Analisis Rasio Keuangan dalam Mengukur Finansial Distress di Indeks Kompas 100 Periode 2011-2014.

(1)

ABSTRAK

Perusahaan adalah organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya, oleh karena itu perusahaan harus memiliki pengendalian terhadap kegiatan operasional terutama berkaitan dengan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan analisis rasio dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kesulitan keuangan (financial distress), karena kebangkrutan tidak akan terjadi jika tanpa adanya penyebab kebangkrutan itu sendiri. Terdapat berbagai macam metode analisis kebangkrutan dari sektor keuangan, salah satunya adalah Metode Altman Z-score. Altman z-score digunakan untuk melihat nilai Z pada dua sampel yang berbeda, kemudian untuk lebih mendukung metode Altman maka di lakukan pengujina statistika. Hasil yang didapat dari dua pengujian Altman Z-Score dan statistika SPSS menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara dua sampel. Sehingga peneliti melanjutkan penelitian dengan uji beda pada rasio-rasio yang terkandung didalam Altman Z-Score. Hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa hal yang harus lebih diperhatikan perusahaan adalah working capital, retained earnings, earnings before interest and taxes, market value equity to book value dan total assets.


(2)

ABSTRACT

The Company is a commercial organization as its primary purpose, therefore the company should have control over operational activities mainly related to corporate finance. The financial statements are part of the process of financial reporting and analysis ratios can be one tool to predict the financial difficulties (financial distress), because bankruptcy will not happen if the absence of the causes of bankruptcy itself. There are different methods of analysis of the bankruptcy of the financial sector, one of which is the method of Altman Z-score. Altman z-score is used to view the value of Z in two different samples, and to better support Altman then do pengujina statistics. The results of the two tests Altman Z-Score and SPSS statistics show that there are differences between the two samples. So the researchers went on to study at the different test ratios contained in the Altman Z-Score. The results can be concluded that it should be more aware of the company is working capital, retained earnings, earnings before interest and taxes, market value of equity to book value and total assets.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 ... 1

1. Latar Belakang Penelitian ... 1

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 7

5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2 ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Laporan Keuangan ... 12

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan ... 14

2.1.3 Financial Distress ... 17

2.1.4 Prediksi Kebangkrutan ... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

BAB 3 ... 26

3.1 Rerangka Pemikiran ... 26

3.2 Model Penelitian ... 29

3.3 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB 4 ... 31

4.1 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

4.2 Metode Penelitian ... 34

4.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 34

4.2.2 Teknik Analisis ... 35

4.3 Operasional Variabel ... 37

BAB 5 ... 39

5.1 Hasil Penelitian ... 39

5.1.1. Metode Altman Z-Score ... 39

5.1.2. Uji Perbandingan ... 43

5.1.3. Uji Hipotesis ... 47

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

5.3 Implikasi Manajerial ... 54

BAB 6 ... 56


(4)

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... ...61


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Kesulitan Keuangan ... 18

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Kriteria Sampel Pertama ... 32

Tabel 3.2 Sampel Pertama... 32

Tabel 3.3 Kriteria Sampel Kedua ... 33

Tabel 3.4 Sample Kedua ... 33

Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel ... 37

Tabel 5.1 Nilai Kelompok A ... 40

Tabel 5.2 Nilai Z kelompok B ... 41

Tabel 5.3 Uji Normalitas Pada Masing-masing Kelompok Data ... 43

Tabel 5.4 Uji Homogenitas Masing-masing Kelompok Perbandingan ... 45

Tabel 5.5 Hasil Uji Perbandingan ... 47


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Hasil pada Kelompok A ... 49 Gambar 5.2 Hasil pada Kelompok B ... 50


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data sampel pertama ... L 1-1 Lampiran 2 Data Sampel kedua ... L 2-1 Lampiran 3. Hasil Metode Altman Z-Score untuk sampel pertama ... L 3- 1 Lampiran 4. Hasil Metode Altman Z-Score untuk sample kedua ... L 4- 1 Lampiran 5. Hasil Pengujuan SPSS ... L 5- 1


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002). Sehingga pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Oleh karena itu didalam perusahaan harus memiliki pengendalian terhadap kegiatan operasional dan terutama yang berkaian dengan keuangan perusahaan.

Kebangkrutan tidak akan terjadi jika tanpa adanya tanda-tanda penyebab kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa mengalami kebangkrutan karena rendahnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta ketidakmampuan perusahaan menjamin setiap hutangnya dengan modal sendiri. Agar tidak terjadi kebangkrutan manajer keuangan perusahaan perlu mengamati kondisi keuangan perusahaan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1992). Menutur James dan Moira (2005), laporan keuangan adalah alat atau sarana utama dalam memenciptakan laporan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan seperti pihak internal (manajemen


(9)

dan para karyawan) dan pihak ekternal (bank,investor,pemerintah). Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan (IAI, 2009). Suatu proses akuntansi menghasilkan laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai informasi baik mengenai posisi keuangan perusahaan maupun prestasi manajemen pada periode tertentu. Laporan keuangan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan selain dijadikan sebagai alat pertanggung jawaban.

Menurut Ryan dan Miyosi (2013), tujuan laporan keuangan sebagai berikut: pertama, memberikan berbagai macam informasi pada periode tertentu (periode akuntansi/satu tahun) misalnya seperti perubahan asset perusahaan. Kedua, Memberikan penilaian tentang kondisi perusahaan atau kinerja keuangan perusahaan. Ketiga membantu dalam memberikan pertimbangan untuk pihak-pihak tertentu. Setiap perusahaan diharuskan adanya laporan keuangan dimana laporan keuangan ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi adanya potensi kebangkrutan dimasa yang akan datang.

Selain itu menurut Yuliastary dan Wirakusuma (2014), analisis rasio dapat dijadikan alat ukur untuk membantu manajemen dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan dengan adanya pencegahan sejak dini maka perusahaan akan terhindar dari kondisi financial distress atau kesulitan keuangan.


(10)

Financial distress merupakan kondisi dimana adanya ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh tempo misalnya; hutang usaha, hutang pajak, hutang bank jangka pendek (Yuliastary dan Wirakusuma 2014). Menurut Hofer dan Whitaker dalam jurnal penelitian Almilia (2006) mendefinisikan bahwa financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan menurut Platt dan Platt dalam jurnal penelitian Ayu dan Niki (2009) mendefinisikan bahwa financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan maupun likuidasi. Ini berarti financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan dengan laba menurun atau mengalami kerugian selama beberapa tahun.

Analisis rasio keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kesulitan keuangan (financial distress) yang digunakan untuk mengukur kesehatan perusahaan. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan. Ketidaksiapan perusahaan dalam memprediksi financial distress merupakan salah satu penyebab kebangkrutan perusahaan.

Menurut Yuliastary dan Wirakusuma (2014), adanya potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan memberi kekhawatiran dari berbagai pihak baik sektor internal seperti: manajer dan karyawan, maupun pihak ekternal perusahaan seperti: investor dan kreditur, karena dari pihak investor mereka akan kehilangan saham yang ditanamkan diperusahaan tersebut dan pihak kreditur akan mengalami kerugian karena telah meminjamkan modal yang tidak akan bisa


(11)

dilunasi oleh pihak perusahaan (tak tertagih), sehingga analisis prediksi kebangkrutan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut UU Kepailitan No. 4 Tahun 1998, perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan pada keputusan pengadilan yang berwenang atau berdasarkan permohonan sendiri jika memiliki 2 atau lebih kreditur dan perusahaan tidak mampu membayar sedikitnya satu utangnya yang telah jatuh tempo. Kebangkrutan tidak akan terjadi jika tanpa adanya penyebab kebangkrutan itu sendiri. Berdasarkan penelitian Gamayuni (2011), penyebab kebangkrutan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan tentunya ada beberapa pihak yang akan dirugikan yaitu pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Untuk meminimalisir resiko kebangkrutan, diperlukan suatu alat atau model prediksi yang dapat digunakan untuk memprediksi ada atau tidaknya potensi kebangkrutan perusahaan.

Menurut Purnajaya dan Merkusiwati (2014), terdapat berbagai alat analisis kebangkrutan yang telah ditemukan, namun alat analisis kebangkrutan yang banyak digunakan yaitu analisis Z-Score model Altman, model Springate, dan model Zmijewski. Alasan ketiga alat analisis tersebut banyak digunakan yaitu karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah untuk digunakan dan juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam melakukan prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.


(12)

dengan metode Z-Score. Penelitian Altman pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi kebangkrutan. Dari 22 rasio tersebut, dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio-rasio mana yang akan digunakan dalam membuat model. Hasil pengujian rasio memilih lima rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio-rasio yang terpilih tersebut yaitu variabel X1 (working capital to total assets), variable X2 (retained earnings to total assets), variabel X3 (earnings before interest and taxes to total assets), variabel X4 (market value equity to book value of total debt), dan variabel X5 (sales to total assets).

X1 digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi, dengan membandingkan modal kerja dengan total aktiva. Modal kerja diperoleh cara dengan mengurangi Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar. X2 digunakan untuk mengetahui besarnya modal yang berasal dari pihak intern, untuk membiayai operasi perusahaan. X3 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola total aktiva untuk mendapatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak (EBIT). X4 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajiban jangka panjang. X5 menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin besar nilai X5 maka efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan semakin terjaga (W.Tambunan, Dwiatmanto dan N.P 2015).


(13)

Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go public) akan merugikan banyak pihak. Pihak – pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar (default), karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta manajemen perusahaan itu sendiri (Peter dan Yoseph, 2011). Ekbis.sindonews.com, Selasa, 5 November 2013 memberitakan dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada 20 perusahaan emiten yang telah dihapus pencatatan sahamnya (delisting) dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa BEI menghapus pencatatan saham perusahaan tercatat apabila perusahaan tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. Selain itu, perusahaan tercatat tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai.

Kompas 100 merupakan salah satu indeks yang terdapat di BEI. Indeks ini bertujuan memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan indeks Kompas100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Untuk evaluasi Indeks Kompas 100 pergantian saham dan evaluasi akan


(14)

dikeluarkan menujukan bahwa perusahaan tidak memenuhi kriteria yang ada di kompas 100.

Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan risiko yang kemungkinan akan terjadi, sehingga manajer keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan untuk mengamati kondisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan juga bisa digunakan untuk mengamati kondisi kebangkrutan perusahaan yaitu dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan (Merkusiwati dan Purnajaya 2014). (Yuliastary dan Wirakusuma 2014) Umumnya laporan keuangan sangatlah penting untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang telah go public maupun tidak, karena dapat digunakan untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat memprediksi adanya potensi kebangkrutan dimasa yang akan datang.

Hasil penelitian Hadi dan Anggraeni (2008), menunjukkan bahwa model Zmijewski tidak bisa memprediksi delisting. Sedangkan Model Altman dan Model Springate cukup mampu memprediksi delisting secara moderat. Penelitian ini menemukan bahwa model Altman merupakan prediktor delisting terbaik.

Di Indonesia, penelitian yang membandingkan kemampuan model prediksi kebangkrutan untuk memprediksi delisting suatu perusahaan belum banyak dilakukan, padahal kondisi perekonomian di Indonesia sangat rentan bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan. Oleh karena itu, adanya model prediksi kebangkrutan yang dibangun dari rasio-rasio keuangan sangat diperlukan sebagai evaluasi dini bagi para pemakai laporan keuangan untuk menilai kelangsungan


(15)

hidup suatu perusahaan (Hadi dan Anggraeni, 2008). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka judul yang dipilih dalam mengadakan penelitian ini adalah

“ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR FINANCIAL

DISTRESS DI INDEKS KOMPAS 100 PERIODE 2011-2014”

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat ditarik beberapa identifikasi sebagai berikut :

1. Apakah perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas 100 pada tahun 2014 mencerminkan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang diukur dengan metode Altman Z-Score?

2. Apakah perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode 2011-2014 mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat diukur dengan metode Altman Z-Score?

3. Apakah perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas 100 pada tahun 2014 dengan perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode 2011-2014 memiliki rasio-rasio keuangan yang berbeda?

1.3Tujuan Penelitian

1. Apakah metode Altman Z-Score dapat digunakan untuk mencerminkan perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan di Indeks Kompas 100 pada tahun 2011 sampai 2014.


(16)

2. Apakah metode Altman Z-Score dapat digunakan untuk mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat di Indeks Kompas 100 pada tahun 2011 sampai 2014.

3. Apakah variabel-variabel pendukung dari Altman Z-Score memiliki perbedaan antara perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan yang dalam kondisi keuangan yang sehat di Indeks Kompas 100.

1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah serta merealisasikan teori-teori yang diperoleh dalam bidang manajemen keuangan, khususnya tentang kondisi keungan dengan Altman Z-Score. Bagi akademik, penelitian ini dapat menambah sumbangan informasi pemikiran dan kajian untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Secara praktis

Bagi manajemen, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perusahaan mengenai analisis kondisi keungan dengan Altman Z-Score. Hasil analisis juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan untuk meminimalisir resiko- resiko yang terjadi dan memberi gambaran untuk perusahaan-perusahaan yang peneliti lakukan.


(17)

Bagi penulis, penelitian ini dimaksudkan sebagai pendalaman ilmu yang telah dapatkan di bangku kuliah dan merealisasikannya kedalam kasus-kasus nyata yang terjadi. Bagi peneliti selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis kondisi keungan Altman Z-Score.

1.5Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis ini, penulis membagi ke dalam lima bab yang masing-masing bab berisi hal-hal berikut :

Bab I. Berisi bab pendahuluan yang mencakup: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II. Berisi uraian mengenai landasan teori yang digunakan, sebagai alat analisis untuk menjelaskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, menjelaskan tentang teori-teori, konsep-konsep tentang Analisis laporan keuangan, Financial Distress, Prediksi kebangkrutan.

Bab III. Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode dalam penelitian ini, seperti : rerangka pemikiran, model penelitian, dan hipotesis penelitian. Bab IV. Berisi uraian mengenai latar belakang obyek penelitian. Dalam hal ini memberikan penjelasan mencakup populasi dan teknik pengambilan sample, metode penelitian, operasional variabel, teknik penggumpulan data, pengolahan data, dan teknik analisis yang digunakan.


(18)

Bab V. Berisi uraian mengenai hasil penelitian dan analisis atau pembahasan hasil penelitian, berupa data-data yang diperoleh dari data sekunder, khususnya pembahasan mengenai perusahaan yangdikeluarkan oleh indeks kompas 100 dengan perusahaan yang tetap berada di indeks kompas 100.

Bab VI. Berisi rangkuman hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumya, yang ditulis dalam suatu kesimpulan serta disajikan saran-saran sebagai rekomendasi untuk perusahaan dan pihak yang terkait


(19)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil yang diperoleh bahwa perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas 100 pada tahun 2014 mencerminkan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari tahun 2011 berturut-turut sampai 2014 adalah 2.65226, 2.42123, 1.78243, 0.91836. hasil menujukan secara terus-menerus mengalami penurunan hingga pada tahun 2014. Sehingga metode Altman Z-Score dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan.

2. Hasil yang diperoleh pada sampel yang kedua yaitu perusahaan yang tetap berada di Indeks Kompas 100 selama empat tahunberturut-turut, menyatakan bahwa perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode 2011-2014 mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari tahun 2011 sampai 2014 adalah 4.60627, 4.65627, 4.17661, 4.04394. hasil menunjukan nilai tetap stabil meskipun sedikit mengalami penurunan. Sehingga metode


(20)

Altman Z-Score dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat.

3. Hasil dengan menggunakan uji beda diperoleh bahwa X2 (retained earnings to total assets), X3 (earnings before interest and taxes to total assets), X4 (market value equity to book value of total debt) terdapat perbedaan antara perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan yang dalam kondisi keuangan yang sehat. Sedangkan X1 (working capital to total assets) dan X5 (sales to total assets) tidak terdapat perbedaan antara perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan yang dalam kondisi keuangan yang sehat.

6.1Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat ditarik beberapa saran yang dapat dilakukan oleh perusahaan ataupun pihak yang terkait. Hal-hal tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, selalu mengkontrol dimana kondisi keuangan perusahaan berada kerana kebangkrutan tidak mungkin terjadi tanpa adanya penyebab-penyebab yang timbul sebelumnya, sehingga perusahaan bisa waspada terlebih dahulu sebelum terjadi financial distress ataupun mengalami kebangktutan. 2. Bagi pelaku bisnis, investor dan praktisi keuangan, perhatikan kondisi

keuangan dimana kita akan berinvestasi atau sudah berinvestasi. Sehingga dapat meminimalkan risiko-risiko kemungkinan yang akan terjadi.


(21)

3. Bagi peneliti salanjutnya dapat meneliti variabel-variabel yang lainnya selain dari working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of total debt dan sales to total assets. Kemudian sampel dapat diperbanyak tidak hanya di Indeks Kompas 100 dan jangka waktu periode penelitian yang lebih panjang dan up to date.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. (2006). Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XII No.1. Almilia, L. S., & Kristijadi. (2003). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Volume 7 No.2, 183-210.

Ardian, A., & khoiruddin, M. (2014). Pengaruh Analisis Kebangkrutan Model Altman Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Management Analysis Journal. Baridwan, Z. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Dewi, A. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ekbis.sindonews.com. (2013, November 5).

Foster, G. (1986). Financial Statement Analysis. Englewood Cliffs: New Jersey: Prentice Hall.

Gamayuni, R. R. (2011). Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk Memprediksi Kebangkrutan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 16 No.2, 176-190.

Gitosudarmo, I. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hadi, A., & Anggraeni, A. (2008). Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik

(Perbandinganantara The Zmijewski Model, The Altman Model,Dan The Springate Model). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 12 No.2.

Hapsari, E. I. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Bei. Jurnal Dinamika Manajemen, 101-109. Harahap, S. S. (2007). Teori Akuntansi (Revisi Sembilan ed.). Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. James, & Moira. (2005). Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: PPM.

Kamaludin, & Pribadi, K. A. (2011). Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi Logistik. Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 1 No.1, 11-23.


(23)

Kasmir. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Marcelinda, S. O., Paramu, H., & Puspitasari, N. (2014). Analysis on the Accuracy of Altman Z-Score Bankruptcy Prediction Model in Manufacturing Companies Listed in

Indonesia Stock Exchange. e-Journal Ekonomi dan Akuntansi, Volume 1(1), 1-3. Martha, D. R. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada

Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Umrah.

Mas'ud, I., & Srengga, R. M. (2002). Analisis Rasio Keuangan Untukmemprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 139-154.

Merkusiwati, N. K., & Purnajaya, K. D. (2014). Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri

Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 48-63.

Peter, & Yoseph. (2011). “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman,

Springate Dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 –

2009.”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi.

Ramadhani, A. S., & Lukviarman, N. (2009). Perbandingan Anaisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan ALtman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel Penjelas. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13 No.1.

Ryan, & Miyosi. (2013). Membuat Laporan Keuangan Gampang. Jakarta: Dunia Cerdas. W.Tambunan, R., Dwiatmanto, & N.P, M. W. (2015). Analisis Prediksi Kebangkrutan

Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Altman (Z-Score). Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 2 No.1.

Yuliastary, E. C., & Wirakusuma, M. G. (2014). Analisis Financial Distress Dengan Metode Z- Score Altman, Springate, Zmijewski. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 379-389.

Wild, J. John, K.R.Subramanyam, dan Robert F.Halsey. 2008. Financial Statement Analysis. Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap (terjemahan). Analisis Laporan Keuangan. Jilid kedua. Salemba Empat. Jakarta


(1)

Bab V. Berisi uraian mengenai hasil penelitian dan analisis atau pembahasan

hasil penelitian, berupa data-data yang diperoleh dari data sekunder, khususnya

pembahasan mengenai perusahaan yangdikeluarkan oleh indeks kompas 100

dengan perusahaan yang tetap berada di indeks kompas 100.

Bab VI. Berisi rangkuman hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab

sebelumya, yang ditulis dalam suatu kesimpulan serta disajikan saran-saran

sebagai rekomendasi untuk perusahaan dan pihak yang terkait


(2)

68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.

Hasil yang diperoleh bahwa perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas

100 pada tahun 2014 mencerminkan perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan yang diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari

tahun 2011 berturut-turut sampai 2014 adalah 2.65226, 2.42123, 1.78243,

0.91836. hasil menujukan secara terus-menerus mengalami penurunan hingga

pada tahun 2014. Sehingga metode Altman Z-Score dapat digunakan sebagai

salah satu alat ukur untuk mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi

kesulitan keuangan.

2.

Hasil yang diperoleh pada sampel yang kedua yaitu perusahaan yang tetap

berada di Indeks Kompas 100 selama empat tahunberturut-turut, menyatakan

bahwa perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode

2011-2014 mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat

diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari tahun 2011

sampai 2014 adalah 4.60627, 4.65627, 4.17661, 4.04394. hasil menunjukan

nilai tetap stabil meskipun sedikit mengalami penurunan. Sehingga metode


(3)

Altman Z-Score dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk

mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat.

3.

Hasil dengan menggunakan uji beda diperoleh bahwa X2 (retained earnings

to total assets), X3 (earnings before interest and taxes to total assets), X4

(market value equity to book value of total debt) terdapat perbedaan antara

perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan

yang dalam kondisi keuangan yang sehat. Sedangkan X1 (working capital to

total assets) dan X5 (sales to total assets) tidak terdapat perbedaan antara

perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan

yang dalam kondisi keuangan yang sehat.

6.1

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat ditarik beberapa saran yang dapat

dilakukan oleh perusahaan ataupun pihak yang terkait. Hal-hal tersebut diantaranya

sebagai berikut:

1.

Bagi perusahaan, selalu mengkontrol dimana kondisi keuangan perusahaan

berada kerana kebangkrutan tidak mungkin terjadi tanpa adanya

penyebab-penyebab yang timbul sebelumnya, sehingga perusahaan bisa waspada terlebih

dahulu sebelum terjadi financial distress ataupun mengalami kebangktutan.

2.

Bagi pelaku bisnis, investor dan praktisi keuangan, perhatikan kondisi


(4)

70

3.

Bagi peneliti salanjutnya dapat meneliti variabel-variabel yang lainnya selain

dari working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings

before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of

total debt dan sales to total assets. Kemudian sampel dapat diperbanyak tidak

hanya di Indeks Kompas 100 dan jangka waktu periode penelitian yang lebih

panjang dan up to date.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. (2006). Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XII No.1. Almilia, L. S., & Kristijadi. (2003). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Volume 7 No.2, 183-210.

Ardian, A., & khoiruddin, M. (2014). Pengaruh Analisis Kebangkrutan Model Altman Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Management Analysis Journal. Baridwan, Z. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Dewi, A. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ekbis.sindonews.com. (2013, November 5).

Foster, G. (1986). Financial Statement Analysis. Englewood Cliffs: New Jersey: Prentice Hall.

Gamayuni, R. R. (2011). Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk Memprediksi Kebangkrutan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 16 No.2, 176-190.

Gitosudarmo, I. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hadi, A., & Anggraeni, A. (2008). Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik

(Perbandinganantara The Zmijewski Model, The Altman Model,Dan The Springate Model). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 12 No.2.

Hapsari, E. I. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Bei. Jurnal Dinamika Manajemen, 101-109. Harahap, S. S. (2007). Teori Akuntansi (Revisi Sembilan ed.). Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. James, & Moira. (2005). Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: PPM.

Kamaludin, & Pribadi, K. A. (2011). Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi Logistik. Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 1 No.1, 11-23.


(6)

Kasmir. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Marcelinda, S. O., Paramu, H., & Puspitasari, N. (2014). Analysis on the Accuracy of Altman Z-Score Bankruptcy Prediction Model in Manufacturing Companies Listed in

Indonesia Stock Exchange. e-Journal Ekonomi dan Akuntansi, Volume 1(1), 1-3. Martha, D. R. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada

Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Umrah.

Mas'ud, I., & Srengga, R. M. (2002). Analisis Rasio Keuangan Untukmemprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 139-154.

Merkusiwati, N. K., & Purnajaya, K. D. (2014). Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri

Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 48-63.

Peter, & Yoseph. (2011). “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman,

Springate Dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 –

2009.”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi.

Ramadhani, A. S., & Lukviarman, N. (2009). Perbandingan Anaisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan ALtman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel Penjelas. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13 No.1.

Ryan, & Miyosi. (2013). Membuat Laporan Keuangan Gampang. Jakarta: Dunia Cerdas. W.Tambunan, R., Dwiatmanto, & N.P, M. W. (2015). Analisis Prediksi Kebangkrutan

Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Altman (Z-Score). Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 2 No.1.

Yuliastary, E. C., & Wirakusuma, M. G. (2014). Analisis Financial Distress Dengan Metode Z- Score Altman, Springate, Zmijewski. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 379-389.

Wild, J. John, K.R.Subramanyam, dan Robert F.Halsey. 2008. Financial Statement Analysis. Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap (terjemahan). Analisis Laporan Keuangan. Jilid kedua. Salemba Empat. Jakarta