PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP

(1)

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP

Skripsi

Oleh : Juli Allim Istamah

NIM X2306023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP

Oleh : Juli Allim Istamah

NIM X2306023

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Jamzuri, M. Pd NIP. 19521118 198103 1 002

Pembimbing II

Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP. 19582708 198403 2 003

( ) Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd

NIP. 19500522 197603 1 001

( ) Anggota I : Drs. Jamzuri, M. Pd

NIP. 19521118 198103 1 002

( ) Anggota II : Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd

NIP. 19770717 200501 2 002

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Juli Allim Istamah. PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE

DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS

YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (2) perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (3) interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.

Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 22. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, masing-masing terdiri atas 35 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data menggunakan uji anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode

discovery-inquiry bebas termodifikasi; (2) ada perbedaan pengaruh antara minat belajar

siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar kategori rendah.; (3) tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode


(6)

commit to user

vi

belajar discovery-inquiry dan minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry sebagai metode pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan kalor.


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Juli Allim Istamah. PHYSICS LEARNING THROUGH GUIDED AND MODIFIED DISCOVERY-INQUIRY METHOD PERCEIVED FROM STUDENTS’ INTEREST IN LEARNING AT KALOR CONCEPT IN JUNIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta : Teacher Training And Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, November 2010.

The research aims are to know: (1) the difference effect between using guided ang modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at physics learning; (2) the difference effect of interest in learning between high and low categories students’cognitive ability at physics learning; (3) The interaction of effect between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning to students’ cognitive .ability at physics lerning.

This research use experimental method with 2 x 2 factorial design. The population in this research are entire students of VII class in SMP N 16 Surakarta. The sample is taken with cluster random sampling technique and obtained two classes as a research sample, each classes consist of 35 students. Data collecting use documentation, questionnaire, and test. Data analysis use anava test with different content of cell, furthermore use double comparison of Scheffe method with level of significance 0,05.

The result of research shows: (1) there is no a significant difference influence between using guided and modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is given learning with guided discovery-inquiry method obtain same cognitive ability with the student that is given learning with modified discovery-inquiry method; (2) there is a difference effect of interest in learning between high and low categories students’cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is having a interest in learning with high category having cognitive ability better than student that having a interest in learning with low category ; (3) there is no interaction between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning toward student’s cognitive ability in Physics. So between using discovery-inquiry method as study method and students’ interest in learning level


(8)

commit to user

viii

give the each influences to student’s cognitive ability at kalor fundamental concept.


(9)

commit to user

ix

MOTTO

 Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du:11)  Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah

selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al-Insyirah : 6-8 )

 Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan motivasi akan tumbuh jika ada harapan. (Penulis)


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ayahanda dan Ibunda tercinta Mbakku tersayang

(Nur ’Allimah Lestari Adikku tersayang

(’Allim Awaludin Rachman) Calon Imamku (?)

Teman-teman Cendrawasih (Chensy Mania)


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi.

6. Ibu Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi.

7. Rekan- rekan mahasiswa Fisika 2006 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan.

Surakarta, November 2010 Penulis


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ………...……… xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 5

C. Pembatasan Masalah ……… 6

D. Perumusan Masalah ………... 6

E. Tujuan Penelitian ……….….... 6

F. Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESI... 8

A. Kajian Teori ………... 8

1. Hakikat Belajar ………. 8

a. Pengertian Belajar ………. 8

b. Proses belajar ………... 9

c. Tujuan Belajar ... 11

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 12


(13)

commit to user

xiii

2. Hakikat Fisika ... 17

3. Metode Pembelajaran ... 18

a. Metode Discovery ... 18

b. Metode Inquiry... 20

c. Discovery-Inquiry Terbimbing... 24

d. Discovery-Inquiry Bebas yang Dimodifikasi... 25

4. Minat Belajar ... 26

a. Arti Minat Belajar ... 26

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar... 28

c. Cara Mengetahui Minat Belajar... 29

5. Kemampuan Kognitif ... 29

6. Pokok Bahasan Kalor ... 31

a. Pengertian Kalor ... 31

b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor... 32

c. Perubahan Wujud Zat... 32

d. Perpindahan Kalor... 34

B. Kerangka Berpikir... 36

C. Hipotesis... 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………...……… 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Variabel Penelitian ... 41

1. Variabel Bebas ... 41

2. Variabel Terikat ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Dokumentasi... 42

2. Teknik Tes... 43

3. Teknik Angket... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44


(14)

commit to user

xiv

a. Validitas Angket ... 45

b. Reliabilitas Angket ... 46

2. Instrumen Tes ... 47

a. Daya Pembeda Item ... 48

b. Derajat Kesukaran... 50

c. Fungsi Distraktor... 51

d. Reliabilitas ... 51

e. Keputusan Analisis Soal ... 52

G. Teknik Analisis Data ... 53

1. Penyajian Data... 53

2. Uji Kesamaan Keadaan Awal...………... 54

3 Uji Prasyarat Analisis... 55

a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Homogenitas ... 56

4 Pengujian Hipotesis ... 57

a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ... 57

b. Uji Lanjut Anava... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN …………..………... 63

A. Deskripsi Data ... 63

1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa ... 63

2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa ... 65

3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa ... 66

B. Hasil Analisis Data ... 68

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal ... 68

2. Uji Prasyarat Analisis ... 69

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Homogenitas ... 70

3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 70

a. Hasil Analisis Variansi ... 70

b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi ... 71


(15)

commit to user

xv

1. Uji Hipotesis Pertama ... 72

2. Uji Hipotesis Kedua ... 74

3. Uji Hipotesis Ketiga ... 75

D. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ……...… 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 76

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ………...…… 78


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 3.1 Desain Fatorial 2 x 2 ... 40 Tabel 3.2 Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket …... 45 Tabel 3.3 Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal ... 47 Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Diskriminasi Item dan

Interpretasinya ... 49 Tabel 3.5 Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda ... 49 Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya 50 Tabel 3.7 Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran

Soal ... 50 Tabel 3.8 Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor…... 51 Tabel 3.9 Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes

Klasik ... 52 Tabel 3.10 Persiapan Uji Anava Dua Jalan ... 59

Tabel 3.11 Rangkuman Anava ……… 61

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63 Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas

Eksperimen Dengan Metode Chi Kuadrat ... 64 Tabel 4.3 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas Kontrol

Dengan Metode Chi Kuadrat ………... 65 Tabel 4.4 Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika

Kelas Eksperimen dan Kontrol …………... 66 Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Kelas Eksperimen dan Kontrol ………. 66 Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen


(17)

commit to user

xvii

Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol Dengan Metode Chi Kuadrat ... 68 Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel

Tak Sama ... 71 Tabel 4.9 Rangkuman Komparasi Ganda ……….. 72


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Mengajar ... 12

Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 16

Gambar 2.3 Skema Perubahan Wujud Zat ……… 32

Gambar 2.4 Panci Tekan (Pressure Cooker) ... 33

Gambar 2.5 Konveksi pada Zat Cair ………. 35

Gambar 3.1 Batasan Daya Pembeda ………. 48

Gambar 4.1 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 64

Gambar 4.2 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol ...……….. 65

Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ……… 67

Gambar 4.4 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol ... 68


(19)

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi ... 80 Lampiran 2 Program Satuan Pembelajaran ... 81 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 106

Lampiran 5 Kisi-Kisi Penulisan Soal Try Out Tahun Ajaran 2009 /

2010 130

Lampiran 6 Soal Uji Coba Penelitian I 133

Lampiran 7 Soal Uji Coba Penelitian II 142

Lampiran 8 Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Kemampuan Kognitif

Tahun Ajaran 2009 / 2010 151

Lampiran 9 Soal Tes Kemampuan Kognitif 154

Lampiran 10 Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa... 162 Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa. 163 Lampiran 12 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa

Terhadap Fisika 165

Lampiran 13 Angket Uji Coba Minat Belajar Fisika 166 Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Fisika 171

Lampiran 15 Angket Minat Belajar Fisika 172

Lampiran 16 Lembar Telaah Kualitatif Butir Soal Try Out I 176 Lampiran 17 Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, dan

Reliabilitas Try Out Fisika

179 Lampiran 18 Analisis Fungsi Distraktor Item Try Out Fisika 183 Lampiran 19 Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket Minat Belajar 191 Lampiran 20 Data Nilai Kemampuan Awal Sampel 198 Lampiran 21 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas

Eksperimen 199

Lampiran 22 Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 200 Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas


(20)

commit to user

xx

Kontrol 201

Lampiran 24 Grafik Kemampuan Awal Kelas Kontrol 202 Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 203 Lampiran 26 Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa Dengan

Uji-t 2 Ekor 205

Lampiran 27 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen 208 Lampiran 28 Data Induk Penelitian Kelas Kontrol 209 Lampiran 29 Data Nilai Kemampuan Kognitif Sampel 210 Lampiran 30 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas

Eksperimen 211

Lampiran 31 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen 212 Lampiran 32 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 213 Lampiran 33 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 214 Lampiran 34 Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa 215 Lampiran 35 Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan

Dengan Isi Sel Tak Sama 217

Lampiran 36 Uji Pasca Anava Komparasi Ganda Dengan Metode

Scheffe 222

Lampiran 37 Daftar Nama Siswa 224

Lampiran 38 Foto-foto Penelitian 225

Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik 226


(21)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berubah dan berkembang serta problem ilmiah yang selalu meningkat, maka salah satu tugas sekolah ialah melatih atau mendidik siswa supaya dapat melaksanakan tugas-tugasnya di masyarakat. Selama bertahun-tahun metode mengajar IPA/Fisika yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan juga di perguruan tinggi ialah metode mengajar secara informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Secara tradisional, pembelajaran IPA/Fisika ditekankan pada penghafalan rumus-rumus, konsep-konsep atau bentuk-bentuk problem tertentu. Pengajaran IPA lebih ditekankan pada produk dari pada proses-proses IPA. Berdasarkan situasi dan kondisi inilah, maka sejak berapa tahun terakhir hingga saat ini strategi pembelajara IPA untuk tingkat sekolah dasar dan SMP/MTs serta Fisika di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, senantiasa diperbaharui dan dikembangkan

Sebenarnya kementrian pendidikan nasional (pemerintah RI) telah dan terus berusaha membiayai pengembangan pendidikan. Miliaran rupiah telah habis digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan kurikulum IPA, matematika, ilmu sosial, bahasa, dan sebagainya. Namun, pada kenyataannya sistem pembelajaran di sekolah-sekolah menengah masih lebih sering bersifat konvensional. Sehingga siswa hanya menerima apa adanya materi yang diajarkan oleh guru tanpa berusaha mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari. Padahal tujuan utama dari proses pembelajaran itu adalah meningkatnya kemampuan kognitif dari siswa. Di mana kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Sedangkan jika pembelajaran masih bersifat konvensional, maka upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif akan sangat sulit. Itulah


(22)

commit to user

sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan berbagai pola pendekatan, model/metode dan media pembelajaran yang bervariasi, disesuaikan dengan materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya monoton dilakukan dengan ceramah di depan kelas atau belajar secara individual dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja, karena kalau hanya dengan ceramah siswa akan cepat bosan dan pada akhirnya dapat melemahkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran. Apabila guru dapat menggunakan pola pendekatan, metode dan media pembelajaran yang bervariasi, maka kebosanan siswa dapat dihindari sehingga dapat meningkatkan minat dan kemampuan kognitif siswa

Minat belajar akan muncul dengan sendirinya apabila ada perhatian, oleh karena itu untuk memunculkan minat belajar sebaiknya seorang guru memiliki strategi-strategi untuk menarik perhatian siswa pada materi tertentu. Seorang peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh bila tidak berminat pada materi yang diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang aktif yang dimungkinkan dapat mempengaruhi sikap positif siswa sehingga siswa akan lebih terarik bahkan tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Program untuk mengembangkan metode mengajar yang modern di sekolah dasar dan sekolah menengah sebenarnya tidak perlu yang baru asalkan mampu menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar yang aktif. Salah satu program yang diusulkan adalah metode pembelajaran yang berorientasikan pada discovery-inquiry. Karena siswa akan termotivasi lebih baik apabila terlibat secara langsung dalam proses belajar melalui kegiatan-kegiatan discovery-inquiry. Dengan demikian, meningkatlah minat belajar dan kemampuan kognitif yang dipicu dari dalam diri siswa itu sendiri untuk mempelajari fisika dengan senang hati.


(23)

Discovery adalah suatu proses mental dimana anak atau individu

mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya, siswa mungkin menemukan “apa atom itu”, yaitu siswa membuat suatu konsep tentang atom, atau kemudian siswa mungkin menemukan suatu prinsip ilmiah bahwa “atom tidak dapat dibagi lagi“. Suatu kegiatan inquiry ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

. Metode pembelajaran discovery-inquiry terbagi menjadi tujuh sistem yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Dua di antara pengembangan kemampuan discovery-inquiry pada diri siswa melalui IPA yang akan diteliti adalah discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan

inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Dalam

melaksanakan discovery-inquiry terbimbing, seorang guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada para siswa, sehingga siswa tidak merumuskan problem yang akan diteliti itu sendiri melainkan telah disiapkan oleh guru lengkap dengan modul yang mencakup petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Sedangkan dalam discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi, guru hanya memberikan problem dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui penelitian. Disini guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan saja.

Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan metode pembelajaran discovery-inquiry. Kebanyakan pendekatan yang digunakan juga sama dengan yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Penelitian-penelitian terdahulu paling banyak diuji cobakan di tingkat perguruan tinggi yaitu pada mahasiswa semester awal terutama pada mata kuliah Praktikum Fisika Dasar dengan tinjauan yang berbeda-beda. Diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Isro’ Siti


(24)

commit to user

Nangimah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Discovery-Inquiry pada Praktikum Fisika Dasar II Ditinjau dari Kemampuan Logika Terhadap Kemampuan Analisis Kognitif Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2004/2005”. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah bahwa penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada praktikum fisika dasar II memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan analisis kognitif mahasiswa daripada pendekatan discovery-inquiry terbimbing. Peneliti lainnya adalah Rahmulyo dengan judul “Pembelajaran Fisika Dasar I Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Dan Metode Discovery-Inquiry Di Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada pokok Bahasan Viskositas Ditinjau Dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2005 / 2006”. Hasil yang diperoleh bahwa mahasiswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dan masih ada peneliti lain dengan konsentrasi sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup banyak penelitian yang meneneliti metode discovery-inquiry sehingga penulis lebih mantap untuk mengadakan penelitian terhadap metode yang sama, namun dengan tinjauan yang berbeda dan sasaran yang berbeda pula.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis mencoba mengadakan penelitian yang sama namun untuk diujicobakan di tingkat SMP. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan metode

discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry) terhadap

kemampuan kognitif siswa yang ditinjau dari seberapa besar minat belajar siswa. Materi yang diperkirakan sesuai untuk menunjang metode yang diteliti adalah materi kalor, karena dalam materi kalor banyak dipelajari sub-sub materi yang untuk memahamkan konsepnya perlu dilakukan pengamatan langsung melalui penemuan eksperimen. Sehingga penulis mencoba mengambil judul Skripsi :


(25)

”PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP”

B. Identiikasi Masalah

Identifikasi masalah oleh penulis, diantaranya adalah bahwa pembelajaran IPA di sekolah-sekolah sebagian besar masih konvensional. Di mana metode mengajar yang digunakan bersifat informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Metode semacam itu tidak menuntut siswa untuk mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari. Sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang secara optimal. Selain itu siswa lebih cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang diajarkan. Apalagi mata pelajaran Fisika, yang secara umum dikenal sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan.

Rasa bosan, tidak tertarik, dan menakutkan dapat mengakibatkan kurangnya motivasi dari dalam diri siswa. Akibatnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika menjadi rendah, sehingga dapat mempengaruhi hasil prestasi belajarnya. Untuk itu perlu adanya peranan guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif agar dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pula hasil belajar Fisika siswa. Metode yang dirasa tepat adalah metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, karena akan mempengaruhi tinggi rendahnya minat belajar Fisika siswa. Salah satu metode yang diusulkan yaitu metode pembelajaran discovery-inquiry. Namun demikian penggunaan metode pembelajaran tidak boleh sembarangan. Harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan.


(26)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan maka masalah penelitian ini dibatasi:

1. Kegiatan pembelajaran Fisika yang digunakan adalah metode

discovery-inquiry terbimbing dan discovery-discovery-inquiry bebas termodifikasi.

2. Indikator yang diamati adalah kemampuan kognitif yang dicapai siswa dari hasil pembelajaran

3. Pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif. Minat belajar siswa dikategorikan dalam kategori tinggi dan rendah.

4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Kalor

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan menjadi fokus analisis dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?

2. Adakah perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?

3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan metode

discovery-inquiry terbimbing dan discovery-discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada


(27)

2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.

3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode

discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika

terhadap kemampuan kognitif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberi gambaran tentang pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.

2. Memberi gambaran tentang pengaruh minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.

3. Memberi gambaran ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.


(28)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar a. Pengertian Belajar

Proses belajar telah lama menarik perhatian khalayak umum. Banyak tokoh yang berusaha memikirkan secara spekulatif maupun lewat eksperimen-eksperimen untuk menjelaskan peristiwa belajar. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari aktivitas belajar. Berikut ini akan disampaikan pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu: Menurut.Chaplin dalam Dicionary of Psychology, seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2003 : 89) menyatakan bahwa “…acquisition of any relatively permanent change behavior as a result of practice and experience (belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman)”.

Merangkum dari pendapat Syaiful Sagala (2009: 11-12) bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan dengan kegiatan atau tingkah laku yang terdiri dari kegiatan psikis maupun fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.

Sedangkan menurut Winkel (1996 : 53) mengatakan bahwa: “ Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap “.

Begitu pula menurut Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Merangkum dari pendapat Slameto (1995:3-7) mengenai perubahan tingkah laku diperoleh pengertian belajar antara lain :


(29)

1). Perubahan yang terjadi secara sadar

2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5). Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan psikis maupun fisis yang dijalani seseorang sehingga orang itu mengalami perubahan tingkah laku yang melibatkan proses mengingat, melihat, dan memahami sesuatu melalui berbagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan keterampilan, sikap, pengetahuan, kebiasaan, pemahaman, dan lain-lain.

b. Proses Belajar

Peristiwa belajar itu ternyata merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Secara sederhana proses belajar menunjukkan pada aktifitas individu. Secara teknis belajar menunjukkan terjadinya proses perubahan tingkah laku individu.

Merangkum dari pendapat Bruner dalam Syaiful Sagala (2009: 35) bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu:

1) Informasi, kemudian ada yang menambah pengetahuan yang dimiliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya

2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.

3) Evaluasi, kemudian dinilai hingga pengethuan yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.


(30)

commit to user

Menurut Brunner yang dikutip Slameto (1995: 11), “dalam proses belajar, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu”. Sehingga dibutuhkan lingkungan belajar yang mendukung.

Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari siswa, antara lain : 1) Enactive : Seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan

bermacam-macam ketrampilan motorik.

2) Ionik : Seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat di mana bukunya yang penting diletakkan.

3) Symbolik : Seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.

Menurut Bruner pula, dalam proses belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini|:

1). Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu

disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa. 3). Menganalisis sequence.

Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.

4). Memberi reinforcementdan umpan balik (feed-back).

Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.

(Slameto, 1995: 12) Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar selalu ada tiga fase yaitu informasi, transformasi dan evaluasi yang akan lebih baik jika ketiga fase tersebut ditekankan pada partisipasi aktif dari tiap siswa, sehingga perbedaan kemampuan yang dimiliki tiap siswa dapat dipahami dengan baik. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning environment ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula


(31)

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psiomotorik. Adapun taksonomi atau klasifikasinya menurut Benjamin Bloom dan kawan-kawan yaitu sebagai berikut:

1). Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Ranah Kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu: a). Pengetahuan (Knowledge)

b). Pemahaman (Comprehension) c). Penerapan (Aplication)

d). Analisis (Analysis) e). Sintesis (Syntesis) f). Evaluasi (Evaluation)

2). Ranah Afektif / Sikap (Afective Domain)

Ranah Afektif meliputi lima tingkatan,yaitu : a). Kemampuan menerima (Receiving)

b). Kemampuan menanggapi (Responding) c). Berkeyakinan (Valuing)

d). Penerapan Kerja (Organization) e). Ketelitian (Correcteration by value) 3). Ranah Psikomotor (Psycomotoric Domain)

Ranah psikomotrik meliputi empat tingkatan , yaitu: a). Gerak Tubuh (Body movement)

b). Koordinasi gerak (Finaly coordinated movement) c). Komunikasi non verbal (Non verbal communication set) d). Perilaku bicara (Speech behaviors)

(Gino et al, 1998:19) Tujuan belajar pada intinya adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman sikap/nilai, dan ketrampilan. Yang mana pencapaian tujuan belajar dapat diidentifikasikan dari hasil belajar. Untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal diperlukan sistem lingkungan/ kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen- komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang ingin dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia. Sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.


(32)

commit to user

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat disajikan dengan elaborasi sebagai berikut:

Gambar 2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Gambar 2.1 menyajikan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku pengalaman belajar. Raw input diharapkan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan klasifikasi tertentu setelah melewati proses belajar mengajar (learning teaching process). Proses belajar-mengajar ikut dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan. Masukan lingkungan (environmental input) merupakan faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang tercapainya keluaran (output) yang dikehendaki. Kelompok faktor lainnya adalah faktor instrumental (instrumental input). Berbagai faktor tersebut saling berinteraksi dalam menghasilkan keluaran tertentu.

Menurut Slameto yang dirangkum dari bukunya (1995: 54 - 72), ”Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.”

ENVIRONMENTAL INPUT

RAW INPUT LEARNING TEACHINGPROCESS OUTPUT


(33)

Faktor interndapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu : 1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah :

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah “Keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek”. (Slameto, 1995 : 56). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Menurut Hilgard dalam Slameto (1995, 57) memberi rumusan tentang minat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Minat


(34)

commit to user

besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.

d) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard “ Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih”. (Slameto, 1995, 57). Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.

e) Motif

Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan sangat diperlukan dalam belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Menurut Jamies Drever “Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.


(35)

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis).

Faktor ekstern dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Faktor Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama 2) Faktor Sekolah

Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat antara lain, adanya mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar. Berbagai faktor yang telah diuraikan diatas dapat diperjelas sebagai berikut:

a) Bahan atau hal yang harus dipelajari b) Faktor-faktor lingkungan

c) Faktor-faktor instrumental d) Kondisi individual pelajar

Faktor individual dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Kondisi fisiologis

(2) Kondisi psikologis

Dari faktor-faktor yang telah disampaikan tersebut, dapat juga disajikan dalam bentuk ikhtisar sebagai berikut:


(36)

commit to user

Dalam Luar

Lingkungan

Intrumental

Alami Sosial

Tenaga Pengajar Sarana/fasilitas Program Kurikulum

Fisiologis

Psikologis Kecerdasan

Kemampuan kognitif Bakat

Minat

Motivasi

Kondisi panca indera Kondisi fisiologis umum

Faktor

Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar terutama faktor luar yang ada di sekolah yang diteliti pada dasarnya sudah cukup mendukung pembelajaran. Yaitu dengan lingkungan belajar yang cukup tenang karena dipagari secara menyeluruh sehingga kebisingan yang ada di luar lingkungan sekolah dapat diminimalkan. Begitu pula dengan faktor instrumentalnya juga mendukung yaitu sarana/fasilitas pembelajaran sudah cukup lengkap serta tidak kekurangan tenaga pengajar. Demikian pula dengan kurikulum yang digunakan yaitu sudah mencanangkan KTSP. Dengan adanya faktor luar yang mendukung, seharusnya tujuan belajar yang dicapai oleh sekolah bisa maksimal yaitu menghasilkan peserta didik yang berkemampuan kognitif tinggi. Namun demikian dirasa masih kurang karena pada kenyataannya masih ada faktor dalam yang justru berpengaruh sangat besar dalam menentukan hasil belajar. Diantaranya yaitu minat belajar siswa dan kemampuan kognitif. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Jika siswa memiliki minat belajar yang tinggi, dimungkinkan akan berdampak positif pada meningkatnya kemampuan kognitif.


(37)

Untuk meningkatkan minat belajar maka diperlukan peran penting dari guru yang merupakan faktor luar dari proses belajar. Sehingga faktor sekolah yang demikian belum bisa sepenuhnya mendukung, kalau kemampuan guru untuk menarik minat belajar siswanya masih dirasa kurang. Untuk menarik minat belajar siswa diperlukan metode yang bervariasi sesuai dengan kondisi siswa di sekolah. Sehingga peneliti memilih sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh metode yang diteliti terhadap proses dan hasil belajar dengan kondisi lingkungan yang demikian.

2. Hakikat Fisika

Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sehingga ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA, yang mencakup gejala-gejala alam. Kata Fisika berasal dari bahasa Yunani "Physic" yang berarti "alam" atau "hal ikhwal alam" sedangkan fisika (dalam bahasa inggris "Physic") ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementemya.

Menurut Harrys Siregar (2003:3) Fisika adalah ilmu yang paling fundamental dan mencakup semua Sains, baik Sains benda-benda hidup maupun Sains fisika. Dalam pengertian secara luas fisika itu cabang dari ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam bumi serta penomenanya.

Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku yang telah dipelajari melalui pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejala-gejala itu selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu yang disebut hukum-hukum fisika.

Harrys Siregar (2003:1) . Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi antara bagian-bagian tersebut. Sebagaimana diketahui,


(38)

commit to user

benda-benda di alam terbagi atas 2 bagian: alam makro yaitu benda-benda yang ukurannya besar dapat dilihat dengan alat-alat yang ada saat ini; alam yang besar ini termasuk benda-benda yang sangat besar dengan jarak antara 2 benda juga besar kali, misalnya bulan, matahari, bumu dan lain-lain. Alam mikro adalah benda kecil sekali dengan jarak antara benda tersebut sangat kecil, benda-benda mikro ini tak dapat dilihat dengan alat-alat biasa.

Tujuan belajar fisika adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, melalui belajar fisika diharapkan pula untuk dapat meningkatkan perkembangan IPTEK, pelestarian lingkungan serta kekayaan alam.

Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik dan dapat dipelajari secara pengamatan dan eksperimen serta teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung di laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang selanjutnya dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Metode Pembelajaran a. Metode Discovery

Menurut Sund, yang dikutip Roestyah N. K. (2001 : 20) dicoveryadalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.


(39)

Menurut Carl J. Wenning dalam jurnal internasional “Levels of inquiry” (2004:3) “Discovery learning is perhaps the most fundamental form of inquiry-oriented learning. The focus of discovery learning is not on finding applications for knowledge but, rather, on constructing meaning or knowledge from experiences. As such, discovery learning employs reflection as the key to understanding. (Pembelajaran discovery merupakan bentuk paling dasar dari inquiry. Focus dari pembelajaran discoverytidaklah terpancang pada aplikasi pengetahuan saja, tetapi lebih diartikan untuk membangun pengetahuan dari pengalaman. Sedemikian rupa sehingga pembelajaran discoverymerupakan kunci dari pemahaman).”

Cara belajar dengan metode discovery menurut E. Mulyasa (2005:110), menempuh langkah-langkah berikut :

1) Adanya masalah yang akan dipecahkan

2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik

3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.

4) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.

5) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.

6) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.

7) Garu harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data informasi yang diperlukan peserta didik

Adapun keunggulan teknik discoveryyang dirangkum menurut pendapat Roestiyah N.K (2001:20-21) adalah :

1). Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif / pengenalan siswa.

2). Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3). Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.

4). Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.


(40)

commit to user

5). Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6). Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7). Strategi ini berpusat pada diri siswea tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja.

Sedangkan kelemahannya antara lain :

1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadan sekitarnya dengan baik.

2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

5) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

b. Metode Inquiry

Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi Inquiry adalah perluasan proses-proses discovery yang digunakan dengan cara yang lebih

dewasa. inquiry mengandung proses–proses mental yang lebih tinggi

tingkatannya. Misalnya, merumuskan problem, mendesain eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menaarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

Dalam jurnal internasional (Randy L. Bell, dkk, 2005:1) dipaparkan penggambaran oleh The National Science Education Standards bahwa “inquiry


(41)

instruction as involving students in a form of active learning that emphasizes questioning, data analysis, and critical thinking. (Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang menyertakan siswa untuk aktif dalam proses belajar yang menekankan pada tanya jawab, analisa data, dan kritis berfikir).”

Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005 : 109) mengemukakan tiga macam metode inquirysebagai berikut :

1) Inquiry terbimbing (Guide inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

2) Inquiry bebas (free inquiry)

Pada inquirybebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertantu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data dan pengevaluasi proses.

3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)

Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Adapun keunggulan teknik inquiry dirangkum dari pendapat (Roestiyah N.K,2001:76-77) sebagai berikut:

1) Dapat membentuk dan mengembangkan self-conceptpada diri siswa. 2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk intuitif dan merumuskan hipotesis sendiri. 5) Memberi kepuasan yaang bersifat intrinsik.


(42)

commit to user

7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8) Memberi kebebasan siswa daripada cara-cara belajar yang tradisional. 9) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.. Sedangkan kelemahannya adalah :

1) Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua tingkatan kelas 2) Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya.

3) Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek afektif.

4) Memerlukan banyak waktu.

(Slameto, 1991:117) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan discovery-inquiry, dalam proses menemukaan (discovery), siswa menggunakan proses – poses mentalnya untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental ini, antara lain: mengamati, menggolong-golongkan, mengukur, membuat dugaan, dan sebagainya. Dalam proses menyelidiki (inquiry), siswa mungkin menggunakaan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip, ditambah proses-proses mental lain yang memberikan ciri-ciri seorang dewasa yang sudah matang.

Moh. Amin (1988: 23) menguraikan tentang tujuh jenis discovery-inquiry yang dapat diikuti sebagai berikut :

1) Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson

Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

2) Modified Discovery-Inquiry

Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.


(43)

3) Free Inquiry

Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan

modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus

mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.

4) Invitation Into Inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut :

a) merancang eksperimen b) merumuskan hipotesis c) menetapkan control d) menentukan sebab akibat e) menginterpretasi data f) membuat grafik 5) Inquiry Role Approach

Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut: a) koodinator tim

b) penasihat teknis c) pencatat data d) evaluator proses e) Pictorial Riddle

Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddleadalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.

6) Synectics Lesson

Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.


(44)

commit to user

c. Discovery Inquiry Terbimbing

Istilah discovery-inquiry terbimbing digunakan apabila kegiatan discovery-inquiry guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

Menurut Rini Budiharti (1998 : 54-55), pada umumnya suatu guided discovery-inquiry Laboratorium Lessonterdiri dari:

1) Pernyataan Problem

Problem untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.

2) Kelas atau semester

Menunjukkan tingkat siswa yang akan diberi pelajaran. 3) Konsep atau prinsip yang diberikan

Konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan harus ditulis dengan jelas dan tepat

4) Alat atau bahan

Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan.

5) Diskusi pengarahan

Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa ( kelas) untuk mendiskusikan sebelum siswa melakukan kegiatan discovery-inquiry.

6) Kegiatan metode penemuan oleh siswa

Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dengan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. 7) Proses berpikir kritis dalam ilmiah

Proses berpikir kritis dan ilmiah harus ditulis dan dijelaskan untuk menunjukkan kepada guru lain tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.

8) Pertanyaan yang bersifat open ended

Pertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan atau percobaan yang dapat dilakukan oleh siswa.

9) Catatan guru


(45)

a) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan atau pelajaran.

b) Isi materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan

c) Faktor-faktor atau variabel-veriabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama penting sekali apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal ).

Keunggulan discovery inquiryterbimbing di laboratorium adalah :

1) Membantu berpikir siswa terutama dalam memproses bermacam-macam keterangan.

2) Siswa memperoleh penemuan-penemuan tentang konsep-konsep dasar dan ide-ide yang baik.

3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

4) Mendorong siswa berpikir open-ended sehingga memberikan kepuasan intrinsik.

5) Membantu sikap-sikap obyektif dan jujur.

6) Memberikan kesempatan siswa untuk mengakomodasi dan

mengasimilasi informasi.

Adapun kelemahan discovery inquiryterbimbing di laboratorium adalah: 1) Apabila sekolah dalam memiliki perlengkapan laboratorium, maka

pengunaan metode ini mengalami kesulitan.

2) Relatif memakan waktu yang banyak dan sering lebih memakan waktu lebih dari satu sesi.

3) Membutuhkan guru yang mempunyai kreatifitas tinggi.

4) Membuat bahan pelajaran menjadi kabur dan kacau, terutama kalau PBM kurang .

(Moh. Amien, 1988:139-140)

d. Discovery Inquiry Bebas yang Dimodifikasi

Metode ini berlainan dengan dicovery-inquiry terbimbing, di mana guru hanya memberikan problem saja kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem tersebut melalui pengamatan eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.

Dalam metode ini siswa didorong untuk memecahkan problem-problem dalam kerja kelompok atau perorangan. Guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat berpikir dengan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Misalnya guru harus


(46)

commit to user

mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan. Guru dalam hal ini dituntut untuk tidak merampok kesempatan siswa untuk berbuat dan berpikir lebih kreatif.

Dengan demikian, proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Fisika di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi yang menggunakan “discovery-inquiry” dapat lebih mengembangkan sifat menyelidiki pada diri siswa. Di lain pihak pembelajaran menggunakan “discovery-inquiry” akan menciptakan pembelajaran yang student centered bukan lagi teacher centered. Bila yang terjadi sebaliknya, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak bermakna. Dengan demikian harapan mewujudkan siswa menjadi manusia seutuhnya akan mendapat peluang yang besar mewujudkannya bila proses pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan semisal “discovery-inquiry”. Hal itu memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi dari setiap guru-guru IPA atau guru Fisika

4. Minat Belajar a. Arti Minat Belajar

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu ( Winkel, 1996 : 188 ). Hilgrad memberikan rumusan minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan ( Slameto, 1995 : 57 ). Berbeda dengan Winkel dan Hilgrad, dikemukakn bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar ( Kurt Singer, 1987 : 78 ).

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian minat belajar yang tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar timbul karena adanya perhatian, oleh karena itu untuk menimbulkan minat belajar sebaiknya harus menimbulkan perhatiannya pada materi tertentu. Seorang peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh- sungguh bila ia tidak berminat pada materi yang


(47)

diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika

Untuk itu perlu diperhatikan pula unsur- unsur yang berperan dalam mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang antara lain disebutkan sebagai berikut:

1) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu obyek pelajaran atau dikatakan sebagai banyak sediitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2005: 45). Seseorang yang menaruh minat terhadap seuatu hal biasanya akan mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan.

2) Perasaan

Perasaan dibedakan menjadi perasaan senang dan perasaan tidak senang. Perasaan senang merupakan ungkapan menyukai terhadap sesuatu hal. Perasaan ini merupakan perasaan tanggapan yang mempunyai makna perasaan yang mengiri apabila kita menganggap suatu keadaan (Agus Sujanto, 2004: 77). Perasaan tanggapan menimbulkan keinginan untuk mengadakan interaksi dengan hal yang disenanginya. Dapat dikatakan perasaan senang menimbulkan minat terhadap sesuatu hal sedang perasaan tidak senang berperan sebaliknya yaitu menurunkan minat.

3) Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar (Sardiman, 2005: 40). Konsentrasi adalah pemusatan perhatian secara menyeluruh terhadap sesuatu hal. Adanya konsentrasi menunjukkan bahwa seseorang dikatakan berminat pada sesuatu hal. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan.

4) Kesadaran dan Kemauan

Apabila seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak melaksanakan putusan itu (Sardiman, 2005: 89). Adanya kesadaran dan kemauan untuk berbuat


(48)

commit to user

atau melakukan sesuatu hal menandakan minat seseorang. Karena adanya kesadaran maka timbul keingintahuan dan kemauan untuk melakukan sesuatu.

Agar dapat menarik minat belajar siswa diperlukan beberapa teknik antara lain merasionalkan apa yang masih menjadi perhatian ataupun menjelaskan esensi isi/ materi pelajaran yang telah didiskusikan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru berupaya membangkitkan minat dengan menerapkan sebanyak mungkin teknik dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu yang merupakan faktor penting untuk menumbuhan minat siswa. Kondisi-kondisi tersebut antara lain disebutkan sebagai beriut:

Merangkum dari pendapat Kurt Singer (1987 : 92) tentang persyaratan penting yang mempengaruhi minat belajar meliputi:

1) Pelajaran yang menari perhatian jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata.

2) Pelajaran menarik harus mempertimbangkan minat pribadi peserta didik. 3) Pelajaran akan lebih menarik bagi peserta didik jika mereka memberi

kesempatan untuk giat dan mandiri.

4) Minat peserta didik akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa yang dipelajari itu dapat mencapai tujuan tertentu.

Crow mengatakan bahwa minat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Faktor-faktor dari dalam, kebutuhan dapat berupa kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan jasmani dan kejiwaan yaitu faktor yang berhubungan erat dengan fisik, kebutuhan untuk mempertahankan diri, dll.

2) Faktor motif sosial, yaitu faktor yang dapat membangkitkan minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas demi kebutuhan sosial.


(49)

3) Faktor-faktor emosional yaitu faktor emosi, perasaan yang erat dengan minat terhadap obyek tertentu. Suatu aktivitas yang berhubungan dengan obyek tertentu kemudian dapat menimbulkan perasaan tertarik dan senang.

(Abdul Rahman Abror, 1981 : 169). Berdasakan pendapat-pendapat yang disampaikan di atas mengenai sesuatu yang berkaitan dengan minat, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa yaitu:

1) Faktor yang berasal dari dalam siswa

2) Faktor yang berasal dari lingkungan termasuk budaya 3) Faktor motif sosial dari masyarakat

4) Faktor emosional yang berupa perasaan yang dapat menimbulkan adanya minat belajar.

c. Cara Mengetahui Minat Belajar

Ada empat cara untuk mengukur minat yaitu metode observasi, kuesioner, interview, dan inventori. Pengukuran minat dengan menggunakan metode observasi dapat dilakukan dengan mengamati minat seseorang dalam kehidupan nyata. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Pada metode kuesioner, daftar-daftar berupa pertanyaan tentang minat diajukan kepada responden untuk dijawab dengan menuliskan persyaratan. Metode berikutnya yaitu metode interview dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden. Selanjutnya metode yang terakhir yaitu metode inventori adalah metode penguuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner hanya saja responden memberi jawaban dengan memberi tanda lingkaran, menyilang, atau tanda lain yang berupa jawaban singkat dari pertanyaan lengkap.

5. Kemampuan Kognitif

Kognitif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk pemikiran, kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau bentuk usaha untuk mencapai sesuatu melalui pengalaman


(1)

Tabel 4.9. Rangkuman Komparasi Ganda

Komparasi Ganda

Rerata Statistik

Uji

Harga

Kritik P kesimpulan

1 2 (F) 0,05

B1vs B2 70,74 49,69 42,48 3,99 <0,05 B1> B2 Perhitungan uji uji komparasi ganda selengkapnya terdapat pada lampiran. Keputusan uji:

Berdasarkan tabel 4.9. dapat disimpulkan hasil uji coba rerata yaitu: FB12 = 42,69 > F0.05; 1.66= 3,99 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (minat belajar tinggi) dengan baris B2(minat belajar rendah) terhadap kemampuan kognitif siswa. (Lampiran )

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan analisis variansi dan Uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal sebagai hasil penelitian:

1. Uji Hipotesis Pertama

0 :

0A i

H

Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor

0

:

0A i

H

: Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing (A1) dan penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi (A2) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor Hasil penelitian setelah diuji anava


(2)

commit to user

didapatkan nilai FA12= 2,02 lebih kecil dari F0,05;1.66= 3,99. Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa perbedaan rerata kemampuan kognitif siswa antara penggunaan metode discovery-inquiry melalui sistem discovery-inquiry terbimbing dan penggunaan metode incuiry melalui sistem discovery-inquiry bebas termodifikasi tidak signifikan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing menghasilkan kemampuan kognitif yang hampir sama dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi.

Berbeda dengan hasil penelitian relevan yang digunakan sebagai referensi oleh peneliti. Dalam penelitian yang relevan diperoleh hasil bahwa penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi memberikan pengaruh yang lebih baik teradap kemampuan analisis kognitif daripada pendekatan discovery-inquiry terbimbing. Sedangkan pada penelitian yang lain menyatakan bahwa pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dari perbedaan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memiliki kecocokan yang berbeda sesuai dengan jenjang pendidikan dari peserta didik. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab ditolaknya hipotesis dari peneliti.

Penyebab lain ditolaknya hipotesis adalah pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terbimbing dan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi belum bisa berjalan secara optimal. Karena metode discovery-inquiry merupakan metode pembelajaran yang diadopsi dari luar dan baru pertama kali digunakan di sekolah yang diteliti sehingga tidak semua siswa langsung paham dalam mengikuti pembelajaran baik dengan metode discovery-inquiry terbimbing maupun metode discovery-inquiry bebas termodifikasi. Dimungkinkan karena siswa SMP kelas VII kurang terbiasa dengan kemandirian dalam pembelajaran penemuan. Mereka lebih cenderung menerima daripada mencari dan menemukan konsep materi yang dipelajari. Upaya untuk dapat memancing siswa


(3)

agar lebih aktif dalam pembelajaran telah dilakukan, namun karena baru pertama kali kedua metode pembelajaran discovery-inquiry tersebut diberikan, sehingga siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengungkap konsep materi. Dan untuk menghindari kesalahan konsep dalam pembelajaran, maka penelitian yang dilakukan dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi guru masih harus terlibat aktif dalam pembelajaran yang seharusnya keterlibatan guru hanya dilakukan saat menggunakan discovery-inquiry terbimbing saja. Hal seperti itulah yang menyebabkan hasil belajar kognitif kedua kelas memiliki perbedaan rerata yang tidak signifikan.

.

2. Uji Hipotesis Kedua

0 :

0B j

H

: Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor

0 :

1B j

H

: Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi (B1) dengan minat belajar rendah (B2) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa: Ada perbedaan pengaruh minat belajar siswa yang tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa. Dari uji lanjut anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Rerata siswa yang memiliki minat belajar tinggi 70,74 sedangkan siswa yang memiliki minat belajar rendah 49,69. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Dengan perbedaan semacam ini maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar rendah.


(4)

commit to user

3. Uji Hipotesis Ketiga

0 :

0AB ij

H



: Tidak ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.

0 :

1AB ij

H



: Ada interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Interaksi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry (A) dan minat belajar siswa (B) terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode discovery-inquiry baik melalui sistem inquiry terbimbing maupun penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi dengan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa

D. Keterbatasan Penelitian

Proses penelitian memiliki beberapa keterbatasan. Kurang optimalnya pelaksanaan penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing maupun penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discovery-inquiry terbimbing, ternyata tidak semua siswa belajar secara aktif. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi, peneliti masih harus membimbing karena sebagian besar siswa belum memahami proses pembelajarannya. Peneliti mengidentifikasi penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik pengambilan sample, kemampuan awal sample yang tidak mendukung keberlangsungan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan, waktu yang tersedia untuk penyesuaian materi pembelajaran dengan metode yang digunakan masih kurang. Dari Keterbatasan yang telah disebutkan tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat memperoleh hasil mengenai metode mana yang lebih efektif berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan: 1. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

discovery-inquiry terbimbing dan penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi.

2. Ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar kategori rendah. 3. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan metode belajar

discovery-inquiry dan minat belajar siswa terhadap terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry sebagai metode pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor.

B. IMPLIKASI

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode belajar discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry yang dimodifikasi dapat membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Kedua metode ini sama baiknya jika digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu Fisika untuk materi Kalor di SMP. Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah minat belajar siswa yang tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kognitif siswa.


(6)

commit to user

Oleh karena itu, minat belajar siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh kemampuan kognitif yang optimal.

Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah bahwa minat belajar siswa memberikan pengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi memperoleh peningkatan kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan minat belajar rendah.

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini di sekolah adalah minat belajar siswa merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh guru selain pendekatan dan metode pembelajaran. Peningkatan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, penggunaan multimedia dalam pembelajaran, penggunaan contoh-contoh nyata dalam pembelajaran untuk memperjelas konsep serta meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.

C. SARAN

Penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan pendekatan dan metode-metode mengajar, sehingga dapat memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk suatu kompetensi tertentu.

2. Guru sebaiknya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi besarnya minat belajar siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.

3. Kepada rekan mahasiswa, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang lain dengan mengkaitkan beberapa aspek yang belum dikembangkan dari variabel yang telah disebutkan.