Korean Wave Menggoyah Nasionalisme Studi

Korean Wave Menggoyah Nasionalisme :
Studi Tentang Media sebagai Penyebar Produk Budaya dan Pemicu Perilaku
Konsumtif Remaja
Afriyuli Safitri1
Universitas Al Azhar Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang budaya konsumtif pada penggemar K-Pop yang
dilakukan terhadap penggemar boyband Korea Big Bang. Penelitian ini lebih lanjut
membahas fenomena K-Pop pada media yang berperan aktif dalam pembentukan perilaku
konsumtif. Hal ini dikarenakan akses informasi yang begitu cepat dan tidak memiliki batasan
waktu dan jarak, membuat penggemar dengan mudahnya memperoleh informasi terkini
mengenai idola mereka. Selain itu media juga mempermudah penggemar untuk melengkapi
koleksi merchandise terkait idola. Hasilnya, saat ini budaya Korea tidak lagi kenal karena
musik atau dramanya saja. Berbagai restoran Korea, make up Korea, fashion merek Korea,
hingga pusat perbelanjaan Korea sudah berdiri kokoh dipusat Jakarta.
Penelitian ini menggunakan sudut pandang cultural studies dengan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Paradigma yang digunakan dalam adalah kontruktivis. Informan dalam
penelitian merupakan, penggemar dari boyband Korea Big Bang baik laki – laki maupun
perempuan, yang tidak dibatasi usianya, informan yang dipilih memiliki lebih dari 5
merchandise.
Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana budaya Korea khususnya penggemar Big

Bang menjadi pemicu perilaku konsumtif, serta memaparkan bentuk – bentuk dari perilaku
konsumtif itu sendiri. Penelitian ini juga menjelaskan perilaku penggemar yang tidak hanya
menjadi konsumen pasif, tetapi juga aktif membuat karya yang dapat dinikmati oleh khalayak
seperti menulis cerita fiksi, menggambar karakter sang idola hingga bergabung dengan grup
cover dance. Penggemar menunjukkan kecintaan mereka dengan loyalitas yang tinggi
terhadap idola. Hal tersebut ditunjukkan dengan selalu ludesnya tiket – tiket konser dengan
harga yang tidak murah. Penggemar juga gemar mengoleksi CD official untuk mendapatkan
pengakuan dari sesama penggemar. Akhirnya penelitian ini memperlihatkan bahwa para
remaja tersebut lebih mengetahui dan cocok dengan budaya Korea daripada budayanya
sendiri.
Keyword : korean wave, nasionalisme, k-pop, perilaku konsumtif

Budaya pop sekarang tidak identik dengan budaya barat, tetapi belahan Asia mulai
menunjukkan kemampuan kreatif budaya dengan menjadi pengekspor budaya pop. Selain
Jepang, Korea pun mulai menunjukkan taring sebagai negara produsen budaya pop melalui
tayangan hiburan dan menjadi saingan berat bagi Amerika dan Eropa. Hal ini sejalan dengan
kemajuan industri hiburan Korea dan kestabilan ekonomi mereka. Budaya Korea yang
menyebar secara global di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia disebut “Hallyu”
atau "Korean Wave". Fenomena ini diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap produk
1


Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, peminatan Broadcasting, Universitas Al Azhar Indonesia

Afriyuli Safitri (Universitas Al Azhar Indonesia). 2015

Korea. Seperti yang sedang melanda generasi muda Indonesia. Musik Korea, adalah yang
paling banyak diadaptasi di Indonesia. Kecintaan mereka pada musik Korea semakin terlihat
dari banyaknya boy band dan girl band bermunculan. Bagi penggemar K-Pop di Indonesia,
mereka berkeinginan untuk mengunjungi negeri gingseng tersebut. Seperti yang dikatakan
duta besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Taiyoung menyebutkan bahwa penggemar
musik K-Pop merupakan alasan besarnya wisatawan asing mengunjungi Korsel. Cho
menjelaskan, dalam satu tahun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Korea berjumlah
rata-rata 14 juta orang, dengan 208 ribu wisatawan asal Indonesia. Berdasarkan data, banyak
wisatawan asal Indonesia yang berkunjung pada bulan September. Sehingga menurutnya
perubahan musim di Korsel merupakan daya tarik bagi wisatawan asal Indonesia.
Bagi penggemar K-Pop yang tidak mempunyai cukup uang atau waktu untuk
mengunjungi Korea Selatan, mereka akan membelanjakan uangnya untuk membeli segala
atribut yang berlabel Korea yang tentunya menarik minat mereka, mulai dari produk-produk
elektronik (LG, Samsung), alat make-up (Tony Moly, Etude House, Innisfree), fashion,
restoran makanan khas Korea (Han Gang, Samwon, Chung Gi Wa, Daebak Fan Cafe,

Kyochon, Bonchon Chicken), dan tidak lupa berbagai festival budaya Korea menjadi incaran
mereka. Tidak hanya itu, mereka juga akan mengoleksi berbagai hal terkait idola, seperti
beberapa waktu lalu, grup SHINee merilis Photobook, berisi tips dan informasi mengenai
kota Barcelona dan perjalanan pribadi personil SHINee. Lengkap dengan gambar, jurnal, dan
pengalaman, photobook ini seharga $44.99 atau sekitar 520.000 Rupiah. Pada umumnya,
iklan-iklan biasa terdiri dari CD dan mungkin sebuah poster. Tapi di K-Pop, lebih dari itu,
barang-barang tersebut ada pada passport holders, trading cards, buku harian, dan tali
ponsel, ada sejumlah barang-barang yang dapat diubah sesuai dengan wajah idola favorit. 2
Penyebaran budaya Korea tidak terlepas dari peran media. Di Indonesia, Korean
Wave diawali oleh serial drama. Karena menariknya backsound yang digunakan dalam
drama, khalayak mulai menaruh perhatian pada musik-musik Korea. Musik dari Korea ini
dikenal dengan nama K-Pop yang mengusung genre musik dance pop, yaitu musik pop barat
dikombinasikan dengan kemampuan menari dan wajah yang menawan. Lirik lagu pun di-mix
antara bahasa Korea dan bahasa Inggris di part tertentu. Hal ini membuat grup-grup musik KPop benar-benar digemari di pasaran Indonesia. Grup musik Korea yang digandrungi anak2

Seoulbeats. 2012. K-Pop Merchandising: Exploiting the Consumer. http://seoulbeats.com/2012/01/K-Popmerchandising-exploiting-the-consumer/
Seoulbeats. Diakses pada 22 September 2015, pukul 13:55 WIB

Afriyuli Safitri (Universitas Al Azhar Indonesia). 2015


anak muda Indonesia antara lain Super Junior, SNSD, Shinee. 3 Karenanya penelitian ini ingin
melihar bagaimana media sebagai alat penyebar budaya dan bagaimana perilaku konsumtif
yang ada di kalangan penggemar.

3

Aulia Dwi Nastiti. 2010.”Korean Wave di Indonesia: Antara budaya pop, internet, dan fanatisme pada remaja
(Studi Kasus terhadap Situs Asian Fans Club di Indonesia dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya). Depok:
Program Studi Komunikasi Media Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia. Hlm 3-4

Afriyuli Safitri (Universitas Al Azhar Indonesia). 2015