Analisis Pragmatik terhadap “Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1 Karya Sohachi Yamaoka

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Endaswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra, Yogyakarta : MedPress. Fananie, Zainuddin, 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University

Press.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia.

Kosasih, H.E. 2011. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Yrama Widya. Luxemburg, Jan Van. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

. 1998. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press. .

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

. . 2001. metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : PT Kerjasama Hanindita Graha.

Rosyadi. (1995). Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi. Sartika, Itha. 2011. Pendekatan Semiotik dalam Mengkaji Prosa Fiksi. Online.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa


(12)

Situmorang, Hamzon. Dan Rospita Uli. 2011. Telaah Budaya dan Masyarakat Jepang usu press. Medan

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia

Suriasumantri, Jujun. 2005. Filsafat ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Suroto, 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta : Niaga Swadaya

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra : Beberapa Alternatif. Yogyakarta : PT Hanindita Graha Widya.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.

Uzey. 2009. “Macam-macam Nilai”. Online

Yamaoka, Sohachi. 2013. Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari Owari, terjemahan.

Ribeta Ota. Jakarta : Kansha Publishing.

http://www.id.wikipedia.org/wiki/saga

http://www.goodreads.com/author/list/399510.S_hachi_Yamaoka


(13)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “ODA NOBUNAGA SANG PENAKLUK DARI OWARI EDISI 1” KARYA

SOHACHI YAMAOKA

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari Owari Edisi 1”

Kiposshi adalah nama panggilan dari Oda Nobunaga. Ia adalah seorang anak laki-laki kelahiran bangsawan Jepang yang besar. Tingkahnya yang sangat kasar, arogansi serta pakaian yang jauh dari kata rapi, rambutnya yang seperti pengaduk teh membuat masyarakat dan lingkungan sekitar menyebutnya si Bodoh, si Dungu dan ada juga yang menyebutnya dengan si Kuda kong-kong yang artinya rubah menunggang kuda dan memacunya. Bocah ini bertingkah sangat aneh, perilakunya yang jauh dari etika anak seorang bangsawan membuat orang-orang disekelilingnya membenci dan meremehkannya.

Tidak hanya masyarakat, para petinggi istana dan saudaranya pun turut membenci Oda Nobunaga. Karena terlampau nakal, ibunya Nyonya Dota dan ayahnya Hirate Nobuhide (Oda Danjo-no-chu Nobuhide) yang tidak sanggup merawatnya, memutuskan untuk menyerahkan Oda Nobunaga kepada Hirate Masahide untuk mengasuhnya. Hingga dewasa pun kelakuan anehnya belum berubah.

Namun dibalik sifatnya yang urakan, Oda Nobunaga menyimpan sejuta siasat dan kecerdikan untuk melawan orang-orang yang membencinya sekaligus pemberontak yang selalu haus kekuasaan. Dan ternyata Oda Nobunaga atau


(14)

Kipphosi lebih memahami keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan istana Klan Oda.

Pemberontakan mulai terjadi ketika Kipphosi menjadi salah satu calon pewaris Klan Oda. Membuat saudara-saudaranya dan para petinggi semakin membencinya, mereka menunjuk adiknya Oda Nubuyuki yang pantas menjadi pemimpin hingga mau tidak mau mereka harus menyingkirkan Kipphosi. Saito Yamashiro no Nyudo Dosan atau si Mamushi (ular berbisa) adalah seorang penguasa di gunung Inabayama, telah merancang sebuah siasat dengan cara menikahkan anaknya “putri Noh” yang sangat terkenal dengan kecerdasan dan kecantikannya. Hal ini ditempuhnya alih-alih cara agar dapat menguasai kastel Kiyosu dan Owari. Seiring dengan berjalannya waktu, justru karena kecerdasan putri Noh, ia mampu memahami sosok Nobunaga yang sebenarnya. Sikap Nobunaga yang berbeda, cerdik, cerdas dan terlihat sangat aneh mampu meluluhkan hati putri Noh, yang semula hanya sebagai umpan untuk mendapatkan kekuasaan, kini berbalik mencintai dan mengagumi suaminya.

Pada tahun 1551, ayah Oda Nobunaga meninggal dunia pada usia 42 tahun, itu merupakan usia yang masih produktif. Oda Nobuhide meninggal akibat serangan jantung karena mendadak mendengar suara orang dan kuda pasukan Oda Nobukiyo yang tidak lain adalah menantu Oda Nobuhide, ia menikahkan putri dari selirnya kepada Nobukiyo. Oda Nobukiyo berasal dari kastel Inuyama yang ingin menyerang kastel Suemori agar Oda Nobuyuki dijadikan sebagai pewaris klan Oda.


(15)

Pada saat upacara pemakaman ayahnya, Oda Nobunaga bertindak kurang ajar. Oda Nobunaga datang dengan pakaian biasa secara enteng, rambutnya diikat keatas bak pengaduh teh, tidak memakai hakama, bagian dada kimono-nya terbuka, ikat pinggangnya berupa tali, sekeliling pinggangnya bergantung banyak kantung berisi rijang, kelihatan jelas betisnya berbulu, dan datang sambil menyeret pedang. Bukan hanya penampilannya saja yang tidak sopan, ia juga melempar bubuk dupa dengan kasar diatas papan nama Dharma ayahnya. Hal ini membuat semua orang yang hadir terkejut dan semakin membuat mereka tidak menyukai Oda Nobunaga untuk menjadi pewaris klan Oda. Mereka semakin yakin untuk membunuh Oda Nobunaga agar Oda Nobuyuki yang menjadi pemimpin klan karena sifat Oda Nobuyuki yang lebih sopan, lembut dan disiplin.

Hirate Masahide adalah mentor berharga dan pengasuh Oda Nobunaga. Karena malu dengan sifat Oda Nobunga yang semakin “gila”, Hirate Masahide melakukan seppuku. Sebelum aksi seppuku dilakukan, Hirate Masahide meninggalkan surat wasiat kepada Oda Nobunaga yang berisi agar Oda Nobunaga mau meninggalkan karakternya yang urakan dan mengubah gaya berpakaiannya menjadi seperti daimyo pada umumnya. Aksi seppuku yang dilakukan Hirate Masahide, memiliki pengaruh besar pada Oda Nobunaga. Yang akhirnya Oda Nobunaga merubah pakaiannya tetapi ia tidak merubah wataknya karena hal itu merupakan salah satu taktiknya untuk menyatukan Jepang. Dan Oda Nobunaga juga membangun sebuah kuil untuk menghormati Hirate Masahide.

Klan Oda dibagi menjadi banyak faksi. Selanjutnya seluruh klan secara teknis dibawah kendali ShibaYoshimune. Oda Nobutomo adalah saudara dari ayah Oda Nobunaga menggunakan Shiba Yoshimune menjadi bonekanya untuk


(16)

menentang Oda Nobunaga sebagai pewaris klan Oda. Dan akhirnya Oda Nobutomo dibunuh oleh Shiba Yoshimune karena penghianatan Oda Nobutomo yang ternyata mendukung dan berusaha membantu Oda Nobunaga.

Meskipun Oda Nobuyuki dan pasukannya masih buron, Oda Nobunaga memutuskan untuk membawa pasukannya ke Mino untuk membantu mertuanya, Saito Dosan. Saito Dosan kini menjadi musuh anaknya sendiri yaitu Yoshitatsu. Terjadinya perselisihan antara Saito Dosan dengan anaknya karena ada desas-desus yang mengatakan bahwa Yoshitatsu bukanlah anak kandung Saito Dosan tetapi anak dari majikan Saito Dosan yang berasal dari klan Toki. Ketika Saito Dosan memperistri selir kesayangan majikannya, Yoshitatsu sudah ada dalam kandungan. Dan sesungguhnya yang membuat desas-desus itu adalah Oda Nobuhide. Karena Oda Nobuhide berfikir jika Saito Dosan dan anaknya bekerjasama maka Owari akan terancam. Dan anak buah klan Mino juga ada yang gemar siasat dan langsung menelan desas-desus itu sehingga Yoshitatsu semakin yakin dan ingin membunuh Saito Dosan lalu mengambil klan Mino. Sehingga Saito dosan meminta bantuan dari menantunya yang terhebat di Jepang, Oda Nobunaga. Pertempuran antara anak dan ayah ini pun terus berlangsung dan pada akhirnya Saito Dosan tewas dan Yoshitatsu menjadi master baru di Mino pada tahun 1556. Karena perhitungan Saito Dosan serta ketajaman pandangan Oda Nobunaga atas taktik perang membuat pasukan Owari berhasil pulang tanpa cacat. Kabar Yoshitatsu menang pun terdengar hampir ke seluruh Desa. Dan Saito Dosan pun mati sebagai Budha.


(17)

wilayah kekuasaannya semua bentuk pos penjagaan di perbatasan serta pajak lewat sudah ditiadakan, siapapun bebas keluar masuk. Pada masa peperangan, keberanian seperti ini dapat dikatakan luar biasa. Sehingga para pedagang dari berbagai negeri bebas masuk. Dengan demikian daerah sekitar kastel Kiyosu itu berkembang pesat hingga membentuk kota. Pedagang maupun petani semakin kaya dibandingkan penduduk negeri lain. Selain itu, manfaat lainnya yang dapat dirasakan penduduk Owari adalah berbagai jenis sumber daya manusia yang tidak diterima di negeri lain mengalir masuk sehingga mendorong perkembangan kebudayaan, serta membuka wawasan terhadap dunia meski tetap berada di negeri kelahirannya. Bagi Oda Nobunaga, jika di suatu tempat banyak orang berkumpul, maka uang pun berkumpul dan jika penduduk menjadi makmur maka keuangan Oda Nobunaga pula akan berlimpah.

Siasat Oda Nobunaga untuk menghancurkan musuh tak pernah padam, ia melakukan aksi berburu selir. Hal ini dilakukan selain untuk mendapatkan keturunan karena putri Noh mandul, juga untuk menghancurkan para musuh. Oda Nobunaga tidak tangung-tangung dalam berburu selir, ia mencari tiga orang wanita yang masih belia dan cantik agar ia mendapatkan keturunan yang bagus pula. Selir yang pertama adalah Orui, gadis yang berusia 17 tahun dan anak dari Ikoma Dewa yaitu seorang yang berkedudukan tinggi di klan Oda. Selir yang kedua adalah Nana, gadis berusia 16 tahun dan anak dari Yoshida Niki. Dan selir yang terakhir adalah Miyuki, ia adalah pelayan Putri Noh yang berusia 19 tahun, ia juga pelayan tercantik diantara pelayan-pelayan Putri Noh lainnya.

Cerita bahwa Oda Nobunaga mengambil tiga selir sekaligus segera tersebar di antara seluruh anggota klan. Beberapa bulan berikutnya desas-desus itu


(18)

sampai ke golongan atas maupun golongan bawah. Oda Nobunaga berfikir jika musuhnya mendengar kabar bahwa dia berburu selir sebanyak tiga orang, maka musuh-musuhnya akan berfikir bahwa Oda Nobunaga sekarang sudah lemah dan gila wanita. Dan ternyata hal ini benar, para musuh pun berfikir demikian lalu mereka membuat siasat untuk membunuh Oda Nobunaga.

3.2 Analisis Pragmatik Cerita Novel

Untuk dapat mengetahui nilai pragmatik pendidikan yang terdapat dalam novel “Oda Nobunaga sang penakluk dari owari edisi 1”, maka penulis melakukan penganalisisan terhadap cuplikan teks novel yang diprediksi mengandung nilai pendidikan. Berikut adalah cuplikan teks yang akan dianalisis :

3.2.1 Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendidikan moral menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (2005 : 320), merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai dan kebenaran dan pandangan yang ingin disampaikan pengarang. Uzey (2009 : 2) mengatakan bahwa nilai pendidikan moral adalah suatu bagian dari nilai yaitu nilai yang menangani kelakuan baik/buruk dari manusia. Moral berhubungan dengan kelakuan manusia atau etika yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral juga merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Seperti halnya dalam cuplikan berikut :


(19)

3.2.1.1Percaya Diri

Cuplikan 1 :

“mengenai pernikahan itu, setiap saat anak buah klan Saito akan datang. Saya mohon Tuan Muda bersikap baik-baik sampai rencana pernikahan ini terwujud.

Nobunaga terbahak dengan membuka mulut lebar-lebar.

“Jangan bicara lagi. Si Mamushi sudah tertawan olehku. Jangan khawatir, dia pasti memberikan anaknya karena menganggap aku berbakat

“Jangan bercanda!”

.”

Akhirnya Masahide marah.

“ ini bukan saatnya bercanda. Masa depan klan Oda tergantung pada pernikahan ini.”

“lagi-lagi Pak Tua ini...” Nobunaga menggembungkan pipi.

“masa depan klan Oda tergantung pada diriku. Tidak tergantung pada pernikahan dengan anak si Mamushi

“tapi seandainya sang putri membenci kelakuan Tuan dan menolak menikah, bagaimana jadinya?”

.”


(20)

“ bagi Tuan Saito Dosan, putri itu adalah anak kesayangannya, putri permata. Apalagi kecantikan serta kecerdasannya termasyhur di seluruh Mino... tidakkah Tuan berpikir kata-kata putri itu akan dapat mempengaruhi ayahnya?”

“ pak Tua!”

“ ada apa tiba-tiba memanggil saya seperti itu.”

“ kita bertaruh saja.”

“bertaruh apa...”

“jadi atau tidak pernikahan ini. Kalau tidak jadi... oh ya, kepalaku ini akan kuberikan kepadamu. Baik? Aku sedang sibuk. Jangan khawatir. Nanti kuantarkan ikan kepadamu. Pulanglah.”

Begitu menuturnya, nobunaga berlalu dari situ. (halaman 29-30)

Analisis :

Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa adanya komunikasi antara Nobunaga dengan pengasuhnya sekaligus mentor terbaiknya, Hirate Masahide yang terjadi di gundukan pinggir Sungai Ibi. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bahwa Hirate Masahide selaku pengasuh yang bertanggung jawab, menyuruh Oda Nobunaga untuk merubah sikapnya yang urakan dan semena-mena karena mata-mata dari negeri Mino akan datang untuk melihat kepribadian Oda Nobunaga yang akan dinikahkan dengan Putri Noh, putri tercantik di negeri Mino dan anak dari Saito Dosan Nyudo. Namun mata-mata dari negeri Mino sudah mengetahui sifat Oda Nobunaga yang sebenarnya sehingga Hirate Masahide harus


(21)

berusaha keras memarahi dan menasehati tuannya. Tetapi dengan sifat percaya diri yang tinggi, Oda Nobunaga tidak mendengarkan perkataan Hirate Masahide. Ia mempunyai pemikiran sendiri, baginya masa depan klan bergantung pada dirinya bukan pada pernikahan dengan anak Saito Dosan.

Nilai pendidikan pragmatik yang terdapat dari cuplikan tersebut adalah percaya diri. Percaya diri merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan percaya diri juga membuat kita menjadi pribadi yang tidak mudah terpengaruh. Karena orang yang percaya diri yakin atas kemampuannya sendiri dan memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan itu tidak terwujud maka kita akan tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Hal ini terlihat pada kalimat berikut ini :

“Jangan bicara lagi. Si Mamushi sudah tertawan olehku. Jangan khawatir, dia

pasti memberikan anaknya karena menganggap aku berbakat”.

Dari kalimat tersebut diketahui bahwa Nobunaga sangat percaya diri dengan menganggap bahwa dirinya sangat berbakat sehingga Mamushi yang akan sangat yakin untuk menikahkan putrinya dengan Nobunaga. kalimat lain yang menunjukkan kepercayaan diri Nobunaga adalah

“masa depan klan Oda tergantung pada diriku. Tidak tergantung pada pernikahan dengan anak si Mamushi.”.

hal ini menunjukkan bahwa Nobunaga sangat yakin dengan kemampuan dirinya untuk memimpin klan Oda sehingga ia tidak memperdulikan siasat Mamushi menikahkan anaknya untuk mengambil kekuasaan di klan Oda.


(22)

Nilai pendidikan moral yang diajarkan melalui tokoh Oda Nobunaga adalah dengan memiliki sifat percaya diri, maka kita tidak akan mudah terpengaruh dengan orang lain, kita akan menjadi pribadi yang kuat karena kita telah mempunyai prinsip hidup yang tidak dapat dilemahkan oleh orang lain. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif dan kurang percaya pada kemampuannya sehingga akan mengakibatkan sering menutup diri. Sedangkan orang yang percaya diri yakin atas kemampuannya sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis dan selalu berpikiran positif terhadap dirinya dan mempunyai keyakinan yang kuat atas dirinya. Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang bagus bukanlah hanya orang yang merasa mampu melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

3.2.1.2 Kecerdasan Cuplikan 1 :

Kemenangan di medan perang diraih dengan melakukan hal yang tidak terduga oleh musuh. Memang benar, dalam zaman perang ini tidak boleh lengah, bahkan terhadap anak buah maupun orang tua serta sanak saudara.

“kalau begitu, aku tanya lagi...”

Padahal Nobuhide datang untuk memberitahu keputusan untuk mencabut hak waris anaknya ini, dia berpikir kembali. Maka Nobuhide berkata dengan suara yang kian berat.

“kalau kamu berpikir begitu jauh, pasti kamu punya pendapat tentang cara berperang ayahmu sampai hari ini. Bagaimana pendapatmu tentang cara hidup ayahmu?”


(23)

“iya...”

Nobunaga memiringkan kepala bagaikan menuturkan hal-hal tentang orang yang tak berhubungan dengannya.

“tidak ada yang pantas dipelajari. Ayah hanyalah seorang penguasa sebuah negeri, yaitu Negeri Owari... itu saja.”

“hmm. Berarti kamu bilang tidak perlu belajar apa pun dari ayahmu ini, seorang daimyo sebuah negeri.”

Untuk ketiga kalinya Nobuhide mengerang, “ummm.”

“kalau belajar dari Ayah, nanti akan kacau. Ayah punya dua puluh lima anak. Kalau setiap anak diberi suatu wilayah, pewaris Ayah takkan berkuasa sepersepuluh dari kekuasaan Ayah. Kalau kekuatan sepersepuluh, tak mungkin bertahan sebagai daimyo. Apa Ayah mengerti? Memang sulit karena Ayah tak tahu apa-apa”

Dapat dirasakan amarah yang memuncak.

Kendati demikian, jika dikatakan tak ada yang pantas dipelajari dari Ayahnya, rasanya tak tahan sedihnya bagi seorang ayah.

Memang masuk akal apa yang dikatakan oleh Nobunaga. Kalau negerinya dibagikan kepada semua anaknya, dan jika hubungan di antara saudara kurang serasi, maka negeri itu akan dilahap oleh negeri tetangga.

Jangan marah. Aku cukup terkenal sebagai lelaki yang berani dan berhati lapang, batinnya.

Nobuhide berusaha menahan perasaan yang meluap-luap “kalau begitu kamu tidak menjadi pewarisku?’


(24)

“walau tidak diwariskan, aku akan merebutnya dengan kekuatanku sendiri, maka takkan soal apakah aku mewarisinya atau tidak. Tidak usah khawatir.” (halaman 83-84)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan Ayahnya yang terjadi di dalam kastel. Dari komunikasi tersebut dapat dilihat bahwa Ayahnya, Oda Nobuhide sedang bertanya kepada Oda Nobunaga tentang cara hidup ayahnya sebagai seorang daimyo. Tetapi Oda Nobunaga hanya mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dipelajari dari ayahnya dan dia juga memberikan suatu pemikiran yang cerdas kepada ayanhnya mengenai kekuasaan ayahnya yang akan dibagikan kepada dua puluh lima anaknya. dan itu membuat ayahnya berfikir bahwa yang dikatakan Oda Nobunaga itu ada benarnya.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh yang cerdas. Hal ini terlihat pada kalimat berikut :

“kalau belajar dari Ayah, nanti akan kacau. Ayah punya dua puluh lima anak. Kalau setiap anak diberi suatu wilayah, pewaris Ayah takkan berkuasa sepersepuluh dari kekuasaan Ayah. Kalau kekuatan sepersepuluh, tak mungkin bertahan sebagai daimyo. Apa Ayah mengerti? Memang sulit karena Ayah tak tahu apa-apa”.

Memang masuk akal apa yang dikatakan oleh Nobunaga. Kalau negerinya dibagikan kepada semua anaknya, dan jika hubungan di antara saudara kurang serasi, maka negeri itu akan dilahap oleh negeri tetangga.

Dari kalimat di atas dapat diketahui bahwa Nobunaga memiliki otak yang cerdas, ia mampu berfikir jauh tentang efek negatif pembagian wilayah ayahnya sehingga ia tidak ingin belajar dari ayahnya, ia mempunyai pemikiran sendiri untuk masa depan klannya. Dan Ayahnya pun menyadari ketika Nobunaga


(25)

mengatakan hal demikian. Kecerdasan yang dimiliki oleh Nobunaga adalah kemampuan mental yang terkait untuk berfikir, merencanakan, dan memecahkan masalah .

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui tokoh Oda Nobunaga adalah kita sebagai manusia yang ingin mencapai suatu keberhasilan, haruslah memiliki kecerdasan agar sesuatu yang dicapai itu dapat terwujudkan dengan lamgkah-langkah yang baik pula. Dengan kecerdasan yang dimiliki, kita tidak akan bisa dipermainkan dan kita juga bisa memberikan nasehat kepada orang lain terutama kepada orang tua kita. Hal positif yang didapat dari kecerdasan adalah kita mampu mempunyai pemikiran sendiri untuk kebaikan kita dan orang lain, kita juga mampu memberikan solusi maupun nasihat kepada orang lain.

Cuplikan 2 :

Setelah kematian Ayahnya, Nobunaga mengumpulkan pandai besi pembuat senapan, dan kini sering terdengar bunyi palu dari bagian dalam hutan di kastel...

“Onoh. Zaman tombak sepanjang enam meter sebagai senjata ampuh akan segera berakhir.”

“Membuat senapan sebanyak mungkin, lalu melatih pasukan agar bisa membidik dengan tepat, tak ada senjata yang melebihi itu.”

Ide serta rencana baru seperti itu dan pelatihan yang nyaris tampak gila. Kegiatan suaminya mengingatkan Putri Noh pada ayahnya, Dosan, pada masa muda dan membuatnya bangga.


(26)

Dalam situasi seperti itu, akhir-akhir ini Putri Noh selalu memuji Nobunaga dalam surat kepada ayahnya. Dia cemas ayahnya menganggap Nobunaga lemah dan mengambil kesempatan untuk menyerang. Putri Noh merasa konyol terhadap dirinya sendiri yang tanpa sadar sudah mendukung suaminya secara menyeluruh. (halaman 161-162)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan istrinya, Putri Noh. Dalam komuniksi tersebut, Nobunaga mengatakan kepada istrinya bahwa dia mengumpulkan pandai besi untuk membuat senapan dan mengakhiri zaman tombak sepanjang enam meter. Hal ini adalah salah satu kecerdasan yang dimiliki Oda Nobunaga. Di zaman peperangan seperti ini, sebagai seorang pemimpin, Nobunaga berfikir harus lebih maju dari yang lainnya salah satunya dalam hal persenjataan.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga sebagai seorang pemimpin negeri Owari memiliki kecerdasan yang luar biasa, dapat terlihat pada kalimat berikut :

“Membuat senapan sebanyak mungkin, lalu melatih pasukan agar bisa membidik dengan tepat, tak ada senjata yang melebihi itu.”

Ide serta rencana baru seperti itu dan pelatihan yang nyaris tampak gila. Kegiatan suaminya mengingatkan Putri Noh pada ayahnya, Dosan, pada masa muda dan membuatnya bangga.

Kalimat tersebut menunjukkan indeksikal bahwa Nobunaga mempunyai ide untuk mengganti tombak menjadi senapan lalu melatih pasukan dengan baik. Pada masa itu untuk memperoleh senapan sangat sulit, jadi Nobunaga


(27)

mengumpulkan pandai besi di rumahnya untuk menciptakan senapan dalam jumlah yang besar.

Nilai pendidikan yang terdapat pada cuplikan di atas adalah dengan adanya kecerdasan, kita menjadi lebih maju dari orang lain, terlebih lagi pada saat masa peperangan di zaman Nobunaga. Selain itu hal positif yang didapat adalah kita dapat membuat orang lain bangga, percaya dan memuji kita dengan kecerdasan yang kita miliki.

3.2.1.3Bertanggung jawab Cuplikan 1:

“Eh, Tuan Kipposhi...”

‘Kaget ya, Nyonya Iwamuro. Ha ha ha ha, jangan khawatir. Karena sinilah tempat yang aman bagimu, kami repot-repot menolong dan membawamu kesini.”

“Sini tempat yang paling aman?”

“Kamu hampir diculik Shibata Gonroku dan Hikogoro untuk dipaksa menjadi selir Hikogoro.”

“Oh...”

“Tidak hanya itu, orang-orang bodoh itu berencana memerangi Nobunaga ini setelah itu. Kalau sampai begitu, Kastel Kiyosu akan dibakar habis oleh Nobunaga ini. Tentu saja kamu bernasip sama dengan kastel itu. Kalau jadinya seperti itu, kamu takkan bertemu dengan Matajuro lagi. Karena kasihan, aku membawamu ke sini. Tidak perlu takut.”


(28)

“Tidak”

“Seperti yang kamu ketahui, akulah kepala klan Oda. Akulah yang bertanggung jawab padamu maupun Matajuro. Tapi, untuk sementara, kamu tidak boleh terlihat oleh orang lain. Kalau dilihat orang lain, orang dari Suemori atau Kiyosu akan datang merebutmu. Untuk urusan sehari-hari, Shozaburo akan membantumu. Sampai Nobunaga ini mengizinkan, kamu tak boleh keluar dari sini. Bagaimana. Kamu masih takut pada Nobunaga?”

Nyonya Iwamuro berkata sambil menggeleng keras. “Rasanya tidak nyata. Tuan Kipposhi sama sekali tidak...” “Bukan Kipposhi lagi. Kazusa no suke Nobunaga.”

“Maaf. Tapi rasanya setelah sekian lama, tiba-tiba berjumpa kembali dengan tuan Kipposhi yang dulu yang baik hati.”

“Aku juga ingat kamu baik kepadaku.”

“Ya saya pernah mengupaskan buah melon, atau menyuguhkan nasi merah untuk Tuan Kipposhi.”

“Ha ha ha ha, maka kali ini, Nobunaga inilah yang akan membawakanmu makanan setiap hari. Dengar, jangan ribut atau curiga, jangan sampai dilihat orang lain.”

“Ya saya mengerti...”

“Pada hari upacara hari ke-49 setelah kematian mendiang ayahku, aku ke sini untuk menemuimu. Sampai hari itu, kamu berdoa saja supaya dosa-dosa ayahku dimaafkan.”

“Oh, sulit dipercaya Tuan Nobunaga mengucapkan kata-kata yang sebaik itu...”


(29)

“Kalau ada sesuatu yang kamu inginkan, katakan saja kepada Shozaburo. Tak lama lagi kamu bisa bertemu kembali dengan Matajuro juga,”dengan berkata demikian, Nobunaga bangkit berdiri. (halaman 171-173)

Analisis :

Dari cuplikan di atas, adanya komunikasi antara Nobunaga dengan selir kesayangan Ayahnya, Nyonya Iwamuro. Komunikasi tersebut terjadi di tempat Nobunaga menyembunyikan Nyonya Iwamuro agar Nyonya Iwamuro tidak diculik lalu dijadikan selir Oda Hikogoro. Dalam cuplikan tersebut, Oda Nobunaga adalah orang yang bertanggung jawab, ia rela menculik Nyonya Iwamuro demi menyelamatkannya dari tangan Oda Hikogoro yang juga ingin menculik Nyonya Iwamuro untuk dijadikan sebagai selir. Wujud bertanggung jawab Oda Nobunaga adalah ia mengatur cara agar Nyonya Iwamuro bertemu dengan anaknya yang masih balita dan mengurus semua keperluan Nyonya Iwamuro.

Nilai pragmatik yang terdapat dari cuplikan di atas adalah sifat tanggung jawab. Hal ini terlihat pada kalimat berikut :

“Seperti yang kamu ketahui, akulah kepala klan Oda. Akulah yang bertanggung jawab padamu maupun Matajuro. Tapi, untuk sementara, kamu tidak boleh terlihat oleh orang lain. Kalau dilihat orang lain, orang dari Suemori atau Kiyosu akan datang merebutmu. Untuk urusan sehari-hari, Shozaburo akan membantumu. Sampai Nobunaga ini mengizinkan, kamu tak boleh keluar dari sini. Bagaimana. Kamu masih takut pada Nobunaga?”

Dari kalimat di atas menunjukkan indeksikal bahwa Oda Nobunaga sebagai pemimpin dan sebagai orang yang menyembunyikan selir ayahnya, ia bertanggung jawab untuk melindungi selir ayahnya dan Matajuro dari jangkauan


(30)

musuh. Tanggung jawab yang ia lakukan seperti menyediakan kebutuhan sehari-hari dan merawat Matajuro yang masih balita.

Tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala sesuatunya dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Tanggung jawab haruslah berani menanggung akibat atas setiap perbuatan yang dilakukan, dan Oda Nobunaga sudah melakukan hal tersebut.

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam tokoh Oda Nobunaga adalah sebagai manusia yang berakhlak dan berakal, kita harus memiliki sifat tanggung jawab. Terlebih lagi jika kita sebagai seorang pemimpin, tanggung jawab amat sangat diperlukan demi kemajuan dan kebaikan diri sendiri maupun orang lain. Hal positif yang didapat dari cuplikan di atas adalah jika kita berani melakukan suatu tindakan maka kita harus berani bertanggung jawab dari hal yang kecil sekalipun.

3.2.1.4Tidak pendendam Cuplikan 1 :

“Mohon izinkan saya menghadapi Tuan Oda Kazusa no suke Nobunaga. saya adalah Hotta Doku, anak buah Saito Dosan.”

“oh Tuan Doku, aku Nobunaga.”

Begitu mendengar sahutan itu. Doku seketika melompat turun dari kuda , duduk berlutut sebelah di atas tepi sungai yang ditutupi batu kerikil yang baru kering.

“Baru tadi Saito Yamashiro Nyudo Dosan tewas dalam pertempuran. Perang sudah usai.”


(31)

“Apa? Tuan Nyudo tewas dalam pertempuran?” “Benar sekali, perang sudah usai.”

“Ummm.”

Mata nobunaga berkilap tajam bagaikan petir, lantas diarahkan ke langit biru.

“Begitu ya. Tewas dalam pertempuran... sesuai dugaanku...” Selama beberapa saat dia memelototi udara kosong.

“Siapa yang pertama menusuknya dengan tombak?”

Ketika dia bertanya balik, warna merah samar-samar terlihat di dalam matanya.

“Ya! Nagai Chuzaemon dan Komaki Genta.” “Siapa yang memenggal kepalanya?”

“Komaki Genta.” “Mayatnya?”

“Langsung masuk dalam aliran jernih Sungai Nagara.”

“Ha ha ha ha... kalian dengar? Mertua Nobunaga sudah menyelesaikan upacara pemakaman agar tak merugikan kita. Lucu sekali. Ha ha ha ha.”

“Mohon izinkan saya mengajukan sesuatu. Karena Tuan Nyudo sudah tewas dalam pertempuran...”

“Tunggu! Aku tak menerima perintah siapapun. Aku tidak datang untuk balas dendam.”


(32)

“Seluruh pasukan berbalik, kembali ke Oraguchi. Kalau orang yang hendak kita bantu sudah mati, tak ada artinya berperang. Doku, sampai jumpa di Owari kelak.”

“Ya...”

Doku tidak mampu mengangkat muka. Segalanya persis seperti kata-kata Dosan, si bodoh besar ini memahami isi hati Dosan yang memilih tewas dalam pertempuran. Niwa Manchiyo maju untuk mengusulkan.

“Padahal kita sudah sampai disini, tak bisa begitu saja...” Sebelum selesai diucapkannya, Nobunaga membentak lagi.

‘Selamat tinggal, Doku.”

“Bodoh, padahal Yoshitatsu repot-repot akan memberiku segalanya. Ayo, kita berbalik dan menyeberang sungai.”

Begitu diucapkan, Nobunaga membalikkan kuda.

Melihat kemahiran untuk mengendalikan pasukannya dengan cerdik, Hotta Doku menjatuhkan air mata lagi.

“Tuan Nyudo. Mas kawin dari Tuan sudah saya serahkan kepada Tuan Nobunaga... Tuan nobunaga sudah menerimanya dengan kukuh dan yakin. Silahkan beristirahatlah dengan lega hati.”(halaman 411-413)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat terlihat adanya komunikasi antara Nobunaga dengan anak buah Saito Dosan yaitu Hotta Doku yang terjadi ditengah Hutan Oraguchi. Dari komunikasi tersebut terlihat bahwa anak buah Saito Dosan


(33)

menyampaikan pesan dari Tuannya kepada Nobunaga bahwa jika Saito Dosan tewas maka perang sudah usai dan Nobunaga bisa kembali ke daerahnya.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh yang penuh arogansi tetapi tidak mempunyai sifat pendendam. Hal ini terlihat pada kalimat berikut ini :

“Tunggu! Aku tak menerima perintah siapapun. Aku tidak datang untuk balas

dendam.”

“Benar sekali...”

“Seluruh pasukan berbalik, kembali ke Oraguchi. Kalau orang yang hendak kita bantu sudah mati, tak ada artinya berperang. Doku, sampai jumpa di Owari kelak.”

“Ya...”

Doku tidak mampu mengangkat muka. Segalanya persis seperti kata-kata Dosan, si bodoh besar ini memahami isi hati Dosan yang memilih tewas dalam pertempuran. Niwa Manchiyo maju untuk mengusulkan.

“Padahal kita sudah sampai disini, tak bisa begitu saja...” Sebelum selesai diucapkannya, Nobunaga membentak lagi.

“Bodoh, padahal Yoshitatsu repot-repot akan memberiku segalanya. Ayo, kita berbalik dan menyeberang sungai.”

Kalimat diatas menunjukkan indeksikal bahwa Nobunaga tidak mempunyai sifat pendendam dan tidak ada yang menyangka bahwa dibalik keanehan Nobunaga, ia tidak mempunyai rasa dendam sedikitpun kepada mertuanya yang tidak lain adalah musuh Ayahnya sendiri. Ia rela membantu memperjuangkan nama baik mertuanya walaupun Mertuanya dahulu berniat untuk membunuh Nobunaga.

Nilai pendidikan yang diajarkan dari tokoh Oda Nobunaga adalah seberapa besar pun kesalahan orang lain kepada kita, kita harus memaafkannya


(34)

dan tidak boleh menyimpan rasa dendam. Dan juga harus tetap berbuat baik terhadap orang yang pernah bersalah kepada kita.

3.2.1.5Keberanian Cuplikan 1 :

Walau begitu untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya yang terjadi hanya sekali seumur hidup, dia datang dengan ikat pinggang berupa tali itu. Entah apa yang dipikirkan? Apalagi di tangannya digenggam pedang besar sepanjang lebih dari 120 senti dan dipinggangnya dipasang pedang pendek yang panjangnya sekitar 70 senti.

“Minggir!” bentak Nobunaga.

Nobunaga tak menghiraukan respons mereka. tidak memberi kesempatan siapa pun untuk mengingatkan tentang pedangnya, Nobunaga sudah maju ke depan wadah dupa di mimbar.

Semua orang terdiam, memusatkan seluruh perhatian kepada Nobunaga seorang.

Dengan tetap membawa pedang besarnya di tangan kiri, nobunaga memelotot tajam papan nama Dharma ayahnya.

Huruf-huruf “Manshoin Togan Doken Koji” yang ditulis oleh paman besarnya, Biksu Daiun, berkilap di permukaan papan nama Dharma seolah-olah menceritakan betapa tidak menentukannya kehidupan manusia.

Sambil memelototi papan itu, Nobunaga menggenggam bubuk dupa di dalam kotaknya. Lantas mengangkat tangan tinggi-tinggi, bubuk dupa dilempar keras pada papan naman Dharma.


(35)

“ah..”

Orang-orang yang sampai tadi menahan nafas, kini serempak ribut. Mana mungkin ada cara membakar dupa seganas ini? Bukan menyebarkan melainkan melempar bubuk dupa. Sejenak kemudian.

“Kaaaaatsu!”

Nobunaga meneriakkan sepatah kata dengan lantang, lantas menggenggam kembali pedang besar yang sepanjang lebih dari 120 senti itu dengan tangan kanan dan menutuk lantai dengan ujung pedang dengan keras.

Wataknya terlampau beda. Tak ada yang menertawakan maupun menuduhnya. Suasana upacara pemakaman yang sampai tadi terkesan amat duniawi dan biasa-biasa saja seketika kembali memperoleh ketegangan yang tajam karena munculnya tokoh luar biasa di upacara pemakaman ini. (halaman 147-148).

Termakan kedahsyatannya itu, semua hadirin yang tadi mulai ribut seketika tersentak, menahan nafas. Bersamaan dengan itu, Nobunaga berbalik, membelakangi jenazah ayahnya.

Analisis :

Dari Cuplikan di atas dapat terlihat aksi Oda Nobunaga yang tidak sopan pada saat upacara pemakaman kematian ayahnya. Hal itu dapat terlihat ketika Nobunaga datang dengan membawa pedang, memakai pakaian yang tidak rapi dan melempar bubuk dupa dengan keras di papan nama Dharma ayahnya. Dalam hal ini menunjukkan keberanian Nobunaga yang sesungguhnya


(36)

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memiliki sifat yang sangat berani.hal ini dapat terlohat pada kalimat berikut :

“Sambil memelototi papan itu, Nobunaga menggenggam bubuk dupa di dalam

kotaknya. Lantas mengangkat tangan tinggi-tinggi, bubuk dupa dilempar keras pada papan naman Dharma.

“ah..”

Orang-orang yang sampai tadi menahan nafas, kini serempak ribut. Mana mungkin ada cara membakar dupa seganas ini? Bukan menyebarkan melainkan melempar bubuk dupa. Sejenak kemudian.

“Kaaaaatsu!”

Nobunaga meneriakkan sepatah kata dengan lantang, lantas menggenggam kembali pedang besar yang sepanjang lebih dari 120 senti itu dengan tangan kanan dan menutuk lantai dengan ujung pedang dengan keras.

Termakan kedahsyatannya itu, semua hadirin yang tadi mulai ribut seketika tersentak, menahan nafas. Bersamaan dengan itu, Nobunaga berbalik, membelakangi jenazah ayahnya.

Kalimat di atas menunjukkan adanya indeksikal keberanian dari Oda Nobunaga yang ditunjukkan pada upacara pemakaman ayahnya. Ia menggunakan pakaian yang kurang rapi, membawa tombak dan melemparkan bubuk dupa di atas papan dharma ayahnya. Tidak peduli pada saat acara formal maupun tidak, ia tetap menunjukkan keberaniannya agar orang lain terutama kaum yang mencemoohkannya takut padanya dan tidak bisa mengerti isi pikirannya. Keberanian seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan serta mental yang luar biasa apalagi dilakukan pada saat upacara pemakaman ayah sendiri.

Nilai pendidikan yang diajarkan oleh Tokoh Oda Nobunaga adalah nilai pendidikan moral, karena keberanian yang diperankan oleh Nobunaga ini menunjukkan suatu sikap ataupun tingkah laku baik ataupun buruk sifat seseorang.


(37)

Dan dari cuplikan di atas menunjukkan suatu sifat yang baik walaupun cara yang ia lakukan salah tetapi hal itu dilakukan agar orang lain tidak bisa menganggap remeh dirinya. Keberanian itu penting untuk menaklukkan rasa takut dan untuk membela kebenaran. Sikap berani seorang pemimpin merupakan senjata yang paling hebat dan paling sakti dibanding senjata lainnya. keberanian itu juga wujud perjuangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dengan segala nilai kebenaran.

Cuplikan 2 :

Nobunaga meremehkan para penguasa negeri lain yang memposisikan pos penjagaan di setiap tempat penting di perbatasan atau menagih pajak yang tinggi kepada orang yang lewat supaya mencegah masuknya orang dari luar negeri atas kekhawatiran keluar-masuknya mata-mata musuh.

“Tindakan bodoh,” ejek Nobunaga.

Khusus di wilayah kekuasaannya, semua bentuk pos penjagaan di perbatasan serta pajak lewat sudah ditiadakan, siapa pun bebas keluar-masuk.

“ Oh larisnya,”

Pada masa peperangan ini, keberanian seperti itu dapat dikatakan luar biasa. Tapi berkat itu, para pedagang dari berbagai negeri keluar-masuk atau tinggal disitu. Dengan demikian daerah sekitar Katel Kiyosu itu berkembang pesat hingga membentuk kota. Pedagang maupun petani semakin kaya dibandingkan penduduk di negeri lain.


(38)

Ketika memasuki pasar di daerah timur yang dibuka atas perintahnya, dari capingnya Nobunaga melihat lautan manusia yang berkumpul di situ, tersenyum puas.

Di tempat orang berkumpul, uang pun berkumpul dan jika penduduk menjadi makmur, keuangan Nobunaga pula dibuat melimpah.

Tak hanya itu, ada satu lagi keuntungan yang disebabkan oleh kebijakan bebas keluar-masuk.

Berbagai jenis sumber daya manusia yang tidak diterima di negeri lain mengalir masuk sehingga mendorong perkembangan kebudayaan, serta membuka wawasan terhadap dunia meski tetap berada di negeri kelahirannya. (halaman 418-419).

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui bagaimana keberanian Nobunaga untuk memajukan negeri yang dipimpinnya. Walaupun pada masa itu adalah masa peperangan, tetapi Nobunaga tidak takut sama sekali untuk membuat sistem yang baru. Padahal pemimpin-pemimpin di negeri Lain sangat takut untuk melakukannya tetapi Nobunaga dengan keberanian dan kecerdasannya yang luar biasa ia tetap melakukannya.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga juga memerankan tokoh yang berani sebagai seorang pemimpin, seperti pada kalimat berikut “Khusus di wilayah kekuasaannya, semua bentuk pos penjagaan di perbatasan

serta pajak lewat sudah ditiadakan, siapa pun bebas keluar-masuk.

Pada masa peperangan ini, keberanian seperti itu dapat dikatakan luar biasa. Tapi berkat itu, para pedagang dari berbagai negeri keluar-masuk atau tinggal disitu. Dengan demikian daerah sekitar Katel Kiyosu itu berkembang


(39)

pesat hingga membentuk kota. Pedagang maupun petani semakin kaya dibandingkan penduduk di negeri lain”.

Kalimat di atas menunjukkan indeksikal bahwa sebagai pemimpin, Oda Nobunaga mempunyai keberanian yang hebat karena jika seorang pemimpin tanpa keberanian tidaklah pantas disebut sebagai pemimpin dan keberanian itu bersikap sebagai perjuangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Keberanian yang ia lakukan adalah seperti pada masa peperangan ia berani membuat gagasan bahwa semua penjagaan di perbatasan dan pajak lewat sudah di tiadakan sehingga siapapun bebas keluar masuk sehingga membuat perekonomian di daerah kekuasaan Nobunaga semakin maju sehingga para pedagang dan petani semakin sejahtera dan tentu saja keuangan Nobunaga pun juga semakin bertambah.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui tokoh Oda Nobunaga adalah untuk mewujudkan suatu kemajuan, kita harus berani mengambil sikap dan harus mau menanggung segala resikonya. Karena keberanian itu bukan hanya asal maju tanpa resiko tetapi keberanian itu adalah semua perilaku strategis yang telah terhitung secara akurat sebelum melangkah ketindak lebih jauh. Namun, keberanian itu tidak sama dengan nekat tetapi juga sebuah sikap yang didukung oleh data dan informasi yang benar. Dan hal ini terlihat melalui tokoh Oda Nobunaga. Hal positif yang didapat adalah sebagai seorang pemimpin haruslah mempunyai keberanian untuk suatu kemajuan walaupun dalam keadaan sulit sekalipun.


(40)

3.2.1.6Menepati Janji Cuplikan 1:

“Dalam hidupku ini aku selalu melakukan hal yang tidak terduga oleh orang lain. Apa kamu mengerti?

“Jalan kedamaian...”

Lagi pula aku bersumpah satu hal lagi. Aku tidak mengharapkan hidup sampai 50 tahun, tapi aku berdoa sungguh-sungguh supaya aku bisa menata hanya sebaris jalan untuk kedamaian dalam masa peperangan ini.”

“Begitulah. Demi membangun dasar dunia baru di mana banyak perempuan dan anak-anak dapat hidup bersenang-senang dengan aman.”

Mendengarkan kata-kata Nobunaga yang sungguh-sungguh itu, Nyonya Iwamuro tahu-tahu membetulkan sikap duduknya.

“Takkan mengungkapkan cinta kepada perempuan yang dicintainya...”

“Oh...” (halaman 281)

“Itulah sumpahku. Jika aku mengingkari sumpahku itu, silakan menertawakan Nobunaga sebagai orang yang tak berarti.”

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan selir kesayangan ayahnya, Nyonya Iwamuro di dalam kastel Furuwatari. Dari komunikasi tersebut dapat terlihat bagaimana watak Nobunaga dalam menepati dan mempertahankan sumpahnya sebagai seorang pemimpin. Ia bersumpah untuk membangun kedamaian di masa peperangan demi terciptanya


(41)

rakyat yang bahagia dan aman dalam negerinya. Selain itu ia juga menepati sumpahnya untuk tidak mengungkapkan rasa cintanya kepada orang yang ia cintai. Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh yang tidak ingkar janji, ia selalu berusaha untuk menepati janjinya seperti berikut :

“Lagi pula aku bersumpah satu hal lagi. Aku tidak mengharapkan hidup

sampai 50 tahun, tapi aku berdoa sungguh-sungguh supaya aku bisa menata hanya sebaris jalan untuk kedamaian dalam masa peperangan ini.”

“Takkan mengungkapkan cinta kepada perempuan yang dicintainya...” “Itulah sumpahku. Jika aku mengingkari sumpahku itu, silakan menertawakan Nobunaga sebagai orang yang tak berarti.”

Kalimat tersebut menunjukkan indeksikal bahwa Oda Nobunaga adalah orang yang menepati janjinya. Terlihat pada saat ia mengatakan bahwa ia bersumpah agar bisa mewujudkan perdamaian di negerinya dan tak akan mengungkapkan perasaan kepada perempuan yang ia cintai. Dan ia juga berani mengambil resiko apabila ia melanggar sumpah-sumpahnya. Ia juga bukan hanya sekedar menebar janji tetapi ia juga melaksanakan sumpahnya tersebut. Sebagai seorang pemimpin, sifat tersebut sangatlah diperlukan dan dibutuhkan oleh anggota atau rakyatnya. Jika dibandingkan dengan masa sekarang sepertinya sangat berbandik terbalik, pada masa peperangan di zaman Azuchimomoyama, pemimpin seperti Oda Nobunaga mempunyai watak yang keras namun ia selalu berusaha untuk mewujudkan kemaslahatan rakyatnya, ia juga tidak berharap untuk hidup lebih lama untuk menikmati kekuasaannya tetapi ia berharap agar rakyatnya yang menderita di masa peperangan segera menjadi bahagia dan hidup dalam kedamaian. Sedangkan di masa sekarang, pemimpin hanya bisa menebar janji tanpa membuktikannya dan merebut kekuasaan untuk menjadi pemimpin hanya untuk mensejahterakan dirinya sendiri, bukan mensejahterakan rakyatnya.


(42)

Nilai pendidkan yang diajarkan oleh tokoh Oda Nobunaga adalah nilai pendidikan moral. Karena menepati janji adalah salah satu sifat atau akhlak yang terpuji. Sebagai seorang pemimpin sebaiknya harus menepati janji-janjinya bukan hanya mengumbarnya saja. Tetapi untuk menjadi individu yang lebih baik, menepati janji bukan hanya harus dimiliki oleh pemimpin saja, tetapi untuk semua orang karena sifat tersebut dapat memperlihatkan watak seseorang apakah dia baik atau tidak, apakah dia bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya.

3.2.1.7Tetap Pendirian Cuplikan 1 :

“Dewa apa kamu punya selir?”

“Ini pertanyaan yang diluar dugaan saya.”

“Di luar dugaan, kek, dalam dugaan, kek, aku tak peduli. Punya tidak?” “Mohon maaf. Saya punya seorang.”

Ikoma Dewa dilanda kebingunagn dengan cara bicaranya Nobunaga yang melompat-lompat bagaikan buah kesatria dalam permainan shogi

“Apa yang sudah diputuskan?”

.

“Orui Menjadi selirku.” “Wah!”

“Apa...? tapi, kalau Orui...”

“Padahal kamu punya selir, apa kamu mau bilang kalau aku tidak boleh punya selir? Begitu? Kalaupun kamu bilang begitu, Nobunaga ini takkan membatalkannya. Kalau dijadikan selir, dia akan melahirkan anak. Seandainya anak itu laki-laki, dia akan menjadi keponakanmu dan juga pewarisku.”


(43)

“Kalau dia tidak mau, aku pun tidak mau. Jangan tanya hal yang konyol. Karena itulah aku menyuruhnya untuk membawakan aku teh. aku akan langsung bertanya padanya.”

Ikoma Dewa terheran-heran dengan mulut menganga. Tidak hanya itu, Tokichiro yang bersujud di bawah kaki Nobunagapun terkejut.(halaman 433)

Analisis :

Dari cuplikan di atas, dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan Ikoma Dewa yaitu orang yang berkedudukan tinggi di klan Oda. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bahwa Oda Nobunaga ingin menjadikan anak Ikoma Dewa sebagai selirnya. Nobunaga berburu selir karena Putri Noh tidak bisa melahirkan anak, sehingga Nobunaga mencari wanita untuk dijadikan sebagai selirnya agar ia mempunyai keturunan untuk pewarisnya kelak. Namun tujuannya itu membuat orang lain terkejut terutama Ikoma Dewa karena tidak menyangka bahwa Oda Nobunaga ingin mempersunting putrinya yang masih berusia 17 tahun. Namun Nobunaga tetap ingin mempersunting putrinya walaupun orang lain menentangnya.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh yang mempunyai pendirian yang tetap hal ini terdapat pada kalimat berikut :

“Padahal kamu punya selir, apa kamu mau bilang kalau aku tidak boleh punya selir? Begitu? Kalaupun kamu bilang begitu, Nobunaga ini takkan membatalkannya. Kalau dijadikan selir, dia akan melahirkan anak. Seandainya anak itu laki-laki, dia akan menjadi keponakanmu dan juga pewarisku.”


(44)

Kalimat tersebut terlihat adanya indeksikal sifat tetap pendirian Nobunaga. Hal ini terlihat ketika ia tidak peduli jika seandainya Ikoma Dewa melarangnya asalkan putrinya mau maka dia akan mempersunting putrinya. Sifat tetap pendirian itu sangat lah baik karena menjadikan kita jauh dari sifat plin-plan dan tidak bisa mengambil keputusan.

Nilai pendidikan yang diajarkan oleh Oda Nobunaga adalah nilai pendidikan moral. Karena tetap pendirian merupakan salah satu sifat yang terpuji dan dapat menjadikan kita sebagai manusia yang berprilaku baik. Dan dengan moral yang baik maka kita juga bisa mengajarkan yang baik pula untuk orang lain. Hal ini dikarenakan sifat tetap pendirian itu sangat berguna untuk kehidupan kita karena dengan sifat tersebut kita bisa tegas dalam mengambil keputusan.

3.2.1.8Memiliki sifat kasih sayang Cuplikan 1:

“Eh, kolam ini dipenuhi kappa. Bagaimana kalau kita menangkapnya masing-masing 1 ekor?”

Muka kanak-kanakan Takechiyo seketika menegang.

Takechiyo belum bisa berenang. Nobunaga tahu itu, dan sengaja mempermainkannya.

“Takechiyo, kenapa memasang muka seaneh itu? Kamu takut kappa?” “Tidak begitu...”

“Kalau begitu, kamu yang masuk dan menangkapnya.”

Bersamaan dengan kata-katanya, Nobunaga memegang badan Takechiyo lantas mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya.


(45)

Anak sebatang kara yang keras kepala itu dilempar ke dalam kolam. Air sungai musim dingin sangatlah jernih. Dilihat dari tepinya, bagian dalam sungai yang membentuk kolam itu kelihatan seperti warna nila, namun tubuh kecil Takechiyo tampak putih dengan jelas, bergerak-gerak di dalam air.

“Oh, usahakan, usahakan.” Bocah nakal itu bertepuk tangan

Anak yang belum bisa berenang meronta-ronta di dalam air.

Byurr! Nobunaga melompat lalu berenang mendekat secepat anak panah. Dipegangnya lengan kiri Takechiyo dari bawah ketiaknya, didorongnya ke permukaan air.

“Puuuuh! Guek! Puuh!”

Dengan tetap membelalakkan mata, Takechiyo memuntahkan air. “Bagaimana? Tidak menemukan kappa, Takechiyo?”

“Uh... tidak kelihatan... tidak, tidak kertemu.”

“Begitu ya. Sepertinya mereka takut pada keberanianmu, jadi mereka kabur. Bagaimana? Mau cari sekali lagi?”

“Uh... boleh coba cari.”

“Tapi hari ini mereka takkan muncul lagi. Mereka sudah kabur ketakutan.”

“Mungkin juga.” “Takechiyo.” “Ya.”

“Kamu adalah adik Nobunaga ini. Mengerti?” “Ya.”


(46)

“Kita akan menguasai Jepang. Untuk itu, kamu harus pandai berenang. Kalau dilempar ke kolam lain kali, kamu harus keluar sendiri.”

“Ya!”

“Gimana? Sudah tidak kedinginan, kan?”

“Tidak begitu...tidak.” . “Oh? Kamu menggigil ya? Ha ha ha ha. Aku kaget!

Minum air dan nyaris mati, tapi tidak kepanasan, malah kedinginan. Keberanianmu sungguh menakjubkan. Ha ha ha ha. Karena itulah, aku suka Takechiyo. Karena itulah, aku sayang padamu.”

Nobunaga dengan kasar menempelkan pipinya pada pipi anak sebatang kara dari Mikawa lalu masuk ke dalam air. (halaman 69-71)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan Takechiyo, seseorang yang dijadikan sandera oleh ayahnya sendiri. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bagaimana seorang Nobunaga menunjukkan kasih sayangnya kepada Takechiyo yang ia anggap sebagai adik angkatnya. Salah satu hal yang menunjukkan kasih sayangnya adalah Ia mengajari Takechiyo berenang, naik kuda dan banyak hal-hal positif yang ia ajarkan kepada Taekchiyo. Dan berkat didikannya, Takechiyo tumbuh menjadi anak yang tidak penakut, tidak pernah mengeluh dan sedikit keras kepala seperti Nobunaga. Walaupun watak dan perilaku Nobunaga urakan sehingga ia dijuluki si “bodoh besar” dan “kuda kong-kong”, tetapi Nobunaga tetaplah mempunyai rasa kasih sayang walaupun ia jarang menunjukkannya.


(47)

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh yang memiliki sifat kasih sayang hal tersebut dapat ditunjukkan pada kalimat berikut ini:

“Minum air dan nyaris mati, tapi tidak kepanasan, malah kedinginan.

Keberanianmu sungguh menakjubkan. Ha ha ha ha. Karena itulah, aku suka Takechiyo. Karena itulah, aku sayang padamu.”

Nobunaga dengan kasar menempelkan pipinya pada pipi anak sebatang kara dari Mikawa lalu masuk ke dalam air.

Kalimat di atas Nobunaga menunjukkan kasih sayangnya kepada seorang anak yang dijadikan sandera oleh ayahnya sendiri kepada klan Oda. Namun hanya Nobunaga yang menganggap dan mau merawat Takechiyo karena dia merasa kasihan dan merasa bahwa anak ini mempunyai semangat yang luar biasa sehingga bisa dididik untuk dijadikan seorang pemimpin yang hebat. Ia selalu mengajari Takechiyo hal-hal yang positif seperti berenang, berkuda dan keberanian yang lainnya. Walaupun cara Nobunaga menunjukkan kasih sayangnya sedikit kasar tetapi hal itu tidaklah menjadikan Takechiyo takut padanya. Rasa kasih sayang itu tidak hanya ditunjukkan untuk orang tua kepada anaknya atau sebaliknya. Kasih sayang juga dapat ditunjukkan kepada saudara, teman dan kerabat.

Nilai pendidikan yang ditunjukkan melalui tokoh Oda Nobunaga dari cuplikan di atas adalah kita sebagai manusia alangkah indahnya jika memiliki sifat penyayang, baik itu menyayangi keluarga maupun orang lain. Dan sifat penyayang dapat ditunjukkan melalui cara yang berbeda-beda tergantung pribadi setiap individu.


(48)

3.2.2 Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Bagaimana seseorang harus bersikap, menyelesaikan masalah dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial.

Menurut Uzey (2009 : 3) berpendapat bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan dan ketuhanan. Jadi nilai pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial juga merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting. Seperti halnya dalam cuplikan berikut :

3.2.2.1Mampu menjadi motivator untuk orang lain Cuplikan 1 :

Pertandingan itu akhirnya dimenangkan oleh pihak kelompok barat dengan keadaan yang tak keruan.

“kappa menang!”

Bocah yang berpenampilan aneh itu berteriak lantang, lantas mengundang si pemenang, lalu mengambil sebuah nasi kepal besar yang ada disampingnya, menyodorkannya sebagai hadiah.


(49)

Sambil bernapas terengah-engah, gadis itu duduk bersila di samping dan mulai melahap nasi kepal itu.

Simpul cawatnya sudah melonggar karena setelah bertanding dengan memegang cawat lawan. Lagi pula dia duduk bersila dengan membuka selangkangannya lebar-lebar, penampilannya membuat samurai itu ingin menutup mata.

Gadis yang kalah turun ke tempat para pemain kelompok timur, tampak sedih dan kecewa.

“ Berikutnya adalah Otomi si Neko-ga-take dan Man si Sakura-mochi.”

“ Dipacu dengan suara bocah itu, lagi-lagi dua gadis naik ke atas dahyo.

Pantas dinamai Neko-ga-take. Gadis itu memiliki mata yang berkilap bagaikan mata seekor neko. Yaitu kucing yang melihat tikus. Sedangkan Sakura-mochi memiliki buah dada yang padat.

Pertandingan berakhir begitu cepat.

Seketika kepala si Neko menabrak dada Sakura-mochi hingga terpelanting sampai di atas pangkuan bocah itu.

“Neko-ga-take yang menang diberi nasi kepal yang besar juga, lalu duduk bersila di samping pemain yang tadi menang dengan sikap tubuh yang sama dengan yang lain.

Namun samurai itu ingin menegur mereka, namun tidak dapat menangkap kesempatan sampai pertandingan yang aneh itu berakhir.


(50)

Sebenarnya sumo menuntut tenaga besar sehingga tidak pantas dimainkan oleh perempuan. Akibatnya, banyak gadis buruk rupa yang menjadi pemenang.

Usai pertandingan, bocah itu berkata dengan angkuh.

“saat ini masa peperangan. Walau perempuan, kalian harus kuat.”

“ya!”

“jangan lupa. Pemenang hari ini akan kujadikan selir.”

“Ya!”

“untuk melahirkan anak yang kuat, ibunya harus kuat. Jangan cengeng!”

“ya!”

“kalau begitu sudah selesai....”

Analisis :

(halaman 12-13)

Dari cuplikan di atas adanya komunikasi antara Tuan Muda Kipposhi (Oda Nobunaga yang pada saat itu berusia lima belas tahun) dengan para gadis berusia empat belas tahun yang baru memasuki pubertas dan menggunakan cawat seperti laki-laki untuk bertanding sumo. Hal ini merupakan suatu keganjilan bagi orang Jepang, karena bagi mereka Sumo adalah suatu pertandingan yang hanya dapat dilakukan oleh laki-laki yang berbadan besar

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga bisa menjadi seorang motivator, terlihat pada kalimat berikut :


(51)

“saat ini masa peperangan. Walau perempuan, kalian harus kuat.” “ya!”

“jangan lupa. Pemenang hari ini akan kujadikan selir.” “Ya!”

“untuk melahirkan anak yang kuat, ibunya harus kuat. Jangan cengeng!” “ya!”

“kalau begitu sudah selesai....”

Dari kalimat di atas menunjukkan indeksikal bahwa Oda Nobunaga bisa diandalkan untuk menjadi seorang yang mampu memberikan semangat atau motivator kepada orang lain dan hal ini mulai terlihat sejak usianya lima belas tahun, ia mulai mengumpulkan beberapa gadis belia untuk bermain sumo dan ia juga berteriak dengan lantang bahwa yang menang akan di jadikan selir dan sebagai seorang wanita harus kuat untuk melahirkan keturunan yang kuat pula. Nobunaga juga berfikir bahwa untuk menjadi orang yang kuat tidak perlu memandang jenis kelamin. Baginya semua orang berhak mendapatkan hak yang sama untuk menjadi kuat dan hebat.

Nilai pendidikan yang diajarkan melalui tokoh Oda Nobunaga adalah nilai pendidikan sosial yaitu Oda Nobunaga mampu menjadi seorang motivator untuk orang lain, hal ini terlihat dari kata-kata nya yang tegas dan lantang seperti

“saat ini masa peperangan. Walau perempuan, kalian harus kuat.” Dan “untuk melahirkan anak yang kuat, ibunya harus kuat. Jangan cengeng!”


(52)

Selain itu Oda Nobunaga juga selalu menghargai pemenang dalam pertandingan sumo dengan memberikan nasi kepal yang besar. Karena dengan memberikan hadiah tersebut siapaun pasti akan merasa termotivasi utnuk menjadi pemenang. Hal positif yang didapat apabila kita mampu menjadi penyemangat orang lain adalah kita mampu memberikan pikiran positif kepada orang lain, karena pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif tentunya.

3.2.2.2mempunyai taktik dan siasat untuk perdamaian cuplikan 1 :

“Mengenai hal-hal yang tak bisa kulakukan, apa yang tidak ayah pahami?”

“Baik, kalau begitu, aku akan menanyaimu. Apakah kamu berpendapat bahwa hal-hal yang kamu lakukan akan dimengerti anggota keluarga serta anak buah kita?”

Nobunaga tersenyum nakal, lantas menggeleng.

“Benar. Tidak hanya klan Oda kita ini. Jika majikannya melemah, anak buah akan mencekik leher majikannya demi menggantikannya. Ayahku si mamushi di Mino, Uesugi di Echigo, Hojo di Sagami, Miyoshi di Yamashiro, Mtasunaga, semuanya begitu, kan?”

“Mereka takkan mengerti. Kalau mereka mengerti, maka aku akan dikhianati. Makanya aku sengaja bergerak agar niatku tidak dipahami siapa pun. Itulah siasat Nobunaga ini.


(53)

“Kalau kelakuanmu tidak dimengerti oleh anak buah kita, mereka takkan mematuhimu.”

“Ha ha ha ha”

Lagi-lagi Nobunaga terbahak dengan suara aneh sambil memukul-mukul perut.

Nobuhide termangu.

“Seandainya mengerti apa yang kulakukan, mereka tidak akan patuh, malah memuji-muji Kanjuro dan menghasutnya untuk bersaing denganku... ayah hanya memiliki anak buah yang seperti itu. Tapi jangan khawatir. Karena Nobunaga adalah lelaki yang tak terduga, seluruh isi klan maupun anak buah kita akan takut dan tak mampu. Tunggu sebentar saja.”

Apa benar dia sengaja melakukan hal-hal aneh yang tak terduga karena berpikiran demikian? Nobuhide bertanya-tanya dalam hati.

Kalau benar begitu, memang tak bisa dikatakan perbuatan yang tak berguna... lagi-lagi muncul perasaan cinta buta terhadap anaknya.

Kemenangan di medan perang diraih dengan melakukan hal yang tidak terduga oleh musuh. Memang benar, dalam zaman perang ini tidak boleh lengah, bahkan terhadap anak buah maupun orangtua serta sanak saudara. (halaman 82-83).

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat terlihat adanya komunikasi antara Oda Nobunaga dengan ayahnya yang terjadi di dalam kastel. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bahwa Oda Nobuhide atau ayah Nobunaga sedang menanyakan tentang semua tingkah laku Nobunaga yang tidak seperti putra seorang daimyo


(54)

besar. Dan Nobunaga dapat menjawab serta mempertanggungjawabkan perbuatannya, hal itu ia lakukan demi memasang siasat atau taktik agar para musuh-musuh klan Oda tidak ada yang berani serta patuh padanya. Dan dia juga mengatakan kepada ayahnya dengan penuh percaya diri bahwa taktik atau siasat yang ia lakukan akan membuahkan hasil yang baik demi kemajuan Jepang. Dan ayah Nobunaga pun mempercayainya karena ia menganggap bahwa anaknya adalah anak yang luar biasa.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga adalah orang yang ahli dalam siasat atau taktik dalam perang, seperti terdapat pada kalimat berikut ini :

“Mereka takkan mengerti. Kalau mereka mengerti, maka aku akan dikhianati. Makanya aku sengaja bergerak agar niatku tidak dipahami siapa pun. Itulah siasat Nobunaga ini”.

“Seandainya mengerti apa yang kulakukan, mereka tidak akan patuh, malah memuji-muji Kanjuro dan menghasutnya untuk bersaing denganku... ayah hanya memiliki anak buah yang seperti itu. Tapi jangan khawatir. Karena Nobunaga adalah lelaki yang tak terduga, seluruh isi klan maupun anak buah kita akan takut dan tak mampu. Tunggu sebentar saja.”

Kalimat tersebut menunjukkan indeksikal bahwa Oda Nobunaga selalu mempunyai siasat untuk melawan para musuhnya dengan cara membuat semua orang tidak mengerti dengan prilakunya yang urakan karena menurutnya jika semua orang terutama musuh-musuhnya mengerti maka semua siasat dan taktiknya untuk menciptakan perdamaian akan segera diketahui. Siasat yang ia lakukan ini sangat berguna, terlebih di zaman peperangan, karena suatu kemenangan akan dapat diraih dengan melakukan hal-hal yang tidak terduga oleh anak buah, musuh maupun orang tua sekalipun.


(55)

Nilai pendidikan yang diajarkan dari tokoh Oda Nobunaga ini adalah untuk mewujudkan suatu hal yang dapat berguna bagi kemaslahatan manusia, maka diperlukan beberapa siasat atau taktik yang bermanfaat. Walaupun siasat yang dilakukan terkadang tidak mudah dipahami orang lain, tetapi dengan kepercayaan diri dan keyakinan maka suatu siasat tersebut pasti akan dipahami oleh orang lain dan membuahkan hasil yang baik pula.

Cuplikan 2 :

setelah anak buahnya duduk dengan kaku, Nobunaga memulai.

“Dengar, ini tidak boleh diberitahu siapapun. Malam ini kita ke kastel Suemori untuk menculik Nyonya Iwamuro.”

Seperti biasa, Nobunaga menyebut kesimpulan terlebih dahulu.

“Kalau dia sudah dibawa kesini, sembunyikan dia di atas menara tua di tenggara di kastel ini. Sho, bersihkan tempat itu lalu tunggu di situ. Inuchiyo memancing Nyonya Iwamuro agar keluar. Aku membawanya kesini... karena...”

Lantas Nobunaga melihat wajah mereka sekali lagi, lalu melanjutkan sambil tersenyum nakal.

Putri Noh menahan nafas dan menatap Nobunaga.

“Hikogoro si bodoh di Kiyosu sudah meminta kepada Kanjuro dan Gonroku untuk menjadikan Nyonya Iwamuro sebagai selirnya seusai upacara hari ke-49.”


(56)

“Diam kamu, Onoh... sedangkan Gonroku berusaha mendorong Hikogoro untuk melawanku. Karena itu, anggap saja dia akan menerima tawaran itu dan segera memberitahu kepada Nyonya Iwamuro.”

Inuchiyo dan Shozaburo saling bertatap. Mereka juga sudah beranjak memasuki usia yang mulai tertarik pada cerita-cerita tentang perempuan.

“Tentu saja Nyonya Iwamuro menolak. Sudah pasti dia akan menolak bahkan bau badan Ayah pun belum hilang. Apalagi ada anak yang bernama Matajuro. Bodoh, Hikogoro itu.”

“Apakah Tuan akan menyelamatkan Nyonya Iwamuro?”

“Tidak, jangan buru-buru. Lantaran ditolak oleh Nnyonya Iwamuro, Gonroku kebingungan. Tidak tahu cara menyampaikannya kepada Hikogoro. Akhirnya dia mengusulkan agar Hikogoro menculik Nyonya Iwamuro seusai upacara hari ke-49. Kalau sudah diculik, Nyonya Iwamuro akan menerima nasibnya, begitu katanya.”

Sekali lagi Nobunaga mengangkat bahu sambil tertawa senang.

“Karena itu, aku yang akan menculiknya terlebih dahulu. Bukankah ini rencana yang benar-benar cerdik?”

Putri Noh lagi-lagi menyela dengan buru-buru.

“Untuk apa mempermainkan mereka? padahal sudah jelas tindakan ini akan menambah musuh...”

“Aku sudah bilang, kamu diam saja, Onoh. Aku mempermainkan mereka? coba pikir baik-baik. Begini, besok pagi Iwamuro hilang dari ruangan dalam di Kastel Suemori... apa yang akan dipikirkan Kanjuro dan Gonroku? Coba tebak.”


(57)

“Oh ya benar, dengan begitu, mereka pikir Tuan Hikogoro di Kiyosu yang sudah menculiknya.”

“Ha ha ha ha, Onoh baru sadar ya. Bahkan tidak sabar menunggu hingga usainya upacara hari ke 49, Hikogoro sudah menculiknya... mereka menganggap sudah mengusulkannya, jadi takkan menyinggung soal itu. Kemudian datanglah hari upacara itu.”

Inuchiyo berseru sambil memukul pangkuannya sendiri. (halaman 164-166).

Menarik sekali!”

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui adanya komunikasi antara Nobunaga dengan istri dan anak buahnya yaitu Inuchiyo dan Shozaburo. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bahwa Oda Nobunaga memasang sebuah siasat untuk menggugurkan niat musuhnya, Hikogoro untuk memperselir Nyonya Iwamuro yang tidak lain adalah selir ayahnya sendiri. Dan Nobunaga mengetahui bahwa Nyonya Iwamuro tidak akan mungkin menikah dengan Hikogoro dan pasti Nyonya Iwamuro akan diculik oleh Shibata Gonroku yaitu anak buah Hikogoro maka dari itu Nobunaga berniat untuk melindungi Nyonya Iwamuro dengan cara menculiknya, sehingga orang-orang yang termasuk dalam kelompok anti Nobunaga akan berfikir bahwa Nyonya Iwamuro hilang akibat diculik oleh Hikogoro sehingga Shibata Gonroku akan saling menghujat Hikogoro sehingga mereka akan hancur satu sama lain. Sungguh hebat dan objektif siasat yang direncanakan oleh Nobunaga sehingga para anak buah serta istrinya kagum kepada kecerdasannya.


(58)

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Oda Nobunaga selain orang yang cerdas ia juga orang yang ahli dalam siasat atau taktik. Terlihat pada kalimat berikut :

“Tidak, jangan buru-buru. Lantaran ditolak oleh Nnyonya Iwamuro, Gonroku kebingungan. Tidak tahu cara menyampaikannya kepada Hikogoro. Akhirnya dia mengusulkan agar Hikogoro menculik Nyonya Iwamuro seusai upacara hari ke-49. Kalau sudah diculik, Nyonya Iwamuro akan menerima nasibnya, begitu katanya.”

Sekali lagi Nobunaga mengangkat bahu sambil tertawa senang.

“Karena itu, aku yang akan menculiknya terlebih dahulu. Bukankah ini rencana yang benar-benar cerdik?”

Putri Noh lagi-lagi menyela dengan buru-buru.

“Untuk apa mempermainkan mereka? padahal sudah jelas tindakan ini akan menambah musuh...”

“Aku sudah bilang, kamu diam saja, Onoh. Aku mempermainkan mereka? coba pikir baik-baik. Begini, besok pagi Iwamuro hilang dari ruangan dalam di Kastel Suemori... apa yang akan dipikirkan Kanjuro dan Gonroku? Coba tebak.”

“Oh ya benar, dengan begitu, mereka pikir Tuan Hikogoro di Kiyosu yang sudah menculiknya.”

“Ha ha ha ha, Onoh baru sadar ya. Bahkan tidak sabar menunggu hingga usainya upacara hari ke 49, Hikogoro sudah menculiknya... mereka menganggap sudah mengusulkannya, jadi takkan menyinggung soal itu. Kemudian datanglah hari upacara itu.”

“Menarik sekali!”

Kalimat di atas menunjukkan indeksikal bahwa Oda Nobunaga mempunyai siasat yang sangat cerdik sehingga istri dan pengikutnya pun tak bisa berfikir sejauh itu. Dari cuplikan tersebut Nobunaga juga sangat memahami tindakan yang akan dilakukan oleh musuhnya sehingga ia lah yang akan terlebih dahulu melakukannya. Taktik ini ia lakukan demi menolong selir kesayangan


(59)

sehingga terciptanya kedamaian di negerinya. Dan setiap taktik yang ia rencanakan pasti berhasil dan susah untuk dipahami pihak lawan. Itulah salah satu keunggulannya sebagai seorang pemimpin yang berusaha mempertahankan kekuasan dan mewujudkan perdamaian.

Nilai pendidikan yang diajarkan oleh tokoh Oda Nobunaga adalah sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab untuk mensejahterakan anggotanya maka diperlukan sebuah siasat atau taktik. Karena Siasat yang direncanakan dengan matang pasti akan menghasilkan hasil yang baik pula. Jika dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin kebanyakan saat ini, mereka hanya ingin mengambil posisinya sebagai pemimpin tanpa memikirkan rencana kedepan untuk kemaslahatan masyarakatnya. Maka dari itu sebagai pemimpin janganlah hanya memikirkan posisi semata tetapi juga harus mempunyai siasat atau rencana-rencana ke depan demi kebaikan orang lain.

3.2.2.3Mempunyai Keahlian Cuplikan 1:

Di antara semua anggota klan, anak nakal ini paling mahir dalam soal pengendalian kuda serta berenang.

Tidak, tidak hanya pengendalian kuda dan berenang. Dia belajar permainan pedang dari Hirata Sanmi, teknik memanah dari ichikawa Osuke. Bahkan penggunaan senapan yang baru didatangkan ke Jepang lima-enam tahun yang lalu juga dilatihnya di bawah bimbingan Hashimoto Ippa.

Mengenai kegiatan kasar dan sikap tak peduli otang lain, anak nakal ini takkan kalah sama siapa pun. (halaman 55).


(60)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat diketahui bahwa Oda Nobunaga seorang anak yang nakal dan juga sebagai pewaris ayahnya untuk menguasai Klan, ia sangat mahir dalam urusan kegiatan kasar seperti berenang dan memacu kuda dengan sangat cepat. Sebagai seorang laki-laki yang tangguh Nobunaga memang mempunyai kemahiran atau keahlian.

Dari segi pragmatik, terlihat bahwa Oda Nobunaga memerankan tokoh multitalenta atau mempunyai berbagai keeahlian, terlihat pada kalimat berikut :

Di antara semua anggota klan, anak nakal ini paling mahir dalam soal pengendalian kuda serta berenang.

Tidak, tidak hanya pengendalian kuda dan berenang. Dia belajar permainan pedang dari Hirata Sanmi, teknik memanah dari ichikawa Osuke. Bahkan penggunaan senapan yang baru didatangkan ke Jepang lima-enam tahun yang lalu juga dilatihnya di bawah bimbingan Hashimoto Ippa.

Mengenai kegiatan kasar dan sikap tak peduli otang lain, anak nakal ini takkan kalah sama siapa pun.

Kalimat di atas menunjukkan indeksikal bahwa Nobunaga adalah seorang multitalenta, ia mempunyai banyak keahlian. Mulai dari berkuda, berenang, bermain pedang, memanah dan bahkan ia juga berlatih menggunakan senjata api yang baru saja di datangkan ke Jepang dan keahlian yang dimiliki oleh Nobunaga ini tidak bisa diikuti oleh anak-anak bangsawan lainnya karena keahliannya hanya dilakukan oleh anak-anak nakal saja pada masa itu.

Nilai pendidikan yang diperlihatkan oleh Oda Nobunaga ini adalah dengan mempunyai beberapa keahlian, menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih kreatif, dan lebih unggul diantara yang lain. Dan diharapkan kepada kaula muda untuk


(61)

mempunyai beberapa keahlian agar terwujudnya kreatifitas serta menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih unggul diantara yang lainnya.

3.2.2.4Pemimpin yang Setia cuplikan 1:

“Laporan, Tuan Yoshitatsu mencoba memancing pasukan Nobunaga ke hulu sungai agar tidak dapat bergabung dengan Tuan Nyudo.”

“Begitu, ya. Baiklah. Berarti kedua pihak tetap bergerak malam ini.” “Ya!” sepertinya Tuan Yoshitatsu memancing pasukan yang dipimpin Tuan Nobunaga ke hulu untuk memisahkan mereka jauh dari Tuan Nyudo, lalu memposisikan pasukannya di antara kedua barisan seperti membelah dengan baji agar dapat dimusnahkan satu demi satu.”

“Kerja yang bagus. Itulah yang kita inginkan.” Dosan tersenyum puas.

“Semoga menantuku terpancing dan menjauh dari sini sejauh mungkin.” Dosan berkata sambil menengok kepada Hotta Doku, wakil panglima yang duduk di sampingnya.

Doku juga sudah dapat menerka isi hati Dosan.

“Benar juga. Semakin jauh, semakin kecil kerugian pasukan Owari.” “Iya. Dia repot-repot datang dengan resiko besar. Dengan begini, kesetiaan serta kejujurannya sudah terbukti dengan gagah. Kalau kerugian mereka terlalu besar, tak dapat dikatakan sebagai hadiahku kepada menantuku. Tapi, jangan cemas. Nobunaga juga sudah memahami isi hatiku.”


(62)

Namun sekitar pukul 11 malam, saat bulan lalu muncul. Ada laporan yang tak terduga.

“Laporan.”

“Ada apa? Tergesa-gesa begitu.”

“Barisan terdepan pasukan Tuan Nobunaga tampak terpancing oleh musuh dan menuju ke hulu sekitar tiga kilometer, tapi ternyata itu pasukan umpan. Pasukan utama Tuan Nobunaga sudah menyeberang sungai di tempat sekitar satu kilometer ke arah hulu dari sini.”

“Apa? Sudah menyebrang sungai?” Wajah Dosan berubah pucat

“Si Bodoh Besar! Akhirnya bertindak seperti itu.”

Dosan si penjahat Besar seakan-akan mengerang, sambil tetap membelalakkan mata mulai menjatuhkan air mata.

“Bodoh.. Si Bodoh Besar itu... dengan sungguh-sungguh hendak menolong penjahat ini... aduh, bodoh sekali... dermi Dosan ini... bodoh... mau bertarung di tempat yang tak bisa mundur... Doku! Lagi-lagi aku diperdaya si Bodoh.”

“Benar sekali. Beliau menunjukkan kesetiaan yang teguh, tanpa menghiraukan hidup-mati dirinya.” (halaman 390-391)

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat terlihat adanya komunikasi antara Saito Dosan dengan pengawalnya, Hotta Doku yang terjadi di sekitar Sungai Nagara. Dari komunikasi tersebut dapat diketahui bahwa Hotta Doku melaporkan kepada


(63)

Tuannya bahwa pasukan menantunya yaitu Oda Nobunaga datang ke Sungai Nagara untuk menyerang pasukan Yoshitatsu. Dan Tuan Yoshitastu memancing pasukan Nobunaga agar ia jauh dari Saito Dosan dan bisa segera menghabisi pasukan Nobunaga dan mertua Nobunaga pun berharap bahwa Nobunaga tidak akan mengunjunginya agar keselamatan Nobunaga dan negeri Owari tetap aman, namun tidak sesuai dengan yang dipikirkan Saito Dosan, Nobunaga datang dengan resiko yang besar untuk menyelamatkan mertuanya. Tindakan Nobunaga ini menunjukkan bahwa Nobunaga adalah seorang pemimpin yang sangat setia, dan kesetiaannya ini yang membuat mertuanya terharu dan semakin menganggap bahwa Nobunaga adalah menantu yang terhebat di Jepang.

Dari segi pragmatik dapat terlihat bahwa Nobunaga adalah seorang pemimpin yang mempunyai setia. Hal itu terlihat pada kalimat berikut ini :

“Iya. Dia repot-repot datang dengan resiko besar. Dengan begini, kesetiaan serta kejujurannya sudah terbukti dengan gagah. Kalau kerugian mereka terlalu besar, tak dapat dikatakan sebagai hadiahku kepada menantuku. Tapi, jangan cemas. Nobunaga juga sudah memahami isi hatiku.”

Dosan si penjahat Besar seakan-akan mengerang, sambil tetap membelalakkan mata mulai menjatuhkan air mata.

“Bodoh.. Si Bodoh Besar itu... dengan sungguh-sungguh hendak menolong penjahat ini... aduh, bodoh sekali... demi Dosan ini... bodoh... mau bertarung di tempat yang tak bisa mundur... Doku! Lagi-lagi aku diperdaya si Bodoh.”

“Benar sekali. Beliau menunjukkan kesetiaan yang teguh, tanpa menghiraukan hidup-mati dirinya.”

Kalimat di atas dapat diketahui adanya indeksikal yang menunjukkan bahwa Nobunaga adalah seorang pemimpin yang mempunyai kesetian yang tinggi. Seperti pada cuplikan tersebut, nobunaga tetap datang untuk menyelamatkan Saito


(64)

Dosan yang tidak lain adalah mertuanya sendiri walaupun dengan resiko yang sangat besar. Ia rela melakukan hal tersebut walaupun mertuanya pernah ingin menjebaknya lalu ingin membunuhnya. Tetapi Nobunaga tetap ingin menolong mertuanya dengan segala kekuatannya. Dan hal ini membuat Saito Dosan terharu dan sangat bersyukur mempunyai menantu yang terhebat di Jepang. Bukan hanya Saito Dosann yang terharu, tetapi Hotta Doku pun sebagai prajurit Saito Dosan juga ikut terharu dan meyakini kesetian Nobunaga. Kesetiaan itu merupakan hal yang sangat penting untuk siapapun. . Kesetian yang dilakukan oleh Nobunaga ini adalah ketetapan hati yang dilandasi keteguhan, ketekunan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghadapi tekanan. kesetiaan adalah salah satu karakter yang dibutuhkan semua orang. Karena dengan kesetiaan akan menciptakan pribadi yang baik dan dihargai oleh semua orang.

Nilai pendidikan yang diajarkan oleh Oda Nobunaga adalah untuk menjadi seorang yang ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain, maka salah satunya harus mempunyai sifat terpuji yakni kesetiaan, kesetiaan bukan hanya untuk pasangan tetapi juga untuk siapapun salah satunya orang tua ataupun mertua. Kesetiaan yang ditunjukkan oleh Oda Nobunaga adalah kesetiaan seorang menantu yang juga sebagai seorang pemimpin klan terhadap mertuanya yang terkenal dengan kelicikannya dan ingin merebut klannya. Dan kesetian bukanlah sekedar pernyataan tetapi juga harus dibuktikan melalui perbuatan. Dengan kesetian juga bisa membuat seseorang akan dihormati dan dihargai oleh orang lain. Maka dari itu sebagai manusia yang baik maka milikilah sifat kesetiaan karena kesetiaan berguna untuk kehidupan pribadi maupun masyarakat.


(65)

3.2.3 Nilai Pendidikan Budaya Seppuku

Nilai budaya merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Menurut Amalia dalam Rosyadi (1995 : 3) bahwa nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat , hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu yang singkat. Maka dari itu nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati posisi penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda sebagai hasil dari konsep-konsep nilai melalui suatu tindakan. Dalam novel “Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari

Owari edisi 1” karya Sohachi Yamaoka ini terdapat nilai pendidikan budaya

seppuku. Hal ini dapat terlihat pada cuplikan berikut ini :

Cuplikan 1:

“Kabar genting!” seseorang berlari datang dengan air muka yang kacau. Dialah Zinzaemon, putra ketiga Hirate Masahide.

“Apa, Zinza?” tergesa-gesa sekali.” “Kabar genting!”

“Aku dengar. Cepat katakan. Ada apa?”

“Pagi dini hari, ayah saya, Masahide, melakukan seppuku secara sempurna di ruang duduknya... dan, meninggal.”


(1)

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.a., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis serta selalu memberikan nasehat dan masukan dengan sabar, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

3. Bapak Zulnaidi, S.S., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu para dosen pengajar Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat serta pegawai administrasi Departemen Sastra Jepang yang juga telah banyak memberikan bantuan.

5. Teristimewa kepada orang tua penulis, Bapak Hasan Lubis dan Ibu Nuraini, orang tua terbaik dan terhebat di dunia yang selalu memberikan perhatian, nasihat, dorongan dan dukungan baik moril maupun materil selama ini. Terima kasih atas segala doa dan nasihat yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis selalu terpacu dan termotivasi semangatnya untuk menyelesaikan skripsi ini. Semua yang ayah dan ibu


(2)

lakukan tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun. Kalian adalah segalanya bagi penulis.

6. Kepada kedua orang abang dan adik penulis, Tomi Akbar Lubis, Muhammad Andika Lubis dan Vera Wahyuni Lubis yang selalu mendoakan, mendukung dan memberikan nasihat kepada penulis selama ini.

7. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu ceria dan selalu memberikan semangat kepada penulis, Dian Novita Putri, Puti Novianti Aristia, Restu Afrilla, Lina, Savitri Handayani, Dila Fitria, Charina, Liska Rahayu, Elfianie, Erlinda Putri dan Butet Marthalina yang telah mengenalkan dan mengajarkan indahnya persahabatan. Terima kasih atas doa, saran dan dukungan kalian serta kebersamaan, canda dan tawa yang kita lalui selama ini. Dan juga kepada teman-teman seperjuanganku stambuk 2010 khususnya kelas A yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

8. Kepada teman-teman yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri di kos Kamboja 56 Padang Bulan yang juga telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, Laila, Wina, Miza, Kak Tiki, Kak Riska, Reni, Via, Ita, dan Herni yang telah mengajarkan kepada penulis indahnya hidup bersama dengan saling menjaga satu sama lain di rumah kos kita tercinta serta dorongan kepada penulis.

9. Kepada abang seniorku di Sastra Jepang, bang Mars Alfredo yang telah banyak memberikan pengetahuan serta informasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, kepada seluruh anggota Shaberoukai, anggota Korasu


(3)

dan adik-adik juniorku di Sastra Jepang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Kepada Zulfikandari yang telah memberikan perhatian, pengertian serta menyediakan waktu dan telinganya untuk mendengarkan keluh-kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa, masukan dan dukungan yang telah diberikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi banyak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan kalian semua.

Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna, dapat memberikan manfaat dan hal-hal positif lainnya bagi para pembaca dan pengguna skripsi ini, khususnya mahasiswa Sastra Jepang lainnya. Penulis berharap dengan membaca skripsi ini, semoga para pembaca dapat meningkatkan lagi minatnya untuk membahas karya sastra yang lainnya.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 3 1.3Ruang Lingkup Pembahasan ... 5 1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka... 6 1.4.2 Kerangka Teori ... 8 1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10 1.5.2 Manfaat Penelitian ... 10 1.6Metode Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ODA NOBUNAGA SANG PENAKLUK DARI OWARI EDISI 1” STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Defenisi Novel ... 13 2.2 Resensi Novel “Oda Nobunanga Sang Penakluk Dari Owari

Edisi 1”...17 2.2.1 Tema... . 17 2.2.2 Alur...18


(5)

2.2.3 Latar (setting)... . 21

2.2.4 Penokohan... 24

2.2.5 Sudut Pandang... . 30

2.3 Sekilas Tentang Biografi Pengarang, Zaman Sengoku dan Zaman Azuchi Momoyama...32

2.3.1 Biografi pengarang... 32

2.3.2 Zaman Sengoku dan Azuchi Momoyama... 34

2.4. Studi Pragmatik dan Semiotik... 35

BAB III ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “ODA NOBUNAGA SANG PENAKLUK DARI OWARI EDISI 1” KARYA SOHACHI YAMAOKA... . 38

3.1 Sinopsis cerita novel “Oda Nobunaga Sang Penakluk Dari Owari edisi 1”...38

3.2 Analisis Pragmatik Cerita Novel... 43

3.2.1 Nilai Pendidikan Moral... 43

3.2.1.1 Percaya Diri ... . 44

3.2.1.2 Kecerdasan ... 47

3.2.1.3 Bertanggung Jawab... 52

3.2.1.4 Tidak Pendendam... 55

3.2.1.5 Keberanian... 59


(6)

3.2.1.8 Memiliki Sifat Kasih Sayang... . 69

3.2.2 Nilai Pendidikan sosial... 73

3.2.2.1 Menjadi Motivator Untuk Orang Lain ... 74

3.2.2.2 Mempunyai Taktik dan Siasat untuk perdamaian... 77

3.2.2.3 Mempunyai Keahlian ... . 84

3.2.2.4 Pemimpin yang setia ... 86

3.2.3 Nilai Pendidikan Budaya Seppuku... . 90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 95

4.2 Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA