Gambaran Klinik Meningitis Tuberkulosis Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Tahun 2001 - 2003.
ABSTRAK
GAMBARAN KLINIK MENINGITIS TUBERKULOSIS
01 RUMAH SAKIT IMMANUEL BANOUNG
PERIOOE TAHUN 2001-2003
Willy Sujarwo
Pembimbing utama: Winsa Husin, dr., MSc. M.Kes
Pembimbing pendamping: Dedeh Supantini Jahja, dr., Sp.S.
Saat ini tuberkulosis
(TB) merupakan
kegawatan
dunia. Meningitis
tuberkulosis merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis yang
dapat menyebabkan
kematian. Un!uk dapat menurunkan angka kematian
diperlukan diagnosis yang lebih cermat dan lebih dini. Diagnosis yang tepat
didapatkan dengan dukungan gambaran klinik yang sesuai. Oleh karena itu, untuk
mencapai hal terse but diupayakan suatu pengamatan melalui penelitian gambaran
klinik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinik meningitis
tuberkulosis di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha Bandung/Rumah Sakit Immanuel Bandung secara
survey analitik dan retrospektif dengan mengambil data dari bagian rekam medik
Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2003.
Sebagai kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosis meningitis serosa dan
pasien yang memenuhi kriteria MRC (1948).
Hasil penelitian didapatkan 32 pasien selama 3 tahun, didapatkan lebih banyak
pada pria dan sosio ekonomi rendah. Gambaran klinik yang didapatkan bervariasi
akan tetapi sesuai dengan teori yang ada. Gejala-gejala yang dapat ditemukan
antara lain: demam, nyeri kepala, muntah, kejang, keringat malam, batuk lama,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, dan defisit neurologis. Pada pemeriksaan
penunjang didapat hasil-hasil yang mendukung diagnosis meningitis. Hasil
pemeriksaan penunjang yang didapat antara lain: foto toraks, laju endap darah
(LED), profil cairan cerebrospinal, dan CT Scan.
Saran yang dapat disampaikan adalah perlunya kesadaran yang lebih tinggi
dari masyarakat akan bahaya penyakit tuberkulosis
dan juga peningkatan
kerjasama tim medis dan pasien. Khususnya untuk bagian rekam medik, perlu
peningkatan
sistem pencatatan sehingga untuk keperluan penelitian masa
mendatang dapat menjadi lebih baik.
Kata kunci : meninoitis tuberkulosis (MTB)
IV
ABSTRACT
CLINICAL FEA TURES OF TUBERCULOUS MENINGITIS
AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG
THE YEAR OF 2001-2003
Willy Sujarwo
Tutor I: Winsa Husin, dr.. MSc. M.Kes
Tutor II : Dedeh Supantini Jahja. dr., Sp.S.
Recently, tuberculosis (IB) was declared as a global emergency and
tuberculosis incidence was increasing around the world. Meningitis is one of the
most common complications of tuberculosis. Generally. early diagnoses are
required to decrease its morbidity and mortality. Therefore. the correct clinical
features should be the focus of this study.
The purpose of this study is to get clinical features of IlIberculous meningitis
using data obtained from medical records of the Immanuel hospital Bandung, the
year of2001-2003.
We performed a survey analytic and retrospective study in the Neurological
Ward of Medical Faculty Maranatha Christian University / Immanuel Hospital
Bandung, from February 2004 to Desember 2004. The inclusion criteria was
cases with diagnosis of serous meningitis and fulfilled the MRC (/948) criteria of
meningitis tuberculosis.
There were 32 patients in 3 years, which most of them were men and living in
low socio-economy.
Various clinical sign and profile could be obtained but
coincide the recent theory: fever, headache, vomit, night sweats, cough.
meningismus, altered level of conciousness, and neurological defisit. Diagnostic
studies is support the diagnosis of meningitis, such as chest X-ray, erythrocyte
sedimentation rate, cerebrospinal fluid examination, and computed tomography
imaging.
Awareness of this sickness should be increased. Medical records teamwork of
Immanuel Hospital Bandung needs io evaluate their best cases recording, indeed
more valuable reports in the future.
Keyword: tuberculous meningitis (IBM)
v
DAFT AR ISI
J UDU L
LEMBAR PERSETUJU AN
SURA T PERNY ATAAN
i
ii
iii
AB STRA K
ABSTRA CT
IV
KA TA PEN GANT AR
DAFT AR IS I
DAFT ART ABEL
I)AFT AR GAMBAR
DAFT AR LAMPI RAN
vi
viii
xi
xii
xiii
BABI
V
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Indenti fikasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metodo logi
1.6. Lokasi dan Waktu
1
3
3
3
3
3
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2. 1. Anatomi
2.1.1. Meningens
2.2.1.1. Dura mater atau pachymenings
2.2.1.2. Arachnoidea mater
2.2.1.3. Pia mater
2.1.2. Rongga subarachnoid
2.1.3. Sistema rongga subarachnoid
2.1.4. Sistem ventrikel
2.1.5. Plexus choroid dan cairan cerebrospinal
2.1.5.1. Plexus choroid
2.1.5.2. Cairan cerebrospinal
2.1.5.3. Peredaran cairan cerebrospinal
2.1.5.4. Sumbatan aliran cairan cerebrospinal
2. 1.6. Peredaran darah otak
2.1.6.1. Peredaran darah arterial
2.1.6.1.1. Arteri karotis intema
2.1.6.1.2. Arteri vertebral is
2.1.6.2. Peredaran dar:.m vena
2.1.7. Saraf ota k
2.1.7.1. N .opticus
2.1.7.2. N.oculomotorius
2.1. 7.3. N.trochlearis
2.1. 7.4. N.abducens
VIII
4
4
5
5
5
6
6
7
8
8
9
10
10
11
11
12
13
14
14
15
15
16
16
IX
2.2.7.5. N .facialis
2.2.7.6. N. vestibulocochlearis
2.2.7.7. N. vagus
2.2.7.8. N.hypoglosus
2.1.8. Anatomi otak depan
2.2. Tuberkulosis
2.2.1. Definisi tuberkulosis
2.2.2. Etiologi
2.2.3. Presentasi klinis TB
2.3. Men ingi tis TB
2.3. 1. Definisi
2.3.2. Faktor resiko
2.3.3. Klasifikasi
2.3.4. Etiologi dan patogenesis
2.3.5. Patofisio logi
2.3.6. Efek patologis
2.3.7. Gambaran klinik...
2.3.8. Tes diagnostik
2.3.8.1. Foto toraks
2.3.8.2. Tes tuberkulin
2.3.8.3. Kultur ekstraneural
2.3.8.4. Analisis cairan serebrospinal
2.3 .8.5. Pemeriksaan darah
2.3 .8.6. Tuberkel koroid
2.3.8.7. Foto tengkorak
2.3.8.8. CT Scan
2.3.8.9. Angiografi
2.3.8.10. Elektroensefalografi
2.3.9. Diagnosis
2.3.10. Diagnosis banding
2.3.11. Penatalaksanaan
2.3.11.1. Perawatan urnum
2.3.11.2. Pengobatan
...
17
17
18
18
18
21
21
21
22
23
23
23
24
25
27
28
29
32
32
32
34
34
35
35
35
35
36
36
37
37
38
38
38
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Subjek penelitian
3.2. Metode penelitian
3.3. Kriteria inklusi ..
3.4. Kriteria eksklusi ..
39
39
39
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
4.2. Pembicaraan
40
45
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesin1pulan
5.2. Saran
DAFT AR PUST AKA
47
47
...
48
LAMPI RAN
52
DAFT AR RIW AYAT HID UP
54
DAFT AR T ABEL
Tabel 4.1. Karakteristik penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
40
Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan anamnesis dan fisik
penderita meningitis tuberkulosis di Rumah Sakit Immanuel Bandung
peri ode tahun 2001-2003..
42
Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan penunjang penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
TabeI4.4.
44
Hubungan karakteristik pasien dengan pemeriksaan penunjang toto
toraks penderita
meningitis
tuberkulosis
Bandung peri ode tahun 200 1-2003
Xl
di Rumah Sakit Immanuel
45
DAFT AR GAMBAR
Gambar I. Meningen daerah otak
4
Gambar 2. Perjalanan cairan serebrospinal
8
Gambar 3. Aliran darah arterial otak
11
Gambar 4. Sirkulus Willisi
......
Gambar 5. Saraf kraniaI
13
14
19
Gambar 6. Anatomi cerebrum
Xli
DAFT AR LAMPlRAN
Lampiran 1. Hasil penelitian rekam medik penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
Xlll
52
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis
kematian.
(TB) merupakan
salah satu penyakit yang dapat menyebabkan
Penyakit ini memiliki perjalanan
yang luas sehingga tidak mengherankan
penyakit yang cepat dan distribusi
angka kematian yang disebabkan
oleh
penyakit tuberkulosis cukup ti!1ggi (De Beer, 1998).
Berdasarkan
sarna pentingnya
fakta kejadian di dunia, tuberkulosis
dengan
memegang
peranan yang
infeksi virus HIV /AIDS. Pada tahun 2000, didapat
sekitar 8000 per hari atau 2-3 juta orang per tahun penduduk dunia meninggal
oleh karena terinfeksi tuberkulosis,
yang mayoritas terjadi pada kaum muda dan
dewasa (WHOSEA, 2001).
Pada saat ini lebih dari 1/3 penduduk
penderita
tahun.
tuberkulosis
Sebanyak
merupakan
dunia terinfeksi tubekulosis
dapat menularkan
8 juta orang
kepada
10-15 orang disekitarnya
per tahun akan menderita
kasus baru dan 95% terdapat
dan saru
pada negara
kematian pad a daerah Asia Tenggara akibat tuberkulosis
tuberkulosis
berkembang.
per
yang
Tingkat
hampir mencapai 1 juta
orang per tahunnya (WHOSEA, 2001).
Epidemi
kesehatan,
penyakit
penyebaran
TB diperburuk
dengan keadaan
HIV /AIDS, dan timbulnya
mmlmumnya
TB yang resisten terhadap
berbagai macam obat atau Multi-Drug Resistant Tuberculosis
ini, WHO sejak tahun 1993 menyatakan
emergency"
atau kegawatan
pelayanan
(MDRTB). Dengan
penyakit tuberkulosis
sebagai "global
dunia sebagai respon peduli terhadap epidemi TB
dunia masa depan (WHO, 2002).
Di Asia Tenggara, kasus TB diperkirakan
95% kasus ditemukan
di India, Cina,
Myanmar. Di negara-negara
menyebabkan
sekitar 40% dari kasus global dunia.
Indonesia,
tersebut. tuberkulosis
Bangladesh,
Thailand.
dan
menjadi penyakit populer yang
masalah kesehatan masyarakat (WHOSEA, 2001).
2
TB di Indonesia, menurut SKRT (1995), TB merupakan penyebab kematian
nomor dua, menyerang pada usia produktif (3/4 pada umur 15-49 tahun) dengan
tingkat sosio-ekonomi
yang lemah. Angka kejadian tuberkulosis
di Indonesia
mempunyai prosentase 10% dari kasus TB secara global yaitu diperkirakan timbul
581.847 kasus baru setiap tahun dan 140.000 meninggal dunia per tahun. Hal ini
cukup untuk menempatkan
Indonesia pada peringkat ketiga di dunia dalam hal
tingginya angka kejadian tuberkulosis
setelah India (30%) dan Cina (15%) (Nur
Hidayat dan Amalia K Mala, 2004; Dede Gunawan, 2003; WHO, 2000).
Penelitian
tuberkulosis
sebelumnya
di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin,
berperan sekitar
15% dari penyakit
tuberkulosis
meningitis
ekstra pulmonal
(Dede Gunawan, 2003).
Meningitis tuberkulosis
menyebabkan
ini dapat
Insidensi
adalah salah satu komplikasi tuberkulosis
kematian. Oleh karena itu angka insidensi meningitis tuberkulosis
diinterpretasikan
sebagai
indikator
terjadinya
TB pada susunan saraf pusat berhubungan
masyarakat,
yang dapat
dan sampai saat ini meningitis
infeksi
tuberkulosis.
dengan prevalensi
tuberkulosis
merupakan
TB di
penyakit
infeksi pada susunan saraf pusat yang paling sering didapat pada masyarakat
negara berkembang (Ramachandran,
Pada tahun
1997 di Amerika
2002; De Beer, 1998).
Serikat,
meningitis
tuberkulosis
merupakan
bentuk kelima paling sering sebagai TB ekstra pulmoner, yaitu 5.2 % dari kasus
TB ekstra pulmoner
morbidititas
dan 0.7% dari seluruh
akibat meningitis
tuberkulosis
kasus TB. Di Amerika
diperhitungkan
sekitar 6.2% dari seluruh kasus TB ekstrapulmoner
Serikat
sekitar 284 kasus,
(Ramachandran,
2002).
Kejadian meningitis TB di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada
tahun 1982-1983 didapatkan sebanyak 40 kasus dan mengalami peningkatan pada
tahun 1999-2000 menjadi sebanyak
132 kasus. Dari semua pasien tuberkulosis
yang dirawat di RSHS, 50% meninggal
dunia disebabkan
oleh meningitis
TB
(Eddie Soeria Soemantri, 2003).
Kejadian meningitis TB di Rumah Sakit Immanuel Bandung sampai pada saat
ini belum pemah diteliti, oleh karena itu dalam karya tulis ilmiah ini penulis
meneliti tentang kejadian meningitis tuberkulosis
terutama gambaran klinisnya di
3
Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Saraf FK-Universitas
Kristen Maranatha
/ Rumah
Sakit Immanuel Bandung.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun
adalah
identifikasi
: bagaimana
masalah
gambaran
yang hendak
klinis meningitis
diuraikan
didalam
tuberkulosis
makalah
ini
di Rumah Sakit
Immanuel?
1.3. Maksud
dan Tujuan
Untuk mendapatkan
gambaran klinis meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit
Immanuel.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tuberkulosis
terapi
gambaran klinis meningitis
di Rumah Sakit Immanuel, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan
yang lebih dini dan tepat, yang bertujuan
untuk menurunkan
angka
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh meningitis tuberkulosis.
1.5. Metodologi
Penelitian ini bersifat survey analitik dan retrospektif dengan mengambil data
rekam medik R.S. Immanuel.
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan
Kristen Maranatha
di Bagian/SMF
IImu Penyakit
Saraf
FK-Universitas
/ Rumah Sakit Immanuel dari bulan Februari 2004 sampai
bulan Oesember 2004.
BABV
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Oari data yang diperoleh pada tahun 2001-2003 di Bagian/SMF
Saraf
Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
didapatkan
Ilmu Penyakit
penderita
meningitis
tuberkulosis sebanyak 32. pasien.
Oari data tersebut didapatkan
47% berjenis kelamin pria dan 53% berjenis
kelamin wanita.
Usia berkisar antara 13-67 tahun dengan tingkat sosio ekonomi rendah.
Mayoritas
pasien
yang menderita
meningitis
tuberkulosis
disertai
dengan
gejala demam, nyeri kepala danjuga kaku kuduk serta penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan
penunjang bisa didapatkan [oto toraks yang abnormal, LED
yang meningkat, kelainan profil CSS, serta gambaran CT Scan yang mendukung
diagnosis meningitis.
5.2. Saran
·
Perlunya
kesadaran
tuberkulosis,
·
Oiharapkan
lebih
tinggi
dari masyarakat
akan bahaya
penyakit
sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan.
ket:iasama yang lebih baik antara pasien dan tim medis sehingga
angka kejadian dapat dikurangi.
·
RS Immanuel
pencatatan
khususnya
bagian rekam medis perlu meningkatkan
sistem
sehingga data lebih terperinci yang nantinya akan berguna untuk
berbagai keperluan pelaporan.
47
DAFT AR PUST AKA
Brunnel University West London.2004. http://www.brunel.ac.uk/depts/bll
bist/clare ImedicaI%20microbiology/cns/main2.htm.
10 Desember 2004.
Crofton J.. Home N., Miller F. 2002. Tuberkulosis non-pulmonal pada orang
dewasa. Dalam: Muherman Harun, Ella Sutiono, Theresia Citraningtyas, Paula
Cho, Elisabeth D. Noviani. Angela N. Abidin, editor: Tuberkulosis klinis. 2nd
ed. Jakarta: Widya Medika.
Daniel S. Wibowo.2002.Saraf otak. Anatomi medulla spinalis, batang otak dan
sarc~lolak. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha.
Dc Beer. I 998. Tuberculosis http://smltsa.org.za/joumallarchiveIl2I.htm,
2004
9 Maret
De W itt.2003 .http://www .bergen.org! A CAD EMY IB io/PCS/PCScranialnerves2.
html, I I Desember 2004.
Dede Gunawan.2003. Diagnosis and management of meningitis TB. Lokakarya
Recent Advances on Coprehensive Management of Tuberculosis as a systemic
Disease (pulmonary and exIra pulmonary). Bandung, 1-2 April 2003.
Bandung: Bag.Ilmu penyakit dalam FK-UNPAD I PERJAN RSHS.
Dede Gunawan. 2004. Infeksi susunan sarafpusat. Dalam: Eka J.
Wahjoepramono, editor: Kegawatdaruratan saraf dan bedah sara! Edisi 1.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Hal 77-89
Duus P ..1996. Meningen, ventrikel, dan cairan serebropinal. Dalam: Wita
J.Suwono dan Devy H Ronardy, editor: Diagnosis topik neurologi: anatomi
jisiologi, tanda, gejala. Edisi I.Jakarta: EGC.hal 246-62.
Eddie Soeria Soemantri. 2003. Tuberculosis Clinical Problem, Hospital and
community base. Lokakarya Recent Advances on Coprehensive Management
of Tuberculosis as a systemic Disease (pulmonary and extra pulmonary).
Bandung, 1-2 April 2003. Bandung: Bag.IImu penyakit dalam FK-UNPAD I
PERJAN RSHS.
Edward C. Klatt MD.2004.
http://www.medlib.med.utah.edu/WebPathlTUTORIAL/MTB/MTB.html.
Desember 2004
48
23
49
G Thwaites, T T H Chau, NTH Mai, F Drobniewski, K McAdam, J Farrar. 1999.
Neurological aspects of tropical disease: tuberculous meningitis. Journal
Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry 2000;68:289-299 ( March ).
http://jnnp.bmjjournals.com/cgi/
content/full/68/3/289?maxtoshow=&HITS=
10
&hits= 1O&RESUL TFORMA T=&fulltext=tuberculous+meningitis&andorexac
tfulltext=and&searchid= 11062321 76183_15 88&stored _ search=&F IRS TIN DE
X=O&sortspec=relevance&resourcetype=
1&journalcode=jnnp. 20 Desember
2004
Harsono. 1999.Meningitis Tuberkulosa. Buku ajar neurologi klinis . 1SI ed.
Y ogyakarta:
Gajah Mada University
Press.
Haryono. 2003. Infeksi susunan saraf pusat. Buku catatan kuliah ilmu penyakit
saraf2.edisi 1. Bandung:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
I Made Bagiada. 2003.Integrated etiopatogenesis ofTB disease. Lokakarya
Recent Advances on Coprehensive Management of Tuberculosis as a 5ystemic
Disease (pulmonary and extra pulmonary). Bandung, 1-2 April 2003.
Bandung: Bag.Ilmu penyakit dalam FK-UNPAD 1 PERJAN RSHS.
Issar Smith.2003. Mycobacterium tuberculosis Pathogenesis and Molecular
Determinants of Virulence. Clinical Microbiology Reviews, July 2003, p. 463496, Vol. 16, No.3.
http:// cmr .asm.orgl cgi/content/full/ 16/3/463 ?maxtoshow=&HITS=&hits=&RE
SUL TFO RMA T=&fulltext=clinical +profile+tuberculous+meningi
tis&andorex
actfulltext=and&searchid=
1106232648124 12147 &stored search=&FIRSTIN
DEX=O&resourcetype=l,
10 Desember 2004.
Komi Kanai. 1991. Introduction to tuberkulosis and mycobacteria. Tokyo:
Southeast Asian Medical Information Centerl International Foundation of
Japan. p.2-5, 40-47, 64-65.
Merritt H.H. 1967. A textbook of neurology, 41hed. Japan: Press oflgaku
Ltd.
Shoin
Moore K.L.. 1992. Clinically oriented Anatomy. 3rd ed. Baltimore,USA:
Williams&Wilkins. p.681-92, 692-702. 853-69.
Ramachandran T.. 2002. Tuberculous Meningitis. eMedicine World Medical
Library. http://wwv...emedicine.com/neuro/topic385.htm
-_
> eMedicine - Tuberculous Meningitis: Article
by Tarakad S Ramachandran, MD
GAMBARAN KLINIK MENINGITIS TUBERKULOSIS
01 RUMAH SAKIT IMMANUEL BANOUNG
PERIOOE TAHUN 2001-2003
Willy Sujarwo
Pembimbing utama: Winsa Husin, dr., MSc. M.Kes
Pembimbing pendamping: Dedeh Supantini Jahja, dr., Sp.S.
Saat ini tuberkulosis
(TB) merupakan
kegawatan
dunia. Meningitis
tuberkulosis merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis yang
dapat menyebabkan
kematian. Un!uk dapat menurunkan angka kematian
diperlukan diagnosis yang lebih cermat dan lebih dini. Diagnosis yang tepat
didapatkan dengan dukungan gambaran klinik yang sesuai. Oleh karena itu, untuk
mencapai hal terse but diupayakan suatu pengamatan melalui penelitian gambaran
klinik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinik meningitis
tuberkulosis di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha Bandung/Rumah Sakit Immanuel Bandung secara
survey analitik dan retrospektif dengan mengambil data dari bagian rekam medik
Rumah Sakit Immanuel Bandung periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2003.
Sebagai kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosis meningitis serosa dan
pasien yang memenuhi kriteria MRC (1948).
Hasil penelitian didapatkan 32 pasien selama 3 tahun, didapatkan lebih banyak
pada pria dan sosio ekonomi rendah. Gambaran klinik yang didapatkan bervariasi
akan tetapi sesuai dengan teori yang ada. Gejala-gejala yang dapat ditemukan
antara lain: demam, nyeri kepala, muntah, kejang, keringat malam, batuk lama,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, dan defisit neurologis. Pada pemeriksaan
penunjang didapat hasil-hasil yang mendukung diagnosis meningitis. Hasil
pemeriksaan penunjang yang didapat antara lain: foto toraks, laju endap darah
(LED), profil cairan cerebrospinal, dan CT Scan.
Saran yang dapat disampaikan adalah perlunya kesadaran yang lebih tinggi
dari masyarakat akan bahaya penyakit tuberkulosis
dan juga peningkatan
kerjasama tim medis dan pasien. Khususnya untuk bagian rekam medik, perlu
peningkatan
sistem pencatatan sehingga untuk keperluan penelitian masa
mendatang dapat menjadi lebih baik.
Kata kunci : meninoitis tuberkulosis (MTB)
IV
ABSTRACT
CLINICAL FEA TURES OF TUBERCULOUS MENINGITIS
AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG
THE YEAR OF 2001-2003
Willy Sujarwo
Tutor I: Winsa Husin, dr.. MSc. M.Kes
Tutor II : Dedeh Supantini Jahja. dr., Sp.S.
Recently, tuberculosis (IB) was declared as a global emergency and
tuberculosis incidence was increasing around the world. Meningitis is one of the
most common complications of tuberculosis. Generally. early diagnoses are
required to decrease its morbidity and mortality. Therefore. the correct clinical
features should be the focus of this study.
The purpose of this study is to get clinical features of IlIberculous meningitis
using data obtained from medical records of the Immanuel hospital Bandung, the
year of2001-2003.
We performed a survey analytic and retrospective study in the Neurological
Ward of Medical Faculty Maranatha Christian University / Immanuel Hospital
Bandung, from February 2004 to Desember 2004. The inclusion criteria was
cases with diagnosis of serous meningitis and fulfilled the MRC (/948) criteria of
meningitis tuberculosis.
There were 32 patients in 3 years, which most of them were men and living in
low socio-economy.
Various clinical sign and profile could be obtained but
coincide the recent theory: fever, headache, vomit, night sweats, cough.
meningismus, altered level of conciousness, and neurological defisit. Diagnostic
studies is support the diagnosis of meningitis, such as chest X-ray, erythrocyte
sedimentation rate, cerebrospinal fluid examination, and computed tomography
imaging.
Awareness of this sickness should be increased. Medical records teamwork of
Immanuel Hospital Bandung needs io evaluate their best cases recording, indeed
more valuable reports in the future.
Keyword: tuberculous meningitis (IBM)
v
DAFT AR ISI
J UDU L
LEMBAR PERSETUJU AN
SURA T PERNY ATAAN
i
ii
iii
AB STRA K
ABSTRA CT
IV
KA TA PEN GANT AR
DAFT AR IS I
DAFT ART ABEL
I)AFT AR GAMBAR
DAFT AR LAMPI RAN
vi
viii
xi
xii
xiii
BABI
V
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Indenti fikasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metodo logi
1.6. Lokasi dan Waktu
1
3
3
3
3
3
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2. 1. Anatomi
2.1.1. Meningens
2.2.1.1. Dura mater atau pachymenings
2.2.1.2. Arachnoidea mater
2.2.1.3. Pia mater
2.1.2. Rongga subarachnoid
2.1.3. Sistema rongga subarachnoid
2.1.4. Sistem ventrikel
2.1.5. Plexus choroid dan cairan cerebrospinal
2.1.5.1. Plexus choroid
2.1.5.2. Cairan cerebrospinal
2.1.5.3. Peredaran cairan cerebrospinal
2.1.5.4. Sumbatan aliran cairan cerebrospinal
2. 1.6. Peredaran darah otak
2.1.6.1. Peredaran darah arterial
2.1.6.1.1. Arteri karotis intema
2.1.6.1.2. Arteri vertebral is
2.1.6.2. Peredaran dar:.m vena
2.1.7. Saraf ota k
2.1.7.1. N .opticus
2.1.7.2. N.oculomotorius
2.1. 7.3. N.trochlearis
2.1. 7.4. N.abducens
VIII
4
4
5
5
5
6
6
7
8
8
9
10
10
11
11
12
13
14
14
15
15
16
16
IX
2.2.7.5. N .facialis
2.2.7.6. N. vestibulocochlearis
2.2.7.7. N. vagus
2.2.7.8. N.hypoglosus
2.1.8. Anatomi otak depan
2.2. Tuberkulosis
2.2.1. Definisi tuberkulosis
2.2.2. Etiologi
2.2.3. Presentasi klinis TB
2.3. Men ingi tis TB
2.3. 1. Definisi
2.3.2. Faktor resiko
2.3.3. Klasifikasi
2.3.4. Etiologi dan patogenesis
2.3.5. Patofisio logi
2.3.6. Efek patologis
2.3.7. Gambaran klinik...
2.3.8. Tes diagnostik
2.3.8.1. Foto toraks
2.3.8.2. Tes tuberkulin
2.3.8.3. Kultur ekstraneural
2.3.8.4. Analisis cairan serebrospinal
2.3 .8.5. Pemeriksaan darah
2.3 .8.6. Tuberkel koroid
2.3.8.7. Foto tengkorak
2.3.8.8. CT Scan
2.3.8.9. Angiografi
2.3.8.10. Elektroensefalografi
2.3.9. Diagnosis
2.3.10. Diagnosis banding
2.3.11. Penatalaksanaan
2.3.11.1. Perawatan urnum
2.3.11.2. Pengobatan
...
17
17
18
18
18
21
21
21
22
23
23
23
24
25
27
28
29
32
32
32
34
34
35
35
35
35
36
36
37
37
38
38
38
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Subjek penelitian
3.2. Metode penelitian
3.3. Kriteria inklusi ..
3.4. Kriteria eksklusi ..
39
39
39
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
4.2. Pembicaraan
40
45
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesin1pulan
5.2. Saran
DAFT AR PUST AKA
47
47
...
48
LAMPI RAN
52
DAFT AR RIW AYAT HID UP
54
DAFT AR T ABEL
Tabel 4.1. Karakteristik penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
40
Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan anamnesis dan fisik
penderita meningitis tuberkulosis di Rumah Sakit Immanuel Bandung
peri ode tahun 2001-2003..
42
Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan penunjang penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
TabeI4.4.
44
Hubungan karakteristik pasien dengan pemeriksaan penunjang toto
toraks penderita
meningitis
tuberkulosis
Bandung peri ode tahun 200 1-2003
Xl
di Rumah Sakit Immanuel
45
DAFT AR GAMBAR
Gambar I. Meningen daerah otak
4
Gambar 2. Perjalanan cairan serebrospinal
8
Gambar 3. Aliran darah arterial otak
11
Gambar 4. Sirkulus Willisi
......
Gambar 5. Saraf kraniaI
13
14
19
Gambar 6. Anatomi cerebrum
Xli
DAFT AR LAMPlRAN
Lampiran 1. Hasil penelitian rekam medik penderita meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit Immanuel Bandung peri ode tahun 2001-2003
Xlll
52
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis
kematian.
(TB) merupakan
salah satu penyakit yang dapat menyebabkan
Penyakit ini memiliki perjalanan
yang luas sehingga tidak mengherankan
penyakit yang cepat dan distribusi
angka kematian yang disebabkan
oleh
penyakit tuberkulosis cukup ti!1ggi (De Beer, 1998).
Berdasarkan
sarna pentingnya
fakta kejadian di dunia, tuberkulosis
dengan
memegang
peranan yang
infeksi virus HIV /AIDS. Pada tahun 2000, didapat
sekitar 8000 per hari atau 2-3 juta orang per tahun penduduk dunia meninggal
oleh karena terinfeksi tuberkulosis,
yang mayoritas terjadi pada kaum muda dan
dewasa (WHOSEA, 2001).
Pada saat ini lebih dari 1/3 penduduk
penderita
tahun.
tuberkulosis
Sebanyak
merupakan
dunia terinfeksi tubekulosis
dapat menularkan
8 juta orang
kepada
10-15 orang disekitarnya
per tahun akan menderita
kasus baru dan 95% terdapat
dan saru
pada negara
kematian pad a daerah Asia Tenggara akibat tuberkulosis
tuberkulosis
berkembang.
per
yang
Tingkat
hampir mencapai 1 juta
orang per tahunnya (WHOSEA, 2001).
Epidemi
kesehatan,
penyakit
penyebaran
TB diperburuk
dengan keadaan
HIV /AIDS, dan timbulnya
mmlmumnya
TB yang resisten terhadap
berbagai macam obat atau Multi-Drug Resistant Tuberculosis
ini, WHO sejak tahun 1993 menyatakan
emergency"
atau kegawatan
pelayanan
(MDRTB). Dengan
penyakit tuberkulosis
sebagai "global
dunia sebagai respon peduli terhadap epidemi TB
dunia masa depan (WHO, 2002).
Di Asia Tenggara, kasus TB diperkirakan
95% kasus ditemukan
di India, Cina,
Myanmar. Di negara-negara
menyebabkan
sekitar 40% dari kasus global dunia.
Indonesia,
tersebut. tuberkulosis
Bangladesh,
Thailand.
dan
menjadi penyakit populer yang
masalah kesehatan masyarakat (WHOSEA, 2001).
2
TB di Indonesia, menurut SKRT (1995), TB merupakan penyebab kematian
nomor dua, menyerang pada usia produktif (3/4 pada umur 15-49 tahun) dengan
tingkat sosio-ekonomi
yang lemah. Angka kejadian tuberkulosis
di Indonesia
mempunyai prosentase 10% dari kasus TB secara global yaitu diperkirakan timbul
581.847 kasus baru setiap tahun dan 140.000 meninggal dunia per tahun. Hal ini
cukup untuk menempatkan
Indonesia pada peringkat ketiga di dunia dalam hal
tingginya angka kejadian tuberkulosis
setelah India (30%) dan Cina (15%) (Nur
Hidayat dan Amalia K Mala, 2004; Dede Gunawan, 2003; WHO, 2000).
Penelitian
tuberkulosis
sebelumnya
di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin,
berperan sekitar
15% dari penyakit
tuberkulosis
meningitis
ekstra pulmonal
(Dede Gunawan, 2003).
Meningitis tuberkulosis
menyebabkan
ini dapat
Insidensi
adalah salah satu komplikasi tuberkulosis
kematian. Oleh karena itu angka insidensi meningitis tuberkulosis
diinterpretasikan
sebagai
indikator
terjadinya
TB pada susunan saraf pusat berhubungan
masyarakat,
yang dapat
dan sampai saat ini meningitis
infeksi
tuberkulosis.
dengan prevalensi
tuberkulosis
merupakan
TB di
penyakit
infeksi pada susunan saraf pusat yang paling sering didapat pada masyarakat
negara berkembang (Ramachandran,
Pada tahun
1997 di Amerika
2002; De Beer, 1998).
Serikat,
meningitis
tuberkulosis
merupakan
bentuk kelima paling sering sebagai TB ekstra pulmoner, yaitu 5.2 % dari kasus
TB ekstra pulmoner
morbidititas
dan 0.7% dari seluruh
akibat meningitis
tuberkulosis
kasus TB. Di Amerika
diperhitungkan
sekitar 6.2% dari seluruh kasus TB ekstrapulmoner
Serikat
sekitar 284 kasus,
(Ramachandran,
2002).
Kejadian meningitis TB di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada
tahun 1982-1983 didapatkan sebanyak 40 kasus dan mengalami peningkatan pada
tahun 1999-2000 menjadi sebanyak
132 kasus. Dari semua pasien tuberkulosis
yang dirawat di RSHS, 50% meninggal
dunia disebabkan
oleh meningitis
TB
(Eddie Soeria Soemantri, 2003).
Kejadian meningitis TB di Rumah Sakit Immanuel Bandung sampai pada saat
ini belum pemah diteliti, oleh karena itu dalam karya tulis ilmiah ini penulis
meneliti tentang kejadian meningitis tuberkulosis
terutama gambaran klinisnya di
3
Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Saraf FK-Universitas
Kristen Maranatha
/ Rumah
Sakit Immanuel Bandung.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun
adalah
identifikasi
: bagaimana
masalah
gambaran
yang hendak
klinis meningitis
diuraikan
didalam
tuberkulosis
makalah
ini
di Rumah Sakit
Immanuel?
1.3. Maksud
dan Tujuan
Untuk mendapatkan
gambaran klinis meningitis tuberkulosis
di Rumah Sakit
Immanuel.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tuberkulosis
terapi
gambaran klinis meningitis
di Rumah Sakit Immanuel, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan
yang lebih dini dan tepat, yang bertujuan
untuk menurunkan
angka
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh meningitis tuberkulosis.
1.5. Metodologi
Penelitian ini bersifat survey analitik dan retrospektif dengan mengambil data
rekam medik R.S. Immanuel.
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan
Kristen Maranatha
di Bagian/SMF
IImu Penyakit
Saraf
FK-Universitas
/ Rumah Sakit Immanuel dari bulan Februari 2004 sampai
bulan Oesember 2004.
BABV
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Oari data yang diperoleh pada tahun 2001-2003 di Bagian/SMF
Saraf
Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
didapatkan
Ilmu Penyakit
penderita
meningitis
tuberkulosis sebanyak 32. pasien.
Oari data tersebut didapatkan
47% berjenis kelamin pria dan 53% berjenis
kelamin wanita.
Usia berkisar antara 13-67 tahun dengan tingkat sosio ekonomi rendah.
Mayoritas
pasien
yang menderita
meningitis
tuberkulosis
disertai
dengan
gejala demam, nyeri kepala danjuga kaku kuduk serta penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan
penunjang bisa didapatkan [oto toraks yang abnormal, LED
yang meningkat, kelainan profil CSS, serta gambaran CT Scan yang mendukung
diagnosis meningitis.
5.2. Saran
·
Perlunya
kesadaran
tuberkulosis,
·
Oiharapkan
lebih
tinggi
dari masyarakat
akan bahaya
penyakit
sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan.
ket:iasama yang lebih baik antara pasien dan tim medis sehingga
angka kejadian dapat dikurangi.
·
RS Immanuel
pencatatan
khususnya
bagian rekam medis perlu meningkatkan
sistem
sehingga data lebih terperinci yang nantinya akan berguna untuk
berbagai keperluan pelaporan.
47
DAFT AR PUST AKA
Brunnel University West London.2004. http://www.brunel.ac.uk/depts/bll
bist/clare ImedicaI%20microbiology/cns/main2.htm.
10 Desember 2004.
Crofton J.. Home N., Miller F. 2002. Tuberkulosis non-pulmonal pada orang
dewasa. Dalam: Muherman Harun, Ella Sutiono, Theresia Citraningtyas, Paula
Cho, Elisabeth D. Noviani. Angela N. Abidin, editor: Tuberkulosis klinis. 2nd
ed. Jakarta: Widya Medika.
Daniel S. Wibowo.2002.Saraf otak. Anatomi medulla spinalis, batang otak dan
sarc~lolak. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha.
Dc Beer. I 998. Tuberculosis http://smltsa.org.za/joumallarchiveIl2I.htm,
2004
9 Maret
De W itt.2003 .http://www .bergen.org! A CAD EMY IB io/PCS/PCScranialnerves2.
html, I I Desember 2004.
Dede Gunawan.2003. Diagnosis and management of meningitis TB. Lokakarya
Recent Advances on Coprehensive Management of Tuberculosis as a systemic
Disease (pulmonary and exIra pulmonary). Bandung, 1-2 April 2003.
Bandung: Bag.Ilmu penyakit dalam FK-UNPAD I PERJAN RSHS.
Dede Gunawan. 2004. Infeksi susunan sarafpusat. Dalam: Eka J.
Wahjoepramono, editor: Kegawatdaruratan saraf dan bedah sara! Edisi 1.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Hal 77-89
Duus P ..1996. Meningen, ventrikel, dan cairan serebropinal. Dalam: Wita
J.Suwono dan Devy H Ronardy, editor: Diagnosis topik neurologi: anatomi
jisiologi, tanda, gejala. Edisi I.Jakarta: EGC.hal 246-62.
Eddie Soeria Soemantri. 2003. Tuberculosis Clinical Problem, Hospital and
community base. Lokakarya Recent Advances on Coprehensive Management
of Tuberculosis as a systemic Disease (pulmonary and extra pulmonary).
Bandung, 1-2 April 2003. Bandung: Bag.IImu penyakit dalam FK-UNPAD I
PERJAN RSHS.
Edward C. Klatt MD.2004.
http://www.medlib.med.utah.edu/WebPathlTUTORIAL/MTB/MTB.html.
Desember 2004
48
23
49
G Thwaites, T T H Chau, NTH Mai, F Drobniewski, K McAdam, J Farrar. 1999.
Neurological aspects of tropical disease: tuberculous meningitis. Journal
Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry 2000;68:289-299 ( March ).
http://jnnp.bmjjournals.com/cgi/
content/full/68/3/289?maxtoshow=&HITS=
10
&hits= 1O&RESUL TFORMA T=&fulltext=tuberculous+meningitis&andorexac
tfulltext=and&searchid= 11062321 76183_15 88&stored _ search=&F IRS TIN DE
X=O&sortspec=relevance&resourcetype=
1&journalcode=jnnp. 20 Desember
2004
Harsono. 1999.Meningitis Tuberkulosa. Buku ajar neurologi klinis . 1SI ed.
Y ogyakarta:
Gajah Mada University
Press.
Haryono. 2003. Infeksi susunan saraf pusat. Buku catatan kuliah ilmu penyakit
saraf2.edisi 1. Bandung:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
I Made Bagiada. 2003.Integrated etiopatogenesis ofTB disease. Lokakarya
Recent Advances on Coprehensive Management of Tuberculosis as a 5ystemic
Disease (pulmonary and extra pulmonary). Bandung, 1-2 April 2003.
Bandung: Bag.Ilmu penyakit dalam FK-UNPAD 1 PERJAN RSHS.
Issar Smith.2003. Mycobacterium tuberculosis Pathogenesis and Molecular
Determinants of Virulence. Clinical Microbiology Reviews, July 2003, p. 463496, Vol. 16, No.3.
http:// cmr .asm.orgl cgi/content/full/ 16/3/463 ?maxtoshow=&HITS=&hits=&RE
SUL TFO RMA T=&fulltext=clinical +profile+tuberculous+meningi
tis&andorex
actfulltext=and&searchid=
1106232648124 12147 &stored search=&FIRSTIN
DEX=O&resourcetype=l,
10 Desember 2004.
Komi Kanai. 1991. Introduction to tuberkulosis and mycobacteria. Tokyo:
Southeast Asian Medical Information Centerl International Foundation of
Japan. p.2-5, 40-47, 64-65.
Merritt H.H. 1967. A textbook of neurology, 41hed. Japan: Press oflgaku
Ltd.
Shoin
Moore K.L.. 1992. Clinically oriented Anatomy. 3rd ed. Baltimore,USA:
Williams&Wilkins. p.681-92, 692-702. 853-69.
Ramachandran T.. 2002. Tuberculous Meningitis. eMedicine World Medical
Library. http://wwv...emedicine.com/neuro/topic385.htm
-_
> eMedicine - Tuberculous Meningitis: Article
by Tarakad S Ramachandran, MD