Efektifitas Metode Bermain Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas VI SD Islam An-Nizam

(1)

EFEKTIFITAS METODE BERMAIN DALAM PENYULUHAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI

SD ISLAM AN-NIZAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

HAQQY MARDHIAH NIM : 060600034

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departeman Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Haqqy Mardhiah

Efektifitas metode bermain dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam.

ix+34 halaman.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan bermain. Penelitian ini secara khusus akan menguji efektifitas metode bermain dibandingkan metode ceramah dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam. Rancangan jenis penelitian adalah penelitian eksperimental dengan pre dan

post test grup design, untuk mengetahui perbedaan peningkatan skor pengetahuan

sebelum dan sesudah, serta sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada anak dengan melakukan pengisian kuesioner. Besar sampel yang diambil peneliti masing-masing 30 orang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan 30 orang dengan metode bermain sehingga total sampel 60 orang. Sampel diambil secara random dari empat kelas.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan baik metode ceramah maupun bermain ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa metode ceramah ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Hasil analisis statistik skor


(3)

pengetahuan pada metode ceramah sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari penyuluhan (67,78±10,24) menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,005) sedangkan pada metode bermain terlihat ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih memiliki retensi dalam mengingat apa yang diberikan pada saat penyuluhan.

Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada siswa yang diberikan penyuluhan pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi masing-masing (83,33% dan 90%) dan guru masing-masing (80% dan 76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama (76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya 13,33% pada kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak khususnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain lebih baik dan efektif dari pada metode ceramah. Oleh karena itu, disarankan agar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak dilakukan dengan metode bermain karena dengan bermain proses belajar lebih aktif dan menyenangkan sehingga cocok digunakan pada anak-anak.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Desember 2010

Pembimbing: Tanda tangan

Sondang Pintauli, drg., Ph.D ……….. NIP. 196407121989032001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 30 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., MKes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku Sekretaris Departemen dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan mengarahkan penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Cut Nurliza, drg., M.Kes selaku penasehat akademik yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.

5. Kepala Sekolah SD Islam An-Nizam yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.


(7)

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda Drs.H. Legimin Syukri dan ibunda Dra.Hj. Raihana Rasyid yang selalu mendorong, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis, juga kepada adik-adikku tercinta Haqqy Luthfita, Haqqy Mawaddah, M. Fathur Ridho dan M. Fathur Rizqy.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada kakanda Bob Irsan, S.Ked, adinda Ade, Firza, Dedek, Mourent, Mouna, Sari, Nila, Dewi, Devi, teman-teman angkatan 2006 yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dari awal sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang bergunakan bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2010 Penulis

Haqqy Mardhiah NIM. 060600034


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan anak Sekolah Dasar ... 5

2.2 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 7

2.2.1 Penyuluhan dengan Metode Ceramah ... 8

2.2.2 Penyuluhan dengan Metode Bermain ... 9

2.2.3 Perbedaan Bermain dan Permainan dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut... 9

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 12

3.2 Populasi dan Sampel ... 13

3.3 Variabel Penelitian ... 14

3.4 Definisi Operasional ... 14

3.5 Cara Melakukan Penelitian ... 15

3.6 Pengolahan Data ... 18

3.7 Analisis Data ... 18 BAB 4 HASIL PENELITIAN


(9)

Penyuluhan ... 20 4.2 Nilai Rata-rata Skor Pengetahuan Siswa Sesudah dan Setelah

10 Hari Penyuluhan ... 22 4.3 Sumber Informasi Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Siswa Kelompok Penyuluhan ... 23 BAB 5 PEMBAHASAN ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 30 6.2 Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan

dengan metode ceramah dan bermain……….. 20 2. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain……….. 21 3. Hasil uji selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain……….. 21 4. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain ………. 22 5. Hasil uji selisih rata-rata pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari

penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain………... 23 6. Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner efektifitas metode bermain dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas VI SD Islam An-Nizam.

2. Output analisis perhitungan statistik dengan uji T.

3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SD Islam An-Nizam.

4. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departeman Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Haqqy Mardhiah

Efektifitas metode bermain dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam.

ix+34 halaman.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan bermain. Penelitian ini secara khusus akan menguji efektifitas metode bermain dibandingkan metode ceramah dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam. Rancangan jenis penelitian adalah penelitian eksperimental dengan pre dan

post test grup design, untuk mengetahui perbedaan peningkatan skor pengetahuan

sebelum dan sesudah, serta sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada anak dengan melakukan pengisian kuesioner. Besar sampel yang diambil peneliti masing-masing 30 orang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan 30 orang dengan metode bermain sehingga total sampel 60 orang. Sampel diambil secara random dari empat kelas.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan baik metode ceramah maupun bermain ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa metode ceramah ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Hasil analisis statistik skor


(13)

pengetahuan pada metode ceramah sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari penyuluhan (67,78±10,24) menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,005) sedangkan pada metode bermain terlihat ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih memiliki retensi dalam mengingat apa yang diberikan pada saat penyuluhan.

Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada siswa yang diberikan penyuluhan pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi masing-masing (83,33% dan 90%) dan guru masing-masing (80% dan 76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama (76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya 13,33% pada kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak khususnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain lebih baik dan efektif dari pada metode ceramah. Oleh karena itu, disarankan agar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak dilakukan dengan metode bermain karena dengan bermain proses belajar lebih aktif dan menyenangkan sehingga cocok digunakan pada anak-anak.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.1 Menurut Rusli, pola penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak lebih berhasil jika dilakukan dengan berpedoman pada proses belajar dan bermain.2 Oleh karena itu, metode bermain dianggap lebih efektif dibandingkan metode ceramah.

Hasil penelitian Makuch membuktikan bahwa metode bermain dapat meningkatkan pengetahuan anak lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah.3 Penelitian yang dilakukan oleh Fuller pada anak-anak SD di Inggris, menunjukkan bahwa metode bermain telah menjadi pelopor kesehatan secara lisan dalam promosi kesehatan gigi dan mulut.4

Penelitian Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat, peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode bermain secara statistik ada perbedaan bermakna (p=0,0001). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain lebih baik daripada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah. 2

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusli, tetapi perbedaannya terletak pada permainan yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan


(15)

oleh Rusli tidak diketahui permainan yang dilakukan pada saat bermain sedangkan pada penelitian ini melakukan lima macam permainan mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan skor pengetahuan subjek penelitian.

Hal yang mendasari kegiatan penyuluhan dan pendidikan pada umumnya adalah proses belajar mengajar.5 Di dalam proses belajar mengajar seorang pendidik (penyuluh) harus dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang cocok dan relevan sesuai dengan kondisi setempat sehingga peneliti memilih metode ceramah dan bermain sebagai metode penyuluhan karena metode ceramah dan bermain inilah yang banyak digunakan pada anak-anak.2 Dilihat dari segi usia rentannya anak yang terkena penyakit, maka penyuluhan terutama ditujukan pada golongan yang rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu anak SD. Oleh karena usia 6-14 tahun merupakan usia transisi atau pergantian gigi desidui dengan gigi permanen (masa gigi bercampur). Di samping itu, anak SD kurang dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Dari latar belakang masalah di atas maka peneliti melakukan penelitian pada anak usia sekolah dasar untuk melihat efek penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI, karena menurut Gondhoyoewono secara psikologis anak kelas VI SD sudah dapat menerima suatu pengertian, realistis, kritis, sehingga diharapkan ada perubahan tingkah laku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah maupun bermain. 6 Tempat penelitian yang dipilih adalah SD Islam An-Nizam Medan karena lokasi


(16)

sekolah lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini. Selain itu, sekolah berada di daerah yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas sehingga diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan guru, orang tua dan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan antara metode ceramah dan bermain dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam?

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan umum :

Untuk mengetahui perbedaan efektifitas metode bermain dan ceramah sebelum, sesudah dan setelah 10 hari mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah dasar.

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah.

2. Untuk mengetahui rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode bermain.

3. Untuk mengetahui selisih rata-rata pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

4. Untuk mengetahui sumber informasi pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut.


(17)

1.3Hipotesis

Ada perbedaan skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum, sesudah dan setelah 10 hari mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam perencanaan UKGS dan pelayanan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di SD Islam An-Nizam.

BAB 2


(18)

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar

Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak.7 Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak.8

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada masa ini lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh.7

b. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Di samping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktifitas permainan olahraga yang bersifat formal seperti senam, berenang, dll.8


(19)

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.2

Pola perkembangan anak dibagi menjadi 4 tahapan; stadium sensorimotorik (0-18 atau 24 bulan), stadium praoperasional (1-7 tahun), stadium operasional konkrit (7-11 tahun ), stadium operasional formal (11-15 tahun atau lebih).9 Pemikiran anak usia sekolah dasar disebut stadium operasional konkret artinya aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau konkret.7

Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang konkret, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.8

d. Perkembangan psikososial

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikososial anak menjadi kompleks. Anak lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada


(20)

karakteristik eksternal dan dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, maupun memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.8

Masa usia anak sekolah adalah transisi dalam interaksi sosial yaitu terjadinya perubahan figur tokoh yang akan berpengaruh pada diri anak. Dalam hal ini tokoh ibu akan digantikan oleh tokoh guru. Menurut Suryosubroto, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk itu, di dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan kerja sama dengan guru. 5

2.2Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

Penyuluhan adalah proses belajar non formal kepada sekelompok masyarakat tertentu, sehingga pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut diharapkan terciptanya suatu pengertian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. 10 Penyuluhan mempunyai efek terhadap anak-anak yang disuluh sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif dan psikomotor.11

Penyuluhan memiliki beberapa metode, antara lain metode ceramah, diskusi, curah pendapat, panel, bermain, demonstrasi, simposium dan metode seminar.12 Menurut Budiharto, metode yang paling sering digunakan adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan metode bermain.13


(21)

Metode ceramah adalah suatu cara dalam penyuluhan untuk menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.12 Kelebihan metode ceramah:

a. Dapat dipakai pada orang dewasa maupun anak-anak. b. Seluruh materi tersampaikan dengan baik.

c. Dapat dipakai pada kelompok besar. d. Tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu.

e. Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau aktifitas.

Kekurangan metode ini adalah: a. Komunikasi satu arah.

b. Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik. c. Pembicara harus menguasai pokok pembicaraan.

d. Pembicara kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.

e. Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, kerena pembicara kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.

f. Pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengarnya. g. Daya ingatnya terbatas.

h. Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar.


(22)

Metode bermain adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.12 Kelebihan metode bermain adalah:

a. Peserta dapat langsung berperan di dalamnya. b. Proses menjadi lebih aktif.

c. Karena bersifat aktif, maka dapat membantu proses pengamatan, pengenalan dan ingatan.

d. Lebih menyenangkan dan menarik perhatian jika digunakan pada anak-anak.

e. Mendorong rasa kesatuan antara peserta. f. Mendapatkan hasil yang nyata.

Kekurangan metode ini adalah:

a. Melibatkan anggota tubuh sehingga menguras energi b. Melibatkan banyak alat bantu.

c. Mahal

d. Memerlukan ruangan yang cukup luas.

2.2.3 Perbedaan bermain dan permainan dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

Sudono mengemukakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Dengan bermain anak mampu mengembangkan potensi yang ada dalam


(23)

dirinya, anak-anak akan lebih senang dan menjadikan si anak lebih aktif.9 Belajar dengan bermain akan memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi serta mempraktekkannya.14

Bermain bukan saja mencerminkan tahap perkembangan kognitif anak itu sendiri. Saat anak bermain, anak-anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka mempraktekkan dan mengkonsolidasikan keterampilan baru yang diperoleh. Dengan bermain, keterampilan baru yang diperoleh melalui praktek tidak akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.9

Bermain tidak sama dengan permainan. Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak dengan menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya dibandingkan terlibat dalam aktifitas lain.7 Permainan mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak.9

Permainan memiliki beberapa fungsi. Ada tiga fungsi utama permainan, yaitu: a. Fungsi kognitif yaitu membantu perkembangan kognitif anak, menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Fungsi sosial yaitu meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam memerankan suatu peran, anak belajar dari peran-peran yang akan ia mainkan.

c. Fungsi emosi yaitu memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.


(24)

Bermain adalah produk dari bermain, mainan dan simulasi.15 Bermain digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, menggunakan kemampuan fisik dan mental guna mengatur selalu atau mengorganisasi pengalaman-pengalamannya.7 Dalam pendidikan, metode bermain diartikan sebagai sebuah interaksi tiga komponen yang juga dikombinasikan dengan diri anak sendiri, anak yang berperan didalamnya kemudian menyimpulkan serta mempelajari pengetahuan yang didapatnya.5

Permainan dapat dilakukan oleh semua kelompok umur, permainan mempengaruhi penampilan anak-anak di muka umum menjadi lebih nyaman, sebagai penolong dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.2 Permainan merupakan suatu alternatif dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah dasar.16 Penyuluhan yang merupakan suatu proses belajar akan lebih berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan jika dikombinasi dengan permainan karena proses belajar lebih aktif, dan lebih menyenangkan jika digabungkan dengan permainan. 17


(25)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pre and post test grup design. Dalam penelitian ini murid-murid dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok yang diberi penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan poster dan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode bermain.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi terdiri atas murid-murid kelas VI SD Islam An-Nizam yang berjumlah 161 orang.

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus : n = (Zα + Zβ

đ

2

Keterangan:

σ = Standard deviasi skor pengetahuan (dari penelitian Makuch A dan Rescke K 7,41)

Zα = Batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada α 5% adalah 1,96)

Zβ = Batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada β 95% adalah 1,64)


(26)

Maka:

n = (Zα + Zβ)σ đ

2

= (1,96 + 1,64) 7,41 5,0

2

= 28 orang

Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 28 orang. Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah masing-masing 30 orang anak yang di berikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan 30 orang anak diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain, sehingg total sampel menjadi 60 orang. Sampel berasal dari empat kelas, yaitu: kelas 6A, 6B, 6C, dan 6D yang diambil secara random.

3.3 Variabel penelitian

1. Variabel Perlakuan : penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan bermain.

2. Variabel tergantung : skor pengetahuan siswa.

3.4 Definisi Operasional

1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

A. Metode ceramah: menerangkan dan menjelaskan secara lisan tentang kesehatan gigi dan mulut sesuai materi penyuluhan.


(27)

Materi Penyuluhan: 1) Mulut dan gigi

a. Bagian mulut: gigi (seri, taring, geraham depan dan belakang), lidah, gusi, palatum dan bibir.

b. Bagian gigi: mahkota, leher, akar, email, dentin dan pulpa. c. Fungsi gigi.

2) Makanan yang baik bagi kesehatan gigi (makanan yang berserat dan berair) dan makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi (makanan yang manis dan lengket)

3) Proses terjadinya karies 4) Pemeliharaan gigi

a. Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari.

b. Memakan makanan yang berserat dan berair dan mengurangi makanan yang manis dan lengket.

c. Berkumur setelah makan makanan yang manis dan lengket. d. Menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride. e. Memeriksakan gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi.

f. Tidak menggunakan sikat gigi yang sama dengan orang lain. 5) Cara menyikat gigi dengan benar

B. Metode bermain: melakukan permainan yang telah disesuaikan dengan materi penyuluhan pada 5 pos yang disediakan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh kelompok anak untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.


(28)

3.5 Cara melakukan penelitian

1. Murid-murid SD Islam An-Nizam kelas VI dibagi secara random dari daftar absen siswa menjadi dua kelompok dengan mengelompokkan bilangan ganjil sebagai anggota kelompok I dan bilangan genap sebagai anggota kelompok II. Kepada masing-masing kelompok diberikan kuesioner sebanyak 3 kali yaitu sebelum, sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan.

10 hari

Kelompok I : O1 (X1) O2 O3

Kelompok II : O4 (X2) O5 O6 10 hari

Keterangan:

O1 dan O4 : Kuesioner pertama (sebelum penyuluhan) O2 dan O5 : Kuesioner kedua (setelah penyuluhan)

O3 dan O6 : Kuesioner ketiga (10 hari setelah penyuluhan) (X1) : Penyuluhan dengan metode ceramah

(X2) : Penyuluhan dengan metode bermain

2. Kelompok I diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah menggunakan media presentasi berupa poster oleh penyuluh yaitu peneliti sendiri di Aula SD Islam An-Nizam. Kelompok II diberikan penyuluhan


(29)

kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain. Penyuluhan diberikan masing-masing selama kurang lebih 30 menit.

Cara melakukan permainan:

Permainan dilakukan di dalam Aula SD Islam An-Nizam yang dibagi atas 5 pos. Kemudian 30 orang peserta diberikan pengarahan tentang permainan yang akan dilakukan.

Pos I dan II

a) Setiap peserta diinstruksikan untuk mengambil satu kartu bergambar makanan secara acak yang terdapat di dalam sebuah kotak berisi gambar berbagai jenis makanan yang telah disediakan.

b) Penyuluh menginstruksikan peserta menuju pos I (makanan yang baik bagi kesehatan gigi) dan pos II (makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi) sesuai dengan kartu bergambar yang dimilikinya.

c) Pada masing-masing pos terdapat satu orang penjaga sebagai penuntun peserta apakah peserta telah berada pada pos yang benar sesuai dengan kartunya atau tidak.

d) Permainan dilakukan kurang lebih 5 menit.

Setelah peserta selesai melakukan permainan pada pos I dan II, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 10 orang dan harus melakukan melakukan permainan pada pos III, IV dan V secara bergantian dengan kisaran waktu ± 8 menit untuk satu permainan.


(30)

Pos III

a) Pada pos III, kelompok diberikan tugas untuk menjawab pertanyaan (bagian mulut, bagian dan fungsi gigi) dengan alat tulis yang telah disediakan penjaga pos.

b) Setiap anak mendapatkan satu kali kesempatan untuk melihat gambar bagian mulut, bagian dan fungsi gigi yang terdapat di meja penyuluh.

c) Setiap anak harus menghapal dan mengingat gambar bagian mulut, bagian dan fungsi gigi agar dapat menjawab pertanyaan.

Pos IV

a) Pada pos IV, kelompok diinstruksikan untuk menyusun puzzle tentang proses terjadinya karies dan cara menyikat gigi yang benar.

b) Setelah selesai menyusun puzzle maka kelompok tersebut harus mengingat dan menghapal pesan yang terdapat pada puzzle.

Pos V

a) Pada pos V, disediakan kotak berisi berbagai macam gambar cara pemeliharaan gigi yaitu menyikat gigi yang teratur (setelah sarapan dan sebelum tidur malam), memakan makanan yang berserat dan berair, mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, mengurangi minum minuman bersoda, menggunakan pasta gigi berflouride, periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali, tidak menukar sikat gigi dengan milik orang lain dan mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.

b) Kelompok diinstruksikan untuk mengambil dan menempelkan cara pemeliharaan gigi pada kertas karton serta menyebutkannya kepada penjaga pos.


(31)

3.6 Pengolahan data

Semua isian dalam kuesioner diedit dan diperiksa kembali apakah isian telah dijawab semua. Pengolahan dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan dengan menggunakan kartu kode menurut tujuan penelitian. Penilaian yang diberikan sesuai dengan jumlah jawaban yang benar. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 18 pertanyaan sehingga nilai tertinggi adalah 100 apabila semua pertanyaan dijawab dengan benar dan nilai terendah adalah 0 apabila tidak ada pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar. Skor pengetahuan yang diperoleh dihitung sebagai berikut:

Jumlah jawaban yang benar

Skor Pengetahuan = x 100

Jumlah soal

3.7 Analisis data

a. Menghitung rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan bermain.

b. Analisis Uji T

1. Uji T berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.


(32)

2. Uji T tidak berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

c) Rata-rata skor pengetahuan murid setelah 10 hari dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.


(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok ceramah adalah 51,11±5,94 dan kelompok bermain adalah 49,99±5,86. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05)(Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Nilai rata-rata skor pengetahuan pada kelompok ceramah dan bermain bila dibandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)( Tabel 2).

Kelompok N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Ceramah 30 51,11 ± 5,94

0,745 58 0,511 Bermain 30 49,99 ± 5,86


(34)

Tabel 2. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Kelompok Ceramah Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan

30 30

51,11 ± 5,94 66,67 ± 9,77

4,978 29 0,000

Kelompok Bermain Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan

30 30

49,99 ± 5,86 76,85 ± 7,29

5,733 29 0,000

Pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami peningkatan sebesar 15,56 dan kelompok bermain sebesar 26,86. Hasil ini menunjukkan ada peningkatan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain (p<0,001)(Tabel 3).

Tabel 3. Hail uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

4.2. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah masing-masing adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Nilai rata-rata skor

Kelompok N Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

Hasil uji statistik

df p

Ceramah 30 15,56

58 0,000


(35)

pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)(Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Kelompok ceramah Sesudah penyuluhan Setelah 10 hari penyuluhan

30 30

66,67 ± 9,77 67,78 ± 10,24

1,643 29 0,056

Kelompok bermain Sesudah penyuluhan Setelah 10 hari penyuluhan

30 30

76,85±7,29 80,18±6,78

3,236 29 0,000

Pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami peningkatan sebesar 1,11 dan kelompok bermain sebesar 3,33. Bila dibandingkan nilai selisih rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain secara statistik terlihat ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)(Tabel 5).

Tabel 5. Hasil uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Kelompok N Selisih rata-rata sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

Hasil uji statistik

df p

Ceramah 30 1,11

58 0,000


(36)

4.3 Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum siswa baik pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi (83,33%, 90%) dan guru (80%,76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama (76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya sedikit yaitu 13,33% pada kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain (Tabel 6).

Tabel 6. Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

No Sumber Informasi Pengetahuan Kesehatan Gigi

dan Mulut

Kelompok ceramah Kelompok bermain Jumlah (%) Jumlah (%)

1 Orang tua 23 76,67 23 76,67

2 Guru 24 80 23 76,67

3 Buku pelajaran 20 66,67 20 66,67

4 Majalah 16 53,33 16 53,33

5 Televisi 25 83,33 27 90

6 Radio 15 50 11 36,67

7 Dokter gigi 4 13,33 5 16,67


(37)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam menunjukkan rata-rata skor pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain adalah 51,11±5,94 dan 49,99±5,86, secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat pengetahuan yang sama. 5

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah naik sebesar 15,56 menjadi 66,67±9,77 dan bermain naik sebesar 26,86 menjadi 76,85±7,29. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah maupun bermain memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih baik dari metode ceramah (p=0,0001).2

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24, dan secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.18 Sedangkan nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78, dan secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan


(38)

dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Menurut Sudono, dengan bermain keterampilan baru yang diperoleh melalui praktek tidak akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.9

Rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini disebabkan karena terdapat gangguan-gangguan validitas dalam dan luar. 19 Gangguan validitas dalam meliputi faktor maturasi (makin lelah, lapar, makin trampil dan sebagainya), faktor (pre dan post test), faktor instrumentasi (kuesioner). Sedangkan gangguan validitas luar meliputi Interaksi uji awal (kenaikan kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan kepadanya), dan faktor perlakuan ganda (subjek diberikan perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan mempengaruhi perlakuan berikutnya).

Selain gangguan-gangguan validitas di atas perbedaan yang bermakna terjadi karena pada saat penyuluhan dengan metode ceramah terjadi komunikasi satu arah saja sehingga materi yang disampaikan tidak begitu dipahami oleh siswa, cenderung membosankan sehingga perhatian siswa berkurang dan siswa lebih bersikap pasif sehingga pembicara kurang mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa menguasai bahan ceramah.20 Sedangkan pada penyuluhan dengan bermain suasana terlihat lebih aktif dan menyenangkan sehingga materi yang disampaikan lebih mengena diingatan siswa.12

Sumber informasi kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain paling banyak berasal dari televisi yaitu 83,33% dan 90%. Hal ini menunjukkan bahwa televisi memiliki peranan yang besar terhadap ingatan siswa.


(39)

Menurut Mimpsy, kehadiran televisi dapat memberikan pengetahuan namun sekaligus berdampak negatif dalam proses perkembangan anak, baik fisik, psikis, maupun sosial.21

Sumber informasi terbanyak selanjutnya berasal dari guru 80% pada kelompok ceramah dan 76,67% pada kelompok bermain. Menurut Suryosubroto bahwa efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang diajarkan guru itu, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.Oleh karena itu, guru memiliki peran yang besar dalam membantu siswa memperoleh informasi tentang kesehatan gigi dan mulut. 5

Peran orang tua bagi anak-anaknya adalah membantu anak berhasil dalam hidupnya kelak, mengajari anak membentuk konsep diri dimana konsep diri mempengaruhi prestasi akademik anak.22 Peran tersebut terlihat dari persentase sumber informasi dari orang tua sebesar 76,67% pada kelompok ceramah dan bermain.

Sumber informasi dari dokter gigi sedikit sekali berperan, pada kelompok cermah 13,33% dan bermain 16,67%. Peran dokter gigi sangat diharapkan dalam meningkatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak, sehingga anak mampu memelihara kesehatan giginya sendiri.21

Sumber informasi yang diperoleh siswa juga berperan besar dalam meningkatkan pengetahuan. Semakin banyak informasi tentang kesehatan gigi yang diperoleh siswa maka semakin baik tingkat pengetahuannya.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Rata-rata skor pengetahuan sebelum (51,11±5,94) dan sesudah (66,67±9,77) dengan menggunakan metode ceramah dan sebelum (49,99±5,86) dan sesudah (76,85±7,29) dengan menggunakan metode bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membukt ikan bahwa metode ceramah ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah adalah 15,56 dan bermain adalah 26,86. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).

3. Rata-rata skor pengetahuan sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari (67,78±10,24) penyuluhan dengan metode ceramah menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah (76,85±7,29) dan setelah 10 hari (80,18±6,78) penyuluhan pada kelompok bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.


(41)

4. Selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah adalah 1,11 dan bermain 3,33. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).

5. Sumber informasi siswa yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain umumnya banyak berasal dari televisi sedangkan sumber informasi dari dokter gigi sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak khususnya.

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar penyuluhan pada anak-anak lebih baik dilakukan dengan metode bermain daripada metode ceramah karena dengan bermain proses belajar lebih aktif, dan lebih menyenangkan sehingga cocok digunakan pada anak-anak. Selain itu diharapkan adanya dukungan dari pihak sekolah dengan membuat program penyuluhan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah sehingga dokter gigi dapat berperan aktif dalam mengedukasi dan mengontrol kesehatan gigi dan mulut para siswa dan akhirnya menimbulkan kebiasaan yang baik dalam merawat kesehatan gigi dan mulutnya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5.

2. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut ( the effect of role playing method to dental health education ). Fakultas Kedokteran Gigi UI. 2003.

3. Makuch A, Recshke K. Playing games in promoting childhood dental health. Patient Education and Counseling 43.2001;105-110.

4. Fuller SS. The development of national oral health promotion programme for

preschool children in England. Int Dent J 2001;51:334-8.

5. Suryosubroto B. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002: 11.

6. Gondhoyoewono T. Pendekatan psikologi dan Ilmu Pendidikan dalam Teknik

Penyuluhan bagi Kaum Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Keluarga. Majalah

Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1993:(6):699-705.

7. Desmita. Psikologi perkembangan. Pengantar Prof. Dr. H. Samsunuwiyati Mar’at, S.Psi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung 2005:153-157,181,187-188.

8. Global. Perkembangan anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,

Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial). 26 Januari 2010.


(43)

9. Sudono A. Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT Grasindo. 2000: 1-3,7.

10.Departemen Kesehatan RI. Upaya Kesehatan Gigi Masyrakat (UKGM). Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. Jakarta:1999:4-17.

11.Gondhoyoewono T. Peranan psikologi dan komunikasi pada program kese

hatan gigi dan mulut. Majalah Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1997:5:27-37.

12.Djay. Penyuluhan Kesehatan. 25 Januari 2010.http://djayblogspot.blogspot. com/2010/01/penyuluhan -kesehatan.html.

13.Budiharto. Pendidikan Kesehatan Gig. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi UI;1998.1-45.

26 Januari 2010.

14.Sugianto M. Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Departemen Pendi dikan dan Kebudayaan. 1995.

15.McSharry G, Sam J. Role playing in science teaching and learning. School Science Review, September 2000,82(298).Hlm.73-81.

16.Lorinda B dkk. Interviewing children about real and events: revisiting the narrative elaboration procedure. USA:Whittier Collage. 2001.

17.Good TL, Jere EB. Educational psychology a realistic approach, Ed. Ke-4. New York: LongMan: 1990:206-32.

18.Pasaribu Horbert ER. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah

Tanya Jawab dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku Kecacingan dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris Lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar.


(44)

19.Natamiharja L. Bahan Ajar Metodologi Penelitian.Medan : Departemen ilmu Kedokterann Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU,2006:150-51.

20.Dasuki. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam

Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak Di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

21.Mimpsy. Dampak Menonton Televisi.. 13 Januari 2009. http://mimpsy. blog.friendster.com/2009/01/dampak-menonton-televisi/

22.Riyanti E, Risti S. Upaya Peningkatan Gigi dan Mulut Melalui Perubahan

Perilaku Anak (Improving of The Oral and Dental Health by Changing Behaviour). Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran 2009.

.19 Desember 2010.

23.Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan : USU Press,2008:4-24.

24.Rachmat, Sunarto. Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact, 2007: 25-26, 32.


(45)

Lampiran 1

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EFEKTIFITAS METODE BERMAIN DALAM PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI SD ISLAM AN-NIZAM

Nama : ……… No. Kartu :

Kelas : ……… Nama pemeriksa : ...

PILIH JAWABAN YANG MENURUT ANDA PALING BENAR

1. Bagian-bagian dari mulut?

a. Gigi, lidah, langit-langit(palatum), mata dan bibir 1 b. Gigi, gusi, lidah, langit-langit(palatum) dan bibir

c. Gigi, gusi, pipi, bibir dan langit-langit (palatum) d. Tidak tahu

2. Bagian-bagian dari gigi?

a. Mahkota, akar gigi, leher gigi, email, dentin, dan pulpa 2 b. Mahkota, akar gigi, cabang gigi, dan pulpa

c. Mahkota, email, dentin, dan cabang gigi d. Tidak tahu

3. Jenis gigi lengkap?

a. Gigi seri, taring, dan geraham depan

b. Gigi seri, taring, geraham depan dan belakang 3 c. Gigi taring, geraham belakang dan seri

d. Tidak tahu 4. Fungsi gigi seri ?

a. Memotong makanan 4 b. Mencabik makanan

c. Menghancurkan dan menghaluskan makanan d. Tidak tahu

5. Fungsi gigi taring? a. Memotong makanan

b. Mencabik makanan 5 c. Menghaluskan makanan hingga halus

d. Tidak tahu

6. Fungsi gigi geraham depan dan geraham belakang ?

a. Memotong makanan 6 b. Mencabik makanan

c. Menghaluskan dan meghancurkan makanan d. Tidak tahu

7. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang?

a. Wortel, jagung, bengkuang, apel, biskuit, minuman soda

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 7 c. Kue tar, cokelat, permen, es krim , biskuit, minuman bersoda

d. Tidak tahu

8. Makanan yang baik untuk kesehatan gigi?

a. Wortel, jagung, keju, kacang-kacangan, bengkuang, apel

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 8 c. Kue tar, cokelat, permen, kacang-kacangan

d. Tidak tahu

9. Proses terjadinya gigi berlubang? (Urutkan dari awal hingga akhir) a. Penimbunan plak makan makanan yang manis dan lengket


(46)

asam  gigi berlubang 9 b. Email menjadi larut dalam asam  makan makanan yang manis dan

lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam

 gigi berlubang

c. Makan makan yang manis dan lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam  email menjadi larut dalam asam

 gigi berlubang d. Tidak tahu

10. Apakah penyebab gigi berlubang? a. Ulat di gigi

b. Mulut bau 10 c. Plak

d. Tidak tahu

11. Apakah yang harus dilakukan setelah makan atau minum manis? a. Berkumur-kumur dengan air putih

b. Berkumur-kumur dengan air gula 11 c. Menyikat gigi lalu makan dan minum yang manis lagi

d. Tidak tahu

12. Kapan sebaiknya pergi kedokter gigi untuk memeriksakan gigi?

a. 6 bulan sekali 12 b. 1 tahun sekali

c. Pada saat gigi sakit d. Tidak tahu

13. Kapan sebaiknya kita mengganti sikat gigi? a. 2-3 bulan sekali

b. 6 bulan sekali 13 c. Jika sikat sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi

14. Kapan saja seharusnya menyikat gigi?

a. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam

b. Pada saat mandi pagi dan sebelum tidur malam 14 c. Pada saat mandi pagi dan sore

d. Tidak tahu

15. Bagaimana cara menyikat gigi?

a. Memutar bulat-bulat 15 b. Maju mundur

c. Zig zag d. Tidak tahu

16. Bagaimana sikat gigi yang baik bagi kesehatan gigi?

a. Satu sikat gigi untuk satu orang 16 b. Satu sikat gigi untuk dua orang

c. Satu sikat gigi untuk tiga orang d. Tidak tahu

17. Bagaimana sikat gigi yang baik bagi anak-anak?

a. Sama dengan punya orang dewasa 17 b. Ukuran anak-anak

c. Yang bentuknya lucu dan digemari anak d. Tidak tahu

18. Bagaimana pasta gigi yang baik bagi kesehatan gigi?

a. Pasta gigi rasa strawberry 18 b. Pasta gigi yang mengandung flouride

c. Pasta gigi yang manis dan bisa ditelan d. Tidak tahu

19. Jelaskan darimana saja adik mendapatkan informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Orang Tua b. Guru

c. Buku pelajaran

d. Majalah 19

e. Televisi f. Radio


(47)

g. Lainnya sebutkan………... ………...

20. Skor = Jumlah jawaban yang benar Jumlah soal


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5.

2.

Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut ( the effect of role playing method to dental health

education ). Fakultas Kedokteran Gigi UI. 2003.

3.

Makuch A, Recshke K. Playing games in promoting childhood dental health.

Patient Education and Counseling 43.2001;105-110.

4.

Fuller SS. The development of national oral health promotion programme for

preschool children in England. Int Dent J 2001;51:334-8.

5.

Suryosubroto B. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. 2002: 11.

6.

Gondhoyoewono T. Pendekatan psikologi dan Ilmu Pendidikan dalam Teknik

Penyuluhan bagi Kaum Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Keluarga. Majalah

Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1993:(6):699-705.

7.

Desmita. Psikologi perkembangan. Pengantar Prof. Dr. H. Samsunuwiyati

Mar’at, S.Psi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung

2005:153-157,181,187-188.

8.

Global. Perkembangan anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,

Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial). 26 Januari 2010.


(2)

9.

Sudono A. Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT Grasindo. 2000:

1-3,7.

10. Departemen Kesehatan RI. Upaya Kesehatan Gigi Masyrakat (UKGM).

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat

Kesehatan Gigi. Jakarta:1999:4-17.

11. Gondhoyoewono T. Peranan psikologi dan komunikasi pada program kese

hatan gigi dan mulut. Majalah Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1997:5:27-37.

12. Djay. Penyuluhan Kesehatan. 25 Januari 2010.http://djayblogspot.blogspot.

com/2010/01/penyuluhan -kesehatan.html.

13. Budiharto. Pendidikan Kesehatan Gig. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Gigi

Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi UI;1998.1-45.

26 Januari 2010.

14. Sugianto M. Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Departemen Pendi

dikan dan Kebudayaan. 1995.

15. McSharry G, Sam J. Role playing in science teaching and learning. School

Science Review, September 2000,82(298).Hlm.73-81.

16. Lorinda B dkk. Interviewing children about real and events: revisiting the

narrative elaboration procedure. USA:Whittier Collage. 2001.

17. Good TL, Jere EB. Educational psychology a realistic approach, Ed. Ke-4.

New York: LongMan: 1990:206-32.

18. Pasaribu Horbert ER. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah

Tanya Jawab dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku Kecacingan

dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris Lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar.


(3)

19. Natamiharja L. Bahan Ajar Metodologi Penelitian.Medan : Departemen ilmu

Kedokterann Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG

USU,2006:150-51.

20. Dasuki. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam

Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak Di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta

Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

21. Mimpsy. Dampak Menonton Televisi.. 13 Januari 2009.

http://mimpsy.

blog.friendster.com/2009/01/dampak-menonton-televisi/

22. Riyanti E, Risti S. Upaya Peningkatan Gigi dan Mulut Melalui Perubahan

Perilaku Anak (Improving of The Oral and Dental Health by Changing

Behaviour). Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran 2009.

.19 Desember 2010.

23. Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan : USU

Press,2008:4-24.

24. Rachmat, Sunarto. Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta:

Ganeca Exact, 2007: 25-26, 32.


(4)

Lampiran 1

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EFEKTIFITAS METODE BERMAIN DALAM PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

PADA SISWA KELAS VI SD ISLAM AN-NIZAM

Nama

: ………

No. Kartu

:

Kelas

: ………

Nama pemeriksa : ...

PILIH JAWABAN YANG MENURUT ANDA PALING BENAR 1. Bagian-bagian dari mulut?

a. Gigi, lidah, langit-langit(palatum), mata dan bibir 1 b. Gigi, gusi, lidah, langit-langit(palatum) dan bibir

c. Gigi, gusi, pipi, bibir dan langit-langit (palatum) d. Tidak tahu

2. Bagian-bagian dari gigi?

a. Mahkota, akar gigi, leher gigi, email, dentin, dan pulpa 2 b. Mahkota, akar gigi, cabang gigi, dan pulpa

c. Mahkota, email, dentin, dan cabang gigi d. Tidak tahu

3. Jenis gigi lengkap?

a. Gigi seri, taring, dan geraham depan

b. Gigi seri, taring, geraham depan dan belakang 3 c. Gigi taring, geraham belakang dan seri

d. Tidak tahu 4. Fungsi gigi seri ?

a. Memotong makanan 4 b. Mencabik makanan

c. Menghancurkan dan menghaluskan makanan d. Tidak tahu

5. Fungsi gigi taring? a. Memotong makanan

b. Mencabik makanan 5 c. Menghaluskan makanan hingga halus

d. Tidak tahu

6. Fungsi gigi geraham depan dan geraham belakang ?

a. Memotong makanan 6 b. Mencabik makanan

c. Menghaluskan dan meghancurkan makanan d. Tidak tahu

7. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang?

a. Wortel, jagung, bengkuang, apel, biskuit, minuman soda

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 7 c. Kue tar, cokelat, permen, es krim , biskuit, minuman bersoda

d. Tidak tahu

8. Makanan yang baik untuk kesehatan gigi?

a. Wortel, jagung, keju, kacang-kacangan, bengkuang, apel

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 8 c. Kue tar, cokelat, permen, kacang-kacangan

d. Tidak tahu

9. Proses terjadinya gigi berlubang? (Urutkan dari awal hingga akhir) a. Penimbunan plak makan makanan yang manis dan lengket


(5)

asam  gigi berlubang 9 b. Email menjadi larut dalam asam  makan makanan yang manis dan

lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam

 gigi berlubang

c. Makan makan yang manis dan lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam  email menjadi larut dalam asam

 gigi berlubang d. Tidak tahu

10. Apakah penyebab gigi berlubang? a. Ulat di gigi

b. Mulut bau 10 c. Plak

d. Tidak tahu

11. Apakah yang harus dilakukan setelah makan atau minum manis? a. Berkumur-kumur dengan air putih

b. Berkumur-kumur dengan air gula 11 c. Menyikat gigi lalu makan dan minum yang manis lagi

d. Tidak tahu

12. Kapan sebaiknya pergi kedokter gigi untuk memeriksakan gigi?

a. 6 bulan sekali 12 b. 1 tahun sekali

c. Pada saat gigi sakit d. Tidak tahu

13. Kapan sebaiknya kita mengganti sikat gigi? a. 2-3 bulan sekali

b. 6 bulan sekali 13 c. Jika sikat sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi

14. Kapan saja seharusnya menyikat gigi?

a. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam

b. Pada saat mandi pagi dan sebelum tidur malam 14 c. Pada saat mandi pagi dan sore

d. Tidak tahu

15. Bagaimana cara menyikat gigi?

a. Memutar bulat-bulat 15 b. Maju mundur

c. Zig zag d. Tidak tahu

16. Bagaimana sikat gigi yang baik bagi kesehatan gigi?

a. Satu sikat gigi untuk satu orang 16

b. Satu sikat gigi untuk dua orang c. Satu sikat gigi untuk tiga orang d. Tidak tahu

17. Bagaimana sikat gigi yang baik bagi anak-anak?

a. Sama dengan punya orang dewasa 17 b. Ukuran anak-anak

c. Yang bentuknya lucu dan digemari anak d. Tidak tahu

18. Bagaimana pasta gigi yang baik bagi kesehatan gigi?

a. Pasta gigi rasa strawberry 18

b. Pasta gigi yang mengandung flouride c. Pasta gigi yang manis dan bisa ditelan d. Tidak tahu

19. Jelaskan darimana saja adik mendapatkan informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Orang Tua b. Guru

c. Buku pelajaran

d. Majalah 19

e. Televisi f. Radio


(6)

g. Lainnya sebutkan………... ………...

20. Skor = Jumlah jawaban yang benar Jumlah soal