasi oleh keadaan hiperglikemik, kelainan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, serta memiliki resiko komplikasi gangguan vaskuler yang sangat tinggi (Davis, 2006).
DM dapat disebabkan antara lain karena kekurangan insulin baik absolut ataupun realtif, proses autoimun, genetik, obesitas, obat-obatan atau bahan kimia seperti Aloksan, thiazides, streptozotocin, dan lain-lain (Blackshear, 1992).
Aloksan yang diberikan akan menyebabkan kerusakan sel beta pankreas pulau Langerhans yang fungsinya menghasilkan insulin, sehingga terjadi hiperglikemik. Di dalam pulau Langerhans, aloksan akan direduksi menjadi
dialuric acid. Proses ini juga melibatkan protein thioredoxin yang dibutuhkan
dalam sintesa insulin sehingga akhirnya menghasilkan radikal oksida dan hidroksil yang bertindak sebagai radikal bebas yang menyebabkan kerusakan membran dan kematian sel (Halliwel, 1991).
Jamu “D“ sebagai salah satu obat alternatif dalam menurunkan KGD terdiri dari beberapa herba kering tumbuhan tradisional, yaitu : Angsana ((Pterocarpus
indicus Willd.), Pare (Momordicae charantia), Sambiloto (Andrographidis paniculata), dan Buncis (Phaseolus vulgaris).
Diduga kombinasi keempat kandungan herba kering dalam Jamu D dapat menurunkan KGD lebih baik daripada dosis tunggal Angsana.
Daun Angsana (Pterocarpus indica) memiliki kandungan kimia antara lain:
Flavonoid dan Polifenol (Depkes, 2008).
Di dalam tubuh, Flavonoid dan Polifenol merupakan antioksidan yang dapat mengurangi oxidatif stress, menangkap radikal bebas singlet oxygen, peroxynitrite and hydrogen peroxid dan memberikan kesempatan kepada sel-sel beta
Langerhans pankreas untuk beregenarasi (Buhler, 2000; Wikipedia, 2007),
sehingga KGD dapat menurun.
(24)
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah.
2. Potensi Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) lebih rendah dari Jamu “D“ dalam menurunkan kadar glukosa darah.
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan adalah penelitian prospektif eksperimental sungguhan bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah kadar glukosa darah setelah diinduksi aloksan dalam mg/dl (milligram per desiliter)
Analisis data dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dan α = 0,05 dengan menggunakan program komputer.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : 1. Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
2. PPIK (Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
(25)
(26)
42
1. Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) tidak efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah secara statistik.
2. Walaupun demikian Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah yang setara dengan Jamu “D” .
5.2Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti :
1.Penggunaan Angsana dianjurkan tidak diberikan secara terpisah sebagai Obat Anti Diabetes (OAD)
2.Penelitian lebih lanjut tentang variasi dosis Angsana yang efektif menurunkan kadar glukosa darah.
3. Penelitian mengenai kadar zat aktif yang terkandung dalam daun Aggsana. 4.Penelitian penurunan kadar glukosa darah menggunakan Infusa Daun Angsana. 5.Penggunaan batang, kulit kayu dan akan Angsana yang mengandung anti oksidan lebih spesifik yang sudah teruji secara klinis seperti Isoliquiritigenin, Pterostilben, dan Pterocarpin.
6.Pengujian toksisitas Angsana dan Jamu “D”
7.Penelitian menggunakan Pterocarpus marsupium yang sudah teruji secara klinis dalam menurunakan kadar glukosa darah.
(27)
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. www.theholisticcare.com. 4 Maret 2008.
Anonymus. http://bio.fiu.edu/trees/common_names.html. 17 April 2008.
Blackshear, Y.J. 1992. Endocrinology, Metabolism, and Genetics-Type II Diabetes Mellitus. In W.N.Kelly, V.T.DeVita: Textbook of Internal Medicine. 2nd edition. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins. p. 2025.
Buhler, D.R. 2000. Antioxidant Activities of Flavonoids.
http://lpi.oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html. 28 Agustus 2008
Davis, S.N. 2006. Insulin, Oral Hypoglycemic Agents, And The Pharmacology of The Endocrine Pancreas. In J.F.Shanahan, J.Foltin, K.Edmonson, R.Y. Brown: Goodman
& Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th edition. New York:
McGraw Hill. p. 1619.
DepKes. 2008.Tanaman Obat.
http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1244.pdf. 26Agustus 2008.
Ecarma Health Options. 2004. Pterocarpus indicux, Willd. http://ecarma.net.research.html. 6 Desember 2008.
Endotext. 2004. Insulin.
http://www.endotext.org/diabetes/diabetes3_new/diabetes3.htm 28 Oktober 2008.
Foster, D.W. 2000. Endokrinologi dan Metabolisme-Diabetes Mellitus. Dalam K.J.Isselbacher: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Edisi 5. Jakarta : EGC.Hal. 2196-2201.
Granner, D.K. 2003. Hormon Pancreas & Traktus Gastrointestinal. Dalam R.K Murray, D.K Granner, P.A Mayes, V.W. Rodwell: Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC. Hal. 581-7.
Guyton & Hall. 1997. Insulin, glukoagon, dan diabetes mellitus. Dalam Buku ajar
fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Hal. 581-590.
Halliwel B., Gutteridge M.C. 1991. Free radical and toxicology. In Free radical in
(28)
Healtypalace. 2009. Diabetes Mellitus.
http://healtypalace.wordpress.com/2009/01/16/diabetes-mellitus/. 7 Desember 2008.
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=271. 3 Desember 2008.
Journal of Sport Science & Medicine. 2002. Diabetes, Oxidative Stress and Physical
Exercise.
http://www.jssm.org.vol1/v1-1text.php. 6 Desember 2008.
KalbeMedicalPortal. 2008. Pioglitazone Menimbulkan Efek Samping.
http://www.kalbefarma.com/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19504.5 November.
Kemas Ali Hanafiah. 1991. Rancangan percobaan, teori dan aplikasi. Jakarta : Rajawali Press.
Manaf, Asman. 2006. Insulin : Mekanisme Sekeresi dan Aspek Metabolisme. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1890-1.
Mardiati, Ratna. 2000. Pancreas dan Insulin. Dalam Buku Kuliah Faal Endokrin. Edisi 1. Jakarta : CV. AGUNG SETO. Hal. 41-2.
Masdanang. 2008. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus. http://masdanang.co.cc/?p=7. 4 November 2008.
MedicineNet. 2008. Pioglitazone.
http://www.medicinenet.com/pioglitazone/article.htm. 5 November 2008.
Nyonya Meneer. 2007. Sejarah Jamu.
http://www.nyonyameneer.com/indonesia/tentang-jamu.php. 26 Agustus 2008.
Pangestu. 2007. Diabetes Mellitus, The Silent Killer.
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=4839. 18 November 2008.
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: PB PERKENI.
PT. Jamu Iboe Jaya. 2007. Sejarah Jamu.
(29)
45
Rejuvination. 2007. Diabetes Mellitus.
http://www.rajeun.net/simple.html. 27 Oktober 2008.
Ruhe R.C., McDonald R.B. 2001. Use of Antioxodant Nutrients in the Prevention and Treatment of Type 2 Diabetes. Journal of The American College of Nutrion, 5(20) : 363-8
Sjamsuhidajat R., Wim De Jong. 2005. Pankreas. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal 595-6.
Schteingart, D.E. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus. Dalam S.A Price, L.M Wilson: Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 1259-1269.
Soebardi, S., Yunir, E. 2006. Terapi Non Farmakologi Pada Diabetes Mellitus. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1886-1888.
Soegondo, Sidartawan. 2006. Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus Tipe 2. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1882-1885.
Snell, R.S. 1997. Abdomen Bagian II : Rongga Abdomen. Dalam Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta : EGC. Hal. 266-8.
USDA. 2008. Plants.
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=PTIN2. 17 April 2008.
WEbMD. 2005. Types of Insulin for Diabetes Treatment.
http://diabetes.webmd.com/diabetes-types-insulin. 2 Desember 2008.
WHO. 2008. Prevalence of diabetes in the WHO South-East Asia Region.
http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html. 26 Agustus 2008.
Widayanto. 2008. Hipoglikemi.
http://widayanto.com/. 5 November 2008.
Wikipedia. 2007. Polyphenol Antioxidant.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polyphenol_antioxidant. 28 Agustus 2008.
Wikipedia. 2008. Alloxan
(30)
Wikipedia. 2008. Radikal Bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas. 23 Januari 2008
Yunir Em, Soebardi Suharko. 2006. Terapi dan Farmakologi Pada Diabetes Mellitus. Dalam S.A Price, L.M Wilson: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarata : FKUI. Hal 1886-9.
(1)
(2)
42 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) tidak efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah secara statistik.
2. Walaupun demikian Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah yang setara dengan Jamu “D” .
5.2Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti :
1.Penggunaan Angsana dianjurkan tidak diberikan secara terpisah sebagai Obat Anti Diabetes (OAD)
2.Penelitian lebih lanjut tentang variasi dosis Angsana yang efektif menurunkan kadar glukosa darah.
3. Penelitian mengenai kadar zat aktif yang terkandung dalam daun Aggsana. 4.Penelitian penurunan kadar glukosa darah menggunakan Infusa Daun Angsana. 5.Penggunaan batang, kulit kayu dan akan Angsana yang mengandung anti oksidan lebih spesifik yang sudah teruji secara klinis seperti Isoliquiritigenin, Pterostilben, dan Pterocarpin.
6.Pengujian toksisitas Angsana dan Jamu “D”
7.Penelitian menggunakan Pterocarpus marsupium yang sudah teruji secara klinis dalam menurunakan kadar glukosa darah.
(3)
Anonymus. www.theholisticcare.com. 4 Maret 2008.
Anonymus. http://bio.fiu.edu/trees/common_names.html. 17 April 2008.
Blackshear, Y.J. 1992. Endocrinology, Metabolism, and Genetics-Type II Diabetes Mellitus. In W.N.Kelly, V.T.DeVita: Textbook of Internal Medicine. 2nd edition. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins. p. 2025.
Buhler, D.R. 2000. Antioxidant Activities of Flavonoids.
http://lpi.oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html. 28 Agustus 2008
Davis, S.N. 2006. Insulin, Oral Hypoglycemic Agents, And The Pharmacology of The Endocrine Pancreas. In J.F.Shanahan, J.Foltin, K.Edmonson, R.Y. Brown: Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th edition. New York: McGraw Hill. p. 1619.
DepKes. 2008.Tanaman Obat.
http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1244.pdf. 26Agustus 2008.
Ecarma Health Options. 2004. Pterocarpus indicux, Willd. http://ecarma.net.research.html. 6 Desember 2008.
Endotext. 2004. Insulin.
http://www.endotext.org/diabetes/diabetes3_new/diabetes3.htm 28 Oktober 2008.
Foster, D.W. 2000. Endokrinologi dan Metabolisme-Diabetes Mellitus. Dalam K.J.Isselbacher: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Edisi 5. Jakarta : EGC.Hal. 2196-2201.
Granner, D.K. 2003. Hormon Pancreas & Traktus Gastrointestinal. Dalam R.K Murray, D.K Granner, P.A Mayes, V.W. Rodwell: Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC. Hal. 581-7.
Guyton & Hall. 1997. Insulin, glukoagon, dan diabetes mellitus. Dalam Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Hal. 581-590.
Halliwel B., Gutteridge M.C. 1991. Free radical and toxicology. In Free radical in biology and medicine. 2nd edition. New York : Oxford. p. 310-4.
(4)
44
Healtypalace. 2009. Diabetes Mellitus.
http://healtypalace.wordpress.com/2009/01/16/diabetes-mellitus/. 7 Desember 2008.
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=271. 3 Desember 2008.
Journal of Sport Science & Medicine. 2002. Diabetes, Oxidative Stress and Physical Exercise.
http://www.jssm.org.vol1/v1-1text.php. 6 Desember 2008.
KalbeMedicalPortal. 2008. Pioglitazone Menimbulkan Efek Samping.
http://www.kalbefarma.com/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19504.5 November.
Kemas Ali Hanafiah. 1991. Rancangan percobaan, teori dan aplikasi. Jakarta : Rajawali Press.
Manaf, Asman. 2006. Insulin : Mekanisme Sekeresi dan Aspek Metabolisme. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1890-1.
Mardiati, Ratna. 2000. Pancreas dan Insulin. Dalam Buku Kuliah Faal Endokrin. Edisi 1. Jakarta : CV. AGUNG SETO. Hal. 41-2.
Masdanang. 2008. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus. http://masdanang.co.cc/?p=7. 4 November 2008.
MedicineNet. 2008. Pioglitazone.
http://www.medicinenet.com/pioglitazone/article.htm. 5 November 2008.
Nyonya Meneer. 2007. Sejarah Jamu.
http://www.nyonyameneer.com/indonesia/tentang-jamu.php. 26 Agustus 2008.
Pangestu. 2007. Diabetes Mellitus, The Silent Killer.
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=4839. 18 November 2008. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: PB PERKENI.
PT. Jamu Iboe Jaya. 2007. Sejarah Jamu.
(5)
Rejuvination. 2007. Diabetes Mellitus.
http://www.rajeun.net/simple.html. 27 Oktober 2008.
Ruhe R.C., McDonald R.B. 2001. Use of Antioxodant Nutrients in the Prevention and Treatment of Type 2 Diabetes. Journal of The American College of Nutrion, 5(20) : 363-8
Sjamsuhidajat R., Wim De Jong. 2005. Pankreas. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 595-6.
Schteingart, D.E. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus. Dalam S.A Price, L.M Wilson: Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 1259-1269.
Soebardi, S., Yunir, E. 2006. Terapi Non Farmakologi Pada Diabetes Mellitus. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1886-1888.
Soegondo, Sidartawan. 2006. Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus Tipe 2. Dalam A.W Sudoyo, B.Setiyohadi, I.Alwi, S.Setiati : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Hal 1882-1885.
Snell, R.S. 1997. Abdomen Bagian II : Rongga Abdomen. Dalam Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta : EGC. Hal. 266-8.
USDA. 2008. Plants.
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=PTIN2. 17 April 2008.
WEbMD. 2005. Types of Insulin for Diabetes Treatment.
http://diabetes.webmd.com/diabetes-types-insulin. 2 Desember 2008.
WHO. 2008. Prevalence of diabetes in the WHO South-East Asia Region.
http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html. 26 Agustus 2008.
Widayanto. 2008. Hipoglikemi.
http://widayanto.com/. 5 November 2008.
Wikipedia. 2007. Polyphenol Antioxidant.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polyphenol_antioxidant. 28 Agustus 2008.
Wikipedia. 2008. Alloxan
(6)
46
Wikipedia. 2008. Radikal Bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas. 23 Januari 2008
Yunir Em, Soebardi Suharko. 2006. Terapi dan Farmakologi Pada Diabetes Mellitus. Dalam S.A Price, L.M Wilson: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarata : FKUI. Hal 1886-9.