PROGRAM INTERVENSI DINI BAGI ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA UNTUK ANAK TUNARUNGU.
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
PRINANDA GUSTARINA RIDWAN 1201110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA
UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Oleh
Prinanda Gustarina Ridwan
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Prinanda Gustarina Ridwan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
PROGRAM INTERVENSI DINI BAGI ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA UNTUK ANAK TUNARUNGU
DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I
Dr. Permanarian Somad, M.Pd. NIP. 19540408 198103 1 002
Pembimbing II
Dr. Hidayat, Dipl. S.Ed. M.Si. NIP. 19570711 198503 1 003
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005
(4)
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMAKASIH ...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GRAFIK ...xii
DAFTARGAMBAR ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ...6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...7
1. Tujuan Penelitian ...7
2. Kegunaan Penelitian ...8
BAB II LANDASAN TEORI ...9
A. Deskripsi Teori ...9
1. Konsep Dasar Intervensi Dini ...9
2. Orangtua dan Intervensi Dini ...12
3. Konsep Ketunarunguan ...14
a. Pengertian Tunarungu ...14
b. Perkembangan Bicara dan Bahasa anak Tunarungu ...15
c. Pemerolehan Bahasa anak Tunarungu ...17
d. Bicara dan Bahasa Sebagai Dampak Ketunarunguan ...22
4. Konsep Usia Dini ...24
5. Konsep Berkaitan Dengan Program ...26
(5)
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
9. Hipotesis Penelitian ...31
BAB III METODE PENELITIAN ...33
A. Pendekatan Penelitian ...33
B. Desain Penelitian ...33
C. Prosedur Penelitian ...36
1. Prosedur Tahap 1 ...36
a. Lokasi Penelitian ...36
b. Informan penelitian ...36
c. Proses Penelitian Tahap 1 ...39
d. Teknik Pengumpulan Data ...40
e. Teknik Analisis Data...42
2. Prosedur Tahap 2 ...43
a. Prosedur Pelaksanaan Tahap 2 ...46
1. Menentukan Baseline ...46
2. Menentukan Intervensi ...46
b. Teknik Pengumpulan Data ...47
c. Teknik Pengolahan Data ...48
D. Penjelasakan Istilah ...49
1. Definisi Konsep Variabel ...49
a. Variabel Bebas ...49
b. Variabel Terikat ...50
2. Definisi Operasional Variabel ...52
a. Variabel Bebas ...52
b. Variabel Terikat ...55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57
(6)
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
a. Deskripsi orangtua ...60
3. Upaya Yang Dilakukan Orangtua Dalam Mengembangkan Kemampuan Bicara Dan Bahasa Anak ...63
a. Pemahaman tentang kemampuan bicara dan bahasa ... ...66
b. Sikap dan perlakuan orangtua ... ... ...69
4. Pengembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa di Sekolah ...74
B. Pembahasan ...76
1. Rumusan Program Pelatihan Orangtua ... 88
2. Rumusan Materi Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Tunarungu ... 90
3. Pelaksanaan Program Pelatihan ... 94
4. Pelatihan Teori ... 94
a. PelatihanPraktekIntervensi... 94
b. Refleksi ... 95
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut ... 95
5. Hasil Program Pelatihan Orangtua... 96
a. Kemampuan Orangtua Dalam Pemahaman Ketunarunguan... 96
1) Hasil baseline 1 (A1) ... 96
2) Hasil intervensi (B) ... 99
3) Hasil baseline 2 (A2) ... 100
4) Perolehan data kemampuan orangtua ... 101
a) Analisis Data ... 102
(1) Analisis dalam kondisi ... 103
(2) Panjang kondisi ... 103
(3) Estimasi kecenderungan arah ... 103
(7)
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
(7) Perubahan level ... 109
b) Analisis antar kondisi ... 112
(1) Jumlah variabel yang diubah ... 112
(2) Perubahan kecenderungan dan efeknya ... 112
(3) Perubahan kecenderungan stabilitas ... 113
(4) Perubahan level ... 114
(5) Presentasi data overlap ... 114
b. Kemampuan Orangtua Dalam Pengembangan Kemampuan Bicara dan bahasa ... 118
1) Hasil baseline 1 (A1) ... 118
2) Hasil intervensi (B) ... 119
3) Hasil baseline 2 (A2) ... 121
4) Perolehan data subjek ... 122
a) Analisis Data... 123
(1) Analisis dalam kondisi ... 123
(2) Panjang kondisi ... 123
(3) Estimasi kecenderungan arah ... 123
(4) Kecenderungan Stabilitas ... 125
(5) Jejak Data ... 129
(6) Level stabilitas dan rentang ... 130
(7) Perubahan level ... 130
b) Analisis antar kondisi ... 132
(1) Jumlah variabel yang diubah ... 133
(2) Perubahan kecenderungan dan efeknya... 133
(3) Perubahan kecenderungan stabilitas ... 134
(8)
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 143
A. Kesimpulan ... 143
B. Rekomendasi ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 148
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 153
(9)
ABSTRAK
PROGRAM INTERVENSI DINI BAGI ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA UNTUK
ANAK TUNARUNGU
Prinanda Gustarina Ridwan/1201110
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu yang kurang baik dalam memahami dan mengungkapkan keinginan melalui bicara dan bahasa. Hal ini dikarenakan anak tunarungu tidak memiliki pengalaman dalam berbicara dan bahasa sehingga pemahaman anak tunarungu harus ditingkatkan agar dapat berkembang secara optimal.
Peran orangtua sangat penting dalam melakukan intervensi dini anaknya. Kebanyakan orangtua tidak paham, kurang pengetahuan yang cukup dalam mengintervensi dini anaknya, sehingga diperlukan suatu program pelatihan yang dapat dilakukan oleh orangtua agar dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan orangtua dalam memberikan intervensi dini kepada anak tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sebuah program pelatihan orangtua untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam memberikan intervensi dini pada anak tunarungu.
Subjek penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak tunarungu usia 5-6 tahun, belum memiliki pengetahuan, pemahaman tentang ketunarunguan dan kemampuan intervensi bicara dan bahasa. Metode yang digunakan adalah mix methode dengan desain exploratory mixed methods research design menggunakan tahapan kualitatif, kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman orangtua tentang hakekat ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa. Peningkatan terlihat dengan membandingkan kemampuan awal orangtua sebelum dan sesudah diberikan intervensi menggunakan program pelatihan intervensi dini. Berdasarkan hasil data persentasi tersebut, penelitian ini dapat diasumsikan, orangtua yang memiliki pemahaman yang baik tentang ketunarunguan dan mengembangkan kemampuan bicara bahasa dapat meningkatkan kemampuan anaknya dalam aspek bicara dan bahasa. Sehingga orangtua dapat menerapkan program pelatihan yang telah dilakukan kepada anak tunarungu.
(10)
ABSTRACT
EARLY INTERVENTION PROGRAM TO INCREASE SPEECH
AND LANGUAGE SKILL OF HEARING IMPAIRMENT
CHILDREN
By : Prinanda Gustarina Ridwan (1201110)
The lack of Speech and language skill of hearing impairment children to get something and hard to express the desire, so it should be given intervention in speech
and language for an early age is the background of the research. It’s because the
hearing impairment children do not have experience in both of speech and language understanding that make increasing of it are needed to develop optimally. Why is it important and should be increased? Because speech and language closely related to language comprehension that becomes the basic for further mastering capabilities.
Parents are the main role for the successfull early intervention program of
their childs. Many of them don’t understand and lack of cognition to doing early
intervention for speech and language skill to their childs, so it takes such kind of training program for parents to help out them to understand and do the early intervention program for their hearing impairment children. This study aims to formulate a parent training program to increase the understanding and skill to providing intervention to hearing impairment children.
The subjects of the research is parents of aged five to six years old hearing
impairment children who haven’t had cognition and understanding of the child's hearing loss and intervention capabilities in terms of speech and language that need assistance in dealing with. The method used is a mix of methods to design exploratory mixed methods research design using qualitative stage, quantitative.
The results showed an increase in parental understanding of the nature of deafness and speech and language development. The improvement seen by comparing the initial ability of parents before and after intervention using early intervention training program.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang sangat penting yang dialami oleh setiap individu. Namun, setiap individu memiliki perbedaan dalam proses perkembangannya. Setiap individu berkembang berdasarkan tahapan perkembangannya masing- masing. Salah satu perkembangan yang terjadi pada setiap individu adalah perkembangan bicara dan bahasa.
Bagi seorang anak, belajar bicara dan bahasa merupakan tugas perkembangan yang utama. Dalam kebanyakan permasalahan perkembangan anak, terlambat dalam kemampuan bicara dan bahasa merupakan indikator awal bahwa anak tersebut telah mengalami hambatan perkembangan pada kemampuan akademik ataupun keterampilan sosial dalam kehidupan selanjutnya.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan pendengaran karena diakibatkan kerusakan pada organ pendengarannya. Sehingga anak tunarungu kesulitan dalam berbahasa. Menurut Permanarian Somad (1996) bahwa :
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari- hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran sehingga berdampak pada kemampuan berbahasa di dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini sejalan
(12)
dengan pendapat Friend, M dalam Rahardja (42: 2006) mengungkapkan bahwa :
Tunarungu (hearing impairment) merupakan kelainan pada pendengaran, apakah menetap atau tidak tetap, yang secara merugikan berpengaruh terhadap kinerja pendidikan anak, dalam kasus yang paling rendah dikarenakan anak memiliki kelainan dalam melakukan proses informasi linguistik melalui pendengaran.
Berdasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan pendengaran yang mengakibatkan anak tunarungu kesulitan dalam menerima informasi melalui bahasa yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari.
Tahapan- tahapan perkembangan bahasa yang dilalui oleh anak tunarungu sama dengan tahapan perkembangan bicara dan bahasa anak pada umumnya. Hanya saja setelah fase meraban (babbling), anak tunarungu tidak mengalami perkembangan secara optimal. Sehingga proses penerimaan bicara dan bahasa anak tunarungu terganggu karena tidak ada stimulus yang masuk ke dalam area bahasa anak dan menyebabkan anak tunarungu tidak memiliki pengalaman bahasa yang baik. Oleh karena itu anak tunarungu tidak mampu berbicara dan berbahasa dengan baik.
Dampak yang ditimbulkan dari hambatan pendengaran pada anak tunarungu mempengaruhi pada perkembangan kognitif, perkembangan bicara dan bahasa, perkembangan sosial emosi, dan prestasi akademik. Dampak yang ditimbulkan anak tunarungu dalam perkembangan bicara dan bahasa adalah kesulitan berbicara, kesulitan berbahasa yang ditandai dengan kesulitan dalam keterampilan menggunakan lambang, mengucapkan lambang serta mengadakan penggabungan dari lambang- lambang tersebut, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara.
Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak pada umumnya, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan bicara dan bahasa, keterbatasan informasi, dan daya abstraksi. (Sutjihati, 1996).
(13)
Pernyataan di atas menegaskan bahwa kemampuan intelegensi anak tunarungu sama dengan kemampuan anak pada umumnya tetapi karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan bicara dan bahasa mengakibatkan anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam memperoleh informasi yang diterimanya. Sejalan dengan pendapat di atas bahwa perkembangan kognitif anak tunarungu dipengaruhi oleh perkembangan bicara dan bahasa. Dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki oleh anak tunarungu dalam perkembangan kognitif lebih kepada fungsi perkembanga bahasa. Kesulitan lainnya yang muncul sebagai akibat dari ketunarunguan adalah berhubungan dengan bicara, membaca, menulis, tetapi tidak berhubungan dengan tingkat intelegensi (Rahardja, 2006).
Perkembangan sosial dan emosi akan sangat bergantung kepada kemampuan bicara dan bahasa. Interaksi bahasa dan respon yang kurang mengakibatkan anak tunarungu tidak mampu bersosialisasi dengan teman lainnya. Hal lain akan berdampak pada segi emosinya. Kekurang pahaman akan bahasa verbal maupun non verbal menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif dan memicu pada tekanan emosi. Tekanan emosi ini akan menghambat pada perkembangan pribadinya. Emosi anak tunarungu dikarenakan kemiskinan bahasa, kesulitan mengungkapkan keinginan melalui bicara dipengaruhi oleh sedikitnya stimulus lingkungan yang diterima oleh anak tunarungu.
Dalam prestasi akademik, anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran bahasa lisan dan tulisan. Dalam bidang akademik, membaca merupakan yang paling rendah prestasinya hal ini dikarenakan melihat dampak dari ketunarunguan. Hilangnya pendengaran, apakah ringan atau berat, menimbulkan dampak yang rendah bagi kemampuan bahasa anak tunarungu yang paling jelas terlihat dalam pemaknaan bahasa yang dibacanya.
(14)
Anak tunarungu sangat perlu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa sejak dini.Kemampuan bicara dan bahasa yang minim menyebabkan anak tunarungu terlihat seperti anak keterbelakangan. Dari dampak yang ditimbulkan tersebut, menyebabkan anak tunarungumengalami kesulitan- kesulitan secara komprehensif dan kompleks dalam kehidupan anak tunarungu itu sendiri.
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki anak tunarungu diatas, sebenarnya anak tunarungu memiliki potensi dalam kemampuan bicara dan bahasa. Tetapi karena hambatan yang muncul pada anak tunarungu, mengakibatkan potensi yang seharusnya terlihat pada anak tunarungu menjadi tidak nampak. Jika hambatan dapat diminimalisir sedini mungkin, maka kemampuan pada anak tunarungu itu dapat berkembang secara optimal.
Untuk itulah diperlukan suatu intervensi dini pada anak tunarungu dalam bicara dan bahasa. Intervensi kepada anak tunarungu harus diberikan sedini mungkin untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada anak tunarungu dan meminimalisir hambatan yang dimilikinya. Hasil akan tercapai dengan baik apabila anak tunarungu diberikan intervensi khususnya bicara dan bahasa sedini mungkin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orangtua yang memiliki anak tunarungu, penanganan pertama yang dilakukan oleh orangtua ketika mengetahui anaknya tunarungu adalah datang ke dokter lalu diadakan pemeriksaan melalui medis saja. Setelah anaknya didiagnosa mengalami ketunarunguan, orangtua tidak melakukan apa- apa agar anaknya mau mengeluarkan suara (berbicara) dan berbahasa. Orangtua belum mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anaknya sejak didiagnosa mengalami ketunarunguan. Anak tunarungu hanya diberikan obat- obatan secara medis saja, melakukan berbagai tes dan tidak melakukan penanganan kepada anaknya yang tunarungu agar mampu berbicara dan berbahasa. Adapun orangtua melakukan upaya mengembangkan bicara dan bahasa
(15)
anaknya hanya sebatas pada bahasa yang umum sehari- hari (seperti: makan, minum yang diisyaratkan) selebihnya hanya mendiamkan anaknya saja (tidak diberikan stimulus yang sering) tanpa diajak untuk berbicara dan berbahasa.
Pemahaman orangtua yang baik dalam pengetahuan, memahami, memberdayakan, dan mengajarkan anak tunarungu dalam kemampuan bicara dan bahasa secara benar akan membuat potensi yang dimiliki anak tunarungu tidak hilang dan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya dilalui anak khususnya dalam perkembangan bicara dan bahasa. Untuk mengakomodir pemahamanan terhadap anak tunarungu, orangtua harus terlibat secara aktif dalam suatu pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan bicara dan bahasa bagi anak tunarungu.
Intervensi dini dengan melibatkan orangtua sangat penting dilakukan karena orangtua merupakan orang yang paling mengetahui anaknya secara mendalam dan kesempatan anak dalam melakukan aktivitas/ pemberian layanan di rumah lebih banyak dibanding di sekolah serta untuk mendapatkan hasil perkembangan khususnya bicara dan bahasa secara maksimal. Betapa pentingnya mendeteksi atau mengetahui adanya hambatan sedini mungkin dan bahwa kemudian hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan program intervensi dini guna mencegah terjadinya dampak yang kurang baik terhadap seluruh perkembangan anak. Intervensi dini pada anak harus melibatkan peran orangtua di dalam penanganannya. Peran orangtua sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam perkembangan selanjutnya. Pengaruh timbal balik yang diberikan oleh orangtua dan anak melampaui interaksi spesifik memiliki pengaruh yang cukup tinggi (Santrock, 2007: 158). Orangtua merupakan faktor pendukung dan penentu dalam kemajuan perkembangan anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang diselenggarakan dan ditangani langsung oleh orangtua. Keluarga, khususnya orangtua, sebagai pendidik harus memiliki pemahaman tentang perkembangan anak. (Lidyasari, tanpa tahun : 5).
(16)
Anak- anak memerlukan pembelajaran sedini mungkin dalam aspek bicara dan bahasa karena bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa, anak akan sulit untuk bisa bertahan di lingkungan tempat dia berada. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dalam bahasa bagi anak tunarungu adalah belajar berbahasa saja. Pembelajaran yang dilakukan sekolah belum memberdayakan orangtua dalam penanganannya. Orangtua tua hanya berperan sebagai fasilitator (mengantarkan/ menjemput anak ke sekolah saja) tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya dapat mengakomodasi anak tunarungu dalam pembelajaran berbahasa. Di rumah pun orangtua kurang bisa belajar bersama dengan anak karena orangtua yang memiliki keterbatasan dalam memahami keinginan dan maksud yang diutarakan oleh anak, keterbatasan dalam mengajarkan berbahasa kepada anak, dan orangtua hanya puas dengan hasil yang diperoleh oleh anak padahal potensi yang dimiliki anak lebih dari kemampuannya yang sekarang.
Berdasarkan pernyataan di atas, perlu adanya suatu program intervensi dini yang sesuai dalam kemampuan bahasa anak tunarungu agar orangtua dapat mengajarkannya sendiri dan dilakukan dengan mudah, murah, tepat guna dan hasil akhirnya anak tunarungu memiliki kecakapan dan kemampuan bahasa yang baik serta perkembangan yang optimal di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti tentang program intervensi dini bagi orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu. Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada orangtua tentang apa yang seharusnya dilakukan orangtua dalam memberikan intervensi dini kepada anak tunarungu, memberdayakan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu dan membantu anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa serta guru dapat memberikan layanan/ program yang tepat bagi anak tunarungu sesuai dengan perkembangan bicara dan bahasa anak.
(17)
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Fokus penelitian ini adalah program intervensi dini kepada orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Dari uraian yang telah disebutkan bahwa intervensi dini yang dilakukan saat ini belum memberdayakan dan melibatkan orangtua, sehingga pembelajaran yang dilakukan belum sepenuhnya dapat mengakomodasi kebutuhan anak dalam hal bicara dan bahasa. Penelitian ini ingin mencoba merumuskan program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu yang dikuasai saat ini ?
2. Apa yang dilakukan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak nya saat ini di rumah ?
3. Apa yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu saat ini di sekolah ?
4. Bagaimana rumusan program intervensi dini untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu yang akan dijalankan oleh orangtua?
5. Apakah program intervensi dini dapat meningkatkan kemampuan orangtua dalam pemahaman ketunarunguan dan mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa kepada anak tunarungu ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan program intervensi dini untuk membantu orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam kemampuan bicara dan bahasa. Program tersebut
(18)
dikembangkan berdasarkan data empirik yang diperoleh dari studi pendahuluan terhadap orangtua yang sudah berhasil dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa kepada anak tunarungu dan teori yang mendukung dalam pengembangan intervensi dini tersebut. Jadi, hasil dari penelitian ini adalah sebuah program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebuah program pelatihan bagi orangtua dalam intervensi dini anak tunarungu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain : a. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus dan mendorong peneliti lainnya untuk mengadakan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut.
b. Secara Praktis 1). Bagi Orangtua
a) Melatih orangtua dalam menangani anak tunarungu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu
(19)
b) Memberikan pemahaman kepada orangtua tentang ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu.
c) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam memberikan intervensi anaknya
2) Bagi Guru
a) Sebagai bahan acuan dan motivasi dalam pembelajaran bicara dan bahasa yang dilakukan di sekolah.
b) Mengajarkan guru membuat program yang sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu dalam pembelajaran di sekolah.
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan Research And Development (R & D) dengan Exploratory Mixed Method Research Design. Penelitian ini harus menangani dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, dan oleh karenanya desain penelitian yang hanya menggunakan metode kualitatif saja atau metode kuantitatif saja untuk penelitian ini tidak akan memadai; penelitian ini harus menggunakan desain yang mengkombinasikan kedua metode tersebut – yang disebut mixed methods research design. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Creswell, 2010).
Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif, yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja.
B. Desain Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah exploratory mixed methods research design. Pada umumnya desain ini diaplikasikan untuk mengeksplorasi suatu fenomena, mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan selanjutnya mengujinya. Peneliti menggunakan desain ini apabila tidak terdapat
(21)
3430
instrumen, variabel, dan alat ukur untuk populasi yang sedang dikajinya, atau peneliti tidak mengetahui keberadaannya (Creswell, 2010).
Secara visual, bagan desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini :
Membangun
Gambar 3.1. Mixed Methods Research Design (Diadaptasikan Dari Creswell, 2010)
Keterangan:
1. Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.
2. Huruf kapital menunjukkan prioritas data. QUAL menunjukkan bahwa data kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (quan).
Seperti yang telah diuraikan diatas penelitian dilakukan dengan melakukan dua tahap, dengan pola penelitian kualitatif yang dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif (Eksploratory Reseach Design).
Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian
QUAL
(Data dan Hasil)
quan
(22)
3530
STUDI PENDAHULUAN
Asesmen, Observasi, Wawancara Kondisi Objektif
- Anak tunarungu usia 5-6 tahun - Orangtua - Guru
Asesmen, Observasi, Wawancara Kebutuhan
- Anak tunarungu usia 5-6 tahun - Orangtua - Guru
PENYUSUNAN PROGRAM
Draf Program
Analisis Konsep
Studi Literatur
dosen ahli, guru
Validasi data
Expert Judgment
PROGRAM YANG SUDAH DI VALIDASI
PROGRAM INTERVENSI DINI ANAK TUNARUNGU USIA 5-6 TAHUN
DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUANBICARA DAN BAHASA
Orangtua
PENINGKATAN HASIL melalui PROGRAM
T
A
H
A
P
D
U
A
(23)
3630 C. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini menggunakan tahapan kualitatif dan kunatitatif. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peneliti membagi dalam dua tahap, yakni tahap satu (kualitatif) dan tahap dua (kuantitatif).
1. Prosedur Penelitian Tahap 1
Dalam tahap satu, prosedur penelitian bersifat kualitatif yaitu penyajian data berupa hasil narasi, deskripsi yang didapat dari hasil asesmen, observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan berkenaan dengan kondisi objektif pada anak tunarungu dan orangtua dalam kemampuan bicara dan bahasa, menggali informasi dan data dari orangtua, anak, dan guru tentang kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu, penyusunan program, analisis konsep dan studi literatur serta validasi data.
a. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tahap satu, lokasi penelitian ini dilaksanakan di rumah daerah Lembang dan di SLB YPLAB jalan Barulaksana no. 183 Lembang Kabupaten Bandung Barat.
b. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif, subjek dalam penelitian dinamakan informan, partisipan atau sumber. Menurut Buhran Bungin, informan penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta objek penelitian (Sugiono, 2008:128). Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah sebagai berikut :
(24)
3730
Orangtua adalah orang yang terdekat dengan anak, sehingga orangtua sangat mengetahui perkembangan anak mulai dari lahir hingga saat ini serta memahami anaknya dengan pasti. Oleh karena itu orangtua dijadikan informan dalam penelitian ini. Adapun gambaran orangtua yang menjadi subjek penelitian antara lain :
a). Keluarga yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya sudah baik :
Nama : Sf
Tempat tanggal lahir : Bandung, 8 Desember 2009 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Kampung Cibedug RT 03/ RW 02 Lembang
Karakteristik :
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti melihat bahwa kemampuan bicara dan bahasa Sf sudah baik dibandingkan dengan teman- teman lainnya yang usianya sama. Sf sudah mampu berbahasa dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan pengenalan huruf sampai kata sudah mampu. Sf sudah mmapu mengekspresikan maksud yang diinginkannya kepada orangtuanya dengan menggunakan isyarat, sudah mampu berkomunikasi dan bisa dimengerti bahasanya.
Dilihat dari latar belakang keluarga, Sf merupakan anak tunggal. Sf diketahui mengalami ketunarunguan sejak usia 19 bulan. Orangtua Sf curiga ketika dipanggil
(25)
3830
tidak bereaksi, anteng lalu orangtua Sf langsung memeriksakan anaknya ke dokter. Orangtua Sf sangat ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga orangtuanya memberikan pembelajaran bahasa dimulai dari Sf didiagnosa mengalami ketunarunguan. Hal- hal yang dilakukan orangtua agar Sf berbahasa adalah sering diajak ngobrol ketika digendong, diberikan stimulus seperti digelitik- gelitik supaya Sf dapat berekspresi, latihan bermain sambil membubling dan sampai di sekolah Sf diajarkan bahasa isyarat oleh guru dan sangat cepat dalam menangkap pembelajaran yang baru dibanding dengan teman/ siswa yang sudah lama di sekolah.
b). Orangtua yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya belum baik :
Nama : Nc
Tempat tanggal lahir : Bandung, 24 September 2009 Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cihideng RT 01/ RW 02 Lembang Karakteristik :
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti melihat bahwa kemampuan bicara dan bahasa masih sangat kurang. Nc sudah mampu mengenal huruf. jika ditanya kata, Nc akan kebingungan dalam menuangkannya dalam bentuk ucapan maupun isyarat.
(26)
3930
Dilihat dari latar belakang, Nc merupakan anak pertama. Nc diketahui mengalami ketunarunguan sejak usia 20 bulan. Orangtua Nc melihat keganjilan anaknya jika dipanggil diam saja (responnya lama). Kemudian orangtua Nc memriksakan anaknya ke dokter dan dari hasil pemeriksaan tersebut Nc mengalami ketunarunguan. Yang pertama dilakukan oleh orangtua ketika mengetahui anaknya mengalami ketunarunguan dengan membiarkannya tumbuh dan berkembang apa adanya saja, tanpa adanya stimulus bahasa yang diberikan kepada anaknya. Nc hanya disuruh menonton televisi tanpa diajak ngobrol, sehingga Nc memiliki sedikit kosakata dan jika ingin memahami sesuatu memerlukan waktu yang cukup lama. Pembelajaran di sekolahpun masih sangat terbatas. Nc masih diberi pembelajaran membaca (dan isyarat) huruf. Dalam menangkap pelajaran, Nc masih sangat lama dan memerlukan bimbingan yang khusus.
2) Guru
Guru mampu memberikan informasi seputar anak tunarungu berkenaan dengan kemampuan bicara dan bahasa anak saat ini di sekolah, pembelajaran yang dlakukan oleh guru, metode yang diajarkan kepada anak tunarungu, dan lain- lain.
(27)
4030 1) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat kondisi nyata di lapangan mendapatkan informasi tentang berbagai hal terkait dengan kemampuan bicara dan bahasa, proses intervensi dini yang dilakukan oleh orangtua dan guru baik di rumah maupun di sekolah.
2) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keseharian anak, melihat sejauh mana kemampuan bicara dan bahasa anak, hal- hal yang dilakukan oleh orangtuadan guru dalam memberikan intervensi kepada anak.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada orangtua, guru dan orang- orang yang terkait dengan anak dalam hal kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu.
d. Teknik Pengumpulan Data
Penumpulan data kualitatif berupa data deskriptif tentang kondisi objektif dalam pelaksanaan program intervensi dini yang dilakukan oleh orangtua kepada anak tunarungu usia 5-6 tahun dalam mengembangkan kemampuan bahasa, hal- hal apa saja yang terkait dengan kemampuan bahasa anak tunarungu, hal- hal apa saja yang dibutuhkan dalam program intervensi dini yang dilakukan oleh orangtua kepada anak tunarungu usia 5-6 tahun dalam kemampuan bahasa, analisis konsep rumusan program dan validasi program.
(28)
4130
Pada penelitian metode campuran (mixs method) dengan model Exploratory Mixed Methods Research Design pada aspek kualitatif sebagai metode primer yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306) bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Adapun yang menjadi acuan peneliti sebagai humant instrumen terlebih dahulu membuat pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman validasi.
Pada aspek kuantitatif instrumen yang dipergunakan adalah wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan pada tahap uji coba hasil program melalui metode eksperimen pada orangtua dengan mengacu pada pedoman uji coba yang telah dibuat.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan pengumpulan data saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan seputar kemampuan bahasa anak tunarungu yang sudah dicapai saat ini, sikap dan perlakuan orangtua dalam memahami hakekat ketunarungua serta keterlibatan dan peran serta orangtua dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu saat ini di rumah, peran guru dalam mengembangkan kemampuan
(29)
4230
bahasa anak tunarungu di sekolah, dan upaya yang dilakukan oleh dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Pertanyaan disusun serinci mungkin yang diawali dengan pembuatan kisi-kisi, sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian yang ada.
3) Pedoman Observasi
Sama halnya dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dibuat sebagai panduan saat melakukan observasi, di dalamnya peneliti menyusun hal-hal apa saja yang akan diobservasi. Dalam penelitian ini, hal- hal yang diobservasi seputar kemampuan bicara dan bahasa anak di rumah, di sekolah, orangtua mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa untuk anak tunarungu di rumah, guru mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu di sekolah. 4) Pedoman Validasi
Untuk menghasilkan sebuah program yang bermutu dan berguna, tentunya program tersebut harus divalidasi terlebih dahulu dan cara yang akan dilakukan adalah melalui expert judgment. Expert judgment terdiri dari dosen ahli yang berkompeten dalam bidang intervensi dini dan ahli dalam bidang ketunarunguan dan guru yang mengajar anak tunarungu. Proses validasi hasil program ini tentunya memerlukan pedoman validasi yang akan berguna sebagai
guide dalam proses validasi tersebut untuk menghasilkan program yang baik.
(30)
4330
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh Miles & Huberman dalam Sugiyono (2013:91) yaitu: ”aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/ verifikasion. 1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.
2) Penyajian Data
Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Menarik kesimpulan dan verifikasi
Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan
(31)
4430
proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari data itu sendiri.
2. Prosedur Tahap 2
Pada tahap dua, penyajian data yang disajikan dalam bentuk statistika deskriptif. Dalam tahap ini orangtua melakukan pelatihan menggunakan program yang telah dibuat. Program tersebut dihitung untuk melihat peningkatan orangtuadalam pemahaman ketunarunguan dan mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu, maka peneliti melakukan pengujian menggunakan metode eksperimen dengan desain rancangan SSR (Single Subject Research). “Penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan/ treatment yang diberikan kepada subjek secara berulang- ulang dalam waktu tertentu ” (Sunanto, 2006). Adapun desain SSR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan kondisi, yaitu: pada kondisi baseline (A1) kemudian pada kondisi intervensi (B) dan pengukuran kembali pada kondisi baseline (A2). Desain A-B-A ini dipilih karena dapat menunjukan apakah terdapat hubungan antara variable terikat dan variable bebas.
A-1 (baseline 1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan melakukan intervensi dini dalam pemahaman ketunarunguan dan
(32)
4530
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa. Pada kondisi ini, untuk mengetahui sejauh mana orangtua paham hakekat ketunarunguan dan sejauh mana dapat melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anaknya yang tunarungu (orangtua mampu melatih anak dalam memahami kata), sebelum dilakukan intervensi adalah memberikan 10 pertanyaan mengenai pengetahuan dan pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. Kemudian dihitung menggunakan persentasi hasil, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam pencatatan data.
B (intervensi) adalah untuk mengetahui data kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan cara melakukan program pelatihan orangtua dalam intervensi dini anaknya yaitu dengan memberikan pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan pengembangan bicara dan bahasa. Pada tahap intervensi, orangtua melakukan pelatihan berupa teori dengan materi seputar pengetahuan orangtua tentang ketunarunguan, pemahaman orangtua dalam menangani anak,pengembangan kemampuan bicara dan bahasa ( kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak). Intervensi diberikan empat kali hingga terjadi perubahan dalam pemahaman orangtua tentang ketunarunguan, orangtua dalam menangani anak, dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak ). Proses intervensi setiap sesi dilakukan seminggu dua kali dengan waktu dua jam pada setiap sesinya.
A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi apakah intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek atau
(33)
4630 0% 200% 400% 600% 800% 1000%
1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10
tar g e t Beh av io u r Sesi (waktu)
Desain A-B-A
tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukan apakah intervensi yang diberikan memberikan pengaruh positif pada subjek dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan baseline-2.
Pelaksanaannya wawancara dengan orangtua seputar ketunarunguan dan kemampuan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu (kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini).
Secara visual desain A-B-A digambarkan dalam garafik sebagai berikut :
Gambar 3.1. Desain A-B-A
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan hasilnya dalam bentuk persentasi. Bentuk wawabcara berupa pertanyaan- pertanyaan seputar pengetahuan orangtua tentang ketunarunguan, pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (pemahaman orangtua dalam menangani anak, kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu). Kemudian setelah data terkumpul akan dianalisis ke dalam statistik deskriptif. Single
Baseline (A-1) Intervensi (B) Baseline (A-2)
(34)
4730
Subject Research (SSR) mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara individual.
a. Prosuder Pelaksanaan Tahap 2 1) Menentukan Baseline
Pada fase ini, orangtua diberikan pertanyaan seputar pengetahuan tentang ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (pemahaman dalam menangani anak dan kemampuan dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu). Untuk menentukan hasil dilihat dari orangtua mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Kriteria penilaian menggunakan penskoran secara persentasi. Besarnya persentasi dapat dihitung dengan menilai jumlah jawaban benar dari setiap soal yang diberikan dikali penilaian dibagi jumlah seluruh soal dikali 100.
2) Prosedur Intervensi
Pada fase ini orangtua mulai diberikan perlakuan yaitu dengan program pelatihan seputar ketunarunguan, pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (pemahaman dalam menangani anak dan kemampuan dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu) melalui program pelatihan intervensi dini. Pembelajaran dimulai dari memberikan pengetahuan tentang hakekat ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (pemahaman dalam menangani anak dan kemampuan dalam melakukan intervensi dini).
(35)
4830
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan orangtua dalam pemahaman orangtua dalam menangani anak, kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan orangtua dalam memahami hakekat ketunarunguan dan pengembangan intervensi dini dalam kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes lisan dan tulisan.
Untuk mendapatkan data, maka dilakukan pengamatan pada tahap baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) sebanyak 8 sesi. Penelitian ini dilakukan setiap hari. Pengumpulan data ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 2014 sampai dengan 13 Juni 2014. Adapun banyak sesi dalam pengumpulan data sebagai berikut: tahap baseline 1 (A1) 2 sesi, tahap intervensi (B) sebanyak 4 sesi dan pada tahap baseline 2 (A2) sebanyak 2 sesi. Dalam pengumpulan data tersebut, terdapat beberapa langkah seperti menyiapkan kamera, pertanyaan seputar ketunarunguan dengan rentang nilai dari 2 sampai dengan 0 dan instrumen pengembangan kemampuan bicara dan bahasa dengan rentang nilai dari 2 sampai dengan 0 yang digunakan pada tahap baseline (A1), intervensi dan baseline (A2).
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan ada tidaknya peningkatan pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan pengembangan bicara dan bahasa sebelum dan setelah intervensi menggunakan program pelatihan yang telah dibuat.
(36)
4930
Setelah semua data terkumpul melalui format pencatatan kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Analisis data dilakukan dengan satu subjek.
Penggunaan analisis dengan grafik diharapkan akan lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan memaknai kata pada aspek mengucapkan kata dan menunjukan gambar menggunakan teknik meraban dari pelaksanaan sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan.
Desain subjek tunggal ini menggunkan tipe garis yang sederhana
(type simple line graph). Menurut Sunanto (2006:30) komponen- komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya :
1) Absis , adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (mis. Sesi, hari dan tanggal)
2) Ordinat, adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis. Persen, frekuensi, dan durasi)
3) Titik awal, merupakan pertemuan antara sumbu Xan sumbu Y sebagai titik awal skala.
4) Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran
5) Tabel kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
6) Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menujukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya.
7) Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
(37)
5030
Adapun langkah- langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data ialah sebagai berikut :
1) Menskor hasil pengukuran baseline A-1 dari setiap subjek pada tiap sesi.
2) Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap sesi.
3) Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 dari setiap subjek pada setiap sesi.
4) Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi dan baseline-2.
5) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi dan baseline-2.
6) Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7) Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
D. Penjelasan Istilah
1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program intervensi dini. Program adalah (1) rancangan mengenai asas- asas serta usaha- usaha yang akan dijalankan, (2) penyusunan bahan berprogram yang tersusun berupa keterangan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Intervensi dini merupakan suatu kegiatan edukatif dengan memberikan pengaruh dan layanan – layanan khusus (melibatkan semua pihak) pada anak yang mengalami masalah, sesuai kebutuhan anak (Wiguna, 2011).
(38)
5130
Intervensi dini adalah suatu proses memberikan intervensi dan layanan pendukungan oleh seorang ahli kepada seseorang yang membutuhkan yang memiliki masalah baik dalam tahap awal
perkembangan ataupun dalam kehidupannya.
(http://www.responseability.org).
Intervensi dini adalah suatu kegiatan mengobservasi, mengamati perkembangan anak usia dini sehingga dapat mengoptimalkan kemampuannya sesuai kebutuhannya. (Umar Djani : tanpa tahun).
Greco&Leonard dalam Sunardi (2007) menyatakan bahwa intervensi dini merupakan program yang sengaja didesain untuk mengoptimalkan pengalaman belajar anak selama periode perkembangan yang paling krusial, yaitu pada masa awal perkembangan.
Intervensi dini adalah suatu pelayanan yang diberikan kepada anak dengan sasaran anak balita, batita dan pra sekolah untuk menangani hambatan yang dimiliki oleh anak sehingga perkembangan anak menjadi optimal. (Rochyadi, E. 2013).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan program intervensi dini adalah suatu rancangan yang dibuat sedemikian rupa dalam memberikan layanan kepada anak- anak berusia dini (batita, balita dan pra sekolah) untuk mengatasi masalah perkembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dan disusun berdasarkan kebutuhannya sehingga perkembangan anak menjadi optimal.
(39)
5230
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bicara dan bahasa. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan sendiri mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan menurut bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap.
Bicara yaitu bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau sejumlah kata untuk menyampaikan maksud dan dilakukan secara langsung berhadapan. (Hurlock: 1993). Bicara sebagai penghasil ujaran atau bicara adalah bentuk ekspresi berbahasa yang menggunakan artikulasi atau kata- kata yang digunakan untuk menyampaikan isi hati atau maksud yang terkandung didalamnya (Sadja`ah: 2005).
Menurut H. Douglas (Sadjaah : 2005) bahasa adalah seperangkat lambang- lambang manasuka atau simbol- simbol yang arbiter. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (Wiguna, 2011) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang
(40)
5330
baik. Bahasa dapat diekspresikan melalui sistem tulisan, isyarat atau tanda lain sebagai pemaknaan bahasa tulisan dari pengenalan dan pemaknaan bunyi vokal (yang diujarkan) (Sadjaah: 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bicara dan bahasa merupakan suatu kemampuan/ kesiapan seseorang dalam menggunakan organ artikulasinya melalui kegiatan berbicara sehingga dapat mengekspresikan ucapan, pikiran dan perasaan melalui bunyi yang arbiter untuk menyampaikan makna kepada orang lain dan diekspresikan melalui sistem tulisan, isyarat atau tanda lainnya sebagai arti dari bahasa itu sendiri.
2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas
Variabel bebas, adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono,2008:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah program intervensi dini.
Program intervensi dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu program pelatihan yang ditujukan kepada orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkankan kemampuan bicara dan bahasa anaknya yang berusia 5-6 tahun. Program intervensi dini dalam penelitian ini terdiri dari (1) pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan (2) pengembangan bicara dan bahasa anak tunarungu.
Intervensi dini yang dimaksud dalam program ini berupa sebuah pelatihan kepada orangtua yang anaknya mengalami ketunarunguan. Adapun intervensi dini berisi program- program
(41)
5430
yang berkaitan dengan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu, antara lain :(1). Pengenalan suku kata, (3). Pengenalan kata, dan (4). pemaknaan kata.
Adapun pelaksanaan program pelatihan intervensi dini bagi orangtua adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan kepada orangtua tentang program yang akan dilakukan bersama- sama dengan peneliti. Program pelatihan ini dibagi menjadi dua tahap yaitu pelatihan teori dan pelatihan praktek intervensi dini.
2. Setelah menjelaskan program pelatihan, orangtua bersama- sama dengan peneliti melakukan pelatihan tahap awal yaitu pelatihan teori.
Pelatihan teori bertujuan agar orangtua memahami dan memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak, hakekat ketunarunguan dan dampak dari ketunarunguan.
3. Pelatihan teori ini berisi materi tentang hakekat ketunarunguan yaitu mengenai perkembangan bicara dan bahasa, dampak dari hambatan bicara dan bahasa, kemampuan bicara dan bahasa Teknik pengajaran berupa ceramah, diskusi, sharing, tanya jawab seputar materi yang diberikan.
4. Setelah pelatihan teori seputar ketunarunguan selesai, selanjutnya melakukan praktek intervensi dini. Pengembangan kemampuan bicara dan bahasa, orangtua diberikan latihan- latihan seputar intervensi dini anak. Selanjutnya orangtua diberikan contoh teknik pengajaran berupa bermain peran,
(42)
5530
Praktek intervensi dini aplikasi dari pelatihan teori yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya. Secara teknis praktek intervensi dini melakukan kegiatan dengan cara bermain peran dan modelling. Orangtua dan peneliti berperan sebagai anak dan orangtua (bisa juga dipraktekkan langsung kepada anak), bagaimana yang seharusnya dilakukan dalam memberikan intervensi dini bicara dan bahasa kepada anak. Teknik yang diberikan bermain peran, modelling agar dapat membantu dan mempermudah orangtua dalam melakukan praktek tersebut sendiri di rumah.
5. Setelah sesi pelatihan teori dan praktek intervensi dini selesai. Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dengan mencatat kegiatan yang sudah dilakukan, mencatat kegiatan yang akan dilakukan berikutnya, dan merencanakan jadwal kunjungan berikutnya.
6. Setelah semua sesi diikuti oleh orangtua, selanjutnya peneliti mengadakan evaluasi/ tindak lanjut. Evaluasi/ tindak lanjut ini bertujuan apakah orangtua melakukan program pelatihan yang telah diberikan selama ini (dengan membaca materi yang diberikan, melakukan kegiatan intervensi dini kepada anaknya) sehingga tujuan dari program akan tercapai. Evaluasi dilakukan seminggu dua kali.
7. Penilaian dalam pelatihan teori yaitu orangtua dan peneliti melakukan wawancara seputar teori ketunarunguan dan intervensi dini (materi). Penilaian berupa sejauh mana orangtua memahami isi materi, jawaban yang disampaikan sesuai dengan isi materi. Dari hasil wawancara dapat diberi penilaian. Adapun
(43)
5630
kriteria penilaian yaitu nilai 2 jika orangtua mampu menjawab pertanyaan ( > 50% yang artinya orangtua sudah memahami isi materi), nilai 1 jika orangtua mampu menjawab pertanyaan ( < 50% yang artinya orangtua masih ragu- ragu, belum jelas, belum memahami isi materi), dan nilai 0 jika orangtua tidak mampu menjawab pertanyaan (artinya orangtua belum memahami isi materi dan memerlukan pelatihan ulang seputar materi yang disampaikan).
8. Penilaian dalam praktek intervensi dini yaitu orangtua mampu melakukan langkah- langkah mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban sampai pembentukan kata bermakna (dimulai dari suku kata – kata – makna kata – frase yang diperluas). Penilaiannya nilai 2 jika mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah dan secara mandiri, nilai 1 jika mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah dan masih dibantu, dan nilai 0 jika tidak mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah.
Adapun langkah- langkah pengembangan program intervensi dini terlampir (dalam lampiran instrumen program pelatihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat, yaitu “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono,
(44)
5730
2008 : 39). Dalam hal ini variabel terikat adalah kemampuan bicara dan bahasa.
Kemampuan bicara dan bahasa dalam penelitian ini adalah kemampuan orangtua untuk melatih anaknya yang tunarungu mengucapkan kata sederhana, kemudian mengekspresikannya lalu memaknai kata tersebut secara tepat. Kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban (pengenaalan suku kata – makna kata). Kemampuan bicara dan bahasa dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada kemampuan bahasa anak tunarungu saja tidak kepada kemampuan bicaranya.
Jadi kemampuan bicara dan bahasa yang dimaksud adalam penelitian ini adalah cara orangtua untuk melakukan intervensi dini dalam hal kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban (pengenalan suku kata – makna kata) agar anak tunarungu mampu memahami kata dengan benar dan akhirnya anak tunarungu mampu mengungkapkan keinginannya dengan baik. Kata- kata yang dilatihkan dimulai dari kata benda, kata kerja dan kata sifat. Kata- kata tersebut dibuat masing- masing 10 buah kata. Sebagai contoh : ketika haus, secara otomatis akan mengucapkan kata “mi- num” kemudian kata mi-num diekspresikan dengan cara memegang leher atau mengambil gambar gelas, mengambil/ menunjuk gelas, dsb.
Untuk menentukan penilaian, terlebih dahulu harus membuat kriteria penilaian. Kriteria penilaian disusun berdasarkan program yang telah dibuat. Adapun kriteria penilaian dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama penilaian tentang pemahaman orangtua tentang ketunarunguan. Penilaian yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan seputar ketunarunguan. Hasilnya akan
(45)
5830
diberi nilai 2 jika orangtua menjawab pertanyaan > 50% yang artinya orangtua sudah memahami hakekat tunarungu, nilai 1 jika orangtua menjawab pertanyaan < 50% yang artinya orangtua masih ragu- ragu atau belum terlalu paham tentang hakekat ketunarunguan, nilai 0 jika orangtua tidak menjawab pertanyaan yang artinya orangtua belum memahami hakekat ketunarunguan.
Penilaian kedua yaitu pengembangan bicara dan bahasa. Pengembangan bicara dan bahasa yaitu berupa praktek intervensi dini. Penilaiannya orangtua mampu melakukan langkah- langkah mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban sampai pembentukan kata bermakna (dimulai dari suku kata – kata – makna kata – frase yang diperluas). Penilaiannya nilai 2 jika mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah dan secara mandiri, nilai 1 jika mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah dan masih dibantu, dan nilai 0 jika tidak mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai dengan urutan langkah.
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian dalam penulisan tesis. Uraian yang akan dikemukakan pada bab ini meliputi dua bagian kesimpulan dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan keseluruhan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu usia 5-6 tahun beragam ada yang kemampuan bicara dan bahasanya baik dan kurang baik. Kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu dikatakan baik terlihat dari mampu memahami bahasa, perbendaharaan kata sudah banyak, bahasa mudah dipahami, dapat berkomunikasi secara interaktif, mampu memahami kata kata yang abstrak, sedangkan dikatakan anak tunarungu memiliki kemampuan bicara dan bahasa yang kurang baik terlihat dari kesulitan dalam memahami bahasa, perbendaharaan kata masih sedikit, kesulitan ketika diajak berbicara, kesulitan dalam merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna. Dampak dari kemampuan bicara dan bahasa yang baik adalah anak tunarungu mampu berkomunikasi dua arah, komunikatif, dan muncul rasa percaya diri. Untuk anak tunarungu yang kemampuan bicara dan bahasanya kurang baik akan mengakibatkan kesulitan dalam memahami maksud dan akhirnya kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan orang lain dan tidak memiliki kepercayaan diri.
(47)
144
2. Kemampuan orangtua mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa anak tunarungu selanjutnya. Pemahaman orangrtua yang baik akan mempengaruhi kemampuan bicara dan bahasa sehingga hasilnya kemampuan anak tunarungu menjadi baik begitupun sebaliknya. Upaya yang dilakukan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anaknya yang tunarungu berbeda- beda sehingga hasil kemampuan anaknyapun beragam. Adapun upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa oleh orangtua yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya sudah baik adalah dengan memberikan stimulasi sejak dini, memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang tahapan perkembangan anak dan cara untuk memberikan intervensi, memberikan perlakuan, sikap dan kasih sayang yang baik kepada anaknya. Berbeda dengan orangtua yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya yang kurang baik. upaya yang dilakukan oleh orangtua belum maksimal. Orangtua hanya memberikan stimulasi yang seadanya kepada anaknya yang tunarungu karena pemahaman yang kurang tentang pentingnya memberikan intervensi sejak dini, pengetahuan yang kurang tentang ketunarunguan dan sikap, perlakuan orangtua yang cenderung cuek dengan kondisi anaknya sehingga hanya menerima kondisi anaknya dengan pasrah dan tidak banyak upaya yang dilakukan oleh orangtua agar kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu bisa berkembang baik. Pemahaman orangtua mengenai hakekat ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu akan berdampak pada kemampuan orangtua melakukan intervensi dini kepada anak. Pemahaman orangtua yang baik akan mengubah sikap, perlakuan sehingga pola asuh dalam memberikan layanan kepada anak di rumah dapat meningkat, sedangkan pengembangan kemampuan bicara dan
(48)
145
bahasa dapat meningkatkan keterampilan orangtua dalam memberikan intervensi sehingga berpengaruh besar terhadap hasil kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu.
3. Pengembangan kemampuan bicara dan bahasa yang guru lakukan di sekolah adalah dengan memberikan banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa. Metode yang digunakan seperti menggunakan bahasa isyarat, kartu kata, kartu gambar, buku cerita untuk memudahkan anak belajar memahami bahasa. Sehingga anak tunarungu cenderung akan mampu menyadari bunyi- bunyi yang ada di sekitar, memahami kata- kata yang sulit dimengerti dan mampu berkomunikasi dengan baik.
4. Program pelatihan intervensi dini ini dirumuskan berdasarkan dua kondisi objektif anak dan orangtua yang memiliki kemampuan bicara dan bahasa baik dan kurang baik. Kondisi objektif dilihat dari 1) kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu, 2) kemampuan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu, 3) pengembangan kemampuan bicara dan bahasa yang dilakukan di sekolah oleh guru. Kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu dan kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini dengan kriteria baik dijadikan sebagai rujukan dalam perumusan program pelatihan intervensi dini ini. Dengan mengikuti modeling dari orangtua yang berhasil dalam meningkatkan kemampuan bahasa anaknya, orangtua lainpun bisa meniru, mengaplikasikan kepada anaknya dan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Setelah dirumuskan berdasarkan kondisi di atas,
(49)
146
maka hasil penelitian ini berupa sebuah program pelatihan intervensi dini ditujukan bagi orangtua yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang kurang dalam memberikan intervensi dini kepada anaknya dan mengakibatkan anak tunarungu memiliki kemampuan bicara dan bahasa yang kurang baik sehingga kemampuan orangtua dalam pengetahuan, pemahaman dan cara memberikan intervensi dini kepada anak menjadi baik. Oleh karena itu program pelatihan intervensi dini bagi orangtua cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengintervensi dini anak sekaligus mampu meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. Semakin dini intervensi diberikan, maka akan semakin baik pula kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu karena program pelatihan (memahami hakekat ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu) yang telah dijalankan oleh orangtua. Sehingga dapat diasumsikan bahwa orangtua yang memiliki pemahaman yang baik tentang ketunarunguan dan mampu mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa dapat meningkatkan kemampuan anaknya dalam aspek bicara dan bahasa. Adapun program terlampir.
5. Program pelatihan intervensi dini yang dijalankan oleh orangtua berupa pemahaman tentang hakekat ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dengan cara membandingkan kemampuan orangtua sebelum dan setelah diberikan perlakuan menggunakan program pelatihan intervensi dini ini. Hasilnya terlihat dari mean level persentase pada fase baseline 1 (A-1) sebesar 30 %, intervensi (B) sebesar 75 % dan fase baseline 2 (A-2) sebesar 95%. Peningkatan signifikan sebesar 65%. Melalui program
(50)
147
pelatihan intervensi dini ini dapat meningkatkan pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rekomendasi peneliti antara lain :
1. Orangtua
Program pelatihan intervensi dini yang telah dilakukan oleh orangtua mampu memberikan peningkatan pemahaman dan cara mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa, sehingga orangtua dapat menerapkan program pelatihan yang telah dilakukan kepada anak tunarungu dengan melakukan latihan kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban (pengenalan suku kata – pembentukan kata – makna kata).
Program pelatihan intervensi dini ini dikhususkan untuk orangtua yang memiliki anak tunarungu usia 5-6 tahun, sehingga program pelatihan ini hanya bisa digunakan oleh orangtua dengan kriteria yang telah ditentukan saja.
2. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada program pelatihan intervensi dini bagi orangtua
(51)
148
yang telah dibuat dengan menggunakan metode dan desain yang berbeda sehingga program yang dibuat lebih variatif dan dapat digunakan secara luas.
(52)
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Agusta. (2012). Definisi Anak Usia Dini. [online]. Tersedia di http://kompasiana.com.
[diakses Juli 2014].
Bambang Hartoyo. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Materi Tutor dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. BPPLSP Regional III. Jawa Tengah.
Bredekamp, S & Copple. (1996). Developmentally Aprropriate Practis in Early Childhood Programs. Washington. NAEYC.
Bourke, et. Al. (2002). Journal of early intervention. [Online]. Tersedia di
http://seage.com/ bourke_5_1.pdf. [Diakses tanggal Januari 2014].
Bronferbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human. Bioecological Perspectives on Human Development. [Online]. Tersedia:
http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood.
[Diakses tanggal Januari 2014].
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta. Yayasan Santi Rama.
Cresswell, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajaran.
Dora, Uli H. (2013). Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Dengan Gangguan Komunikasi. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dubois, D. (1996). The Executive Guide to Competency- Based Performance Improvement. HRD Press Harvest.
Education.com. (2013). [Online]. Tersedia:
http://www.education.com/definition/early-intervention/&answers. [Diakses
(53)
Fatinah, Munir. (2012). Perspektif Pendidikan Tunarungu. [Online]. Tersedia di
http://fatinahmunir.blogspot.com/2012/03/perspektif-pendidikan-tunarungu-bag-5.html. [diakses tanggal Juli 2014].
Fikriyati, Mirroh. (2013). Perkembangan Usia Emas Golden Age. Jogjakarta. Laras Media Prima.
Harvard family Research Project. (2006). Family Involvement In Early Childhood Education. Cambridge, MA. Harvard University.
Hilman, Maman. (2012). Pengertian Konsep Program. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/
194612161973041-MAMAN_HILMAN/PLS/Bab_2.pdf. [Diakses tanggal
Juli 2014].
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak : Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Jajang. (2011). Pengaruh Penggunaan Picture Exchange Communication System (Pecs) Terhadap Peningkatan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Dengan Gangguan Perkembangan Dan Gangguan Pendengaran. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Jones, C. (1996). Pengertian Program. [Online]. Tersedia di http://jones.blogspot.com/index.php?keyword=pengertian+dalam+sebuah+pr
ogram&action=article.search&organicform=1. [Diakses tanggal Juli 2014].
Kaiser, A. Peggy, P, Hester, and McDuffie, A. (2003). Supporting Communication In Young Children With developmental Disabilities. Departement of Special Education, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee Child Study Center, Old Dominion University, Norfolk, Virginia. [Online]. Tersedia di
http://samples.jbpub.com/9780763776480/76480_CH02_SEC.pdf_[15.
[Diakses tanggal Februari 2014].
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Depdikbud.
Lidyasari, Aprilia Tina. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta : PGSD FIP UNY.
(54)
Linda, Erviani. (2012). Komponen Perencanaan Pembelajaran. [Online]. Tersedia di
http://ervianilinda.blogspot.com/2012/11/komponen-komponen-perencanaan.html. [diakses tanggal Juli 2014].
Masitoh. 2005. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu. [Online]. Tersedia di
http://masitoh.blogs./2012/11/05/aspek-pemerolehan-bahasa-tunarungu/.
[Diakses tanggal Januari 2014].
Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan dalam rangka Peningkatan Produktivitas. Bandung. Mandar Maju.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nindiany, V. (2012). Pengertian Anak Usia Dini. [online]. Tersedia di
http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab%202%20-%2009111247009.pdf.
[diakses Juli 2014].
Nn (2000). Teaching Parents Skill. [Online]. Tersedia di
http://washington.edu/iisei/iyc/kaiser_16_1.pdf. [Diakses tanggal Januari
2014].
Nn. (2012). Komponen program. [Online]. Tersedia di
http://carapedia.com/index.php?keyword=komponen+dalam+sebuah+progra
m&action=article.search&organicform. [Diakses tanggal Juli 2014].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia
di.
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampak-ketunarunguan.html [diakses tanggal Desember 2013].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia
di
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampak-ketunarunguan.html [diakses tanggal Februari 2014].
Permanarian Somad dan Didi Tarsidi. (2011). Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia di
(55)
Permanarian, Somad dan Tati Hernawati. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta. Ditjen Dikti.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Rapi, Mujahidah. (2012). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Tidak Diterbitkan. Rahardja, Djaja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction To Special
Education). CRICED. University of Tsukuba.
Rochyadi, E. (2012). Persentasi Intervensi Dini Mata Kuliah Intervensi DiniTanggal 25 Mei 2013. Bandung. Tidak diterbitkan.
Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi bagi Anak Tunarungu. Bandung : San Grafika.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Kencana PrenadaMedia grup. Siagian, SP. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. Sutjihati, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Sudrajat, A. (2009). 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. [Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/. [Mei 2014].
Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi, Bandung (mixed Methods): Alfabeta.
Suhartono. (2005). Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu. [Online]. Tersedia di
http://blog.suhartono./2012/12/19/aspek-pemerolehan-bahasa-tunarungu/.
(1)
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Agusta. (2012). Definisi Anak Usia Dini. [online]. Tersedia di http://kompasiana.com.
[diakses Juli 2014].
Bambang Hartoyo. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Materi Tutor dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. BPPLSP Regional III. Jawa Tengah.
Bredekamp, S & Copple. (1996). Developmentally Aprropriate Practis in Early Childhood Programs. Washington. NAEYC.
Bourke, et. Al. (2002). Journal of early intervention. [Online]. Tersedia di
http://seage.com/ bourke_5_1.pdf. [Diakses tanggal Januari 2014].
Bronferbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human. Bioecological Perspectives on Human Development. [Online]. Tersedia:
http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. [Diakses tanggal Januari 2014].
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta. Yayasan Santi Rama.
Cresswell, J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajaran.
Dora, Uli H. (2013). Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Dengan Gangguan Komunikasi. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dubois, D. (1996). The Executive Guide to Competency- Based Performance Improvement. HRD Press Harvest.
Education.com. (2013). [Online]. Tersedia:
http://www.education.com/definition/early-intervention/&answers. [Diakses tanggal Januari 2014].
(2)
Fatinah, Munir. (2012). Perspektif Pendidikan Tunarungu. [Online]. Tersedia di
http://fatinahmunir.blogspot.com/2012/03/perspektif-pendidikan-tunarungu-bag-5.html. [diakses tanggal Juli 2014].
Fikriyati, Mirroh. (2013). Perkembangan Usia Emas Golden Age. Jogjakarta. Laras Media Prima.
Harvard family Research Project. (2006). Family Involvement In Early Childhood Education. Cambridge, MA. Harvard University.
Hilman, Maman. (2012). Pengertian Konsep Program. [Online]. Tersedia di
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/
194612161973041-MAMAN_HILMAN/PLS/Bab_2.pdf. [Diakses tanggal
Juli 2014].
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak : Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Jajang. (2011). Pengaruh Penggunaan Picture Exchange Communication System (Pecs) Terhadap Peningkatan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Dengan Gangguan Perkembangan Dan Gangguan Pendengaran. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Jones, C. (1996). Pengertian Program. [Online]. Tersedia di
http://jones.blogspot.com/index.php?keyword=pengertian+dalam+sebuah+pr ogram&action=article.search&organicform=1. [Diakses tanggal Juli 2014]. Kaiser, A. Peggy, P, Hester, and McDuffie, A. (2003). Supporting Communication In
Young Children With developmental Disabilities. Departement of Special Education, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee Child Study Center, Old Dominion University, Norfolk, Virginia. [Online]. Tersedia di
http://samples.jbpub.com/9780763776480/76480_CH02_SEC.pdf_[15.
[Diakses tanggal Februari 2014].
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Depdikbud.
Lidyasari, Aprilia Tina. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta : PGSD FIP UNY.
(3)
Linda, Erviani. (2012). Komponen Perencanaan Pembelajaran. [Online]. Tersedia di
http://ervianilinda.blogspot.com/2012/11/komponen-komponen-perencanaan.html. [diakses tanggal Juli 2014].
Masitoh. 2005. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu. [Online]. Tersedia di
http://masitoh.blogs./2012/11/05/aspek-pemerolehan-bahasa-tunarungu/. [Diakses tanggal Januari 2014].
Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan dalam rangka Peningkatan Produktivitas. Bandung. Mandar Maju.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nindiany, V. (2012). Pengertian Anak Usia Dini. [online]. Tersedia di
http://eprints.uny.ac.id/7778/3/bab%202%20-%2009111247009.pdf.
[diakses Juli 2014].
Nn (2000). Teaching Parents Skill. [Online]. Tersedia di
http://washington.edu/iisei/iyc/kaiser_16_1.pdf. [Diakses tanggal Januari 2014].
Nn. (2012). Komponen program. [Online]. Tersedia di
http://carapedia.com/index.php?keyword=komponen+dalam+sebuah+progra m&action=article.search&organicform. [Diakses tanggal Juli 2014].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia di.
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampak-ketunarunguan.html [diakses tanggal Desember 2013].
Permanarian Somad. (2009). Dampak Kehilangan Pendengaran. . [Online]. Tersedia
di
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampak-ketunarunguan.html [diakses tanggal Februari 2014].
Permanarian Somad dan Didi Tarsidi. (2011). Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Individu. [Online]. Tersedia di
http://permanarian16.blogspot.com/2008/03/dampak-ketunarunguan-terhadap.html. [diakses tanggal Desember 2013].
(4)
Permanarian, Somad dan Tati Hernawati. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta. Ditjen Dikti.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Rapi, Mujahidah. (2012). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Tidak Diterbitkan. Rahardja, Djaja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction To Special
Education). CRICED. University of Tsukuba.
Rochyadi, E. (2012). Persentasi Intervensi Dini Mata Kuliah Intervensi DiniTanggal 25 Mei 2013. Bandung. Tidak diterbitkan.
Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan Artikulasi bagi Anak Tunarungu. Bandung : San Grafika.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Kencana PrenadaMedia grup. Siagian, SP. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara. Sutjihati, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Sudrajat, A. (2009). 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. [Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/. [Mei 2014].
Sugiyono. (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi, Bandung (mixed Methods): Alfabeta.
Suhartono. (2005). Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu. [Online]. Tersedia di
(5)
Surnardi & Sunaryo.( 2007). Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Sunardi. (2012). Model Pendekatan Konseling Keluarga Untuk Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Prosiding pada Seminar Internasional Pasca Siswazah Pendidikan Khas UKM-UPI. Bangi. Fakulti Pendidikan UKM. 2012 hal 302-316.
Sunanto, Juang, dkk. (2006). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal.
CRICED. University of Tsukuba
Umar Djani. (tanpa tahun). Stimulasi Dan Intervensi Dini Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.Handout Pelatihan Intervensi Dini Bagi Guru Sekolah Luar Biasa. Bandung.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). [online]. Tersedia di
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. [diakses tanggal 16 Mei 2014].
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI
Van Tiel, J. (2011). Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Jakarta. Prenada Media Grup.
Wiguna, Dikdik. (2011). Intervensi Dini Untuk Anak Tunarungu. [Online]. Tersedia
di
http://materiplb.blogspot.com/2011/06/intervensi-dini-untuk-anak-tunarungu.html. [diakses tanggal 15 Februari 2014]. Wikipedia.com
Yayang. (2010). Perkembangan Bahasa pada anak. [Online]. Tersedia di
http://yayangy08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perkembangan-bahasa-pada-anak/ [diakses tanggal Desember 2013].
(6)
--- --- (2011). Pengaruh Didikan Orangtua Tuna Wicara Terhadap Pemerolehan Bahasa Pertama anak. [Online]. Tersedia di
http://catatannyasulung.wordpress.com/2011/06/05/pengaruh-didikan-orang-tua-tuna-wicara-terhadap-pemerolehan-bahasa-pertama-anak/ [diakses
Desember 2013].
---. (2012) . Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan bahasa
Pada Anak. [Online]. Tersedia:
http://childspeechclinic.wordpress.com/2012/01/27/penggolongan-tahapan-perkembangan-normal-bicara-dan-bahasa-pada-anak/. [diakses Desember