Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Setelah Penyuluhan dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Kegiatan Storytelling pada Anak Kelas 1 di SD "X" Bandung.

(1)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu usaha menanamkan pengertian kepada anak bahwa kesehatan gigi penting. Ada begitu banyak pilihan metode penyuluhan kesehatan untuk menunjang terciptanya komunikasi yang baik. Metode penyuluhan konvensional yang paling sering digunakan saat ini adalah ceramah. Ceramah adalah cara mengajar melalui penyajian fakta dan ide secara lisan, baik dengan atau tanpa media. Metode edukasi lain yang juga efektif dan menarik bagi anak adalah metode storytelling.

Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana

untuk menanamkan nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada anak kelas 1 di SD “X” Bandung. Total populasi dari penelitian ini sebanyak 64 anak. Pembagian sampel untuk setiap kelompok menggunakan teknik simple random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan cara memberikan perlakuan pada dua kelompok yang dibandingkan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji dan terpercaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan menggunakan metode konvensional maupun storytelling. Selanjutnya setelah dilakukan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling.

Kata kunci: penyuluhan, konvensional, storytelling, pengetahuan, anak kelas 1 SD


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Dental Health Education to the children is one of the efforts growing the

understanding to them that the dental health is important. There are so many choices of health education methods to support a good communication. Conventional education methods which is frequently used nowdays is speech methods. The speech is the teaching methods through giving oral facts and ideas either with or without media. The other education methods which is also effective and interesting for children is storytelling methods. Storytelling is an art telling that is used as an instrument to grow the value of knowledge to the children to become self convidence in doing it themselves. This research is done to know the difference between the knowledge level of dental health after educating by using the conventional method and storytelling activity to the 1st grade children in elementary school “X” Bandung.

The total population of the research is 64 children. The operator devides samples for each group using Simple Random Sampling technic. The reaserch method that is used is Quasi Experimental Design by using the treatment to two groups which are compared. Data collector instrument which is used is questionnaire that is tested and trusted.

The result of the reasearch shows that there have been improvement of significant dental knowledge before and after Dental Health Education either by using conventional method or storytelling method. After statistic examination is

known that there isn’t any difference dental knowledge level which is significant between the group which get conventional method and the group which get storytelling method.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) SIDANG SKRIPSI PROGRAM SARJANA (S1) ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Akademis ... 6


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 6

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 9

1.6 Metode Penelitian... 9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 10

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 10

2.1.2 Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 11

2.1.3 Komponen Penyuluhan ... .12

2.1.4 Metode Penyuluhan ... 16

2.1.5 Dental Health Education (DHE) ... 19

2.1.6 Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi ... 20

2.2 Storytelling ... 21

2.2.1 Pengertian Storytelling ... 21

2.2.2 Jenis-Jenis Storytelling ... 23

2.2.3 Proses Storytelling ... 25

2.3 Anak Usia Sekolah Dasar... 30

2.3.1 Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar ... 30

2.3.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar ... 31

2.3.2.1 Perkembangan Fisik, Otak, dan Motorik ... 32


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

2.3.2.3 Perkembangan Emosional ... 34

2.3.2.4 Perkembangan Bahasa ... 35

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 37

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.2.1 Populasi Penelitian ... 37

3.2.2 Sampel Penelitian ... 37

3.3 Metode Penelitian... 37

3.3.1 Desain Penelitian ... 38

3.3.2 Variabel Penelitian ... 38

3.3.3 Definisi Operasional... 38

3.4 Prosedur Penelitian... 39

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 42

3.5.1 Uji Validitas Kuesioner ... 42

3.5.2 Uji Reliabilitas Kuesioner ... 42

3.6 Analisis Data ... 43

3.6.1 Hipotesis Statistik ... 43

3.6.2 Kriteria Uji ... 44

3.7 Etik Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.2 Karakteristik Responden ... 47

4.3 Distribusi Nilai Jawaban Responden ... 48

4.3.1 Jawaban Responden Sebelum dan Setelah Penyuluhan Konvensional... 48

4.3.2 Jawaban Responden Sebelum dan Setelah Penyuluhan Storytelling ... 50

4.4 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 52

4.4.1 Hasil Uji Normalitas Responden ... 52

4.4.2 Hasil Uji Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut... 53

4.4.3 Hasil Uji Hipotesis ... 54

4.4.3.1 Pengujian Hipotesis 1 ... 54

4.4.3.2 Pengujian Hipotesis 2 ... 54

4.4.3.3 Pengujian Hipotesis 3 ... 55

4.5 Pembahasan ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

5.2.1 Saran Praktis ... 61

5.2.2 Saran Ilmiah ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 69


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penyuluhan Konvensional dan Storytelling ..47

Tabel 4.2 Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Konvensional48

Tabel 4.3 Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Storytelling .... 50 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Metode Penyuluhan ... 52 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Perbedaan Kelompok Penyuluhan ... 52 Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 53


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 8 Gambar 4.1 Skor Total Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Konvensional ... 49 Gambar 4.2 Skor Total Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Storytelling ... 51


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik ... 69

Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian... 70

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ... 71

Lampiran 4 Informed Consent ... 72

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian ... 74

Lampiran 7 Alat dan Bahan Penelitian... 76

Lampiran 8 Rekapitulasi Jawaban Responden ... 77

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik... 83


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap orang tua menginginkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum.1 Anak usia sekolah khususnya peserta didik sekolah dasar adalah satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya pada usia tersebut anak masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi.2

Sejak tahun 1951, pemerintah Indonesia mengupayakan usaha peningkatan pengetahuan kesehatan gigi anak usia sekolah dasar melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).3 Program UKGS tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang menitikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi masal serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid.4 Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini untuk menekankan bahwa kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara umum. Penyuluhan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna tercapainya tingkat kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang.3


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Salah satu bentuk usaha penyuluhan yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan metode pendidikan kesehatan.5 Pendidikan kesehatan gigi pada anak yaitu suatu usaha yang secara emosional akan menghilangkan rasa takut, menumbuhkan rasa ingin tahu, mau mengamati, dan akhirnya secara fisik akan melakukan aktivitas sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi. Maksud dan tujuan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah memperkenalkan anak dengan dunia kesehatan gigi serta segala persoalan mengenai gigi, sehingga mampu memelihara kesehatan gigi, melatih anggota badan anak sehingga mereka dapat membersihkan gigi sesuai dengan kemampuannya, dan mendapatkan kerjasama yang baik dari anak bila memerlukan perawatan pada giginya.6 Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi masal yang terkontrol.5

Penyuluhan dapat dikatakan sebagai pendahulu program kesehatan gigi yang lain.7 Penyuluhan kesehatan gigi pada setiap anak harus disesuaikan dengan tingkat usia anak. Peran komunikasi dalam menyampaian penyuluhan sangat penting karena jika pesan yang disampaikan tidak mengenai sasaran maka penyuluhan tidak akan berhasil.8 Penggunaan komunikasi dalam penyuluhan dapat menyebabkan perubahan pola pikir dalam diri seseorang yang mendengarkannya. Penyuluhan akan memberikan hasil yang maksimal apabila proses komunikasi berjalan dengan efektif. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh audience.9 Ada begitu banyak pilihan metode


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha penyuluhan kesehatan untuk menunjang terciptanya komunikasi yang baik dan metode penyuluhan konvensional merupakan metode yang umum untuk dilakukan. Kata konvensional sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, dan kelaziman) atau tradisional. Beberapa contoh metode penyuluhan konvensional misalnya ceramah,curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya. Selain menggunakan metode penyampaian yang bervariasi, penyuluhan konvensional juga dapat dilakukan dengan bantuan media yang menarik bagi audience misalnya dengan media cetak, media elektronik, dan papan reklame.10

Metode penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang baik dilakukan pada anak selain dengan menggunakan metode konvensional sebagai metode yang paling umum untuk diterapkan adalah metode storytelling.11 Metode storytelling merupakan metode pembelajaran yang paling menarik, paling disukai, dan paling melekat dalam ingatan seorang anak karena pada hakekatnya sebuah cerita sulit untuk dilupakan.12 Penelitian yang dilakukan oleh Murdiono pada tahun 2008 mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa metode storytelling merupakan metode pembelajaran yang efektif dan paling banyak disukai oleh anak.13 Metode storytelling juga merupakan suatu alternatif belajar yang cocok diterapkan pada anak usia 6 (enam) sampai 8 (delapan) tahun karena pada usia tersebut anak masih sangat antusias dan bersemangat dalam mendapatkan edukasi dengan media buku cerita bergambar.14 Ada beberapa alasan mengapa storytelling dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama, cerita pada


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha umumnya lebih mengesankan dari pada nasehat, sehingga cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui storytelling anak diajarkan mengambil pesan moral pada cerita sehingga pada akhirnya penggunaan metode bercerita akan membuat anak merasa lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat.13 Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua metode edukasi kesehatan yang cocok untuk digunakan, namun perbedaan tingkat pengetahuan yang dapat terjadi antara kedua metode penyuluhan tersebut setelah diterapkan pada anak usia sekolah dasar belum dapat dibuktikan sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada peserta didik kelas 1 di SD “X” Bandung.

SD “X” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SDN Cijagra yang sampai saat ini belum pernah memberlakukan program UKGS, dikarenakan pihak sekolah masih kurang mengerti tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, kurangnya sosialisasi dan perhatian dari pihak puskesmas setempat tentang masalah ini juga menyebabkan sekolah jarang atau hampir tidak pernah mendapatkan fasilitas penyuluhan kesehatan.

Peserta didik kelas 1 SD ditetapkan sebagai sampel oleh peneliti dengan beberapa alasan diantaranya karena pendidikan kesehatan gigi secara sederhana sudah dapat diberikan pada anak dalam rentang usia tersebut. Peserta didik kelas 1 SD dengan rata-rata usia 6 (enam) sampai 8 (delapan) tahun juga mulai memasuki masa sekolah sehingga dikhawatirkan asupan makanan yang diterima tanpa


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha pengawasan penuh dari orang tua dapat berpotensi merusak gigi sulung apabila tidak disertai dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas 1 di SD “X” Bandung setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode konvensional 2. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas 1 di SD “X” Bandung setelah mendapatkan edukasi melalui penyuluhan dengan metode storytelling.

3. Identifikasi mengenai apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada anak kelas 1 di SD “X” Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha 1.4.1 Manfaat Akademis

Memberikan informasi ilmiah mengenai metode dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah dasar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bahan pertimbangan dalam memberikan metode edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada anak usia sekolah dasar.

2. Pilihan alternatif pendidikan kesehatan gigi bagi sekolah yang tidak memiliki program UKGS.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyuluhan dengan metode konvensional diharapkan dapat memberi manfaat yang berkesinambungan bagi sasaran berupa perubahan konsep sehat pada aspek pengetahuan, sikap dan perilaku individu maupun masyarakat.15 Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut secara konvensional dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, namun salah satu metode penyuluhan yang paling sering digunakan adalah ceramah.16 Ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling tua. Metode ini paling sering dipergunakan dalam bidang pendidikan, mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Metode ceramah adalah cara mengajar melalui penyajian fakta dan ide secara lisan, baik dengan atau tanpa media. Adapun para peserta penyuluhan hanya mendengarkan dan memperhatikan hal-hal yang dianggap penting.17 Metode ceramah dalam pelaksanaannya


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha memerlukan beberapa faktor penunjang yang penting, yaitu ruangan yang bisa ditempati sekelompok orang, operator yang menguasai materi yang akan diberikan serta dapat memikat dan menarik perhatian sasaran. Ceramah efektif diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pada saat melakukan penyuluhan dengan metode ceramah, operator diharapkan untuk menyertakan gambar atau foto untuk memperjelas materi.18 Meskipun ceramah seringkali dijadikan pilihan sebagai metode penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, metode ini masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya seperti dapat menimbulkan sifat pasif pada sasaran dan dapat menyebabkan kejenuhan. Kekurangan ini menyebabkan banyak orang mencari metode alternatif yang dapat memudahkan dan memaksimalkan sasaran dalam menyerap materi penyuluhan yang disampaikan tanpa merasa jenuh.19,20

Salah satu metode pembelajaran yang efektif dan menarik bagi anak adalah metode storytelling.13 Saat ini pendidikan dengan menggunakan dengan metode

storytelling sangat diperlukan.14 Metode storytelling secara umum disukai oleh anak, baik anak balita, anak usia sekolah dasar, maupun yang telah beranjak remaja dan bahkan orang dewasa. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Sehingga, anak akan mendapatkan pengetahuan tanpa merasa terpaksa untuk mempelajarinya.21 Pada saat proses storytelling berlangsung terjadi penyerapan pengetahuan yang disampaikan operator kepada audience sementara anak dapat menikmati cerita yang diberikan sekaligus memahami nilai atau pesan yang terkandung dari cerita tersebut tanpa perlu diberi tahu secara


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha langsung atau didikte. Operator hanya menyampaikan tanpa perlu menekankan atau membahas tersendiri mengenai nilai yang terkandung dalam cerita.21,22,23

Metode storytelling sendiri dipilih karena metode tersebut dikenali sebagai cara kuat untuk mengomunikasikan gagasan dan menyebabkan transformasi belajar pada anak. Selain itu, melalui kegiatan storytelling anak dapat menafsirkan dan menggambarkan peristiwa yang belum pernah terjadi dalam hidupnya sehingga anak dapat mengambil hikmah tanpa perlu mengalaminya secara langsung.24 Hasil penelitian Deborah Peel dan Sue Shortland pada tahun 2004 juga berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecerdasan setelah penyampaian nilai melalui metode storytelling.25


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional. 2. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode storytelling. 3. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu dengan cara memberikan perlakuan pada dua kelompok yang dibandingkan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Cijagra Bandung dan berlangsung selama bulan Februari – Juni tahun 2016.


(19)

61 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling pada peserta didik kelas 1 di SDN Cijagra Bandung, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional. 2. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

signifikan setelah penyuluhan dengan menggunakan metode storytelling. 3. Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

signifikan antara kelompok yang mendapatkan penyuluhan konvensional dengan kelompok yang mendapatkan penyuluhan storytelling

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini terdiri dari saran praktis dan saran ilmiah: 5.2.1 Saran Praktis

1. Pihak sekolah dalam hal ini guru agar lebih memperhatikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada peserta didik dengan cara mencoba memberlakukan program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).


(20)

62

Universitas Kristen Maranatha 2. Pihak puskesmas setempat diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan

bagi peserta didik secara berkala mengenai kesehatan gigi dan mulut.

5.2.2 Saran Ilmiah

1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling berdasarkan usia

2. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling beberapa tahun kemudian untuk mengetahui metode mana yang lebih melekat dalam ingatan responden.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan storytelling dengan daya tangkap subyek penelitian yang homogen.

4. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan efektivitas penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan kegiatan

storytelling pada beberapa sekolah dengan status ekonomi dan sosial yang


(21)

63 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia, et al. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi

dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran kota madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J).2005; 38(2) :

88

2. Haryani W. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan tingkat

keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah di kecamatan Depok. Berita

ked masyarakat.2002; 28 (2) : 23-9

3. Hariyani N, Setyo L, Soedjoko. Mengatasi kegagalan penyuluhan kesehatan

gigi pada anak dengan pendekatan psikologi. (Dent. J). 2008; 1(13) : 80-4

4.

Darwita RR, Novrinda H, Budiharto. Efektivitas program sikat gigi bersama

terhadap risiko karies gigi pada murid sekolah dasar. J Indon Med Assoc.

2011; 204-9

5. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi

dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. 2005; 3-10.

6. Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui

perubahan perilaku anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.

2009

7. Lusiana Y. Efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru

orkes dalam meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SDN 060973 di kecamatan Medan Selayang. Tesis. Medan:

Universitas Sumatera Utara. 2010

8. Tambun LE. Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak. Skripsi: USU Medan. 2002

9. Ir. Abdul Halim, M.Si. Teknik Komunikasi dan Penyuluhan Kesehatan. Banda Aceh. 2014

10. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003

11. Musfiroh, Tadkiroatun. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas. 2005


(22)

64

Universitas Kristen Maranatha 13. Muallifah. Storytelling sebagai metode parenting untuk pengembangan

kecerdasan anak usia dini. Skripsi: UIN Malang. A. Jurnal Psikologi Islam

(JPI). 2013

14. Sumiyati. PAUD Inklusi PAUD Masa Depan. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala Institute. 2011

15. Soekidjo N. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007; 57-68

16. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

17. Green W Lawrence, Kreuter MW. Application in School Settings. Dalam:

Health Promotion Planning an Educational And Enviromental Approach.

London: Mayfield Publishing Company. 1991; (2) : 349-83

18. Darmiastuti M. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba pada remaja SLTP I Borobudur kabupaten Magelang. Tesis: Magister Promosi Kesehatan. 2003

19. W.Gulo. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2005

20. Herijulianti E, Svasti T, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2001; 117-8.

21. Asfandiyar, Andi Yudha. Cara Pintar Mendongeng, Jakarta: Mizan; 2007 22. Musrifoh, Tadkiroatun. Memilih, Menyalin, dan Menyajikan Cerita Untuk

Anak Usia Dini. 29 Mei 2009

23. MacDonald, Margaret Read. The Parents Guide Storytelling: How to Makeup

New Stories and Retend Old Favourites. USA: Herper Collins Publisher. 1995

24. Bagus, Takwin. Psikologi Naratif, Membaca Manusia Sebagai Kisah. Yogyakarta: Jalasutra. 2007

25. Peel, D., Shortland, S. Student Teacher Collaborative Reflection: Perspective

on Learning Together. Innovation in Education And Teaching International.

Taylor & Francis Ltd. 2004

26. Poernomo SD. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2007; 4:65-6.


(23)

65

Universitas Kristen Maranatha 28. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009

29. Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta. 1982

30. Budiharto. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyuluhan

kesehatan gigi masyarakat. Buku naskah KPPIKG VII – FKG UI Jakarta. 1980; 81-6

31. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001

32. Nasrul Effendy. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Buku Kedokteran. 1998

33. Effendy. Penyuluhan Kesehatan. Jakarta. 2003

34. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005

35. Diah Ratna Fitriastutik. Efektivitas booklet dan permainan tebak gambar

dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas IV terhadap karies gigi di SD Negeri 01, 02, dan 03 Bandengan kecamatan Jepara kabupaten Jepara tahun ajaran 2009/2010. Skripsi: UNNES Semarang. 2010

36. Departemen Kesehatan. R. I Pengembangan Media Promosi Kesehatan

Dalam Upaya Pemberdayaan Keluarga. Depkes RI. Jakarta. 2004

37. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2002

38. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2003; (2)

39. Muhajir Muin. Pengaruh Dental Health Education (DHE) terhadap

penurunan plak gigi. Skripsi : FKG UNHAS. Makassar. 2011

40. David M. Roder, BDS, MPH, Brian A. Burt, BDSc, MPH, PhD. Evaluation of

Dental Health Education in a School Dental Program. Journal of Public

Health Dentistry. 1978

41. Green, Cornelia. A Dental Health Education Program for the Primary Level. Wis. S. Dent. Soc. J. 1971; (47): 3-10

42. Maddick, I. H., and Downton, David. Teach Yourself Dental Health. Internat. J. Health Education. 1970.


(24)

66

Universitas Kristen Maranatha 43. Roder, D. M., Sundrum, Palam, Boundy, Helen, and Inger, Mary. The Effect

of a Pilot Dental Health Education Programme on High School Students.

Australia Dental Journal. 1977; 22:6-10,

44. Short, A. G. Dental Health Education and the School Dental Nurse. Sch. Dent. Gaz. 1973; 33:5-7

45. Barmes, D. E. Features of Oral Health Care across Cultures. Internat. (Dent. J).1976; 26:353-68

46. Holst, Dorthe. Prevalence of Gingivitis among Children With and Without

School Dental Service. Scand. J. Dent. Res. 1976; 84:150-7

47. H L Applewhite. Dental Health Education in the Schools. American Journal of Public Health and the Nation’s Health. September 1970; 60p: 1835-1838. 48. Agustina, Susanti. Mendongeng Sebagai Energi bagi Anak. Jakarta: Rumah

Ilmu Indonesia. 2008

49. Cameron, L. Teaching Languages to Young Learners. Cambridge University Press. 2011

50. Morgan, J & M. Rinvolucri. Once Upon a Time: Using Stories in the

Language Classroom. Cambridge University Press. 1983

51. Burns, G.W. 101. Healing Stories: Using Methapors in Therapy. NewYork: John Willey & Sons. 2001

52. Pellowski, A. The World of Storytelling. New York: H.W. Wilson. 1990 53. Jean L. Mc. Kechnie. Ed. Webster’s New Twentieth Century Dictionary of The

English Language. USA: William Collins Publisher. 1980

54. Oliver, Serrat. Storytelling. United States of America: Reed Elsevier. 2008 55. Musthafa, Bachrudin. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan

Pengajaran. Jakarta: PT Cahaya Insan Sejahtera. 2008

56. Priyono, Kusumo. Terampil Mendongeng. Jakarta: PT Gramedia Widyasarana Indonesia. 2001

57. Bunanta, Murti. Buku, Dongeng, dan Minat Membaca, Jakarta: Pustaka Tangga. 2005

58. Hurlock, E.B. Child Development, Mc Graw Hill Book Company, New York, USA. 1993; p. 37


(25)

67

Universitas Kristen Maranatha 59. Dra. Kartini Kartono .Psikologi Anak Bandung: Penerbit Alumni. 1979

60. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1980

61. Thonthowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. 1991

62. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. 2007

63. Thobroni, M. & Mumtaz, F. Mendongkrak Kecerdasan Anak. Yogyakarta. Penerbit: Kata Hati. 2011

64. Santrock, J. W. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 2002

65. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. 2004

66. Vembri Irawati. The differences in interest of children for change dental

health behaviour after Dental Health Education with Irene’s Donut Method and Conventional Method in 7-8 years old children. Skripsi: FKIK UMY.

Yogyakarta. 2013

67. Boltman, Angela. Children’s Storytelling Technologies: “Children’s

Storytelling Technologies: Differences in Ellaboration and Recall”. 2001

68. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: ECC; 2008.

69. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. P. 115-168

70. Bunna, A.T. Desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi

berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di kawasan lindung sungai lesan, berau, Kalimantan Timur. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

dan Ekowisata Fakultas Kehutanan-IPB. Bogor. 2010

71. Parmin. Pengaruh penggunaan media model dan gambar terhadap prestasi

belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari motivasi belajar siswa

(Eksperimen pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus Panataran kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri). Surakarta: Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. 2009


(26)

68

Universitas Kristen Maranatha 72. Russell, BC, Torralba A, Murphy KP, Freeman WT. Labelme: a Database

And Web-Based Tool for Image Annotation. 2005

73. Kusmiadi, A. dkk. Strategi pembelajaran PAUD melalui metode dongeng

bagi pendidik PAUD. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF. 2008

74. Muhammad Abdul Latif. The Miracle of Story Telling. Jakarta: Zikrul Hakim. 2012

75. Sareb Putra, Masri. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: P.T Indeks. 2008

76. Siegel, Sidne. Non-Parametric Statistics for the Behavioral Sciences. New York: McGraw-Hill. 1956; P. 75–83

77. Firdausi, Wilda Wahyu. Perbedaan efektivitas metode penyuluhan kesehatan

gigi dan mulut menggunakan dongeng (storytelling) dan bermain peran (role playing) pada anak usia 7 – 11 tahun. Tesis S1: UNEJ. Jember. 2013

78. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 2007

79. Patmonodewo, S. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008 80. Hartanti, Devi. Perbedaan pengaruh metode cerita dan poster terhadap

peningkatan pengetahuan siswa tentang cara perawatan gigi di PAUD Pertiwi dan Ardika Jaya Bekasi. Skripsi: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2016

81. Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia, et al. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran kota madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J).2005; 38(2) : 88

2. Haryani W. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah di kecamatan Depok. Berita ked masyarakat.2002; 28 (2) : 23-9

3. Hariyani N, Setyo L, Soedjoko. Mengatasi kegagalan penyuluhan kesehatan gigi pada anak dengan pendekatan psikologi. (Dent. J). 2008; 1(13) : 80-4

4.

Darwita RR, Novrinda H, Budiharto. Efektivitas program sikat gigi bersama

terhadap risiko karies gigi pada murid sekolah dasar. J Indon Med Assoc. 2011; 204-9

5. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. 2005; 3-10.

6. Riyanti E, Saptarini R. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui perubahan perilaku anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 2009

7. Lusiana Y. Efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru orkes dalam meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SDN 060973 di kecamatan Medan Selayang. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010

8. Tambun LE. Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak. Skripsi: USU Medan. 2002

9. Ir. Abdul Halim, M.Si. Teknik Komunikasi dan Penyuluhan Kesehatan. Banda Aceh. 2014

10. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003

11. Musfiroh, Tadkiroatun. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas. 2005


(2)

64

13. Muallifah. Storytelling sebagai metode parenting untuk pengembangan kecerdasan anak usia dini. Skripsi: UIN Malang. A. Jurnal Psikologi Islam (JPI). 2013

14. Sumiyati. PAUD Inklusi PAUD Masa Depan. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala Institute. 2011

15. Soekidjo N. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007; 57-68

16. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

17. Green W Lawrence, Kreuter MW. Application in School Settings. Dalam: Health Promotion Planning an Educational And Enviromental Approach. London: Mayfield Publishing Company. 1991; (2) : 349-83

18. Darmiastuti M. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba pada remaja SLTP I Borobudur kabupaten Magelang. Tesis: Magister Promosi Kesehatan. 2003

19. W.Gulo. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2005

20. Herijulianti E, Svasti T, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2001; 117-8.

21. Asfandiyar, Andi Yudha. Cara Pintar Mendongeng, Jakarta: Mizan; 2007 22. Musrifoh, Tadkiroatun. Memilih, Menyalin, dan Menyajikan Cerita Untuk

Anak Usia Dini. 29 Mei 2009

23. MacDonald, Margaret Read. The Parents Guide Storytelling: How to Makeup New Stories and Retend Old Favourites. USA: Herper Collins Publisher. 1995 24. Bagus, Takwin. Psikologi Naratif, Membaca Manusia Sebagai Kisah.

Yogyakarta: Jalasutra. 2007

25. Peel, D., Shortland, S. Student Teacher Collaborative Reflection: Perspective on Learning Together. Innovation in Education And Teaching International. Taylor & Francis Ltd. 2004

26. Poernomo SD. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2007; 4:65-6.


(3)

65

28. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009

29. Departemen Kesehatan R.I. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta. 1982

30. Budiharto. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyuluhan kesehatan gigi masyarakat. Buku naskah KPPIKG VII – FKG UI Jakarta. 1980; 81-6

31. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001

32. Nasrul Effendy. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Buku Kedokteran. 1998

33. Effendy. Penyuluhan Kesehatan. Jakarta. 2003

34. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005

35. Diah Ratna Fitriastutik. Efektivitas booklet dan permainan tebak gambar dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas IV terhadap karies gigi di SD Negeri 01, 02, dan 03 Bandengan kecamatan Jepara kabupaten Jepara tahun ajaran 2009/2010. Skripsi: UNNES Semarang. 2010

36. Departemen Kesehatan. R. I Pengembangan Media Promosi Kesehatan Dalam Upaya Pemberdayaan Keluarga. Depkes RI. Jakarta. 2004

37. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2002

38. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2003; (2)

39. Muhajir Muin. Pengaruh Dental Health Education (DHE) terhadap penurunan plak gigi. Skripsi : FKG UNHAS. Makassar. 2011

40. David M. Roder, BDS, MPH, Brian A. Burt, BDSc, MPH, PhD. Evaluation of Dental Health Education in a School Dental Program. Journal of Public Health Dentistry. 1978

41. Green, Cornelia. A Dental Health Education Program for the Primary Level. Wis. S. Dent. Soc. J. 1971; (47): 3-10

42. Maddick, I. H., and Downton, David. Teach Yourself Dental Health. Internat. J. Health Education. 1970.


(4)

66

43. Roder, D. M., Sundrum, Palam, Boundy, Helen, and Inger, Mary. The Effect of a Pilot Dental Health Education Programme on High School Students. Australia Dental Journal. 1977; 22:6-10,

44. Short, A. G. Dental Health Education and the School Dental Nurse. Sch. Dent. Gaz. 1973; 33:5-7

45. Barmes, D. E. Features of Oral Health Care across Cultures. Internat. (Dent. J).1976; 26:353-68

46. Holst, Dorthe. Prevalence of Gingivitis among Children With and Without School Dental Service. Scand. J. Dent. Res. 1976; 84:150-7

47. H L Applewhite. Dental Health Education in the Schools. American Journal of Public Health and the Nation’s Health. September 1970; 60p: 1835-1838. 48. Agustina, Susanti. Mendongeng Sebagai Energi bagi Anak. Jakarta: Rumah

Ilmu Indonesia. 2008

49. Cameron, L. Teaching Languages to Young Learners. Cambridge University Press. 2011

50. Morgan, J & M. Rinvolucri. Once Upon a Time: Using Stories in the Language Classroom. Cambridge University Press. 1983

51. Burns, G.W. 101. Healing Stories: Using Methapors in Therapy. NewYork: John Willey & Sons. 2001

52. Pellowski, A. The World of Storytelling. New York: H.W. Wilson. 1990 53. Jean L. Mc. Kechnie. Ed. Webster’s New Twentieth Century Dictionary of The

English Language. USA: William Collins Publisher. 1980

54. Oliver, Serrat. Storytelling. United States of America: Reed Elsevier. 2008 55. Musthafa, Bachrudin. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan

Pengajaran. Jakarta: PT Cahaya Insan Sejahtera. 2008

56. Priyono, Kusumo. Terampil Mendongeng. Jakarta: PT Gramedia Widyasarana Indonesia. 2001

57. Bunanta, Murti. Buku, Dongeng, dan Minat Membaca, Jakarta: Pustaka Tangga. 2005

58. Hurlock, E.B. Child Development, Mc Graw Hill Book Company, New York, USA. 1993; p. 37


(5)

67

59. Dra. Kartini Kartono .Psikologi Anak Bandung: Penerbit Alumni. 1979

60. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1980

61. Thonthowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. 1991

62. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. 2007

63. Thobroni, M. & Mumtaz, F. Mendongkrak Kecerdasan Anak. Yogyakarta. Penerbit: Kata Hati. 2011

64. Santrock, J. W. Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 2002

65. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. 2004

66. Vembri Irawati. The differences in interest of children for change dental health behaviour after Dental Health Education with Irene’s Donut Method and Conventional Method in 7-8 years old children. Skripsi: FKIK UMY. Yogyakarta. 2013

67. Boltman, Angela. Children’s Storytelling Technologies: “Children’s

Storytelling Technologies: Differences in Ellaboration and Recall”. 2001 68. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: ECC; 2008.

69. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. P. 115-168

70. Bunna, A.T. Desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di kawasan lindung sungai lesan, berau, Kalimantan Timur. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan-IPB. Bogor. 2010

71. Parmin. Pengaruh penggunaan media model dan gambar terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari motivasi belajar siswa (Eksperimen pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus Panataran kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri). Surakarta: Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. 2009


(6)

68

72. Russell, BC, Torralba A, Murphy KP, Freeman WT. Labelme: a Database And Web-Based Tool for Image Annotation. 2005

73. Kusmiadi, A. dkk. Strategi pembelajaran PAUD melalui metode dongeng bagi pendidik PAUD. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF. 2008

74. Muhammad Abdul Latif. The Miracle of Story Telling. Jakarta: Zikrul Hakim. 2012

75. Sareb Putra, Masri. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: P.T Indeks. 2008

76. Siegel, Sidne. Non-Parametric Statistics for the Behavioral Sciences. New York: McGraw-Hill. 1956; P. 75–83

77. Firdausi, Wilda Wahyu. Perbedaan efektivitas metode penyuluhan kesehatan gigi dan mulut menggunakan dongeng (storytelling) dan bermain peran (role playing) pada anak usia 7 – 11 tahun. Tesis S1: UNEJ. Jember. 2013

78. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 2007

79. Patmonodewo, S. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008 80. Hartanti, Devi. Perbedaan pengaruh metode cerita dan poster terhadap

peningkatan pengetahuan siswa tentang cara perawatan gigi di PAUD Pertiwi dan Ardika Jaya Bekasi. Skripsi: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2016

81. Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011


Dokumen yang terkait

Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar

36 407 38

Efektifitas Metode Bermain Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas VI SD Islam An-Nizam

4 57 47

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MEDIA POWER POINT TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN

4 29 71

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MEDIA POWER POINT TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN

8 77 71

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MEDIA POWER POINT TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN (Kajian Pada SD Negeri Minomartani 1 Yogyakarta)

3 31 71

PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Perbedaan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawatan Karies Gigi Anak Di Wilayah

3 10 20

KEBERHASILAN PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MODIFIKASI METODE MAKATON DALAM MENINGKATKAN Keberhasilan Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Deng

2 6 12

KEBERHASILAN PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN MODIFIKASI METODE MAKATON DALAM MENINGKATKAN Keberhasilan Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Mo

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk 01Pertiwi Karangbangun Karanganyar.

0 1 17

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Pengetahuan dan Indeks Plak pada Pasien Scaling di Rumah Sakit Gigi dan Mulut "X".

2 5 20