PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2008)

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2008)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

PUTRI PERWITA SARI NIM. F0307071

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Terroci

Karya kecil ini akan menjadi awal bagi lahirnya karya-karya lain di masa depan.

2. Bapak dan Ibu tercinta

Suatu anugerah Tuhan yang paling indah memiliki Bapak dan Ibu paling hebat di dunia seperti kalian. Terima kasih untuk

semua kasih sayang, didikan, dan doa yang Bapak dan Ibu berikan.

3. Saudara dan teman-teman terkasih

Kalian yang membuat hidup saya

Lebih berwarna dan bersemangat.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v MOTTO

“DREAM, BELIEVE, AND MAKE IT HAPPEN”

(Agnes Monica)

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,

maka terlaksanalah segala rencanamu”

(Amsal 16 : 3)

“Dengarlah nasihat dan didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan”

(Mazmur 19 : 20)

“Jadilah berkat untuk orang lain”


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Corporate Governance terhadap Earnings Management (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Moh. Agung Prabowo, Ph.D., Ak., selaku pembimbing yang dengan arif dan bijaksana telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Pak Timin atas bantuan dan kemudahan yang diberikan.

7. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu menyayangi, mendidik, memberi semangat, keceriaan, dan doa yang tulus. I love you Mom!! I love u Dad!! 8. My beloved brother yang selalu berbaik hati dengan adek kecilnya ini. 9. Budhe, Pakdhe, Om, dan Tante yang selalu mendukung dan mendoakan. 10. Mas Adi, Mas Iwan, Mas David, Mba Nunung, dan saudara sepupu lainnya,

terima kasih telah menjadi kakak-kakak yang baik untuk saya.

11. Sahabat-sahabat SMA ku, Inova, Ayu, Dinda, Aria, dan Isebel yang akan selalu menjadi sahabat-sahabat terbaikku.

12. Teman-teman seperjuangan, Eva, Cui, Nia, Dyah, Irma, Tia, Endah, Adu, Tina, Ayus, Dewi, dan para agen 007 lainnya di kelas A dan B Akuntansi UNS 2007 yang selalu kompak dalam melewati suka duka dunia perkuliahan. 13. My partner in crime, Dwi dan Mba Ika, akhirnya kita berhasil menyelesaikan

skripsi kita!! Hore!!!!

14. Ninuk dan Dinavita, terima kasih persahabatan dan semangat yang kalian berikan. I miss you!

15. Teman-teman HMJA UNS khususnya periode 2008 dan 2009. 16. Teman-teman PMK Fakultas Ekonomi UNS, Keep On Fire!!

17. Teman-teman Pemuda GKJ Immanuel Surakarta yang telah mendoakan dan menguatkan.


(8)

commit to user

viii

18. My terroQ41 yang selalu setia menemani dan ga pernah ngambek meski sering diajak begadang demi menyelesaikan skripsi ini.

19. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Maret 2011


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7


(10)

commit to user

x

2. Corporate Governance ... 9

3. Dewan Komisaris ... 11

4. Struktur Kepemilikan ... 13

5. Earnings Management ... 15

B. Pengembangan Hipotesis ... 17

1. Ukuran Dewan Komisaris dan Earnings Management ... 17

2. Background Pendidikan Komisaris dan Earnings Management ... 18

3. Proporsi Komisaris Independen dan Earnings Management .. 19

4. Struktur Kepemilikan Saham dan Earnings Management ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Desain Penelitian ... 22

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data ... 22

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Pengukuran Variabel ... 24

1. Variabel Independen ... 24

2. Variabel Dependen ... 25

3. Variabel Kontrol ... 26

E. Metode Analisis Data ... 26

1. Uji Asumsi Klasik... 26

2. Statistik Deskriptif dan Univariat ... 28

3. Multivariat ... 29


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

A. Hasil Pengumpulan Data ... 31

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 31

C. Deskriptif dan Univariat ... 32

D. Multivariat ... 35

1. Pengaruh Corporate Governance terhadap Earnings Management ... 35

2. Interaksi Corporate Governance terhadap Earnings Management ... 39

3. Analisis Sensitivitas ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Keterbatasan ... 46

C. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Sampel Penelitian ... 31

Tabel IV.2 Definisi Variabel ... 32

Tabel IV.3 Statistik Deskriptif ... 33

Tabel IV.4 Korelasi ... 34

Tabel IV.5 Regresi Linear... 36

Tabel IV.6 Regresi dengan Adanya Efek Interaksi Variabel ... 40

Tabel IV.7 Regresi Nonlinear ... 42

Tabel IV.8 Regresi dengan Adanya Efek Interaksi Variabel yang Dikuadratkan ... 43


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Penelitian Sebelumnya

Lampiran II Daftar Nama Perusahaan Sampel Lampiran III Data Corporate Governance Lampiran IV Data Discretionary Accrual Lampiran V Statistik Deskriptif

Lampiran VI Korelasi

Lampiran VII Hasil Uji Asumsi Klasik Lampiran VIII Hasil Regresi Linear


(14)

commit to user

xiv ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada tahun 2008)

Putri Perwita Sari NIM. F0307071

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap keinformativan laba di Indonesia. Secara spesifik, penelitian ini menguji pengaruh struktur dewan komisaris (ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen) dan struktur kepemilikan saham terhadap earnings management.

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan dan annual report perusahaan serta ICMD (Indonesian Capital Market Directory) tahun 2009. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 52 perusahaan. Untuk menguji hipotesis digunakan model regresi Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance yaitu ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen, dan struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management.

Kata kunci : Corporate Governance, Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Earnings Management


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv ABSTRACT

THE IMPACT OF CORPORATE GOVERNANCE ON EARNINGS MANAGEMENT

(Empirical Study on Manufacture Companies that Listed in BEI for period 2008)

Putri Perwita Sari NIM. F0307071

The objective of this research is to investigate the impact of corporate governance mechanisms on the informativeness of earnings in Indonesia. Specifically, this research examines the effect of board of commissioner structure (size of the board, background of the commissioners, proportion of independent commissioners) and ownership structure on earnings management.

This research focuses on manufacture campanies that listed in Bursa Efek

Indonesia for period 2008. The research data were collected from financial

statements and annual reports which published by companies and also ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2009. Purposive sampling method was used to determine research sample and 52 sample were collected. Hypothesis was tested by Ordinary Least Square (OLS) regression model using SPSS 16.0 software.

The results of this research show that corporate governance mechanisms such as size of the board, background of the commissioners, proportion of independent commissioners and ownership structure had insignificant effect on earnings management.

Keywords : Corporate Governance, Board of Commissioner, Ownership Structure, Earnings Management


(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada perusahaan publik terdapat pemisahan wewenang antara pemilik perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent). Adanya pemisahan wewenang tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan diantara keduanya karena pemilik dan pengelola mempunyai kecenderungan untuk memaksimalkan keuntungannya masing-masing (Jensen dan Meckling, 1976).

Manajer selaku pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak informasi perusahaan dibandingkan pemilik. Adanya asimetri informasi tersebut memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis dengan melakukan earnings management (Richardson, 1998). Praktek earnings management mengakibatkan laba dalam laporan keuangan tidak menggambarkan laba perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Penerapan corporate governance dalam perusahaan mampu meminimalkan praktek earnings management sehingga meningkatkan keinformativan laporan keuangan perusahaan (Klein, 2002; Cornett et al., 2006; dan Niu, 2006). Mekanisme corporate governance dapat berupa mekanisme internal maupun eksternal. Mekanisme internal meliputi dewan komisaris, komite audit, dan struktur kepemilikan perusahaan, sedangkan mekanisme eksternal


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

berupa perangkat kebijakan yang melindungi pemegang saham dan struktur pasar modal (Liu, 2007).

Di Indonesia, corporate governance menjadi isu penting setelah krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1998. Menurut Djalil (2000), krisis ekonomi dan lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibanding negara Asia lain, salah satunya disebabkan karena tidak adanya corporate governance di dalam pengelolaan perusahaan. Kajian yang dilakukan oleh Booz-Allen & Hamilton (1998) dan McKinsey & Co (1999) menunjukkan bahwa indeks corporate governance di Indonesia adalah paling rendah di Asia (Kaihatu, 2006).

Penelitian mengenai corporate governance dan manajemen laba telah banyak dilakukan di Indonesia maupun di luar Indonesia. Beasley (1996) dengan meneliti perusahaan di Amerika Serikat membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara proporsi komisaris independen dan kecurangan dalam laporan keuangan. Beasley juga menemukan adanya hubungan yang positif antara ukuran dewan komisaris dan kecurangan dalam laporan keuangan. Penelitian Jeanjean (2000) dengan menggunakan sampel perusahaan di Perancis melaporkan bahwa adanya blockholders berperan signifikan mengurangi manajemen laba.

Di Indonesia, Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional dan jumlah komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Veronica dan Utama (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif signifikan


(18)

commit to user

terhadap manajemen laba. Selain itu, proporsi komisaris independen yang tinggi tidak terbukti dapat membatasi manajemen laba.

Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya inkonsistensi hasil penelitian (lihat Lampiran I). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh corporate governance terhadap keinformativan laba akuntansi di Indonesia. Secara spesifik, penelitian ini menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, background pendidikan anggota komisaris, proporsi komisaris independen, dan struktur kepemilikan saham terhadap earnings management yang diproksikan dengan discretionary accrual.

B. Rumusan Masalah

Penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara-negara maju khususnya Amerika Serikat mengindikasikan bahwa corporate governance secara signifikan dapat mengurangi terjadinya earnings management. Namun, hasil tersebut mungkin berbeda bila penelitian dilakukan di Indonesia karena setiap negara mempunyai peraturan dan lingkungan ekonomi yang berbeda-beda, yang dapat mempengaruhi praktek corporate governance di negara tersebut.

Sistem corporate governance di Amerika Serikat termasuk salah satu yang terbaik di dunia (Shleifer dan Vishny, 1997). Hal ini ditunjukkan dengan adanya tingkat proteksi investor yang tinggi di negara tersebut (U-Thai, 2004 dan La Porta et al., 1999). Struktur kepemilikan perusahaan di Amerika Serikat juga relatif menyebar (La Porta et al., 1999). Sebaliknya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat proteksi investor yang rendah (U-Thai, 2004). Karakteristik


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kepemilikan perusahaan di Indonesia adalah terkonsentrasi dan dikendalikan oleh keluarga (La Porta et al., 1999; Fan dan Wong, 2000). Adanya perbedaan kondisi di Indonesia dengan di Amerika Serikat tersebut memungkinkan adanya perbedaan pentingnya corporate governance di kedua negara. Oleh karena itu, pengaruh struktur dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan terhadap earnings management di Indonesia masih menjadi suatu pertanyaan empiris.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap earnings management pada

perusahaan manufaktur di Indonesia.

2. Pengaruh background pendidikan anggota dewan komisaris terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

3. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

4. Pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur di Indonesia.


(20)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:

1. Pengembangan literature mengenai pengaruh corporate governance terhadap earnings management di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Pengembangan penelitian sebelumnya dengan menggunakan variabel yang

lebih lengkap, antara lain ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen, dan struktur kepemilikan saham perusahaan. Struktur kepemilikan saham dalam penelitian ini diproksikan melalui konsentrasi kepemilikan, sedangkan penelitian-penelitian terdahulu di Indonesia banyak menggunakan kepemilikan institusional maupun manajerial sebagai proksi dari struktur kepemilikan perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Bab ini menjelaskan landasan teori dan konsep teoritis yang terkait dengan topik penelitian dan dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam mengembangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan data, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, serta metode analisis data.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini memaparkan mengenai hasil analisis pengujian hipotesis dan pembahasannya.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan hasil analisis data, keterbatasan dalam penelitian, dan saran bagi peneliti selanjutnya.


(22)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Agency Theory

Agency theory didasarkan pada konsep pemisahan fungsi antara manajemen sebagai agent dan pemegang saham atau pemilik perusahaan sebagai principal. Tujuan pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan. Dalam hal ini, principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk bertindak atas nama principal, sedangkan manajer merupakan agent yang bertindak untuk kepentingan pemegang saham yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976).

Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan agensi antara pemilik dan manajemen dapat menimbulkan masalah keagenan. Masalah keagenan timbul karena pemilik (principal) dan manajer (agent) mempunyai kecenderungan untuk memaksimalkan keuntungan dan kepentingannya masing-masing. Principal menginginkan profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agent berusaha memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonominya melalui kompensasi yang diterimanya (Trihapsari, 2006).

Adanya hubungan keagenan memungkinkan terjadinya asimetri informasi antara agent dan principal. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dibandingkan pihak lainnya (Scott, 1997). Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibanding pemilik sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan manajer untuk bertindak sesuai kepentingan mereka sendiri. Adanya asimetri informasi mendorong manajer untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama informasi yang berkaitan dengan pengukuran kinerja agent (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Menurut Jensen dan Meckling (1976), masalah agensi menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang terdiri dari :

a. The monitoring expenditures by the principle. Biaya monitoring dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor dan mengendalikan perilaku agen.

b. The bonding expenditures by the agent. Biaya ini dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan principal.

c. The residual loss. Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal maupun agen setelah adanya hubungan agensi.

Masalah keagenan juga dapat terjadi antara controlling shareholders dengan minority shareholders (Shleifer dan Vishny, 1997). Masalah ini terjadi jika terdapat pemegang saham mayoritas (kepemilikan terkonsentrasi) dalam perusahaan, dimana pemegang saham mayoritas dapat mengendalikan manajemen atau bahkan menjadi bagian dari manajemen itu sendiri. Akibatnya pemegang saham mayoritas memiliki kendali mutlak dibanding pemegang saham minoritas, sehingga pemegang saham mayoritas bisa melakukan tindakan yang


(24)

commit to user

menguntungkan dirinya dan kemungkinan merugikan pemegang saham minoritas (Fan dan Wong, 2000)

2. Corporate Governance

Permasalahan keagenan dalam hubungan antara pemilik modal dengan manajer dapat diatasi melalui mekanisme corporate governance. Menurut Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI) dan Cadbury Committee, corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pemegang kepentingan lainnya dengan menghormati hak dan tanggung jawab mereka. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah kepada para pemegang kepentingan.

Penerapan corporate governance dapat memberikan manfaat, antara lain : (1) meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah; dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik (Herawati, 2008). Selain itu, corporate governance dipandang sebagai cara untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang ditanamkan (Shleifer dan Vishny, 1997).


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dibuat oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), terdapat lima asas corporate governance yaitu :

a. Kewajaran dan kesetaraan (fairness).

Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh manajer.

b. Akuntabilitas (accountability).

Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan pertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

c. Transparansi (transparency).

Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian (disclosure) informasi yang dimiliki perusahaan.


(26)

commit to user

d. Responsibilitas (responsibility)

Responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

e. Independensi (Independency).

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Mekanisme corporate governance dapat melindungi investor dan kreditur dari perilaku oportunistik manajemen. Mekanisme ini dapat berupa mekanisme internal maupun eksternal. Mekanisme internal antara lain adanya dewan komisaris independen, komite audit, dan struktur kepemilikan perusahaan, sedangkan mekanisme eksternal antara lain perangkat kebijakan yang melindungi pemegang saham dan struktur pasar modal (Liu, 2007). Penelitian ini akan meneliti mekanisme internal dari corporate governance, khususnya mengenai dewan komisaris dan struktur kepemilikan perusahaan.

3. Dewan Komisaris

Menurut Hopt dan Leyens (2004), terdapat dua model board system perusahaan yaitu one tier board system dan two tier board system. Dalam one tier


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

system, dewan komisaris dan peran dewan direksi digabungkan dalam satu wadah yaitu board of director. Indonesia adalah negara yang menganut two tier board system, dimana perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) diwajibkan memiliki dewan direksi dan dewan komisaris.

Di Indonesia, peraturan mengenai keberadaan dewan komisaris perusahaan diatur dalam Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan adalah entitas legal yang diwakili oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Dewan direksi bertugas dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan serta mewakili perusahaan di dalam maupun di luar pengadilan, sedangkan dewan komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasehat kepada direksi.

Menurut YPPMI Institute (2002), seringkali di Indonesia jabatan komisaris diberikan kapada anggota keluarga atau orang-orang kepercayaan sebagai jabatan kehormatan atau penghargaan atas loyalitas mereka. Jabatan komisaris juga diberikan kepada pejabat atau mantan pejabat pemerintah yang masih mempunyai pengaruh. Dengan demikian, pemilihan komisaris di perusahaan Indonesia lebih berdasarkan kedudukan seseorang dan kurang mempertimbangkan integritas serta kompetensi orang tersebut.

Peraturan Bursa Efek Indonesia, yakni Kep-315/BEJ/06-2000 yang direvisi pada tahun 2001 melalui Kep-339/BEJ/07-2001 mensyaratkan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang


(28)

commit to user

dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Adapun persyaratan menjadi dewan komisaris adalah sebagai berikut : · Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali

tercatat yang bersangkutan.

· Tidak mempunyai hubungan afilisasi dengan direktur dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

· Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

· Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

· Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Fungsi komisaris independen dimaksudkan untuk mendorong dan menciptakan iklim yang lebih independen, obyektif, dan menempatkan kesetaraan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Dengan demikian peranannya dapat mendorong dilaksanakannya praktek corporate governance pada perusahaan publik di Indonesia.

4. Struktur Kepemilikan

Karakteristik kepemilikan perusahaan di Indonesia adalah terkonsentrasi dan dikendalikan oleh keluarga (La Porta et al., 1999; Fan dan Wong, 2000). Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

memiliki jumlah saham yang relatif dominan dibandingkan dengan lainnya. Kepemilikan saham dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya (Dallas, 2004 dalam Nuryaman, 2008). Pada perusahaan yang terkonsentrasi, konflik kepentingan terjadi antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997). Kendali mutlak melalui voting power yang dimiliki pemegang saham pengendali memungkinkan mereka untuk melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas (Fan dan Wong, 2000).

Di sisi lain, adanya pemegang saham pengendali dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen perusahaan sehingga mencegah manajemen melakukan tindakan opportunistic (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan saham mayoritas yang dimilikinya, pemegang saham pengendali memiliki voting power untuk melawan manajemen dan dapat mengganti manajer demi melindungi kepentingannya (La Porta et al., 1999). Dengan demikian, pemegang saham pengendali berperan aktif dalam mekanisme corporate governance.

Berdasarkan penelitian Pizarro et al. (2006) menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Pemegang saham pengendali dapat mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menjaga reputasi perusahaan agar meningkatkan nilai perusahaan, yang berarti juga meningkatkan nilai pemegang saham. Meskipun pemegang saham pengendali dapat melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham


(30)

commit to user

minoritas, pemegang saham pengendali akan meminimalisasinya karena jika ekspropriasi dilakukan maka pemegang saham minoritas dan pasar saham akan mendiskon harga pasar saham yang justru akan menurunkan nilai perusahaan.

5. Earnings Management

Kebebasan manajemen dalam memilih metode dan judgment akuntansi memberi peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba dan menyajikan laba sesuai dengan yang diinginkannya. Manajemen laba merupakan dampak dari akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis akrual mengakui pendapatan dan biaya yang sudah menjadi hak dan kewajiban dalam periode sekarang meskipun transaksi kas-nya baru terjadi dalam periode berikutnya. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan yang merupakan hasil dari proses akuntansi mengandung komponen akrual (Sugiri, 1998 dalam Trihapsari, 2006 ), baik yang berada di bawah kebijakan manajemen (discretionary) maupun yang tidak (non discretionary). Discretionary accrual dilakukan manajemen dengan menentukan pemilihan waktu pengakuan pendapatan dan beban dengan cara menunda atau mempercepat pengakuan pendapatan dan beban tersebut (Teoh et al.,1998). Sedangkan, para investor dan pemilik (principal) seringkali hanya memusatkan perhatian pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie et al., 1994).

Healy dan Wahlen (1999), mendefinisikan earnings management sebagai penggunaan judgment dalam laporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan para pemegang saham


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

mengenai kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Alasan yang sering memotivasi manajemen untuk melakukan manipulasi laba antara lain: rencana bonus, kontrak hutang jangka panjang, motivasi politik, motivasi perpajakan, pergantian CEO, dan penawaran saham perdana (Scott, 1997).

Scott (1997) mengidentifikasi empat pola yang dilakukan oleh manajemen untuk melakukan manajemen laba, antara lain :

1. Taking a bath

Pola ini dilakukan ketika terjadi keadaan yang tidak menguntungkan. Kebijakan yang diambil yaitu dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan supaya profitabilitas periode mendatang akan lebih meningkat.

2. Income minimization

Pola ini dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis dan untuk mengantisipasi laba pada periode ke depan yang diperkirakan akan turun. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat.

3. Income maximization

Pola ini dilakukan dengan memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan cenderung untuk memaksimalkan laba.


(32)

commit to user

4. Income smoothing

Pola ini dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

B. Pengembangan Hipotesis

1. Ukuran Dewan Komisaris dan Earnings Managament

Ukuran dewan komisaris merupakan elemen penting dalam karakteristik struktur dewan komisaris karena dapat mempengaruhi keefektivan dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan. Penelitian Beasley (1996) menunjukkan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris maka kemungkinan terjadinya kecurangan pada laporan keuangan juga semakin besar. Menurut Beasley, jumlah anggota dewan yang besar membuat proses pengambilan keputusan dalam dewan dan prosedur komunikasi akan semakin panjang sehingga mengurangi keefektivan pengawasan dewan komisaris. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Yermarck (1996) dan Jeanjean (2000) yang menyatakan bahwa kemampuan dewan komisaris untuk memonitor akan berkurang dengan semakin besarnya ukuran dewan komisaris karena akan menimbulkan masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan. Ukuran dewan komisaris yang kecil antara empat sampai enam orang akan lebih efektif karena mereka dapat membuat keputusan strategis dengan tepat waktu (Goodstein et al.,1994).

Penelitian Rahman dan Ali (2006) dan Ching et al. (2002) menunjukkan bahwa bahwa jumlah anggota dewan komisaris berhubungan positif dengan


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

earnings management. Penelitian di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Setiawan dan Nasution (2007) juga menemukan bahwa jumlah anggota dewan komisaris berhubungan positif dengan earnings management. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena sulitnya koordinasi antar anggota dewan sehingga menghambat proses pengawasan akibatnya manajer mempunyai kesempatan lebih untuk melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :

H1 : ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap earnings management.

2. Background Pendidikan Komisaris dan Earnings Management

Background keuangan anggota dewan komisaris juga merupakan faktor yang menentukan keefektivan pengawasan dewan komisaris. Komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan keuangan akan lebih mengenal cara bagaimana earnings management dilakukan dan lebih memahami efek manipulasi laba (Xie, 2003). Dengan demikian, pengetahuan dan kompetensi anggota dewan komisaris dalam bidang keuangan akan meningkatkan kemampuan mereka dalam mendeteksi earnings management dan lebih mampu mengawasi proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif. Oleh karena itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:

H2 : background pendidikan komisaris berpengaruh negatif terhadap earnings


(34)

commit to user

3. Proporsi Komisaris Independen dan Earnings Management

Komisaris independen lebih efektif dalam melakukan peran pengawasan dibandingkan komisaris non independen (Fama dan Jensen,1983). Menurut Benkraiem (2009), setidaknya terdapat dua alasan yang memotivasi komisaris independen untuk melakukan perannya dengan efektif. Pertama, komisaris independen direkrut berdasarkan reputasi mereka sehingga mereka akan terus berusaha membangun reputasinya. Kedua, kedudukan dewan komisaris tidak berada di bawah manajer perusahaan sehingga membuat mereka lebih mudah menentang keputusan manajer secara terbuka. Anggota dewan komisaris dikatakan independen bila tidak memiliki hubungan dalam bentuk apapun dengan perusahaan, group perusahaan, atau manajemen yang dapat mempengaruhi kebebasan mereka dalam membuat pertimbangan.

Hasil penelitian Klein (2002), Xie et al. (2003), Niu (2006), Hutchinson et al. (2008), Chen et al. (2007) menyimpulkan bahwa proporsi anggota dewan komisaris berhubungan negatif dengan earnings management. Proporsi komisaris independen yang lebih besar membuat pengawasan menjadi lebih efektif sehingga kemungkinan manajer untuk melakukan earnings management semakin kecil. Oleh karena itu, hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:

H3 :proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap earnings


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4. Struktur Kepemilikan Saham dan Earnings Management

Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kepemilikan menyebar dan kepemilikan terkonsentrasi. Kepemilikan perusahaan di Indonesia cenderung terkonsentrasi, tidak seperti struktur kepemilikan di Inggris dan Amerika Serikat yang relatif menyebar (La Porta et al., 1999). Kepemilikan dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sedangkan kepemilikan saham dikatakan menyebar jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya (Dallas, 2004 dalam Nuryaman, 2008).

Pada perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi, konflik kepentingan terjadi antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997). Kendali mutlak melalui voting power yang dimiliki pemegang saham pengendali memungkinkan mereka untuk melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas (Fan dan Wong, 2000).

Di sisi lain, adanya pemegang saham pengendali dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen perusahaan sehingga mencegah manajemen melakukan tindakan opportunistic (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan saham mayoritas yang dimilikinya, pemegang saham pengendali memiliki voting power untuk melawan manajemen dan dapat mengganti manajer demi melindungi kepentingannya (La Porta et al., 1999). Dengan demikian, adanya konsentrasi kepemilikan dapat mengurangi earnings management karena mereka mempunyai


(36)

commit to user

kemampuan lebih untuk mengawasi dan mengintervensi tindakan manajemen (Ching, 2002).

Hasil penelitian Ahmed (2008), Ching (2002), dan Ding (2007) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berhubungan negatif dengan praktik earnings management. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Tarjo (2008) dan Nuryaman (2008) juga menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berhubungan negatif dengan praktik earnings management. Oleh karena itu, hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:

H4 : kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh negatif terhadap earnings


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini mencoba menjelaskan keinformativan laba pada laporan keuangan. Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis (hipothesis testing) yang menjelaskan mengenai sifat dari hubungan antar variabel. Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah mekanisme corporate governance, diantaranya : ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen, dan struktur kepemilikan saham perusahaan berpengaruh terhadap earnings management. Earnings management dalam penelitian ini diproksikan dengan discretionary accrual.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan merupakan kelompok industri manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008.

2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan dengan periode yang berakhir pada 31 Desember 2008.


(38)

commit to user

3. Laporan keuangan menyajikan data keuangan yang lengkap yang dinyatakan dalam mata uang rupiah (Rp).

4. Laporan tahunan menyajikan informasi mengenai dewan komisaris serta struktur kepemilikan saham perusahaan.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2003). Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2008, laporan keuangan tahun 2008, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009. Annual report dan laporan keuangan perusahaan diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id), situs perusahaan, dan Indo Premier Online Trading (IPOT) FE UNS. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008. Data tersebut diperoleh dari data Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009.

2. Data corporate governance perusahaan yang terkait dengan jumlah dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen, kepemimpinan komisaris, dan struktur kepemilikan saham. Data tersebut berasal dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan.

3. Data mengenai manajemen laba diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tahun 2008 dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009. Data


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

tersebut berupa: laba bersih, aliran kas dari aktivitas operasi, total aktiva, perubahan pendapatan, aktiva tetap, dan perubahan piutang.

D. Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel independen, variabel dependen, ditambah dengan variabel kontrol. Definisi dan pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Variable Independen a. Ukuran dewan komisaris

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan.

b. Background pendidikan komisaris

Background pendidikan anggota dewan komisaris ditunjukkan dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris yang mempunyai background pendidikan atau mempunyai gelar di bidang keuangan terhadap jumlah total dewan komisaris yang ada.

c. Proporsi komisaris independen

Proporsi komisaris independen ditunjukkan dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada.

d. Struktur kepemilikan saham perusahaan

Struktur kepemilikan saham perusahaan dilihat dari besarnya kepemilikan saham oleh lima pemegang saham teratas perusahaan.


(40)

commit to user

2. Variabel Dependen Earnings Management

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earnings management. Tingkat manajemen laba diukur menggunakan discretionary accrual (DAC) yang dihitung dengan model Modified Jones karena model ini lebih mampu mendeteksi adanya manajemen laba (Dechow et al., 1995). Model Modified Jones menggunakan total accrual (TAC) yang diklasifikasikan menjadi komponen discretionary accrual (DAC) dan non discretionary accrual (NDA). Untuk mendapatkan nilai DAC, maka langkah pertama adalah mencari nilai TAC dengan rumus :

TAC = NIit – CFOit 1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TAit/Ait-1= β1 (1/Ait-1) + β2 (∆ Revit/Ait-1) + β3 (PPEit/Ait-1 ) + e 2)

Dengan menggunakan koefisien regresi di atas (β1, β2, β3), maka dapat dihitung

nilai non discretionary accrual dengan rumus :

NDAit= β1(1/Ait-1)+β2(∆Revit/Ait-1-∆Recit/Ait-1)+β3(PPEit/Ait-1)+e 3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut

DACit = TAit /Ait-1 – NDAit 4)

Keterangan :

DACit = discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TAit = total akrual perusahaan i pada periode ke t

NIit = laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

PPEt = aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

e = error

3. Variabel Kontrol a. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan diproksikan dengan Log Natural total aset perusahaan tahun 2008.

b. Leverage

Leverage merupakan rasio total hutang terhadap total aktiva. Dalam penelitian ini, leverage diproksikan dengan Log Natural leverage perusahaan tahun 2008.

c. Jenis Industri

Jenis industri diproksikan dengan memberi skor 1-15 pada tiap kelompok perusahaan pada industri manufaktur.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis hubungan tiap variable independen, variable dependen, dan variabel kontrol digunakan analisis regresi OLS. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Untuk


(42)

commit to user

menguji normalitas residual, penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan p value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p value > 0,05 maka data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006). Dalam suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independennya. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Jika nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, maka dapat diartikan bahwa terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah di dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Penelitian ini menggunakan run test untuk mendeteksi adanya autokorelasi. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual yang terjadi secara random atau tidak


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

(sistematis). Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka residual adalah acak atau random (Ghozali, 2006). Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan p value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p value > 0,05 maka residual adalah acak atau random.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Untuk menentukan heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot, titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Statistik Deskriptif dan Univariat

Pengujian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, standar deviasi, nilai


(44)

commit to user

maksimum, dan nilai minimum. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data (Ghozali 2006).

3. Multivariat

Regresi OLS dalam penelitian ini digunakan untuk menguji apakah corporate governance berpengaruh terhadap earnings management. Pengujian regresi ini dilakukan dengan metode enter. Hipotesis akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut:

DAC = + β1UKR+ β2BGK+ β3PRO+ β4SKS+ β5AST + β6LEV + β7IND +

Dimana :

DAC = discretionary accrual UKR = ukuran dewan komisaris

BGK = background pendidikan komisaris PRO = proporsi komisaris independen SKS = struktur kepemilikan saham AST = log natural total aset LEV = log natural leverage IND = golongan industri α = konstanta

β = koefisien regresi = koefisien error

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

b. Uji Ketepatan Perkiraan (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R2) (Ghozali, 2006).

c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengaruh signifikan dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen dapat diketahui dari besarnya ρ value. Apabila ρ value lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila ρ value lebih besar dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(46)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008. Dari populasi tersebut diambil sampel sesuai kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dengan menggunakan kriteria tersebut maka dihasilkan sampel sebanyak 52 perusahaan. Sampel penelitian disajikan dalam Tabel IV.1 di bawah ini :

Tabel IV.1 Sampel Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari annual report tahun 2008, laporan keuangan tahun 2008, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009. Data perusahaan sampel dapat dilihat pada Lampiran II.

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian asumsi klasik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi klasik yang

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 397 Perusahaan bukan termasuk kelompok manufaktur (248) Perusahaan yang datanya tidak lengkap atau dinyatakan dalam dolar (97)


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

disyaratkan. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Selain itu, tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Hasil run test menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pengujian asumsi klasik data kuadrat. Hasil pengujian asumsi klasik terdapat pada Lampiran VII.

C. Deskriptif dan Univariat

Statistik deskriptif dalam penelitian dilakukan guna mencari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel-variabel yang diuji dalam penelitian. Definisi atas variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini terdapat pada Tabel IV.2.

Tabel IV.2 Definisi Variabel

Variabel Akronim Definisi

Earnings management DAC discretionary accrual model Modified Jones Ukuran dewan

komisaris

UKR jumlah anggota dewan komisaris Background

pendidikan komisaris

BGD persentase komisaris yang mempunyai background pendidikan keuangan terhadap jumlah total komisaris

Proporsi komisaris independen

PRO persentase komisaris independen terhadap jumlah total komisaris

Struktur kepemilikan saham

SKS besarnya kepemilikan saham oleh lima pemegang saham teratas perusahaan Ukuran Perusahaan AST log natural total aset perusahaan

Leverage LEV log natural leverage (total hutang dibagi total aset)

Industri IND klasifikasi kelompok perusahaan pada industri manufaktur dengan skala nominal 1-15


(48)

commit to user

Statistik deskriptif yang terdapat pada Tabel IV.3 menunjukkan bahwa discretionary accrual (DAC) memiliki nilai antara -0,36 sampai dengan 0,62 dengan rata-rata sebesar 1,590. Nilai negatif berarti perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba dan nilai yang positif berarti perusahaan menaikkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti melakukan earnings management dengan cara menaikkan laba. Agar analisis tidak bias dalam mencari pengaruh terhadap earnings management maka nilai DAC tersebut diabsolutkan.

Tabel IV.3 Statistik Deskriptif

Ukuran dewan komisaris (UKR) rata-rata berjumlah 4,75 orang dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 10. Hal ini telah sesuai dengan UU No 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang mensyaratkan jumlah minimum dewan komisaris sebanyak dua orang. Background pendidikan komisaris (BGK) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,5492 dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang diteliti memiliki komisaris yang mempunyai background pendidikan keuangan.

Proporsi komisaris independen (PRO) adalah antara 0,30 sampai dengan 0,80 dengan rata-rata sebesar 0,3890. Hal ini berarti telah sesuai dengan peraturan

Variabel N Min Max Mean Std. Deviasi DAC 52 -0.36 0.62 0.1590 0.16616 UKR 52 2.00 10.00 4.7500 2.04724 BGK 52 0.00 1.00 0.5492 0.26142 PRO 52 0.30 0.80 0.3890 0.09504 SKS 52 0.00 0.98 0.6969 0.21365 AST 52 22.74 32.02 28.1232 1.82638 LEV 52 -2.30 0.67 -0.7449 0.52151 IND 52 1.00 15.00 6.4423 4.35851


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

yang diterbitkan oleh BEI yang mensyaratkan bahwa setidaknya perusahaan publik harus memiliki komisaris independen sebesar 30% dari jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris.

Kepemilikan saham (SKS) memiliki nilai rata-rata 69,69 dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 98. Hal ini berarti rata-rata kepemilikan saham oleh lima investor terbesar terhadap keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan relatif besar yaitu 69,69% sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham di Indonesia adalah terkonsentrasi.

Variabel kontrol untuk penelitian ini adalah ukuran perusahaan (AST), leverage (LEV), dan jenis industri (IND). Nilai rata-rata untuk ukuran perusahaan adalah 28,1232 dengan nilai minimum sebesar 22,74 dan nilai maksimum sebesar 32,02. Leverage memiliki nilai rata-rata sebesar -0,7449 dengan nilai minimum sebesar -2,30 dan nilai maksimum sebesar 0,67. Jenis industri merupakan variabel dummy yang mengelompokkan perusahaan ke dalam jenis industri tertentu dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 15.

Tabel IV.4 Korelasi

DAC UKR BGK PRO SKS AST LEV IND

DAC 1

UKR 0.036 1

BGK -0.096 -0.056 1

PRO 0.050 0.171 -0.179 1

SKS -0.063 -0.042 -0.069 -0.115 1

AST -0.061 0.644a -0.155 0.170 -0.058 1

LEV 0.220 -0.047 0.144 -0.098 -0.069 -0.120 1

IND -0.343b -0.148 0.023 0.072 -0.150 -0.291b -0.056 1

a


(50)

commit to user

Berdasarkan Tabel IV.4, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan koefisien korelasi antar variabel independen relatif rendah sehingga tidak terdapat masalah multikolinearitas. Variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris (UKR), background pendidikan komisaris (BGK), dan proporsi komisaris independen (PRO) tidak berhubungan signifikan dengan earnings management.

Pada variabel kontrol, ukuran perusahaan (AST) berkolerasi positif signifikan dengan ukuran dewan komisaris. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar mempunyai jumlah komisaris yang besar pula. Jenis industri (IND) berkolerasi signifikan signifikan dengan earnings management. Selain itu, jenis industri juga berkolerasi dengan jumlah aset perusahaan.

D. Multivariat

1. Pengaruh Corporate Governance terhadap Earnings Management

Tabel IV.5 menampilkan hasil regresi antara struktur dewan komisaris, struktur kepemilikan saham, dan variabel kontrol terhadap earnings management yang diproksikan dengan discretionary accrual (DAC). Nilai F untuk masing-masing regresi adalah signifikan pada level 10% kecuali pada regresi model 2 yang signifikan pada level 5%. Selain itu, model 2 memiliki nilai adjusted R2 yang paling tinggi yaitu sebesar 12.8%, dimana dalam model tersebut dimasukkan variabel background pendidikan komisaris (BGK) dan struktur kepemilikan saham (SKS). Hal ini mengindikasikan bahwa background pendidikan komisaris merupakan prediktor paling kuat atas earnings management dibandingkan ukuran


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dewan komisaris (UKR) dan proporsi komisaris independen (PRO). Hasil pengujian atas model 1 sampai dengan model 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel corporate governance yang berpengaruh signifikan terhadap earnings management.

Tabel IV.5 Regresi Linear

a

signifikan pada level 1%, b signifikan pada level 5%, c signifikan pada level 10%

Pada setiap regresi yang dilakukan terhadap ukuran dewan komisaris menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap earnings management ditolak. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rahman dan Ali (2006), Ching et al. (2002) dan Siallagan dan Machfoedz (2006) yang

1 2 3 4 5 6 7

(Constant) 0.817b (2.391) 0.764b (2.515) 0.650b (2.208) 0.927b (2.630) 0.788b (2.286) 0.740b (2.405) 0.896b (2.496)

UKR 0.009

(0.849) - - - - 0.010 (0.916) 0.008 (0.779) - - 0.009 (0.851)

BGK -

- -0.074 (-1.139) - - -0.077 (-1.185) - - -0.067 (-1.011) -0.071 (-1.063)

PRO -

- - - 0.155 (0.855) - - 0.144 (0.786) 0.126 (0.687) 0.112 (0.605)

SKS -0.073

(-0.909) -0.079 (-0.989) -0.066 (-0.818) -0.080 (-0.999) -0.067 (-0.827) -0.073 (-0.905) -0.075 (-0.921)

AST -0.018

(-1.445) -0.013 (-1.333) -0.013 (-1.306) -0.020 (-1.610) -0.019 (-1.503) -0.014 (-1.416) -0.021 (-1.634)

LEV 0.040

(1.223) 0.046 (1.398) 0.043 (1.326) 0.045 (1.358) 0.042 (1.278) 0.047 (1.427) 0.046 (1.384)

IND -0.012a

(-2.886) -0.012a (-2.886) -0.012a (-2.915) -0.012a (-2.931) -0.012a (-2.938) -0.012a (-2.924) -0.012a (-2.955)

Adj R2 F Sig 0.118 2.360 0.055 0.128 2.502 0.044 0.118 2.363 0.055 0.125 2.218 0.059 0.110 2.053 0.078 0.118 2.140 0.067 0.113 1.927 0.088


(52)

commit to user

melaporkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap earnings management. Meskipun demikian, hasil ini sama dengan hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dan Widiatmaja (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap earnings management. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah komisaris tidak menentukan keefektivan dewan dalam mengawasi manajemen. Efektivitas pengendalian lebih bergantung pada nilai dan norma yang diterima dalam organisasi tersebut (Jennings 2005a dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Selain itu, adanya kendali pemegang saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak dapat melakukan fungsi pengawasan dengan efektif (Boediono, 2005).

Pada setiap regresi yang dilakukan terhadap background pendidikan komisaris menunjukkan bahwa background pendidikan komisaris berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa background pendidikan komisaris berpengaruh negatif terhadap earnings management ditolak. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Chen et al. (2007) yang menyatakan bahwa adanya anggota komisaris independen yang mempunyai background keuangan berpengaruh signifikan dalam mengurangi earnings management. Hasil ini mendukung hasil penelitian Xie (2003) yang melaporkan bahwa background keuangan anggota komisaris tidak berpengaruh terhadap earnings management. Menurut Xie, keaktivan komisaris di dalam dewan lebih berpengaruh dibandingkan background keuangan komisaris dalam mengurangi earnings management. Meskipun terdapat anggota dewan komisaris yang memiliki


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

background keuangan namun bila komisaris tersebut tidak berperan aktif dalam proses pengawasan maka tidak ada pengaruh berarti yang diberikannya dalam upaya meminimalkan earnings management.

Pada setiap regresi yang dilakukan terhadap proporsi komisaris independen menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian, hipotesis 3 yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap earnings management ditolak. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Nuryaman (2008), Veronica dan Utama (2005), dan Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap earnings management. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Klein (2002), Xie et al. (2003), Niu (2006), Hutchinson et al. (2008), Chen et al. (2007) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap earnings management. Tidak adanya pengaruh yang signifikan dapat disebabkan karena penempatan komisaris independen dalam perusahaan hanya untuk memenuhi regulasi BEI yang mewajibkan adanya komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris yang ada. Menurut YPPMI institute (2002), jabatan komisaris seringkali juga diberikan kepada pejabat atau mantan pejabat pemerintah yang masih mempunyai pengaruh tanpa didasarkan pada kompetensi yang mereka miliki sehingga fungsi komisaris independen menjadi tidak efektif.

Pada setiap regresi, struktur kepemilikan saham berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian, hipotesis 4 yang


(54)

commit to user

menyatakan bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi berpengaruh negatif terhadap earnings management ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ahmed (2008), Ching (2002), Ding (2007), dan Tarjo (2008), dimana penelitian tersebut melaporkan bahwa kepemilikan saham yang terkonsentrasi berpengaruh negatif terhadap earnings management. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Rahman dan Ali (2006), Park dan Shin (2003), dan Rahman and Haniffa (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi tidak berpengaruh terhadap earnings management. Hal ini dapat disebabkan karena struktur kepemilikan yang terkonsentrasi belum mampu mengontrol perilaku manajemen dalam melakukan tindakan opportunis (Rahman dan Ali, 2006).

Di antara variabel kontrol, hanya jenis industri (IND) yang berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual pada tingkat signifikansi 1%. Ukuran perusahaan (AST) berhubungan negatif dengan discretionary accrual namun tidak signifikan. Leverage (LEV) berhubungan positif dengan discretionary accrual namun tidak signifikan.

2. Interaksi Corporate Governance terhadap Earnings Management

Tabel IV.6 menampilkan hasil regresi dengan adanya efek interaksi variabel struktur dewan komisaris. Nilai F untuk semua regresi adalah signifikan pada level 10% kecuali pada regresi 2 yang signifikan pada level 5%. Regresi 1 menunjukkan bahwa interaksi antara ukuran dewan komisaris dan background pendidikan komisaris (U x B) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earnings management. Regresi 2 menunjukkan bahwa interaksi antara ukuran


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dewan komisaris dan proporsi komisaris independen (U x P) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management.

Tabel IV.6

Regresi dengan Adanya Efek Interaksi Variabel

a

signifikan pada level 1%, b signifikan pada level 5%, c signifikan pada level 10%

Regresi 3 menunjukkan bahwa interaksi antara background pendidikan komisaris dan proporsi komisaris independen (U x P) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earnings managament. Regresi 4 menunjukkan bahwa interaksi ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, dan proporsi komisaris independen (U x B x P) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management. Dengan demikian, adanya interaksi antar variabel tidak berpengaruh terhadap earnings management.

1 2 3 4

Constant 0.661b (2.162) 0.874b (2.614) 0.729b (2.390) 0.692b (2.258)

U x B -0.001

(-0.102) - - - - - -

U x P -

- 0.027 (1.248) - - - -

B x P -

- - - -0.132 (-0.750) - -

U x B x P -

- - - - - 0.009 (0.285)

SKS -0.073

(-0.899) -0.066 (-0.836) -0.082 (-1.008) -0.069 (-0.855) LnASET -0.011

(-1.033) -0.021c (-1.696) -0.012 (-1.247) -0.013 (-1.182)

LnLEV 0.042

(1.251) 0.042 (1.289) 0.044 (1.328) 0.040 (1.196)

IND -0.012a

(-2.821) -0.012a (-3.012) -0.012a (-2.867) -0.012a (-2.813)

Adj R2 F Sig 0.104 2.184 0.072 0.133 2.567 0.039 0.115 2.321 0.058 0.105 2.202 0.070


(56)

commit to user

Pada variabel kontrol, jenis industri (IND) berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Ukuran perusahaan (AST) berpengaruh negatif terhadap earnings management dengan level signifikansi 10% pada model 2.

3. Analisis Sensitivitas

Pengujian nonlinear dilakukan untuk membuktikan pendapat Block (1999) yang menyatakan bahwa hubungan yang tidak signifikan antara variabel independen dan variabel dependen dapat disebabkan oleh adanya hubungan nonlinearitas. Pengujian nonlinear pada penelitian ini mengadopsi teknik yang digunakan oleh Postma (1999) yaitu dengan dengan mengkuadratkan mekanisme corporate governance. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel IV.7.

Nilai F untuk masing-masing regresi adalah signifikan pada level 10% kecuali pada regresi model 1 dan model 2 yang signifikan pada level 5%. Model 2 dan model 3 memiliki nilai adjusted R2 tertinggi yaitu sebesar 13,2%. Hasil regresi model 1 sampai model 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel corporate governance yang berpengaruh terhadap earnings management.

Ukuran dewan komisaris (UKR2) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management sehingga hipotesis 1 ditolak. Background pendidikan komisaris (BGK2) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earnings management sehingga hipotesis 2 ditolak. Proporsi komisaris independen (PRO2) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management sehingga hipotesis 3 ditolak. Struktur kepemilikan saham (SKS)


(1)

commit to user

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earnings management sehingga hipotesis 4 ditolak.

Tabel IV.7 Regresi Nonlinear

a

signifikan pada level 1%, b signifikan pada level 5%, c signifikan pada level 10%

Pada variabel kontrol, ukuran perusahaan (AST) berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual dengan signifikansi 10% pada model regresi 4 dan 7. Dalam setiap regresi, jenis industri berpengaruh signifikan terhadap earnings management pada level signifikansi 1%.

Tabel IV.8 menampilkan hasil regresi dengan adanya efek interaksi variabel corporate governance yang telah dikuadratkan. Nilai F untuk semua regresi adalah signifikan pada level 10% kecuali pada regresi 2 (signifikan pada level 5%). Regresi 1 menunjukkan bahwa interaksi antara ukuran dewan komisaris dan background pendidikan komisaris (U x B)2 berpengaruh positif

1 2 3 4 5 6 7

Constant 0.838b

(2.423) 0.746b (2.519) 0.677b (2.337) 0.939b (2.658) 0.872b (2.503) 0.756b (2.534) 0.954b (2.681)

UKR2 0.001

(0.975) - - - - 0.001 (1.002) 0.001 (1.007) - - 0.001 (1.020)

BGK2 -

- -0.070 (-1.234) - - -0.071 (-1.250) - - -0.063 (-1.080) -0.063 (-1.090)

PRO2 -

- - - 0.164 (0.889) - - 0.170 (0.925) 0.126 (0.674) 0.133 (0.709)

SKS2 -0.060

(-0.914) -0.059 (-0.904) -0.058 (-0.878) -0.060 (-0.922) -0.059 (-0.895) -0.058 (-0.885) -0.059 (-0.903)

AST -0.019

(-1.531) -0.014 (-1.408) -0.013 (-1.329) -0.022c (-1.727) -0.012 (-1.667) -0.015 (-1.499) -0.023c (-1.802)

LEV 0.038

(1.159) 0.043 (1.312) 0.042 (1.278) 0.040 (1.232) 0.039 (1.198) 0.044 (1.330) 0.041 (1.250)

IND -0.012a

(-2.875) -0.012a (-2.851) -0.012a (-2.943) -0.012a (-2.883) -0.012a (-2.980) -0.012a (-2.906) -0.012a (-2.944)

Adj R2 F Sig 0.122 2.414 0.050 0.132 2.555 0.040 0.119 2.374 0.054 0.132 2.297 0.051 0.119 2.148 0.066 0.122 2.180 0.063 0.123 2.019 0.074


(2)

commit to user

tidak signifikan terhadap earnings management. Tanda koefisien yang positif berbeda dengan koefisien negatif interaksi sebelumnya yang tidak dikuadratkan.

Tabel IV.8

Regresi dengan Adanya Efek Interaksi Variabel yang Dikuadratkan

a a a a

a

signifikan pada level 1%, b signifikan pada level 5%, c signifikan pada level 10%

Regresi 2 menunjukkan bahwa interaksi ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen (U x P)2 berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management. Regresi 3 menunjukkan bahwa interaksi background pendidikan komisaris dan proporsi komisaris independen (B x P)2 berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap earnings management. Regresi 4 menunjukkan bahwa interaksi ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, dan proporsi komisaris independen (U x B x P)2 berpengaruh positif tidak signifikan terhadap earnings management. Dengan demikian, adanya

1 2 3 4

Constant 0.692b

(2.231) 0.912b (2.691) 0.710b (2.372) 0.734b (2.384)

(U x B)2 0.001

(0.376) - - - - - -

(U x P)2 -

- 0.006 (1.419) - - - -

(B x P)2 -

- - - -0.320 (-0.757) - -

(U x B x P)2 -

- - - - - 0.009 (0.778)

SKS2 -0.061

(-0.912) -0.056 (-0.864) -0.063 (-0.947) -0.058 (-0.878)

AST -0.013

(-1.219) -0.022c (-1.804) -0.013 (-1.293) -0.015 (-1.395)

LEV 0.038

(1.127) 0.040 (1.223) 0.042 (1.269) 0.036 (1.098)

IND -0.012a

(-2.789) -0.013a (-3.076) -0.012a (-2.862) -0.012a (-2.816)

Adj R2 F Sig 0.106 2.214 0.069 0.141 2.676 0.033 0.115 2.320 0.058 0.155 2.328 0.058


(3)

commit to user

interaksi variabel corporate governance tidak berpengaruh terhadap earnings management. Pada variabel kontrol. jenis industri (IND) berpengaruh terhadap earnings management pada level signifikansi 1% dalam setiap model. Ukuran perusahaan (AST) berpengaruh negatif terhadap earnings management pada level signifikansi 10% pada model 2.

Berdasarkan hasil pengujian dengan mengunakan model nonlinear, tidak ditemukan adanya variabel corporate governance yang berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Dengan demikian, hasil pengujian dengan menggunakan model nonlinear (Tabel IV.7) tidak jauh berbeda dengan hasil pengujian menggunakan model linear (Tabel IV.5). Hasil ini mendukung hasil penelitian Postma (1999), bahwa hubungan yang tidak signifikan antara mekanisme corporate governance dan earnings management tidak sebabkan oleh masalah nonlinearitas.

Hubungan yang tidak signifikan antara mekanisme corporate governance dan earnings management dapat disebabkan karena kurangnya sampel penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan 52 sampel dari 149 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008.


(4)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti pengaruh corporate governance terhadap earnings management di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008, dengan sampel sebanyak 52 perusahaan. Mekanisme corporate governance yang diuji adalah struktur dewan komisaris (ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen) dan struktur kepemilikan saham (kepemilikan saham terkonsentrasi). Earnings management diproksikan dengan menggunakan discretionary accrual model Modified Jones (Dechow et al., 1995).

Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik, meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa mean discretionary accruals bernilai positif, hal ini berarti rata-rata perusahaan yang diteliti melakukan earnings management dengan cara menaikkan laba. Penelitian ini menemukan bahwa mekanisme corporate governance secara simultan berpengaruh terhadap earnings management pada tingkat yang lemah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa background pendidikan komisaris merupakan penentu paling kuat dalam menjelaskan earnings management. Hal ini dapat dilihat dari besarnya adjusted


(5)

commit to user

R2 dan signifikansi model yang memasukkan variabel background dewan komisaris.

Penelitian ini menemukan bahwa ukuran dewan komisaris, background pendidikan komisaris, proporsi komisaris independen, dan struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Dengan demikian, semua hipotesis ditolak. Adanya interaksi antar variabel struktur dewan komisaris juga tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap earnings management. Berdasarkan analisis sensitivitas, hubungan tidak signifikan yang terjadi antara mekanisme corporate governance dan earnings management tidak dipengaruhi oleh masalah nonlinearitas karena baik pengujian menggunakan model linear maupun nonlinear menunjukkan hasil yang konsisten.

B. Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian cukup kecil, hanya 52 perusahaan dari 149 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena banyak perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan kepada masyarakat umum, baik melalui situs perusahaan maupun situs Bursa Efek Indonesia. Kedua, model pengukuran earnings management yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modified Jones Model, sedangkan masih terdapat model pengukuran lain yang mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dalam penilaian earnings management.


(6)

commit to user

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, maka saran untuk penelitian selanjutnya yaitu, hendaknya penelitian menggunakan periode pengamatan lebih dari satu tahun sehingga akan memberikan jumlah sampel yang lebih besar dan mengetahui kondisi yang sebenarnya. Kedua, penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan lebih dari satu model pengukuran earnings management sehingga diharapkan mampu memberikan perbandingan hasil.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earnings Management Dan Good Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

1 56 113

Pengaruh Earnings Management Dan Good Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

2 66 113

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 3 98

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENERAPAN EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

0 4 65

PENGARUH MEKANISME UKURAN PERUSAHAAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).

0 0 14

PENDAHULUAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).

0 2 9

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2

0 1 13

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011).

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011).

0 2 8

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011).

0 1 15