IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA.

(1)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Taufan Nurzaman Sulaeman 1100336

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

Oleh

TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Departemen Pendidikan Biologi

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN 2015 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(3)

TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dra. Hj. Ammi Syulasmi, MS. NIP. 195408281986122001

Pembimbing II

Rini Solihat, S.Pd., M.Si. NIP. 197902132001122001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi

Dr. Bambang Supriatno, M.Si NIP. 196305211988031002


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Arthropodaini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2015 Yang membuat pernyataan.

Taufan Nurzaman Sulaeman 1100336


(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan semesta alam. Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Arthropoda sebagai sebagian dari syarat untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, seluruh sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.

Penulisan skripsi bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi siswa SMA pada konsep Arthropoda. Data miskonsepsi yang didapat pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh penulis maupun pihak-pihak terkait, seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai salah satu acuan dalam menyusun strategi pembelajaran. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi berkah bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.

Bandung, September 2015

Taufan Nurzaman Sulaeman 1100336


(6)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Berbagai kendala penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun hal tersebut dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ammi Syulasmi, MS. selaku dosen pembimbing I penulisan skripsi yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan pengarahan.

2. Ibu Rini Solihat, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan motivasi untuk penyelesaian studi penulis.

3. Ibu Eni Nuraeni, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang selama 4 tahun telah berkenan membimbing penulis dalam urusan akademik.

4. Bapak Drs. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc., yang telah banyak memberikan pelajaran tentang kehidupan kepada penulis.

5. Bapak Ikmanda Nugraha, M.Pd. yang telah memberikan pencerahan ide penelitian skripsi ini.

6. Orangtua tercinta Ibunda Nunung Tati Maryanah dan Ayahanda Eman Sulaeman serta saudaraku Afriadi Nugraha Sulaeman yang telah mencurahkan segala usaha dan pikirannya untuk keberlangsungan pendidikan penulis dengan penuh cinta kasih.

7. Rekan-rekan Biologi, khususnya Keluarga Arthropoda yang telah bersedia berbagai pengetahuan dan pengalaman.

8. Keluarga besar KPA Biocita Formica yang telah mengajarkan makna Tabah Sampai Akhir dan sebagai keluarga kedua bagi penulis.

9. Sahabat setia, Vasya Lufthi Zulfikar, Sandy Ahmad Herdiansyah, Nadia Rahayu Oktami dan Luthfianti Zafharina Harmany atas segala bentuk dukungan dalam segala situasi.


(7)

iii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kota Bandung mengenai konsep Arthropoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 siswa kelas X dari tiga SMA negeri. Identifikasi miskonsepsi dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahap pertama digunakan 20 soal tes miskonsepsi three-tier untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa. Tes miskonsepsi dilakukan sebanyak dua kali menggunakan soal yang sama. Hasil tes kemudian dikategorisasikan ke dalam lima tingkat pemahaman. Siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi pada kedua tes dijadikan sebagai data miskonsepsi. Pada tahap kedua dilakukan wawancara kepada siswa dan guru untuk memverifikasi temuan hasil tes dan mengungkap faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa. Penggunaan gambar dilakukan pada wawancara untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau hanya menebak jawaban. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa banyak mengalami miskonsepsi pada konsep pengelompokkan dan struktur tubuh hewan. Hasil akhir didapatkan 22 miskonsepsi tentang Arthropoda dan sub konsepnya. Peran guru, sikap serta minat siswa terhadap materi ini menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi yang dimiliki siswa. Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih menekankan konsep-konsep penting dan melakukan fungsi pengontrolan yang berkelanjutan selama pembelajaran, karena siswa mungkin banyak mendapat konsep-konsep selain dari pembelajaran yang tidak tepat secara ilmiah.


(8)

iv

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF SENIOR HIGH SCHOOL (SHS) STUDENTS’ MISCOCEPTIONS OF ARTHROPODS

The aim of this study was to identify the senior high school (SHS) students’

misconceptions of Arthropods in Bandung. The study was conducted to 96 grade 10 SHS students of three public schools. Identification of misconception is done through two phases. First, the 20 items three-tier misconceotion test was used to

collect students’ misconceptions. The test was conducted twice with the same

items. The test results then categorized into five levels of understanding. Students’ answer that classified into the category of misconceptions on both tests served as a misconceptions data. The second phase, an interview conducted to the students and teachers to verify the finding from the test results and to reveal the factors which possibly caused the misconceptions that possessed by the students. The used of pictures conducted in the interview, aimed to know wether students possessing a misconceptions or just guessing the answer. The results showed that students experienced many misconceptions on the concept of animal grouping and structure of the animal body. The final result obtained 22 misconceptions about Arthropods and its sub concepts. The role of teacher and the students’ attitude and interest towards this subject becomes the factors that possibly causing the misconceptions that possessed by the students. With this study, teacher was expected to emphasize important concepts and to perform the function of sustainable controlling in the instructions, because students had many concepts apart from instructions that scientifically error.


(9)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi ... 5

BAB II MISKONSEPSI DAN ARTHROPODA A Konsep, Konsepsi dan Miskonsepsi ... 7

B Soal Pilihan Ganda Bertingkat Tiga (Three-tier) untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi ... 12

C Hasil Penelitian Miskonsepsi yang Relevan ... 13

D Konsep Arthropoda ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A Definisi Operasional... 23

B Desain Penelitian ... 23

C Populasi dan Sampel ... 24

D Instrumen Penelitian ... 25

E Prosedur Penelitian ... 30

F Teknik Pengolahan Data ... 32

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A Temuan Penelitian ... 35


(10)

vi

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Simpulan ... 69

B Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 75


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hasil Penelitian Miskonsepsi Tentang Hewan ... 13 2.2 Karakteristik Umum Subfilum-Subfilum Arthropoda ... 17 3.1 Lokasi Penelitian ... 24 3.2 Kisi-kisi Konsep Arthropoda pada Soal Tes Miskonsepsi Three-tier 25 3.3 Kategorisasi Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Pola Jawaban 33 4.1 Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Setiap Sekolah

Berdasarkan Hasill Tes Miskonsepsi ... 35 4.2 Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Setiap Sekolah

Berdasarkan Hasill Wawancara Siswa ... 36 4.3 Kemunculan Miskonsepsi pada Konsep Arthropoda ... 37 4.4 Miskonsepsi pada Konsep Arthropoda Berdasarkan Hasil Tes


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Cladogram Arthropoda ... 18

3.1 Desain Penelitian pada Setiap Sekolah ... 23

3.2 Prosedur Penelitian ... 30

4.1 Sketsa Kalajengking ... 54

4.2 Sketsa Hewan-hewan Filum Arthropoda ... 56

4.3 Sketsa Hewan-hewan Subfilum Myriapoda ... 59

4.4 Sketsa Hewan-hewan Kelas Insecta ... 62


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A Instrumen Penelitian ... 75

A.1 Soal Tes Miskonsepsi Pilihan Ganda Three-tier ... 75

A.2 Lembar Jawaban Tes Pilihan Ganda Three-tier ... 83

A.3 Kisi-kisi Wawancara Siswa Mengenai Kegiatan Pembelajaran Arthropoda ... 85

A.4 Kisi-kisi Wawancara Siswa Mengenai Kegiatan Pembelajaran Arthropoda ... 85

A.5 Gambar yang Digunakan pada Wawancara Siswa... 86

A.6 Silabus Arthropoda... 87

LAMPIRAN B Data Siswa ... 90

B.1 Data Siswa Uji Coba Instrumen Penelitian ... 90

B.2 Data Siswa SMAN A Bandung ... 91

B.3 Data Siswa SMAN B Bandung ... 92

B.1 Data Siswa SMAN C Bandung ... 93

LAMPIRAN C Uji Coba Instrumen ... 94

C.1 Rumus-rumus Validasi Soal ... 94

C.2 Tingkat Kesukaran ... 96

C.3 Daya Pembeda ... 97

C.4 Reliabilitas ... 98

C.5 Validitas ... 100

C.6 Analisis Uji Coba Instrumen ... 101

LAMPIRAN D Analisis Miskonsepsi ... 103

D.1 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN A Bandung Tes Pertama ... 103

D.2 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN A Bandung Tes Kedua ... 109

D.3 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN B Bandung Tes Pertama ... 114 D.4 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN B Bandung


(14)

x

Tes Kedua ... 118

D.5 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN C Bandung Tes Pertama ... 122

D.6 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN C Bandung Tes Kedua ... 126

D.7 Contoh Lembar Jawaban Siswa Pada Tes Three-tier ... 130

D.8 Rekapitulasi Pola Jawaban Semua Sekolah ... 131

D.9 Rekapitulasi Pola Jawaban Miskonsepsi ... 135

D.10 Analisis Kemungkinan Penyebab Miskonsepsi ... 137

D.11 Profil Kemunculan Miskonsepsi Setiap Sekolah ... 141

D. 12 Rekapitulasi Total Siswa untuk Diwawancarai ... 143

D.13 Rekapitulasi Total Siswa yang Diwawancarai ... 143

D.14 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN A Bandung ... 144

D.15 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN B Bandung ... 147

D.16 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN C Bandung ... 153

D.17 Rekapitulasi Wawancara Guru ... 157

D.18 Analisis Wawancara Pemahaman Konsep Siswa ... 159

LAMPIRAN E Dokumentasi Penelitian ... 161


(15)

i

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kota Bandung mengenai konsep Arthropoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 siswa kelas X dari tiga SMA negeri. Identifikasi miskonsepsi dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahap pertama digunakan 20 soal tes miskonsepsi three-tier untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa. Tes miskonsepsi dilakukan sebanyak dua kali menggunakan soal yang sama. Hasil tes kemudian dikategorisasikan ke dalam lima tingkat pemahaman. Siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi pada kedua tes dijadikan sebagai data miskonsepsi. Pada tahap kedua dilakukan wawancara kepada siswa dan guru untuk memverifikasi temuan hasil tes dan mengungkap faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa. Penggunaan gambar dilakukan pada wawancara untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau hanya menebak jawaban. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa banyak mengalami miskonsepsi pada konsep pengelompokkan dan struktur tubuh hewan. Hasil akhir didapatkan 22 miskonsepsi tentang Arthropoda dan sub konsepnya. Peran guru, sikap serta minat siswa terhadap materi ini menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi yang dimiliki siswa. Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih menekankan konsep-konsep penting dan melakukan fungsi pengontrolan yang berkelanjutan selama pembelajaran, karena siswa mungkin banyak mendapat konsep-konsep selain dari pembelajaran yang tidak tepat secara ilmiah.


(16)

ii

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF SENIOR HIGH SCHOOL (SHS) STUDENTS’ MISCOCEPTIONS OF ARTHROPODS

The aim of this study was to identify the senior high school (SHS) students’

misconceptions of Arthropods in Bandung. The study was conducted to 96 grade 10 SHS students of three public schools. Identification of misconception is done through two phases. First, the 20 items three-tier misconceotion test was used to

collect students’ misconceptions. The test was conducted twice with the same

items. The test results then categorized into five levels of understanding. Students’ answer that classified into the category of misconceptions on both tests served as a misconceptions data. The second phase, an interview conducted to the students and teachers to verify the finding from the test results and to reveal the factors which possibly caused the misconceptions that possessed by the students. The used of pictures conducted in the interview, aimed to know wether students possessing a misconceptions or just guessing the answer. The results showed that students experienced many misconceptions on the concept of animal grouping and structure of the animal body. The final result obtained 22 misconceptions about Arthropods and its sub concepts. The role of teacher and the students’ attitude and interest towards this subject becomes the factors that possibly causing the misconceptions that possessed by the students. With this study, teacher was expected to emphasize important concepts and to perform the function of sustainable controlling in the instructions, because students had many concepts apart from instructions that scientifically error.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari secara formal pada berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Biologi secara mandiri mulai dibelajarkan sejak jenjang pendidikan dasar pada tingkat sekolah menengah pertama sampai jenjang pendidikan lanjutan pada tingkat sekolah menengah atas atau yang sederajat. Pada pembelajaran biologi di sekolah, tak jarang ditemukan pemahaman maupun konsep siswa yang berbeda dari konsep ilmiah. Pemahaman siswa yang janggal dan tidak tepat secara ilmiah tersebut disebut miskonsepsi (Bahar, 2003).

Beberapa peneliti menggunakan istilah berbeda untuk merujuk miskonsepsi. Istilah lain yang memiliki makna yang sama dengan miskonsepsi seperti konsepsi alternatif/alternative conceptions (Arnaudin dan Mintzes, 1985; Dikmenli, Osman dan Fulya, 2009; Cinici, 2013b), prekonsepsi/preconception (Hawseh dalam Bahar 2003) maupun kesalahan gagasan/erronous ideas (Fisher dalam Bahar 2003), tetapi menurut Bahar (2003) istilah miskonsepsi lebih umum digunakan. Untuk alasan itu istilah miskonsepsi digunakan pada penelitian ini.

Miskonsepsi dapat terjadi pada berbagai aspek atau bidang ilmu pendidikan, termasuk dalam bidang pendidikan biologi. Beberapa penelitian berhasil mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi dalam pendidikan biologi. Miskonsepsi yang terjadi, tidak hanya mencakup pemahaman siswa pada suatu konsep. Adisendjaja dan Romlah (2007) menemukan bahwa terdapat miskonsepsi dan kesalahan pada buku teks biologi SMA. Sementara dalam konteks pemahaman siswa, Tekkaya (2002) merangkum beberapa konsep dalam biologi yang menjadi miskonsepsi berdasarkan penelitian peneliti-peneliti sebelumnya. Konsep-konsep tersebut diantaranya terjadi pada konsep fotosintesis, respirasi, biologi seluler, sistem peredaran darah, ekologi, energi, genetika, dan klasifikasi yang mencakup vertebrata dan invertebrata (Tekkaya, 2002). Miskonsepsi pada konsep lain mungkin masih banyak dan perlu untuk diidentifikasi.


(18)

2

Bahar (2003) berpendapat bahwa miskonsepsi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi belajar siswa. Merujuk pada pendapat tersebut, miskonsepsi dalam pendidikan biologi harus diubah atau diperbaiki, namun Tekkaya (2002) menyatakan bahwa sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki, kita harus terlebih dahulu mengindetifikasinya. Terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Karena itu, identifikasi miskonsepsi penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mengubah konsep yang tidak tepat tersebut menjadi konsep yang tepat secara ilmiah agar perkembangan pemahaman siswa secara utuh akan sesuai dengan konsep ilmiah yang telah disepakati.

Jika miskonsepsi dibiarkan, selain akan memengaruhi pemahaman individu siswa pada konsep berikutnya, miskonsepsi juga dapat menimbulkan masalah-masalah lain. Mengacu pada karakteristik miskonsepsi menurut Adeniyi dan Fisher (dalam Tekkaya, 2002), miskonsepsi cenderung dapat menyebar melalui interaksi antar siswa pada pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu jika miskonsepsi dibiarkan, miskonsepsi tersebut mungkin dapat terbawa hingga pada kehidupan setelah pendidikan formal. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik dari miskonsepsi yang salah satunya adalah cenderung resisten terhadap perubahan dengan pembelajaran tradisional seperti dipaparkan sebelumnya (Tekkaya, 2002). Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan keilmuan biologi di masa mendatang. Dalam lingkup kecil terhadap pemahaman konsep siswa. Miskonsepsi pada suatu konsep akan berdampak pada pemahaman konsep lain yang terintegrasi.

Pada penelitian ini konsep biologi yang dikaji untuk diidentifikasi miskonsepsinya adalah konsep Arthropoda. Dalam Silabus Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam Mata Pelajaran Biologi SMA , sesuai Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia saat ini, konsep Arthropoda merupakan bagian dari BAB 8. Invertebrata pada semeseter 2 atau kelas X (sepuluh). Konsep yang dikaji


(19)

3

hari, hewan-hewan invertebrata dari filum Arthropoda merupakan hewan invertebrata yang relatif lebih sering dijumpai siswa daripada hewan-hewan invertebrata dari filum lain. Hal ini merujuk pada Bullough (1958) yang berpendapat bahwa Arthropoda merupakan filum tersukses dan terbesar dalam dunia hewan. Hal ini berarti Arthropoda memiliki jumlah anggota yang banyak. Melimpahnya hewan-hewan Arthropoda di lingkungan sekitar, membuat siswa tidak kesulitan untuk menemukan hewan-hewan yang termasuk serangga, laba-laba maupun udang-udangan sekalipun.

Identifikasi miskonsepsi Arthropoda dinilai penting untuk dilakukan mengingat belum ada penelitian tentang hal ini sebelumnya di Indonesia. Penelitian serupa yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya mencakup hal-hal mengenai pandangan terhadap hewan (Kubiatko dan Prokop 2009; Cinici 2013a), miskonsepsi dalam pengelompokkan hewan (Naz dan Nasreen, 2013), pandangan siswa dan miskonsepsi tentang invertebrata (Cinici, 2013b) dan lain-lain. Tetapi untuk khusus membahas konsep Arthropoda dan subtaksanya belum ditemukan sebelumnya.

Identifikasi atau pengungkapan miskonsepsi di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara. Cara-cara untuk mengungkap miskonsepsi dapat berupa penggunaan kuis, peta konsep, gambar, soal tes pilihan ganda soal tipe benar/salah (true/false type) dan interview (Tekkaya, 2002). Peneliti-peneliti menggunakan berbagai metode untuk mengungkap miskonsepsi, misalnya menggunakan teknik wawancara (Naz dan Nasreen, 2013), analisis gambar (Kose, 2008; Dikmenli, 2010; Nurhubaini, 2013) dan soal pilihan ganda (Kubiatko dan Prokop, 2009; Cinici, 2013b).

Pada penelitian ini, untuk menjaring miskonsepsi siswa digunakan soal tes pilihan ganda. Soal pilihan ganda dipilih karena memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan dalam penggunaannya. Menurut Al-Rubaeya (dalam Kutluay, 2005) soal tipe ini dapat dinilai secara cepat dan objektif, mudah diterapkan pada jumlah sampel yang banyak. Lebih lanjut Kutluay (2005) memaparkan temuan Ooesterhof yang menyatakan bahwa soal tipe ini cenderung lebih disukai siswa dan mampu memberikan penilaian diagnostik. Selain memiliki kelebihan, soal pilihan ganda juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya jenis pengukuran


(20)

4

ini tidak dapat menelaah mengenai proses penalaran siswa dan penyebab penyimpangan konseptual yang terjadi pada pemahaman siswa (Tekkaya, 2002). Penggunaan metode interview/wawancara dapat digunakan untuk menelaah penalaran siswa, namun metode tersebut sangat sulit dan memakan waktu yang lama untuk diterapkan pada jumlah sampel yang besar (Kutluay, 2005). Untuk menyiasati hal itu, soal pilihan ganda yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi dengan mengadaptasi bentuk soal pilihan ganda bertingkat tiga (three-tier). Tipe ini diambil untuk memeroleh alasan pemahaman siswa terhadap satu konsep sebelum diverifikasi menggunakan wawancara individu. Pada tes three-tier, tier keyakinan jawaban siswa ditambahkan untuk menentukan ada atau tidaknya miskonsepsi pada suatu kesalahan. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan tes dengan soal pilihan ganda bertingkat three-tier.

Mengacu pada pemaparan-pemaparan sebelumnya identifikasi miskonsepsi menggunakan tes three-tier pada konsep Arthropoda dinilai penting untuk dilakukan, karena belum ada penelitian serupa dengan metode ini pada konsep Arthropoda. Identifikasi miskonsepsi pada konsep Arthropoda dapat dikatakan baru untuk diteliti mengingat sebelumnya penelitian miskonsepsi tentang hewan invertebrata berkisar pada konsep vertebrata dan invertebrata (Naz dan Nasreen, 2013) dan pengelompokkan hewan invertebrata sampai tahap filum (Cinici, 2013b). Selain itu, pengungkapan miskonsepsi tentang konsep Arthropoda dinilai penting untuk dikaji karena konsep ini termasuk konsep yang harus dipahami siswa sesuai pedoman kurikulum, sehingga identifikasi miskonsepsi pada konsep ini dapat dijadikan bahan pertimbangan perbaikan strategi pembelajaran di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimana miskonsepsi siswa SMA di kota Bandung pada


(21)

konsep-5

2. Pada konsep Arthropoda apa sajakah siswa mengalami miskonsepsi? 3. Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya miskonsepsi tersebut?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Konsep yang dikaji pada penelitian ini adalah Konsep Arthropoda.

2. Pembelajaran mengenai konsep Arthropoda dilakukan langsung oleh guru yang mengajar di sekolah, sesuai strategi pembelajaran yang dikembangkan masing-masing guru, bukan oleh peneliti

3. Miskonsepsi yang dijadikan data penelitian hanyalah miskonsepsi yang terjaring melalui tes miskonsepsi menggunakan soal three tier.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA di Kota Bandung pada konsep Arthropoda. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada konsep Arthropoda. 2. Memeroleh data miskonsepsi umum siswa pada konsep Arthropoda 3. Mengetahui faktor penyebab munculmya miskonsepsi pada siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsep-konsep Arthropoda yang yang dipahami secara tidak tepat oleh siswa, sehingga guru dapat melakukan penekanan atau memberikan perhatian lebih ketika menjelaskan konsep-konsep tersebut untuk menghindari terjadinya miskonsepsi.

2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada konsep biologi lain yang memiliki karakteristik sama atau berkaitan dengan materi Arthropoda.


(22)

6

F. Struktur Organisasi

Secara umum, gambaran tentang isi dari skripsi ini dapat dilihat dalam struktur organisasi penulisan skripsi berikut ini. Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah Univesitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2014. Struktur organisasi penulisan skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I, dijelaskan mengenai apa yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Kemudian, terdapat pula rumusan masalah yang diteliti serta batasannya. Serta dijelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. 2. Bab II Kajian Pustaka

Bab II berisi teori-teori yang relevan dan digunakan dalam penelitian ini. Pertama penjelasan mengenai miskonsepsi dan bagaimana cara mengungkap miskonsepsi pada siswa. Kedua penjelasan mengenai tes pilihan ganda three-tier yang digunakan pada penelitian ini. Ketiga dijelaskan mengenai hasil penelitian-penelitian yang relevan terhadap penelitian-penelitian ini serta terakhir berupa karakteristik materi pembelajaran konsep Arthropoda.

3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab III, dijelaskan secara terperinci mengenai metode penelitian yang digunakan. Adapun sub bab yang dijelaskan mengenai definisi operasional, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan teknik pengumpulan data serta analisis data pada penelitian ini.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan

Pada bab IV, dikemukakan tentang temuan penelitian dan pembahasan yang dikembangkan berdasarkan temuan penelitian yang telah diperoleh. Perolehan data didapat melalui desain penelitian yang terdapat pada bab III. Data tersebut dianalisis dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada pada bab II.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Identifikasi miskonsepsi dimulai dengan memberikan pembelajaran mengenai konsep Arthropoda. Pembelajaran dilakukan oleh masing-masing guru pada tiga sekolah berbeda dengan strategi pembelajaran yang ditentukan oleh setiap guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan media power point, bioplastik dan kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa yang telah mendapat pembelajaran tersebut dianggap telah memeroleh pemahaman konseptual mengenai konsep Arthropoda. Setelah pembelajaran dilakukan tes miskonsep menggunakan soal pilihan ganda three-tier. Setelah tiga minggu dilakukan tes kedua dengan soal yang sama untuk menguji konsistensi jawaban siswa. Analisis miskonsepsi dilakukan dengan mengkategorikan pola jawaban siswa yang salah dan konsisten pada kedua tes. Analisis lebih lanjut dilakukan melalui wawancara terhadap guru yang melakukan pembelajaran Arthropoda dan siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi.

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu situasi, kondisi objek kajian pada suatu waktu secara akurat. Metode ini digunakan untuk menggambarkan konsep-konsep miskonsepsi yang ditemukan pada siswa SMA pada konsep Arthropoda. Adapun desain penelitian dapat terlihat seperti Gambar 3.1

Gambar 3.1 Desain Penelitian pada Setiap Sekolah Pemahaman siswa tentang

Arthropoda (setelah pembelajaran)

Tes Miskonsepsi Pertama

konsep-konsep miskonsepsi Wawancara

(verifikasi dan analisis)

Tes Miskonsepsi Kedua


(24)

24

Miskonsepsi terjadi jika ada konsinstensi kesalahan, dan siswa meyakini kesalahan tersebut sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu tes miskonsepsi dilakukan sebanyak dua kali setelah pembelajaran formal yang dilakukan guru mengenai Arthropoda. Dari hasil tes miskonsepsi didapatkan konsep-konsep yang dipahamai secara tidak tepat oleh siswa. Hasil tersebut kemudian dianalisis dan diverifikasi melalui wawancara.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dari masing-masing sekolah yang dijadikan lokasi penelitian yang telah memeroleh pembelajaran mengenai konsep Arthropoda pada BAB VIII. Sampel yang digunakan adalah seluruh siswa dari satu kelas terpilih dari masing-masing sekolah. Teknik sampling yang digunakan purposive , merujuk pada pemilihan sampel yang telah mengalami pembelajaran formal tentang Arthropoda. Pemilihan kelas dari tiap sekolah dilakukan merujuk pada kelas yang diizinkan untuk menjadi subjek penelitian dari pihak sekolah.

Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian adalah tiga sekolah yang dipilih secara stratified random sampling. Stratifikasi dilakukan menggunakan sistem cluster sekolah di kota Bandung tahun 2013. Hasil pengundian memunculkan SMAN A sebagai wakil cluster 1, SMAN B sebagai wakil cluster 2, SMAN C sebagai wakil cluster 3. Meskipun tahun 2015 sistem cluster sudah digantikan dengan sstem rayon, namun pemilihan berdasarkan cluster tetap dipilih karena system rayon baru digunakan dan dalam tahap awal penerapan. Berikut Tabel 3.1 pemilihan lokasi penelitian. Satu sekolah masing-masing dari setiap cluster dipilih untuk dijadikan cuplikan.

Tabel. 3.1 Lokasi Penelitian

No Sekolah Cluster


(25)

25

Total terdapat 96 siswa (putra dan putri) yang mengikuti 2 tes miskonsepsi. Jumlah itu terdistribusi pada 40 siswa SMA A, 31 siswa SMA B dan 25 siswa SMA C. Perbedaan ini dikarenakan berbagai kegiatan siswa yang bertepatan dengan waktu pelaksanaan tes, sehingga siswa yang dijadikan sampel hanya siswa yang mengikuti dua kali tes.

D. Instrumen Penelitian. 1. Tes Miskonsepsi Three-Tier

Tes three-tier terdiri atas tier 1, tier 2 dan tier 3. Tier 1 berupa pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan konsep Arthropoda. Tier 1 berisi satu pernyataan yang benar tentang konsep-konsep Arthropoda dan empat pernyataan pengecoh pada lima opsi jawaban a,b,c,d dan e. Tier 2 berupa tingkat keyakinan jawaban tier 1 dan kaitannya dengan tier 3. Tier 3 berupa alasan-alasan yang mendukung jawaban pada tier 1. Terdapat satu alasan yang relevan dengan jawaban benar dan 4 alasan-alasan yang tidak relevan. Satu kolom alasan disediakan untuk pemahaman siswa yang berbeda dengan alasan-alasan yang tersedia. Kolom ini ditujukan untuk mengetahui jika siswa memiliki alasan tersendiri dalam memilih jawaban.

Konsep-konsep pada soal tes three-tier dikembangakan berdasarkan kemunculan konsep-konsep tersebut pada beberapa buku teks biologi. Hal ini juga didasarkan pada hasil studi pendahuluan, umumnya guru membelajarkan Arthropoda secara meluas mencakup konsep-konsep pada soal tes three-tier yang dikembangkan. Pada Kurikulum 2013 tidak dejelaskan mengenai ruang lingkup konsep Arthropoda secara mendetail. Merujuk pada Campbell et al., (2008) dan Hickman et al., (2008) konsep-konsep yang tertera pada Tabel 3.2 berikut merupakan konsep-konsep yang kerap muncul pada pembahasan bab mengenai Arthropoda.

Tabel 3.2 Kisi-kisi konsep Arthropoda pada Soal Tes Miskonsepsi Three-tier

No Konsep Nomor Soal Jumlah

Arthropoda Chelicerata Myriapoda Hexapoda Crustacea

1 Struktur Tubuh 1 10,11,12 15 8,9 13,14 9

2 Anatomi 18 16 2


(26)

26

4 Peranan 17 1

5 Siklus Hidup 19 1

Total 20

Kisi-kisi soal yang ada pada Tabel 3.2 merupakan kisi-kisi yang digunakan untuk mengembangkan soal tes three-tier. Kisi-kisi ini bertujuan agar pengembangan soal dapat dilakukan semaksimal mungkin sesuai tujuan pembelajaran konsep Arthropoda. Total terdapat 20 soal yang diujikan pada tes miskonsepsi Arthropoda.

2. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini digunakan sebagai data sekunder selain data lainnya berupa hasil analisis tes three-tier. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis wawancara yaitu:

a. Wawancara terhadap guru

Lembar wawancara digunakan untuk menggali informasi dari guru mata pelajaran tentang miskonsepsi yang umum terjadi pada siswa tentang konsep invertebrata khususnya sub konsep Arthropoda. Wawancara ini juga bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor lain yang menjadi penyebab miskonsepsi. Kisi-kisi wawancara guru terdapat pada Lampiran A.4.

b. Wawancara terhadap siswa

Setelah melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran biologi maka dilakukan pula wawancara pada siswa. Wawancara pada siswa ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang mendukung data utama. Wawancara dilakukan kepada siswa yang didiagnosa memiliki miskonsepsi berdasarkan hasil tes three-tier. Wawancara siswa dilakukan untuk menggali sumber miskonsepsi yang mungkin mendasari pendapat atau gagasan siswa terhadap suatu konsep. Wawancara juga ditujukan untuk memverifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang diperoleh dari hasil analisis data tes.

Wawancara pada siswa ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu wawancara pemahaman konsep dan wawancara kondisi siswa. Wawancara pendalaman


(27)

27

Wawancara kondisi siswa dilakukan dengan tujuan sebagai keterangan tambahan yang mendukung kondisi siswa ketika siswa dikategorikan pada level pemahaman tertentu. Kisi-kisi wawancara siswa terdapat pada Lampiran A.3.

3. Pengembangan Instrumen

Setelah instrumen tersebut dibuat kemudian instrumen dikembangkan melalui tahap judgement. Hal ini bertujuan agar instrumen yang digunakan dapat mengukur hal yang diinginkan, sehingga data yang diperoleh valid/sahih. Judgement instrumen untuk validitas kesesuaian konsep dilakukan oleh 4 orang penguji, yakni oleh dua orang dosen pembimbing dan dua orang dosen ahli zoologi agar relevan dengan konsep Arthropoda pada penelitian ini.

a. Tes Three-Tier

Setelah melewati tahap validasi kesesuaian konsep, selanjutnya instrumen soal tes pilihan ganda diuji coba kepada siswa. Hal ini untuk melihat keterbacaan soal oleh siswa, waktu untuk pengerjaan soal dan kualitas soal yang dibuat. Soal ini ditujukan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang Arthropoda. Sementara instrumen wawancara hanya melalui proses judgement.

Adapun analisis butir soal yang dilakukan adalah tingkat kesukaran, daya pembeda, daya pengecoh, validitas dan realibilitas soal.

1) Analisis tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sebaiknya dalam sebuah tes ada soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:

a) Hasil tes kelompok siswa yang mempunyai skor tertinggi sampai terendah diurutkan. 27% teratas sebagai digolongkan sebagai kelompok atas, dan 27% terbawah sebagai kelompok terbawah.

b) Satu persatu jawaban diperiksa terhadap masing-masing pokok uji dengan membuat format jawaban tes (kelompok tinggi dan rendah).

c) Hasil di atas ditulis pada tabel analisis pokok uji.

d) Tingkat kesukaran dihitung mengunakan rumus tingkat kesukaran (Lampiran C.1).


(28)

28

2) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah (Arikunto, 2012). Maksudunya soal yang baik itu mampu mebedakan siswa yang pandai dan yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika soal tersebut “terbalik” menunjukkan kualitas siswa, yaitu siswa pandai disebut kurang, dan sebaliknya. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja (Arikunto, 2012). Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda tiap soal adalah rumus daya pembeda berdasarkan Arikunto (2012) (Lampiran C.1).

3) Efektivitas daya pengecoh

Analisis efektivitas daya pengecoh bertujuan menemukan pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik pada bentuk pokok uji pilihan ganda. Analisis ini dapat dilakukan dengan cara menghitung banyaknya testee yang memilih opsi jawaban a, b, c, d dan e atau yang tidak memilih pilihan manapun (Arikunto, 2012).

Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek karena terlalu menyolok. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika mempunyai daya tarik besar bagi siswa yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Menurut Arikunto (2012), suatu pengecoh dapat kelompokkan ke dalam tiga kategori tindakan:

a) Diterima, karena sudah baik. b) Ditolak, karena tidak baik.

c) Ditulis kembali, karena kurang baik. Adapun ciri-ciri pengecoh yang baik:


(29)

29

iv) Paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

4) Validitas

Valid dalam bahasa Indonesia sepadan dengan kata sahih. Validitas berarti tingkat kesahihan. Tingkat kesahihan disini merujuk pada apakah sebuah tes terbukti sahih dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Anderson (1975) dalam Arikunto (2012) Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas tes dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu validitas logis (logical validity) dan validitas empiris (empirical validity). Validitas logis merujuk pada suatu tes yang dinyatakan valid melalui penalaran. Instrumen yang diuji dikatakan valid jika instrumen tersebut telah disusun, mengikuti dan ketentuan yang ada. Terdapat dua macam validitas logis yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merujuk pada kesesuaian instrumen dengan materi pelajaran yang dievaluasi. Sedangkan validitas konstruk merujuk pada konstruk kejiwaan yang akan dievalausi. Macam validitas kedua yaitu validitas empiris. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila telah diuji berdasarkan pengalaman.

Pada analisis ini, validitas yang dicari adalah validitas butir soal atau validitas item. Berarti tergolong validitas empiris. Pada uji validitas ini digunakan rumus korelasi untuk menghitung validitas (Lampiran C.1).

5) Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas berarti ketetapan. Faktor-faktor yang memengaruhi ketetapan suatu soal diantaranya : (1) perubahan penguasaan siswa karena lupa atau karena belajar, (2) tugas atau pertanyaan pada tes pertama berbeda dengan tes kedua, (3) perilaku yang diukur berbeda, (4) perubahan kesehatan dan motivasi siswa, (5) cara penilaian yang berbeda. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson dan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2012) pada Lampiran C.1.


(30)

30

Analisis butir soal pada penelitian ini dilakukan menggunakan software anates versi 4.0.2 for Windows. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran C.6. Hasil analisis menunjukkan beberapa item soal yang halus direvisi karena memiliki validitas rendah. Revisi butir soal yang memiliki validitas rendah dilakukan dengan mengubah stem soal dan opsi pada bagian jawaban maupun alasan.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian mengenai identifikasi miskonsepsi pada konsep Arthropoda ini dilakukan melalui tiga tahapan. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi tahap pra-pelaksanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca-pelaksanaan. Tahapan-tahapan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3.2. Berikut dipaparkan penjelasan mengenai tahapan-tahapan penelitian.

1b. Studi Pendahuluan

10a.Tes-1

2. Menyusun Proposal

5. Menyusun Instrumen Tes Three-Tier dan

Wawancara 3. Seminar Proposal

4. Revisi Proposal

6b. Uji Keterbacaan Ahli 1a.Merumuskan Masalah

Pra Penelitian

6b.Uji Keterbacaan Siswa

7. Revisi Instrumen

8. Pemilihan Sekolah

9. Pemilihan Kelas

10. Pengambilan data

10b.Tes-2 Pelaksanaan


(31)

31

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

a. Setelah perumusan masalah dilakukan, kemudian dilanjutkan mengenai studi pendahuluan dengan mencari dan menganalisis referensi dari jurnal dan buku mengenai rumusan masalah yang telah dibuat.

b. Proposal penelitian disusun berdasarkan studi pendahuluan sesuai dengan rumusan masalah.

c. Proposal yang telah dibuat kemudian melalui tahapan seminar proposal untuk menguji kelayakan penelitian.

d. Proposal penelitian kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan pada saar seminar proposal.

e. Instrumen penelitian berupa tes three-tier dan kisi-kisi wawancara dibuat untuk melakukan pengambilan data penelitian.

f. Instrumen penelitian melalui tahapan judgement. Judgement dilakukan dengan menguji keterbacaan konsep dan kebenaran konsep oleh dosen zoologi invertebrate. Instrumen juga diuji dalam hal keterbacaan siswa melalui uji coba tes three-tier.

g. Instrumen yang telah melalui tahapan judgement dan uji coba direvisi untuk memeroleh instrumen penelitian final yang akan digunakan pada penelitian. h. Tiga sekolah menengah atas dipilih secara stratified random sampling.

Masing-masing satu dari tiga cluster diundi sebagai lokasi penelitian.

i. Kelas yang siswanya akan dijadikan sebagai sampel penelitian dipilih berdasarkan pendapat dan izin dari guru biologi yang berwenang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tes three-tier pertama tentang konsep Arthropoda dilakukan. Tes three-tier ini dilaksanakan selama satu jam pelajaran (1x40 menit).

b. Berselang tiga minggu setelah tes pertama, tes kedua dengan soal yang sama dilakukan. Tes ini bertujuan untuk menguji konsistensi jawaban siswa pada


(32)

32

konsep-konsep yang diujikan. Tes kedua dilaksanakan selama satu jam pelajaran (1x40 menit).

c. Wawancara dilakukan pada siswa yang terdiagnosa mengalami miskonsepsi dan guru yang memberikan pembelajaran .

3. Tahap Pasca Pelaksanaan Penelitian

a. Data hasil analisis tes three-tier dan wawancara dianalisis.

b. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dilakukan.

c. Laporan penelitian sesuai dengan keseluruhan alur dibuat.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan ini berdasarkan data yang telah didapatkan. Data tersebut diolah dengan acuan rumusan dan pertanyaan pada penelitian secara deskriptif. Data yang diperoleh berupa hasil tes three-tier serta wawancara siswa dan guru.

1. Analisis tes three-tier

Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh adalah dengan menggunakan pola jawaban siswa. Terdapat 12 (dua belas) kemungkinan pola jawaban siswa pada tes three-tier ini. Pola ini merujuk pada jawaban, alasan dan tingkat keyakinan jawaban siswa. Pola jawaban tersebut kemudian diasimilasikan terhadap tingkat pemahaman siswa yang didasarkan pada respon jawaban siswa yang dikembangakan oleh Costu (2008). Dari beberapa tingkat pemahaman tersebut kemudian pola jawaban tertentu dapat didiagnosa sebagai miskonsepsi. Merujuk pada Kutluay (2005) pola jawaban salah dengan keyakinan terhadap jawaban tersebut dikategorikan sebagai data miskonsepsi pada penelitian ini. Hasil tersebut ini kemudian dianalisis lebih lanjut dan diverifikasi dengan interview terhadap siswa dan guru. Analisis akhir secara komprehensif dilakukan pada hasil yang didiagnosa sebagai miskonsepsi. Langkah analisis yang dilakukan


(33)

33

b. Kemungkikan pola jawaban yang telah dibuat diasimilasikan terhadap kategori tingkat pemahaman siswa berdasarkan (Costu, 2008) dan diberi skor untuk setiap kategorinya (Tabel 3.3).

c. Dilakukan penskoran pada setiap pola jawaban dan disusun dalam suatu rubrik d. Jawaban siswa pada tes pertama dan kedua dikelompokkan berdasarkan rubrik

pada Tabel 3.3 (Lampiran D.1-D.6)

e. Dilakukan analisis pada pola jawaban siswa yang konsisten menunjukkan miskonsepsi pada kedua tes.

Adapun kategori tingkat pemahman siswa disusun berdasarkan Costu (2008). Costu (2008) menggolongkan pemahaman siswa ke dalam kategori yaitu, Paham/Sounds Understanding (SU), Paham Parsial/Partial Understanding (PU), Tidak Tahu/No Understanding (NU), Tidak Paham/Partial Understanding With Spesific Misconceptions (PUSM), dan Miskonsepsi/Specific Misconceptions (SM). Tingkat pemahaman yang terakhir yang kemudian akan digunakan sebagai data miskonsepsi yang terjadi pada siswa merujuk pada pola jawaban tertentu pada tes three-tier yang disusun.

Berikut (Tabel 3.3) adalah rubrik pengelompokkan tingkat pemahaman siswa yang diasimilasikan terhadap kategori pemahaman siswa berdasarkan kategorisasi Costu.

Tabel 3.3. Kategorisasi Tingkat Pemahaman Siswa berdasarkan Pola Jawaban Tingkat

Pemahaman

Pola

Jawaban Keterangan Skor

Paham /Sound

Understanding (SU)

B-Y-b

Siswa memiliki pemahaman mengenai konsep, yakin dengan kebenaran konsep yang dimilikinya serta mampu mengaitkan dengan konsep penunjang

4

Paham Parsial /Partial

Understanding (PU)

B-T-b Siswa memiliki pemahaman konsep dan alasan yang tepat tetapi tidak yakin dengan kebenaran konsep yang dimilikinya

3 Tidak Tahu/ No Understanding (NU) B-M-b B-M-s S-M-b S-M-s S-T-b S-T-s

Siswa tidak memiliki pengetahuan tentang konsep yang tepat, siswa tidak yakin dengan konsep yang dimilikinya bahkan

menebak jawaban 2

Tidak Paham/ Partial

B-Y-s B-T-s

Siswa memiliki pengetahuan tentang suatu


(34)

34

Tingkat Pemahaman

Pola

Jawaban Keterangan Skor

Understanding with Specific Misconceptions (PUSM)

konsep yang dimilikinya , namun tidak memiliki pemahaman yang kuat ditandai dengan kesalahan atau miskonsepsi yang tertera pada alasan penunjang.

Miskonsepsi /Spesific Misconceptions (SM) S-Y-b S-Y-s

Siswa menunjukkan pemahaman yang salah

mengenai suatu konsep 0

diadaptasi dari Costu (2008) Keterangan :

Simbol jawaban

B (kapital) = pola Benar pada opsi jawaban S (kapital) = pola Salah pada opsi jawaban Simbol alasan

b = pola Benar pada opsi alasan s = pola Salah pada opsi alasan Simbol tingkat keyakinan jawaban

Y = Yakin

T = Tidak Yakin

M = Menebak

2. Analisis Wawancara

Data wawancara dari penelitian ini terdapat dua bagian, yaitu data wawancara siswa dan data wawancara guru. Kedua data ini dianalisis secara terintegrasi dengan hasil tes miskonsepsi sebagai berikut:

a. Wawancara siswa

Hasil wawancara siswa diinterpretasikan satu per satu sebagai data untuk mengetahui pemahaman siswa yang lebih dalam dan keyakinan siswa pada konsep Arthropoda yang menjadi miskonsepsi berdasarkan hasil analisis tes three-tier. Data wawancara lebih ditujukan untuk memverifikasi miskonsepsi yang


(35)

35

Hasil wawancara guru pun diinterpretasikan untuk mendukung data utama. Data hasil wawancara guru digunakan untuk mendukung faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Data tersebut dianalisis secara umum untuk mendukung hasil analisis tes three-tier.


(36)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Siswa SMA di Kota Bandung, sebagaian besar (55,21%) memiliki miskonsepsi pada konsep Arthropoda. Konsep-konsep pada Arthropoda tidak begitu jelas dipahami oleh siswa. Konsep-konsep Arthropoda yang salah dipahami oleh siswa adalah konsep struktur tubuh, anatomi, pengelompokkan, peran serta siklus hidup hewan-hewan Arthropoda. Pemahaman yang salah pada konsep-konsep tersebut terjadi karena kurangnya purwarupa (representasi) hewan dan kesalahan generalisasi ciri hewan tertentu. Miskonsepsi siswa SMA pada konsep Arthropoda merupakan hasil kombinasi antara faktor-faktor penyebab miskonsepsi. Dalam hal ini miskonsepsi disebabkan oleh faktor internal siswa (minat dan cara belajar) dan faktor eksternal (sumber belajar dan peran guru).

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, penulis mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut

1. Guru hendaknya melakukan kegiatan identifikasi miskonsepsi berkala, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kuis, peta konsep maupun penggunaan gambar.

2. Guru hendaknya memberi penekanan konsep-konsep penting agar siswa mengetahui mengenai konsep yang seharusnya mereka pahami.

3. Penggunaan gambar dianjurkan untuk disisipkan pada soal miskonsepsi three tier untuk memperkuat temuan miskonsepsi pada siswa.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. dan Romlah O. (2007). Identifikasi kesalahan dan miskonsepsi buku teks biologi SMU. Proseding : Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Al Khawaldeh, S.A. dan Al Olaimat, M.A. (2009).The Contribution of Conceptual Change Texts Accompanied by Concept Mapping to Eleventh-Grade Students Understanding of Cellular Respiration Concepts. Journal Science Education and Technology, 19:115125.

Amsel, S. (2015). Insecta. Water Strider.Exploring Nature Educational Resource. [Online]. Diakses dari: Pages. [Online]. Tersedia: http://exploringnature.org/db/detail.php?dbID=43&detID=926.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.Jakarta: Bumi Aksara.

Arnaudin, M.W.dan Mintzes, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of the Human Circulatory System: A Cross-Age Study. Science Education, 69(5): 721-733.

Bahar, M. (2003). Misconception in Biology Education and Conceptual Change Strategies. Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri / Educational Sciences : Theory and Practice, 3(1):55-64.

Bell, B.F. (1981). When Is An Animal, Not An Animal?. Journal of Biological Education, 15(3):213-218.

Biokeys. (2007).Walkingsticks and leaf insects. [Online]. Diakses dari http://biokeys.berkeley.edu/inverts/phasmida.html. [23 Mei 2015].

Braund, M. (1991). Children’s Ideas in Classifying Animals. Journal of Biological Education, 25(2):103-110.

Bullough, W.S. (1958). Practical Invertebrate Anatomy. London: Macmilian Press LTD.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A.,Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B. (2008). Biologi jilid 2 (Edisi Kedelapan). Jakarta: Erlangga

Cinici, A. (2013a). From Caterpillar to Butterfly; a window for looking into students’ ideas about life cycle and life from of insects. Journal of Biological Education, 47: 84-95.


(38)

72

Cinici, A. (2013b). Turkish high school students’ ideas about invertebrates: Genereal characteristic and classification. International Journal of Environmental & Science Education, 8:645-661.

Classconnections. (2015). Arthropod Coloring. [Online]. Diakses dari https://classconnection.s3.amazonaws.com/245/flashcards/1547245/gif/arthr opod_coloring-142746B2A370B508E9C.gif.

Colouringbook. (2010). Cricket Black White Line Art. [Online]. Diakses dari http://colouringbook.org/art/svg/coloring-book/cricket-black-white-line-art-

coloring-book-colouring-letters-colouringbook-org-openclipart-org-commons-wikimedia-org/.

Costu, B. (2008). Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1):3-9.

Dikmenli, M., Osman, C., dan Fulya, O.. (2009). Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary Science and Technology Textbooks in Turkey. International Journal of Environmental & Science Education, 4(4): 429-440.

Dikmenli, M. (2010). Misconceptions of cell division held by student teachers in biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay, 5(2): 235-247.

Dragoart. (2013). How to Draw a Spider. [Online]. Diakses dari http://www.dragoart.com/tuts/7226/1/1/how-to-draw-an-easy-spider.htm.

Drawbot. (2015). Coloring Ant. [Online]. Diakses dari http://www.thedrawbot.com/coloring/coloring-ant.html.

Enchantedlearning .(2015a). Milipedelabel. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/millipe delabel/.

Enchantedlearning. (2015b). Centipede. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/Centipe de.shtml.

Hickman, Larry, Susan, Allan, Helen dan David, 2008. Integrated Principles of Zoology : Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill.


(39)

73

Kose, S. (2008). Diagnosing student misconceptions: using drawing as a research method. World Applied Sciences Journal, 3(2): 283-293.

Kubiatko, M. dan Pavol, P. (2009). Pupils’ Understanding of Mammals: An Investigation of A Cognitive Dimension of Misconception. Orbis Scholae, 3(2):97-112

Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions About Geometric Optic by A Three-Tier Test. (Tesis). Graduate School of Natural and Applied Sciences of Middle East Technical University, Ankara.

Livingston, I. (1997). Cancer.Dorsal Surface of A Crab Showing the External

features. [Online]. Diaskes dari

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm?File_name=crus036b &File_type=gif.

Muuraa.2014. Vektor-Skizze, Ameise. [Online]. Diakses dari http://www.canstockphoto.de/skizze-ameise-19333464.html.

Naz, A. dan Nasreen, A. (2013). An Exploration of Students’ Misconceptions about the Concept ‘Classification of Animals’ at Secondary Level and Effectiveness of Inquiry Method fo Conceptual Change. Journal of Faculty Educational Sciences, 46(2): 195-214.

Nurhubaini, R. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Reproduksi Virus Melalui Analisis Gambar. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ocal. (2011). Grasshooper Clip Art. [Online]. Diakses dari http://www.clker.com/profile-1068.html.

Omniverenz. (2012). First Arthropod. [Online]. Diakses dari https://omnivorenz.wordpress.com/2012/10/08/first-arthropod.

Pechenik, J.A. (2000). Biology of the Invertebrates Fourth Edition. Singepore : McGraw Hill International Edition.

Purba, J.P. & Depari, G. (2008). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, UPI.

Shen, M.M. (2013). Miskonsepsi dalam Pembelajaran di Sekolah [Online].

Diakses dari:

http://lpmpntb.org/serba_serbi.php?/50/MISKONSEPSI_DALAM_PEMBE LAJARAN_DI_SEKOLAH.html

Soucie, J,. (tt). Procambarus (Scapulicambarus) clarkii External anatomy of a lobster or crayfish. . [Online]. Diakses dari


(40)

74

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm/File_name/crus003b/F ile_type/gif.

Standingoutmyfield. (2013). Generic Honeybee Line Drawing. [Online].Diakses dari https://standingoutinmyfield.wordpress.com/2013/02/15/simple-insect-and-flower-line-drawings/.

Tekkaya, C. (2002). Misconception as A Barrier to Understanding Biology. Journal of Education, 23:259-266.

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Treagust, D. (1986). Evaluating Students’ Misconceptions By Means of Diagnostic Multiple Choice Items. Research in Science Education 16:199-207.

Trowbridge J.E. dan M, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of Animals and Animals Classification. School Science and Matchematics, 85(4):304-316.

Urones, J.C., Jose, M.,V., dan Miguel, S.B. (2010). Preservice Teachers’ Conceptions About Animals and Particularly About Spiders. Electronic Journal of Research in Educational Physicology, 8(2):787-814.

Yusrina, I.A. (2012). Perubahan Konseptual Siswa SMA Kelas XII pada Konsep Evolusi Melalui Strategi Konflik Kognitif. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(1)

35

Hasil wawancara guru pun diinterpretasikan untuk mendukung data utama. Data hasil wawancara guru digunakan untuk mendukung faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Data tersebut dianalisis secara umum untuk mendukung hasil analisis tes three-tier.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Siswa SMA di Kota Bandung, sebagaian besar (55,21%) memiliki miskonsepsi pada konsep Arthropoda. Konsep-konsep pada Arthropoda tidak begitu jelas dipahami oleh siswa. Konsep-konsep Arthropoda yang salah dipahami oleh siswa adalah konsep struktur tubuh, anatomi, pengelompokkan, peran serta siklus hidup hewan-hewan Arthropoda. Pemahaman yang salah pada konsep-konsep tersebut terjadi karena kurangnya purwarupa (representasi) hewan dan kesalahan generalisasi ciri hewan tertentu. Miskonsepsi siswa SMA pada konsep Arthropoda merupakan hasil kombinasi antara faktor-faktor penyebab miskonsepsi. Dalam hal ini miskonsepsi disebabkan oleh faktor internal siswa (minat dan cara belajar) dan faktor eksternal (sumber belajar dan peran guru).

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, penulis mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut

1. Guru hendaknya melakukan kegiatan identifikasi miskonsepsi berkala, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kuis, peta konsep maupun penggunaan gambar.

2. Guru hendaknya memberi penekanan konsep-konsep penting agar siswa mengetahui mengenai konsep yang seharusnya mereka pahami.

3. Penggunaan gambar dianjurkan untuk disisipkan pada soal miskonsepsi three


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. dan Romlah O. (2007). Identifikasi kesalahan dan miskonsepsi buku teks biologi SMU. Proseding : Seminar Nasional Pendidikan Biologi

dan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Al Khawaldeh, S.A. dan Al Olaimat, M.A. (2009).The Contribution of Conceptual Change Texts Accompanied by Concept Mapping to Eleventh-Grade Students Understanding of Cellular Respiration Concepts. Journal

Science Education and Technology, 19:115125.

Amsel, S. (2015). Insecta. Water Strider.Exploring Nature Educational Resource. [Online]. Diakses dari: Pages. [Online]. Tersedia: http://exploringnature.org/db/detail.php?dbID=43&detID=926.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.Jakarta: Bumi Aksara.

Arnaudin, M.W.dan Mintzes, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of the Human Circulatory System: A Cross-Age Study. Science Education, 69(5): 721-733.

Bahar, M. (2003). Misconception in Biology Education and Conceptual Change Strategies. Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri / Educational Sciences :

Theory and Practice, 3(1):55-64.

Bell, B.F. (1981). When Is An Animal, Not An Animal?. Journal of Biological

Education, 15(3):213-218.

Biokeys. (2007).Walkingsticks and leaf insects. [Online]. Diakses dari http://biokeys.berkeley.edu/inverts/phasmida.html. [23 Mei 2015].

Braund, M. (1991). Children’s Ideas in Classifying Animals. Journal of Biological Education, 25(2):103-110.

Bullough, W.S. (1958). Practical Invertebrate Anatomy. London: Macmilian Press LTD.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A.,Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B. (2008). Biologi jilid 2 (Edisi Kedelapan). Jakarta: Erlangga

Cinici, A. (2013a). From Caterpillar to Butterfly; a window for looking into students’ ideas about life cycle and life from of insects. Journal of


(4)

72

Cinici, A. (2013b). Turkish high school students’ ideas about invertebrates: Genereal characteristic and classification. International Journal of

Environmental & Science Education, 8:645-661.

Classconnections. (2015). Arthropod Coloring. [Online]. Diakses dari https://classconnection.s3.amazonaws.com/245/flashcards/1547245/gif/arthr opod_coloring-142746B2A370B508E9C.gif.

Colouringbook. (2010). Cricket Black White Line Art. [Online]. Diakses dari http://colouringbook.org/art/svg/coloring-book/cricket-black-white-line-art-

coloring-book-colouring-letters-colouringbook-org-openclipart-org-commons-wikimedia-org/.

Costu, B. (2008). Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, 4(1):3-9.

Dikmenli, M., Osman, C., dan Fulya, O.. (2009). Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary Science and Technology Textbooks in Turkey. International Journal of Environmental & Science Education, 4(4): 429-440.

Dikmenli, M. (2010). Misconceptions of cell division held by student teachers in biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay, 5(2): 235-247.

Dragoart. (2013). How to Draw a Spider. [Online]. Diakses dari http://www.dragoart.com/tuts/7226/1/1/how-to-draw-an-easy-spider.htm.

Drawbot. (2015). Coloring Ant. [Online]. Diakses dari http://www.thedrawbot.com/coloring/coloring-ant.html.

Enchantedlearning .(2015a). Milipedelabel. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/millipe delabel/.

Enchantedlearning. (2015b). Centipede. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/Centipe de.shtml.

Hickman, Larry, Susan, Allan, Helen dan David, 2008. Integrated Principles of

Zoology : Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Jessop, M. N. 1988. Theory and Problems of Zoology. Singapore: McGraw Hill

Book Company.


(5)

73

Kose, S. (2008). Diagnosing student misconceptions: using drawing as a research method. World Applied Sciences Journal, 3(2): 283-293.

Kubiatko, M. dan Pavol, P. (2009). Pupils’ Understanding of Mammals: An Investigation of A Cognitive Dimension of Misconception. Orbis Scholae, 3(2):97-112

Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions About

Geometric Optic by A Three-Tier Test. (Tesis). Graduate School of Natural

and Applied Sciences of Middle East Technical University, Ankara.

Livingston, I. (1997). Cancer.Dorsal Surface of A Crab Showing the External

features. [Online]. Diaskes dari

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm?File_name=crus036b &File_type=gif.

Muuraa.2014. Vektor-Skizze, Ameise. [Online]. Diakses dari http://www.canstockphoto.de/skizze-ameise-19333464.html.

Naz, A. dan Nasreen, A. (2013). An Exploration of Students’ Misconceptions about the Concept ‘Classification of Animals’ at Secondary Level and Effectiveness of Inquiry Method fo Conceptual Change. Journal of Faculty

Educational Sciences, 46(2): 195-214.

Nurhubaini, R. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Reproduksi Virus Melalui Analisis Gambar. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ocal. (2011). Grasshooper Clip Art. [Online]. Diakses dari http://www.clker.com/profile-1068.html.

Omniverenz. (2012). First Arthropod. [Online]. Diakses dari https://omnivorenz.wordpress.com/2012/10/08/first-arthropod.

Pechenik, J.A. (2000). Biology of the Invertebrates Fourth Edition. Singepore : McGraw Hill International Edition.

Purba, J.P. & Depari, G. (2008). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, UPI.

Shen, M.M. (2013). Miskonsepsi dalam Pembelajaran di Sekolah [Online].

Diakses dari:

http://lpmpntb.org/serba_serbi.php?/50/MISKONSEPSI_DALAM_PEMBE LAJARAN_DI_SEKOLAH.html


(6)

74

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm/File_name/crus003b/F ile_type/gif.

Standingoutmyfield. (2013). Generic Honeybee Line Drawing. [Online].Diakses dari https://standingoutinmyfield.wordpress.com/2013/02/15/simple-insect-and-flower-line-drawings/.

Tekkaya, C. (2002). Misconception as A Barrier to Understanding Biology.

Journal of Education, 23:259-266.

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Treagust, D. (1986). Evaluating Students’ Misconceptions By Means of Diagnostic Multiple Choice Items. Research in Science Education 16:199-207.

Trowbridge J.E. dan M, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of Animals and Animals Classification. School Science and Matchematics, 85(4):304-316.

Urones, J.C., Jose, M.,V., dan Miguel, S.B. (2010). Preservice Teachers’ Conceptions About Animals and Particularly About Spiders. Electronic

Journal of Research in Educational Physicology, 8(2):787-814.

Yusrina, I.A. (2012). Perubahan Konseptual Siswa SMA Kelas XII pada Konsep Evolusi Melalui Strategi Konflik Kognitif. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.