Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP Pius Pekalongan.

(1)

ABSTRAK

Bernadeta Kusuma Wijayanti, 2014. Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Fisika Aspek Produk dan Proses pada Sub Pokok Bahasan Gaya Apung antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing dan Metode Ceramah di SMP Pius Pekalongan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/ 2014 sub pokok bahasan Gaya Apung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses antara pembelajaran dengan metode ceramah di kelas kontrol dan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di kelas eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pius Pekalongan kelas VIII E sebanyak 25 siswa dan kelas VIII D sebanyak 25 siswa. Kelas VIII E sebagai kelas kontrol, dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS), pretest, posttest, tes belajar fisika aspek proses dan angket minat siswa terhadap pembelajaran. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika aspek produk. Tes belajar fisika aspek proses untuk mengukur hasil belajar fisika aspek proses. Pengukuran minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan angket minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika. Sebelum digunakan, semua instrumen dilakukan pertimbangan pakar atau uji butir dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk dan minat siswa dibandingkan dengan metode ceramah, (2) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sedikit meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses sehingga belum meyakinkan.

Kata kunci: Metode inkuiri terbimbing, hasil belajar aspek produk dan proses, minat siswa terhadap pembelajaran.


(2)

ABSTRACT

Bernadeta Kusuma Wijayanti. 2014. The Comparison of Students’ Interest and Learning Result of Product and Process Aspects in Buyoancy between Guided Inquiry Method and Communicative Method in SMP Pius Pekalongan. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University in Yogyakarta.

This research is classified to quantitative research. The research had been done in Gasal semester 2013/2014 academic year in the buyoancy main subject. This research is aimed to know the comparison of students’ interest and learning result of product and process aspects between inquiry method in the experiment class and communicative method in the control class. The subjects in this research are 25 students of class VIII E and 25 students of class VIII D in SMP PIUS Pekalongan. Class VIII E as a control class while class VIII D as an experiment class.

Instrument in this research includes of learning instruments such as the syllabus, learning lesson plan (RPP), studentworksheet (LKS), pretest, posttest, process aspect of physic learning test and students’ interest questionnaire. Pretest and posttest are used to measure the product aspect of learning result. Process aspect of physic learning test is used to measure the process aspect of learning result. Questionnaire is used to measure students’ interest on learning. Those aspects are measured using statistic measurement. Prior to the use in the research, all instruments were validated by the experts and it considered by its requirement.

The results of this research show that (1) learning by using guided inquiry method can further improve the learning outcomes of physics aspects of the product and the interests of students compared to the communicative method, (2) learning by using guided inquiry method has low improvement of the result of process aspects in physics learning, so that it isn’t sure to achive.

Keywords: guided inquiry method, product and process aspects of learning result, students’ interest


(3)

PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA

ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK

BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN

METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH

DI SMP PIUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PERBANDINGAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA

ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SUB POKOK

BAHASAN GAYA APUNG ANTARA PEMBELAJARAN

METODE INKUIRI TERBIMBING DAN METODE CERAMAH

DI SMP PIUS PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Bernadeta Kusuma Wijayanti 091424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,

mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

(Lukas 11: 9-10)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”

(Mat 11: 28)

“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri disebelah kananku, aku tidak goyah Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita

dihadapan-Mu.”


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan cinta skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria  Bapak dan Ibuku tercinta, Paulus Kusnanto dan Anastasia Jemanis,  Kakakku tersayang, Adrianus Kusuma Sanjaya,  Kekasihku tercinta, Ambar Hari Wijaya,  Saudara dan sahabat-sahabatku.


(9)

(10)

vii

ABSTRAK

Bernadeta Kusuma Wijayanti, 2014. Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Fisika Aspek Produk dan Proses pada Sub Pokok Bahasan Gaya Apung antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing dan Metode Ceramah di SMP Pius Pekalongan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen kuantitatif.

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/ 2014 sub pokok bahasan Gaya Apung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses antara pembelajaran dengan metode ceramah di kelas kontrol dan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing di kelas eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Pius Pekalongan kelas VIII E sebanyak 25 siswa dan kelas VIII D sebanyak 25 siswa. Kelas VIII E sebagai kelas kontrol, dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS), pretest, posttest, tes belajar fisika aspek proses dan angket minat siswa terhadap pembelajaran. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika aspek produk. Tes belajar fisika aspek proses untuk mengukur hasil belajar fisika aspek proses. Pengukuran minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan angket minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika. Sebelum digunakan, semua instrumen dilakukan pertimbangan pakar atau uji butir dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk dan minat siswa dibandingkan dengan metode ceramah, (2) pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sedikit meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses sehingga belum meyakinkan.

Kata kunci: Metode inkuiri terbimbing, hasil belajar aspek produk dan proses, minat siswa terhadap pembelajaran.


(11)

ABSTRACT

Bernadeta Kusuma Wijayanti. 2014. The Comparison of Students’ Interest and Learning Result of Product and Process Aspects in Buyoancy between Guided Inquiry Method and Communicative Method in SMP Pius Pekalongan. Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University in Yogyakarta.

This research is classified to quantitative research. The research had been done in Gasal semester 2013/2014 academic year in the buyoancy main subject.

This research is aimed to know the comparison of students’ interest and learning

result of product and process aspects between inquiry method in the experiment class and communicative method in the control class. The subjects in this research are 25 students of class VIII E and 25 students of class VIII D in SMP PIUS Pekalongan. Class VIII E as a control class while class VIII D as an experiment class.

Instrument in this research includes of learning instruments such as the syllabus, learning lesson plan (RPP), studentworksheet (LKS), pretest, posttest,

process aspect of physic learning test and students’ interest questionnaire. Pretest

and posttest are used to measure the product aspect of learning result. Process aspect of physic learning test is used to measure the process aspect of learning

result. Questionnaire is used to measure students’ interest on learning. Those

aspects are measured using statistic measurement. Prior to the use in the research, all instruments were validated by the experts and it considered by its requirement.

The results of this research show that (1) learning by using guided inquiry method can further improve the learning outcomes of physics aspects of the product and the interests of students compared to the communicative method, (2) learning by using guided inquiry method has low improvement of the result of

process aspects in physics learning, so that it isn’t sure to achive.

Keywords: guided inquiry method, product and process aspects of learning result,


(12)

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta dan

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak pengalaman, hambatan, dan rintangan akan tetapi berkat bantuan, dukungan, dan semangat dari berbagai pihak penulis dapat melalui dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang membantu, diantaranya:

1. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

2. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, S.Si., M.Si., selaku wakaprodi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat, bimbingan dan arahan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma;

3. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di Program Studi Fisika, Universitas Sanata Dharma;

4. Sr. M. Bernadette B. SND S.Pd, selaku kepala SMP Pius Pekalongan tahun ajaran 2013/ 2014 yang telah memberikan kesempatan serta ijin untuk melakukan penelitian;

5. Bapak E. Janjang, S.Pd., selaku guru fisika SMP Pius Pekalongan yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian; 6. Siswa-siswi kelas VIII D, kelas VIII E, dan IX B semester gasal SMP Pius

Pekalongan tahun ajaran 2013/ 2014 dan siswa-siswa kelas VIII C tahun ajaran 2012/2013 semester yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian;


(14)

xi

7. Bapak, Ibu, dan Mas Adri atas dukungan materiil, doa, semangat, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sehinga dapat menyelesaikan skripsi ini;

8. Kekasihku, Ambar hari Wijaya atas dukungan materiil, kasih sayang, cinta, semangat, dan kekuatannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 9. Keluarga yang di Kebumen dan di Klaten, terima kasih atas dukungan

materiil, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

10. Sahabat-sahabatku, Hari Sri Wahyuni, Magdalena Lolita, Andrias Pradah, Yustina Rosalin, dan Frederika, atas pengalaman belajar, bantuan, semangat, dan doanya selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kita luar biasaa!! Semangatt!!! 11. Teman-teman dari Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2009 dan

angkatan 2008 (mbak Ana, mas Dimas, dan mbak Yuli) serta mas Made, terima kasih atas bantuan, saran dan semangatnya. Maaf ya aku sering tanya-tanya ke kalian. Hehehe..

12. Sahabatku dari kecil, Ikka Marissa Roberta dan teman-teman kos “Anggrek” (Tiwi, Mba Uni, dan Rani) atas bantuan, motivasi, dukungan, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 27 Februari 2014 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Istilah ... 5


(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pembelajaran ... 8

1. Definisi Pembelajaran... 8

2. Pembelajaran Fisika ... 8

B. Hakekat Inkuiri... 11

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 11

2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri ... 13

3. Pengertian Inkuiri Terbimbing ... 16

4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri... 17

5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri ... 21

C. Metode Ceramah ... 23

D. Hasil Belajar ... 24

E. Minat ... 30

F. Konsep Gaya Apung ... 33

G. Penelitian Yang Relevan ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subyek Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41

F. Instrumen Penelitian... 43


(17)

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Produk antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 52

2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 56

3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Persiapan Penelitian ... 60

2. Pelaksanaan Penelitian ... 61

B. Penyajian Data ... 65

1. Hasil Belajar Fisika Aspek Produk ... 66

2. Hasil Belajar Fisika Aspek Proses ... 68

3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran ... 70

C. Analisis Data ... 71

1. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Produk antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 71


(18)

xv

2. Analisis Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode

Ceramah (Kelas Kontrol) ... 74

3. Analisis Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing (Kelas Eksperimen) dan Metode Ceramah (Kelas Kontrol) ... 79

D. Pembahasan ... 84

E. Kelemahan Penelitian... 88

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom 27 Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Menurut Indikator dan

Ranah Kognitif yang Diukur 45

Tabel 3.2 Indikator, Soal Pretest dan Posttest 46

Tabel 3.3 Indikator Proses Sains 49

Tabel 3.4 Soal Pretest dan Skor Maksimal 53

Tabel 3.5 Soal Posttest dan Skor Maksimal 54

Tabel 3.6 Pemberian Skor Angket Pernyataan Positif 57 Tabel 3.7 Pemberian Skor Angket Pernyataan Negatif 57 Tabel 3.8 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Minat Siswa

Terhadap Pembelajaran Berdasarkan Kriteria 58 Tabel 3.9 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 58

Tabel 3.10 Prosentase Tiap Kategori Minat 59

Tabel 4.1 Kegiatan Persiapan Penelitian 60

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol (VIII E) 62 Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VIII D) 62 Tabel 4.4 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Kontrol 66 Tabel 4.5 Hasil Belajar Fisika Aspek Produk Kelas Eksperimen 67 Tabel 4.6 Hasil Belajar Fisika Aspek Proses Kelas Kontrol 68 Tabel 4.7 Hasil Belajar Fisika Aspek Proses Kelas Eksperimen 69


(20)

xvii

Tabel 4.8 Skor Total Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 70

Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pretest-Pretest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 71

Tabel 4.10 Hasil Uji-T Pretest Ke Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen 72

Tabel 4.11 Hasil Uji-T Posttest-Posttest Pembelajaran Kelas Kontrol

dan Eksperimen 74

Tabel 4.12 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Variabel antara

Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 75 Tabel 4.13 Hasil Uji-T Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan

Percobaaan antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen 76

Tabel 4.14 Hasil Uji-T Proses Menentukan Langkah Percobaan

antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77 Tabel 4.15 Hasil Uji-T Proses Menganalisis Data antara Pembelajaran

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 77

Tabel 4.16 Hasil Uji-T Proses Menarik Kesimpulan antara Pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 78 Tabel 4.17 Hasil Uji-T Hasil Belajar Fisika Aspek Proses antara


(21)

Tabel 4.18 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol 80

Tabel 4.19 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap

Pembelajaran Kelas Kontrol 81

Tabel 4.20 Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Eksperimen 81

Tabel 4.21 Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa Terhadap

Pembelajaran Kelas Eksperimen 82

Tabel 4.22 Hasil Uji-T Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas 33

Gambar 2.2 Benda Terapung 35

Gambar 2.3 Benda Melayang 35


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A 94

1. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol 95

2. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen 97

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 101 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 115

5. Lembar Kerja Siswa 1 dan Kunci Jawaban 129

6. Lembar Kerja Siswa 2 dan Kunci Jawaban 137

7. Soal Pretest dan Kunci Jawaban 143

8. Soal Posttest dan Kunci Jawaban 148

9. Soal Tes Belajar Fisika Aspek Proses dan Kunci Jawaban 153

10.Rubrik Penilaian Pretest 157

11.Rubrik Penilaian Posttest 163

12.Rubrik Penilaian Tes Belajar Fisika Aspek Proses 169

13.Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran 171

LAMPIRAN B 174

1. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Pretest 175

2. Hasil Validitas oleh Pakar untuk Soal Posttest 178

3. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket

Minat Ke-1 181

4. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Angket


(24)

xxi

5. Daftar Skor Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas Soal Posttest 185 6. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Soal Angket Minat Siswa Ke-1 187

7. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Ke-2 193

8. Hasil Pengolahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal

Posttest 201

LAMPIRAN C 205

1. Hasil Pengolahan SPSS Pretest-Pretest antara Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 206

2. Hasil Pengolahan SPSS Pretest Ke Posttest Kelas Kontrol 207 3. Hasil Pengolahan SPSS Pretet Ke Posttest Kelas Eksperimen 208 4. Hasil Pengolahan SPSS Posttest-Posttest antara Pembelajaran Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen 209

LAMPIRAN D 210

1. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Variabel 211 2. Hasil Pengolahan SPSS Proses Mengidentifikasi Alat dan Bahan 212 3. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menentukan Langkah Percobaan 213

4. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menganalisis Data 214

5. Hasil Pengolahan SPSS Proses Menarik Kesimpulan 215


(25)

LAMPIRAN E 217 1. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Kontrol 218

2. Daftar Skor Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas

Eksperimen 220

3. Hasil Pengolahan SPSS Minat Siswa Terhadap Pembelajaran

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 222

LAMPIRAN F 223

1. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 1 224

2. Contoh Hasil Kerja Lembar Kerja Siswa 2 229

3. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Kontrol 233

4. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Kontrol 234

5. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas

Kontrol 236

6. Contoh Hasil Kerja Pretest Kelas Eksperimen 237

7. Contoh Hasil Kerja Posttest Kelas Eksperimen 239

8. Contoh Hasil Kerja Tes Belajar Fisika Aspek Proses Kelas

Eksperimen 241

LAMPIRAN G 242


(26)

xxiii

2. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-1 249

3. Contoh Pengerjaan Uji Validitas Butir Soal dan Reliabilitas

Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Ke-2 252

LAMPIRAN H 255

1. Surat ijin Penelitian 256

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 257


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya, seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan, cara mengajarnya akan berbeda dengan guru yang mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi.

Guru memiliki tugas menciptakan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan memiliki metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pada mata pelajaran fisika. Fisika sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah fisika di alam sekitar melalui proses dan sikap sains yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran fisika berorientasi pada produk, proses dan sikap sains. Melalui suatu proses sains, siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan permasalahan fisika dalam kehidupan


(28)

sehari-hari, kemudian siswa dapat belajar mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi permasalahan, merumuskan hipotesis dari permasalahan, memecahkan persoalan, menganalisis hingga dapat menarik kesimpulan. Guru yang kreatif harus dapat memilih metode yang tepat untuk membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran fisika agar siswa dapat menciptakan sebuah produk melalui sebuah proses sains yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang dipelajari.

Ada berbagai jenis metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran fisika, seperti: Diskusi, Discovery, Inquiry, Cooperative Learning, Debat, Kuis, Jigsaw, TGT (Team Games Tournaments) dan lain-lain. Dengan adanya metode-metode mengajar yang menyenangkan maka akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan bagi siswa dan membuat siswa mempunyai minat dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan di kelas yang dialami peneliti di masa lalu, pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru sebagai pengendali dan aktif dalam menyampaikan informasi dan siswa hanya mendengarkan dan menjadi penonton. Pada saat melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di bulan Oktober-November 2012, peneliti menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran fisika. Peran siswa hanya mendengarkan informasi yang disampaikan peneliti sehingga membuat siswa mengantuk dan banyak siswa kurang memiliki minat yang tinggi terhadap pembelajaran


(29)

fisika. Padahal minat memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku siswa dalam belajar. Apabila mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Hal ini juga mengakibatkan hasil belajar yang dimiliki oleh siswa sangat rendah.

Dari beberapa metode pembelajaran yang inovatif, metode inkuiri merupakan salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivis, di mana pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah fasilitator. Siswa terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang dipelajari.

Dalam Suparno (2007: 65), Kindsvatter, Willen, dan Ishler menjelaskan inkuiri sebagai model pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik menggunakan prinsip metode ilmiah. Langkah-langkah metode inkuiri menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (dalam Suparno, 2007: 66-67) adalah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.

Salah satu jenis metode inkuiri yang digunakan oleh peneliti adalah metode inkuiri terbimbing (guided inquiry). Peneliti menggunakan metode tersebut karena pada saat peneliti mengadakan observasi pada bulan Maret-Mei 2013 di SMP Pius, siswa di sekolah tersebut belum terbiasa bahkan


(30)

belum pernah menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran fisika. Karena itu, siswa masih perlu dibimbing oleh peneliti dalam pembelajaran dengan metode inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti perbandingan minat siswa dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada siswa melalui pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan melalui pembelajaran dengan metode ceramah. Adapun judul penelitiannya adalah “Perbandingan minat dan hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada sub pokok bahasan gaya apung antara pembelajaran metode inkuiri terbimbing dan metode ceramah di SMP PIUS Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan hasil belajar fisika aspek produk pada siswa tentang sub pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah? 2. Apakah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing lebih dapat

meningkatkan hasil belajar fisika aspek proses pada siswa tentang sub pokok bahasan gaya apung dibandingkan dengan metode ceramah? 3. Apakah minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri

terbimbing lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah pada sub pokok bahasan gaya apung?


(31)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek produk pada pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan gaya apung.

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek proses pada pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan hasil belajar fisika aspek produk pada pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan gaya apung.

3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dibandingkan minat siswa terhadap pembelajaran dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan gaya apung.

D. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan istilah yang digunakan agar menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran. Batasan istilah tersebut sebagai berikut:

1. Hasil belajar fisika aspek produk diamati dari hasil belajar yang diperoleh siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari pretest dan posttest pada sub pokok bahasan gaya apung.


(32)

2. Hasil belajar fisika aspek proses diamati dari hasil belajar yang diperoleh siswa yang dinyatakan dengan nilai yang didapatkan dari tes belajar fisika aspek proses. Tes belajar fisika aspek proses meliputi proses sains siswa dalam mengidentifikasi variabel, mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, menentukan langkah percobaan, menganalisis data dan menarik kesimpulan.

3. Minat yang dimaksud dalam penelitian adalah minat siswa terhadap pembelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing yang dideskripsikan melalui model ARCS menurut Keller yang dibuat pada tahun 1987. Model ARCS yang dimaksudkan adalah Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (keyakinan), dan Satisfaction (kepuasan). Dalam penelitian ini, minat siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen yang berupa angket minat siswa terhadap pembelajaran dari John Keller.

4. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dimana guru lebih banyak membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap ataupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan guru sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil siswa serta akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.

5. Gaya apung adalah suatu materi yang dipelajari siswa-siswi kelas VIII semester gasal SMP Pius Pekalongan Tahun pelajaran 2013/2014.


(33)

E. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Siswa

Bagi siswa sendiri, siswa mempunyai pengalaman belajar dengan menggunakan pembelajaran metode inkuiri terbimbing sehingga mereka dapat membangun sendiri pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dapat mengalami pembelajaran dengan berbagai metode yang bervariasi sehingga menambah minat siswa dalam mempelajari fisika.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri, peneliti berkesempatan untuk mencoba menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing secara nyata, dan mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswa yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam menghadapi dunia pendidikan selanjutnya.

3. Bagi Guru Mata Pelajaran

Bagi guru mata pelajaran fisika, penelitian ini digunakan sebagai sarana pembelajaran yang menarik dan dapat menerapkan cara mengajar yang lebih bervariasi dan membuat siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran.


(34)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang terprogram yang menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, dan dengan sumber belajar (Abdurrahman, 2010: 37-38). Menurut Brooks (dalam Budi, 2001: 46), pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa dan peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan, dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu, hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat sains (Budi, 1998: 161). Definisi sains dijelaskan oleh beberapa saintis sebagai berikut:

 Menurut Conant, sains adalah sekumpulan konsep yang saling berhubungan dan dikembangkan sebagai hasil dari eksperimen dan


(35)

observasi dan bermanfaat untuk eksperimen dan observasi selanjutnya.

 Menurut Kemany, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun (diperoleh) melalui metode ilmiah (proses sains).

 Menurut Carin dan Sund, sains sebagai suatu sistem pengetahuan tentang alam berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen.

Berdasarkan definisi diatas, fisika sebagai bagian dari sains dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh dari proses sains yang dikenal dengan metode ilmiah, sehingga fisika memiliki tiga aspek penting, yakni (Budi, 1998: 161-162):

1. Aspek Produk Sains

Aspek produk sains berupa bangunan sistematis pengetahuan

body of knowledge” (Dawson, Cari dan Sund dalam Budi, 1998:

161) sebagai hasil dari proses yang dilakukan para saintis. Aspek produk terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat, atau peristiwa. Konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus (Carin dan Sund dalam Budi, 1998: 162) yang dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai budaya setempat dan mengacu pada obyek (benda-benda), peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri, dan atribut yang lekat dengan suatu


(36)

obyek (Berged dalam Budi, 1998: 162) yang pada umumnya menjadi proses kajian dalam pembelajaran sains (fisika) contoh konsep seperti cahaya, getaran, elektron, ketetapan planck, waktu paruh, dan sebagainya. Prinsip dan hukum adalah hubungan sebab akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari beberapa kejadian khusus. Yang membedakan hukum dan prinsip adalah hukum memiliki ciri khas, antara lain ditemukan secra khusus, berguna untuk pengembangan ilmu selanjutnya dan untuk memecahakan masalah sains, dan sering diberi nama khusus sebagai apresiasi pada penemunya, yang pertama kali mensosialisasikan, atau nama orang yang berjasa dalam bidangnya. Contoh prinsip seperti bila suhu naik, logam akan memuai. Contoh prinsip lainnya, bila benda yang bermassa m mengalami gaya F, maka benda mengalami percepatan sebesar a = F/m juga merupakan prinsip yang dikenal sebagai hukum II Newton. Sedangkan teori adalah kumpulan yang terdiri atas fakta, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum yang saling terkait.

2. Aspek Proses Sains

Aspek proses yaitu aspek yang ditinjau dari metode untuk memperoleh pengetahuan (sains). Metode ini disebut sebagai metode ilmiah. Yang merupakan proses sains meliputi penemuan masalah, perumusan hipotesis, merancang percobaan (mengidentifikasi variabel, mengidentifikasi peralatan dan menentukan


(37)

langkah-langkah percobaan), melakukan pengukuran, menganalisis data, dan menarik kesimpulan (Sund dalam Budi, 1998: 61).

3. Aspek Sikap Sains

Aspek sikap sains yang dimaksud adalah sikap yang diperlukan agar dapat melakukan proses keilmuan antara lain tidak mudah putus asa, rasa ingin tahu, jujur, kritis, kreatif, terbuka, tidak mudah puas, menghargai pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik dari orang lain.

Secara umum pembelajaran fisika bertujuan untuk menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode (proses) sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk memecahkan masalah-masalah fisika yang dihadapinya (Kurikulum 1994 dalam Budi, 1998: 165).

B. Hakekat Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris adalah inquiry mempunyai arti penyelidikan. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang konstruktivistik dimana siswa dilibatkan untuk aktif berfikir dan menemukan konsep atau prinsip yang ingin diketahuinya sendiri (Suparno, 2007: 65). Yang pantas dicatat dari metode ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan.


(38)

Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) dalam Suparno (2007: 65) menjelaskan inkuiri sebagai model pembelajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa dan menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu hukum, ataupun teori. Secara umum metode ilmiah memiliki langkah-langkah seperti merumuskan persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Amin (1987: 126-127) menjelaskan inkuiri sebagai perluasan dari proses discovery dimana dalam proses discovery meliputi mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, dan menyimpulkan tanpa harus lengkap prosesnya. Sedangkan inkuiri lebih pada penyelidikan masalah yang secara ketat melalui metode ilmiah sehingga inkuiri memiliki proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena prosesnya lebih kompleks melalui metode ilmiah serta menumbuhkan sikap ilmiah (objektif, jujur, rasa ingin tahu, dan berpikiran terbuka). Proses discovery biasanya berupa penemuan biasa dan digunakan pada sekolah dasar sedangkan inkuiri terbimbing dapat digunakan pada tingkat sekolah menengah.


(39)

2. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri

Kindsvatter dalam Suparno (2007: 68) membedakan antara dua jenis pembelajaran inkuiri, yaitu guided inquiry dan open inquiry, yakni sebagai berikut:

a. Guided Inquiry

Guided inquiry adalah pembelajaran inkuiri dengan guru masih membimbing dan mengarahkan siswa serta memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan prosedur menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan guru. Pada penyelidikan ini, guru ikut campur tangan dalam penyelidikan yang dilakukan oleh siswa. Campur tangan guru ini misalnya dalam pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Dengan model inkuiri ini, maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru. Model inkuiri ini lebih cocok untuk siswa yang belum biasa melakukan inkuiri. Dengan model tersebut,


(40)

siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh.

b. Open Inquiry

Pada open inquiry, siswa diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data sendiri. Pada inkuiri terbuka, siswa lebih bertanggung jawab, lebih mandiri, dan guru tidak banyak ikut campur tangan. Siswa sendiri yang menentukan hipotesis, memilih peralatan, merangkai peralatan, dan mengumpulkan data. Guru hanya sebagai fasilitator dan membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan pengarahan dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri.

Amin (1987: 136) juga menjelaskan beberapa jenis pembelajaran inkuiri diantaranya sebagai berikut:

a. Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran dimana guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Pada guided inquiry, sebagian besar perencanaan disiapkan oleh guru seperti: guru memberikan permasalahan, menyediakan alat dan bahan yang diperlukan hingga memberikan langkah-langkah dalam memecahkan


(41)

persoalan. Secara umum, inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan cara berikut:

1) Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.

2) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat. 3) Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa

untuk melakukan kegiatan inkuiri terbimbing.

4) Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum pada siswa melakukan kegiatan.

5) Kegiatan inkuiri terbimbing oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.

6) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.

7) Catatan guru berupa catatan yang meliputi:

 penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan atau pelajaran.


(42)

 faktor-faktor variabel yang terutama dapat mempengaruhi hasil-hasilnya menjadi penting apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal).

b. Modified Inquiry (Inkuiri yang Dimodifikasi)

Dalam inkuiri yang dimodifikasi ini guru memberikan permasalahan dan menyediakan alat dan bahan yang diperlukan kemudian siswa diminta untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi, dan melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Langkah-langkah pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif sendiri atau kelompok. Peran guru disini sebagai pendorong, narasumber, dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.

c. Free Inquiry

Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema. Dalam metode ini siswa sendiri yang harus mengidentifikasi, dan merumuskan masalah serta mencari penyelesaian dari masalah tersebut.

3. Pengertian Inkuiri Terbimbing

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri dimana guru masih membimbing dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap ataupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan


(43)

selama proses inkuiri. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan guru. Bimbingan guru misalnya, guru telah memberikan langkah percobaan sehingga siswa tinggal menjalankan percobaan dan melengkapi data tersebut. Guru banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan disela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil siswa. Dengan inkuiri terbimbing, maka kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri

Menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (1996) dalam Suparno (2007: 66) langkah-langkah pembelajaran metode inkuiri agar menjadi jelas dan mudah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Mengidenfikasi merupakan langkah awal untuk menentukan persoalan yang ingin dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan oleh guru. Persoalan yang ingin dipecahkan sebaiknya disiapkan sebelum memulai pelajaran. Persoalan yang ingin dipecahkan oleh siswa harus jelas, dan mudah dipahami oleh siswa. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan.


(44)

b. Membuat hipotesis

Setelah mengidentifikasi dan mengklarifikasi persoalan, siswa kemudian diminta untuk mengajukan jawaban sementara mengenai persoalan yang telah di identifikasi. Mengajukan jawaban sementara ini disebut hipotesis. Apabila siswa belum mengetahui apa itu hipotesis, guru mencoba membantu memperjelas maksud dari hipotesis. Peran guru dalam membantu siswa menjelaskan maksud hipotesis adalah guru tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksud hipotesis saja. Hipotesis yang salah yang nantinya akan terlihat setelah pengambilan data dan analisis yang diperoleh.

c. Mengumpulkan data

Setelah membuat hipotesis, kemudian siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika, biasanya untuk dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu siswa untuk mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga dapat berjalan dengan baik. Langkah ini disebut sebagai langkah percobaan atau eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Setelah peralatan


(45)

dijalankan, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan.

d. Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk dapat membuktikan kebenaran hipotesis. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Data biasanya disusun dalam suatu tabel sehingga dapat mudah dibaca dan dianalis. Dalam menganalisis data, guru juga dapat membantu agar siswa tidak bingung untuk menentukan langkah selanjutnya. Dalam menganalisis data seringkali diperlukan alat hitung seperti rumus-rumus yang memudahkan siswa untuk mengambil suatu keputusan.

e. Mengambil kesimpulan

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis diterima atau tidak. Setelah itu guru masih dapat memberikan catatan untuk menyatukan seluruh penelitian ini. Apabila dalam mengambil kesimpulan, sangat baik jika siswa dilibatkan sehingga mereka menjadi semakin yakin bahwa mereka mengetahui secara benar. Apabila hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk


(46)

mencari penjelasan, mengapa demikian. Peneliti dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong.

Menurut Trowbridge dan Bybee dalam Suparno (2007: 71), beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar pembelajaran inkuiri dapat berjalan lancar dan mendukung pembelajaran siswa adalah sebagai berikut:

1) Persoalan harus nyata sehingga memiliki arti bagi siswa dan dapat diteliti oleh siswa.

2) Informasi pengetahuan pada sumber bacaan yang diperlukan.

3) Alat-alat yang diperlukan perlu disediakan terlebih dahulu sehingga siswa tidak bingung untuk mencari.

4) Guru perlu mempersiapkan pertanyaan pengarah agar siswa lebih terfokus.

5) Hipotesis siswa perlu dilihat oleh guru dan dapat dipahami oleh siswa lainnya.

6) Data perlu dikumpulkan dengan baik oleh siswa.

7) Membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan agar kesimpulan yang diperoleh dapat logis dan tepat.

8) Lembar Kerja Siswa atau LKS dapat disiapkan untuk membantu siswa dalam proses inkuiri, sehingga proses berjalan dengan efektif dan efisien. LKS ini dapat disediakan oleh guru.


(47)

5. Kelebihan Pembelajaran Inkuiri

Amin (1987: 133) menjelaskan pembelajaran metode inkuiri memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

a. Jerome Bruner dalam Amin (1987: 133) juga menyatakan beberapa kelebihan menggunakan pembelajaran metode inkuiri, sebagai berikut:

1) Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa

2) Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

3) Meningkatkan daya ingat siswa.

4) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja sama atas inisiatifnya sendiri

5) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang

b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa. Dalam inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang konsep dan pinsip tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri seperti tanggung jawab, komunikasi sosial, dan lain sebagainya.


(48)

c. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri. Maslow menjelaskan dalam Amin (1987: 45), konsep diri diperoleh dari pengalaman. Apabila konsep diri seseorang itu baik, maka secara psikologi, ia akan merasa aman, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan memiliki mental yang sehat.

d. Menambah tingkat penghargaan siswa. Dengan pembelajaran inkuiri, siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang menjadi tugasnya dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Sering pula siswa dapat mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti ada hal-hal tertentu yang ditemukan oleh siswa untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

e. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

f. Pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan bakat kemampuan individu. Apabila siswa bekerja sama memecahkan atau menyelidiki beberapa masalah, maka siswa dapat terlibat dalam pengembangan bakat-bakat lainnya seperti merencanakan, mengorganisasi, komunikasi sosial, kreativitas, dan akademik.


(49)

g. Pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional (menghafal) dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.

h. Pembelajaran metode inkuiri ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari oleh siswa sehingga

pengetahuan di dalam ingatan siswa “tahan lama” menjadi lebih

baik.

Amin (1987: 163) juga menjelaskan siswa yang diberikan pembelajaran dengan inkuiri akan memperoleh hasil belajar kognitif yang lebih baik dibandingkan pada siswa dengan pembelajaran tradisional (ceramah).

Selain itu Gulo (2002) dalam Trianto (2011: 168) menambahkan dalam inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

C. Metode Ceramah

Menurut Sudirman (1987: 113), metode ceramah ialah cara penyampaian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan lisan secara langsung tehadap siswa.


(50)

Metode ceramah sangat efektif untuk menyampaikan fakta-fakta (Bligh, 1972, dalam Budi, 2001: 47), tetapi sulit untuk melibatkan siswa dalam proses mengkonstruksi pengetahuan. Dengan demikian metode ceramah tidak cocok untuk pembelajaran yang konstruktivistik (Budi, 2001: 47).

D. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai indikasi terhadap hasil belajar. Menurut Daryanto (2009: 51-78) faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal yang mempengaruhi siswa dalam belajar, antara lain:

a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain.

b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian siswa terhadap bahan yang dipelajari, minat, bakat, dan motivasi.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Fakor eksternal yang mempengaruhi siswa dalam belajar, antara lain:


(51)

a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik siswa, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, alat pelajaran c. Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakatnya, dan

mass media. Agar siswa dapat menggunakan media dengan baik maka perlu bantuan dari orang tua untuk mengawasi anak dalam menggunakan media yang ada.

Menurut Bloom dalam Winkel (1996: 245-247) ada tiga ranah hasil belajar yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C1) dan dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan atau Ingatan (C1)

Pengetahuan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat semua materi yang pernah dipelajari oleh siswa, meliputi fakta, kaidah dan prinsip, yang telah dipelajari siswa. Contoh kemampuan mengingat adalah siswa akan mampu menyebutkan semua nama provinsi di Indonesia.

2. Pemahaman (C2)

Pemahaman ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan mengingat. Contoh kemampuan ini adalah siswa akan mampu


(52)

memperkirakan kecelakaan lalu lintas selama lima tahun yang akan datang berdasarkan data dalam grafik kecelakaan lima tahun yang lalu jika situasi lalu lintas tetap sama.

3. Penerapan (C3)

Penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam memecahkan suatu permasalahan. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan (2), karena memahami suatu materi belum tentu dapat menerapkannya terhadap suatu kasus atau problem. Contoh dari penerapan adalah siswa akan mampu menghitung luas lingkaran berjari-jari 7 cm.

4. Analisis (C4)

Analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhannya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar bersamaan dengan hubungan atau relasi dari bagian-bagian tersebut. Misalnya siswa akan mampu menempatkan suatu kumpulan bungan berjumlah 20 kuntum dalam empat kategori menurut pilihannya sendiri.

5. Sintesis (C5)

Sintesis ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain sehingga


(53)

tercipta suatu bentuk baru. Kemampuan ini misalnya dinyatakan dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan suatu proposal penelitian ilmiah atau mahasiswa akan mampu merumuskan suatu hipotesa penelitian berdasarkan sejumlah data tentang siswa yang drop-out di Sekolah Dasar.

6. Evaluasi (C6)

Evaluasi tunjukkan dengan kemampuan siswa untuk membentuk suatu pendapat tentang suatu hal disertai adanya pertanggungjawaban pendapat tersebut. Kemampuan ini adalah tingkatan tertinggi karena mencakup semua kemampuan dalam (1) sampai (5). Kemampuan evaluasi ini contohnya mahasiswa mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu, misalnya penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas. Karangan maksimal 3 halaman folio bergaris dan minimal 2 halaman.

Dibawah ini dijabarkan tabel kata kerja operasional dalam ranah kognitif (Winkel, 1996: 250-252):

Tabel 2.1 Kata Kerja Ranah Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom

Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja

Pengetahuan atau ingatan

Mengetahui

Misalnya: istilah, aturan, urutan, metode

- Mengidentifikasi - Menyebutkan fakta - Menunjukkan - Memberi nama pada - Menyusun daftar - Menggarisbawahi - Menjodohkan - Memilih

- Memberikan definisi - Menyatakan

Pemahaman - Menerjemahkan

- Menafsirkan

- Menjelaskan - Menguraikan


(54)

Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja

- Memperkirakan - Menentukan

Misalnya: metode, prosedur - Memahami

Misalnya: konsep, kaidah, prinsip, kaitan antara fakta, isi pokok

- Mengartikan/ menginterpretasikan

Misalnya : tabel, grafik, bagan

- Merumuskan - Merangkum - Mengubah

- Memberikan contoh tentang - Menyadur - Meramalkan - Menyimpulkan - Memperkirakan - Menerangkan - Mendemonstrasikan - Menarik kesimpulan - Meringkas

- Mengembangkan - Membuktikan

Penerapan - Memecahkan masalah

- Membuat bagan dan grafik - Menggunakan

Misalnya: metode/prosedur, konsep, kaidah, prinsip

- Mendemonstrasikan - Menghitung - Menghubungkan - Memperhitungkan - Membuktikan - Menghasilkan - Menunjukkan - Melengkapi - Menyediakan - Menyesuaikan - Menemukan

Analisis - Mengenali kesalahan

- Membedakan

Misalnya: fakta dan

interpretasi data dari kesimpulan

- Menganalisis

Misalnya: struktur dasar, bagian-bagian, hubungan antara - Memisahkan - Menerima - Menyisihkan - Menghubungkan - Memilih - Membandingkan - Mempertentangkan - Membagi

- Membuat diagram skema - Menunjukkan hubungan

antara - Membagi

Sintesis - Menghasilkan

Misalnya: klasifikasi,

karangan, kerangka teoritis - Menyusun

Misalnya: rencana, skema, program kerja - Mengkategorikan - Mengkombinasikan - Mengarang - Menciptakan - Mendesain - Mengatur

- Menyusun kembali - Merangkaikan - Menghubungkan - Menyimpulkan - Merancangkan - Membuat pola

Evaluasi - Menilai berdasarkan norma

internal .

Misalnya: hasil karya seni,

- Memperbandingkan - Menyimpulkan - Mengkritik


(55)

Kategori Jenis

Perilaku Kemampuan Internal Kata Kerja

mutu karangan, mutu

pekerjaan, mutu ceramah, program penataran

- Menilai berdasarkan norma eksternal .

Misalnya: hasil karya seni,

mutu karangan, mutu

pekerjaan, mutu ceramah, program penataran

- Mempertimbangkan

Misalnya: baik buruknya, pro-kontranya, untung- ruginya

- Mengevaluasi - Membuktikan

- Memberikan argumentasi - Menafsirkan

- Membahas

- Menaksir - Memilih antara - Menguraikan - Membedakan - Melukiskan - Mendukung - Menyokong - Menolak

Berikut ini juga terdapat beberapa kata kerja operasional berdasarkan kesalahan-kesalahan untuk mengukur hasil belajar menurut pernyataan Suwito (2004):

1. Mengidentifikasi besaran dan satuan

a) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan b) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan c) Mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

d) Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung e) Mengidentifikasi besaran vektor

f) Mengidentifikasi besaran skalar g) Menentukan simbol

h) Menuliskan satuan

i) Mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok 2. Menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

a) Menggambarkan objek atau sistim


(56)

3. Mengidentifikasi formula

a) Mengidentifikasi formula dasar b) Mengidentifikasi formula antara

4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik a) Memanipulasi persamaan

b) Mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan

c) Menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

E. Minat

Hilgard dalam Daryanto (2009: 53) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus dan disertai dengan rasa senang.

Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu akan memiliki tingkat perhatian yang tinggi pula terhadap sesuatu tersebut. Sesuatu yang lebih diminati seseorang akan lebih menarik perhatian orang yang bersangkutan. minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tarik baginya, siswa akan segan untuk belajar dan siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah


(57)

dipelajari dan disimpan, karena minat belajar menambah kegiatan belajar bagi siswa (Daryanto, 2009: 53).

Minat siswa terhadap pembelajaran yang dibuat oleh Keller pada tahun 1987 memuat empat komponen utama, yaitu attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (keyakinan), dan satifaction (kepuasan). Menurut Keller (1987) dalam Francom, dkk (2010: 56) menjelaskan keempat komponen utama tersebut sebagai berikut:

a. Attention (Perhatian)

Menurut Keller, minat siswa akan tumbuh jika suatu pembelajaran mendapatkan perhatian dari siswa. Siswa akan terangsang rasa ingin tahunya dalam pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam aktivitas belajar. Perhatian dari siswa dapat dibangun dari beberapa strategi, seperti menggunakan gaya pembelajaran yang bervariasi misalnya menggunakan media gambar, video, presentasi, atau diskusi kelompok, dan menyelipkan humor dalam pembelajaran, namun humor yang diberikan tidak berlebihan sehingga pembelajaran tetap dapat terkondisikan.

b. Relevance (Relevansi)

Relevansi merupakan keterkaitan materi yang dipelajari dengan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran tersebut. Misalnya keterkaitan materi dengan pengalaman yang dialami siswa, keterkaitan materi dengan manfaat dalam pembelajaran untuk masa depan siswa, keterkaitan materi dengan metode pembelajaran. Dalam penelitian ini,


(58)

pembelajaran metode inkuiri terbimbing cocok dengan materi yang dipelajari siswa dalam memahami materi gaya apung.

c. Confidence (keyakinan)

Keyakinan berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri siswa bahwa ia akan berhasil dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tidak akan mudah menyerah dalam pembelajaran, sehingga guru bertugas untuk meyakinkan siswanya bahwa mereka bisa mendapatkan hasil yang baik dalam pembelajaran ini karena kemampuan mereka bukan karena faktor keberuntungan yang mereka miliki. Guru juga memberikan tugas yang cukup untuk melatih siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Dengan keyakinan diri bahwa siswa akan berhasil dalam pembelajaran akan menumbuhkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

d. Satifaction (kepuasan)

Kepuasan dalam model ARCS ini adalah tentang perasaan yang dimiliki siswa dalam memperoleh hasil dari pembelajaran. Kepuasan siswa ini selain berupa kepuasan nilai yang didapatkan siswa, dapat juga berupa kepuasan siswa karena mendapat pujian, hadiah atau penghargaan dari guru atas keberhasilan siswa dalam pembelajaran misalnya saat siswa berhasil mengerjakan latihan soal sehingga siswa dapat merasa bangga atas keberhasilannya dalam pembelajaran. Dengan hal tersebut minat siswa dalam pembelajaran dapat terbentuk.


(59)

F. Konsep Gaya Apung

1. Pengertian Gaya Apung

Menurut Karim, dkk (2008: 22), suatu benda yang dimasukkan ke dalam air, beratnya seolah-olah berkurang. Hal ini terlihat pada penunjukkan neraca pegas yang lebih kecil.

Gambar 2.1 Benda Ditimbang dengan Neraca Pegas

Peristiwa ini bukan berarti ada massa yang hilang, namun disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda yang dikenal dengan gaya apung (Fa). Gaya apung sama dengan berat benda di udara dikurangi berat benda di dalam air.

Fa = Wu Wa

dengan, Fa = gaya apung atau gaya ke atas; satuan: N Wu = gaya berat benda di udara; satuan: N Wa = gaya berat benda di dalam air; satuan: N

Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin besar pula gaya apungnya, hal ini dikenal dengan hukum Archimedes yang berbunyi:


(60)

“Apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair, benda akan mendapat gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesak (dipindahkan) oleh benda tersebut.”

Secara matematis ditulis sebagai berikut : FA = Wf

Karena, Wf = mf . g

dan mf = ρf . V

maka Wf = ρf . V. g

Jadi:

FA = ρf V g dengan:

FA = gaya apung (N)

ρf = massa jenis zat cair yang dipindahkan atau yang tumpah (kg/m3) V = volum zat cair yang dipindahkan (m3)

= volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3) g = konstanta gravitasi atau percepatan gravitasi (m/s2) Wf = berat zat cair yang dipindahkan oleh benda (N)

mf = massa zat cair yang dipindahkan oleh benda (kg)

2. Mengapung, Melayang, Tenggelam

Suatu benda yang di celupkan ke dalam zat cair akan mengalami tiga keadaan, yakni terapung, melayang, dan tenggelam.


(61)

a. Mengapung

Jika sebuah balok kayu dijatuhkan kedalam air, pada balok tersebut akan bekerja gaya apung Fa yang lebih besar daripada berat balok w. Pada saat itu balok akan muncul ke permukaan air. Peristiwa ini disebut mengapung.

Gambar 2.2 Benda Terapung

Syarat benda mengapung di zat cair:

 Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair

 Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada benda

b. Melayang

Suatu benda dikatakan melayang jika benda berada dalam zat cair, tetapi tidak berada di dasar zat cair. Jadi benda tersebut berada di tengah-tengah antara permukaan zat cair dan dasar bejana (benda berada pada posisi antara dasar wadah air dan permukaan air).


(62)

Syarat benda melayang di zat cair:

 Massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair

 Berat benda sama dengan gaya apung yang bekerja pada benda c. Tenggelam

Suatu benda dikatakan tenggelam jika benda berada di dasar zat cair.

Gambar 2.4 Benda Tenggelam

Syarat benda tenggelam di zat cair:

 Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair

 Berat benda lebih kecil daripada gaya apung yang bekerja pada benda

Beberapa produk teknologi yang menerapkan konsep gaya apung ini diantaranya jembatan ponton, kapal laut, kapal selam, dan galangan kapal.

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Liadif, (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media KIT Terhadap Hasil Belajar Dalam


(63)

Pembelajaran IPA”. Penelitian ini dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Jembrana tahun pelajaran 2012/2013 dan menggunakan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional (ceramah) dan kelas eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional (ceramah) yang terlihat dari hasil uji-T terlihat thitung = 8,25 > ttabel = 1,997. Berdasarkan rata-rata hasil belajar, diketahui bahwa rata-rata siswa yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT lebih tinggi daripada rata-rata siswa yang diberi pembelajaran konvensional (ceramah). Dengan demikian, penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dan hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media KIT lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (ceramah). Penelitian Liadif memiliki perbedaan dengan penelitian ini yakni terletak pada perbedaan tingkat sekolah pada subyek penelitian dan mata pelajaran yang diteliti. Dalam penelitian ini meneliti juga hasil belajar aspek proses dan minat siswa terhadap pembelajaran.

2. Wulanningsih, 2012, dengan judul “Pengaruh model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau dari


(64)

sebagai kelompok eksperimen (penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing) dan kelas X2 sebagai kelompok kontrol (pembelajaran konvensional dengan pembelajaran ceramah). Hasil penelitian ini menunjukkan harga sig (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05 dengan maksud terdapat perbedaan signifikan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siwa dibandingkan pembelajaran ceramah Rata-rata nilai keterampilan proses sains di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap proses sains siswa di SMA Negeri 5 Surakarta. Penelitian Wulanningsih memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu mengukur proses sains pada hasil belajar siswa. Perbedaannya terletak pada mata pelajaran yang digunakan pada penelitian Wulanningsih adalah biologi, sedangkan pada penelitian ini adalah fisika. Dalam penelitian Wulanningsih tidak mengukur hasil belajar aspek produk dan tidak mengukur minat belajar siswa terhadap pembelajaran, sedangkan dalam penelitian ini mengukur hasil belajar fisika aspek produk pembelajaran inkuiri terbimbing dan mengukur minat siswa terhadap pembelajaran.


(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen kuantitatif. Dikatakan eksperimen karena pada penelitian ini ada perlakuan khusus pada subjek penelitian. Dikatakan penelitian kuantitatif karena kesimpulan yang diambil menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Nasoetion, 1992: 81-82). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada pembelajaran metode inkuiri terbimbing dan pembelajaran metode ceramah, serta untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran yang diperoleh dari hasil pretest, posttest, tes belajar fisika aspek proses serta hasil dari angket minat siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : SMP Pius Pekalongan Waktu Penelitian : 6-20 September 2013

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMP Pius Pekalongan kelas VIII D dan VIII E tahun ajaran 2013/2014. Siswa yang tergabung dalam


(66)

penelitian ini sejumlah 50 orang yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang digunakan sebagai kelas kontrol adalah kelas VIII E dengan jumlah siswa 25 siswa dan kelas eksperimen adalah kelas VIII D dengan jumlah siswa 25 siswa. Pemilihan subyek penelitian telah ditetapkan oleh pihak sekolah.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Menurut Purwanto (2012: 48), variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lain dalam suatu penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu dengan metode ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol dan metode inkuiri terbimbing yang diterapkan pada kelas eksperimen.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu penelitian (Purwanto, 2012: 48). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika aspek produk dan hasil belajar fisika aspek proses. Dalam variabel terikat ini peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk diambil hasil belajar dan minat siswa.


(67)

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: 1. Persiapan

a. Observasi kelas untuk melihat kondisi pembelajaran fisika di sekolah tempat penelitian.

b. Penentuan materi pembelajaran yang bertujuan untuk mendukung tercapainya penelitian yang berkaitan dengan konsep dan kemampuan proses siswa. Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi gaya apung.

c. Pembuatan instrumen, seperti: silabus dan RPP untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen, LKS pembelajaran untuk kelas eksperimen, handout pembelajaran kelas kontrol, soal pretest (tes kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran), soal posttest (tes kemampuan siswa setelah pembelajaran), soal tes belajar fisika aspek proses serta angket minat siswa terhadap pembelajaran.

2. Proses Pelaksanaan Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Pretest di Setiap Kelas

Pretest dilakukan di awal pertemuan, yaitu sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar. Tujuan diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal kognitif produk siswa. Setiap kelas diberikan soal pretest yang sama.


(68)

b. Pembelajaran di Setiap Kelas 1) Kelas Eksperimen

Pembelajaran yang diberikan di kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Proses pembelajaran ini meliputi:

a) Pembagian kelompok

Pembagian kelompok berdasarkan rekomendasi dari guru yang bersangkutan agar kemampuan siswa dalam kelompok terbagi secara merata.

b) Pembelajaran gaya apung dengan metode inkuiri terbimbing melalui kegiatan yang ada pada LKS 1 dan LKS 2.

2) Kelas Kontrol

Pembelajaran yang diberikan di kelas kontrol adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran ini meliputi:

a) Pemberian materi gaya apung melalui metode ceramah. b) Pemberian materi langkah-langkah proses sains yang

dikenal dengan metode ilmiah menggunakan pembelajaran metode ceramah.

c) Pemberian latihan soal materi gaya apung dan latihan soal langkah-langkah proses sains (metode ilmiah).


(69)

c. Evaluasi Pembelajaran dan Minat Siswa Terhadap Pembelajaran di Setiap Kelas

Evaluasi pembelajaran merupakan tes akhir setelah siswa mengalami pembelajaran tersebut yang meliputi tes belajar fisika aspek proses untuk mengukur hasil belajar fisika aspek proses pada siswa dan posttest untuk mengukur hasil belajar fisika aspek produk pada siswa serta pemberian angket minat siswa untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran tersebut. Kelas kontrol dan eksperimen diberikan instrumen evaluasi pembelajaran dan angket minat yang sama.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan ini meliputi: a. Silabus

Silabus yang digunakan adalah: 1) Silabus Kelas Kontrol

2) Silabus Kelas Eksperimen

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP yang digunakan adalah:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen


(70)

c. Lembar Kerja Siswa dan Kuncinya

Lembar kerja siswa merupakan lembar kegiatan atau lembar kerja yang digunakan oleh siswa pada pembelajaran metode inkuiri terbimbing.

2. Instrumen Pengukuran

Instrumen pengukuran pada penelitian ini meliputi alat ukur pada hasil belajar fisika aspek produk, hasil belajar fisika aspek proses, dan minat siswa terhadap pembelajaran.

a. Hasil Belajar Fisika Aspek Produk

Hasil belajar fisika aspek produk diukur dengan menggunakan soal pretest dan posttest. Pertanyaan pretest dan posttest disusun pada sub pokok bahasan gaya apung. Pretest diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Posttest diberikan kepada siswa setelah melakukan pembelajaran, dan bertujuan untuk mengetahui pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah mengalami pembelajaran. Pertanyaan pretest dan posttest dibuat dalam bentuk uraian oleh peneliti sendiri, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan mengacu pada ranah kognitif meliputi: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Distribusi soal pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(71)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Menurut Indikator dan Ranah Kognitif yang Diukur

Indikator

Ranah Kognitif Nomor Soal Pretest

Nomor Soal Posttest C1 C2 C3 C4

1. Menjelaskan konsep

gaya apung pada zat cair dalam masalah fisika sehari-hari

√ √ 1 1

2. Menyebutkan syarat benda dapat terapung, melayang, dan tenggelam di dalam zat cair

√ √ 2 3

3. Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari

berhubungan dengan

konsep benda terapung, melayang dan tenggelam

√ √ √ 3 4

4. Menerapkan konsep gaya

apung ke dalam

penyelesaian persoalan matematis

√ √ √ √ 4 2

5. Menerapkan konsep

terapung, melayang, dan tenggelam ke dalam penyelesaian persoalan matematis

√ √ √ √ 5 6

6. Menerapkan gaya apung pada hukum Archimedes ke dalam penyelesaian persoalan matematis


(72)

Tabel 3.2 Indikator, Soal Pretest dan Soal Posttest

Indikator Soal Pretest Soal Posttest

Menjelaskan konsep gaya apung pada zat

cair dalam

masalah fisika sehari-hari

Apa yang

menyebabkan berat benda di dalam cairan terasa lebih ringan dari pada berat benda di luar cairan?

Apa yang menyebabkan berat benda di dalam cairan terasa lebih ringan dari pada berat benda di luar cairan?

Menyebutkan syarat benda dapat terapung, melayang, dan tenggelam di dalam zat cair

Sebutkan masing-masing 2 syarat agar benda dapat:

a. tenggelam didalam zat cair! b. melayang di dalam zat cair! c. mengapung di dalam zat cair!

Jika sebuah benda dimasukkan ke dalam tiga cairan yang berbeda, tampak seperti gambar berikut :

(1) (2) (3)

a. Apa nama keadaan benda pada gambar (1), (2), (3)?

b. Sebutkan masing-masing 2 syarat agar benda mengalami keadaan pada :

1) gambar 1 2) gambar 2 3) gambar 3 Menunjukkan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari berhubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam Berikanlah: a. 2 contoh

penerapan konsep terapung di dalam zat cair pada teknologi! b. 1 contoh

penerapan konsep melayang di dalam zat cair pada teknologi!

Berikanlah:

a. 2 contoh penerapan konsep terapung di dalam zat cair pada teknologi!

b. 1 contoh penerapan konsep melayang di dalam zat cair pada teknologi!

Menerapkan konsep gaya apung ke dalam penyelesaian persoalan matematis

Berat sebuah batu ketika ditimbang di udara sebesar 58,8 N. Apabila di celupkan seluruhnya ke dalam air dan ditimbang, beratnya menjadi 49 N. Hitunglah gaya apung yang dialami oleh batu tersebut!

Sebuah logam ketika ditimbang di udara memiliki berat sebesar 68,6

N. Kemudian dicelupkan

seluruhnya ke dalam air, beratnya menjadi 49 N. Hitunglah gaya apung yang dialami logam tersebut!


(1)

(2)

255

LAMPIRAN H

1.

Surat Ijin Penelitian

2.

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

3.

Foto-foto


(3)

(4)

(5)

Foto-foto Penelitian

Siswa mengerjakan pretest


(6)

Siswa melakukan pembelajaran pada LKS 2 Siswa melakukan pembelajaran pada LKS 1