PERANAN ODA NOBUNAGA DALAM PROSES UNIFIKASI JEPANG TAHUN 1567-1582.

(1)

PERANAN ODA NOBUNAGA DALAM PROSES UNIFIKASI JEPANG TAHUN 1567-1582

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

RD. RYAN HARYADI 0605776

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Peranan Oda Nobunaga dalam Proses Unifikasi Jepang tahun 1567-1582

Oleh

RD. Ryan Haryadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© RD. Ryan Haryadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Skripsi ini berjudul “Peranan Oda Nobunaga Dalam Proses Unifkasi Jepang”. Masalah utama yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana usaha-usaha Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang?. Metode yang digunakan adalah metode historis yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data dan peninggalan peristiwa masa lampau melalui empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner dengan menempatkan sejarah sebagai ilmu utama.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, kondisi sosial-politik Jepang sebelum terjadi unifikasi yaitu adanya pergeseran kekuasaan yang dinamakan dengan istilah gekokujo (kekuasaan golongan atas berpindah ke golongan bawahan). Gejala gekokujo tersebut muncul sebagai efek dari lemahnya pemerintahan keshogunan Muromachi setelah mengalami perang saudara. Gejala gekokujo ini merambah ke setiap elemen pemerintahan dan struktur masyarakat feodal di Jepang atau berdampak pada bidang sosial-politik Jepang. Kedua, pemikiran Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang tidak lepas dari karakter Oda Nobunaga yang sangat ambisius dan keras kepala serta adanya kesempatan yang didapatkannya. Munculnya karakter Oda Nobunaga yang sangat ambisius dan keras kepala tersebut terbentuk dari lingkungannya dan pengalaman hidupnya yang keras. Kemudian adanya kesempatan yang didapatkan Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang adalah adanya pesan dari kaisar Ogimachi pada tahun 1567. Ketiga, politik Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang adalah penggunaan kekuatan militer yang besar sebagai wujud ambisinya yang kuat sesuai semboyannya, yaitu Tenka Fubu atau penguasaan negara dengan kekuatan militer. Selain melakukan penundukan terhadap daerah-daerah yang belum tunduk kepadanya, Nobunaga seringkali melakukan perkawinan politik agar daerah yang telah dikuasai dapat dikontrol dengan leluasa. Alasan Nobunaga menggunakan kekuatan militer dalam setiap usahanya untuk menyatukan Jepang adalah adanya kondisi politik di Jepang yang mengharuskannya melakukan kekerasan atau pertempuran dengan kekuatan militer yang besar. Dalam strategi politiknya, Nobunaga sering memanfaatkan posisi shogun dan kaisar dalam mewujudkan ambisinya. Ia juga merupakan tokoh yang agresif, terbukti dalam setiap penaklukannya yang cepat dengan memanfaatkan kekuatan militer yang besar dan penggunaan senjata api secara efektif. Keempat, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Oda Nobunaga merupakan cara untuk mencapai ambisinya untuk menyatukan Jepang. Pada dasarnya, kebijakan Oda Nobunaga meliputi bidang politik, militer, ekonomi dan agama Memang kebijakan tersebut ini ada dampak buruk dan ada dampak baiknya pula. Kebijakannya tersebut lebih jauh berpikir ke depan dan lebih mengarah ke dalam suatu perubahan sistem baru, seperti membentuk suatu pemerintahan yang terpusat, menciptakan sebuah sistem pemerintahan vertikal yang memanfaatkan kharismanya yang besar, mengangkat pengikut berdasarkan kemampuan, pengaturan strategi perang, membentuk pasukan profesional yang kuat, sistem pembagian kelas masyarakat dan juga pembentukan pasar bebas (rakuichi rakuza). Jadi, kebijakan Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang dapat dijadikan sebagai peletak dasar dan fondasi sistem bagi masyarakat modern Jepang serta proses unifikasi yang dilakukan oleh Oda Nobunaga hanyalah urusan ambisi semata, tetapi Nobunaga tidak menyadari bahwa ambisinya tersebut membawa Jepang menjadi suatu kesatuan dengan pemerintahan yang terpusat.


(5)

Process". The main issues to be discussed in this paper is how the efforts of Oda Nobunaga in the process of unification of Japan?. The method used is the historical method is the process of testing and critically analyze data and relics of the past events through four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Engineering study done by literature study, while the approach used is an interdisciplinary approach to the science of putting history utama.Temuan this study show that: first, the socio-political conditions of Japan before the unification is the shift in power is called by the term gekokujo (power elite move into menial). Gekokujo symptoms appear as the effect of the weak Muromachi Shogunate government after a civil war. This gekokujo symptoms spread to every element of government and the structure of feudal society in Japan or have an impact on the socio-political field of Japan. Second, Nobunaga Oda thought in Japan unite efforts can not be separated from the character Oda Nobunaga very ambitious and stubborn, and he gets the chance. The emergence of the character Oda Nobunaga very ambitious and stubborn forms from their environment and experience of a hard life. Then the opportunity Oda Nobunaga obtained in an effort unite Japan is a message from the emperor Ogimachi in 1567. Third, Oda Nobunaga politics in an attempt to unify Japan is the use of military force as a manifestation of the strong ambition appropriate motto, the Tenka Fubu or control of the state by force. In addition to the subjugation of areas that have not been subject to him, Nobunaga often do political marriage that has ruled the region can be controlled freely. Nobunaga reason to use military force in any attempt to unify Japan is the political situation in Japan which required him to violence or fighting with a large military force. In his political strategy, Nobunaga often utilize shogun and the emperor's position in realizing his ambition. He is also an aggressive leader, proven in every rapid conquest by utilizing a large military force and effective use of firearms. Fourth, the policies created by Oda Nobunaga is a way to achieve his ambition to unify Japan. Basically, Oda Nobunaga policy covers the political, military, economic and religious Indeed, the policy is no harm and no good effect anyway. The policy further forward thinking and leads to a change in the new system, such as establishing a centralized government, creating a system of government that utilizes vertical great charisma, lifting followers based on ability, the strategy of war, established a strong professional force, public class distribution system and also the establishment of a free market (Rakuichi Rakuza). Thus, the policy of Oda Nobunaga in Japan unification process can be used as a foundation stone and foundation systems for modern Japanese society and the process of unification by Oda Nobunaga's ambition is affairs alone, but Nobunaga was not aware that his ambition was to bring Japan into a union with a centralized government.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Sumber-sumber yang berkaitan dengan kondisi sosial - politik masyarakat Jepang sebelum terjadi unifikasi ... 9

2.1.2 Sumber-sumber yang berkaitan dengan kehidupan Oda Nobunaga .. 17

2.1.3 Sumber-sumber yang berkaitan dengan unifikasi Jepang pada zaman Oda Nobunaga ... 24

2.2 Landasan Teori ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Persiapan Penelitian ... 36

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 37

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 37

3.1.3 Proses Bimbingan ... 38

3.2 Pelaksanaan Penelitian... 39


(7)

3.2.2 Kritik dan Analisa Sumber... 40

3.2.3 Penafsiran (Interpretasi) ... 42

3.2.4 Laporan Penelitian (Historiografi) ... 43

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN ODA NOBUNAGA DALAM PROSES UNIFIKASI JEPANG ... 46

4.1 Kondisi Politik dan Sosial Jepang Sebelum Terjadi Unifikasi ... 46

4.1.1 Letak Geografis Jepang ... 46

4.1.2 Kondisi Politik Jepang Sebelum Terjadi Unifikasi ... 47

4.1.3 Kondisi Sosial Jepang Sebelum Terjadi Unifikasi ... 48

4.2 Latar Belakang Pemikiran Oda Nobunaga Dalam Usaha Menyatukan Jepang ... 51

4.2.1 Oda Nobunaga Muda ... 51

4.2.2 Perebutan Kekuasaan Antara Oda Nobunaga Dengan Keluarganya ... 52

4.2.3 Upaya Oda Nobunaga Dalam Mempertahankan Daerahnya Dari Serangan Klan Imagawa ... 54

4.2.4 Penguasaan Provinsi Mino Oleh Oda Nobunaga Sebagai Awal Ambisinya Untuk Menguasai Jepang ... 56

4.3 Politik Oda Nobunaga Dalam Usaha Menyatukan Jepang ... 60

4.3.1 Penguasaan Ibukota Oleh Oda Nobunaga ... 61

4.3.2 Penyerangan Oda Nobunaga Terhadap Daerah-Daerah Yang Tidak Tunduk Terhadap Keshogunan ... 63

4.3.3 Pertempuran Melawan Aliansi Penentang Nobunaga Pertama ... 66

4.3.4 Pertempuran Melawan Aliansi Penentang Nobunaga Kedua ... 73

4.3.5 Invasi Besar Oda Nobunaga Terhadap Wilayah Klan Takeda ... 75

4.3.6 Insiden Meninggalnya Oda Nobunaga di Kuil Honnoji ... 77

4.4 Kebijakan Oda Nobunaga Yang Dikeluarkan Oda Nobunaga Pada Zaman Unifikasi Jepang ... 79


(8)

4.4.1 Bentuk Kebijakan Oda Nobunaga Dalam Upaya Menyatukan

Jepang ... 79

4.4.2 Dampak Kebijakan Oda Nobunaga Dalam Proses Unifikasi Jepang ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Rekomendasi... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya Jepang memiliki periode zaman sesuai dengan pergantian kekuasaan. Khususnya pada zaman feodalisme militer, muncul tiga pemerintahan militer atau Bakufu, yaitu Bakufu Kamakura, Bakufu Muromachi dan Bakufu Edo. Bakufu dipimpin oleh seii tai shogun (jenderal besar yang memiliki kekusaan penuh). Menurut Surajaya (Beasley, 2003: 15-16), dari ketiga pemerintahan Bakufu tersebut, Bakufu Muromachi adalah yang terlemah, karena pada zaman tersebut banyak diwarnai dengan kekacauan seperti terpecahnya istana Kyoto menjadi Istana Utara di Kyoto dan Istana Selatan (nambokuchotairitsu) di Nara. Perselisihan sengit antara Istana Utara melawan Istana Selatan ini memberikan dampak terhadap semakin kuatnya posisi kaum petani dan daimyo (tuan tanah) serta semakin lemahnya kekuasaan shogun Ashikaga pada pemerintahan pusat.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dasuki dan Wiriaatmadja (1989: 150) b a h w a p a d a a k h i r a b a d 1 5 s a m p a i a b a d 1 6 t e r j a d i p e r a n g s a u d a r a y a n g b e r l a n g s u n g s e l a m a k u r a n g l e b i h s e r a t u s t a h u n d i J e p a n g y a n g d i s e b u t d e n g a n Sengoku Jidai, y a n g d i m u l a i s e k i t a r t a h u n 1 4 6 7 . Pada masa

Sengoku Jidai ini, daimyo-daimyo lokal tidak dapat dikontrol oleh Bakufu, sehingga seluruh negeri dilanda pergolakan yang ditandai oleh ambruknya hegemoni shogun, pertikaian dalam klan (keluarga) dan perebutan kekuasaan di Bakufu. Puncak kekacauan terjadi pada perang Onin (1467-1477) yang disebabkan perebutan hak menjadi pewaris jabatan shogun antara Ashikaga Yoshimi yang bersekutu dengan Hosokawa Katsumoto melawan Ashikaga Yoshihisa yang bersekutu dengan Yamana Sozen.

Keadaan politik di Bakufu pun berubah setelah perang Onin dengan adanya pergeseran kekuasaan yang dinamakan gekokujo (kekuasaan golongan atas berpindah


(10)

ke golongan bawahan), dimana setiap shogun yang berkuasa akhirnya menjadi shogun boneka para kanrei nya (wakil shogun) yang berkuasa di Bakufu. Selanjutnya kekuasaan kanrei yang dimiliki oleh keluarga Hosokawa berpindah kepada bawahannya yaitu klan (keluarga militer) Miyoshi, lalu berpindah lagi kepada klan Matsunaga (Sakamoto, 1982: 31).

Hal yang sama terjadi juga pada shugo (gubernur militer), banyak daerah yang mulai melepaskan pengaruh shugo dan mempertahankan daerahnya. Klan Oda dan klan Asakura berhasil menyingkirkan hegemoni shugo klan Shiba dari daerahnya dan memberlakukan aturan atau hukum sendiri di daerahnya sebagai wilayah yang merdeka, sehingga daimyo menjadi penguasa daerah yang tunggal. Di beberapa daerah yang mengalami kemiskinan dan kelaparan, para petani membentuk himpunan (ikki) yang memberontak kepada pemimpinnya atau shugo yang berkuasa di daerah tersebut. Selanjutnya ikki ini menjadi suatu gerakan petani desa dengan golongan masyarakat pemilik tanah desa (kokujin) bersenjata yang dipengaruhi sekte Budha lokal Jodo Shinshu yang terkenal dengan sebutan Ikko-ikki. Dalam beberapa tahun penduduk desa dapat menguasai daerahnya dan terbebas dari pengaruh bakufu (Beasley, 2003: 151-152).

Menurut Beasley (2003: 155-156), hanya beberapa klan mapan saja yang dapat memperkuat wilayahnya dan melakukan penguasaan terhadap wilayah lain, seperti klan Hojo di Odawara, klan Shimazu di Kyushu dan klan Mori di Honshu sebelah barat. Akhirnya klan-klan besar tersebut mendapatkan hegemoni di tingkat lokal dan bahkan di tingkat provinsi. Dengan adanya hegemoni tingkal tersebut, keadaan Jepang mengalami perpecahan yang seharusnya pemerintahan terpusat pada shogun. Beberapa daimyo berusaha mendatangi Kyoto dan meminta persetujuan kaisar untuk menyatukan Jepang kembali, tetapi tujuannya hanya untuk menanamkan hegemoninya di Kyoto saja, diantaranya Imagawa Yoshimoto yang merupakan daimyo dari provinsi Totomi. Ketika perjalanan menuju Kyoto, pasukannya dikalahkan oleh pasukan yang jauh lebih kecil di bawah pimpinan Oda Nobunaga pada tahun 1560 dalam pertempuran Okehazama.


(11)

Akibat perisitiwa tersebut akhirnya melahirkan sosok daimyo yang kuat dan ambisius, yaitu Oda Nobunaga, K i n o s h i t a H i d e y o s h i ( T o y o t o m i H i d e y o s h i ) d a n j u g a T o k u g a w a I e y a s u y a n g b e r a s a l d a r i p r o v i n s i M i k a w a . Ketiga tokoh tersebut merupakan orang-orang terkenal dalam sejarah Jepang dan merupakan triumvirat atau tiga serangkai Jepang (Dasuki dan Wiriaatmadja, 1989:150).

Karakter ketiga tokoh itu dapat digambarkan dalam senryu (puisi Jepang) berikut:

Nobunaga say: “nightingale, If you do not sing, I shall kill you”. Hideyoshi say: “nightingale, If you do not sing, I shall make you”.

Tokugawa say:“nightingale, If you do not sing now, I shall wait until you do”. (http://yasuitori.wordpress.com/2011/06/05/sengoku-jidai/: 5/12/2011)

Terjemahan:

Nobunaga berkata: “Burung, jika kamu tidak bernyanyi, aku akan membunuhmu”.

Hideyoshi berkata: “Burung, jika kamu tidak bernyanyi, aku akan membuat kau bernyanyi”.

Tokugawa berkata: “Burung, jika kamu tidak bernyanyi, aku akan menunggumu sampai kau bernyanyi”.

Berdasakan puisi di atas dapat disimpulkan bahwa Nobunaga merupakan tokoh yang keras kepala dan kejam, Hideyoshi merupakan tokoh yang memiliki sifat kerja keras, sedangkan Ieyasu pandai bersiasat dan penuh kesabaran sampai maksudnya tercapai. Henshall (2004:44) dalam bukunya A History of Japan: From Stone Age to Superpower 2nd edition menjelaskan bahwa Oda Nobunaga merupakan daimyo kecil yang berasal dari provinsi Owari. Sebagai pewaris ayahnya, yaitu Oda Nobuhide, Nobunaga harus memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adiknya dan mempertahankan wilayahnya dari serangan klan Imagawa. Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari provinsi Mino, karena pada saat itu


(12)

menguasai provinsi Mino sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Pada tahun 1568, Nobunaga membantu Ashikaga Yoshiaki menjadi shogun ke-15 dan Yoshiaki pun menawarkan Nobunaga menjadi kanrei, tetapi Nobunaga menolak. Dalam kenyataannya, kekuasaan shogun dipegang oleh Nobunaga dan Yoshiaki hanya sebagai shogun boneka saja. Hal itu dikarenakan, posisi shogun yang dimiliki Yoshiaki dimaksudkan untuk menjalankan ambisinya.

Strategi penting yang dijalankannya adalah Nobunaga mulai melibatkan agama dalam mencapai ambisinya. Agama Kristen yang disebarkan oleh para pengikut Ordo Jesuit dengan kapal-kapal dagang Portugis, diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Nobunaga dalam hal ini adalah agar leluasa memperoleh senjata api yang diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis dan sekaligus memonopoli perdagangan dengan pihak asing. Dengan memiliki senjata api yang paling canggih pada masa itu, Nobunaga dapat menundukan musuh-musuhnya lebih cepat (Surajaya, 2003:17).

P a d a s k r i p s i i n i , p e n u l i s a k a n m e n c o b a m e n j e l a s k a n m e n g e n a i k o n t r i b u s i O d a N o b u n a g a d a l a m p r o s e s u n i f i k a s i J e p a n g , d i m u l a i k e t i k a i a m e n j a b a t s e b a g a i daimyo d i p r o v i n s i O w a r i s a m p a i k e m a t i a n n y a d i k u i l H o n n o j i . H a l y a n g m e n j a d i a l a s a n p e n u l i s m e m i l i h t o k o h i n i s e b a g a i t o p i k s k r i p s i a d a l a h m e n u r u t p e n u l i s , O d a N o b u n a g a m e r u p a k a n i n i s i a t o r p e n y a t u a n J e p a n g y a n g m e n g e s a n k a n . P a d a m a s a Sengoku Jidai, beberapa daimyo berusaha meminta persetujuan kaisar untuk menyatukan Jepang kembali dan tujuannya hanya untuk menanamkan hegemoninya di Kyoto saja. Ketika Oda Nobunaga melakukan hal tersebut, justru Nobunaga bukan saja untuk menanamkan hegemoninya di Kyoto, tetapi di seluruh Jepang. Sehingga secara tidak


(13)

langsung Nobunaga adalah penguasa pertama yang berambisi kuat menyatukan Jepang.

S a n s o m ( 1 9 6 3 : 3 0 9 - 3 1 0 ) m e n j e l a s k a n b a h w a N o b u n a g a m e m i l i k i w a t a k y a n g k e r a s d a n a m b i s i u s , w a t a k t e r s e b u t t e r b e n t u k d a r i l i n g k u n g a n n y a y a n g m e n g h a r u s k a n i a m e n g h a n c u r k a n m u s u h n y a d a n b a h k a n s a u d a r a n y a s e n d i r i i a b u n u h , k a r e n a p a d a s a a t i t u m e m b u n u h a d a l a h h a l y a n g w a j a r . W a t a k N o b u n a g a t e r s e b u t a k h i r n y a m e n g a r a h m e n j a d i s u a t u b e n t u k y a n g d i n i l a i k e j a m , s e p e r t i m e n g e l u a r k a n p e r i n t a h k e p a d a p a s u k a n n y a u n t u k m e m b a n t a i d a n m e m b a k a r s e m u a m u s u h n y a d i k u i l E n r y a k u j i . D a r i p e n j e l a s a n t e r s e b u t d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a s a l a h s a t u a l a s a n p e n y a t u a n J e p a n g o l e h N o b u n a g a d i l a t a r b e l a k a n g i d e n g a n a d a n y a w a t a k y a n g k e r a s d a n a m b i s i u s y a n g d i m i l i k i o l e h N o b u n a g a .

B u k t i r e n c a n a N o b u n a g a u n t u k m e n y a t u k a n J e p a n g d i t u n j u k a n d e n g a n a d a n y a s t e m p e l b e r t u l i s k a n Tenka Fubu (W est, C. E. dan Seal, F. W, 2004a) y a n g b e r a r t i p e n g u a s a a n s e l u r u h J e p a n g d e n g a n k e k u a t a n m i l i t e r . Selama 14 tahun, Nobunaga hanya dapat menyatukan dan mengontrol 20 dari 66 provinsi di Jepang sebelum ia meninggal. Akhirnya penyatuan J e p a n g t e r c a p a i p a d a m a s a T o y o t o m i H i d e y o s h i


(14)

d a n d i p e r k u a t m e n j a d i s u a t u k e s h o g u n a n o l e h T o k u g a w a I e y a s u . M e n u r u t p e n u l i s , p e n y a t u a n y a n g d i l a k u k a n o l e h N o b u n a g a h a n y a l a h u r u s a n a m b i s i , t e t a p i N o b u n a g a t i d a k m e n y a d a r i b a h w a a m b i s i n y a t e r s e b u t m e m b a w a J e p a n g m e n j a d i s u a t u k e s a t u a n d e n g a n p e m e r i n t a h a n y a n g t e r p u s a t .

N o b u n a g a s a n g a t b e r b e d a

d i b a n d i n g k a n d e n g a n p e n g u a s a p a d a m a s a i t u , p e r b e d a a n t e r s e b u t b i s a d i l i h a t d a r i k e b i j a k a n n y a y a n g l e b i h j a u h b e r p i k i r k e d e p a n d a n l e b i h m e n g a r a h k e d a l a m s u a t u p e r u b a h a n s i s t e m b a r u , s e p e r t i m e n c i p t a k a n s e b u a h p e m e r i n t a h a n v e r t i k a l y a n g m e m a n f a a t k a n k h a r i s m a n y a y a n g b e s a r , m e n g a n g k a t p e n g i k u t

b e r d a s a r k a n k e m a m p u a n d a n

p e m b e n t u k a n p a s a r b e b a s y a n g k e m u d i a n d i a d o p s i o l e h m a s y a r a k a t m o d e r n s e k a r a n g . I a j u g a m e r u p a k a n t o k o h y a n g a g r e s i f d a n i n o v a t i f , t e r b u k t i d a l a m s e t i a p p e n a k l u k a n n y a y a n g c e p a t d e n g a n m e n g g u n a k a n k e k u a t a n m i l i t e r y a n g b e s a r d a n t i n d a k a n n y a m e n d u k u n g m a s u k n y a m i s i o n a r i s K r i s t e n y a n g m e n g a k i b a t k a n t e k n o l o g i B a r a t m a s u k k e J e p a n g k h u s u s n y a d a l a m b i d a n g m i l i t e r d e n g a n m a s u k n y a s e n a p a n . D a l a m


(15)

m a s a l a h p o l i t i k , N o b u n a g a s a n g a t c e r d i k d a l a m m e n g a m b i l k e s e m p a t a n , s e p e r t i m e m a n f a a t k a n p o s i s i A s h i k a g a Y o s h i a k i s e b a g a i shogun d a l a m m e n c a p a i a m b i s i n y a s e r t a p e s a n d a r i k a i s a r O g i m a c h i y a n g m e n a m b a h r a s a p e r c a y a d i r i N o b u n a g a b a h w a n a s i b J e p a n g a d a d i t a n g a n n y a . Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis mengambil judul “Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang”.

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Masalah utama yang akan dikaji adalah “Bagaimana usaha-usaha Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang?”.

Berdasarkan rumusan tersebut maka dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana kondisi politik dan sosial Jepang sebelum terjadi unifikasi? 2. Bagaimana pemikiran Oda Nobunaga terhadap unifikasi Jepang? 3. Bagaimana politik Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang?

4. Bagaimana bentuk kebijakan Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kondisi politik dan sosial Jepang sebelum terjadi unifikasi. 2. Menjelaskan pemikiran Oda Nobunaga tentang unifikasi Jepang.


(16)

3. Menjelaskan politik Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang.

4. Mengindentifikasi kebijakan yang dikeluarkan Oda Nobunaga pada zaman unifikasi Jepang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Memperkaya penulisan sejarah kawasan, khususnya kawasan Asia Timur yaitu Jepang.

2. Memperkaya penulisan sejarah politik yaitu ketika Jepang mengalami kekacauan politik akibat peperangan dan melihat bagaimana Jepang dapat mengatasi permasalahan politiknya.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di dalamnya

memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta memuat alasan peneliti memilih masalah peranan Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan. Selain itu, bab ini juga memuat tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan mengenai berbagai referensi yang berkaitan dan relevan dengan proses unifikasi Jepang dan tokoh Oda Nobunaga. Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mengkaji dan menganalisis sumber-sumber yang relevan dengan tema yang dibahas. Penulis melakukan kritik terhadap sumber tersebut, apakah sumber itu layak digunakan dalam penelitian atau tidak.


(17)

Dalam bab ini penulis akan membahas langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini.

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN ODA NOBUNAGA DALAM PROSES UNIFIKASI JEPANG

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan mengenai Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang yang dikembangkan dalam sub bab-sub bab yang dibagi sesuai dengan keperluan penelitian. Adapun dalam sub bab tersebut akan dipaparkan analisa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan sumber-sumber yang ditemukan.

Pada sub bab pertama dibahas mengenai kondisi politik dan sosial Jepang sebelum terjadi unifikasi Sedangkan pada sub bab selanjutnya dibahas mengenai pemikiran Oda Nobunaga tentang unifikasi Jepang. Kemudian pada sub bab ketiga akan dibahas mengenai politik Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang. Pada sub bab yang terakhir akan dibahas kebijakan yang dikeluarkan Oda Nobunaga pada zaman unifikasi Jepang. Dalam sub bab ini akan dijelaskan bentuk-bentuk kebijakan yang dilakukan oleh Oda Nobunaga, misalnya adanya hubungan dagang dengan bangsa barat, khususnya perdagangan senjata api yang pada saat itu merupakan barang yang langka di Jepang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis penulis terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan.


(18)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul “Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang” ini, yaitu metode historis yaitu suatu metode yang menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Metode historis ini sesuai dengan tujuan yang akan dikaji dalam penelitian skripsi ini. Penulis menggunakan metode historis dalam penelitian ini karena data-data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini berasal dari masa lampau.

Sjamsuddin (2007: 13-14) dalam bukunya Metodologi Sejarah menjelaskan bahwa metode merupakan suatu prosedur, proses, teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek atau bahan yang akan diteliti dengan kata lain metode adalah how to know (bagaimana mengetahui). Pada buku yang sama dijelaskan bahwa metode historis adalah “suatu pengkajian, penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau”. Dari definisi metode historis yang sudah dijelaskan, dapat ditarik gambaran bahwa metode historis digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau permasalahan pada masa lampau secara deskriptif dan analitis.

Penulisan sejarah tidak hanya mengungkapkan suatu peristiwa secara kronologis, melainkan dilakukan dengan analisis. Penulis menggunakan metode historis, karena data dan fakta yang dibutuhkan sebagai sumber skripsi berasal dari masa lampau. Adapun langkah-langkah dalam metode historis merujuk pada pendapat Ismaun adalah:

1) Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Sumber sejarah adalah “segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality)” (Sjamsuddin, 2007: 95). Pada langkah tersebut, penulis


(19)

mengunjungi beberapa perpustakaan, toko buku, dan penelusuran sumber melalui internet

2) Kritik, suatu metode yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran dalam penelitian sejarah. Kritik sumber sejarah ini terbagi ke dalam dua aspek, yakni aspek internal (dalam) dan eksternal (luar). Kritik eksternal dilakukan dalam menguji integritas dan otentisitas sumber-sumber sejarah yang sifatnya bukan terhadap isi (content) dari sumber sejarah. Kritik internal digunakan untuk menilai isi dari sumber sejarah yang ditemukan dan menelaah sejauh mana penyajian antara fakta dan interpretasi penulis terhadap sumber tersebut

3) Interpretasi, pada tahap ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber sejarah yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Sumber atau data yang itu kemudian disusun ke dalam suatu bentuk konsep yang utuh. 4) Historiografi yaitu penulisan hasil penelitian, dalam tahap ini penulis

menyajikan keseluruhan isi skripsi dalam uraian dengan bahasa yang sederhana dan tidak lepas dari EYD (Ismaun, 2005, 49-51).

Menurut Sjamsuddin (2007: 156), “keberartian seluruh fakta yang dijaring melalui metode kritik baru dapat dipahami hubungannya satu sama lain setelah semuanya ditulis dalam suatu keutuhan historiografi”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu data dan fakta dapat dijadikan sebagai suatu sumber setelah melalui kritik yang selanjutnya menjadi suatu bentuk historiografi.

Disamping empat langkah metode historis di atas, terdapat pula beberapa langkah kerja yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Langkah-langkah tersebut, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan dan laporan penelitian.

3.1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum berlanjut pada langkah-langkah selanjutnya. Adapun langkah yang ditempuh oleh penulis pada tahap ini adalah sebagai berikut:


(20)

3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan dan pengajuan tema penelitian merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam mengawali penelitian. Tahapan yang dilakukan diantaranya adalah memilih dan menentukan topik penelitian. Proses pemilihan topik dilakukan setelah penulis membaca sejumlah literatur dan pada akhirnya memperoleh permasalahan mengenai bagaimana usaha-usaha Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang yang difokuskan antara tahun 1573 sampai tahun 1582. Selanjutnya topik yang telah dipilih itu diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yang secara khusus menangani masalah penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Setelah mengajukan topik yang kemudian penulis beri judul Unifikasi Jepang pada zaman Oda Nobunaga (1573-1582). Maka langkah selanjutnya yaitu melakukan penelitian dan menyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian. Sebelum menyusun rancangan penelitian, terlebih dahulu penulis mencari bahan kepustakaan untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kemudian sumber yang didapat itu dipakai untuk menunjang dalam membuat rancangan penelitian yang dibuat dalam bentuk proposal skripsi. Adapun proposal yang dibuat pada dasarnya berisi:

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Masalah

3. Rumusan dan Pembatasan Masalah 4. Tujuan Penelitian

5. Penjelasan Judul 6. Tinjauan Pustaka


(21)

8. Sistematika Penulisan

Setelah penulis menyusun proposal, kemudian diserahkan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah untuk selanjutnya dipresentasikan dalam seminar pra rancangan penulisan skripsi. Seminar dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010 dihadapan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak dan juga apakah calon pembimbing yang diajukan bersedia atau tidak untuk menjadi pembimbing.

Pada saat seminar, penulis mendapatkan berbagai masukan dari TPPS dan dosen calon Pembimbing. Setelah proposal penulis disetujui dengan beberapa perbaikan yang harus dilakukan diantaranya adalah judul, latar belakang masalah dan rumusan masalah harus dikaji ulang lagi. Setelah disetujui maka pengesahan untuk penulisan skripsi ini dikeluarkan melalui Surat Keputusan dengan nomor 038/TPPS/JPS/2010 yang diketahui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung dan sekaligus menentukan Pembimbing I dan Pembimbing II.

3.1.3 Proses Bimbingan

Proses bimbingan sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Bimbingan skripsi dilakukan dengan Pembimbing I dan Pembimbing II yang sebelumnya ditunjuk oleh TPPS dan disetujui oleh Pembimbing yang bersangkutan. Pembimbing I skripsi penulis adalah Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Pembimbing II yaitu Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd. Pada proses bimbingan yang dilakukan ini, penulis berkonsultasi dan berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi selama penyusunan skripsi. Proses bimbingan penting dilakukan agar penulis mendapatkan arahan dan masukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini. Proses bimbingan biasanya dimulai dari judul, bab I (pendahuluan), bab II (tinjauan pustaka), bab III (metodologi penelitian), bab IV (pembahasan), dan bab V (kesimpulan), serta abstrak.


(22)

Jadwal bimbingan bersifat bebas dan dalam setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan, revisi, maupun konsultasi sumber. Bimbingan satu bab biasanya tidak cukup satu kali pertemuan karena masih ada kekurangan yang harus ditambah atau diperbaiki oleh penulis. Bimbingan harus dilakukan sampai semua bab selesai dan penulisannya benar.

3.2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan skripsi ini. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Adapun dalam ketiga tahapan ini, penulis uraikan sebagai berikut:

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pada tahapan ini penulis mengumpulkan berbagai sumber dan data yang dapat dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas, khususnya mengenai peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang. Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan manusia pada masa lalu (past actuality) (Sjamsuddin, 2007: 95). Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur berupa buku-buku baik yang berbahasa asing maupun berbahasa Indonesia serta artikel-artikel dari internet yang dapat membantu penulis dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji yaitu mengenai peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang.

Proses pencarian sumber dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai perpustakaan seperti Perpustakaan UPI dan Perpustakaan KAA. Selain mengunjungi perpustakaan tersebut, penulis juga mengunjungi dan membeli beberapa buku di toko buku yang penulis kunjungi seperti toko buku Palasari, dan Gramedia di Bandung.


(23)

Proses pencarian awal penulis lakukan di Perpustakaan Pusat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selama proses pencarian di lokasi tersebut, referensi yang penulis temukan beberapa diantaranya berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis kaji seperti kondisi sosial-politik masyarakat Jepang sebelum terjadi unifikasi dan sumber-sumber yang berkaitan dengan kehidupan Oda Nobunaga. Namun referensi yang ditemukan di perpustakaan UPI tidak cukup untuk menjawab permasalahan yang penulis kaji terutama mengenai peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang

Penulis kemudian melakukan pencarian sumber di Perpustakaan KAA Bandung. Di lokasi ini penulis menemukan beberapa referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, yaitu kondisi sosial-politik masyarakat Jepang sebelum terjadi unifikasi, beberapa referensi mengenai kondisi politik dan sosial Jepang pada abad pertengahan serta gambaran tokoh Oda Nobunaga yang turut didukung oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pergolakan politik pada akhir abad pertengahan di Jepang yang dikenal dengan sengoku jidai. Dari referensi yang ditemukan di lokasi ini dapat memberi gambaran pada penulis bahwa usaha-usaha Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang dilatar belakangi oleh ambisi dirinya sendiri dan adanya pergolakan politik yang menyebabkan dirinya ingin menstabilkan negara serta adanya pesan kaisar kepadanya.

Selama melakukan tahap heuristik, penulis kesulitan dalam memperoleh referensi yang membahas mengenai Oda Nobunaga secara khusus. Kebanyakan dari referensi yang penulis temukan lebih banyak membahas mengenai gambaran tokoh Oda Nobunaga secara singkat.

3.2.2 Kritik dan Analisa Sumber

Pada tahap ini, penulis melakukan kritik dan analisa sumber untuk mengetahui sejauh mana kontribusi sumber yang didapatkan oleh penulis dalam penelitian skripsi ini. Seperti yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (2007:131) bahwa dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan


(24)

untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil.

Kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal merupakan cara melakukan klasifikasi atau pengujian dilihat dari aspek luarnya. Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal usul dari sumber suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 134).

Pada tahap kritik sumber eksternal, penulis menggunakan tiga rumusan dalam melakukan kritik sumber, seperti yang diungkapkan oleh Ismaun (2005: 50) bahwa kritik eksternal bertugas menjawab tiga pertanyaan mengenai sumber:

1. Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki? 2. Apakah sumber itu asli atau turunan?

3. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah?

Pada saat melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis yang berupa buku-buku, penulis mengklasifikasikannya dari aspek latar belakang penulis buku tersebut untuk melihat keotensitasannya sehubungan dengan tema penulisan skripsi ini. Popularitas penulis buku akan membuat tingkat kepercayaan terhadap isi buku akan semakin tinggi. Dalam kritik eksternal penulis juga memperhatikan tahun terbit sumber, beberapa buku yang penulis gunakan memiliki tahun terbit yang sangat jauh dengan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, kondisi fisik buku juga merupakan bagian dari kritik eksternal, beberapa kali penulis menemukan buku lama yang terlihat dari ejaan yang digunakannya, namun penulis harus menggunakan buku tersebut meskipun karena di dalamnya terdapat informasi yang dibutuhkan. Untuk sumber utama, penulis menggunakan buku yang berbahasa Inggris karean keterbatasan sumber buku yang berbahasa Indonesia.

Kemudian cara yang kedua melakukan kritik sumber adalah dengan melakukan kritik interal. Kritik internal berbeda dengan kritik eksternal, dimana menekankan


(25)

pada aspek “dalam” yaitu isi dari sumber. Kritik internal dilakukan untuk menguji apakah isi dari buku tersebut dapat dipercaya atau tidak. Misalnya penulis melakukan kritik internal terhadap buku yang berjudul A History of Japan vol III (1334-1615), dalam buku tersebut dinyatakan bahwa penyatuan Jepang yang dilakukan oleh Oda Nobunaga merupakan ambisinya untuk menjadi penguasa Jepang. Kemudian untuk memperkuat fakta tersebut penulis tidak hanya menggunakan satu literatur saja, tetapi mengkaji literatur yang lain. Setelah membandingkan dengan literatur lain misalnya dalam buku Japan from Prehistory to Modern Times juga disebutkan fakta yang sama, bahwa penyatuan Jepang yang dilakukan oleh Oda Nobunaga merupakan ambisinya unutk menguasai Jepang dan tidak ada keterkaitan dengan pesan dari kaisar yang memintanya untuk menstabilkan negara dari kekacauan. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa latar belakang unifikasi Jepang oleh Oda Nobunaga dipengaruhi oleh karakteristik dirinya yang ambisius dan keras kepala.

3.2.3 Penafsiran (Interpretasi)

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 155). Peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkai dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 59-60). Hal tersebut agar memberikan keberartian atau kebermaknaan yang kemudian dituangkan dalam penulisan yang utuh. Interpretasi juga merupakan tahapan untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta, dan tidak lepas dari referensi pendukung dalam kajian penulisan skripsi.

Sjamsuddin (2007: 164-170) menjelaskan bahwa terdapat dua macam penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor atau tenaga pendorong sejarah yaitu determinisme dan kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil


(26)

keputusan. Diantara bentuk-bentuk deterministik itu ialah determinasi rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran orang besar, penafsiran spiritual dan idealistis, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran sosiologis, dan penafsiran sintesis. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan interpretasi politik.

Interpretasi politik yang penulis pilih dalam penyusunan skripsi ini adalah didasarkan unifikasi Jepang yang dilakukan oleh Oda Nobunaga merupakan salah satu faktor pendorong stabilitas pemerintahan di Jepang yang dapat dirasakan sampai sekarang. Seluruh langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memudahkan dalam proses menafsirkan dan sebagai bentuk rekonstruksi yang menggambarkan “Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang”.

3.2.4 Laporan Penelitian (Historiografi)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam prosedur penelitian. Laporan penelitian merupakan puncak dari suatu prosedur penelitian sejarah setelah melakukan tahap heuristik, kritik, dan interpretasi. Seluruh hasil penelitian dituangkan dalam bentuk penulisan sejarah atau disebut historiografi. Sjamsuddin (2007: 156) menjelaskan bahwa

Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknik penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan yang utuh yang disebut historiografi.

Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut, disusun menjadi sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis berupaya untuk menyusun skripsi ini dengan melakukan analisis secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang.


(27)

Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian yang memuat pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan, dan terakhir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang didalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta memuat alasan peneliti memilih masalah peranan Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan. Selain itu, bab ini juga memuat tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka dipaparkan mengenai berbagai referensi yang berkaitan dan relevan dengan proses unifikasi Jepang dan tokoh Oda Nobunaga. Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mengkaji dan menganalisis sumber-sumber yang relevan dengan tema yang dibahas. Penulis melakukan kritik terhadap sumber tersebut, apakah sumber itu layak digunakan dalam penelitian atau tidak.

BAB III Metodologi Penelitian, dalam bab ini penulis akan membahas langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini.

BAB IV Pembahasan, penulis akan memaparkan mengenai Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang yang dikembangkan dalam sub bab-sub bab yang dibagi sesuai dengan keperluan penelitian. Adapun dalam sub bab tersebut akan dipaparkan analisa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan sumber-sumber yang ditemukan. Pada sub bab pertama dibahas mengenai kondisi politik dan sosial Jepang sebelum terjadi unifikasi Sedangkan pada sub bab selanjutnya dibahas mengenai pemikiran Oda


(28)

Nobunaga tentang unifikasi Jepang. Kemudian pada sub bab ketiga akan dibahas mengenai politik Oda Nobunaga dalam proses unifikasi Jepang. Pada sub bab yang terakhir akan dibahas kebijakan yang dikeluarkan Oda Nobunaga pada zaman unifikasi Jepang. Dalam sub bab ini akan dijelaskan bentuk-bentuk kebijakan yang dilakukan oleh Oda Nobunaga, misalnya adanya hubungan dagang dengan bangsa barat, khususnya perdagangan senjata api yang pada saat itu merupakan barang yang langka di Jepang.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis penulis terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan.

Daftar Pustaka: merupakan kegiatan yang mencantumkan semua sumber tertulis (buku, artikel, dan jurnal). Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis tanpa nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar-baris satu spasi, sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah dua spasi.

Lampiran-lampiran: berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan pembaca, setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya, dan diberi judul. Riwayat hidup memuat informasi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, prestasi-prestasi yang pernah dicapai dan ditulis dalam bentuk uraian singkat.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Bab ini akan mendeskripsikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diperoleh. Setelah melakukan pengkajian terhadap permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, mengenai kondisi sosial-politik Jepang sebelum terjadi unifikasi yaitu munculnya pergeseran kekuasaan di Jepang yang dinamakan dengan istilah gekokujo (kekuasaan golongan atas berpindah ke golongan bawahan). Gekokujo tersebut merupakan buah efek dari lemahnya pemerintahan keshogunan Muromachi setelah mengalami perang saudara yang dikenal dengan perang Onin. Fenomena gekokujo ini merambah ke setiap elemen pemerintahan dan struktur masyarakat feodal di Jepang, diantaranya bangkitnya golongan petani yang banyak menjadi prajurit pejalan kaki (ashigaru) yang akhirnya berkembang menjadi kekuatan militer utama para penguasa daerah, munculnya pemberontakan para biksu militan sekte Jodo Shinshu bersama rakyat jelata dan tuan tanah rendahan (kokujin) dengan membentuk kelompok Ikko-ikki yang bertujuan untuk mendirikan pemerintahan independen, adanya shogun boneka yang dikendalikan klan-klan (keluarga militer) yang berpengaruh dan munculnya hegemoni klan-klan baru yang berhasil menggantikan klan-klan lama dan menjadi penguasa daerah (daimyo) yang saling berperang dalam usaha memperebutkan hegemoni kekuasaannya di Jepang.

Kedua, mengenai latar belakang pemikiran Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang tidak lepas dari karakter Oda Nobunaga yang sangat ambisius dan keras kepala serta adanya kesempatan yang didapatkannya. Munculnya karakter Oda Nobunaga tersebut terbentuk dari lingkungannya dan pengalaman hidupnya yang keras. Akhirnya Nobunaga tumbuh menjadi sosok penguasa yang berkepribadian keras kepala, mudah emosi dan memiliki ambisi yang melebihi ambisi penguasa pada masa itu. Kemudian adanya kesempatan yang didapatkan Oda Nobunaga dalam usaha


(30)

menyatukan Jepang adalah ucapan selamat dari kaisar Ogimachi pada tahun 1567 atas keberhasilan Nobunaga dalam menguasai provinsi Mino (sekarang prefektur Gifu). Nobunaga beranggapan bahwa ucapan selamat tersebut bermakna bahwa kaisar menginginkan Nobunaga untuk mengakhiri kekacauan politik di ibukota, bahkan seluruh negeri.

Ketiga, politik Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang adalah suatu bentuk usahanya yang seringkali menggunakan kekuatan militer yang besar sebagai wujud ambisinya yang kuat untuk menundukan daerah-daerah yang belum tunduk kepadanya dan melakukan perkawinan politik agar daerah yang telah dikuasai dapat dikontrol dengan leluasa. Alasan Nobunaga menggunakan kekuatan militer dalam setiap usahanya untuk menyatukan Jepang adalah adanya kondisi politik di Jepang yang mengharuskan ia melakukan kekerasan atau pertempuran dengan kekuatan militer yang besar. Selain, itu Nobunaga sering memanfaatkan posisi shogun dan kaisar untuk menyerang musuhnya dan ia sangat disegani oleh lawannya, karena seringkali melakukan tindakan kejam terhadap musuhnya yang dianggap telah memberi kerugian besar terhadapnya.

Keempat, kebijakan yang dikeluarkan oleh Oda Nobunaga pada zaman unifikasi merupakan suatu bentuk usaha yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya pada masa itu. Kebijakan tersebut mengarah ke dalam suatu perubahan tatanan dan sistem yang sudah ada. Pada dasarnya, kebijakan Oda Nobunaga meliputi bidang politik, militer, ekonomi dan agama. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang politik pada umumnya adalah upaya terciptanya suatu pemerintahan yang terpusat. Selain itu, Nobunaga berusaha menciptakan sebuah pemerintahan vertikal yang memanfaatkan kharismanya, dituntunnya kesetiaan yang besar dari para pengikutnya dan membentuk sistem organisasi politik dengan merekrut pengikut-pengikut berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang militer tidak lepas dari wujud semboyan Tenka Fubu atau penguasaan negara dengan kekuatan militer. Kebijakan militer lainnya yaitu pengenalan sistem pemisahan antara kaum rakyat jelata dan petarung serta membentuk kelompok prajurit pejalan kaki


(31)

(ashigaru) pembawa senapan dalam skala yang besar. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang ekonomi adalah menjalankan politik pasar bebas (rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan sistem kartel dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang agama adalah membantu masuknya misionaris-misionaris Ordo Yesuit ke Jepang untuk menyebarkan agama Kristen dan menghancurkan salah satu sekte agama Budha yaitu sekte Jodo Shinshu yang dikenal dengan sebutan kelompok Ikko-ikki.

5.2 Rekomendasi

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang merupakan latar belakang penyatuan Jepang setelah terjadi perpecahan politik. Pada saat itu Jepang terbagi menjadi daerah-daerah yang saling berperang yang dikenal dengan sebutan sengoku jidai dan akhirnya Jepang dapat disatukan kembali berkat jasa Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu yang membuat Jepang menjadi sebuah negara dengan pemerintahan yang terpusat sampai sekarang. Penulisan ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan pembaca mengenai sejarah Jepang pada abad pertengahan serta memperkaya pengetahuan mengenai sejarah kawasan, khususnya kawasan Asia Timur yaitu Jepang. Selain itu, penulisan ini dapat dijadikan referensi yang berkaitan dengan materi pelajaran sejarah bagi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dikaji dalam SK/KD kelas XI program IPS semester 2, yaitu SK (Standar Kompetensi) 2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan KD (Kompetensi Dasar) 2.2 Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Selain itu, nilai-nilai yang bisa diambil dari penulisan skrispi ini pada umumnya adalah usaha menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa itu tidaklah mudah, sehingga penting sekali untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa itu, seperti yang dijelaskan dalam skripsi ini bagaimana usaha Oda Nobunaga dalam


(32)

melakukan unifikasi Jepang yang mengalami sejumlah tantangan yang begitu besar. Proses unifikasi yang dilakukan Oda Nobunaga tidaklah mudah, ia harus menyatukan klan-klan yang mendiami wilayah Jepang yang begitu luas dengan serangkaian penaklukan yang seringkali melalui jalan kekerasan, sehingga dibutuhkan waktu dan persiapan yang lama. Jadi, menurut penulis segala sesuatu yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan itu sangatlah penting karena jika telah terjadi perpecahan akan menimbulkan kehancuran, seperti latar belakang proses unifikasi Jepang oleh Oda Nobunaga yang diawali dengan runtuhnya keshogunan Muromachi akibat dari perpecahan klan di Jepang.

Mengenai tokoh dalam skripsi ini, yaitu Oda Nobunaga yang merupakan penguasa daerah (daimyo) kuat pada masa sengoku. Ia pada awalnya dianggap sebagai orang bodoh, tetapi akhirnya ia bangkit dan tumbuh menjadi seorang penguasa besar yang dapat menyatukan sebagian besar wilayah Jepang. Tetapi dalam usahanya tersebut, ia seringkali melakukan jalan kekerasan dan kebrutalan sesuai dengan wataknya yang ambisius dan keras kepala. Kondisi tersebut menurut penulis merupakan suatu hal yang sangat keji jika memakai kacamata zaman sekarang, tetapi hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar jika memakai kacamata pada zaman itu. Walaupun sosok Oda Nobunaga ini dianggap tokoh yang brutal, tetapi ada beberapa nilai positif yang bisa kita ambil dan dijadikan insipirasi yang berguna bagi kehidupan kita. Nilai positif yang bisa diambil dari sosok Oda Nobunaga tersebut adalah adanya keseriusan dan kemauan yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang hal kita inginkan dengan berbekal keberanian, percaya diri, kerja keras dan pantang menyerah.


(33)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. (Terjemahan Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bryant, Anthony J. & McBride, Angus. (1994). Samurai 1550-1600. Oxford: Osprey Publishing.

Cooper, Michael. (1965) They Come to Japan: An Anthology of European Report on Japan, 1543-1640. California: Berkeley University of California Press. Frederic, Louis & Roth. (2005). Japan Encyclopedia. Harvard: Harvard University

Press.

Gaukroger, Nik & Scott, Richard Bodley. (2009). Empires of The Dragon: The Far East At War. Oxford: Osprey Publishing.

Grolier Incorporated. (1985). The New Book of Knowledge, Vol 4. USA : Author.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press.

Hall, John Whitney. (1968). Japan: From Prehistory to Modern Times. Tokyo: Charles E. Tuttle Company.

---. (1990). The Cambridge History of Japan, Vol. 3, Medieval Japan. New York : Cambridge University Press.

Henshall, Kenneth G. (2004). A History of Japan : From Stone Age to Superpower 2nd edition. New York: Palgrave Macmillan.


(34)

Huffman, James L. (2010). Japan in World History. New York: Oxford University Press.

Ismaun. (1992). Pengantar Ilmu sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah.

Jansen, Marius B. (2000). The Making of Modern Japan. USA: The Belknap Press of Harvard University Press.

Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Mangandaralam, Syahbuddin. (1986). Mengenal Dari Dekat, Jepang Negara Matarhari Terbit. Bandung: CV Remadja Karya.

Morton, W. Scott & Olenik, J. Kenneth (2005). Japan: Its History and Culture fourth edition. United States of America: McGraw-Hill.

Meyer, Milton W. (2009). Japan: A Concise History 4th edition. Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers.

Lieberman, Victor. (2009). Strange Parallels Southeast Asia in Global Context, c. 800–1830 Volume 2: Mainland Mirrors: Europe, Japan, China, South Asia, and the Islands.Cambridge: Cambridge University Press.

Papinot, Edmond. (1948). Historical and Geographical Dictionary in Japan. Germany : Overbeck. Co.

Sakamoto, Tora. (1982). Jepang: Dulu dan Sekarang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sansom, George Bailey. (1963). A History of Japan: 1334-1615. Tokyo: Charles E. Tuttle Company.


(35)

---. (1950). The Western World and Japan. London: The Cresset Press.

Shigezane, Okanoya (1943). Shogun and Samurai: Tales of Nobunaga, Hideyoshi, and Ieyasu. (Terjemahan Andrew dan Yoshiko Dykstra). Tokyo: Iwanami Shoten.

Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Swandana, Dozi. (2009). Dewa Perang Jepang. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Tsang, Carol Richmond. (2007). War and Faith: Ikkō Ikki in Late Muromachi Japan. Cambridge: Harvard University Press.

Turnbull, Stephen. (2002). Essensial Histories: War In Japan 1467-1615. Oxford: Osprey Publishing.

---. (2000). Nagashino 1575: Slaughter at the Barricades. Oxford: Osprey Publishing.

UPI. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Weston, Mark & Walter (2002). Giants of Japan : The Lives of Japan’s Most Influential Men and Women. Amerika : Kodansha America.

Yasouka, Akio. (1978). The Modern History of Japan. Tokyo: The International Society for Educational Information.


(36)

Sumber Internet :

Dugdale, Pointon. (2005). Oda Nobunaga. (Online). Tersedia: http://www.historyofwar.org/articles/people_nobunaga.html [21 Desember 2011].

Wikibooks. (2008). Japan History/The Warring States Periode. (Online). Tersedia:http://en.wikibooks.org/wiki/Japanese_History/The_Warring_State s_Period [21 Desember 2011].

Walker, Lee Jay. (2011). Oda Nobunaga: A Leader Open to Modernity in The 16th Century. (Online). Tersedia: http://moderntokyotimes.com/2011/12/17/oda-nobunaga-a-leader-open-to-modernity-in-the-16th-century/ [21 Desember 2011].

Wanczura, Dieter. (2002). Oda Nobunaga: 1534-1582. (Online). Tersedia: http://www.artelino.com/articles/oda_nobunaga.asp [21 Desember 2011].

West, C. E. & Seal, F. W. (2004a). Oda Clan Timeline. The Samurai Archives Japanese History Pages. (Online). Tersedia: http://www.samurai-archives.com /clantime.html [21 Desember 2011].

---. (2004b). Oda Nobunaga (1534 – 1582). The Samurai Archives Japanese History Pages. (Online). Tersedia: http://www.samurai-archives.com/nobunaga.html [21 desember 2011].

Wikipedia. (2009). Oda Nobunaga. (Online). Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Oda_Nobunaga [21 Desember 2011]


(1)

87

Rd. Ryan Haryadi , 2013

Peranan Oda Nobunaga Dalam Proses Unifikasi Jepang Tahun 1567-158 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(ashigaru) pembawa senapan dalam skala yang besar. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang ekonomi adalah menjalankan politik pasar bebas (rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan sistem kartel dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu. Kebijakan Oda Nobunaga dalam bidang agama adalah membantu masuknya misionaris-misionaris Ordo Yesuit ke Jepang untuk menyebarkan agama Kristen dan menghancurkan salah satu sekte agama Budha yaitu sekte Jodo Shinshu yang dikenal dengan sebutan kelompok Ikko-ikki.

5.2 Rekomendasi

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang merupakan latar belakang penyatuan Jepang setelah terjadi perpecahan politik. Pada saat itu Jepang terbagi menjadi daerah-daerah yang saling berperang yang dikenal dengan sebutan sengoku jidai dan akhirnya Jepang dapat disatukan kembali berkat jasa Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu yang membuat Jepang menjadi sebuah negara dengan pemerintahan yang terpusat sampai sekarang. Penulisan ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan pembaca mengenai sejarah Jepang pada abad pertengahan serta memperkaya pengetahuan mengenai sejarah kawasan, khususnya kawasan Asia Timur yaitu Jepang. Selain itu, penulisan ini dapat dijadikan referensi yang berkaitan dengan materi pelajaran sejarah bagi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dikaji dalam SK/KD kelas XI program IPS semester 2, yaitu SK (Standar Kompetensi) 2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan KD (Kompetensi Dasar) 2.2 Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Selain itu, nilai-nilai yang bisa diambil dari penulisan skrispi ini pada umumnya adalah usaha menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa itu tidaklah mudah, sehingga penting sekali untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa itu, seperti yang dijelaskan dalam skripsi ini bagaimana usaha Oda Nobunaga dalam


(2)

88

melakukan unifikasi Jepang yang mengalami sejumlah tantangan yang begitu besar. Proses unifikasi yang dilakukan Oda Nobunaga tidaklah mudah, ia harus menyatukan klan-klan yang mendiami wilayah Jepang yang begitu luas dengan serangkaian penaklukan yang seringkali melalui jalan kekerasan, sehingga dibutuhkan waktu dan persiapan yang lama. Jadi, menurut penulis segala sesuatu yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan itu sangatlah penting karena jika telah terjadi perpecahan akan menimbulkan kehancuran, seperti latar belakang proses unifikasi Jepang oleh Oda Nobunaga yang diawali dengan runtuhnya keshogunan Muromachi akibat dari perpecahan klan di Jepang.

Mengenai tokoh dalam skripsi ini, yaitu Oda Nobunaga yang merupakan penguasa daerah (daimyo) kuat pada masa sengoku. Ia pada awalnya dianggap sebagai orang bodoh, tetapi akhirnya ia bangkit dan tumbuh menjadi seorang penguasa besar yang dapat menyatukan sebagian besar wilayah Jepang. Tetapi dalam usahanya tersebut, ia seringkali melakukan jalan kekerasan dan kebrutalan sesuai dengan wataknya yang ambisius dan keras kepala. Kondisi tersebut menurut penulis merupakan suatu hal yang sangat keji jika memakai kacamata zaman sekarang, tetapi hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar jika memakai kacamata pada zaman itu. Walaupun sosok Oda Nobunaga ini dianggap tokoh yang brutal, tetapi ada beberapa nilai positif yang bisa kita ambil dan dijadikan insipirasi yang berguna bagi kehidupan kita. Nilai positif yang bisa diambil dari sosok Oda Nobunaga tersebut adalah adanya keseriusan dan kemauan yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang hal kita inginkan dengan berbekal keberanian, percaya diri, kerja keras dan pantang menyerah.


(3)

Rd. Ryan Haryadi , 2013

Peranan Oda Nobunaga Dalam Proses Unifikasi Jepang Tahun 1567-158 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Beasley, W. G. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. (Terjemahan Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bryant, Anthony J. & McBride, Angus. (1994). Samurai 1550-1600. Oxford: Osprey Publishing.

Cooper, Michael. (1965) They Come to Japan: An Anthology of European Report on Japan, 1543-1640. California: Berkeley University of California Press. Frederic, Louis & Roth. (2005). Japan Encyclopedia. Harvard: Harvard University

Press.

Gaukroger, Nik & Scott, Richard Bodley. (2009). Empires of The Dragon: The Far East At War. Oxford: Osprey Publishing.

Grolier Incorporated. (1985). The New Book of Knowledge, Vol 4. USA : Author. Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. (Terjemahan Nugroho Notosusanto).

Jakarta: UI Press.

Hall, John Whitney. (1968). Japan: From Prehistory to Modern Times. Tokyo: Charles E. Tuttle Company.

---. (1990). The Cambridge History of Japan, Vol. 3, Medieval Japan. New York : Cambridge University Press.

Henshall, Kenneth G. (2004). A History of Japan : From Stone Age to Superpower 2nd edition. New York: Palgrave Macmillan.


(4)

Huffman, James L. (2010). Japan in World History. New York: Oxford University Press.

Ismaun. (1992). Pengantar Ilmu sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah. Jansen, Marius B. (2000). The Making of Modern Japan. USA: The Belknap Press

of Harvard University Press.

Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Mangandaralam, Syahbuddin. (1986). Mengenal Dari Dekat, Jepang Negara

Matarhari Terbit. Bandung: CV Remadja Karya.

Morton, W. Scott & Olenik, J. Kenneth (2005). Japan: Its History and Culture fourth edition. United States of America: McGraw-Hill.

Meyer, Milton W. (2009). Japan: A Concise History 4th edition. Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers.

Lieberman, Victor. (2009). Strange Parallels Southeast Asia in Global Context, c. 800–1830 Volume 2: Mainland Mirrors: Europe, Japan, China, South Asia, and the Islands.Cambridge: Cambridge University Press.

Papinot, Edmond. (1948). Historical and Geographical Dictionary in Japan. Germany : Overbeck. Co.

Sakamoto, Tora. (1982). Jepang: Dulu dan Sekarang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sansom, George Bailey. (1963). A History of Japan: 1334-1615. Tokyo: Charles E. Tuttle Company.


(5)

Rd. Ryan Haryadi , 2013

Peranan Oda Nobunaga Dalam Proses Unifikasi Jepang Tahun 1567-158 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

---. (1950). The Western World and Japan. London: The Cresset Press.

Shigezane, Okanoya (1943). Shogun and Samurai: Tales of Nobunaga, Hideyoshi, and Ieyasu. (Terjemahan Andrew dan Yoshiko Dykstra). Tokyo: Iwanami Shoten.

Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Swandana, Dozi. (2009). Dewa Perang Jepang. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Tsang, Carol Richmond. (2007). War and Faith: Ikkō Ikki in Late Muromachi Japan. Cambridge: Harvard University Press.

Turnbull, Stephen. (2002). Essensial Histories: War In Japan 1467-1615. Oxford: Osprey Publishing.

---. (2000). Nagashino 1575: Slaughter at the Barricades. Oxford: Osprey Publishing.

UPI. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Weston, Mark & Walter (2002). Giants of Japan : The Lives of Japan’s Most Influential Men and Women. Amerika : Kodansha America.

Yasouka, Akio. (1978). The Modern History of Japan. Tokyo: The International Society for Educational Information.


(6)

Sumber Internet :

Dugdale, Pointon. (2005). Oda Nobunaga. (Online). Tersedia: http://www.historyofwar.org/articles/people_nobunaga.html [21 Desember 2011].

Wikibooks. (2008). Japan History/The Warring States Periode. (Online). Tersedia:http://en.wikibooks.org/wiki/Japanese_History/The_Warring_State s_Period [21 Desember 2011].

Walker, Lee Jay. (2011). Oda Nobunaga: A Leader Open to Modernity in The 16th Century. (Online). Tersedia: http://moderntokyotimes.com/2011/12/17/oda-nobunaga-a-leader-open-to-modernity-in-the-16th-century/ [21 Desember 2011].

Wanczura, Dieter. (2002). Oda Nobunaga: 1534-1582. (Online). Tersedia: http://www.artelino.com/articles/oda_nobunaga.asp [21 Desember 2011]. West, C. E. & Seal, F. W. (2004a). Oda Clan Timeline. The Samurai Archives

Japanese History Pages. (Online). Tersedia: http://www.samurai-archives.com /clantime.html [21 Desember 2011].

---. (2004b). Oda Nobunaga (1534 – 1582). The Samurai Archives Japanese History Pages. (Online). Tersedia: http://www.samurai-archives.com/nobunaga.html [21 desember 2011].

Wikipedia. (2009). Oda Nobunaga. (Online). Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Oda_Nobunaga [21 Desember 2011]