KEPEMIMPINAN ODA NOBUNAGA DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI POLITIK : ANALISIS NARATIF PADA NOVEL ODA NOBUNAGA SERI 4 KARYA SOHACHI YAMAOKA.
KEPEMIMPINANODANOBUNAGADALAMPERSPEKTIF
KOMUNIKASIPOLITIK
(AnalisisNaratifpadaNovelOdaNobunagaseri4KaryaSohachiYamaoka)
SKRIPSI
DiajukanKepadaUniversitasIslamNegeriSunanAmpelSurabaya UntukMemenuhiSalahSatuPersyaratandalamMemperoleh Gelar
SarjanaIlmuKomunikasi(S.I.Kom)
Oleh
Eka Saputri Mayasari
NIM. B76212099
PROGRAMSTUDIILMUKOMUNIKASI
JURUSANKOMUNIKASI
FAKULTASDAKWAHDANKOMUNIKASI
UNIVERSITASISLAMNEGERISUNANAMPELSURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Eka Saputri Mayasari, B76212099, 2016. Kepemimpinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi Politik (Analisis wacana Oda Nobunaga dalam novel seri 4 karya Sohachi Yamaoka) Kata Kunci : Oda Nobunaga, Kepemimpinan, Komunikasi politik
Skrispsi ini membahas tentang karakteristik kepemimpinan Oda Nobunaga dan strategi politik yang dibentuk oleh Oda Nobunaga dalam usahanya untuk mempersatukan Jepang secara sistematis. Dalam skripsi ini juga membahas pesan komunikasi politik yang ada pada novel Oda Nobunaga seri 4 ini.
Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: 1. Bagaiman karateristik Oda Nobunaga serta strategi politik apa yang sudah dibentuk oleh oda Nobunaga dalam novel seri 4 karya Sohachi Yamaoka, 2. Pesan komunikasi politik apa yang ada dalam novel Oda Nobunaga seri 4.
Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode analisis naratif dengan pendekatan analisis naratif model Tzvetan Todorov. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa sifat dan watak Oda Nobunaga yang terkenal kejam dan sadis akan tindakan-tindakannya sebagai pemimpin dalam usahanya untuk menyatukan jepang serta dalam pembuatan strategi politik di dasari atas situasi dan lingkungan yang menuntut Nobunaga bertindak seperti itu dalam kekacauan yang terjadi di zaman sengoku atau zaman foedalisme di Jepang. Negosiasi dan delegasi merupakan bentuk pesan komunikasi politik yang ada pada novel Oda Nobunaga seri 4 ini.
(7)
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN (sampul dalam) ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTRA GAMBAR ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan ... 7
D. Manfaat ... 7
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
F. Definisi Konsep... 12
1. Kepemimpinan ... 12
2. Oda Nobunaga ... 13
3. Komunikasi Politik ... 16
4. Pesan ... 18
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 24
H. Metode Penelitian ... 29
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29
2. Unit Analisis ... 30
3. Jenis dan Sumber Data ... 31
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 33
5. Teknik Pengumpulan Data ... 34
6. Teknik Analisis Data ... 36
I. Sistematika Penulisan ... 40
BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka... 41
1. Teks dalam Bias Wawasan ... 41
2. Kepemimpinan dalam Perspektif Komunikasi Politik .... 47
3. Periodesasi Peradaban Jepang ... 64
(8)
BAB III : PENYAJIAN DATA
A. Gambaran Umum Novel Oda Nobunaga seri 4 ... 78
1. Sinopsis Novel Oda Nobunaga seri 4 ... 78
2. Biografi Penulis Novel Oda Nobunaga seri 4 ... 81
3. Biografi Penerjemah Novel Oda Nobunaga seri 4 ... 82
4. Analisis Tema, Tokoh atau Penokohan dan Latar dalam Novel Oda Nobunaga seri 4 Karya Sohachi Yamaoka ... 83
a. Tema... 83
b. Tokoh dan Penokohan ... 85
1) Oda Nobunaga... 87
2) Putrih Noh ... 90
3) Nagamasa Azai ... 91
4) Oichi ... 93
5) Tokugawa Ieyasu ... 94
6) Akechi Mitsuhide ... 95
7) Toyotomi Hideyoshi ... 96
8) Takeda Shingen ... 97
c. Latar ... 97
1) Latar Tempat ... 98
2) Latar Waktu... 100
B. Biografi Oda Nobunaga ... 101
C. Deskripsi Data Penelitian ... 105
1. Data tentang karakteristik kepemimpinan dan strategi politik Oda Nobunaga ... 107
2. Data tentang pesan politik yang ada pada novel ... 117
BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 119
1. Unsur Narasi Fiksi ... 120
a. Kondisi Awal ... 121
b. Ganggua/disription ... 122
c. Kesadaran Terjadi Gangguan ... 122
d. Upaya untuk Memperbaiki Gangguan ... 124
e. Pemulihan Keseimbangan ... 124
2. Narasi dan Narator ... 124
3. Karakter dalam narasi ... 125
a. Pahlawan ... 125
b. Penjahat ... 126
c. Penolong... 126
d. Putri ... 126
4. Intertekstualitas ... 126
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori... 128
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 134
(9)
B. Rekomendasi ... 135
DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jepang adalah Negara yang memiliki periode zaman sesuai dengan pergantian kekuasaan. Khususnya pada masa foedalisme militer di Jepang, dalam masa foedalisme militer di Jepang muncul tiga pemerintahan militer atau Bakufu, yaitu Bakufu Kamakura,Bakufu Muromachi dan Bakufu Edo. Ketiga Bakufu tersebut dipimpin oleh seii tai shogun (jenderal besar yang memiliki kekuasaan penuh) di era ini disebut dengan Zaman Sengoku atau Sengoku Jidai, zaman Sengoku (Sengoku jidai) atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Warring States period merupakan salah satu dari sekian banyak pembagian zaman dalam sejarah Jepang. Zaman Sengoku merupakan masa dimana kerap terjadi pergolakan sosial, intrik dalam kancah politik, serta konflik militer yang hampir secara konstan berlangsung dari awal abad ke-15 hingga awal abad ke-17.
Kata 1Sengoku sendiri diadopsi oleh pada budayawan Jepang dengan mengacu pada Warring States Period yang ada pada sejarah negara Cina. periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sekitar tahun 1493 Peristiwa Meiōnoseihen
(pergolakan di dalam klan Ashikaga untuk menentukan pewaris jabatan shogun) sampai shogun ke-15 Ashikaga Yoshiaki ditaklukkan oleh Oda Nobunaga yang menandai akhir zaman
1www.[Info] - Sengoku Jidai (Sengoku Period) _ KAORI NG
. Diakses pada tanggal 25 agustus 2015. Pada pukul 14.09 wib
(11)
2
Muromachi dan mengawali zaman Azuchi Momoyama. Zaman Sengoku adalah akhir dari zaman Muromachi. Ada juga pendapat yang mengatakan zaman Azuchi Momoyama atau disebut juga zaman Shokuhō zaman dimana Oda Nobunaga-Toyotomi Hideyoshi sudah dimulai sejak Oda Nobunaga mulai bertugas di Kyoto sebagai pengikut Ashikaga Yoshiaki.
Pergolakan-pergolakan yang terjadi mengakibatkan melemahnya kontrol kekaisaran, hal ini yang memicu munculnya para Daimyo guna mengisi kekosongan kekuasaan (vacuum of power) yang terjadi. Pada pergantian kekuasan inilah klan yang terorganisir dengan baik seperti keluarga Takeda dan Imagawa yang berkuasa dibawah otoritas dari
Kamakura shogunate dan Muromachi shogunate berhasil memperluas
pengaruh mereka. Pada dasarnya banyak klan-klan besar yang ada, namun posisi mereka pada akhirnya tergusur oleh bawahan yang lebih mempunyai kompetensi.
(12)
3
Berawal dari sejarah itulah sang novelis sekaligus mantan press perang dunia II Sohachi Yamaoka menulis sebuah novel yang terdiri atas 5 seri yang berjudul Oda Nobunaga sang penakluk dari Owari, dalam kelima novel tersebut Sohachi Yamaoka menceritakan sepak terjang sang Daimyo legendari yang kontroversi Oda Nobunaga. Seri 1 dalam novel Oda Nobunaga menceritakan tentang Oda Nobunaga yang berusia 15 tahun dan telah mejadi penguasa Kastil Nagoya. Namun, tingkahnya yang kasar dan urakan membuatnya dijuluki si Bodoh dan tidak disukai para petinggi klan Oda. Mereka menginginkan Nobuyuki, adik Nobunaga yang menjadi ketua klan dan mau tidak mau Oda Nobunaga harus disingkirkan. Sedangkan di balik tingkahnya yang urakan, Oda Nobunaga menyimpan kecerdasan dan ambisi untuk mempersatukan Jepang di bawah kepemimpinannya. Seri 1 yang ada pada novel Oda Nobunaga ini mengisahkan masa remaja Oda Nobunaga, pertemanannya dengan Tokugawa Ieyasu, kisah cintanya dengan Putri Noh (Nohime), serta bagaimana dia mengatur strategi untuk menghadapi para penantangnya.
Dalam seri kedua tentang novel Oda Nobunaga Sohachi Yamaoka menulis lanjutan dari novel Oda Nobunaga seri 1 yang mana pada seri kedua ini Nobuyuki, adik dari Oda Nobunaga beserta kelompoknya telah menentukan waktu untuk membunuh Nobunaga yang dikabarkan sakit parah. Selain harus menghadapi adiknya, Nobunaga pun harus menghadapi pasukan Tokugawa Ieyasu dan Imagawa Yoshimoto yang memiliki pasukan sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan Nobunaga yang
(13)
4
harus maju tanpa dukungan dari mertuannya. Dalam novel kedua ini masalah terfokuskan pada kisah asmara Oda Nobunaga dengan Putri Noh serta cara “gila” Nobunaga menghadapi para musuhnya. Pada salah satu peperangan, banyak keraguan kalau Nobunaga bisa menang. Pasukannya yang hanya 4000 akan melawan 40.000 pasukan musuh. Disaat yang seharusnya memimpin rapat untuk rencana peperangan, setiap malam Nobunaga malah keluar kastil untuk menari bersama para petani. Banyak anak buahnya yang dibuat kesal, namun ternyata ada siasat perang yang telah dipersiapkan oleh Nobunaga, yakni siasat yang tak tertebak.
Dalam seri ketiganya dikisahkan Nobunaga memanggil lima anak buah andalannya dan mengumumkan bahwa dia yakin akan menguasai seluruh Jepang. Dia menyuruh mereka memilih sebuah negeri sebagai hadiah darinya. Kini fokus Oda Nobunaga untuk penaklukan seluruh Jepang, tidak lagi soal mempertahankan Owari. Bersama pasukan Tokugawa Ieyasu dan Hideyoshi, Nobunaga berangkat untuk menaklukkan ibu kota-Kyoto. Namun dalam perjalanan mereka harus melewati beberapa negeri musuh yang kuat yakni negeri Mino, Ise, Kuwana, Omi, Mikawa, dan beberapa negeri sekutu takeda Shingen. Dalam hal itu Nobunaga kembali menunjukkan kebolehan strategi dan taktiknya, yang selalu jauh diluar pemahaman lawannya.
Seri ke-4 dalam novel karya Sohachi Yamaoka ini menjadi seri yang paling banyak menceritakan mengenai strategi perang dan politik Oda Nobunaga dalam tujuannya untuk menyatukan Jepang. Dalam seri ke-4 ini di ceritakan bahwa Nobunaga mengalami masa sulit karena terjadi
(14)
5
penghianatan yang di lakukan oleh adik iparnya yang berasal dari klan Azai yakni Nagamasa Azai, Nagamasa Azai dan Ayahnya Hisamasa Azai berkomplotan dengan klan Asakura untuk menghentikan Nobunaga. Selain serangan mendadak yang di luncurkan oleh klan Azai-Asakura, Nobunaga juga mendapatkan serangan dari pendeta militan dari gunung Hiei, serta serangan dari Takeda Shingen. Di serang dari berbagai arah, Nobunaga dan klan gabungan Tokugawa serta Hideyoshi harus membuat strategi baru guna untuk menghadapi musuh yang maju dari berbagai arah.
Seri kelima adalah seri akhir dari Novel Oda Nobunaga sang penakluk dari Owari, dalam seri ini diceritakan bahwa musuh yang menghadang Nobunaga di seri sebelumnya telah di kalahkan, bahkan Nobunaga berhasil menguasai ibu kota Kyoto, hampir ⅓ wilayah Jepang telah di kuasai dan di duduki oleh Oda Nobunaga seperti wilayah Mino, Kyoto, Echizen, dan lain-lain. Meski telah menguasai ⅓ wilayah Jepang, dalam novel ini juga di ceritakan akhir dari Nobunaga, dalam seri ini di ceritakan setelah berhasil menguasai sebagaian besar wilayah Jepang, Nobunaga terpaksa harus melakukan seppuku di kastel Honnoji. Nobunaga melakukan seppuku dikarenakan Nobunaga mendapat serangan dari orang kepercayaannya yakni Akechi Mitsuhide yang melakukan pemberontakan terhadap Nobunaga. Pemberontakan itu terjadi saat Nobunaga sedang berada di kastel Honnoji untuk beristrihat sesaat sebelum melakukan serangan ke wilayah lain, akan tetapi saat sedang istrihat tiba-tiba Akechi Mitsuhide yang saat itu pergi ke wilayah lain memutar haluannya untuk kembali ke kastel guna melakukan serangan terhadap Nobunaga. Di kastel
(15)
6
Honnojilah Nobunaga tewas sebelum berhasil menakhlukan seluruh wilayah Jepang akibat penghianatan yang dilakukan Akechi Mitsuhide.
Berlatar belakang dari tujuan, visi, dan misi yang ingin mempersatukan Jepang dengan cara yang begitu kontroversi dalam membentuk taktik politik serta strategi dan perang untuk menyatukan Bangsa maka saya ingin meneliti kepemimpinan Oda Nobunaga dalam perspektif komunikasi politik yang ada dalam Novel karya Sohachi Yamaoka seri keempat, karena dalam novel seri keempat tersebut begitu banyak representasi mengenai pembentukkan strategi perang kontroversi ala Oda Nobunaga yang meliputi cara negoisasi, karakteristik kepemimpinan, cara membangun konsensus serta cara menciptakan kebersamaan dalam prespektif komunikasi politik dalam memaknai teks guna membentuk sebuah komunikasi politik dalam strategi perang yang efektif terhadap tokoh tersebut dengan penuh keberanian, kecerdasaan, dan penuh semangat untuk mencapai ambisi dan cita-cita dari tokoh tersebut.
serta di kemudian hari tokoh tersebut mampu untuk menaklukkan sebagaian besar wilayah Jepang, juga mengeluarkan kebiajakan-kebijakan politik guna membangun konstruksi dasar peradaban bangsa serta membangun komunikasi politik yang efektif, yang kemudian dapat menjadi dasar landasan bagi sistem masyarakat Jepang dan masyarakat di belahan negara lain khususnya indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan memilih. tokoh tersebut dalam sebuah penelitian.
(16)
7
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat diatarik suatu rumusan permasalahan untuk diteliti dan di analisis lebih lanjut yaitu :
1. Apa saja strategi politik yang pernah dibentuk oleh Oda Nobunaga dalam membentuk kebijakan untuk menyatukan Jepang serta bagaimana karakteristik kepemimpinan Oda Nobunaga?
2. Apa pesan komunikasi politik yang disampaikan oleh Sohachi Yamaoka dalam Novel Oda Nobunaga?
B. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini disesuaikan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas yaitu ingin mendapatkan penjelasan tentang :
1. Mendiskripsikan strategi politik yang dibentuk oleh Oda Nobunaga dan karakteristik kepemimpinan Oda Nobunaga dalam usahanya untuk menyatukan Jepang.
2. Menjelaskan apa saja pesan komunikasi politik yang ingin disampaikan Sohachi Yamaoka dalam novel Oda Nobunaga.
C. MANFAAT PENELITIAN
Berlatar belakang dari tujuan penelitian, maka penelitian ini diarahkan untuk dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:
(17)
8
1. Segi Akademis
Penelitian tentang tokoh dalam novel ini dapat memperdalam studi tentang analisis teks media, tentang gaya kepempinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi Politik di dalam sebuah novel. Disamping itu penelitian Gaya kepemimpinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi Politik ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang analisis naratif model Tzvetan Todorov.
2. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui gaya kepemimpinan Oda Nobunaga dalam Perspektif komunikasi politik dalam mempersatukan bangsa, yang ingin meneliti kajian komunikasi politik dengan menggunakan metode analisis naratif model Tzvetan Todorov. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mampu memberikan tambahan refrensi khususnya diidang ilmu komunikasi.
3. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi novelis agar lebih memperdalam dan mempermudah penggunaan makna tulisan dan kandungan cerita dalam novel karena itu dapat menginspirasi dan mempengaruhi pola pikir masyarakat sebagai pembaca.
(18)
9
D. KAJIAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh peneliti.
Sepanjang pengetahuan peneliti, kajian yang membahas “Kepemimpina Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi Politik” belum pernah ada yang mengajinya. Kalaupun ada, hasil penelitian terdahulu yang mengkaji mengenai analisis semiotika dengan objek kajian yang berbeda atau berbeda juga pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan John Fiske. Sperti halnya kajian penelitian seperti berikut :
1. Alis Kandari, Jurnal 2008, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Alis Kandari yang berjudul “KONSTRUKSI PESAN “MAN JADDA WAJADA” DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI Analisis Wacana Model Norman Fairclough. Dalam penelitian ini Alis Kandari meneliti objek kajian yang digunakan adalah konstruksi pesan “Man Jadda Wajada” yang ada dalam novel Negeri 5 Menara karya A.Fuadi, Alis kandari mengunakan metode analisis teks media dengan menggunakan analisis wacana Model Norman Fairclough. Dalam hal ini peneliti dengan Alis Kandari sama-sama membahas mengenai Konstruksi pesan namun dengan objek yang berbeda,Alis Kandari menjadikan Novel Negeri 5 Menara sebagai objek, sedangkan peneliti menggunakan Novel Oda Nobunaga karya Sohachi Yamaoka dengan
(19)
10
metode analisis teks media menngunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov dengan Kepemimpinan Personnal-situsioanl. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Alis Kandari adalah menunjukkan bahwa: 1) Representasi novel man jadda wajada dapat dilihat pada aspek anak kalimat, pesan menggunakan kosakata dan tata bahasa, kombinasi anak kalimat, gabungan antara anak kalimat yang membentuk koheresi yang memiliki kemandirian dalam diri sang tokoh. 2) Relasi dapat dilihat dari hubungan pesan penulis dan tokoh yang dikonstruksikan setara. Sebaliknya, hubungan relasi antara penulis dan pembaca dikonstruksikan tidak setara, dan 3) Identitas teks man jadda wajada ditandai oleh posisi penulis yang berinteraksi dengan pembaca ditandai langsung dengan pemakaian kata “aku” yang berarti penulis merupakan komunikator langsung. Identitas tokoh yang dibentuk oleh penulis membentuk tokoh sebagai pribadi yang memiliki relevansi kuat, nyata dan konsisten dalam setiap perbuatan yang dilakukannya.
2. Rd. Ryan Haryadi, Jurnal 2013, Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Rd. Ryan haryadi yang berjudul “Peranan Oda Nobunaga dalam Proses Unifikasi Jepang”. Metode yang digunakan oleh Rd. Ryan Haryadi menggunakan metode historis yang mana proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data dan peninggalan peristiwa masa lampau melalui 4 tahap, yaitu heuristik, kritik, interprestasi, dan historiografi. Tehnik penelitian ini dengan cara studi kepustakaan
(20)
11
sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan interdisiplner. Dalam hal ini peneliti dengan Rd. Ryan haryadi sama-sama menjadikan Oda Nobunaga sebagai objek penelitian hanya saja metode dan tehnik penelitiannya yang berbeda. Peneliti menggunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov dengan pendekatan teori kepemimpinan personal-situsional. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rd. Ryan Haryadi mengemukakan bahwa : pertama, kondisi sosial-politik Jepang sebelum terjadi unifikasi yaitu adanya pergeseran kekuasaan yang dinamakan dengan istilah gekokujo (kekuasaan golongan atas berpindah ke golongan bawahan). Gejala gekokujo tersebut muncul sebagai efek dari lemahnya pemerintahan keshogunan Muromachi setelah mengalami perang saudara. Kedua, pemikiran Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang tidak lepas dari karakter Oda Nobunaga yang sangat ambisius dan keras kepala serta adanya kesempatan yang didapatkannya adalah adanya pesan dari kaisar ogimachi pada tahun 1567. Ketiga, politik Oda Nobunaga dalam usaha menyatukan Jepang adalah penggunaan kekuatan militer yang besar sebagai wujud ambisinya yang kuat sesuai semboyannya, yaitu Tenka Fubu. Keempat, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Oda Nobunaga merupakan cara untuk mencapai ambisinya untuk menyatukan Jepang. Pada dasarnya, kebijakan Oda Nobunaga meliputi bidang poltik, militer, ekonomi, dan agama.
(21)
12
E. DEFINISI KONSEP
Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi hal-hal yang khusus1. Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Untuk memperjelas karakter penilaian, perlu kiranya peneliti mendeskripsikan konsep-konsep yang dijadikan dasar pijak penggalian dan analisis data. Konsep-konsep tersebut sebgai berikut :
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan ini akan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, pematangan kelompok dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar-manusia; yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan kepemimpinannya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin. Kepemimpinan dimasukan dalam kategori “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu sosial; sebab prinsip-prinsip, definisi dan teori-teorinya
1
Jallaludin Rachmad, Metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta : Remaja Rosda Karya.1995). Hal .12
(22)
13
diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain, kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk:
a. Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas. b. Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan
c. Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi pemimpin.
2. Oda Nobunaga
lahir 23 Juni 1534 – meninggal 21 Juni 1582 pada umur 47 tahun) adalah seorang daimyo Jepang yang hidup dari zaman Sengoku hingga zaman Azuchi-Momoyama2. Lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adik kandungnya Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran melawan klan Imagawa dan klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan diangkat sebagai pejabat di Kyoto. Kekuatan penentang Nobunaga seperti klan Takeda, klan Asakura, pendukung kuil Enryakuji, dan kuil Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki. Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (rakuichi rakuza) dan melakukan survei wilayah. Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan bunuh diri dalam Insiden Honnōji.
2
(23)
14
Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang asal usul keturunannya tidak jelas. Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti akibat tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan raja iblis.
Nobunaga dilahirkan di Istana Shōbata pada tahun 1534 sebagai putra ketiga Oda Nobuhide, seorang daimyo zaman Sengoku dari Provinsi Owari. Kisah lain mengatakan Nobunaga dilahirkan di Istana Nagoya. Ibunya bernama Dota Gozen (Tsuchida Gozen) yang merupakan istri sah Nobuhide, sehingga Nobunaga berhak menjadi pewaris kekuasaan sang ayah3.
Nobunaga diangkat menjadi penguasa Istana Nagoya sewaktu masih berusia 2 tahun. Sejak kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan "si bodoh dari Owari" dari orang-orang di sekelilingnya. Nama julukan ini diketahui dari catatan tentang Nobunaga yang tertarik pada senapan yang tertulis dalam sejarah masuknya senjata api ke Jepang melalui kota pelabuhan Tanegashima.
Nobunaga sejak masih muda memperlihatkan sifat jenius dan tindakan gagah berani. Tindakan yang sangat mengejutkan sang ayah
3www.wikipedia.com
(24)
15
juga sering dilakukan oleh Nobunaga, seperti menggunakan api untuk melepas sekelompok kuda di Istana Kiyosu. Ketika masih merupakan pewaris kekuasaan ayahnya, Nobunaga dari luar terlihat sangat melindungi para pengikutnya. Di sisi lain, Nobunaga sangat berhati-hati terhadap para pengikut walaupun tidak diperlihatkan secara terang-terangan.
Pada waktu Toda Yasumitsu dari Mikawa membelot dari klan Imagawa ke klan Oda, Matsudaira Takechiyo berhasil diselamatkan dari penyanderaan pihak musuh. Nobunaga sering melewatkan masa kecil bersama Matsudaira Takechiyo (nantinya dikenal sebagai Tokugawa Ieyasu) sehingga keduanya menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun 1546, Nobunaga menyebut dirinya sebagai Oda Kazusanosuke (Oda Nobunaga) setelah diresmikan sebagai orang dewasa pada usia 13 tahun di Istana Furuwatari. Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (katoku) setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada upacara pemakaman ayahnya, Nobunaga melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dengan melemparkan abu dupa ke altar. Ada pendapat yang mengatakan cerita ini merupakan hasil karangan orang beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1553, Hirate Masahide, sesepuh klan Oda melakukan seppuku sebagai bentuk protesnya terhadap kelakuan Nobunaga. Kematian Masahide sangat disesali Nobunaga yang lalu meminta bantuan pendeta bernama Takugen untuk membuka gunung
(25)
16
dan mendirikan tempat beristirahat arwah Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama kuil Masahide.
Pada tahun 1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah. Pertempuran sengit melawan musuh lama Saitō Dōsan dari provinsi Mino akhirnya bisa diselesaikan secara damai. Nobunaga kemudian menikah dengan putri Saito Dōsan yang bernama Nōhime. Pertemuan Nobunaga dengan bapak mertua Saito Dōsan dilakukan di kuil Shōtoku yang terletak di Gunung Kōya. Ada cerita yang mengatakan dalam pertemuan ini kualitas kepemimpinan yang sebenarnya dari Oda Nobunaga mulai terlihat dan reputasi Nobunaga sebagai anak bodoh mulai terhapus. Pada bulan April 1556,
sang bapak mertua Saitō Dōsan tewas akibat kalah bertempur dengan
putra pewarisnya sendiri Saitō Yoshitatsu. Pasukan Dōsan sebetulnya sudah dibantu pasukan yang dikirim Nobunaga, tapi konon sudah terlambat untuk dapat menolong Saitō Dōsan.
3. Komunikasi Politik
Komunikasi politik mempunyai lingkup pembahasan yang sangat luas, tidak hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam memncapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tetapi juga bagaimana sistem yang berlangsung dapat di pertahankan dan dialih generasikan.
“komunikasi politik adalah kombinasi dari berbagai interaksi sosial di mana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan
(26)
17
hubungan masuk ke dalam peredaran” Galnoor dalam komunikasi politik.
Ilmuwan komunikasi Indonesia A. Muis menjelaskan bahwa istilah komunikasi politik merunjuk pada pesan sebagai objek formalnya sehingga titik berat konsepnya terletak pada komunikasi bukan pada politik. Pada hakikatnya komunikasi politik mengandung informasi atau pesan tentang politik.
Selain itu, Astrid S. Soesanto mengartikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang diarahkan pada pencapaian pengaruh sedemikian rupa sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melaluui sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik. Dengan demikian, melalui kegiatan komunikasi politik terjadi pengaitan masyarakat sosial dengan lingkup negara sehingga komunikasi politik merupakan sarana untuk pendidikan politik atau kesadaran warga dalam hubungan kenegaraan.
Sedangkan Muller merumuskan komunikasi politik sebagai hasil yang bersifat politik darii kelas sosial, pola bahasa, dan pola sosialisasi.4 Dari perspektif yang berbeda, Nimmo juga memberikan rumusan komunikasi politik. Dengan memandang inti komunikasi sebagai proses interaksi sosial dan inti politik sebagai konflik sosial, Nimmo merumuskan komunikasi politik sebagai kegiatan yang bersifat
4
(27)
18
politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang menata perilaku dalam kondisi konflik.
Berdasarkan pengertian tentang komunikasi politik menurut para ahli dapat ditarik kesimpulan bhawa komunikasi politik memiliki lingkup pembahasan yang luas, tidak hanya membahas mengenai bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam mencapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tapi juga bagaimana sistem yang berlangsung dapat dipertahankan dan dialihgenerasikan. Kegiatan keluar, bagaimana komunikasi dapat dipergunakan dalam upaya mempengaruhi negara lain dalam mencapai tujuan politik, atau secara minimal dapat terwujudnya hubungan yang saling menguntungkan di antara dua atau lebih negara yang mengadakan komunikasi politik.
4. Pesan
Komunikasi memiliki berbagai macam unsur di dalamnya salah satunya adalah pesan. Pesan yang di maksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap uka atau melalui atau melalui media komunikasi. Isinya dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information. Pesan bisa dilihat dari beberapa segi diantaranya :
a. Cara penyampaian pesan
Melalui lisan, face to face, langsung menggunakan media, saluran dan sebagainya.
(28)
19
b. Bentuk pesan : informatif, persuasif, koersif 1) Informatif
Bersifat memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta). Kemudian komunikasi mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil daripada persuasuf , misalnya jika audiensi adalah kalangan cendikiawan.
2) Persuasif
Berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (buakan dipaksakan). Perubahan tersebut di terima atas kesadaran sendiri.
3) Koersif
Penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampain model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan publik (khalayak). Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi, dan sebagainya.5
5
(29)
20
c. Merumuskan pesan yang mengena
Pesan yang disampaikan harus tepat, ibarat kita membidik dan menembak maka peluru yang harus keluar haruslah ccocok dengan sasarna. Pesan yang mengena harus memenuhi syarat-syarat:
1) Umum
Berisikan hal-hal yang umum dipahami oleh audinsi/komunikan. Bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu
2) Jelas dan Gamblang
Pesan haruslah jelas dan gamblang, tidak samar-samar. Jika mengambil perumpaan hendaklah perumpaan yang senyata mungkin. Untuk tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dimaksudkan. Maka pesan tersebut harus benar-benar jelas. 3) Bahasa Yang Jelas
Sejauh mungkin menghindari menggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh audiensi atau khalayak. Penggunaan bahasa jelas dan cocok dengan komunikasi, situasi daerah, dan kondisi dimana berkomunikasi.
4) Positif
Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar diusahakan/diutarakan dalam bentuk positif.
(30)
21
5) Seimbang
Pesan yang disampaiakan hendaklah tidak ekstream dan tidak selalu menentang (mempertentangkan dua kutub yang berbeda) yaitu baik dan buruk, karena hal ini cenderung ditolak atau tidak diterima oleh komunikan.
6) Sesuai Dengan Keinginan Komunikan
Orang-orang yang menjadi sasaran/komunikan dari komunikasi yang kita lancarkan selalu mempunyai keinginan-keinginan atau kepentingan-kepentingan tertentu.
d. Efek pesan
Penelitian tentang efek ini telah mejadi pusat perhatian berbagai pihak, baik para praktisi maupun para teoritis. Mereka berusaha untuk mencari dan menemukan media (saluran) yang paling efektif untuk memengaruhi khalayak. Dalam bagian ini akan di bahas mengenai efek pesan media massa yang meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral6.
1) Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media
6
(31)
22
massa kita memperoleh inforasi tentang benda, orang atau tempat yang belum peranh di kunjungi secara langsung.
Menurut Mc Luhan, media adalah perpanjangan alat indra. Dengan media massa diperolehnya inforasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah di lihat atau belum dikunjungi secara langsung. Realitas yang di tampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi.
2) Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak di harapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, arah, dan sebagainya. Mungkin pernah mengalami perasaan sedih dan enangis ketika menyaksikan adegan yang mengharukan dalam snetron televisi atau dalam film. Faktor yang mempengaruhi rangsangan emosional pesan media massa antara lain suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposis individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.
3) Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjdai beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang
(32)
23
banyak disiarkan dalam televisi enyebabkan para ibu rumah tangga meiliki keterampilan baru. Pernyataan-pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek kounikasi massa pada prilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan mereka sendiri.
(33)
24
F. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Bagan 1.1
Pengkajian yang akan dilakukan penulis gunkan untuk menggungkap dan menganalisis data yang terkumpul untuk menyusun laporan. Analisis tersebut menggunakan analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov Rujukan teori Teori Kepempinan Personal-situsioanal Judul Penelitian Kepemimpinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikai kasi politik Asumsi Fenomena : Kontroversional Kepemimpinan Oda Nobunaga Metode :
Analisis Naratif model Tzvetan Todorov Di gunakan untuk memecah kepemimpinan Oda Nobunaga dalam membentuk strategi politik serta menemukan pesan komunikasi politik yang ada pada
novel yang di tulis oleh Sohachi Yamaoka
Hipotesis Karakter kepemimpinan
Pesan komunikasi politik
Hasil Akhir Analisis Kesimpulan dan
Saran
Rekomendasi
Disusun berdasarkan kesimpulan dan saran untuk disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan Analisis mendatang
(34)
25
Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov merupakan cara atau metode untuk menganalisis suatu menganalisis suatu wacana dengan melihat tahapan atau struktur teks. Pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi berdasarkan tahapan atau struktur tersebut. Bagi Todorov, narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, dan plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Menurut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi dimulai dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta kembali. Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Dalam banyak cerita fiksi, ini misalnya ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia selamanya. Dalam struktur narasi fiksi umunya memiliki 5 tahap atau babak. Bagian awal umunya menceritkan mengenai kondisi massyarakat yang tertib, stabil, dan makmur. Kondisi ini berubah ketika munculnya gangguan, baik karena perilaku dari anggota masyarakat ataupun karena ada musuh dari luar. Pada tahap kedua, gangguan ini masih berupa gejala dan belum dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat. Pada tahap ketiga, baru muncul kesadaran akan adanya
(35)
26
gangguan. Kekacauan yang diakibatkan oleh gangguan tersebut makin besar dan dirasakan oleh masyarakat banyak. Tahap selanjutnya, muncul upaya untuk memperbaiki gangguan. Tahap terakhir ketika keseimbangan dan ketertiban (seperti kondisi pertama) berhasil dipulihkan. 7
Pengkajian yang akan dilakukan penulis gunakan untuk menggungkapkan dan menganalisis data yang terkumpul untuk menyusun laporan. Analisis tersebut menggunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov. Analisis naratif model Tzvetan Todorov adalah analisis naratif yang menggunakan struktur naratif fiksi dalam menganalisis teks secara tektual yang memusatkan perhatian melalui teks ke arah analisis yang komprehesif. Dalam teks, yang diteliti adalah struktur naratif fiksi dari teks. Todorov memanfaatkan dan mengambil analisis melalui struktur narasi fiksi, hubungan narasi dan narator, karakter dalam narasi, dan intertekstualitas.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kepemimpinan yakni teori Personnal-Situsional. Yang mana dalam teori ini melihat bahwa suatu kepemimpinan sebgai efek dari kekuatan tunggal. Dalam teori personal-situsional memiliki 2 indikator, yaitu :
1. Sifat-sifat efektif, intelektual, dan tindakan individu. 2. Kondisi khusus individu di dalam pelaksanaanya.
Dalam poin kedua dari indikator kepemipinan dalam teori ini, kondisi khusus individu dihasilkan dengan 3 faktor rangkaian sebagai berikut :
7
(36)
27
1. Sifat kepribadian pemimpin, dimana pemimpin harus memiliki karakter keanggotaan kelompok yang dipimpinnya, dengan kata lain pemimpin harus dapat memahami kondisi, dan karakter dari masing-masing individu yang ada pada kelompoknya.
2. Sifat dasar kelompok atau anggotanya, dalam poin ini seorang pemimpin harus bisa melihat potensi apa yang ada pada anggotanya untuk dapat mencapai target tujuan ang diinginkan bersama. Tidak hanya melihat potensi yang ada, pemimpin juga harus mengarahkan anggota untuk bertanggung jaab atas tugas, hak, dan keajibannya atas tugas yang sudah diberikan oleh pemimpin.
3. Peristiwa (perubahan atau masalah) yang dihadapi oleh kelompok. Dalam point ini pemipin harus memiliki potensi yang tinggi dilapangan sosial guna membaca dinamika situasi yang selalu berubah-ubah. Pemimpin juga bisa menyesuaikan diri dengan struktur medan yang akan dihadapi dan dapat membaca situasi dalam jangka panjang guna untuk mengikuti dan menerima potensi yang diimbangi dengan penyesuain medan sosial yang dihadapi.
Dari ketiga faktor diatas pemimpin perlu memperhatikan arah kemana kepemimpinnya akan diarahkan pada :
1. Sifat dan motif pemimpin dalam membuat tujuan.
2. Membayangkan bahwa terdapat sekolompok orang yang memiliki misi dan tujuan yang sama, agar pemimpin mampu memegang anggota. 3. Penampilan peran yang harus dimainkan pemimpin dalam melihat
(37)
28
4. Kaitan kelembagaan yang melibatkan pemimpin dan pengikutnya. Gibs menyatakan kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan antar individu dalam satu kelompok, dan penelitian tentang kepemimpinan harus dalam rangkah dimensi struktral dan fungsional dari organisasi. Selain itu kepemimpinan merupakan fenomena interraksional dalam struktur kelopok diantara para anggotannya dalam usaha mencapai tujuan bersama. Stogdill dan Shartle memiliki pendapat versi revisi tentang teori kepemimpinan ini dengan mepertimbangkan hal sebagai berikut :
1. Birokrasi impersonal dan pengukuran yang rasional.
2. Organisasi formal dan hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota.
3. Autokrasi yang bijaksana sebagai hasil dari struktur hubungan pemimpin dan anggota yang tercipta.
4. Perluasan tugas dan supervisi yang ada pada pekerja sehingga memungkinkann timbulnya aktualisasi diri pada diri individu.
5. Pengelolaan partisipatif dan konsultasi bersama sehingga memungkinkan integrasi tujuan individu dan tujuan organisasi.8
Selain pertimbangan diatas mengenai perubahan teori personal-situsional ini ada pula fungsi kepemimpinan yang perlu diperhatikan, yakni :
8
Arifin Syamsul, Leadership:Ilmu dan Seni Kepemimpinan, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012, hal 35
(38)
29
1. Membantu kelompok dalam menemukan arti dari tujuan yang telah ditetapkan bersama.
2. Membantu kelompok dalam menenntukan tujuan yang pertama menyangkut syntality (pengukuran performance) dan yang kedua dengan synergy (dorongan dan arah tujuan) dari kelompok.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kritis dengan metode riset analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov dengan menggunakan riset deskriptif bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Melalui kerangka konseptual, peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Jenis riset ini untuk menggambarkan realita yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antara variabel. Hasil dari pengumpulan data yang di dapatkan peneliti mengenai Kepemipinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi Politik dengan menggunakan pendekatan analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov.
Dengan tehnik penelitian menggunakan analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov, yaitu sebagai bahan kajiannya dalam melihat maksud dan tujuan yang terdapat pada teks tersebut secara tektual melalui 4 hal yakni struktuk naratif fiksi, hubungan narasi dan narator, oposisi berlawanan, serta intertekstualitas dalam menyampaikan pesan dan makna kepemimpinan Oda Nobunaga dalam perspektif
(39)
30
komunikasi. Karena di dalam penelitian ini lebih diutamakan kualitas analisis yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang ada9.
Analisis naratif fiksi dalam penelitian ini model dari Tzvetan Todorov. Dengan adanya teori ini diharapkan dapat membongkar pesan dan makna gaya kepemimpinan Oda Nobunaga dalam perspektif komunikasi politik dimana narasi bagi Todorov adalah mempelajari segala struktur narasi fiksi melalui 5 tahapan yakni keseimbangan, gangguan, kesadaran terjadi gangguan, upaya untuk memperbaiki gangguan, dan pemulihan menuju keseimbangan.
2. Unit Analisis
Unit of analysis adalah pesan yang akan diteliti melalui analisis isi. Pesan yang dimasud berupa gambar, judul, kalimat, paragraf, adengan dalam film, atau keseluruhan isi pesan10.
Unit analisis dalam pengertian ini adalah makna-makna dan pesan-pesan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan Oda Nounaga pada Novel Oda Nobunaga yang di lihat dalam perspektif komunikasi politik. Langkah-langkah analisis yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan data yang terkumpul dari Novel Oda Nobunaga seri 4 yang sesuai dengan model Tzvetan Todorov. Kemudian, data yang berupa struktur naratif fiksi, hubungan narasi dan narator, karakter dan oposisi berlawanan, dan intertekstual secara
9
Lexy J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya). Hal. 5
10
Dody M. Ghozali. Communication Measurement. (dalam skripsi Badruz Zaman. IAIN Sunan Ampel Surabaya.2007)
(40)
31
kualitatif deskriptif. pesan yang digunakan dalam Novel Oda Nobunaga kemudian di interprestasikan sesuai dengan konteks novel sehingga makna novel tersebut akan dipahami baik. Pesan dan makna dalam novel tersebut akan membangun makna pesan novel secara utuh.
Objek penelitian adalah Kepemimpinan yang ada pada karakter Nobunaga karya dari penulis Sohachi Yamaoka. Novel ini di rilis di Jepang dan di Indonesia. Dan diterbitkan pada Januari 2015 dengan setting waktu pada masa sengoku di Jepang dalam Novel Oda Nobunaga yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian adalah seluruh tanda realitas untuk di ketahui gaya kepemimpinan dalam perspektif komunikasi pilitik dalam menentukan sstrategi politik yang dibangun tokoh dalam Novel tersebut.
Subjek penelitian dalam penelitian ini berupa teks sebagai bagian penting dari Novel Oda Nobunaga yang akan di kaji oleh peneliti. Teks percakapan yang terdapat dalam novel ini berupa dialog percakapan antara pemain, dan prolog yang ada pada novel tersebut.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian analisis teks media kualitatif dengan model analisis naratif fiksi Tzvetan Todorov, karena data yang diperoleh nantinya berbentuk deskriptif. Dari diskriptif yang diperoleh dari novel Oda Nobunaga akan di analisis lebih lanjut dalam analisis data.
(41)
32
a. Jenis Data
1) Data primer
Sugiyono mengemukakan definisi data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data Primer adalah data pokok atau data utama. Dalam penelitian ini termasuk data primer adalah Novel Oda Nobunaga seri 4. Berdasarkan teks prolog dan dialog yang ada pada Novel Oda Nobunaga seri 4 tersebut untuk di teliti mengenai kepemimpinan Oda Nobunaga dalam Perspektif Komunikasi politik. Untuk sumber tersebut, peneliti mendapatkannya berupa novel.
2) Data sekunder
Yaitu data tambahan atau pelengkap dari data primer yang ada. Dalam penelitian ini data sekundernya berupa dokumentasi yang didapat dari internet, info mengenai sepak terjang kedua tokoh tersebut, artikel maupun jurnal yang berhubungan dengan Oda Nobunaga, serta wawancara mengenai tokoh tersebut dengan penerjemah novel tersebut.
b. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Sumber data dari penelitian ini adalah Novel dan literatur sejarah mengenai kedua tersebut
(42)
33
4. Tahapan Penelitian
a. Mencari Topik Yang Menarik
Mencari topik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Dalam hal ini penelitia mencoba untuk mengeksplorasi topik peneliti yang dianggap menarik sehingga peneiti putuskan untuk menggungkap gaya kepemimpinan Oda nobunaga dalam membentu strategi perang pada perspektif komunikasi politik.
b. Membangun Kerangka Konseptual
Salah satu komponen penting dalam penelitian adalah adanya kerangka teoritik. Penjelasan teoritis atas masalah empiris merupakan kerangka teoritik. Kerangka teoritis adalah kumpulan teori dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Membangun kerangka teoritis akan meningkatkan pengetahuan peneliti tentang gejala yang diamati. Teori yang digunakan juga kan membantu menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana hubungan antarfenomena. Membangun kerangka teoritis adalah cara umum dalam positivis.
c. Merumuskan Permasalahan
Masalah dirumuskan berdasarkan sisi menarik topik yang akan dikaji oleh peneliti beserta dengan kehendak yang ingin dicapai.
(43)
34
d. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini acara mengumpulkan data melalui karya tulis seperti buku, jurnal, artikel, surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Melalui dokumentasi ini, di harapkan dapat menemukan teori-teori yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang berkenaan dengan Gaya Kepemimpinan Oda Nobunaga dalam perspektif komunikasi politik.
e. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai instrumen riset menberi makna kepada data berdasarkan tingkat reliabilitas dan validitasi data menggunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal umum (tataran konsep).
f. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sudah di analisis dan tersusun secara sistematis
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan tehnik dokumenter atau dalam istilah Lexy J. Moeloeng adalah sumber tertulis11. Dengan cara memgumpulkan data melalui karya tulis seperti buku, jurnal, artikel, surat kabar, majalah dan lain sebagainnya. Melalui dokumentasi ini, di harapkan dapat menemukan teori-teori yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang
11
Lexy J Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.Remaja Rosdakrya, 2005), hal.15
(44)
35
berkenaan dengan gaya kepemimpinan Oda Nobunaga dalam perspektif komunikasi politik. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Kata observasi memiliki arti pengamatan, pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. Observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis12. Observasi pada penelitian adalah pengamatan setiap tingkah laku atau perkataan tokoh yang terkait dengna penelitaian representasi, relasi, dan identitas terhadap Novel Oda Nobunaga yang merupakan data primer dari penelitian.
b. Pengumpulan Data Berupa Teks-Teks Tertulis
Pengumpulan data berupa teks-teks tertulis dalam Novel Oda Nobunaga serta sejumlah berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian tersebut, seperti di berita-berita terkait, biografi penulis atau penerjemah dan dokumen-dokumen lainnya.
c. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka (library research) dengan mengkaji dan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti untuk mendukung asumsi sebagai landasan teori permasalahan yang dibahas.
12
(45)
36
d. Penelusuran Data Online
Penelusuran data online, yaitu menelusuri data dari media online seperti internet, sehingga peneliti dapat menfaatkan data informasi online secepat dan semudah mungkin serta dapat mempertanggung jawabkan secara akademis. Peneliti memilih sumber-sumber data online mana yang kredibel dan di kenal banyak kalangan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting selain pengumpulan data, karena proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Adapun jenis penelitian analisis naratif fiksi, menggunakan model Tzvetan Todorov, yaitu model sistematis dalam menganalisis teks yang ada dengan menggunakan struktur dari suatu narasi. Dimana pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi dari tahapan atau struktur tersbut. Berikut ini ada beberapa tahapan dalam menganalisis teks dalam analisis narasi model Tzvetan Todorov :
a. Struktur Narasi Fiksi
1) Kondisi Awal
Narasi pada umumnya diawali dari situasi normal, keterlibatan dan keseimbangan. Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang
(46)
37
makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.
2) Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan
Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan (disruption). Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur. Dalam film tentang superhero misalnya, babak kedua ini di tandai oleh kehadiran musuh (villain) yang melakukan tindakan jahat yang mengubah ketertiban sebuah kota.
3) Kesadaran terjadi gangguan
Pada tahapan ketiga, gangguan (disruption) makin besar, dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam narasi superhero, babak ini ditandai oleh kekuatan musuh yang semakin kuat. Pada tahap ini kekaauan mengalami titik puncak.
4) Upaya untuk memperbaiki
Pada tahap ini, narasi biasanya berisi tentang hadirnya sosok pahlawan (hero) yang berupaya untuk memperbaiki kondisi. Ditahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun upaya yang digambarkan menggalami kegagalan.
(47)
38
5) Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali
Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali.
b. Narasi dan Narator
Dalam tahap ini, narator bisa pengarang (author) suatu narasi. Tetapi bisa juga menggunakan tokoh di dalam narasi sebagai narator. Berdsarakan hubungan antara pengarang narator dengan narator, sebuah narasi bisa di bedakan berdasarkan hubungan antara pengarang dan narasi, sebuah narasi bisa dibedakan ke dalam narasi dengan narator dramatis (dramatized narrator) dan narator tidak dramatis (undramatized narrator). Perbedaan antara kedua jenis narasi tersebut terletak kepada apakah pengarang (author) mempunyai keterkaitan langsung dengan cerita dan apakah pengarang bertindak sebagai narator atau tidak.
c. Karakter
Di dalam narasi (cerita) terdapat karakter, yakni orang-orang atau tokooh yang mempunyai sifat atau perilaku tertentu. Karakter-karakter tersebut masing-masing mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi koheren (menyatu). Narasi tidak menggambarkan isi, tetapi juga dalamnya terdapat
(48)
39
karakter. Dengan adanya karakter, akan memudahkan bagi pembuat cerita (storyteller) dalam mengunggkapkan gagasannya.
d. Intertekstualitas
Sebuah narasi tidak berdiri sendiri. Sebagai sebuah teks, narasi selalu berkaitan dengan teks-teks lain. Keterkaitan antara satu teks dengan teks yang lain ini disebut intertekstualitas, dimana semua teks pada dasarnya tidak berdiri sendiri, saling terkait dengan teks-teks lainnya.
Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai instrumen riset memberi makna kepada data berdasarkan tingkat reliabilitas dan validitas data menggunakan cara berfikir indukti yaitu cara berfikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju ha-hal yang umum (tataran konsep). Data yang di perolah di lapangan melalui observasi, dokumen, studi kepustakaan dan literatur dikalsifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu dengan mempertimbangkan kevalidan. Setelah diklasifikasikan peneliti melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan prinsip daar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pemikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi manusia. Analisis dta dalam penelitian ini berdasarkan analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov mengenai struktur narasi fiksi, hubungan narasi dan narator, oposisi berlawanan, dan intertekstual dalam novel.
Langka pertama diawali dengan melihat dan memilih prolog dan dialog yang ada pada Novel Oda Nobunaga. Dengan menggunakan analisis naratif model Tzvetan Todorov, prolog dan dialog tersebut
(49)
40
dianalisis kedalam komponen-komponen Tzvetan Todorov, struktur narasi fiksi, hubungan narasi dan narator, oposisi berlawanan, dan intertekstual yang ada dalam novel.
Dalam penelitian ini peneliti memakai teknik analisis naratif fiksi model Tzvetan Todorov yang menganlisis gaya kepemimpinan dalam perspektif komunikasi politik. Peneliti menganlisis teks sesuai konteksnya.
H. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan penelitian, untuk mudah memahami penulisan penelitian ini maka disusun sistematika pembahasan :
BAB I : Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, definisi operasional, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian teoritis, berisikan kajian pustaka, kajian teori. BAB III : Penyajian data, berisikan deskripsi objek penelitian, deskripsi data penelitian.
BAB IV : Analisis data, berisikan pengujian data, pembahasan hasil penelitian.
(50)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Teks dalam Bias Wawasan
Luxemburg mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, prakmatik merupakan suatu kesatuan. Berdasarkan pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yang harus ada dalam sebuah teks. Tiga hal tersebut, yaitu isi, sintaksis, dan pragmatik.
Isi sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang baik haruslah mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. Isi dalam teks sangat berkaitan dengan semantik. Semantik merupakan salah satu kajian dalam bahasa yang berkaitan dengan makna. Isi dalam teks tidak ubahnya adalah makna-makna yang disampaikan pengarang. Pengungkapan makna ini dapat dilakukan secara terang-terangan, lugas, jelas maupun dengan tersembunyi melalui simbol-simbol. Berkaitan dengan makna dalam teks, Luxemburg, menyatakan bahwa kesatuan semantik yang dituntut sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Dengan kata lain, tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan
(51)
42
simboliknya. Meskipun demikian, menunjukkan tema saja belumlah memadai. Masih diperlukan penafsiran menyeluruh untuk menelaah sebuah teks sebagai satu kesatuan. Hal ini terkait dengan keberadaan sebuah cerita maupun puisi yang merupakan satu kesatuan ide/gagasan.
Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan. Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi sebagai penunjuk (konjungsi) secara konsisten dipergunakan. Dalam hal ini dapat kita simak melalui penceritaan berikut.
“Cukup! Rupanya inilah hal terpenting mengapa kamu datang kemari. Rupanya kamu sedang mendambakan punya menantu seorang guru. Sebenarnya kamu harus menolak begitu mendengar pesan Pak Sambeng itu. Satu hal kamu tak boleh lupa: Jangan sekali-kali menyuruh orang bercerai. Juga jangan lupa, Darsa adalah kemenakan suamimu. Salah-salah urusan, malah kamu dan suamimu ikut kena badai. Oh, Mbok Wiryaji, aku tak ikut kamu bila kamu punya pikiran demikian. Aku hanya berada di pihakmu bila kamu terus berikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan Darsa.”
Pada kutipan di atas, konjungsi yang berupa kata ganti “kamu” sangat dominan dalam cerita di atas. Keberadaan kata ganti “kamu” pada kalimat satu, dua, tiga, empat, enam, tujuh, dan delapan menunjukkan bahwa antarkalimat dalam penceritaan di atas sangat koheren. Hal ini sangat memudahkan pembaca untuk menelaah karya sastra tersebut.
(52)
43
Bahkan untuk memudahkan pemahaman digunakan pula bentuk klitik “mu” (sebagai bentuk singkat dari kata “kamu”). Penggunaan itu terlihat pada kata “suamimu” dalam kalimat kelima dan keenam; kata “pihakmu” pada kalimat kedelapan. Penggunaan kata ganti tersebut sangat dieksplisitkan (jelas). Tentu tidak dapat dibayangkan susahnya memahami hubungan antarkalimat apabila konjungsi yang menunjukkan koherensi antarkalimat diimplisitkan (samar-samar atau tersembunyi). Penggunaan kata ganti sebagai konjungsi juga dapat ditemukan dalam puisi. Seperti halnya dalam cerita, keberadaan kata ganti ini juga lebih memudahkan untuk memahami puisi.
ketiga adalah pragmatik. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini, Luxemburg, mengungkapkan bahwa pragmatik bertalian dengan bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Lebih lanjut dikatakannya bahwa pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu. Hal yang diungkapkan Luxemburg tersebut bertalian erat dengan ketuntasan dalam memahami sebuah teks. Makna kesatuan bulat mengarah pada keutuhan dari sebuah teks. Membaca teks merupakan satu tindakan atau kegiatan yang dimulai dari bagian awal hingga bagian akhir dari sebuah teks, yaitu: “selesai” atau “tamat”. Sebuah contoh, apabila kita membaca novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh yang
(53)
44
ditulis Dewi Lestari maka kegiatan yang kita lakukan adalah membaca keseluruhan dari teks novel ini. Mulai membaca bagian Cuap-cuap Penerbit, Cuap-cuap Penulis, Bagian Daftar Isi, isi keseluruhan novel yang terdiri atas 33 keping subjudul, hingga Komentar Nonpakar yang merupakan akhir dari teks novel ini. Begitu halnya kalau kita membaca puisi, cerpen, maupun drama maka keselurahan dari teks tersebut harus kit abaca dengan saksama. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman yang tepat tentang isi atau garis besar dari penceritaan tersebut. Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa itu menjadi ciri-ciri yang menandai teks-teks tersebut.
Struktur teks adalah tata organisasi teks, yaitu cara teks disusun. Sebuah teks ditata sesuai dengan jenisnya. Misalnya, teks prosedur mempunyai sruktur teks tujuan yang akan dicapai langkah-langkah; teks laporan mempunyai struktur teks pernyataan umum/klasifikasi anggota/aspek yang dilaporkan.
Jenis-jenis teks adalah peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yan ditanggapi dengan reaksi. Ada beberapa struktur teks yakni abstraksi, oriental, krisis, reaksi, dan koda. Sedangkan deskripsi adala jenis teks yang menggambarkan keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dan lain sebagainnya) sesuatu (manusia atau benda) secara individual dan unik. Teks ini mengutamakan hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Struktur teksnya adalah pernyataan tentang hhal yang dideskripsikan.
(54)
45
Diskusi adalah jenis teks yang menggambarkan keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dsb) sesuatu (manusia atau benda) secara individual dan unik. Teks ini mengutamakan hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Struktur teks nya adalah pernyataan tentang hal yang dideskripsikan.
jenis teks ini berisi tinjauan terhadap sebuah isu dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sisi yang mendukung dan menentang isu tersebut. Teks diskusi sering disebut teks argumentasi dua sisi. Struktur teksnya yakni isu, argumentasi, argumentasi yang menentang, kesimpulan atau rekomendasi.
Editorial adalah jenis teks pada koran atau majalah yang merupakan ungkapan wawasan atau gagasan terhadap sesuatu yang mewakili koran atau majalah tersebut. Editorial juga disebut tajuk rencana. Eksemplum adalah jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teks nya yakni, abstrak, orientasi, insiden, interpretasi, dan koda.
Eksplanasi adalah jenis teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Struktur teksnya yakni : pernyataan umum, urutan alasan logis.
(55)
46
Eksposisi adalah jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau megusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat. Teks ini berbeda dengan teks diskusi yang berisi dua sisi argumentasi; teks eksposisi hanya berisi satu sisi argumentasi: sisi yang mendukung atau sisi yang menolak. Struktue teksnya yakni: pernyataan pendapat, argumentasi, penegasan usulan pendapat
Naratif adalah teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut. Teks naratif umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita pendek, atau novel. Struktur teksnya yakni, abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda
Teks yang mengandung unsur negosiasi disebut teks negosiasi. Struktur teksnya yakni, pembukaan, isi, dan penutup. Penceritaan (recount) adalah jenis teks yang berisi pengungkapan pengalaman atau peristiwa yang dilakukan pada masa lampau. Struktur teksnya yakni, orientasi, urutan peristiwa, dan reorientasi
Prosedur adalah jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat dibalik-balik, teks tersebut disebut protokol. Struktur teksnya yakni tujuan yang akan di capai, dan langkah-langkahnya. Wawasan adalah tinjauan atau cara pandang seseorang dalam melihat kondisi atau situasi yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini melalui sebuah teks seseorang mampu untuk melihat peristiwa atau fenomena yang terjadi di sekitarnya dengan tujuan untuk menambah suatu pengetahuan
(56)
47
yang semakin berkembang di masa ini. Banyaknya berbagai jenis teks mampu mempermudah cara pandang seseorang dengan berbagai macam perspektif guna menambah wawasan pengetahuan yang semakin berkembang.
1. Kepemimpinan dalam Perspektif Komunikasi Politik
Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan ini akan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, penmatangan kelompok dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar-manusia; yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan kepemimpinannya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin. Kepemimpinan dimasukan dalam kategori “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu sosial; sebab prinsip-prinsip, definisi dan teori-teorinya diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain, kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk:
1) Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas. 2) Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan
3) Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi pemimpin.
(57)
48
Selanjutnya, ruang lingkup atau tema kepemimpinan itu pada intinya meliputi dua permasalahan pokok, yaitu:
1) Teori Kepemimpinan, yaitu :
a) Suatu penggenarilasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar dan perilaku pemimpin dan konsep-konsep. b) Dengan menekankan latar belakang historis, dan
sebab-musabab timbulnya kepemimpinan serta persyaratan untuk menjadi pemimpin.
c) Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu dipakai oleh pemimpin.
2) Teknik Kepemimpinan, yaitu :
a) Kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan ditengah praktek kehidupan dan dalam organisasi, dan
b) Melingkupi konsep-konsep pemikirannya, perilaku sehari-hari, serta peralatan yang digunakan.1
Dalam sistematika ulasan mengenai materi kepemimpinan, terlebih dahulu ditekankan masalah teori kepemimpinan. Baru kemudian didukung oleh uraian-uraian mengenai bentuk serta teknik kepemimpinan. Hal ini ditunjukan pada :
a) Agar para pemimpin benar-benar menguasai teknik-teknik kepemimpinan (sebagai bentuk perilaku praktis); sehingga
1
Kartono Kartini, Pemimpin dan kepemimpinan: Apakah pemimpin Abnomar itu?. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. Hal 2
(58)
49
berhasil fungsinya selaku pemimpin dalam menerapkan teknik-teknik tertentu ditengah kehidupan dan organisasi. b) Melalui pemahaman teori-teori kepemimpinan, maka
perilaku pemimpin akan menjadi lebih efektif, dan lebih sinkron dengan nilai-nilai serta norma-norma organisasi serta manajemen. Dengan demikian dapat ditingkatkan kualitas kepemimpinannya.2
Kepemimpinan terdapat di segenap organisasi, dari tingkat yang paling kecil dan intim yaitu keluraga, sampai ke tingkat desa, kota, negara; dari tingkat lokal, regional sampai nasional dan internasional, di manapun dan kapanpun juga.
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin-pemimpin dan indiidu-individu yang dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan mengegerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian satu tujuan tertentu.
Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau satu organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada di tengah-tengah kelompok (anak buah,bawahan, rakyat).3 Sedangkan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan dalam enam tipe sebagai berikut :
2
Ibid hal 3
3
(59)
50
1) Gaya otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebgai berikut :
a) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b) Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c) Mengangap bawahan sebagai alat semata-mata
d) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat e) Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya
f) Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa tipe kepemimpinan otokratis tidak tepat untuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat saat ini dimana hak-hak asasi manusia yang menjadi anggota organisasi atau kelompok masyarakat tersebut harus dihormati.
2) Tipe militeris
Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang pemimpin dari organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :
a) Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah
(60)
51
b) Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya.
c) Senang pada formilitas yang berlebih-lebihan
d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan e) Sukar menerima kritik dari bawahannya
f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan Berdasarkan ciri diatas bahwa seorang pemimpin yang militeristis bukanlah pemimpin yang ideal karena dalam suatu masyarakat sipil karena akan membungkam aspirasi warga.
3) Tipe paternalistis
Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinan sebagai berikut :
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi (over protective).
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil keputusan.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk menggambil inisiatif.
e) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
f) Sering bersikap maha tahu.
Tipe kepemimpinan paternalistis berkembangdi masa lalu oleh karena kecenderungan berkembangnya pola hubungan patron-klien dalam
(61)
52
masyarakat, dimana pemimpin merupakan figur yang serba hebat dan harus ditiru dan diikuti olleh masyarakat sebagai klien.
Tipe ini sedikit banyak juga merupakan reproduksi pola hubungan dalam keluarga di masyarakat yang menganut sistem paternalistis dimana peran utama ada pada seorang bapak/suami, dimana isteri dan anak-anak harus tunduk pada suami/bapak.
4) Tipe kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik ini adalah tipe kepemimpinan yang dipandang sulit untuk dianalisis, karena literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik tidak memberikan petunjuk yang cukup. Artinya tidak banyak hal yang di dapat disimak dari literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik ini. seorang pemimpin kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan oleh karena itu pada umunya memiliki pengikut dalam jumlah yang besar, meskipun para pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin terssebut.
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin, karena dari mana asalnya kharismatik memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa pemimpin yang kharismatik diberkahi kekuatan. kekayaan, profil, kesehatan, tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria ntuk kharisma.
5) Tipe demokratis
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :
(1)
132
antara pemimpina dan bawahan yang tercipta, juga perlu di lihat
peristiwa (perubahan atau masalah) apa saja yang dihadapi oleh
kelompok. Dalam point ini Nobunaga memiliki potensi yang tinggi
dilapangan sosial guna membaca dinamika situasi yang selalu
berubah-ubah. Nobunaga juga bisa menyesuaikan diri dengan struktur medan
yang akan dihadapi dan dapat membaca situasi dalam jangka panjang
guna untuk mengikuti dan menerima potensi yang diimbangi dengan
penyesuain medan sosial yang dihadapi.
Segala peristiwa (perubahan atau masalah) yang telah di alami
oleh Oda Nobunaga menjadikannya seorang pemimpin yang bertipe
Otokrat yang mana tipe ini menjadikan Oda Nobunaga sebagai pemimpin
yang memiliki karakter sebagai berikut :
1. Menganggap klan Oda sebagai milik pribadi
2. Mengidentikan tujuan pribadi (ambisinya) dengan tujuan Klan
3. Mengangappengikutnya sebagai alat semata-mata
4. Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
5. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya
6. Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan pendekatan
yang mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat
menghukum) yang mana dalam hal ini Nobunaga melakukan
pembantain dan pembakaran.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa tipe
kepemimpinan otokratis tidak tepat untuk suatu organisasi atau kelompok
(2)
133
organisasi atau kelompok masyarakat tersebut harus dihormati. Tipe ini
menggakibtkan Nobunaga menjadi pemimpin yang kontroversional dan
(3)
134 BAB V PENUTUP A. Simpulan
Karakteristik kepemimpinan Oda Nobunaga yang terbilang
kontroversional di latar belakangi karena keadaan dan situasi yang membuat
Nobunaga menjadi pemimpin yang kejam. Kekejaman yang dilakukan
Nobunaga berlatar belakang dari situasi atau peristia yang pernah ia alami dan
yang terjadi yang menuntutnya untuk bersikap kejam pada masa itu Stogdill
dan Shartle mengatakan bahwa pemimpin juga memperoleh semacam hak
istimewa untuk sedikit menyimpang dari noram kelompok atas izin anggota
kelompok tanpa menbahayakan statusnya di kelompok. Dari pernyataan
seperti itu pemimpin seperti Nobunaga mendapat hak istimewanya dalam
menentukan strategi perang dan strategi politik yang kontroversional dengan
tanpa merugikan kelompok dan tujuan kelompok. Hal itu memunculkan pada
keefektifitasan seorang pemimimpin dalam mencapai tujuan dengan melihat
dan berkaca pada situasi yang dihadapinya pada saat itu. Kepemimpinan
Nobunaga terbilang efektif karena Nobunaga berhasil dengan menyatukan
hampir seluruh wilayah Jepang dibawah kekausaannya sebagai Daimyo. Itu
menunjukkan bahwa Oda Nobunaga dapat menjadi pemimpin yang efektif
pada saat itu atau pun sekarang karena dengan adanya pemimpin seperti
Nobunaga sejarah Jepang bisa berubah bahkan bisa dikatakan kekacauan tidak
akan selesai, Nobunaga juga merupakan pelatak dasar kekuatan dua Daimyo
(4)
135
sekarang banyak warga Jepang yang masih memegang prinsip
dasar dari kepemimpinan Nobunaga.
Pesan komunikasi politik yang di tulis oleh penulis novel Sohachi
Yamaoka adalah pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat
membaca segala situasi yang dihadapi oleh seorang pemimpin
pemerintahan, negosisasi dalam komunikasi politik sangat berarti penting
dimana gaya bahasa, etika, kepercayaan, dan peluang sangatlah
menentukan keberhasilan suatu negosiasi khusunya dari segi politik dan
pemerintahan. Sohachi Yamaoka menggambarkan Nobunaga adalah
seorang Daimyo yang sangat kharismatik dan cerdas, dengan membaca
situasi Jepang dan klan lain, sebelum berperang dengan klan lawan
Nobunaga memberi kesempatan kepada lawan untuk bergabung
dengannya melalui negosiasi dengan perantara surat dan kurir yang diutus
ke kastil lawan, memberikan barang-barang mewah kepada pihak laan,
sserta melakukan pernikahan politik. Nobunaga membuat kebijakan
perdagangan bebas dimana perdagangan tersebut pada akhirnya
membatunya dalam bernegosiasi guna untuk memperluas jaringan di
kalangan kaum Eropa, selain dengan kaum Eropa, negosiasi juga
dilakukan pada Shogun Yoshiaki guna untuk melakukan kerjasama
dibidang pemerintahan. Selain itu tentara gabungan
Nobunaga-Hideyoshi-Tokugawa juga di dapat dari proses negosiasi.
A. Rekomendasi
1. Suatu narasi tidak ada yang benar-benar netral, karena diharapkan
(5)
136
setidaknya telah memiliki pengetahuan tentang media yang dibaca
sehingga pada akhirnya ketika menerjemahkan isi pesan memiliki
empati terhadap pesan tersebut. Dengan empati khalayak mengetahui
mengapa pesan tersebut disampaikan dan akan menimbulkan
pemahaman yang benar terhadap sutau realita dan tidak terpancing
dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat atau media.
2. Subjektifitas memang tidak dapat dilepaskan, namun selalu ada cara
yang leih baik agar subjektifitas tersebut tidak mendominasi
pemberitaan. Ketika paling tidak media harus memiliki batasan etika
dan moral ketika menyajikan berita.
3. Peneliti menyadari bahwa penelitian analisis naratif sangat
memungkinkan peneliti juga turut memasukkan subjektifitasnya.
Sehingga tidak heran apabila pandangan peneiti dengan pandangan
orang lain dapat berbeda ketika melihat sebuah teks berita. Teks dapat
diartikan bermacam-macam oleh orang yang berbeda dan inilah yang
menjadi kelemahan penelitian ini. Untuk mengatasinya disarankan
untuk membagikannya ke dalam kelompok sehingga di dapat mkana
yang lebih objektif penelitian ini seperti penelitian kualitatif pada
umunya tidak mempuyai ukuran yang pasti tentang batas benar dan
salah, semuanya tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut
peneliti. Karena itu peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat
untuk meneliti analisis wacana agar memiliki batasan yang pasti,
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Racmad Jallaludin.1995. “Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta : Remaja Rosda Karya.
Kartono Kartini.1998. Pemimpin dan kepemimpinan: Apakah pemimpin Abnomar itu?.
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Ardial.2010. Komunikasi Politik; Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media. Jakarta.
Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar. Jakarta. PT.Rineka Cipta.
Syamsul Arifin. 2012.Leadership:Ilmu dan Seni Kepemimpinan, Jakarta, Mitra Wacana
Media.
Moleong J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Dody M. Ghozali.2007 Communication Measurement. (dalam skripsi Badruz Zaman. IAIN Sunan Ampel Surabaya.)
M.Idrus.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ailangga. Sobur Alex.
Piliang Amir Yasraf.2003. Hiper Semiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalansutra.
Nursito.2005. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,
Badudu dan Zam.2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sianar Harapan.
Stanton Robert.2007. Teori Fiksi, Pustaka Jaya, Yogyakarta, 2007
Anwar Arifin. Komunikasi Politik : Filsafat-Paradigma-Teori-tujuan-Strategi dan
komunikasi politik Indonesia. (Yogyakarta : Graha Ilmu)
Eriyanto.2001.Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta,LkiS
Yogyakarta,.
Nurgiyanto Burhan.2009. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah ada University Press,
Adib Sofia dan Sugihastuti.2003.Feminisme dan sastra: Menguak Citra Perempuan dalam
layar Terkembang, Bandung: Katarsis,
Yamaoka Sohachi.2015. Oda Nobunaga:Sang Penahkluk dari owari seri 4. Tokyo: Kensha
Publishing. Internet
www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 20 April 2016
Hhtp://id.wikipedia.org/wiki/Oda-Nobunaga. Diakses pada 19.00 Wib
www.[Info] - Sengoku Jidai (Sengoku Period) _ KAORI NG. Diakses pada tanggal 25 agustus 2015. Pada pukul 14.09 wib
Fujii Manabu. Honnōji to Nobunaga. Kyoto: Shibunkaku, 2003.
www.Pengertian Media Menurut Para Ahli.htm diakses pada 20 Juni 2016 Pengertian novel menurut para ahli_E-JURNAL.html
Hhtp://www.informasibelajar.com/2015/ciri-ciri-pengertian-dan-jenis-jenisnya.html
Hhtp//sengoku jidai a.k.a Zaman Sengoku_World in Words.htm. diakses pada 20 September 2015 pukul 13.00 Wib