PEMETAAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERDASARKAN GAYA BERPIKIR KREATIF-KRITIS.

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Variabel Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II BERPIKIR KRITIS dan KREATIF, PRESTASI BELAJAR, DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ... 10

A. Berpikir Kritis dan Kreatif ... 12

B. Prestasi Belajar ... 25

C. Problem Based Learning (PBL) ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 42

C. Prosedur Penelitian... 43

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 47


(2)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Sebaran Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 61

B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 66

C. Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa. Dengan adanya pengukuran tes prestasi belajar ini, maka tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran pun dapat terukur. Berdasarkan studi dokumenter di salah satu SMA di Cihampelas (Cililin), nilai ulangan harian fisika siswa di salah satu kelas adalah 48,59. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat dikatakan masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Setelah melihat pembelajaran dikelas, guru tidak melakukan demonstrasi, tidak memunculkan masalah untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi. Hal ini tidak sesuai dengan


(4)

karakteristik belajar siswa. Yang paling erat kaitannya dalam mempengaruhi prestasi belajar ini adalah proses pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya. Jika guru memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, maka prestasi belajar pun dapat dicapai dengan maksimal. Untuk memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut, maka guru haruslah mengetahui gaya berpikir siswanya. Karena gaya berpikir siswalah yang menjadi acuan tindak tanduknya. Ada dua pengkategorian gaya berpikir yaitu assosiative thingking dan directed thingking. Directed thingking atau gaya berpikir yang memiliki tujuan merupakan gaya berpikir yang sangat penting karena berpengaruh pada proses pembelajaran, terdiri dari gaya berpikir kreatif dan gaya berpikir kritis. Kemudian gaya berpikir kreatif dan kritis ini terbagi menjadi lima kategori yaitu gaya berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang, gaya berpikir kritis, dan gaya berpikir kritis superior (Filsaime, 2008). Gaya berpikir kreatif dan kritis merupakan dua hal yang saling bertolak belakang, karena memang kedua pola pikir itu lahir dari dua bagian otak yang berbeda. Kreativitas lahir dari otak kanan yang cenderung spontan dan lompat-lompat. Sedangkan kekritisan lahir dari otak kiri yang cenderung teratur dan linear. Berdasarkan studi pendahuluan di sekolah yang sama, dengan memberikan soal tes gaya-gaya berpikir kreatif-kritis, di dapat 35,48% termasuk ke dalam pola berpikir kreatif, 58,06% termasuk ke dalam pola berpikir seimbang, dan 6,45% termasuk ke dalam pola berpikir kritis. Tidak ada siswa yang masuk pada kelompok pola berpikir kreatif superior dan pola berpikir kritis superior, karena kedua gaya berpikir ini merupakan gaya berpikir yang sangat dominan pada


(5)

kreatif atau kritisnya sehingga jarang sekali orang yang memiliki gaya berpikir ini. Ketika dilihat prestasi belajar yang di capai oleh para siswa pada setiap kelompok gaya berpikir, di dapat nilai rata-rata pada kelompok gaya berpikir kreatif 37,73, pada kelompok gaya berpikir seimbang 55,83, dan pada kelompok gaya berpikir kritis 37,5. Dari semua kelompok rata-rata nilainya masih rendah, akan tetapi kelompok gaya berpikir seimbang lah yang memiliki prestasi paling tinggi. Maka semua pola gaya berpikir haruslah dilatih kekurangannya, terutama gaya berpikir yang rendah prestasinya. Kekurangan pada gaya berpikir kreatif adalah berpikir kritisnya, sedangkan pada gaya berpikir kritis adalah berpikir kreatifnya. Dengan melatihkan kekurangan yang mereka miliki diharapkan mereka mampu mencapai prestasi yang maksimal. Apabila guru mengetahui gaya berpikir siswa, maka akan dapat ditentukan mana proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Setiap siswa memiliki gaya berpikir yang berbeda dalam sebuah kelas. Dalam paragraf diatas telah disampaikan bahwa dengan mengetahui gaya berpikir tiap siswa maka akan dapat ditentukan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa. Dengan keanekaragaman gaya berpikir siswa ini, guru tetaplah bertanggung jawab dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar proses belajar tetap sesuai dengan kebutuhan tiap siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa, maka haruslah dipilih model pembelajaran sesuai untuk siswa yang berpikir kreatif, berpikir kritis, maupun berpikir seimbang.


(6)

Pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis tentulah berbeda. Berpikir kreatif akan mudah terwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka, sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70). Sedangkan untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif singkat (Filsaime, 2008). Dari semua pendekatan yang dapat meningkatkan berpikir kreatif dan kritis tersebut maka harus dicari model pembelajaran yang dalam langkah-langkahnya mencakup pendekatan-pendekatan tersebut. Agar setiap siswa dapat meningkatkan prestasinya secara maksimal maka setiap siswa harus difasilitasi model pembelajaran yang langkah-langkah di dalamnya sesuai dengan cara belajar mereka masing-masing. Penulis mencoba memberikan salah satu alternatif model pembelajaran yaitu model Problem Based Learning (PBL). Tahapan model pembelajaran PBL diawali dengan tahap-1 yaitu orientasi siswa pada masalah, tahap–2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap–3 yaitu membimbing penyelidikan individual mau pun kelompok, tahap–4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap–5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sehingga dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis siswa.


(7)

Berdasarkan pentingnya mengetahui gaya berpikir siswa untuk meninjau peningkatan prestasi yang dapat mereka peroleh, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan Gaya Berpikir Kreatif-Kritis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL) berdasarkan pemetaan gaya berpikir kreatif-kritis?“

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)?

3. Bagaimana pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)?


(8)

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Dalam penelitian ini akan melihat komponen-komponen gaya berpikir kritis di sebuah kelas, sehingga bisa digambarkan sebaran gaya berpikir kreatif-kritisnya sesudah melakukan pembelajaran dengan model problem based learning.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rat-rata gain ternormalisasi skor pre-test dan post-test. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4.

3. Pemetaan peningkatan prestasi belajar akan dilakukan berdasarkan pada gaya berpikir kreatif-kritis. Peningkatan prestasi belajar setiap kelompok gaya berpikir ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rata-rata gain ternormalisasi. Sehingga


(9)

akan terlihat kelompok gaya berpikir yang rata-rata gain ternormalisasinya dipengaruhi oleh model problem based learning.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu :

1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2) Prestasi belajar

3) Keterampilan berpikir kreatif dan kritis

E. Definisi Operasional

1. Model Problem Based Learning (PBL) didefinisikan sebagai suatu model yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran. Ciri-ciri utama PBL meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja-sama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Problem Based Learning meliputi 5 tahap pembelajaran, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model ini terlaksana dengan benar, maka dilihat dari keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran pada saat model pembelajaran ini diterapkan,


(10)

yaitu dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Terlaksananya model ini dengan baik jika kedua lembar observasi minimal pada kriteria baik, sehingga dapat dikatakan model ini mempengaruhi dalam pembelajaran.

2. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4. Aspek C1 meliputi menjelaskan, memilih, dan menyatakan. Aspek C2 meliputi mempolakan, menghitung, memperkirakan, membandingkan, menjelaskan, dan mengidentifikasi. Aspek C3 meliputi menerapkan, menghitung, dan menentukan. Aspek C4 meliputi menganalisis dan meyimpulkan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar berupa tes tertulis. Tes tertulis berupa pilihan ganda.

3. Keterampilan berpikir kreatif atau kritis dapat diukur dengan tes yang disebut Gaya-Gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw (Filsaime, 2008: 102-114). Dengan menjawab sosl-soalnya sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan, setiap item yang dipilih akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Nilai yang didapat dari hasil tes akan menunjukkan gaya berpikir kreatif atau kritis siswa yang menggambarkan sebaran gaya berpikir siswa di sebuah kelas.


(11)

F. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL).

2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL).

3. Mengetahui pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL).

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti ;

a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.

b. Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model PBL.

c. Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru fisika untuk siap melaksanakan tugas di lapangan.

d. Memberi informasi kepada peneliti lain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model PBL berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis.

2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL) berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis.


(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Kuasi eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu kelas saja tanpa ada kelas kontrol atau pembanding. Menurut Panggabean (1996) tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah Keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), prestasi belajar, keterampilan berpikir kreatif dan kritis.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Dalam one group pretest-pretest-posttest design ini, sekelompok subjek (sampel penelitian) diberi perlakuan. Pre-test (T1) dilakukan sebelum subjek diberi perlakuan dan post-test (T2) dilakukan setelah subjek diberi perlakuan untuk setiap pertemuan. Dengan demikian perbedaan antara T1 dan T2 diasumsikan merupakan


(13)

efek dari perlakuan (treatment). Untuk lebih jelasnya, desain ini digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Pre Test-Post Test Design

Pre-test Treatmen Post-test

T1 X T2

Keterangan :

T1 : Tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan.

X : Perlakuan (treatment) diberikan kepada siswa dengan menerapkan model pembelajaran modified inquiry.

T2 : Tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberikan perlakuan.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut ; 1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.


(14)

d. Studi pendahuluan, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di kelas, wawancara dengan guru dan siswa, dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. e. Perumusan masalah penelitian

f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

g. Telaah kurikulum Fisika SMA dan penentuan materi pembelajaran yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.

h. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian

i. Membuat instrumen penelitian

j. Melakukan judgement terhadap soal yang telah dibuat.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai untuk tes awal dan tes akhir.

l. Memberikan tes gaya-gaya kreatif-kritis awal untuk mengetahui gaya berpikir awal siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).

2. Tahap Pelaksanaan


(15)

a. Memberikan tes awal (Pre-test) untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan (Treatment).

b. Kelas tersebut dikenakan perlakuan (treatment), yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learnging (PBL).

c. Melakukan post test.

d. Membandingkan antara hasil pre-test dan post-test untuk menentukan besar perbedaan yang timbul. Jika sekiranya perbedaan itu ada, maka perbedaan itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh dari perlakuan (treatment) yang diberikan.

e. Mengulangi langkah a-d untuk seri ke-2 dan ke-3.

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tanggal Pertemuan

Ke- Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan 23 September 2010 1

Elastisitas Bahan

Modulus elastisitas

27 September 2010 2 Hukum Hooke

30 September 2010 3 Hukum Hooke untuk

susunan pegas 3. Tahap Akhir


(16)

b. Melakukan pembahasan hasil penelitian.

c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

d. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling (Panggabean, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA salah satu SMA di Cihampelas (Cililin) yang terdiri dari tiga kelas. Sedangkan sampelnya adalah satu kelas yang diambil secara purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sesuai dengan rekomendasi guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas XI, maka dari 3 kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas XI IPA-1 dengan jumlah siswa sebanyak 32.

Pada saat penelitian dilaksanakan, tidak semua siswa hadir sehingga semua siswa di kelas penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian. Pada studi pendahuluan, pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga, hanya 21 orang siswa yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal (pre-test), perlakuan (treatment), dan tes akhir (post-test). Sehingga hanya 21 siswa itulah yang menjadi sampel penelitian.


(17)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung keterlaksanaan model Problem Based Learnging (PBL) oleh guru dan siswa. Instrumen ini berbentuk tabel yang kolomnya terdiri dari nomor, aspek yang diamati, hasil observasi yang terdiri dari ya dan tidak, dan keterangan. Tugas observer yang mengamati guru adalah memberikan tanda check list (√) pada kolom ya atau tidak yang sesuai dengan setiap tahapan yang dilakukan oleh guru. Sedangkan observer yang mengamati siswa bertugas menuliskan nomor diri siswa setiap siswa pada kolom yang sesuai. Dalam lembar observasi ini, disediakan kolom komentar, kritik dan saran. Hal ini dilakukan agar kekurangan atau kelamahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui, sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik. Lembar observasi ini kemudian dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format lembar observasi tersebut.

2. Tes Tulis

Dalam penelitian ini, tes terdiri dari tes gaya-gaya kreatif-kritis dan tes prestasi belajar yang digunakan untuk melihat perubahan gaya berpikir dan mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan untuk gaya-gaya kreatif-kritis adalah pilihan ganda yang disusun oleh Dennis K. Filsaime (2008).


(18)

Sedangkan tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan Butir-butir soal dalam tes prestasi belajar mencakup ranah kognitif pada aspek hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Tes prestasi belajar dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (Pre-test) dan sesudah perlakuan (Post-test) untuk setiap seri pembelajaran, sedangkan tes gaya-gaya kreatif-kritis dilakukan sebelum perlakuan dan setelah tiga seri perlakuan berakhir. Untuk pre-test dan post-pre-test digunakan soal yang sama, berdasarkan anggapan bahwa perubahan gaya berpikir dan peningkatan prestasi belajar siswa akan benar-benar dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari hasil tes gaya-gaya kreatif-kritis berupa interpretasi gaya berpikir dan prestasi belajar berupa skor tes yang terdiri dari skor pre-test dan skor post-test.

1) Tes Prestasi Belajar

Instrumen prestasi belajar dibuat oleh peneliti berdasarkan indikator pembelajaran, sehingga sangat membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaikinya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2, materi pokok listrik dinamis.

b. Membuat soal tes kecakapan akademik dan soal tes prestasi belajar berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan membuat kunci jawaban.


(19)

c. Meminta pertimbangan (judgement) kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika terhadap instrumen penelitian, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

d. Melakukan uji coba instrumen tes.

e. Melakukan analisis uji coba instrumen tes yang meliputi uji validitas, realibilitas, taraf kemudahan dan daya pembeda.

Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui baik buruknya suatu perangkat tes yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Analisis Validitas Instrumen Ujicoba

Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi biserial. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

( ) ( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rXY ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = (Arikunto, 2008) dengan:


(20)

X = skor siswa pada butir yang diuji validitasnya Y = skor total yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa.

Menurut Arikunto (2008), interpretasi mengenai besarnyan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai rXY Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2008) b. Analisis Reliabilitas Instrumen Ujicoba

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Reliabilitas tes dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus alpha karena instrumen yang


(21)

digunakan berupa soal pilihan ganda beralasan. Adapun rumus alpha (Arikunto, 2008) adalah sebagi berikut:

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas perangkat tes = Jumlah varians skor tiap-tiap butir = Varians total

n = Jumlah siswa

Tabel 3.4

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup

0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah


(22)

c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 1999: 207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :

P = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal

Nilai TK Tingkat Kesukaran

1,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2008:210) d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) ( Arikunto, 2003: 211). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

JS B


(23)

Keterangan :

D = Daya pembeda butir soal

A

J

= Banyaknya peserta kelompok atas

B

J

= Banyaknya peserta kelompok bawah

A

B

= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B

B

= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

A

P

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.6

Interpretasi Daya Pembeda(DP) Butir Soal

Nilai DP Tingkat Kesukaran

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik


(24)

(Arikunto, 2008:212) Dalam penelitian ini ada 36 soal yang dijadikan soal uji coba tes prestasi. Setelah soal melalui tiga orang pen-judgement yang dianggap ahli, dilakukan uji coba terhadap siswa yang telah mempelajari materi tentang elastisitas. Soal ini diberikan kepada dua kelas yang berbeda dengan pembagian soal yang sama yaitu masing-masing 18 soal. Hasil analisis hasil uji coba tes prestasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. 1. Dari analisis tersebut didapat nilai reliabilitas tes prestasi belajar pertama 0,66 sedangkan tes belajar kedua 0,43. Reliabilitas pertama termasuk pada kriteria tinggi, sedangkan yang kedua termasuk pada kriteria cukup. Kedua kriteria ini memungkinkan soal ini untuk dipakai. Setelah di analisis, soal tes prestasi yang dipakai adalah 30 soal.

2) Tes Gaya-Gaya Berpikir Kreatif-Kritis

Instrumen tes gaya-gaya kreatif-kritis dikembangkan berdasarkan pada teori-teori dan fakta-fakta dari studi-studi penelitian berpikir kreatif dan kritis (Filsaime, 2008: 101). Ada tiga puluh dua item dalam tes ini. Masing-masing item memiliki jumlah pilihan yang berbeda. Pilihan yang dipilih boleh lebih dari satu atau tidak dipilih sama sekali pada tiap item soalnya jika pilihan yang sesuai dengan gaya berpikir lebih dari satu atau tidak ada sama sekali. Setiap pilihan mempunyai nilai yang berbeda. Semakin tinggi nilainya menunjukkan bahwa pilihan itu adalah pilihan orang yang berpikir kritis, sebaliknya semakin


(25)

rendah nilainya menunjukkan bahwa pilihan itu adalah pilihan orang yang berpikir kreatif. Karena jika dilihat dari indikator penskoran ykreatif-kritis, semakin tinggi nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kritis, tetapi makin rendah nilainya maka arah berpikirnya menuju ke kreatif. Setelah mendapatkan nilai dari jumlah nilai pilihan dibagi dengan banyaknya pilihan yang dipilih, nilai tersebut di cocokkan dengan indikator penskoran ykreatif-kritis untuk mengetahui jenis gaya berpikir.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Learning (PBL)

Keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat diketahui dengan cara mencari presentasi keterlaksanaan model pembelajaran tersebut. Untuk menghitung presentasi keterlaksanaan model pembelajar Problem Based Learning (PBL) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.7

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

No % Kategori

Keterlaksanaan Model Interpretasi

1. 0,0-24,9 Sangat Kurang

2. 25,0-37,5 Kurang

3. 37,6 – 62,5 Sedang

4. 62,6 – 87,5 Baik

5. 87,6 – 100 Sangat Baik

Mulyadi (Nuh, 2007) 2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar

Data yang diperoleh untuk mengukur prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes awal sebelum pembelajaran dan tes akhir setelah semua pembelajaran dilaksanakan. Hasil-hasil tes prestasi belajar, akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Pemberian Skor

Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada kisi-kisi jawaban yang telah dibuat.

b. Perhitungan Skor Gain dan Gain yang Dinormalisasi

Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes akhir (post-test) dan tes awal (pre-test). Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan


(27)

sebagai efek dari treatment (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:

Keterangan : = Gain

= Skor tes akhir (post-test) = Skor tes awal (pre-test)

Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut:

Rata-rata gain yang dinormalisasi ( ):

Keterangan :

< = Rata-rata gain yang dinormalisasi = Rata-rata gain aktual

= Gain maksimum yang mungkin terjadi = Rata-rata skor tes akhir (post-test) > = Rata-rata skor tes awal (pre-test)

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel 3.8:


(28)

Tabel 3.8

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Nilai 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Interpretasi

〈g〉≥ 0,7 Tinggi

0,7 > 〈g〉≥ 0,3 Sedang

〈g〉 < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

3. Analisis Perubahan Gaya- Gaya Kreatif-Kritis

Data diperoleh dengan memberi skor pada setiap pilihan jawaban siswa sesuai dengan kunci penilaian YKreatif-Kritis sebagai berikut:

1. A 9 2. A 9 3. A 9 4. A 1

B 1 B 1 B 9 B 9

C 1 C 9

D 1 D 1

E 9

F 1

5. A 9 6. A 1 7. A 9 8. A 9

B 1 B 9 B 7 B 1


(29)

D 3

E 1

9. A 1 10. A 9 11. A 9 12. A 9

B 9 B 1 B 1 B 9

C 1

D1

E 1

13. A 1 14. A 1 15. A 5 16. A 9

B 9 B 9 B 9 B 1

17. A 1 18. A 9 F I 19. A 5

B 9 B 1 G 1 B 9

C 9 H 1

D 1 I 9

E 9 J 9

20. A 1 21. A 9 22. A 5 23. A 1

B 9 B 1 B 9 B 9

24. A 9 25. A 9 26. A 9 27. A 1

B 1 B 5 B 1 B 9

C 9 C 1 D 1

28. A 9 29. A 1 30. A 9 31. A 9


(30)

C 1

D 9

32. A 9 33. A 9 E 1 I 1

B 1 B 1 F 9 J 9

C 1 G 9

D 9 H 1

34. Penggunaan 1-3 = 5 poin Penggunaan 4-7 = 3 poin Penggunaan 8-10 = 1 poin

Kriteria penilaian untuk item 34

• Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat Jawaban tidak dinilai jika:

• Jawaban independen dari objek,

• Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna, • Jawaban adalah salinan,

• Jawaban tidak mungkin diuraikan.

Setelah memberikan skor pada semua jawaban, lalu dimasukkan ke dalam persamaan :


(31)

Lalu dilihat pada indikator penskoran YKreatif-Kritis sesuai dengan nilai yang didapat hasil dari persamaan di atas.


(32)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Gaya berpikir kreatif-kritis setelah diterapkan model problem based learning (PBL) dalam pembelajaran fisika, ada yang tetap dan ada yang mengalami perubahan baik kearah kritis maupun kearah kreatif. Sebarannya adalah sebagai berikut : 2 siswa atau 9,52% skor gaya berpikir dan gaya berpikirnya tetap pada gaya berpikir seimbang, 7 siswa atau 33,32% berubah ke arah kreatif, dan 12 siswa atau 57,14% berubah ke arah kritis.

2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria sedang setelah diterapkan model problem based learning (PBL).

3. Peningkatan prestasi belajar yang dipetakan berdasarkan gaya berpikir

kreatif-kritis dalam penelitian ini terdapat kecenderungan arah perubahan gaya berpikir siswa terhadap peningkatan prestasi belajar. Peningkatan prestasi paling besar terjadi pada siswa yang mengalami perubahan gaya berpikir ke arah kritis dan yang tetap, sedangkan siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif peningkatan prestasinya lebih kecil.


(33)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa saran, antara lain:

1. Model problem based learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa-siswa yang memiliki gaya berpikir berbeda.

2. Model problem based learning (PBL) akan lebih efektif jika waktu yang tersedia cukup banyak agar waktu untuk berdiskusi bisa lebih banyak, sehingga semua kekurangan gaya berpikir bisa terlatihkan.

3. Mendeteksi gaya berpikir kreatif-kritis siswa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dapat dijadikan dasar untuk menentukan penekanan yang diperlukan untuk melatihkan kekurangan gaya berpikir siswa.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [Online].Tersedia :http://re-searchengines.com/1007arief3.html [5 Februari 2010]

Aisyah, Wianti dkk. 2008. Pembelajaran melalui metode pbl (problem based learning) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. [Online]. Tersedia: http://wianti.multiply.com/journal/item/7 [11 November 2009]

Al-Hanafi, M.M.A. dkk. 2010. Think & Be The Winner (Berpikir & Jadilah Pemenang). Jakarta : Cakrawala.

Amir, M. Taufik.2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hake, R. R. 1998.Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses.[Online].Tersedia :


(35)

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2008. Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Ibrahim, H. Muslimin dkk. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : University Press.

Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah : Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua Siswa. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Starkey, Lauren. 2009. Critical Thingking Skills Success. Jogjakarta : Bookmarks. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia :http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ [11 Maret 2010]

Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(1)

C 1

D 9

32. A 9 33. A 9 E 1 I 1

B 1 B 1 F 9 J 9

C 1 G 9

D 9 H 1

34. Penggunaan 1-3 = 5 poin Penggunaan 4-7 = 3 poin Penggunaan 8-10 = 1 poin

Kriteria penilaian untuk item 34

• Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat

Jawaban tidak dinilai jika: • Jawaban independen dari objek,

• Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna, • Jawaban adalah salinan,

• Jawaban tidak mungkin diuraikan.

Setelah memberikan skor pada semua jawaban, lalu dimasukkan ke dalam persamaan :


(2)

Lalu dilihat pada indikator penskoran YKreatif-Kritis sesuai dengan nilai yang didapat hasil dari persamaan di atas.


(3)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Gaya berpikir kreatif-kritis setelah diterapkan model problem based learning (PBL) dalam pembelajaran fisika, ada yang tetap dan ada yang mengalami perubahan baik kearah kritis maupun kearah kreatif. Sebarannya adalah sebagai berikut : 2 siswa atau 9,52% skor gaya berpikir dan gaya berpikirnya tetap pada gaya berpikir seimbang, 7 siswa atau 33,32% berubah ke arah kreatif, dan 12 siswa atau 57,14% berubah ke arah kritis.

2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria sedang setelah diterapkan model problem based learning (PBL).

3. Peningkatan prestasi belajar yang dipetakan berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis dalam penelitian ini terdapat kecenderungan arah perubahan gaya berpikir siswa terhadap peningkatan prestasi belajar. Peningkatan prestasi paling besar terjadi pada siswa yang mengalami perubahan gaya berpikir ke arah kritis dan yang tetap, sedangkan siswa yang berubah gaya berpikirnya ke arah kreatif peningkatan prestasinya lebih kecil.


(4)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa saran, antara lain:

1. Model problem based learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa-siswa yang memiliki gaya berpikir berbeda.

2. Model problem based learning (PBL) akan lebih efektif jika waktu yang tersedia cukup banyak agar waktu untuk berdiskusi bisa lebih banyak, sehingga semua kekurangan gaya berpikir bisa terlatihkan.

3. Mendeteksi gaya berpikir kreatif-kritis siswa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dapat dijadikan dasar untuk menentukan penekanan yang diperlukan untuk melatihkan kekurangan gaya berpikir siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [Online].Tersedia :http://re-searchengines.com/1007arief3.html [5 Februari 2010]

Aisyah, Wianti dkk. 2008. Pembelajaran melalui metode pbl (problem based learning) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. [Online]. Tersedia: http://wianti.multiply.com/journal/item/7 [11 November 2009]

Al-Hanafi, M.M.A. dkk. 2010. Think & Be The Winner (Berpikir & Jadilah Pemenang). Jakarta : Cakrawala.

Amir, M. Taufik.2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hake, R. R. 1998.Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses.[Online].Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf[11 Maret 2010]


(6)

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2008. Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Ibrahim, H. Muslimin dkk. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : University Press.

Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah : Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua Siswa. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Starkey, Lauren. 2009. Critical Thingking Skills Success. Jogjakarta : Bookmarks. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia :http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ [11 Maret 2010]

Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.