PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN

METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI Oleh

Endang Fitriyanti

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas sehingga siswa sulit dalam menerima, merespon, dan mengembangkan materi yang diberikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa tidak meningkat. Penelitian ini membandingkan hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi, (2) Hasil belajar fisika yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X pada semester ganjil sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas X3 sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi dan kelas X8 sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random


(2)

Endang Fitriyanti Sampling. Desain Eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah: (1) Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

eksperimen dan demonstrasi, (2) Hasil belajar fisika yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi. Dimanarata-rata nilai hasil belajar fisika pada kelas eksperimen yaitu 80,13 sedangkan pada kelas demonstrasi yaitu 68,75. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi.

Kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Inkuiri Terbimbing, Metode Demonstrasi, Metode Eksperimen.


(3)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN

DEMONSTRASI

Oleh Endang Fitriyanti

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Endang Fitriyanti dilahirkan di Sidomulyo Panca Tunggal Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan, 14 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Lasiya dan Ibu Kaeriyah. Jenjang pendidikan dimulai Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Panca Tunggal 1995, diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjung Bintang, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Gajah Mada Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi mahasiswa di lembaga UKMF FPPI sebagai GEMA FPPI tahun 2007/2008 Tahun 2009, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada tahun 2012 penulis melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus dan mendalam kepada:  Bapak Lasiya dan Ibu Kaeriyah tercinta, dengan ketulusan doa, senyum, dan

usaha keras serta kasih sayang yang tak pernah putus, senantiasa memberikan semangat optimis untuk mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

My Husband Muhamad Subekan dan jagoan kecilku Andhika Hidayatulloh tersayang, yang selalu memberikan semangat dan doa serta kasih sayang demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

 Adikku tersayang, Desi Nurindah Sari dan Dewi Nur Hanifah, yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis.

 Keluarga Besar penulis yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu keberhasilan penulis.

 Para pendidik yang kuhormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.  Almamater tercinta.


(9)

MOTO:

”Barang siapa yang menginginkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia

wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin (selamat dan

berba-hagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa yang

menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang-orang yang belajar,

atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan

janganlah engkau menjadi orang yang ke-5 maka kamu akan celaka”

(HR. Baehaqi)

”Sekali seumur hidup untuk selamanya berikan yang terbaik untuk semuanya”

(Endang Fitriyanti)


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan sekaligus Pembimbing Akademik serta Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Chandra Er, M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Dr. Ma’arifudin,M.Si., selaku Kepala Sekolah SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.


(11)

Al-azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

10.Teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Fisika angkatan 2007 non-Reguler (Arum, Eda Bayu, Istika, Nopi, Rianto). Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti. Kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat

Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.

Teman-teman PPL di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung (Putri, Bunda, Jevika, Vera, Andri, Sandika, Gili, Ervan). Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini dan kapanpun.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sekripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua, berkenan

membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2014 Penulis


(12)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 8

1. Inkuiri Terbimbing ... 8

2. Metode Eksperimen ... 10

3. Metode Demonstrasi ... 12

4. Hasil Belajar……… ... 14

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis Penelitian ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian... 22


(13)

B. Desain dan Metode Penelitian ... 22

C. Variabel Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian... 25

E. Analisis Instrumen ... 25

1. Uji Validitas ... 25

2. Uji Reliabilitas ... 26

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 27

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Hipotesis ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Tahap Pelaksanaan ... . 33

a. Kelas Demonstrasi ... 33

b. Kelas Eksperimen ... 36

2. Hasil Uji Coba Penelitian ... 39

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3. Data Kuantitatif ... 41

4. Analisis Data ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Hipotesis ... 43

B. Pembahasan ... . 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... . 52

B. Saran... . 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan ... . 57

2. Silabus ... . 64


(14)

iv

4. RPP Gerak Lurus Beraturan (GLB) Kelas Eksperimen ... . 75

5. LKS Gerak Lurus Beraturan (GLB) ... . 81

6. Kunci LKS Gerak Lurus Beraturan ... . 88

7. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian... . 95

8. LP 2: Proses (Gerak Lurus Beraturan (GLB)) ... . 96

9. LP 3: Psikomotor (Gerak Lurus Beraturan (GLB)) ... 97

10. LP 4: Format Pengamatan Perilaku Berkarakt ... . 98

11. LP 5 : Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... . 99

12. RPP Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Kelas Demonstrasi ... . 100

13. RPP Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Kelas Eksperimen ... . 106

14. LKS Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ... . 112

15. Kunci LKS Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)... . 119

16. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian... . 126

17. LP 2: Proses (Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)) ... . 127

18. LP 3: Psikomotor (Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)) ... . 128

19. LP 4: Format Pengamatan Perilaku Berkarakter ... . 129

20. LP 5 : Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... . 130

21. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... . 131

22. Rubrik Penilaian Pretest dan Posttest ... . 134

23. Lembar Pretest dan Posttest ... . 137

24. Data Pretest Kelas Eksperimen... . 139

25. Data Posttest Kelas Eksperimen ... . 141

26. Data Pretest Kelas Demonstrasi... . 143

27. Data Posttest Kelas Demonstrasi ... . 145


(15)

29. Uji Reliabilitas Soal ... . 148

30. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... . 149

31. Uji Independent Sample test Pretest ... 151

32. Uji Independent Sample test Posstest (Hasil Belajar) ... 153

33. r – Tabel ... 155


(16)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha ... 27

2. Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar ... 28

3. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 40

4. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 40

5. Tabel 4.3 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa ... 41

6. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Hasil Belajar ... 42

7. Tabel 4.5 Analisis Hasil Uji Normalitas ... 43

8. Tabel 4.6 Uji t Independent Skor Pretest Eksperimen dengan Skor Pretest Demonstrasi ... 44

9. Tabel 4.7 Uji t Independent Skor Posttest Eksperimen dan Skor Posttest Demonstrasi ... 44


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar 3.1 Desain Eksperimen Two-Group Pretest-Posttest Design ... 23 2. Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 24 3. Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Hasil Belajar ... 46


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang penting bagi siswa di sekolah. Kegiatan belajar tersebut juga dapat dilakukan di luar sekolah seperti di rumah, perpustakaan, lingkungan sekitar dan sebagainya. Belajar sebagai proses perubahan perilaku melalui latihan atau pengalaman. Orientasi pendidikan selama ini cenderung lebih menitik beratkan pada penguasaan materi saja, tanpa melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Observasi dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran fisika sudah berjalan baik namun kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah masih berjalan secara menoton, hanya dilakukan perpindahan ilmu pengetahuan dari guru ke murid saja. Pada umumnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Dan keberhasilan belajar siswa hanya dilihat dari hasil tes saja, tanpa memperhatikan proses dan sarana belajar. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas.


(19)

Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antar pendidik dan peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Prinsip utama proses belajar mengajar adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa(fisik dan nonfisik) dan kebermaknaan bagi dirinya. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa

membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran

konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran

inkuiri.Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa (Prambudi, 2010). Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Dari hal tersebut diharapkan kemampuan siswa dalam proses ilmiah dapat muncul dan digunakan dengan lebih baik.

Di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung terdapat laboratorium IPA dengan jumlah alat praktikumyang memadai sehingga memungkinkan dilakukan


(20)

3

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing,

dengan model ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep suatu materi dengan baik, sehingga memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, digunakan juga metode yang menunjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkankan secara optimal. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi yang dilaksanakan di SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung kurang dapat menarik minat siswa karena siswa hanya melihat, dan mendengarkan penjelasan guru sehingga siswa lebih cepat merasa bosan. Sedangkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

eksperimen dapat menarik minat siswa karena siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi”.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi?

2. Hasil belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

2. Hasil belajar fisika yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:

1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar fisika.

2. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang


(22)

5

menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan

mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu model

pembelajaran inkuiri dimana guru memberikan masalah dan membimbing

siswa dalam melakukan kegiatan dalam pemecahan masalah tersebut. Tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu penyajian masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.

3. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut


(23)

untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya.

4. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan

meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Pada metode demonstrasi guru

memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada siswa atau

memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Metode demonstrasi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian,

mengemukakan masalah, penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoretis dan memperkuat suatu pengertian.

5. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hasil belajar aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar aspek psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreatifitas.

6. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.


(24)

7

7. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Dinamika Gerak dengan sub materi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, seorang guru harus mampu mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan baik. Agar KBM dapat terorganisir dengan baik, sebelum KBM

berlangsung guru harus membuat perencanaan matang, tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan Model Pembelajaran. Model pembelajaran merupakan acuan yang digunakan guru dalam menyusun KBM. Model pembelajaran tersusun atas sintaks-sintaks atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks yang berbeda-beda yang menjadi ciri khas dari model itu sendiri. Setiap model

pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya tidak ada model pembelajaran yang lebih unggul secara mutlak dengan model pembelajaran

lainnya. Pemilihan model yang tepat akan menghasilkan hasil belajar yang optimal. Pemilihan model pembelajaran ini dilihat dari ciri khas model pembelajaran dan ciri khas materi pelajaran.


(26)

9

1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Schmidt dalam Ibrahim ( 2010: 1)

Inquiry berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau

eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Pada pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa. Menurut Sanjaya (2006: 200)

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Menurut Sanjaya (2006: 202) bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:


(27)

1) Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. 4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Dapat dilihat dari enam langkah pada inkuiri terbimbing di atas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan baik. Tentunya skenario di buat oleh guru dengan mengacu pada referensi yang ada.

Menurut Suryosubroto (2002: 201)

Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: 1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa;

2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan;

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan;

4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan; 5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk Belajar.


(28)

11

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa, artinya siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan secara aktif

dalam menemukan konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain kelebihan, terdapat kelemahan dari pembelajaran inkuiri

terbimbing menurut Suryosubroto (2002: 201), yaitu:

Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuri terbimbing, antara lain: 1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian

waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu;

3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Kelemahan inkuri terbimbing ini, siswa belum terbiasa untuk melaksanakan proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa mengandalkan guru tanpa siswa terlibat langsung dan aktif dalam proses belajarnya.

2. Metode Eksperimen

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen adalah

Cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya.


(29)

Tujuan dari eksperimen atau percobaan adalah memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka pelajari dan mengembangkan cara berpikir yang rasional. Menurut Hurrahman (2011) target dari metode eksperimen adalah supaya siswa dapat membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang berlaku dan supaya siswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Hurrahman (2011) adalah sebagai berikut

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen. c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan

pengaranhan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan

percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

e) Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Pada metode eksperimen banyak hal yang dapat mempermudah dan

membantu kita dalam penerapan dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode eksperimen itu sendiri karena pada metode ini siswa dituntut untuk aktif untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (1994) dalam Djamarah dan Zain (2006: 137) sebagai berikut 1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.

2) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta


(30)

13

4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

Melihat kebaikan-kebaikan metode eksperimen menurut pendapat di atas, penerapan metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pengajaran IPA khususnya fisika, salah satunya mempu menggunakan metode dan bersikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Peran guru dalam eksperimen sangat mempengaruhi efektifnya suatu eksperimen terutama dalam menjelaskan tujuan eksperimen, menerangkan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan, serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.

3. Metode Demonstrasi

Selain eksperimen metode lain yang digunakan pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah demonstrasi, salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan memperlihatkan proses atau kondisi yang terjadi secara langsung. Proses pembelajaran seperti ini dikenal dengan metode demonstrasi. Djamarah dan Zain (2006:102) menyatakan bahwa

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang

diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Pada metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada siswa atau memperlihatkan


(31)

cara kerja suatu alat kepada siswa. Metode demonstrasi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan masalah,

penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoretis dan memperkuat suatu pengertian.

Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini adalah

a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik;

b)Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik; c) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan

para peserta didik secara bersama-sama.

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum dan pada waktu

mengadakan demonstrai menurut Soekarno (1981: 44-46) dalam Agan (2011) adalah

a) Demonstrasi itu harus dicoba terlebih dahulu sebelum dilakukan di depan kelas.

b)Tujuan demonstrasi ditentukan terlebih dahulu oleh guru. c) Usahakan agar demonstrasi dapat dilihat oleh peserta didik. d)Alat-alat yang digunakan sebaiknya sederhana.

e) Demonstrasi dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Pada metode demonstrasi guru menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran, sehingga guru diharapkan dapat menjaga kondisi dimana siswa dapat

mengikuti proses pembelajaran dengan aktif walaupun guru sebagai pusat. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut Djamarah dan Zain (2006: 102) sebagai berikut

1) Kelebihan metode demonstrasi


(32)

15

sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari

c. Proses pengajaran lebih menarik siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan

Melihat kelebihan metode demonstrasi di atas, maka metode demonstrasi yang berhasil akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode demonstrasi seperti metode mengajar yang lain juga memiliki beberapa kekurangan.

2) Kekurangan metode demonstrasi

a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik

b. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang

mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak


(33)

dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002 : 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26)

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada


(34)

17

hasil belajar akan diambil dua ranah yaitu pada ranah kognitif dan ranah psikomotor.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaraninkuiri terbimbing, adalah pembelajaran di mana siswa

diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Inkuiri terbimbing merupakan

pembelajaran inkuiri tingkat pertama yang juga disebut sebagai pembelajaran penemuan ( discovery learning ) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengeksplorasi

kemampuannya dalam bidang sains yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya


(35)

dimana prosesnya terkandung dalam pembelajaran inkuiri terbimbing itu sendiri.

Sedangkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi, guru menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan dimana proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung pada proses inkuiri.

Dari kedua metode di atas yang digunakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing terlihat bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi lebih meningkatkan hasil belajar siswa , karena pada kedua metode tersebut memiliki keunggulan masing-masing.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen (X1) dan inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar aspek kognitif (Y1) dan hasil belajar aspek psikomotor .

Dalam penelitian ini ada empat hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar aspek kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen


(36)

19

( Y1A ) dan hasil belajar aspek kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi ( Y2A ), serta hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen ( Y1B ) dan hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi ( Y2B ), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen dan demonstrasi. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan:

R1 : Kelas eksperimen 1 R2 : Kelas Eksperimen 2

X1 : Pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen X2 : Pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi

Y1A : Hasil belajar kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen

Y2A : Hasil belajar aspek kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi

Y1B : Hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen

Y2B : Hasil belajar aspek psikomotor pada pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini menggunakan 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1(R1) dan kelas eksperimen 2 (R2) yang akan diberi perlakuan berbeda, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

R1 R2 Y1B Y2A Y2B X1 X2 X2


(37)

eksperimen dan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen, memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengeksplorasi

kemampuannya dalam bidang sains yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang dialaminya dimana prosesnya terkandung dalam pembelajaran inkuiri terbimbing itu sendiri. Sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan menemukan pengetahuan dalam suatu materi pembelajaran.

Sedangkan pada pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi, guru menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung pada proses inkuiri.

Dari keterangan di atas, keduanya memiliki keunggulan masing-masing sehingga dapat dipilih yang mana yang lebih tinggi dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Secara teoretis,


(38)

21

pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi lebih unggul

dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen, karena pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah

disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dan guru membimbing siswa dalam tahap penyelesaian masalah tersebut. Sedangkan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen, pemecahan masalah dilakukan siswa atas inisiatif dan caranya sendiri dan guru hanya sedikit membimbing siswa. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode demonstrasi akan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing metode eksperimen.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Pertama

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi. 2. Hipotesis Kedua

1

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi.


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Al-azhar 3 Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 8 kelas.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas diambil 2 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X3 sebagai kelompok demonstrasi dan kelas X8 sebagai kelompok eksperimen. B. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui


(40)

23

Keterangan: 1

O : nilai pretest 2

O : nilai posttest 1

X : pembelajaran inkuiri terbimbing eksperimen 2

X : pembelajaran inkuiri terbimbing demonstrasi

lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2010: 110-111) 2. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Kuasi Eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah treatmen disebut posttest.

Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah penelitian seperti pada gambar 3.2

O1 X1 O2


(41)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuri terbimbing dengan metode eksperimen (X1) dan inkuri terbimbing

Kelas B

Metode Eksperimen Metode Demonstrasi

Kelas A

Validasi instrumen

posttest pretest

posttest pretest

Analisis data Kesimpulan Rumusan masalah Studi pendahuluan

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


(42)

25

dengan metode demonstrasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar aspek kognitif (Y1) dan hasil belajar aspek psikomotor .

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada proses pembelajaran dan soal uraian hasil belajar fisika siswa pada saat pretest dan posttest. E. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:


(43)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188) Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0 dengan kriterium uji bila correlated itemtotal correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total


(44)

27

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha

No Nilai Koefisien Alpha Keterangan 1 antara 0,81 sampai dengan 1,00 Sangat reliabel 2 antara 0,61 sampai dengan 0,80 Reliabel 3 antara 0,41 sampai dengan 0,60 Cukup reliabel 4 antara 0,21 sampai dengan 0,40 Agak reliabel 5 antara 0,00 sampai dengan 0,20 Kurang reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Data diambil dari hasil belajar fisika siswa yang berupa posttest. Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan


(45)

menggunakan software SPSS 21. Proses analisis untuk data hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b. Persentase hasil belajar siswa dihitung dengan rumus:

Kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar

No. Rentang Keterangan 1 81 – 100 Sangat baik 2 61 – 80 Baik 3 41 – 60 Cukup 4 21 – 40 Kurang 5 <20 Sangat Kurang

(Syah dalam Marnasusanti (2007: 9)

2. Pengujian Hipotesis 1) Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal 1

H : data tidak terdistribusi secara normal


(46)

29

Pedoman pengambilan keputusan:

a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2) Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

a. Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.


(47)

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t Hipotesis Kedua O

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode eksperimen.

1

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi.

Rumus perhitungan Independent sample t test adalah sebagai berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

a) HO diterima jika -t tabel  t hitung t tabel

b) HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.


(48)

31

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41)

b. Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan ( Independent )

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney. Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(49)

Hipotesis Kedua O

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode eksperimen.

1

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(50)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan

demonstrasi, yaitu pada metode eksperimen rata-rata hasil belajar fisika siswa sebesar 80,13 sedangkan pada metode demonstrasi sebesar 68,75.

2. Rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi, dan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar fisika siswa,


(51)

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat

dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

3. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu

memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Weka. 2011. Keterampilan Psikomotor. Diakses 16 Juli 2013 dari http://wekasyah88.blogspot.com/2011/12/penilaian-kemampuan-psikomotor- siswa.html.

Agan. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 29 Mei 2013 dari

http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiri-dan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurrahman, Fat. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 27 Mei 2013 dari

http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/ Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri.

http://fisika21.wordpress.com.

Jusoh dan Ismail. 2003. Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Lestari, Tri. 2010. Skripsi. Diakses 28 Mei 2013 dari http://trilestarisman1kbm.blogspot.com /2013/05/ pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.

Marnasusanti. 2007. Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. Diakses 27 Mei 2013 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(53)

(1)

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41)

b. Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan ( Independent )

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Hipotesis Pertama O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(2)

32

Hipotesis Kedua

O

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode demonstrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode eksperimen.

1

H : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan

demonstrasi, yaitu pada metode eksperimen rata-rata hasil belajar fisika siswa sebesar 80,13 sedangkan pada metode demonstrasi sebesar 68,75.

2. Rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi, dan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode demonstrasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar fisika siswa,


(4)

53

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat

dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

3. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode eksperimen dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu

memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Weka. 2011. Keterampilan Psikomotor. Diakses 16 Juli 2013 dari http://wekasyah88.blogspot.com/2011/12/penilaian-kemampuan-psikomotor- siswa.html.

Agan. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 29 Mei 2013 dari

http://mazrawul84.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-metode-inkuiri-dan-metode-demonstrasi-dalam-pembelajaran-sekolah/

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurrahman, Fat. 2011. Artikel Pendidikan. Diakses 27 Mei 2013 dari

http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/ Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri.

http://fisika21.wordpress.com.

Jusoh dan Ismail. 2003. Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Lestari, Tri. 2010. Skripsi. Diakses 28 Mei 2013 dari http://trilestarisman1kbm.blogspot.com /2013/05/ pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.

Marnasusanti. 2007. Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. Diakses 27 Mei 2013 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(6)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.