PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI.

(1)

PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN

ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh:

Nita Nitiya Intan Tanbrin 1103749

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN

ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI

NITA NITIYA INTAN TANBRIN 1103749

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Musjafak Assjari, M.Pd NIP. 19550516 198101 1 001

Pembimbing II

Dr. Nia Sutisna, M.Si NIP. 19570131 198603 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus


(3)

(4)

PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN

ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI

Oleh:

Nita Nitiya Intan Tanbrin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan di Departemen Pendidikan Khusus

© Nita Nitiya Intan Tanbrin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Pernyataan Keaslian Skripsi

Abstrak ... i

Kata pengantar ... ii

Ucapan Terima kasih ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Grafik ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Konsep Dasar Cerebral Palsy ... 9

2. Kemampuan Motorik Tangan ... 18

3. Peran Keluarga dalam Intervensi Dini ... 19

4. Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga ... 24

5. Prosedur Intervensi Dini ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 27


(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Variabel Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 35

C. Subjek dan Lokasi Penenlitian ... 37

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Pengolahan Data... 45

BAB IV Hasil Penenlitian dan Pembahasan ... 48

A. Hasil Penenlitian ... 48

B. Analisis Data ... 54

1. Analisis dalam Kondisi ... 54

2. Analisis Antar Kondisi... 75

C. Evaluasi Pelaksanaan Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga ... 86

D. Pembahasan ... 88

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Rekomendasi ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(7)

ABSTRAK

PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK

TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI (Nita Nitiya Intan Tanbrin 1103749)

SKRIPSI, Departemen Pendidikan Khusus (PKh), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Cerebral palsy adalah salah satu gangguan kerusakan otak yang menyebabkan anak memiliki gangguan pada daerah motorik. Adapun upaya untuk mengatasi masalah motorik tangan serta hambatan dalam memegang benda dan mengangkat benda yaitu melalui pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga. Karena keluarga merupakan tempat belajar pertama yang dilakukan oleh anak dalam keluarga akan terlihat setiap detail perkembangan anak yang ia lewati maka peran keluarga sangat penting dalam memberikan intervensi tumbuh kembang anak. Penelitian ini dilakukan pada subjek S.S.A yang merupakan anak cerebral palsy usia dini. Adapun penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A dan menggunakan satuan ukur persentase. Adapun hasil penelitian ini menjawab rumusan penelitian yang diajukan karena terjadi peningkatan terhadap subjek penelitian dalam mean level. Persentase mean level untuk kemampuan subjek S.S.A dalam memegang benda menggunakan tangan kanan mengalami peningkatan dari fase baseline 73,2% dan fase intervensi adalah 85,4%. Untuk kemampuan memegang benda dengan tangan kiri terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 69,6% dan fase intervensi yaitu 82%. Untuk kemampuan mengangkat benda menggunakan tangan kanan terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 68% dan fase intervensi yaitu 82,2%. Sedangkan untuk aspek mengangkat benda dengan tangan kiri terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 63,2% dan fase intervensi sebesar 75,2%. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intervensi dini bersumberdaya keluarga berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini.


(8)

ABSTRACT

EARLY INTERVENTION BASED FAMILY INFLUENCE TO INCREASE HANDS MOTORIC ABILITY OF CEREBRAL PALSY TODDLER

(Nita Nitiya Intan Tanbrin 1103749)

Essay, Department of Special Education (PKh), Faculty of Education (FIP), Indonesia University of Education (UPI.

Cerebral Palsy is a brain damage that causes a that child had a disorder in motor area. As for efforts to overcome the problems and obstacles in the motor like holding hand and pull up an object, that is through the implementation of early intervention based family. Because, family is first place to learning for child and there we can see a part of child development, so participation of family is important to give an intervention for child development.

This research do to subject S.S.A, she is a cerebral palsy toddler. As for this research use Single Subject research with design A-B-A and use percentage mesurement unit. As for this research answerformulation of the problem posed because increase for subject S.S.A happen in mean level.

Percentage of mean level for subject S.S.A for ability of holding hand an object use right hand have increase from baseline phase is 73,2% and intervention phase is 85,4%. For ability of holding hand an object use left hand have increase from baselin phase 69,6% and intervention phase 82%. For ability of pull up an object use right hand have increase from baseline phase is 68% and intervention phase is 82,2%. And for ability of pull up an object use left hand have increase from baseline phase is 63,2% and intervention phase is 75,2%. From these result, it can be concluded that early intervention based family is influential to increase ability of hand motoric for cerebral palsy toddler.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan tempat belajar pertama yang dilakukan oleh anak karena dalam keluarga akan terlihat setiap detail perkembangan anak yang ia lewati. Pendidikan pertama yang dimiliki oleh anak tentu saja berasal dari keluarga. Bagaimana ia dapat mengetahui lingkungan di sekitarnya tentu saja berhubungan dengan stimulasi yang diberikan oleh keluarganya saat anak masih dalam tahap perkembangan usia balita. Dalam Gunarsa & Yuli (2008, hlm. 17) bahwa:

Jhon Locke memperkenalkan teori “tabula rasa” mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak. Ketika dilahirkan seorang anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsang-rangsang yang berasal dari lingkungan. Orang tua menjadi tokoh penting yang mengatur rangsang-rangsang dalam mengisi “secarik kertas” yang bersih ini.

Orang tua dapat memberikan stimulasi kepada anak karena ia memiliki pengalaman saat ia menjadi anak-anak atau saat memiliki saudara baru. Namun lain halnya jika orang tua diberikan tanggung jawab anak berkebutuhan khusus, mereka akan kesulitan karena minimnya pengalaman dalam pengasuhan dan pendidikan awal bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak dengan hambatan motorik Cerebral Palsy karena ia tidak dipersiapkan untuk menjadi orang tua dari anak cerebral palsy. Tidak aneh jika orang tua merasa kesulitan dalam merawat dan mendidik anak cerebral palsy karena minimnya tempat untuk bertukar pengalaman dalam merawat anaknya. Kesulitan ini akan dirasakan seperti yang disebutkan Stoneman (dalam Smith, Romski, dkk. 2011, hlm. 135), “parents raising a child with disability face challenges that may not be shared by parents of typically children.” Sebagai orang tua tentu akan sulit berbagi untuk mendiskusikan permasalahan anaknya karena permasalahan anak berkebutuhan khusus memang tidak luas dikenal. Termasuk permasalahan pada anak cerebral palsy.


(10)

Peter Rosenbaum (2006, hlm 9) menjelaskan bahwa cerebral palsy adalah gangguan permanen atau menetap pada perkembangan gerak atau motorik dan sikap tubuh yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan yang bersifat mundur yang terjadi pada perkembangan janin atau otak bayi. Gangguan motorik pada anak cerebral palsy seringnya disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, dan perilaku, gangguan epilepsi, dan permasalahan muskuloskeletal sekunder. Permasalahan-permasalahan tersebut akan terlihat pada masa usia dini. Di masa ini pula terkadang orang tua mengalami dilematis dalam penerimaan anak cerebral palsy, karena hambatan yang dimiliki oleh anak sangat terlihat perbedaannya diantara anak tipikal. Sehingga permasalahan orang tua anak cerebral palsy tentu akan menjadi sangat kompleks. Permasalahan ini muncul dan dirasakan sangat berat biasanya ketika anak cerebral palsy ini masih berusia dini.

Usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa keemasan). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan stimulasi yang kuat kepada anak. Pada masa keemasan ini, kecepatan perkembangan otak sangat signifikan. Slamet Suyanto (2003, hlm. 6) menjelaskan bahwa Golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Masa ini peran orang tua sangat penting dalam memberikan stimulasi kepada anak sehingga anak dapat melewati setiap perkembangannya dengan baik. Terlebih anak cerebral palsy yang memang memiliki permasalahan dalam perkembangannya. Di masa perkembangan anak cerebral palsy, biasanya mereka memiliki perkembangan yang terlambat. Untuk mengejar keterlambatan ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan stimulasi kepada anak, sehingga keterlambatan dalam perkembangan yang anak hadapi tidak terlalu jauh dari perkembangan anak tipikal.

Salah satu keterlambatan perkembangan yang anak cerebral palsy hadapi adalah kemampuan motorik tangan. Kemampuan motorik tangan adalah kemampuan pertama yang dimiliki anak dalam perkembangan fisik di usia dini. Saat menginjak umur nol tahun, kemampuan motorik tangan ini harus distimulasi sejak dini. Karena kondisi anak cerebral palsy yang sangat beragam terutama


(11)

keadaan motorik halus dan kasar yang mengalami hambatan memungkinkan anak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living). Sedangkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari tersebut harus dilatih sedini mungkin sehingga kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tersebut dapat dilakukan oleh dirinya sendiri dan hal ini pun membutuhkan latihan yang optimal dan berkelanjutan.

Ketika keluarga mengetahui anaknya mengalami hambatan ataupun keterlambatan di dalam perkembangan maka orang tua akan berkonsultasi dengan dokter anak ataupun psikolog. Lalu sebisa mungkin mengupayakan untuk diberikan intervensi dini. Intervensi dini merupakan upaya pertolongan pada anak yang mengalami hambatan. Intervensi dini berupa pendidikan atau pelatihan yang ditujukan untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi kehidupan „yang sebenarnya‟. Ketika mengupayakan intervensi dini, biasanya orang tua memberikan terapi-terapi yang dianjurkan oleh dokter anak atau psikolog dan hal ini memberikan paradigma kepada orang tua bahwa ia telah menolong anaknya. Namun di sisi lain, orang tua merupakan pendidik utama saat anak berusia nol sampai enam tahun. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam usia ini karena waktu anak bersama orang tua lebih banyak daripada dengan para terapis. Kefektifan dalam mencapai perkembangan anak pun akan berbeda apabila intervensi dini ini dilakukan secara terus menerus, dengan kata lain bahwa orang tua seharusnya ikut terlibat dalam intervensi dini. Bagaskorowati (2010, hlm. 87) menyatakan bahwa “pada dasarnya intervensi bertujuan menstimulasi perubahan sebuah sistem yang mencakup anak, orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah yang menghendaki hasil-hasil positif secara bersama-sama”.

Intervensi dini untuk anak cerebral palsy hendaknya menempatkan orang tua menjadi fokus utamanya. Sejalan dengan pernyataan dalam Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA) tahun 1997 yang mengamanatkan “orang tua adalah fokus dalam meningkatkan perkembangan komunikasi, kognitif, sosial, emosional, dan motorik anak”.

Orang tua merupakan orang pertama yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya. Pendidikan pertama yang dilalui anak pun berasal dari orang tua. Oleh sebab itu, orang tua sangat perlu memiliki


(12)

kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan agar mereka dapat memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada anaknya dan mengoptimalkan waktu yang dimiliki antara anak dengan orang tua untuk mengejar keterlambatan dalam perkembangan motorik anak. Untuk mendapatkan keterampilan tersebut, kita sebagai guru pendidikan khusus sudah seharusnya memberikan pendampingan dan bimbingan dalam melakukan proses mendidik dan merawat anaknya di dalam lingkungan keluarga.

Pada observasi awal yang dilakukan di rumah subjek penelitian yaitu di daerah Dago, Bandung, diketahui bahwa kondisi motorik tangan pada subjek yang berinisial S.S.A yang saat ini berusia 4 tahun mengalami cerebral palsy tipe Spastic dan mengalami gangguan pada perkembangan motorik tangan. Kemampuan S.S.A dalam perkembangan motorik tangan dalam memegang benda hanya pada memegang benda tersebut dengan mengenggam oleh tangannya. Sehingga untuk melakukan kegiatan motorik tangan biasanya S.S.A masih memerlukan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba melatih kemampuan motorik tangan SSA dengan program yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan S.S.A serta melibatkan langsung perang orang tua khususnya ibu anak untuk melakukan intervensi motorik tangan pada S.S.A yang sebelumnya telah diberikan pelatihan untuk bekal kemampuan orang tua dalam melatih kemampuan motorik tangan S.S.A.

Melihat usia S.S.A yang masih pada masa anak usia dini dan masih memiliki banyak waktu dengan orang tuanya maka intervensi dini bersumber daya keluarga ini dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik tangan S.S.A dengan melatih orang tua untuk melakukan intervensi motorik tangan pada anak berupa intervensi dini yang melibatkan gerakan tangan, lengan, pergelangan tangan, hingga jari-jari. Setelah orang tua memiliki kemampuan untuk melatih motorik tangan anak, orang tua pun dilatih untuk memiliki kemampuan intervensi kemampuan memegang benda untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam hal makan dan minum. Dengan adanya intervensi dini bersumber daya orang tua ini diharapkan orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan intervensi kepada anaknya secara optimal dan kontinu.


(13)

Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pelatihan intervensi dini bersumber daya keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerbral palsy usia dini.

Jika anak cerebral palsy spastic tidak dilatih kemampuan motorik tangannya sejak usia dini, maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari yang memerlukan kemampuan motorik tangan seperti kegiatan makan dan minum.

Pada penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi dalam hal intervensi dini, serta menjadi inovasi baru yang bisa diterapkan kepada anak saat anak masih usia dini yang memang memiliki banyak waktu bersama keluarga agar kemampuan motorik tangan dapat terus dilatih.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan intervensi dini bersumber daya keluarga untuk anak cerebral palsy dengan keterlambatan perkembangan motorik tangan sebagai berikut:

1. Kurang tepatnya metode yang digunakan dalam memberikan intervensi dini kepada anak cerebral palsy sehingga perkembangannya lambat.

2. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam intervensi dini anak cerebral palsy yang optimal.

3. Kurang intensifnya intervensi dini yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya di usia dini.

4. Kurangnya media yang dapat digunakan untuk mengintervensi dini anak cerebral palsy.

5. Kurang percaya dirinya orang tua dalam mengintervensi anaknya di usia dini. 6. Belum ada suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan orang tua untuk

intervensi dini anak cerebral palsy dengan keterlambatan perkembangan motorik tangan.

7. Kurangnya bimbingan dari para ahli yang diberikan kepada orang tua untuk mengintervensi dini anaknya.


(14)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi cerebral palsy. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini dititikberatkan pada pengaruh intervensi dini bersumber daya keluarga terhadap peningkatan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini. Hal yang akan diteliti yaitu bagaimana intervensi dini bersumber daya keluarga ini dapat meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini. Kemampuan motorik tangan yang akan diteliti yaitu terfokus pada kemampuan motorik tangan untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Activity Daily Living) yaitu makan dan minum. Aspek-aspek yang akan diteliti terfokus kepada kemampuan motorik tangan yang menunjang kegiatan makan dan minum tersebut seperti memegang benda dan mengangkat benda.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah intervensi dini bersumber daya keluarga dapat meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan hasil penelitian ini diharapkan menjadi metode yang digunakan dalam memberikan intervensi kepada anak cerebral palsy usia dini, untuk mengejar keterlambatan perkembangan kemampuan motorik tangan. Tujuan dan manfaat penelitian ini dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu:

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai peningkatan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini melalui intervensi dini bersumber daya keluarga.


(15)

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah untuk: 1) Memperoleh gambaran kemampuan motorik tangan anak cerebral

palsy sebelum diberikan intervensi dini bersumber daya keluarga. 2) Memperoleh gambaran kemampuan motorik tangan anak cerebral

palsy setelah diberikan intervensi dini bersumber daya keluarga. 3) Memperoleh pengaruh intervensi dini bersumber daya keluarga

dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yaitu mengembangkan disiplin ilmu pendidikan khusus mengenai intervensi dini bersumber daya keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak Cerebral Palsy usia dini serta mendorong peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

Selain itu dari hasil penelitian ini diharapakan juga dapat memberikan manfaat secara praktis yaitu menambah wawasan dan terjadinya perubahan sikap dan perilaku orang tua dalam memberikan intervensi kepada anak. Khususnya intervensi dini bersumber daya keluarga terhadap anak Cerebral Palsy di rumah sehingga kemampuan motorik tangan anak dapat berkembang secara optimal. Secara empiris di lapangan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru atau para ahli dalam pendidikan khusus untuk menerapkan intervensi dini bersumber daya keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini di lingkungan keluarga.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang menjadi pokok bahasan:

Bab I Membahas tentang latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari

penelitian ini adalah keterlambatan perkembangan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini yang harusnya diberikan intervensi dini. Karena pada saat usia dini


(16)

anak masih berada di lingkungan keluarga, maka peran orang tua dalam memberikan intervensi sangat penting, sehingga orang tua sangat perlu memiliki keterampilan untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada anaknya. Kita pun selaku guru pendidikan khusus perlu mengupayakan untuk pemenuhan kebutuhan orang tua dalam pengetahuan memberikan intervensi kepada anaknya supaya dalam peningkatan kemampuan motorik ini dapat berjalan secara optimal. Maka hal-hal tersebut mendorong penulis untuk pelaksanaan penelitian dan pengkajian terhadap intervensi dini bersumber daya keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini. berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pada baba I ini akan menungkap tentang identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab II Membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang

berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai teori tentang anak cerebral palsy, perkembangan motorik tangan anak, juga mengenai intervensi dan orang tua. Adapun fungsi dari kajian teoritis yaitu sebagai landasan dalam analisis temuan di lapangan. Selain itu, pada bab II ini membahas pula mengenai penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka berpikir.

Bab III Membahas tentang metode penelitian. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode eksperimen dan pendekatan Single Subject Research (SSR) dengan desain A1-B-A2 . untuk memperoleh data

penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes perbuatan, wawancara mendalam, dan observasi. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai variabel penelitian, instrumen penelitian, subyek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian.

Bab IV Membahas hal-hal yang penting dalam penelitian. Adapun hal pokok

yang disajikan diantaranya hasil pengujian validitas, hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan penelitian serta pembahasan yang terkait dengan intervensi dini bersumber daya keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini.

Bab V Membahas penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil penelitian


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian. (dalam Sunanto, J., dkk, 2005:12). Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 63), secara teoritis variabel dapat

didefinisikan sebagai “atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek yang lain”. Dalam penelitian

eksperimen ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat,. Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent, yaitu variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011, hlm. 64), variabel bebas biasanya disebut sebagai intervensi.

Anak cerebral palsy memiliki kondisi motorik tangan yang mengalami hambatan sehingga memungkinkan anak merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum. Oleh karena itu, anak membutuhkan program yang berpusat pada anak. Namun dalam pelaksanaan program tersebut peran orang tua lah yang sangat dibutuhkan karena waktu anak bersama orang tua lebih banyak. Sehingga intervensi yang akan dilakukan kepada anak dalam upaya peningkatan kemampuan motorik tangan ini yaitu intervensi dini bersumber daya keluarga.

Penelitian ini menggunakan intervensi dini bersumber daya keluarga. Intervensi dini merupakan suatu usaha yang dilakukan se-awal mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup anak yang beresiko memiliki kebutuhan khusus antara nol sampai lima tahun. Pada proses intervensi dini ini akan melibatkan orang tua. Hal ini sejalan dengan pendapat Sunardi (2012) bahwa pelaksanaan intervensi dini pada anak berkebutuhan khusus haruslah menempatkan orang tua sebagai fokus utamanya, dan intervensi dini harus pula dipandang sebagai proses


(18)

untuk membantu melayani keluarga dalam mengatasi masalah-masalah anak. Intervensi ini mengacu pada Teori Ekologi yang dikembangkan Bronfenbrenner, fokus utamanya adala pada konteks sosial dimana anak hidup atau tinggal dan orang-orang yang akan mempengaruhi perkembangan anak. Teori ekologi adalah pandangan sosiokultur Bronfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial yang berkembang baik hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas (Santrock, 1995, hlm. 50)

Adapun prinsip dari ekologi perkembangan anak dari Bronfenbrenner

(Bronfenbrenner’s ecological model of child development, 2004) yaitu:

1. Anak merupakan pusat dari model.

2. Model ini mengakui bahwa anak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setting (lingkungan) dimana dia menghabiskan waktunya.

3. setting/lingkungan yang paling penting bagi anak usia awal adalah keluarganya, karena disanalah ia mengahbiskan paling banyak waktunya dan keluarga memberikan pengaruh emosional paling banyak kepada anak. Lingkungan lain terpenting seperti keluarga besar, layanan kesehatan, pendidikan anak usia dini, rumah sakit, dan lingkungan lain, seperti taman bermain dan perpustakaan.

4. Perkembangan anak ditentukan dengan pengalaman yang ia dapatkan dari lingkungan dimana paling banyak ia mengahbiskan waktu. Apakah seseorang menunjukkan perilaku yang pantas? Apakah seseorang berbicara dan membaca dengannya? Apakah seseorang menyediakan materi untuk bermain? Pengalaman ini disebut proses proksimal/ mendekati proksimal. Anak memiliki orang-orang yang dekat dengannya dan benda-benda di dalam setting keluarga, ini merupakan elemen utama dalam perkembangan manusia

5. Jumlah dan kualitas hubungan antara setting di mana anak menghabiskan banyak waktunya (keluarga atau kelompok bermain) juga memiliki implikasi yang penting bagi perkembangannya. Misalnya, apakah guru dan orang tua sering berkomunikasi satu dengan yang lainnya ? apakah mereka memiliki harapan yang sama ?

6. Lingkungan lainnya dimana anak tidak menghabiskan waktunya akan juga dapat mempengaruhi kekuatan proses proksimal yang mempengaruhi perkembangan. Termasuk faktor langsung misalnya tempat orang tua bekerja dan tidak langsung seperti undang-undang negara.

Implementasi teori ekologi brofenbrenner ini akan dilaksanakan pada pencapaian Family Quality of Life dalam upaya peningkatan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini.


(19)

Berdasarkan pemaparan diatas maka, variabel bebas di dalam penelitian ini adalah Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga. Dimana saat anak diberikan intervensi maka peran orang tua yang lebih diutamakan. Pada penelitian ini yang memberikan intervensi kepada anak adalah orang tua sebagai keluarga terdekat anak dan lingkungan yang menghabiskan banyak waktu dengan anak. Sebelum orang tua melakukan intervensi kepada anaknya, sebelumnya orang tua diberikan pelatihan keterampilan dalam memberikan intervensi kepada anaknya. Sehingga pada penelitian ini, orang tua menjadi mediator untuk memberikan intervensi kepada anaknya.

Pada penelitian ini terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan intervensi dini bersumberdaya keluarga yang terdiri dari:

Tahap I : Identifikasi

Tujuan dari tahap pertama ini adalah untuk mendapatkan gambaran awal tentang kondisi objektif anak dan keluarga. Pengumpulan pada tahap ini dapat menggunakan observasi dan wawancara yang dilakukan di rumah. Pada penelitian ini tahapan identifikasi dilakukan pada saat studi pendahuluan.

Tahap II: Asesmen

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang kondisi anak dan keluarga untuk mengetahui kebutuhan anak dan keluarga sehingga mendapatkan program intervensi dini yang efektif. Pada penelitian ini asesmen dilakukan pada saat studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

Tahap III : Penyusunan Program

Tujuan dari tahapan ini adalah menyusun program intervensi yang efektif untuk anak dan keluarga berdasarkan berbagai data perkembangan motorik anak yang sudah didapatkan dari tahap I dan Tahap II. Program yang disusun difokuskan pada perkembangan motorik tangan anak. Pada penelitian ini program yang dibuat berdasarkan kemmapuan anak dan rencana pelaksanaan program yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua.


(20)

Tahap IV : Intervensi

Tujuan dari tahap ini adalah untuk memberikan pelatihan melalui contoh kepada orang tua tentang cara atau teknik intervensi atau pembelajaran yang dapat orang tua lakukan terhadap anak.

Tahap V : Pengalihan-tanganan

Tujuan dari tahapan ini adalah mendampingi orang tua yang melakukan intervensi langsung terhadap anak dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan proses intervensi, baik kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama intervensi.

Tahap VI : Intervensi

Pada tahap ini, orang tua melakukan intervensi sendiri terhadap anaknya yang mengalami hambatan tanpa campur tangan peneliti secara penuh. Hanya terkadang jika dirasa perlu untuk membantu.

Tahapan-tahapan intervensi dini bersumberdaya keluarga diatas menghasilkan langkah-langkah intervensi yang merupakan pedoman orang tua untuk memberikan intervensi kepada anaknya. Langkah-langkah tersebut terdiri dari.

Langkah-langkah Pelaksanaan Intervensi

1. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan intervensi, seperti piring, sendok, garpu, mangkuk, dan gelas.

2. Melakukan pemanasan untuk anak sebelum melakukan intervensi, yaitu a. Melakukan gerakan fleksi pada bagian lengan, pergelangan tangan, dan

jari

b. Melakukan gerakan ekstensi pada bagian lengan, pergelangan tangan, dan jari

c. Melakukan gerakan inversi pada bagian lengan, pergelangan tangan, dan jari

d. Melakukan gerakan eversi pada bagian lengan, pergelangan tangan, dan jari


(21)

e. Melakukan gerakan sirkumduksi pada bagian lengan, pergelangan tangan, dan jari

f. Melakukan gerakan pertemuan antar jari 3. Melakukan latihan memegang benda, yaitu

a. Memegang piring menggunakan tangan kanan b. Memegang sendok menggunakan tangan kanan c. Memegang garpu menggunakan tangan kanan d. Memegang mangkuk menggunakan tangan kanan e. Memegang gelas menggunakan tangan kanan f. Memegang piring menggunakan tangan kiri g. Memegang sendok menggunakan tangan kiri h. Memegang garpu menggunakan tangan kiri i. Memegang mangkuk menggunakan tangan kiri j. Memegang gelas menggunakan tangan kiri 4. Melakukan latihan mengangkat benda, yaitu

a. Mengangkat piring menggunakan tangan kanan b. Mengangkat sendok menggunakan tangan kanan c. Mengangkat garpu menggunakan tangan kanan d. Mengangkat mangkuk menggunakan tangan kanan e. Mengangkat gelas menggunakan tangan kanan f. Mengangkat piring menggunakan tangan kiri g. Mengangkat sendok menggunakan tangan kiri h. Mengangkat garpu menggunakan tangan kiri i. Mengangkat mangkuk menggunakan tangan kiri j. Mengangkat gelas menggunakan tangan kiri

5. Memberikan reward dan reinforcement saat anak melaksanakan intervensi dengan baik

Untuk mengetahui sebagaimana kemampuan orang tua dalam memberikan intervensi kepada anaknya, pada saat pelatihan dilaksanakan dilakukan pula penilaian kepada orang tua tentang bagaimana menjalankan langkah-langkah intervensi yang telah dibuat sehingga tidak ada keraguan pada orang tua untuk tidak mampu memberikan intervensi. Penilaian ini dilakukan dua kali yaitu pada


(22)

saat penilaian awal pelatihan dan setelah pelatihan selesai pada tahap pengalih-tanganan dan intervensi.

Hasil dari pelatihan yang diberikan kepada orang tua terhadap kemampuan orang tua memberikan intervensi kepada anaknya sebagai berikut: skor sebelum orang tua diberikan pelatihan adalah sebesar 59,5% dan skor orang tua setelah diberikan latihan intervensi adalah sebesar 100%. Lembar penilaian terlampir.

2. Variabel Terikat (Target Behavior)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011, hlm. 64), variabel terikat biasanya disebut dengan target behavior, maka target behavior pada penelitian ini adalah kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini. kemampuan motorik yang akan diukur yaitu kemampuan motorik yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Target behavior ini adalah kemampuan motorik tangan menggenggam benda. Menggenggam benda ini merupakan salah satu pre-equisit dari kegiatan motorik tangan yang akan dilakukan di kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, dan menulis, oleh karena itu, kemampuan memegang benda yang akan diteliti adalah memegang dan mengangkat benda-benda alat makan yaitu sendok, garpu, piring, mangkok, dan gelas.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian, hal ini berguna untuk memperoleh gambaran tentang suatu pemecahan masalah yang sedang diteliti agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Sugiyono (2011, hlm 2), metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil hubungan kausal (sebab-akibat) antar variabel dari suatu perlakuan atau intervensi dalam penerpan


(23)

Tar

ge

t

Be

h

avi

o

r

intervensi dini bersumber daya keluarga untuk meningkatkan kemampuan motorik anak cerebral palsy usia dini. Eksperimen adalah kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu dan diamati secermat mungkin sehingga dapat diketahui hubungan sebab-akibatnya. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan teretentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. (Sugiyono, 2011, hlm. 72)

Pendekatan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Single Subject Research (SSR). Penelitian ini merupakan metode untuk subyek tunggal terhadap suatu perilaku tertentu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan A1-B-A2 yaitu penelitian dilakukan dengan

cara mengumpulkan data subyek sebelum mendapatkan intervensi atau disebut Baseline (A1), saat mendapatkan intervensi (B), dan sampai akhirnya evaluasi

untuk Baseline 2 (A2). Adapun tampilannya adalah sebagai berikut:

Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

Sesi

Grafik 3.1 Desain A-B-A

Baseline 1 (A1) adalah kemampuan awal motorik tangan anak sebelum

diberikan perlakuan apapun. Subyek diberikan tes perbuatan untuk mengetahui kemampuan awal motorik tangan anak. Intervensi (B) merupakan kondisi subyek saat diberikan perlakuan berupa intervensi dini bersumber daya keluarga. Baseline 2 (A2) yaitu pengamatan tanpa intervensi untuk mengetahui pengaruh dari


(24)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 anak berusia dini dengan hambatan cerebral palsy spastic.

Nama : S.S.A

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : 19 Desember 2010/ 4 Tahun

Alamat : Coblong - Kota Bandung

S.S.A merupakan anak cerebral palsy spastic usia dini. S.S.A mengalami kekakuan pada anggota gerak bawah dan anggota gerak atas yang ditandai dengan tangan kiri yang kaku dan tangan kanan yang masih bagus untuk dilatih bahkan jari-jarinya masih bisa di stimulasi untuk memegang benda dan mengangkat benda.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah anak yang beralat di Jln. IR. H. Juanda No. 318 B RT/RW 04/07 Desa. Kel. Dago Kecamatan Coblong Kode Pos (40135)

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya dalam melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran, maka untuk megukur suatu penelitian akan dibutuhkan suatu alat

ukur yang baik dan biasa disebut dengan instrumen penelitian. “Instrumen

penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2011, hlm. 148). Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak dapat digunakan pada penelitian lain, sehingga karena adanya perbedaan dalam subyek penelitian menyebabkan peneliti harus merancang sendiri instrumen yang digunakan. Penggunaan instrumen ini bertujuan untuk mengukur kemampuan motorik tangan dengan menggunakan intervensi dini bersumber daya keluarga yaitu orang tua dalam penelitian ini.


(25)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Arikunto

Suharsimi menjelaskan bahwa “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat bantu yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok” (Arikunto, 2004, hlm. 136). Tujuan penggunaan tes ini untuk mengukur kemampuan siswa dalam kemampuan motorik tangan yang telah dicapai subjek setelah subjek diberikan intervensi melalui penggunaan intervensi dini bersumberdaya keluarga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan hasil asesmen yang dilakukan pada subjek oleh peneliti dengan mengacu pada teori perkembangan anak.

Tahapan dari penyusunan instrumen penelitian ini, yaitu: 1. Membuat Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi disesuaikan dengan perkembangan motorik tangan anak usia dini dan disesuaikan dengan kemampuan subjek penelitian.

2. Membuat Lembar Penilaian Tes Perbuatan

Terdiri dari beberapa point untuk menilai pelaksanaan intervensi dini bersumber daya keluarga.

3. Membuat Kriteria Penilaian

Untuk kemampuan motorik tangan, subjek diberikan penilaian dengan rentang nilai 0-5 dengan kriteria tertentu. Penilaian terhadap kemampuan motorik tangan dan memegang benda diberikan nilai 0-5. Dalam mengetahui kemampuan motorik tangan subjek, baik sebelum intervensi, saat intervensi, dengan menggunakan intervensi dini bersumber daya keluarga berupa program yang dijalankan oleh orang tua terlebih dahulu supaya terlihat perubahan kemampuan motorik tangan subjek setelah diterapkan intervensi dini bersumber daya keluarga. Subjek yang terlibat adalah subjek penelitian, peneliti, dan orang tua sebagai mediator dalam pelaksanaan intervensi tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di rumah subjek penelitian yaitu selama 2 jam dalam 1 hari dengan pembagian waktu 1,5 jam untuk melakukan intervensi


(26)

dini bersumber daya keluarga dan 30 menit untuk melihat kemampuan motorik tangan anak. Proses pelatihan ini dilakukan dilingkungan rumah. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes perbuatan pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan baseline 2 (A2).

A1 (Baseline 1) adalah kondisi kemampuan dasar dimana pengukuran

target behavior dilakukan pada keadaan alami sebelum diberikan treatment apapun, kemampuan dasar tersebut adalah kemampuan motorik tangan anak. Anak diminta melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan motorik tangan yaitu memegang benda-benda untuk kegiatan makan.

B (Intervensi) adalah kondisi subjek selam diberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah melakukan intervensi dini bersumber daya keluarga. A2 (Baseline 2) adalah pengamatan tanpa intervensi dilakukan kembali, hal

ini dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan intervensi dan menjadi bahan evaluasi sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek.

5. Hasil Pengujian Persyaratan Instrumen Menentukan Validitas Instrumen Penelitian

Validitas merupakan ketetapan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data. Validitas instrumen menggunakan validitas isi berupa expert judgement. Penilaian dilakukan oleh 3 dosen pendidikan khusus, 2 diantaranya dosen spesialisasi Tunadaksa. Berikut adalah penilaian ahli yang menilai kelayakan instrumen yang dibuat oleh peneliti:

No Nama Jabatan

1 I.H Dosen Pendidikan Khusus

2 M.T Dosen Pendidikan Khusus Spesialisasi Tunadaksa 3 Y.S Dosen Pendidikan Khusus Spesialisasi Tunadaksa

Tabel 3.1

Daftar para ahli untuk expert judgement Instrumen

Data yang diperoleh melalui expert judgement akan dihitung dengan rumus:


(27)

Butir Soal Daftar Penceklis Jumlah Keterangan

IH MT YS

1 C C C

Valid

2 C C C

Valid

3 C C C

Valid

4 C C C

Valid

5 C C C

Valid

6 C C C

Valid

7 C C C

Valid

8 C C C

Valid

9 C C C

Valid

10 C C C

Valid

11 C C C

Valid

12 C C C

Valid

13 C C C

Valid

14 C C C

Valid

15 C C C

Valid

16 C C C

Valid

17 C C C

Valid

18 C C C

Valid

19 C C C

Valid

20 C C C


(28)

21 C C C

Valid

22 C C C

Valid

23 C C C

Valid

24 C C C

Valid

25 C C C

Valid

26 C C C

Valid

27 C C C

Valid

28 C C C

Valid

29 C C C

Valid

30 C C C

Valid

31 C C C

Valid

32 C C C

Valid

33 C C C

Valid

34 C C C

Valid

35 C C C

Valid

36 C C C

Valid

37 C C C

Valid

38 C C C

Valid

39 C C C

Valid

40 C C C

Valid

41 C C C

Valid

42 C C C

Valid

43 C C C


(29)

44 C C C

Valid

45 C C C

Valid

46 C C C

Valid

47 C C C

Valid

48 C C C

Valid

49 C C C

Valid

50 C C C

Valid

51 C C C

Valid

52 C C C

Valid

53 C C C

Valid

54 C C C

Valid

55 C C C

Valid

56 C C C

Valid

57 C C C

Valid

58 C C C

Valid

59 C C C

Valid

60 C C C

Valid

61 C C C

Valid

62 C C C

Valid

63 C C C

Valid

64 C C C

Valid

65 C C C

Valid

66 C C C


(30)

67 C C C

Valid

68 C C C

Valid

69 C C C

Valid

70 C C C

Valid

71 C C C

Valid

72 C C C

Valid

73 C C C

Valid

74 C C C

Valid

75 C C C

Valid

76 C C C

Valid

77 C C C

Valid

78 C C C

Valid

79 C C C

Valid

80 C C C

Valid

Tabel 3.2

Hasil validitas instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan aspek yang dinilai pada penelitian ini mengahsilkan persentase 100% hal ini menandakan bahwa instrumen dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian terlampir.

6. Prosedur Penelitian a. Persiapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan anak cerebral palsy usia dini langkah-langkahnya sebagai berikut:


(31)

2) Melakukan observasi di beberapa sekolah dan klinik tumbuh kembang anak.

3) Menetapkan subjek penelitian. Setelah menetapkan subjek penelitian, peneliti melakukan identifikasi dan asesmen untuk mengetahui kebutuhan anak dan keluarga serta mengetahui kemampuan motorik tangan anak.

4) Mengurus surat perizinan

Langkah-langkah pengurusan surat izin yaitu sebagai berikut:

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan Pendidikan Khusus untuk pengangkatan dosen pembimbing.

2) Permohonan surat keputusan dekan Fakultas Ilmu Pendidikan mengenai pengangkatan dosen pembimbing

3) Meneruskan surat perizinan untuk penelitian melalui BAAK

4) Karena penelitian ini dilakukan di rumah dan anak belum sekolah, oleh karena itu perizinan hanya hingga tingkat universitas saja.

5) Menyusun dan melakukan uji coba instrumen penelitian untuk menguji kevalidan instrumen penelitian tersebut.

b. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada waktu yang telah disediakan oleh keluarga subjek penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Meminta izin kepada orang tua untuk melaksanakan penelitian 2) Melakukan pendekatan kembali kepada anak dan keluarga

3) Mengadakan komunikasi dengan orang tua mengenai jadwal penelitian

4) Melakukan tes awal pada baseline 1 (A1) sebanyak 5 sesi

5) Melakukan pelatihan kepada orang tua untuk mengintervensi anaknya berdasarkan program dan rencana pelaksanaan program yang telah dibuat sebagai pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga. 6) Melakukan intervensi (B) menggunakan rencana pelaksanaan program

yang telah dikuasai oleh orang tua yaitu intervensi dini bersumber daya keluarga. Pada tahap ini, orang tua yang memberikan intervensi pada anaknya


(32)

7) Melakukan tes akhir pada baseline 2 (A2) anak setelah diberikan

intervensi dengan intervensi dini bersumberdaya keluarga. 8) Mengolah dan menganalisis data penelitian

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan presentase. Setelah semua data, masing-masing data baselin-1, intervensi, dan baseline-2 terkumpul. Setelah semua data terkumpul lalu dianalisis ke dalam grafik A-B-A design, untuk mengetahui sejauh mana tingkat kestabilan perkembangan kemampuan subjek dihitung dengan menggunakan statistik deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara jelas tingkat perkembangan kemampuan subjek dalam kemampuan motorik tangan yang diperoleh dari hasil catatan selama penelitian dalam waktu yang telah ditentukan.

Analisis data dimulai dengan mengolah data di lapangan yang terdapat dalam format pencatatan data pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan

baseline 2 (A2), kemudian penyajian datanya diperoleh dengan menggunakan

grafik. Penyajian data dengan menggunakan analisis visual grafik ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan motorik tangan bagi anak cerebral palsy usia dini. Desain SSR ini menggunakan tipe grafik garis sederhana (Type Simple Line Graph). Menurut Sunanto (2006, hlm. 30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik tersebut, antara lain:

1. Absis : sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan waktu (misalnya sesi, hari, tanggal).

2. Ordinat : sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi, dan durasi).

3. Titik Awal : pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala : garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran. (misalnya 0% , 25%, 50 %, dan 75%).

5. Label kondisi : keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi : yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis terputus-putus.

7. Judul Grafik : judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan anatara variabel bebas dan terikat.


(33)

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut:

1. Panjang Kondisi

Panjang kondisi atau banyaknya data dalam setiap kondisi ini tidak ada ketentuan banyaknya, tetapi data dalam tahap baseline ditentukan sampai dengan data yang didapat menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.

2. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi banyaknya data yang berada di bawah dan di atas garis tersebut sama banyak. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah split middle atau belah tengah, karena membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

3. Tingkat Stabilitas

Tingkat stabilitas menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Hal ini ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dikatakan stabil.

4. Tingakat Perubahan

Tingkat perubahan ini merupakan selisih data dalam suatu kondisi antara data pertama dengan data terakhir.

5. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lain dalam suatu kondisi. Jejak data ini ada tiga kemungkinan, yakni menaik, menurun, dan mendatar.

6. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir (Sunanto, 2006, hlm. 12).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yang telah diperoleh tersebut adalah sebagai berikut:


(34)

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi perlakuan atau intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2.

d. Membuat tabel penellitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline 1, kondidi perlakuan atau intervensi, dan kondisi baseline 2.

e. Membenadingkan hasil skor pada kondisi baseline 1, kondisi perlakuan atau intervensi, dan pada kondisi baseline 2.

f. Membuat grafik dalam hal menganalisis datanya, sehingga dapat dilihat secara rinci perbedaan dan perubahan yang terjadi dari ketiga fase tersebut.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan motorik tangan pada subjek S.S.A setelah dilaksanakan intervensi dini bersumberdaya keluarga pada aspek memegang benda dengan tangan kanan dan kiri serta mengangkat benda dengan tangan kanan dan kiri.

Penelitian Single Subject Research (SSR) ini menjawab rumusan penelitian yang diajukan karena terjadi peningkatan terhadap subjek penelitian dalam mean level. Adapun hasil dari penelitian ini adalah persentase mean level untuk kemampuan subjek S.S.A dalam memegang benda menggunakan tangan kanan mengalami peningkatan dari fase baseline 73,2% dan fase intervensi adalah 85,4%. Untuk kemampuan memegang benda dengan tangan kiri terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 69,6% dan fase intervensi yaitu 82%. Untuk kemampuan mengangkat benda menggunakan tangan kanan terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 68% dan fase intervensi yaitu 82,2%. Sedangkan untuk aspek mengangkat benda dengan tangan kiri terjadi peningkatan dari fase baseline yaitu 63,2% dan fase intervensi sebesar 75,2%.

Pada dasarnya untuk melakukan kegiatan motorik tangan ini dibutuhkan kekuatan otot dan kemampuan motorik halus anak seperti menggenggam dan memegang, setelah latihan yang diberikan kepada anak dapat dilakukan oleh orang tua hal ini semakin mempermudah orang tua untuk memberikan latihan tanpa kebingungan bagaimana mengurus anaknya karena adanya rencana pelaksanaan program yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dan keluarga. Hal ini pun sangat memotivasi orang tua dan anak untuk terus berusaha bersama-sama mengejar ketertinggalan dalam aspek perkembangan motorik tangan anak.

Hal signifikan terlihat yakni anak sudah mampu mengambil alat-alat makannya sendiri dengan mandiri, dan orang tua hanya mengawasi saat anak melakukan kegiatan. Selain itu, ketika melaksanakan kegiatan intervensi dini bersumber daya keluarga ini


(36)

dijalani dengan adanya diskusi antara peneliti sebagai guru pendidikan khusus dan orang tua mengenai bagaimana keadaan anaknya dan bagaimana memberikan intervensi kepada anaknya. Pelatihan yang diberikan kepada orang tua untuk melakukan intervensi kepada anaknya selama 3 minggu dan fokus kepada pemberian intervensi motorik tangan anak. Dari tahapan penanganan langsung yang diberikan guru pendidikan khusus kepada anak, lalu pengalih-tanganan kepada orang tua, dan orang tua melakukan secara mandiri, setelah itu barulah fase intervensi dijalani kepada anak untuk melihat kemampuan orang tua saat memiliki kemampuan memberikan intervensi anak pada peningkatan kemampuan motorik tangan anak.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan pula bahwa orang tua memiliki kemampuan untuk memberikan intervensi kepada anaknya melalui bimbingan yang dilakukan tenaga pendidikan khusus akan memberikan dampak positif pada peningkatan kemampuan motorik tangan anak cerebral palsy usia dini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada berbagai pihak yang dipandang perlu menindaklanjuti hasil penelitian melalui pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga ini. Adapun rekomendasi dari peneliti, yaitu:

1. Rekomendasi bagi orang tua

Pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dan dapat dicoba dengan menggunakan benda benda lain untuk memberikan latihan kepada anaknya. Selain itu orang tua pun dapat melakukan konsultasi dengan para ahli jika mengalami kesulitan.

2. Rekomendasi bagi tenaga guru pendidikan khusus

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi tenaga guru pendidikan khusus untuk melaksanakan intervensi dini bersumberdaya keluarga dalam memberikan intervensi pada anak cerebral palsy usia dini. Serta memberikan layanan kepada orang tua baik dalam bentuk pengetahuan dan diskusi mengenai permasalahan anak sehingga permasalahan-permasalahan yang ada pada anak dapat diselesaikan secara bersama, karena


(37)

orang tua terkadang sulit mendapatkan informasi tentang apa yang dialami oleh anaknya dan minimnya pengalaman orang tua karena mereka tidak disiapkan untuk menjadi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

3. Rekomendasi bagi lembaga terkait

Saat anak usia dini biasanya anak masih berada pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun Klinik tumbuh kembang anak saat orang tua tau anaknya memiliki masalah. Lembaga terkait dalam penanganan permasalahan dapat dilakukan komunikasi antara lembaga tersebut dengan orang tua dan guru pendidikan khusus, sehingga perkembangan anak akan semakin terlihat optimal dan dapat membantu satu sama lain dalam mengejar ketertinggalan perkembangan anak. Alat komunikasi ini bisa berupa buku penghubung yang memudahkan untuk menceritakan dan menjelaskan bagaimana keadaan anak pada setiap intervensi atau bimbingan yang diberikan orang tua, guru pendamping khusus, dan lembaga lain yang terkait.

4. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian mengenai intervensi dini bersumberdaya keluarga dengan 2 subjek penelitan atau 2 keluarga, dengan perbandingan antara keluarga yang melaksanakan intervensi dini bersumberdaya keluarga dengan keluarga yang tidak melaksanakan intervensi dini bersumberdaya keluarga, sehingga hal ini dapat semakin memperkuat dan mengembangkan penelitian mengenai intervensi dini bersumberdaya keluarga di Indonesia.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Barrett, TM, dkk. (2008). Infant’s Visual Anticipation of Object Structure in Grasp Planning. Journal: Infant Behavior and Development 31. Department of Psychology and Neuroscience, Duke University.USA.

Berk, L. E. (2003). Child Development Sixth Edition. USA: Pearson Education. Brofenbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human: Bioecological

Perspective on Human Development. [Online]. Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. Diakses pada 20 Oktober 2014

Brown, I., Brown, R. I., Baum, N. T., Isaacs, B. J., Myerscough, T., Neikrug, S., Roth, D., Shearer, J., & Wang, M. (2006). Family Quality of Life Survey: Main caregivers of people with intellectual or developmental disabilities. Toronto, ON, Canada: Surrey Place Centre.

Clifton, et.al. (1993). Is Visually Guided Reaching in Early Infancy a Myth. Journal: Child Development Vol. 64. Department of Psychology, University of Massachusetts. Boston.

Education.com. (tanpa tahun). Early Intervention. [online]. Tersedia di :

http://www.education.com/definitin/early-intervention/&answer. Diakses pada : 20 Agustus 2014.

Effendi, M. (2008). Pengantar Psikopaedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Geralis, E. (1998). Children with Cerebral Palsy: A Parent’s Guide. United State of America: Woodbine House, Inc.


(39)

Gunarsa, S.D & Yulia. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional Learners: Introduction to special education (9th edn). Boston, MA: Allyn & Bacon.

Hartono, J.C. (2013). Studi Kasus tentang Family Quality of Life pada Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Sindrom di Lembaga Pendidikan X Bandung. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Igak, W. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA). (1997). [online].

Tersedia di: http://www.ed.gov/policy.speced/guid/idea/idea2004.html . Diakses pada 20 Agustus 2014

Kaeiser, A. & Hancock. (2003). Teaching Parents New Skill to Support Their Young Children’s Development. Infant and Young Children. Vol.16. Page 9-21. [online]. Tersedia di:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/milestonesg uide.pdf. Diakses pada Agustus 2014.

Kasdu, D. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Lidyasari, A.T. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta: PGSD FIP UNY.

Megaswarie, R. N. (2014). Program Intervensi Dini Bersumber Daya Keluarga pada Anak dengan Keterlambatan Perkembangan Motorik. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Miller, F. (2007). Physical Therapy of Cerebral Palsy. Wilmington: Springer Science+Business Media, Inc.

Nasution, s. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Rezky, B. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Rosenbaum, P. (2006). A Report: the definition and classification of cerebral palsy. Washington: UCP Research and Educational Foundation.


(40)

Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Santrock, J. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negri Yogyakarta.

Smith, A.;Romski, M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R. (2011). Parentd stress and Its Relation to Parent Perception of Communication Following Parent Coached Language Intervention. Journal of Early Intervention. Vol. 33. [online]. Tersedia di: http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: IKAPI

Sunanto, J., dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang: Criced University of Tsukuba

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Ulfah, M.A dan Abdullah Ghalib. (2010). Parenting With Love. Bandung: Mizan Pustaka.

United Cerebral Palsy. (2013). Cerebral Palsy Fact Sheet. [online]. Tersedia di : http://ucp.org/wp-content/uploads/2013/02/cp-fact-sheet.pdf. Diakses pada 11 November 2014

Widati, S. (2003). Layanan Dasar Bimbingan Untuk Pengembangan Kemandirian Anak Cerebral Palsy Spastik Dalam Bergerak dan Mengurus Diri. JASSI_anakku Vol. 2 No. 1. Halaman 34-37. Bandung: PLB UPI.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Barrett, TM, dkk. (2008). Infant’s Visual Anticipation of Object Structure in Grasp Planning. Journal: Infant Behavior and Development 31. Department of Psychology and Neuroscience, Duke University.USA.

Berk, L. E. (2003). Child Development Sixth Edition. USA: Pearson Education. Brofenbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human: Bioecological

Perspective on Human Development. [Online]. Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. Diakses pada 20 Oktober 2014

Brown, I., Brown, R. I., Baum, N. T., Isaacs, B. J., Myerscough, T., Neikrug, S., Roth, D., Shearer, J., & Wang, M. (2006). Family Quality of Life Survey: Main caregivers of people with intellectual or developmental disabilities. Toronto, ON, Canada: Surrey Place Centre.

Clifton, et.al. (1993). Is Visually Guided Reaching in Early Infancy a Myth. Journal: Child Development Vol. 64. Department of Psychology, University of Massachusetts. Boston.

Education.com. (tanpa tahun). Early Intervention. [online]. Tersedia di :

http://www.education.com/definitin/early-intervention/&answer. Diakses pada : 20 Agustus 2014.

Effendi, M. (2008). Pengantar Psikopaedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Geralis, E. (1998). Children with Cerebral Palsy: A Parent’s Guide. United State of America: Woodbine House, Inc.


(42)

Gunarsa, S.D & Yulia. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional Learners: Introduction to special education (9th edn). Boston, MA: Allyn & Bacon.

Hartono, J.C. (2013). Studi Kasus tentang Family Quality of Life pada Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Sindrom di Lembaga Pendidikan X Bandung. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Igak, W. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA). (1997). [online].

Tersedia di: http://www.ed.gov/policy.speced/guid/idea/idea2004.html . Diakses pada 20 Agustus 2014

Kaeiser, A. & Hancock. (2003). Teaching Parents New Skill to Support Their Young Children’s Development. Infant and Young Children. Vol.16. Page 9-21. [online]. Tersedia di:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/milestonesg uide.pdf. Diakses pada Agustus 2014.

Kasdu, D. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Lidyasari, A.T. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta: PGSD FIP UNY.

Megaswarie, R. N. (2014). Program Intervensi Dini Bersumber Daya Keluarga pada Anak dengan Keterlambatan Perkembangan Motorik. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Miller, F. (2007). Physical Therapy of Cerebral Palsy. Wilmington: Springer Science+Business Media, Inc.

Nasution, s. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Rezky, B. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Rosenbaum, P. (2006). A Report: the definition and classification of cerebral palsy. Washington: UCP Research and Educational Foundation.


(43)

Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Santrock, J. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negri Yogyakarta.

Smith, A.;Romski, M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R. (2011). Parentd stress and Its Relation to Parent Perception of Communication Following Parent Coached Language Intervention. Journal of Early Intervention. Vol. 33. [online]. Tersedia di: http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: IKAPI

Sunanto, J., dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang: Criced University of Tsukuba

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Ulfah, M.A dan Abdullah Ghalib. (2010). Parenting With Love. Bandung: Mizan Pustaka.

United Cerebral Palsy. (2013). Cerebral Palsy Fact Sheet. [online]. Tersedia di : http://ucp.org/wp-content/uploads/2013/02/cp-fact-sheet.pdf. Diakses pada 11 November 2014

Widati, S. (2003). Layanan Dasar Bimbingan Untuk Pengembangan Kemandirian Anak Cerebral Palsy Spastik Dalam Bergerak dan Mengurus Diri. JASSI_anakku Vol. 2 No. 1. Halaman 34-37. Bandung: PLB UPI.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Barrett, TM, dkk. (2008). Infant’s Visual Anticipation of Object Structure in

Grasp Planning. Journal: Infant Behavior and Development 31. Department

of Psychology and Neuroscience, Duke University.USA.

Berk, L. E. (2003). Child Development Sixth Edition. USA: Pearson Education. Brofenbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human: Bioecological

Perspective on Human Development. [Online]. Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. Diakses pada 20 Oktober 2014

Brown, I., Brown, R. I., Baum, N. T., Isaacs, B. J., Myerscough, T., Neikrug, S., Roth, D., Shearer, J., & Wang, M. (2006). Family Quality of Life

Survey: Main caregivers of people with intellectual or developmental disabilities. Toronto, ON, Canada: Surrey Place Centre.

Clifton, et.al. (1993). Is Visually Guided Reaching in Early Infancy a Myth. Journal: Child Development Vol. 64. Department of Psychology, University of Massachusetts. Boston.

Education.com. (tanpa tahun). Early Intervention. [online]. Tersedia di :

http://www.education.com/definitin/early-intervention/&answer. Diakses pada : 20 Agustus 2014.

Effendi, M. (2008). Pengantar Psikopaedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Geralis, E. (1998). Children with Cerebral Palsy: A Parent’s Guide. United State of America: Woodbine House, Inc.


(2)

Gunarsa, S.D & Yulia. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional Learners: Introduction to

special education (9th edn). Boston, MA: Allyn & Bacon.

Hartono, J.C. (2013). Studi Kasus tentang Family Quality of Life pada

Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Sindrom di Lembaga Pendidikan X Bandung. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Igak, W. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA). (1997). [online].

Tersedia di: http://www.ed.gov/policy.speced/guid/idea/idea2004.html . Diakses pada 20 Agustus 2014

Kaeiser, A. & Hancock. (2003). Teaching Parents New Skill to Support Their

Young Children’s Development. Infant and Young Children. Vol.16. Page 9-21. [online]. Tersedia di:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/milestonesg uide.pdf. Diakses pada Agustus 2014.

Kasdu, D. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Lidyasari, A.T. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana

Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta: PGSD

FIP UNY.

Megaswarie, R. N. (2014). Program Intervensi Dini Bersumber Daya Keluarga

pada Anak dengan Keterlambatan Perkembangan Motorik. Tesis. SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Miller, F. (2007). Physical Therapy of Cerebral Palsy. Wilmington: Springer Science+Business Media, Inc.

Nasution, s. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Rezky, B. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Rosenbaum, P. (2006). A Report: the definition and classification of cerebral


(3)

98

Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Santrock, J. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negri Yogyakarta.

Smith, A.;Romski, M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R. (2011). Parentd stress

and Its Relation to Parent Perception of Communication Following Parent Coached Language Intervention. Journal of Early Intervention. Vol. 33.

[online]. Tersedia di: http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: IKAPI

Sunanto, J., dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang: Criced University of Tsukuba

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Ulfah, M.A dan Abdullah Ghalib. (2010). Parenting With Love. Bandung: Mizan Pustaka.

United Cerebral Palsy. (2013). Cerebral Palsy Fact Sheet. [online]. Tersedia di : http://ucp.org/wp-content/uploads/2013/02/cp-fact-sheet.pdf. Diakses pada 11 November 2014

Widati, S. (2003). Layanan Dasar Bimbingan Untuk Pengembangan Kemandirian

Anak Cerebral Palsy Spastik Dalam Bergerak dan Mengurus Diri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Barrett, TM, dkk. (2008). Infant’s Visual Anticipation of Object Structure in

Grasp Planning. Journal: Infant Behavior and Development 31. Department

of Psychology and Neuroscience, Duke University.USA.

Berk, L. E. (2003). Child Development Sixth Edition. USA: Pearson Education. Brofenbrenner, U. (2004). Making Human Beings Human: Bioecological

Perspective on Human Development. [Online]. Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood. Diakses pada 20 Oktober 2014

Brown, I., Brown, R. I., Baum, N. T., Isaacs, B. J., Myerscough, T., Neikrug, S., Roth, D., Shearer, J., & Wang, M. (2006). Family Quality of Life

Survey: Main caregivers of people with intellectual or developmental disabilities. Toronto, ON, Canada: Surrey Place Centre.

Clifton, et.al. (1993). Is Visually Guided Reaching in Early Infancy a Myth. Journal: Child Development Vol. 64. Department of Psychology, University of Massachusetts. Boston.

Education.com. (tanpa tahun). Early Intervention. [online]. Tersedia di :

http://www.education.com/definitin/early-intervention/&answer. Diakses pada : 20 Agustus 2014.

Effendi, M. (2008). Pengantar Psikopaedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Geralis, E. (1998). Children with Cerebral Palsy: A Parent’s Guide. United State of America: Woodbine House, Inc.


(5)

97

Gunarsa, S.D & Yulia. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional Learners: Introduction to

special education (9th edn). Boston, MA: Allyn & Bacon.

Hartono, J.C. (2013). Studi Kasus tentang Family Quality of Life pada

Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Sindrom di Lembaga Pendidikan X Bandung. Tesis. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1 (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Igak, W. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA). (1997). [online].

Tersedia di: http://www.ed.gov/policy.speced/guid/idea/idea2004.html . Diakses pada 20 Agustus 2014

Kaeiser, A. & Hancock. (2003). Teaching Parents New Skill to Support Their

Young Children’s Development. Infant and Young Children. Vol.16. Page 9-21. [online]. Tersedia di:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/milestonesg uide.pdf. Diakses pada Agustus 2014.

Kasdu, D. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Lidyasari, A.T. (Tanpa Tahun). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana

Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Yogyakarta: PGSD

FIP UNY.

Megaswarie, R. N. (2014). Program Intervensi Dini Bersumber Daya Keluarga

pada Anak dengan Keterlambatan Perkembangan Motorik. Tesis. SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Miller, F. (2007). Physical Therapy of Cerebral Palsy. Wilmington: Springer Science+Business Media, Inc.

Nasution, s. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Rezky, B. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Rosenbaum, P. (2006). A Report: the definition and classification of cerebral


(6)

Santrock, I. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Santrock, J. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negri Yogyakarta.

Smith, A.;Romski, M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R. (2011). Parentd stress

and Its Relation to Parent Perception of Communication Following Parent Coached Language Intervention. Journal of Early Intervention. Vol. 33.

[online]. Tersedia di: http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: IKAPI

Sunanto, J., dkk. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Jepang: Criced University of Tsukuba

Sunardi & Sunaryo. (2007). Intervensi Dini bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Ulfah, M.A dan Abdullah Ghalib. (2010). Parenting With Love. Bandung: Mizan Pustaka.

United Cerebral Palsy. (2013). Cerebral Palsy Fact Sheet. [online]. Tersedia di : http://ucp.org/wp-content/uploads/2013/02/cp-fact-sheet.pdf. Diakses pada 11 November 2014

Widati, S. (2003). Layanan Dasar Bimbingan Untuk Pengembangan Kemandirian

Anak Cerebral Palsy Spastik Dalam Bergerak dan Mengurus Diri.