PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA SERANG.

(1)

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA

SERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

SITI HAERUNISA 0903761

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG


(2)

Siti Haerunisa, 2013

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA

SERANG

Oleh Siti Haerunisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siti Haerunisa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

SITI HAERUNISA

0903761

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KECAMATAN CIPOCOK

JAYA KOTA SERANG

Pembimbing 1

Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd. NIP: 195806141986032002

Pembimbing 2

Dra. Hj. Nunu Nuchiyah, M.Pd. NIP: 195307121980032002

Mengetahui Ketua Program Studi


(4)

Siti Haerunisa, 2013

Drs. Ajo Sutarjo, M. Pd. NIP. 196201101988031003


(5)

ABSTRAKSI

Siti Haerunisa (0903761): “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang”. 2013

Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep dasar.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan LKS dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui penggunaan LKS.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan rancangan PTK kolaboratif yang dilaksanakan dengan tiga siklus yang terdiri atas empat komponen, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dapat di lihat dari analisis pengamatan pada aktivitas siswa pada siklus I yaitu 50% pada siklus II mencapai 73,75% dan pada siklus III mencapai 82,5%.

Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA kegiatan belajar mengajar mengalami kemajuan yang sangat baik, hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada tahap pra siklus adalah 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 pada siklus II mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai hasil yang maksimal yaitu 8,7. Kegiatan siswa menjadi lebih aktif, karena hampir 90% siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran bukan hanya mendengar, mencatat apa yang disampaikan guru tetapi siswa dapat mengamati, merasakan, meneliti, dan membuktikan langsung secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya guru, kepala sekolah, dan peneliti lain.


(6)

iv

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ... 10

B. Kajian Hasil Penelitian terdahulu ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Metode Penelitian ... 26

D. Prosedur Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36


(7)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Hasil Penelitian ... 62

C. Pembahasan ... 65

D. Jawaban Hipotesa ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

vi

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR TABEL

3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan menggunakan LKS ... 39

4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Tahap Pra Siklus ... 45

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 49

4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus I ... 51

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 55

4.5 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus II ... 57

4.6 Hasil Observasi Aktivitas pada Siklus III ... 60

4.7 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus III ... 62

4.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa ... 64


(9)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Taggart ... 33 4.1 Grafik Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 65 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 67


(10)

viii

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III 4. Lembar Kerja Siswa Siklus I

5. Lembar Kerja Siswa Siklus II 6. Lembar Kerja Siswa Siklus III 7. Hasil Evaluasi Siklus I

8. Hasil Evaluasi Siklus II 9. Hasil Evaluasi Siklus III 10.Foto-Foto Kegiatan Penelitian

11.Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Penyusunan Skripsi 12.Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian dari UPI


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses. http://fip.uny.ac.id.

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,


(12)

2

Siti Haerunisa, 2013

(3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Kita menyadari bahwa banyak masalah dalam pendidikan, pendidikan IPA pada khususnya. Pendidikan IPA di sekolah dasar dihadapkan pada berbagai masalah seperti fasilitas, buku, media, dan alat peraga, sehingga dalam praktiknya tampak ada kurang perhatian.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Proses komunikasi yang terjadi tidak akan selamanya berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-konsep yang telah diajarkan. Salah satu alternatifnya adalah guru menggunakan LKS untuk meningkatkan pemahaman siswa SD terhadap konsep-konsep IPA.

Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir sainstifik


(13)

3

(ilmiah). Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep dasar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN Tembong 2 khususnya kelas 5, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi magnet karena kurangnya suasana belajar yang kondusif. Selain itu penyampaian materi kurang merangsang pemikiran anak yang lebih tinggi serta rendahnya nilai hasil belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) sebesar 50. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalah guru memberikan pengarahan serta memberikan LKS kepada siswa.

Guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas kepada


(14)

4

Siti Haerunisa, 2013

siswa. Sedangkan bagi siswa, LKS bermanfaat sebagai panduan dalam melakukan dan mengerjakan soal-soal dan latihan. (Depdikbud, 1990).

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas, 2004:18).

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40). Tetapi pada kenyataannya LKS yang telah dimiliki oleh siswa selama ini belum mampu membantu dalam menemukan konsep, karena hanya berisi materi dan soal-soal. Selain itu ditinjau dari segi penyajiannya pun kurang menarik. Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS Dapat pula digunakan dalam pendekatan keterampilan proses, dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil temuan di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya khususnya kelas V, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi gaya magnet belum maksimal. Ketika diadakan evaluasi belajar menunjukkan hasil belajar yang rendah. Berdasarkan hasil observasi


(15)

5

menunjukkan bahwa dalam mengajar guru belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Mengingat masalah rendahnya pemahaman siswa tentang materi gaya magnet maka penulis merasa tertarik untuk mengkajinya melalui suatu kegiatan penelitian. Pokok-pokok pikiran inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan ini yang selanjutnya diformulasikan dalam satu judul penelitian “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktifitas belajar siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan LKS ?

2. Apakah melalui penggunaan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan

menggunakan LKS.

2. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui penggunaan LKS.


(16)

6

Siti Haerunisa, 2013

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

a. Mengembangkan kompetensi yang dimiliki peneliti dalam merancang LKS dalam pembelajaran IPA.

b. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi peneliti dalam memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Memperoleh wawasan tentang bagaimana merumuskan LKS yang baik dan benar.

2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan minat, motivasi dan aktifitas belajar siswa.

b. Meningkatkan daya ingat belajar siswa pada materi gaya magnet melalui penggunaan LKS.

c. Memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya.

3. Bagi Guru

a. Mengembangkan kompetensi guru dalam merancang LKS untuk pembelajaran.

b. Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.


(17)

7

c. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran.

d. Mengembangkan potensi guru dalam menyusun langkah-langkah pembuatan LKS.

4. Bagi Kepala Sekolah

a. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi kepala sekolah dalam memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dan mendukung kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka didefinisikan istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembahasan utama dalam karya tulis yaitu :

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas; 2004;18). Lembar kerja siswa merupakan salah satu jenis alat


(18)

8

Siti Haerunisa, 2013

bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003 : 11), menyatakan secara tegas “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS”.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2009:36). Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Gaya Magnet

Magnet adalah setiap bahan (logam) yang menghasilkan medan magnet. Benda ada yang bersifat magnetis dan tidak magnetis. Benda yang dapat ditarik oleh magnet dan dapat dibuat magnet disebut benda yang bersifat magnetis. Benda yang mengalami tolakan oleh magnet dan tidak dapat dibuat magnet disebut benda yang tidak bersifat magnetis.


(19)

9

Gaya magnet adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak yang timbul akibat dua benda yang bersifat magnet saling berinteraksi.

Magnet memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain mempunyai kekuatan gaya tarik terhadap benda tertentu, gaya magnet dapat menembus benda tertentu, mempunyai dua kutub, serta mempunyai kekuatan gaya tolak terhadap magnet lain.

Kekuatan gaya magnet tidak merata di seluruh bagiannya, tapi kekuatan yang paling besar terdapat pada bagian kutub-kutubnya, baik kutub selatan maupun utara. Semakin jauh jarak benda magnetis dengan magnet, maka semakin kecil kekuatan magnet untuk menarik benda tersebut.


(20)

26

Siti Haerunisa, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian tindakan kelas ini adalah SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya Kota serang.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 30 siswa. Adapun memilih sekolah tersebut sebagai subjek penelitian adalah rendahnya nilai hasil belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) sebesar 65. Informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar IPA bahwa terdapat masalah yakni siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan rancangan PTK. Peneliti memilih PTK dalam penelitian ini karena masalah yang dihadapi peneliti adalah masalah yang riil dan harus dicari jalan keluarnya melalui PTK. Selain itu, peneliti juga melihat adanya luaran yang diharapkan dapat dihasilkan dari PTK, yaitu peningkatan atau perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran antara lain peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah dan di kelas.


(21)

27

1. Pengertian PTK

Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama

Classroom Action Reserch merupakan suatu model penelitian yang

dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan lewin pada tahun 1946.

Menurut Suharsimi (2012:58) Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada

input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK

harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Penelitian tindakan yang dilakukan dengan bermaksud memberitahu dan mengubah praktik-praktik pembelajarannya di masa mendatang. Penelitian tindakan ini berpengaruh pada lingkungan guru bekerja yaitu siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika orang menyebut seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu merubah minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada keadaan sebelumnya.

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau


(22)

28

Siti Haerunisa, 2013

pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) didefenisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya malalui tindakan (treatment) tertentu di dalam suatu siklus (Kusnandar, 2008: 45).

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang belajar.

2. Kelebihan PTK

PTK memiliki kelebihan yaitu tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK, tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK, dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah dan meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK. (http://sumut.kemenag.go.id).


(23)

29

PTK memiliki keunggulan menurut Intan Pulungan, (2005:16) yaitu:  Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual

 Kerangka kerja teratur

 Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif  Fleksibel dan adaptif

 Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

 Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.  Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme

guru. (sumut.kemenag.go.id) 3. Model PTK

Peneliti memilih model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart. Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat


(24)

30

Siti Haerunisa, 2013

rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.

Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.


(25)

31

3. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

4. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan


(26)

32

Siti Haerunisa, 2013

dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.

Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini:


(27)

33

?

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi Arikunto (2012:16)

PRA SIKLUS

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi


(28)

34

Siti Haerunisa, 2013

D. Prosedur Penelitian

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya. Permasalahan penelitian difokuskan kepada siswa dalam pembelajaran. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses (observation and evaluation) dan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

1. Pra Siklus

a. Observasi

Pada kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran IPA siswa belum menggunakan LKS, sehingga kurangnya suasana belajar yang kurang kondusif. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau guru jarang melakukan pembelajaran secara berkelompok dengan menggunakan LKS, sehingga interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain masih kurang.

b. Refleksi

Setelah melakukan observasi, peneliti bersama guru mengkaji atau mengevaluasi kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian guru kelas dan peneliti


(29)

35

mengadakan revisi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Dari permasalahan di atas akan dijadikan bahan bagi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA melalui penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dengan menggunakan LKS diharapkan mampu meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. 2. Siklus I

a. Perencanaan

Siklus I diawali dengan perencanaan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengadakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah melihat dan mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Rancangan kegiatan ini didapat setelah diadakan diskusi antara peneliti dan guru yang bersangkutan menyangkut perbaikan (revisi). Adapun langkah-langkah perencanaan disusun sebagai berikut :

1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai alat peraga.

4) Membuat LKS disertai pedoman penilaian.

5) Membuat bahan tes evaluasi

b. Tindakan

Pada tahap ini guru mulai melakukan tindakan-tindakan dalam proses kegiatan belajar mengajar Sains tentang materi gaya magnet di


(30)

36

Siti Haerunisa, 2013

kelas V dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dirancang dengan mengembangkan pada aspek bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama proses kegiatan belajar IPA berlangsung. Sasaran yang diamati atau dipantau adalah proses belajar siswa serta penilaian dan hasilnya. Pengamatan tersebut dilengkapi dengan adanya lembar observasi dan hasil belajar.

d. Refleksi

Mengkaji atau mengevaluasi hasil temuan atau kelemahan-kelemahan yang muncul, baik yang berkaitan dengan aktifitas guru maupun siswa di kelas dan menentukan revisi rencana tindakan untuk siklus berikutnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa instrumen penelitian diantaranya obseravsi, studi dokumentasi, dan tes hasil belajar. Tiga teknik tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai suatu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. (S. Nasution, 2006:106).


(31)

37

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar. (Suharsimi, 2006:222).

Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan siswa. observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku para siswa terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.

Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah model sistematis, dimana peneliti sebelum melakukan observasi ke lapangan terlebih dahulu membuat instrument observasi, yang akan digunakan pada proses pembelajaran IPA pada materi Gaya Magnet baik dengan LKS atau tanpa LKS.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

No Aspek yang

diamati Deskriptor

Nilai

Ket

1 2 3 4

1 Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru

1. Atusiasme dalam menjawab.

2. Berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan.


(32)

38

Siti Haerunisa, 2013

menjawab.

4. Kejelasan dalam menjawab.

2 Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan

1. Antusiasme dalam mengajukan

pertanyaan.

2. Ketetapan isi pertanyaan dengan materi.

3. Cara mengajukan pertanyaan, jelas atau berbelit-belit.

4. Inisiatif untuk memberikan tanggapan 3 Keterlibatan

siswa dalam proses

pembelajaran gaya magnet .

1.Partisipatis peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Aktivitas siswa dalam setiap fase kegiatan pembelajaran.

3. Kerjasama yang terjadi antara guru dan siswa.

4. Kemampuan dalam mengungkapkan

informasi tentang materi gaya magnet.

4 Keaktifan siswa dalam diskusi

1. Partisipatif dalam diskusi kelompok. 2. Kerjasama dengan


(33)

39

kelompok teman sekelompok. 3. Inisiatif yang timbul dalam kegiatan diskusi kelompok.

4. Kekompakan dalam diskusi kelompok.

Jumlah nilai yang diperoleh Persentase

Kriteria Penilaian :

Nilai 4 Jika 4 deskriptor tampak 3 Jika 3 deskriptor tampak 2 Jika 2 deskriptor tampak 1 Jika 1 deskriptor tampak Untuk mengetahui persentase belajar siswa

Keterangan :

Presentase rata-rata (%):

80 atau lebih : Sangat baik 60 - 79,99 : Baik 40 - 59,99 : Cukup 20 - 39,99 : Kurang

0 – 19,99 : Sangat Kurang Persentase =jumlah skor yang diperoleh


(34)

40

Siti Haerunisa, 2013

2. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan (Suharsimi, 2005:53). Dalam penelitian tes digunakan untuk menjaring data tentang hasil belajar siswa. Pemberian tes ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari setiap siklus. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:138) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar terhadap materi Gaya Magnet, tes dilaksanakan pada setiap tindakan. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes objektif bentuk soal isian singkat berjumlah 10 soal .

Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:

Nilai Akhir (NA) = jumlah skor perolehan siswa jumlah skor maksimal X 10


(35)

41

F. Analisis Data

1. Kategorisasi Data

Data yang diperoleh peneliti dan guru, dipilah-pilah dan disusun menjadi dua kategori yaitu hasil belajar siswa dan aktifitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini mempermudah dalam menganalisis data.

2. Analisis Data

Data yang terkumpul, baik melalui tes maupun hasil observasi akan dilakukan analisis deskriptif sesuai dengan fokus penelitian. Analisi deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Analisis Pengamatan Aktifitas Siswa

Untuk menganalisis data aktifitas siswa yang diamati digunakan teknik presentase (%).

b) Analisis Tes Hasil Belajar

Data yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran kemudian dianalisis dengan menggunakan indikator Daya Serap Klasikal (DSK), sebagai berikut:

DSK = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥70


(36)

42

Siti Haerunisa, 2013

Ketuntasan hasil belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥70 (KKM) sekurang-kurangnya 85%.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS Dapat pula digunakan dalam pendekatan keterampilan proses, dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal ini dapat kita lihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa. Pada pra


(38)

68

Siti Haerunisa, 2013

siklus mencapai rata-rata 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 sedangkan pada siklus mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai 8,7.

2. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal ini dapat kita lihat dari persentase hasil analisis pengamatan pada aktivitas siswa. Pada siklus I hanya sebesar 50% sedangkan siklus II sebesar 73,75% dan pada siklus III sebesar 82,5%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Guru

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA. Hal ini sangat penting agar siswa terbiasa untuk menemukan dan menciptakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan agar memberikan kesempatan kepada guru untuk menambah wawasannya, misalnya dengan mengikuti seminar, pelatihan, penelitian yang dapat mendukung kepada proses belajar mengajar demi kemajuan dan peningkatan siswa. Selain itu kepala


(39)

69

sekolah harus terus memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan menciptakan pembelajaran yang efektif serta menyenangkan.

3. Peneliti Lain

Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan kemampuan meneliti agar ditemukan cara baru yang lebih efektif untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar.


(40)

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono. dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar, Arsyad. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bulu, Batjo. (1993). Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang : Depdikbud

Sulsel.

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. (1988). Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud.

Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah

Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hasjim. (2001). Kiat Belajar Sukses. Surakarta : Tiga Serangkai.

Kunandar, dkk. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Laksmi, Shrie Saraswati. (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model Latihan Inkuiri. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(41)

Listiana, Lina. (2012). Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran

Sains Pada Konsep Energi Bunyi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada KD UPI Serang: Tidak diterbitkan.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurlaili. (2011). “Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterampilannya”. 1, 167. Rahmat., Sunarto. (2007). Sains Sahabatku. Jakarta: Ganeca Exact.

Rohaeti, Eli, dkk. “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk SMP Kelas VII, VIII, IX”. 19.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Syarifudin, dkk. (2006). Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Sudiati. (2004). Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.

Suyitno. (2006). Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan

Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

http://fip.uny.ac.id [15 Januari 2013]

http://sumut.kemeneg.go.id [20 Februari 2013]

http://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/ [21 Januari 2013 ] http://www.dhanay.co.cc/2010/10/langkah-langkah-penulisan-lks.html [25 Februri

2013]


(42)

Siti Haerunisa, 2013

http://www.sarjanaku.com/2011/02/lks-lembar-kerja-siswa.html [11Februari 2013


(1)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS Dapat pula digunakan dalam pendekatan keterampilan proses, dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal ini dapat kita lihat dari rata-rata nilai hasil belajar siswa. Pada pra


(2)

68

siklus mencapai rata-rata 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 sedangkan pada siklus mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai 8,7.

2. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal ini dapat kita lihat dari persentase hasil analisis pengamatan pada aktivitas siswa. Pada siklus I hanya sebesar 50% sedangkan siklus II sebesar 73,75% dan pada siklus III sebesar 82,5%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Guru

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA. Hal ini sangat penting agar siswa terbiasa untuk menemukan dan menciptakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan agar memberikan kesempatan kepada guru untuk menambah wawasannya, misalnya dengan mengikuti seminar, pelatihan, penelitian yang dapat mendukung kepada proses belajar mengajar demi kemajuan dan peningkatan siswa. Selain itu kepala


(3)

69

sekolah harus terus memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan menciptakan pembelajaran yang efektif serta menyenangkan.

3. Peneliti Lain

Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan kemampuan meneliti agar ditemukan cara baru yang lebih efektif untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono. dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar, Arsyad. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bulu, Batjo. (1993). Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang : Depdikbud

Sulsel.

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. (1988). Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud.

Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah

Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hasjim. (2001). Kiat Belajar Sukses. Surakarta : Tiga Serangkai.

Kunandar, dkk. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Laksmi, Shrie Saraswati. (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP

untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model Latihan Inkuiri. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak


(5)

Listiana, Lina. (2012). Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran

Sains Pada Konsep Energi Bunyi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi pada KD UPI Serang: Tidak diterbitkan.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurlaili. (2011). “Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterampilannya”. 1, 167. Rahmat., Sunarto. (2007). Sains Sahabatku. Jakarta: Ganeca Exact.

Rohaeti, Eli, dkk. “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran

Sains Kimia Untuk SMP Kelas VII, VIII, IX”. 19.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Syarifudin, dkk. (2006). Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Sudiati. (2004). Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.

Suyitno. (2006). Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan

Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

http://fip.uny.ac.id [15 Januari 2013]

http://sumut.kemeneg.go.id [20 Februari 2013]

http://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/ [21 Januari 2013 ] http://www.dhanay.co.cc/2010/10/langkah-langkah-penulisan-lks.html [25 Februri

2013]


(6)

http://www.sarjanaku.com/2011/02/lks-lembar-kerja-siswa.html [11Februari 2013