ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA.

(1)

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA

BARAT INDONESIA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil

Program Studi Teknik Sipil S1

Oleh :

MUHAMMAD RIDWAN NURDIN 1100046

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

MUHAMMAD RIDWAN NURDIN NIM 1100046

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA

BARAT INDONESIA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Odih Supratman, ST., MT. NIP. 19620809 199101 1 002

Pembimbing II

Drs. H. Rakhmat Yusuf, MT. NIP. 19640424 199101 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Sipil

Drs. Odih Supratman, ST., MT. NIP. 19620809 199101 1 002


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ANALISIS

SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT –INDONESIA” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya Saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, Saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya Saya.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

Muhammad Ridwan Nurdin


(4)

(5)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT – INDONESIA

Muhammad Ridwan Nurdin 1100046, mridwannurdin@gmail.com,

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Aliran pada sungai, secara umum membawa sejumlah sedimen, baik sedimen suspensi (suspended load) maupun sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya, angkutan sedimen di sungai dibedakan seperti yang di atas ialah sedimen suspensi/layang (Suspended load) dan sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka atau sungai dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama di bagian hulu sungai. Angkutan sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai. Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak dapat memaksimalkan fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir atau dengan kata lain air melimpas ke permukaan dan dapat menggenang ke pemukiman warga sekitar bantaran sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui jumlah dan jenis karakteristik sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung. (2) Untuk mengetahui alternatif pengendalian sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung dengan mengaitkan antara jumlah sedimen dasar – biaya pengendalian – efektifitas pengendalian sedimen yang cocok dengan karakteristik sungai. Tempat yang dijadikan penelitian oleh penulis adalah di sungai Cikapundung tepatnya pada saluran Viaduct Bandung Kelurahan Braga Kecamatan Sumur Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan metode analisis data sekunder. Peneliti melakukan observasi atau survei di lokasi penelitian pada titik pengamatan daerah Viaduct Bandung serta analisa data sekunder yang didapat dari instansi terkait. Dari perhitungan yang telah dilakukan, jumlah sedimen dasar pada suatu titik sungai Cikapundung saluran Viaduct Kota Bandung, dengan panjang penelitian 214 m, terjadi penumpukan sedimen dasar sebanyak 971,2675 m3/tahun atau volume sedimen dasar di segmen penelitian sejumlah 4,539 m3/m’ sepanjang segmen 214 meter. Sedangkan untuk muatan bed load Sungai Cikapundung menurut hasil analisis penulis dengan panjang penelitian 14,9352 m memiliki rata-rata nilai Muatan (Gs) = 0,0119696 kg/s atau 377,4733056 ton/tahun. Selain itu volume sedimen dasar menurut analisis yang telah dilakukan didapat sebesar 1086,62544 m3/tahun atau sebesar 72,756 m3/m’ dengan panjang segmen 14,9352 m. Sedangkan konfigurasi dasar sungai yang didapatkan setelah dilakukan analisa ialah antidunes. Dan yang terakhir solusi pengendalian sedimen yang direkomendasikan untuk sedimen berikut adalah wall separator, dengan alasan mempertahankan ke aslian sungai.


(6)

BED LOAD ANALYSIS AND ITS ALTERNATIVE CONTROL ON CIKAPUNDUNG BANDUNG RIVER, WEST JAVA INDONESIA

Muhammad Ridwan Nurdin 1100046, mridwannurdin@gmail.com

Civil Engineering Department, Faculty of Technology and Vocational Education Indonesia University of Education

ABSTRACT

The river’s flow, generally carries some sediment, either suspended load or bed load. The load of Sediment in river or open canal is a natural process that occur continously. In fact, river not only functionated as a pipeline water media but also functioned as a sediment material transporter. Based on its flowing mechanism, sediment load in river divided into suspended load and bed load as mentioned before. Sediment which coming through the open canal or river may cause over heap especially in the upper course. Sediment load which carried by the river may cause river’s shallowness. For the concequence of it, river can not firmly maximite its function to prevent flood or it may say overflaw and puddling the public area and resident around flood plain. The aims oh this research : (1) to known amount and kinds of bedload characteristic which is exist in Cikapundung River. (2) to known the alternatif controll of bed load that found Cikapundung by way of entails bed load amount-controll cost-sediment controll efectivity which suitable with river’s characteristics. Research took place in Cikapundung River as an object of research exactly in Viaduct Bandung canal in Kelurahan Braga Kec. Sumur Bandung. Research also used survey method and secondary data analysis. Research conducted in conservation or research location survey on the spot of Viaduct Bandung with barely secondary data analysis token from related institution from the calculation that had been done. The amount of bed load on the spot approxmately 214 m in Cikapundung River canal at Viaduct-Bandung City, occurs over heap of bed load as much 971,2675 m3/year or bed load volume as much 4,539 m3/m’ as long as 214 m. Segmentally research otherwise according to research result the substance of bed load in Cikapundung River with the lenght 14,9352 m has average proportion value (Gs) = 0,0119696 kg/s or as much 72,736 m3/m with segment lenght 14,9352 m in other hand, the configuration base of river that concluded after analysing is antidunes. And for the last is the recomended solution for sediment controll is Wall Separator, considenins to maintain as like the original river used to be.


(7)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Rumusan Masalah ... 2

1.5. Tujuan Penelitian ... 2

1.6. Manfaat Penelitian ... 3

1.7. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sedimentasi... 5

2.2. Memperkirakan Volume Sedimen ... 6

2.3. Jenis-jenis Sedimentasi ... 7

2.4. Pembentukan Sedimentasi dan Faktor yang Mempengaruhinya... 10

2.5. Penggolongan dan Penamaan Sedimen ... 12

2.6. Dampak Sedimentasi Sungai ... 14

2.6.1. Secara Mekanik ... 19

2.6.2. Secara Kimia dan Organik ... 20

2.7. Upaya Penanggulangan Sedimen Sungai ... 22

2.7.1. Pengerukan Sedimen Sungai ... 22

2.7.2. Teknik Sabo ... 24

2.7.3. Alternatif Lain ... 25

2.8. Analisis Bed Load Einstein-Barbosa (1952) ... 25


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1. Lokasi Penelitian ... 40

3.2. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar di Sungai ... 42

3.3. Proses Pengeringan Sampel Sedimen Dasar ... 44

3.4. Pengujian Laboratorium ... 47

3.4.1. Uji Berat Jenis ... 47

3.4.2. Uji Saringan (Sieve Analysis) ... 52

3.4.3. Uji Hidrometer ... 55

3.5. Metode Penelitian ... 62

3.5.1. Studi Literatur ... 62

3.5.2. Pengumpulan Data ... 62

3.5.3. Analisis Data dan Pembahasan ... 63

3.6. Teknik Analisis ... 63

3.7. Teknik Pengambilan Data ... 64

3.8. Validasi ... 64

3.9. Asumsi ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1. Hasil Penelitian ... 65

4.1.1. Metode Perhitungan Data Sekunder ... 65

4.1.2. Hasil Perhitungan ... 68

4.1.3. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran ... 70

4.1.4. Pengukuran Profil Melintang Sungai ... 71

4.1.5. Klasifikasi Aliran ... 72

4.1.6. Hasil Pengujian di Laboratorium ... 76

4.1.7. Klasifikasi Jenis Karakteristik Bed Load ... 76

4.1.8. Total Muatan Sedimen Dasar (Total bedload Sediment Discharge) ... 79

4.2. Pembahasan Penelitian ... 93

4.2.1. Hubungan Koefisien Kekasaran Sungai Dengan Debit Aliran ... 93


(9)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4.2.2. Hubungan Koefisien Kekasaran Sungai

Dengan Total Bed Load ... 94

4.2.3. Hubungan Antara Koefisien Kekasaran Sungai dan Jari-jari Hidrolis Sungai ... 96

4.2.4. Pengaruh Kecepatan Jatuh Terhadap Ukuran Butir d65 ... 97

4.2.5. Hubungan Debit Aliran dan Debit Bed Load ... 99

4.2.6. Formasi Sungai Cikapundung ... 100

4.2.7. Rekomendasi Alternatif Pengendalian Sedimen ... 100

4.2.7.1. Wall Separator... 100

4.2.7.2. Krib ... 102

4.2.8. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sungai ... 106

4.2.9. Kendala-kendala Penelitian ... 108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 110

5.1. Simpulan ... 110

5.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 UJI LABORATORIUM HIDROMETER

LAMPIRAN 2 UJI LABORATORIUM BERAT JENIS TANAH LAMPIRAN 3 UJI LABORATORIUM SIEVE ANALYSIS

LAMPIRAN 4 DATA SEKUNDER DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN LAMPIRAN 5 LEMBAR BIMBINGAN


(10)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Daftar Notasi

ψ = Psi

ρ = Rho

γ = Gamma

δ = Delta

= Viskositas kinematik d50 = Lolos saringan diameter 50 d65 = Lolos saringan diameter 65

= Xi

ɸ = Phi

= Mu

π = Pi

= Lamda

∑ = Sigma

η = Eta

Gs = Muatan total sedimen dasar (Bed load discharge) = Tau

= Sigma ʃ = Integral √ = Akar kuadrat ƒ = Fungsi dari U* = Shear velocity

g = Gaya gravitasi

F = Gaya dorong n = Koefisien Manning W = Kecepatan Jatuh

Z = Kemiringan sisi saluran s = Berat spesifik partikel T = Temperatur

R = Jari-jari hidrolik Q = Debit satuan


(11)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SF = Faktor bentur (butiran pasir)

S = Energi Gradien w = Lebar atas V = Volume sedimen

Daftar Singkatan


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Partikel

Dari Sedimen Klastik ... 14

Tabel 3.1. Ukuran Diameter Saringan Standar ASTM D-1140 ... 54

Tabel 3.2. Sifat Distilasi Air ... 58

Tabel 3.3. Koreksi Faktor Bobot Solid ... 59

Tabel 3.4. Properti Faktor Koreksi ... 59

Tabel 3.5. Nilai K untuk beberapa Satuan Berat Padat Tanah dan Suhu Kombinasi ... 60

Tabel 3.6. Nilai L (Kedalaman Efektif) untuk Penggunaan di Formula Stokes untuk Diameter Partikel dari ASTM Tanah Hydrometer 152 H ... 61

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Jumlah Volume Sedimen Dasar Sungai ... 69

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kecepatan dari Lapangan ... 71

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Aliran Debit ... 72

Tabel 4.4. Perhitungan Bilangan Froude dan Reynolds ... 74

Tabel 4.5. Koefisien Kekasaran Sungai Cikapundung ... 75

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Laboratorium ... 76

Tabel 4.7. Jenis Klasifikasi Rata-rata Bedload di Cikapundung ... 77

Tabel 4.8. Total Muatan Sedimen Dasar pada 09 Juli 2015 (Pengambilan ke-1) ... 86

Tabel 4.9. Total Muatan Sedimen Dasar pada 10 Juli 2015 (Pengambilan ke-2) ... 87

Tabel 4.10. Total Muatan Sedimen Dasar pada 11 Juli 2015 (Pengambilan ke-3) ... 88

Tabel 4.11. Total Muatan Sedimen Dasar pada 12 Juli 2015 (Pengambilan ke-4) ... 89

Tabel 4.12. Total Muatan Sedimen Dasar pada 13 Juli 2015 (Pengambilan ke-5) ... 90

Tabel 4.13. Resume Total Muatan Sedimen Dasar (Total Bedload Sediment Discharge) ... 91


(13)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.14. Resume Total Muatan Sedimen Dasar ... 92

Tabel 4.15. Rekap Rata-rata Ukuran Butir dan Kecepatan Jatuh ... 93

Tabel 4.16. Rekap Rata-rata Ukuran Butir dan Kecepatan Jatuh ... 98

Tabel 4.17. Hasil Analisis Formasi Sungai Cikapundung ... 100


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme Transportasi Partikel di Dalam Aliran :

Rolling dan saltasi (bedload); dan suspended ... 18

Gambar 2.2. Alat Berat Eskavator ... 22

Gambar 2.3. Faktor x, pada persamaan grafik kecepatan distribusi ... 26

Gambar 2.4. Kehilangan gesekan terhadap saluran tidak teratur Menjadi sebuah fungsi dari angkutan sedimen ... 27

Gambar 2.5. Faktor Y, yaitu fungsi persamaan bedload (Einstein, 1950) dengan syarat nilai d65/δ ... 28

Gambar 2.6. Faktor i, yaitu fungsi persamaan bedload (Einstein, 1950) dengan syarat nilai dgi/X ... 29

Gambar 2.7. Fungsi ɸ = ƒ (1 �) dari persamaan Einstein Brown ... 31

Gambar 2.8. Integral I1 dengan syarat eksponen z dan dengan batas terendah ηoi Einstein (1950) ... 32

Gambar 2.9. Integral I2 dengan syarat eksponen z dan dengan batas terendah ηoi Einstein (1950) ... 33

Gambar 2.10. Bentuk dasar saluran yang disusun sesuai dengan meningkatnya perpindahan sedimen. Aliran semakin meningkat dari gambar a ke f... 35

Gambar 2.11. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 100 ~ 200µm) ... 35

Gambar 2.12. Kurva untuk jenis pasir yang baik sampai medium (D50 = 200 ~ 300µm) ... 36

Gambar 2.13. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 300 ~ 400µm) ... 36

Gambar 2.14. Kurva permukaan untuk pasir yang baik (D50 = 400 ~ 500µm) ... 37

Gambar 2.15. Penampang tegak batuan berpasir pada teranyam ... 38

Gambar 2.16. Grafik kriteria kekasaran pada saluran terbuka ... 39

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian ... 40

Gambar 3.2. Lokasi Penelitian ... 41 Gambar 3.3. Alat yang akan digunakan untuk


(15)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengambilan sampel sedimen ... 42

Gambar 3.4. Pengambilan sampel di Sungai Cikapundung~Viaduct ... 43

Gambar 3.5. Sampel di Sungai Cikapundung~Viaduct ... 44

Gambar 3.6. Sedimen dasar yang masih basah ... 45

Gambar 3.7. Sedimen dasar masa pengeringan 1 hari ... 46

Gambar 3.8. Sedimen dasar masa pengeringan 2 hari ... 46

Gambar 3.9. Sedimen dasar masa pengeringan 3 hari ... 47

Gambar 3.10. Uji Berat Jenis Dengan Erlenmeyer ... 48

Gambar 3.11. Botol Erlenmeyer ... 49

Gambar 3.12. Memanaskan Larutan Tanah ... 51

Gambar 3.13. Penurunan Suhu Larutan Tanah ... 52

Gambar 3.14 Alat Sieve Shaker ... 53

Gambar 3.15 Bagan Alir Penelitian ... 63

Gambar 4.1. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 0 ... 65

Gambar 4.2. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 1 ... 65

Gambar 4.3. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 2 ... 65

Gambar 4.4. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 3 ... 66

Gambar 4.5. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 4 ... 66

Gambar 4.6. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 5 ... 66

Gambar 4.7. Profil Melintang Sungai Cikapundung Patok 6 ... 67

Gambar 4.8. Sket Profil Memanjang Sungai ... 67

Gambar 4.9. Titik Pengukuran Kecepatan Aliran... 70

Gambar 4.10. Grafik Rata-rata Ukuran Butir ... 78

Gambar 4.11. Luas Cross-section Sungai ... 80

Gambar 4.12. Hasil nilai x berdasarkan dari fungsi persamaan ks/δ ... 81

Gambar 4.13. Hasil nilai x berdasarkan dari fungsi persamaan d65/δ ... 82

Gambar 4.14. Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Koefisien Kekasaran ... 94

Gambar 4.15. Grafik Hubungan Bed Load dengan Koefisien Kekasaran ... 95

Gambar 4.16. Grafik Hubungan antara Koefisien Kekasaran dan Radius Hirdolis... 96


(16)

Gambar 4.17. Kecepatan Jatuh Dengan Ukuran Butir... 97

Gambar 4.18. Grafik Hubungan Kecepatan Jatuh dan Ukuran Butir ... 98

Gambar 4.19. Grafik Hubungan Debit Aliran dengan Total Bed Load Discharge ... 99

Gambar 4.20. Penampang Memanjang Sketsa Wall Separator ... 101

Gambar 4.21. Penampang Melintang Sketsa Wall Separator ... 101

Gambar 4.22. Penggunaan Krib ... 102

Gambar 4.23. Krib Tiang Pancang ... 105


(17)

1 Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aliran pada sungai, secara umum membawa sejumlah sedimen, baik sedimen suspensi (suspended load) maupun sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan sedimen. Berdasarkan mekanisme pergerakannya, angkutan sedimen di sungai dibedakan seperti yang di atas ialah sedimen suspensi/layang (Suspended load) dan sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen yang dialirkan melalui saluran terbuka atau sungai dapat menyebabkan penumpukan sedimen terutama di bagian hulu sungai. Angkutan sedimen yang diangkut oleh sungai dapat menyebabkan pendangkalan pada sungai. Akibat dari pendangkalan sungai tadi, sungai tidak dapat memaksimalkan fungsinya sehingga dapat menyebabkan banjir atau dengan kata lain air melimpas ke permukaan dan dapat menggenang ke pemukiman warga sekitar bantaran sungai. Sedimentasi mempengaruhi banyak aspek lingkungan-erosi tanah, kualitas air, pasokan air, pengendali banjir, pengaturan sungai, umur rencana waduk, permukaan air tanah, irigasi, navigasi, perikanan, pariwisata dan lain-lain.

Dengan banyaknya timbunan sedimen dalam sistem irigasi sering dijumpai, biasanya dari sungai yang terbebani sedimen. Pengerukan dan pembersihan endapan tersebut dalam saluran irigasi memakan biaya yang sangat besar.

Dari banyaknya faktor masalah yang disebabkan sedimen, maka penulis tertarik ingin meneliti lebih dalam mengenai sedimen dalam bentuk jumlah dan

pengendaliannya dengan judul “ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD)

DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI


(18)

2

1.2. Identifikasi Masalah

Sedimen dasar (bed load) memiliki peran penting terjadinya sedimentasi di bagian hilir sungai. Faktor-faktor penyebabnya bisa terjadi karena faktor alami maupun aktivitas manusia. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Sedimen dapat menyebabkan tidak maksimalnya fungsi sungai, dalam hal ini adalah daya angkut sehingga dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan dapat mengakibatkan banjir.

b. Terjadinya perubahan morfologi sungai saat aliran maksimal (banjir).

1.3. Pembatasan Masalah

Luasnya permasalahan yang telah dipaparkan di atas serta panjangnya sungai Cikapundung membuat penulis menyadari keterbatasan yang ada, maka perlu diadakan pembatasan masalah pada ruang lingkup dalam Tugas Akhir ini yaitu dengan aspek sebagai berikut :

a. Menganalisa data jumlah sedimen dasar sungai Cikapundung-Viaduct yang didapat dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Jl. Cianjur No. 34 Bandung dan data primer yang didapat langsung dari sampel sedimen dasar Sungai Cikapundung -Viaduct.

b. Alternatif pengendalian sedimen dasar sungai Cikapundung.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang diteliti dalam studi ini adalah :

a. Bagaimana jumlah dan karakteristik sedimen dasar sungai Cikapundung. b. Bagaimana alternatif pengendalian sedimen dasar sungai Cikapundung.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(1) Untuk mengetahui jumlah dan jenis karakteristik sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung.

(2) Untuk mengetahui alternatif pengendalian sedimen dasar (bed load) yang terdapat di sungai Cikapundung.


(19)

3 Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

Memberi masukan terhadap instansi terkait seperti dinas Pengairan Kota Bandung maupun dinas-dinas lainnya untuk beberapa jenis pengendalian yang cocok terhadap karakteristik sungai Cikapundung dengan sedimen dasarnya yang ada, serta menjadi bahan ajar khususnya untuk penulis, umumnya untuk masyarakat luas mengenai sedimen dasar sungai dan alternatif pengendaliannya.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini terdiri dari 5 bab, di mana uraian dari masing-masing bab adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mencakup segala hal yang dapat mencakup dasar tema penelitian, penentu langkah dan metode penganalisaan yang diambil dari beberapa pustaka yang memiliki tema yang sesuai dengan penelitian, untuk melihat perbandingan tujuan, metode dan hasil analisa yang ada. BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi data-data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Hasil analisa ini selanjutnya dibahas secara rinci untuk memudahkan penarikan kesimpulan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disampaikan hasil analisis yang telah dilakukan. Setelah itu penyusunan rekomendasi guna penanggulangan selanjutnya.


(20)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Tempat yang akan dijadikan penelitian oleh penulis adalah di sungai Cikapundung tepatnya pada saluran Viaduct Bandung Kelurahan Braga Kecamatan Sumur Bandung, dengan panjang segmen penelitian 15 m di mulai dari titik awal sebelah hulu yaitu belakang kantor PLN dan PT KAI ke arah hilir yaitu depan masjid Persis Bandung.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


(21)

41

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Lokasi Penelitian


(22)

42

3.2. Pengambilan Sampel Sedimen Dasar di Sungai

Pengambilan sedimen dasar sungai dilakukan di tiga titik, yaitu tepi-tengah-tepi. Tiga titik pengambilan ini diharapkan mewakili sedimen dasar pada daerah lokasi penelitian. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan sebuah kaleng.

Gambar 3.3 Alat yang akan digunakan untuk pengambilan sampel sedimen (Sumber : Foto asli penulis di lokasi penelitian Sungai Cikapundung, Viaduct)


(23)

43

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4 Pengambilan sampel di Sungai Cikapundung ~ Viaduct (Sumber : Foto asli penulis di lokasi penelitian Sungai Cikapundung, Viaduct)


(24)

44

Gambar 3.5 Sampel Sedimen Dasar di Sungai Cikapundung ~ Viaduct (Sumber : Foto asli penulis di lokasi penelitian Sungai Cikapundung, Viaduct)

Sampel yang telah diambil akan dikeringkan dengan panas matahari sebelum masuk ke fase berikutnya yaitu masuk ke Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Pendidikan Indonesia.

3.3. Proses Pengeringan Sampel Sedimen Dasar

Sampel yang diambil dari sungai sebelum dibawa ke laboratorium akan dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari lamanya pada saat musim panas, dimaksudkan untuk mendapatkan kering maksimal dari pencahayaan matahari. Pengeringan melalui proses


(25)

45

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjemuran di bawah matahari ini juga dapat dikatakan sebagai proses pengeringan normal di bawah matahari.

Gambar 3.6 Sedimen dasar yang masih basah


(26)

46

Gambar 3.7 Sedimen dasar masa pengeringan 1 hari

(Sumber : Foto asli penulis di lokasi pengeringan sampel FPTK UPI)

Gambar 3.8 Sedimen dasar masa pengeringan 2 hari


(27)

47

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.9 Sedimen dasar masa pengeringan 3 hari

(Sumber : Foto asli penulis di lokasi pengeringan sampel FPTK UPI)

3.4. Pengujian Laboratorium 3.4.1. Uji Berat Jenis

Percobaan ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol Erlenmeyer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No. 4. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji hidrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0.074 mm). Berat jenis (specific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4°C, tekanan 1 atmosfir. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan parameter indeks tanah (index properties).


(28)

48

Gambar 3.10 Uji berat jenis dengan Erlenmeyer (Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

a) Peralatan

Alat-alat yang digunakan :

 Botol Erlenmeyer  Aquades

 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g  Termometer

 Alat pemanas berupa kompor listrik  Oven

 Evaporating dish dan mangkok porselin  Pipet

 Batang pengaduk yang terbuat dari gelas


(29)

49

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.11 Botol Erlenmeyer

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

b) Ketentuan

 Botol Erlenmeyer harus mempunyai volume sekurang-kurangnya 100 mL.

 Contoh tanah yang diuji dapat berupa tanah basah (pada kadar air alami) atau tanah kering oven. Berat contoh tanah dalam kondisi kering oven sekurangnya 25 gr sedangkan bila contoh tanah yang digunakan adalah tanah basah (pada kadar air alami), maka berat keringnya harus ditentukan kemudian.

a) Persiapan Uji

Dilakukan kalibrasi terhadap Erlenmeyer, yaitu dengan melakukan:

1. Erlenmeyer yang kosong dan bersih ditimbang, kemudian diisi aquades sampai batas kalibrasi (calibration mark).

2. Keringkan bagian luar Erlenmeyer dan juga di daerah leher botol. 3. Erlenmeyer yang berisi aquades ditimbang dan diukur suhunya. Harus


(30)

50

4. Erlenmeyer dan aquades tadi dipanaskan di atas kompor sampai suhunya naik 5 - 10° C. Maka air akan naik melewati batas kalibrasi. Kelebihan air diambil dengan pipet, kemudian ditimbang.

5. Dalam melakukan pengukuran suhu, air aquades dalam botol harus kita aduk dengan batang pengaduk agar suhunya merata.

6. Dengan cara di atas, suhunya dinaikkan lagi 5 - 10° C, kelebihan air diambil, ditimbang lagi. Dilakukan terus sampai suhunya ± 60°.

7. Hasil yang didapat digambarkan dalam suatu grafik dengan temperatur sebagai absis, berat Erlenmeyer + aquades sebagai ordinat.

b) Prosedur Uji

1. Ambil contoh tanah seberat ± 60 g. Contoh tanah diremas dan dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga menyerupai bubur yang homogen.

2. Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan aquades.

3. Erlenmeyer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor listrik selama ± 10 menit supaya gelembung udaranya keluar.

4. Sesudah itu Erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai suhunya merata. 5. Jika suhunya kurang dari 45° C, Erlenmeyer dipanaskan sampai 45 - 50°

C. Muka air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air diambil dengan pipet. Sebelum pengukuran suhu, selalu diaduk supaya suhunya merata.

6. Erlenmeyer direndam dalam suatu dish yang berisi air agar subunya turun.

7. Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu 35° C dikeluarkan dari dish, bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan air turun (dari batas kalibrasi) maka perlu ditambahkan aquades sampai batas kalibrasi, kemudian ditimbang.


(31)

51

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25° C dengan cara yang sama, lalu Erlenmeyer dikeluarkan, bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas kalibrasi dan ditimbang.

9. Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dalam dish yang telah ditimbang beratnya. Tidak boleh ada tanah yang tersisa dalam Erlenmeyer, jika perlu bilas dengan aquades hingga bersih.

10. Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110° C. 11. Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering

tanah (Ws).

12. Dari percobaan di atas akan didapatkan 4 harga Gs yang kemudian dirata-rata.

Gambar 3.12 Memanaskan larutan tanah


(32)

52

Gambar 3.13 Penurunan suhu larutan tanah

(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

3.4.2 Uji Saringan (Sieve Analysis)

Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang tertahan oleh saringan No. 200.

 Tanah butir kasar (coarse grained soils) : ukuran butirnya > 0.075 mm (tertahan oleh saringan no 200)

 Tanah butir halus (fine grained soils) : ukuran butirnya < 0.075 mm (lolos dari saringan no 200)

 Gradasi : distribusi ukuran butir tanah

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

Percobaan ini dimaksudkan untuk menegtahui distribusi ukuran butir tanah butir kasar. Tujuannya adalah mengklasifikasikan tanah butir kasar berdasarkan nilai koefisien keseragaman (Cu) dan kurva distribusi ukuran butir. Manfaatnya Diperoleh perkiraan umum sifat teknis tanah berdasarkan jenis tanah yang ditentukan dari uji ini.


(33)

53

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk butir tanah pada umumnya adalah bulat dan atau runcing, dimana bentuk butir ini menentukan menentukan sifat mekanisnya. Uji ini tidak mempertimbangkan bentuk butiran tersebut.

a) Peralatan

Alat-alat yang digunakan :

 Satu set ayakan (sieve), yang lengkap dengan saringan dengan urutan ukuran diameter lubang sesuai dengan standar, yaitu no 4, 10, 20, 40, 80, 120, 200, dan pan

 Stopwatch

 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g

 Kuas

 Mesin pengayak (sieve shaker)  Palu karet

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

Gambar 3.14 Alat Sieve Shaker

(Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

Shaker (Pengayak)


(34)

54

b) Ketentuan

Ukuran diameter saringan harus mengikuti standar ASTM. Ukuran ayakan yang standar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Ukuran Diameter Saringan Standar ASTM D-1140

No. Saringan Ukuran Lubang (mm)

4 4.750

10 2.000

20 0.850

40 0.425

80 0.180

120 0.125

200 0.075

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

c) Prosedur Uji

1. Ayakan dibersihkan dengan menggunakan kuas kering, sehingga lubang-lubang dari ayakan bersih dari butir-butir yang menempel

2. Masing-masing ayakan dan pan ditimbang beratnya.

3. Kemudian ayakan tadi disusun menurut nomor ayakan (ukuran lubang terbesar diatas)

4. Ambil contoh tanah seberat 500 gram, lalu masukkan ke dalam ayakan teratas dan kemudian ditutup.

5. Susunan ayakan dikocok dengan bantuan sieve shaker selama kurang lebih 10 menit.

6. Diamkan selama 3 menit agar debu-debu mengendap.

7. Masing-masing ayakan dengan contoh tanah yang tertinggal ditimbang, diperoleh berat tanah tertahan


(35)

55

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.3 Uji Hidrometer

Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No. 200

 Silt/lanau adalah tanah dengan ukuran butir antara 0.002 mm - 0.075 mm  Clay/lempung adalah tanah dengan ukuran butir lebih kecil dari 0.002 mm  Aktivitas tanah :

A IP

% fraksi tanah lempung

Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga uji sedimentasi. Analisis hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir tanah yang berbutir halus. Manfaat hasil uji ini adalah untuk perbandingan dengan sifat tanah yang ditentukan dari uji batas-batas Atterberg dan untuk menentukan aktivitas tanah.

Dasar perhitungan di atas adalah hukum Stokes; yang mempunyai keberatan antara lain :

1. Butir-butir tanah dianggap seperti bola, sedangkan kenyataannya tidak demikian. Untuk mengatasi hal ini maka digunakan diameter ekuivalen yaitu diameter dari bola fiktif yang terdiri dari material yang sama dan mempunyai kecepatan pengendapan yang sama dengan butir tanah yang sesungguhnya. 2. Tempat dimana butir tanah mengendap adalah semi tak berhingga dan hanya

ditinjau satu butir saja, pada kenyataannya tempatnya adalah terhingga dan butirnya saling mempengaruhi satu sama lain; hal ini diatasi dengan hanya mengambil jumlah tanah yang relatif sedikit 50 gram dalam 1 liter, sehingga keberatan di atas dapat diabaikan

3. Berat jenis yang dipergunakan adalah berat jenis rata-rata, dalam kenyataannya berat jenis masing-masing butir tanah adalah tidak sama dengan rata-ratanya, tetapi dalam hal ini tidak merupakan keberatan yang berarti


(36)

56

Alat-alat yang digunakan :

 Satu buah hidrometer tipe ASTM - 152 H  Dua buah tabung gelas dengan volume 1000 cc  Stopwatch

Mixer dan mangkoknya

Air gelas (defloculating agent atau dispersing agent), digunakan dengan maksud mencegah penggumpalan butir-butir tanah dalam larutan.

 Timbangan dengan ketelitian 0.01 g  Termometer

Dish

Oven

Aquades

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

b) Ketentuan

Alat pengaduk (mixer) harus dilengkapi dengan striring paddle yang dapat diputar dengan kecepatan lebih dari 10000 rpm.

 Hidrometer menggunakan standar ASTM untuk membaca berat jenis larutan atau gram per liter larutan

 Larutan tanah harus diendapkan pada temperatur konstan (20 C), salah satu metodenya adalah dengan menggunakan water bath.

c) Persiapan Uji

 Siapkan contoh tanah dengan mengayak contoh tanah tersebut hingga lolos saringan No. 200

 Contoh tanah yang digunakan 50 gr, diberi air dan larutan tanah dicampur dengan dispersing agent berupa sodium hexametaphospate sebanyak 40 gr untuk tiap liter larutan. Air yang digunakan harus aquades. Kemudian diaduk dengan mixer selama 15 menit.


(37)

57

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sambil menunggu larutan di-mixer, dilakukan koreksi pembacaan hidrometer, Meniscus Correction dan Zero Correction, dengan cara :

 Isi tabung gelas dengan aquades volumenya 1000 cc.

 Masukkan hidrometer dalam tabung gelas tersebut lalu dilakukan pembacaan pada ujung permukaan air yang menempel pada pada permukaan hidrometer. Pembacaan ini yang disebut zero correction, dengan ketentuan bila di atas angka 0 (nol) berharga negatif dan bila di bawah angka 0 (nol) berharga positif.

Meniscus correction diperoleh dengan cara pembacaan permukaan air

yang mendatar dikurangi dengan zero correction.

d) Prosedur Uji

1. Larutan dimasukkan ke dalam satu tabung gelas dan tambah air hingga volumenya 1000 cc. Tabung gelas yang satu lagi diisi dengan air untuk tempat hidrometer.

2. Tabung yang berisi larutan tanah dikocok selama 30 detik, hidrometer dimasukkan. Pembacaan dilakukan pada menit ke 0, 1, 2, 4 dengan catatan untuk tiap-tiap pembacaan, hidrometer hanya diperkenankan 10 detik dalam larutan, selebihnya hidrometer dimasukkan dalam tabung yang berisi aquades. Temperatur juga diukur pada setelah pembacaan.

3. Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas; ini dilakukan 3 kali dan diambil harga rata-ratanya.

4. Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok, pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 60, 30, 45, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan hidrometer diangkat dan diukur temperaturnya.

5. Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang beratnya; kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105 -110C untuk mendapatkan berat keringnya.

6. Dari percobaan di atas dapat dihitung persen lebih halusnya, dan dengan menggunakan chart dapat dihitung ekuivalennya.


(38)

58

7. Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size distribution curve-nya.

Tabel 3.2 Sifat Distilasi Air

Temperatur

(ᵒC) Specific Gravity of Water, Gw Viscocity of Water, h

4 100.000 0.01567

16 0.99897 0.01111

17 0.99889 0.01083

18 0.99862 0.01056

19 0.99844 0.01030

20 0.99823 0.01005

21 0.99802 0.00981

22 0.99780 0.00958

23 0.99757 0.00936

24 0.99733 0.00914

25 0.99708 0.00894

26 0.99682 0.00874

27 0.99655 0.00855

28 0.99627 0.00836

29 0.99598 0.00818

30 0.99568 0.00801

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)


(39)

59

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Unit Weight of Soil Solid, Gs

Correction Factor, a

2.85 0.96

2.80 0.97

2.75 0.98

2.70 0.99

2.65 1.00

2.60 1.01

2.55 1.02

2.50 1.04

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)

Tabel 3.4 Properti Faktor Koreksi

Temperatur (ᵒC) Ct

15 -1.10

16 -0.90

17 -0.70

18 -0.50

19 -0.30

20 0.00

21 0.20

22 0.40

23 0.70

24 1.00

25 1.30

26 1.65

27 2.00

28 2.50

29 3.05

30 3.80


(40)

60

Tabel 3.5 Nilai K untuk beberapa Satuan Berat Padat Tanah dan Suhu Kombinasi

Temperatur Unit Weight of Soil Solid

(°C) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85

16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136 17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131 20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129 21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126 23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123 25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122 26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120 27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119 28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117 29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116 30 0.0128 0.012.6 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI)


(41)

61

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk Diameter Partikel dari ASTM Tanah Hydrometer 152 H

Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)

Effective Depth, L (cm)

Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)

Effective Depth, L (cm)

0 16.3 31. 11.2

1 16.1 1 11.1

2 16.0 2 10.9

3 15.8 3 10.7

4 15.6 4 10.5

5 15.5 5 10.4

6 15.3 6 10.2

7 15.2 7 10.1

8 15.0 8 9.9

9 14.8 9 9.7

10 14.7 10 9.6

11 14.5 11 9.4

12 14.3 12 9.2

13 14.2 13 9.1

14 14.0 14 8.9

15 13.8 15 8.8

16 13.7 16 8.6

17 13.5 17 8.4

18 13.3 18 8.3

19 13.2 19 8.1

20 13.0 20 7.9

21 12.9 21 7.8

22 12.7 22 7.6

23 12.5 23 7.4

24 12.4 24 7.3

25 12.2 25 7.1

26 12.0 26 7.0

27 11.9 27 6.8

28 11.7 28 6.6

29 11.5 29 6.5

30 11.4

(Sumber : Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI) 3.5. Metode Penelitian


(42)

62

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan metode analisis data sekunder. Peneliti melakukan observasi atau survei di lokasi penelitian pada titik pengamatan daerah Viaduct Bandung serta analisa data sekunder yang didapat dari instansi terkait.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut :

3.5.1. Studi Literatur

Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan sedimen dasar sungai dan alternatif pengendaliannya.

3.5.2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait seperti untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa:

1) Peta situasi sungai Cikapundung-Viaduct.

2) Data penampang memanjang dan melintang sungai Cikapundung-Viaduct.

3) Pengambilan sampel sedimen dasar Sungai Cikapundung titik pengamatan Viaduct Bandung.


(43)

63

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh jumlah volume sedimen dasar di sungai Cikapundung-Viaduct, dapat peneliti uraikan dalam bagan alir sebagai berikut :

Gambar 3.15 Bagan Alir Penelitian (Sumber : Gambar Flowchart MS. Word 2010)

3.6. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa penelitiannya menggunakan rumus persamaan angkutan sedimen dasar Einstein-Barbosa (1952) seperti yang sudah dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya.

3.7. Teknik Pengambilan Data

Mulai

 Sampel Sedimen  Survey Lokasi

Selesai

Perhitungan Jumlah Sedimen

 Peta Topografi  Data

penampang memanjang & melintang

Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai

Perhitungan Kedalam rerata ruas sungai Uji Laboratorium

 Mendapatkan Karakteristik Butiran Sedimen


(44)

64

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait seperti Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Jl. Cianjur No. 34 Bandung, untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa:

 Peta situasi sungai Cikapundung-Viaduct,

 Data Penampang Memanjang dan Melintang Sungai Cikapundung-Viaduct. Dan untuk pengambilan data primer, peneliti langsung melakukan survei dan mengambil sampel di titik pengamatan yang tepat di daerah Viaduct Bandung untuk kemudian dilakukan uji laboratorium.

3.8. Validasi

Validasi yang digunakan adalah Validasi Triangulasi Data, dimana data yang digunakan diambil dari instansi lain dan menggunakan pula validasi triangulasi teoritis yang menggunakan teori-teori yang berbeda.

3.9. Asumsi

Pada penelitian ini, akan terhitungnya perkiraan jumlah sedimen di Sungai Cikapundung dalam satuan m3.

Jalan keluarnya untuk pembahasan sedimentasi yang sudah menumpuk berpuluh-puluh tahun di sungai Cikapundung ini adalah, pemerintah dan warga setempat harus melakukan perjanjian dan kesepakatan bersama agar terus menjaga kelestarian sungai demi kepentingan bersama dan setelah itu pemerintah harus segera membenahi keadaan sungai sebelum memasuki fase kritis dan tak layak pakai.


(45)

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari perhitungan yang telah dilakukan, jumlah sedimen dasar pada suatu titik sungai Cikapundung saluran Viaduct Kota Bandung, dengan panjang penelitian 214 m, terjadi penumpukan sedimen dasar sebanyak 971,2675 m3/tahun atau volume sedimen dasar di segmen penelitian sejumlah 4,539 m3/m’ sepanjang segmen 214 meter, itu menurut perhitungan yang dilakukan dengan data yang diberikan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Sedangkan untuk muatan bed load Sungai Cikapundung menurut hasil analisis penulis dengan panjang penelitian 14.9352 m memiliki rata-rata nilai Gs = 0,0119696 kg/s atau 377,4733056 ton/tahun. Untuk volume sedimen dasar menurut analisis yang telah dilakukan didapat sebesar 1086,62544 m3/tahun atau sebesar 72,756 m3/m’ dengan panjang segmen 14,9352 m.

Pengendalian sedimen yang direkomendasikan untuk sedimen dasar berikut adalah dengan dibangunnya wall separator di tiap tikungan, dengan alasan mempertahankan ke aslian sungai.

5.2. Saran

Sungai Cikapundung memiliki jumlah sedimen yang tak sedikit, hanya dari satu segmen penelitian saja jumlahnya mencapai 1000 m3/tahun dengan panjang segmen penelitian 15 meter.

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan data yang lebih banyak dan komplek, sehingga didapatkan hasil data analisis yang lebih maksimal. Selain itu peneliti pun menyarankan agar dapat memodelkan flushing

bedload di tikungan dengan menggunakan pengendali sedimen yang

direkomendasikan, adalah wall separator.

Penelitian lanjutan dapat mengambil topik identifikasi bed load di Sungai Cikapundung dengan erosi lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung.


(47)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2011) Pengaruh Besar Butir Sedimen Terhadap Karakteristik Mangrove.

[Online]. Tersedia di:

http://azryfebriawan.blogspot.com/2014/04/pengaruh-besar-butir-sedimen-terhadap.html. Diakses 30 Desember 2014.

Asdak, Chay. (2004) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Dibyosaputro, S., (1997) Catatan Kuliah Geomorfologi Dasar. Yogyakarta : fakultas Geografi UGM.

Djojodihardjo, Harijono. (1982) Diktat Bahan Kuliah Mekanika Fluida. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Gross, M. G. (1990) Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey.

http://digilib.itb.edu/ http://digilib.upi.edu/ https://id.wikipedia.org/

Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI

Pettijohn, FJ, PE Potter, dan R Siever. (1972) Sand and Sandstone. New York : Springer. 618 h.

Pipkin, B.W. (1977) Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H. Freeman and Company

Rahayu dkk. (2009) Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor: World Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 P, Bogor. Soemarto, C. D., (1995) Hidrologi Teknik Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.

Suyono Sosrodarsono, Ir. (1981) Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Suryati, Vivin. (2010) Laporan Hidrologi Teknik. Makassar: Faperta UNHAS. Umi M dan Agus S. (2002) Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Jakarta:


(1)

63

Untuk memperoleh jumlah volume sedimen dasar di sungai Cikapundung-Viaduct, dapat peneliti uraikan dalam bagan alir sebagai berikut :

Gambar 3.15 Bagan Alir Penelitian (Sumber : Gambar Flowchart MS. Word 2010)

3.6. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa penelitiannya menggunakan rumus persamaan angkutan sedimen dasar Einstein-Barbosa (1952) seperti yang sudah dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya.

Mulai

 Sampel Sedimen

 Survey Lokasi

Selesai

Perhitungan Jumlah Sedimen

 Peta Topografi

 Data

penampang memanjang & melintang

Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai

Perhitungan Kedalam rerata ruas sungai Uji Laboratorium

 Mendapatkan

Karakteristik Butiran Sedimen


(2)

64

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait seperti Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Jl. Cianjur No. 34 Bandung, untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa:

 Peta situasi sungai Cikapundung-Viaduct,

 Data Penampang Memanjang dan Melintang Sungai Cikapundung-Viaduct. Dan untuk pengambilan data primer, peneliti langsung melakukan survei dan mengambil sampel di titik pengamatan yang tepat di daerah Viaduct Bandung untuk kemudian dilakukan uji laboratorium.

3.8. Validasi

Validasi yang digunakan adalah Validasi Triangulasi Data, dimana data yang digunakan diambil dari instansi lain dan menggunakan pula validasi triangulasi teoritis yang menggunakan teori-teori yang berbeda.

3.9. Asumsi

Pada penelitian ini, akan terhitungnya perkiraan jumlah sedimen di Sungai Cikapundung dalam satuan m3.

Jalan keluarnya untuk pembahasan sedimentasi yang sudah menumpuk berpuluh-puluh tahun di sungai Cikapundung ini adalah, pemerintah dan warga setempat harus melakukan perjanjian dan kesepakatan bersama agar terus menjaga kelestarian sungai demi kepentingan bersama dan setelah itu pemerintah harus segera membenahi keadaan sungai sebelum memasuki fase kritis dan tak layak pakai.


(3)

(4)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari perhitungan yang telah dilakukan, jumlah sedimen dasar pada suatu titik sungai Cikapundung saluran Viaduct Kota Bandung, dengan panjang penelitian 214 m, terjadi penumpukan sedimen dasar sebanyak 971,2675 m3/tahun atau volume sedimen dasar di segmen penelitian sejumlah 4,539 m3/m’ sepanjang segmen 214 meter, itu menurut perhitungan yang dilakukan dengan data yang diberikan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung. Sedangkan untuk muatan bed load Sungai Cikapundung menurut hasil analisis penulis dengan panjang penelitian 14.9352 m memiliki rata-rata nilai Gs = 0,0119696 kg/s atau 377,4733056 ton/tahun. Untuk volume sedimen dasar menurut analisis yang telah dilakukan didapat sebesar 1086,62544 m3/tahun atau sebesar 72,756 m3/m’ dengan panjang segmen 14,9352 m.

Pengendalian sedimen yang direkomendasikan untuk sedimen dasar berikut adalah dengan dibangunnya wall separator di tiap tikungan, dengan alasan mempertahankan ke aslian sungai.

5.2. Saran

Sungai Cikapundung memiliki jumlah sedimen yang tak sedikit, hanya dari satu segmen penelitian saja jumlahnya mencapai 1000 m3/tahun dengan panjang segmen penelitian 15 meter.

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan data yang lebih banyak dan komplek, sehingga didapatkan hasil data analisis yang lebih maksimal. Selain itu peneliti pun menyarankan agar dapat memodelkan flushing

bedload di tikungan dengan menggunakan pengendali sedimen yang

direkomendasikan, adalah wall separator.

Penelitian lanjutan dapat mengambil topik identifikasi bed load di Sungai Cikapundung dengan erosi lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung.


(5)

(6)

Muhammad Ridwan Nurdin, 2015

ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2011) Pengaruh Besar Butir Sedimen Terhadap Karakteristik Mangrove.

[Online]. Tersedia di:

http://azryfebriawan.blogspot.com/2014/04/pengaruh-besar-butir-sedimen-terhadap.html. Diakses 30 Desember 2014.

Asdak, Chay. (2004) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Dibyosaputro, S., (1997) Catatan Kuliah Geomorfologi Dasar. Yogyakarta : fakultas Geografi UGM.

Djojodihardjo, Harijono. (1982) Diktat Bahan Kuliah Mekanika Fluida. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Gross, M. G. (1990) Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey.

http://digilib.itb.edu/ http://digilib.upi.edu/ https://id.wikipedia.org/

Modul Panduan Laboratorium Mekanika Tanah DPTS UPI

Pettijohn, FJ, PE Potter, dan R Siever. (1972) Sand and Sandstone. New York : Springer. 618 h.

Pipkin, B.W. (1977) Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H. Freeman and Company

Rahayu dkk. (2009) Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor: World Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 P, Bogor. Soemarto, C. D., (1995) Hidrologi Teknik Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.

Suyono Sosrodarsono, Ir. (1981) Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Suryati, Vivin. (2010) Laporan Hidrologi Teknik. Makassar: Faperta UNHAS. Umi M dan Agus S. (2002) Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar Laut. Jakarta: