WAWANCARA SISWA-SISWI SMK 11 BANDUNG DAN SMA LABSCHOOL UPI TERKAIT GURU YANG EFEKTIFPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN.

(1)

No : 002/S/PGSD/8/JAN/2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV

SD Islam Al Amanah Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Dedeh Datih Munajah 0810439

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

No : 002/S/PGSD/JAN/2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV

SD Islam Al Amanah Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Dedeh Datih Munajah 0810439

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

JUDUL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN

OLEH :

DEDEH DATIH MUNAJAH 0810439

DISETUJUI PEMBIMBING I

Drs. H. SUFYANI PRABAWANTO, M.Ed NIP. 196008301986031003

DISETUJUI PEMBIMBING II

Dr. ERNAWULAN SYAODIH, M. Pd NIP. 19651001199802001

MENGETAHUI KETUA PRODI PGSD

Drs. DEDE SOMARYA, M.Pd NIP. 195803051984031002


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN“ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Bandung, Desember 2012 Yang membuat pernyataan


(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PENYEDERHANAAN BENTUK BILANGAN PECAHAN

DEDEH DATIH MUNAJAH 0810439

ABSTRAK

Kenyataan umum yang dapat dijumpai di sekolah, khususnya SD Islam Al Amanah, khususnya kelas IV menunjukkan bahwa sebagian besar pengajaran matematika diberikan secara klasikal melalui metode ceramah tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang tersedia. Guru masih menempatkan siswa sebagai pendengar ceramah yang disampaikan di dalam kelas, guru bertindak sebagai pusat informasi. Guru menyampaikan materi, rumus-rumus dan cara-cara untuk meyelesaikan soal-soal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru, membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran sehingga tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru, yang akan mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa akan konsep penyederhanaan bilangan pecahan di kelas IV SD Islam Al Amanah, serta masih terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM 65. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi siswa, maka penulis mengambil judul skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Penyederhanaan Bentuk Bilangan Pecahan. Adapun tujuan pembuatan skripsi ini yaitu (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah. (2) Mengungkap aktivitas siswa dalam pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan sesudah menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah. (3) Mengetahui sejauh mana model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep penyederhanaan bilangan pecahan di kelas kelas IV SD Islam Al Amanah. Selama pelaksanaan tindakan dari siklus pertama sampai siklus ketiga menunjukan hasil yang signifikan dimana Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep penyederhanaan bilangan pecahan di kelas IV SD Islam Al Amanah. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa secara konsisten. Iklim kelas menjadi kondusif sehingga tidak hanya keterampilan mengemukakan pendapat, kerjasama dalam kelompok, menghargai orang lain, keterampilan bertanya dan menjawab yang berkembang tetapi siswa memiliki antusias belajar matematika yang tinggi.


(6)

CONTEXTUAL LEARNING MODEL APPLICATION TO IMPROVE UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF SIMPLIFYING FRACTIONS

DEDEH DATIH MUNAJAH 0810439

ABSTRACT

General fact that can be found in schools, especially the primary Al Amanah Islamic, especially class IV shows that most teaching is given in the classical mathematics through a lecture without much notice the possibility of applying different methods according to the type of material, materials and tools available. Teachers still puts students in the audience lectures delivered in the classroom, teachers act as information centers. Teachers submit material, formulas and ways to settle problems without providing an opportunity for students to engage in learning activities. As a result, students are less willing to follow the lessons taught by the teacher, making students feel bored and not interested in taking lessons so there is no motivation from inside himself to try to understand what is being taught by the teacher, which will affect students' understanding of concepts. That's what causes low student understanding of the concept of simplification fractions in fourth grade Al Amanah Islam, and there are students who value under KKM 65. If the problem can not be resolved then it will be bad for students, the authors take the title of thesis: Application of Contextual Learning Model to Improve Understanding of Concepts About Simplifying Numbers Form Denomination. The purpose of making this thesis are (1) Describe the process of learning mathematics using contextual learning model in the fourth grade Al Amanah Islamic. (2) Revealing the activities of students in learning fractions after simplification using contextual learning model in the fourth grade Al Amanah Islamic. (3) the extent to which contextual learning model can improve the understanding of the concept of simplifying fractions in fourth grade class Al Amanah Islamic. During the implementation of the action from the first cycle to third cycle showed significant results in which the application of Contextual Learning Model simplification can improve the understanding of the concept of fractions in grade fourth grade Al Amanah Islamic. It can be seen from the increasing student learning outcomes consistently. A classroom climate that is conducive not only the skills of expression, cooperation within the group, respect for others, asking and answering skills are developing but the students have a high enthusiasm to learn mathematics.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Penyederhanaan Bentuk Bilangan Pecahan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Meski dengan langkah tertatih dan hampir tak kunjung usai, anugrah dan kemurahan-Nya melapangkan jalan yang dilalui, melalui bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya ingin penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Dede Somarya, M.Pd selaku ketua Prodi PGSD UPI

2. Bapak Drs. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed. Selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuknya yang sangat berguna dan berharga, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga Alloh membalas semua kebaikan yang berlipat ganda. Amin.

3. Ibu Dr. Hj. Ernawulan Syaodih M.Pd. Selaku pembimbing II yang dengan keikhlasannya telah memberikan arahan dan bimbingan serta saran yang berharga sehingga terselesaikan skripsi ini. Semoga Alloh SWT memberi rahmat kepada ibu sekeluarga. Amiin.


(8)

4. Ibu dan Bapak Dosen PGSD UPI Kampus Bumi Siliwangi yang telah memberkan arahan dan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan, sehingga dengan bekal ilmu yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya. Mudah-mudahan segala amal baiknya mendapat balasan yang sempurna Amin.

5. Bapak Didin Salahudin, S.Ag. Selaku Kepala SD Islam Al Amanah yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis. Mudah-mudahan segala amal baiknya dilipatgandakan oleh Alloh SWT. Amiin. 6. Siswa-siswi kelas IV SD Islam Al Amanah sebagai subjek dalam penelitian. 7. Suami, anak serta seluruh keluarga yang dengan begitu tulus telah

memberikan dukungan moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa Program S 1 Dual Modes PGSD UPI Kampus Bumi

Siliwangi Kelas Matematika Angkatan 2008/2012 yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca, agar bisa lebih baik lagi dalam pembuatan skripsi yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, Desember 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Hipotesis Tindakan ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Penjelas Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 9

B. Prinsip Pendekatan Kontekstual ... 14

C. Pemahaman Konsep ... 21


(10)

E. Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika di

Sekolah Dasar ... 24

F. Pecahan ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Model Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 DAFTAR LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus I ... 47

Tabel 4.2 Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.3 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus II ... 55

Tabel 4.4 Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 56

Tabel 4.5 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus III ... 61

Tabel 4.6 Nilai Evaluasi Siswa Siklus III ... 62

Tabel 4.7 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus I, II, dan III ... 64


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis dan Mc.


(13)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 : Nilai Rata-Rata Hasil Kerja Kelompok Siswa Siklus I, II

Dan Siklus III ... 64 Grafik 4.2 : Nilai Evaluasi Siswa Siklus I, II Dan Siklus III ... 66


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : SIKLUS I

1. RPP 2. Kisi-kisi

3. Lembar Evaluasi 4. Lembar Kerja Siswa 5. Analisis Hasil Evaluasi 6. Validasi Tes

7. Lembar Observasi Kegiatan Guru 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Lampiran B : SIKLUS II

1. RPP 2. Kisi-kisi

3. Lembar Evaluasi 4. Lembar Kerja Siswa

5. Lembar Observasi Kegiatan Guru 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa


(15)

Lampiran C : SIKLUS III 1. RPP 2. Kisi-kisi

3. Lembar Evaluasi 4. Lembar Kerja Siswa

5. Lembar Observasi Kegiatan Guru 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Lampiran D : Hasil Siswa

1. Lembar Evaluasi Siklus I, II dan III 2. Lembar Kerja Siswa Siklus I, II dan III Lampiran D : Foto Kegiatan


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika merupakan suatu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Oleh sebab itu dianggap penting agar matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006 : 2), Mata Pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan suatu keadaan atau masalah.

Kenyataan umum yang dapat dijumpai di sekolah, khususnya SD Islam Al Amanah menunjukkan bahwa sebagian besar pengajaran matematika diberikan secara klasikal melalui metode ceramah tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang


(17)

2

tersedia. Guru masih menempatkan siswa sebagai pendengar ceramah yang disampaikan di dalam kelas, guru bertindak sebagai pusat informasi. Guru menyampaikan materi, rumus-rumus dan cara-cara untuk meyelesaikan soal-soal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru, membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran sehingga tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru, yang akan mempengaruhi hasil belajarnya.

Selama ini kami masih melaksanakan pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan. Dalam merancang dan mengelola pembelajaran belum maksimal, kami masih sering menggunakan metode ceramah dan penugasan, dengan cara mengerjakan latihan soal. Siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep. Selain itu juga kami dalam memberikan materi pembelajaran belum menghubungkan dengan masalah-masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa.

Strategi pembelajaran yang kami lakukan belum melibatkan siswa secara aktif, dan dapat menciptakan kreativitas pembelajaran. Pembelajaran belum dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok. kami masih beranggapan karena menggunakan waktu yang lama, sedangkan hasilnya sama saja. Berdasarkan pengalaman ini, kami ingin memperbaiki ketidak sesuaian antara harapan dan


(18)

3

kenyataan. Salah satu alternative yang dianggap terbaik adalah penerapan

“Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning (CTL)”. Dalam kelas kontekstual, guru mengajar dengan melibatkan siswa di dalam kegiatan–kegiatan penting yang membawa pelajaran–pelajaran akademik ke dalam kehidupan, menghubungkan tugas sekolah dengan persoalan dan masalah–masalah nyata, mendorong para siswa untuk menerapkan pemikiran kritis dan kreatif ke dalam kehidupan keseharian, mengutamakan kerjasama, dan memelihara setiap anngota kelas dalam menghasilkan kesuksesan siswa dan membantu setiap anggota kelas berkembang. Dengan konsep kontekstual ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer dari guru kesiswa.

Bedasarkan hasil temuan diatas, hal itulah yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa akan konsep penyederhanaan bilangan pecahan di kelas IV SD Islam Al Amanah, serta masih terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM 65. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi siswa, maka penulis mengambil judul skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Penyederhanaan Bentuk Bilangan Pecahan.


(19)

4

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terarah maka permasalahan tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah?

2. Bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah?

3. Berapa besar peningkatan pemahaman konsep siswa tentang penyederhanaan bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah?

C. Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah.


(20)

5

2. Mengungkap aktivitas siswa dalam pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan sesudah menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah.

3. Mengetahui sejauh mana model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada penyederhanaan bilangan pecahan di kelas kelas IV SD Islam Al Amanah.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terkait, adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menguji kemampuan intelektual dan membiasakan teknik belajar siswa secara mandiri ataupun kelompok. Serta memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif. 2. Bagi guru

Diharapkan sebagai bahan motivasi, pertimbangan bagi guru untuk selalu aktif mencari media yang tepat dalam merencanakan pembelajaran. Guru lebih kreatif dan terampil untuk merancang pembelajaran aktif, memudahkan proses pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas IV. 3. Bagi sekolah

Sebagai bahan informasi serta dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan pendekatan


(21)

6

pembelajaran yang dianggap sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik siswa.

4. Bagi peneliti

Diharapkan menambah wawasan untuk mengembangkan keterampilan cara mengajar matematika di SD, menumbuhkan minat untuk terus melakukan penelitian dan inovasi dalam proses pembelajaran matematika.

F. Penjelas Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka beberapa istilah terlebih dahulu perlu didefinisikan secara operasional, yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan

Penerapan yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1044), bahwa: “Penerapan yaitu menggunakan, mempraktekan”. Jadi dengan merujuk kepada arti dalam kamus tersebut, yang dimaksud penerapan di sini adalah suatu kegiatan menggunakan sesuatu.

2. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontestual menurut Nurhadi 2002 (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006) yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sehingga siswa


(22)

7

mendapatkan arti dari belajar dan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari adalah bekal bagi mereka di masa depan (US Departement of Education, 2001).

Prinsip Pembelajaran Kontekstual : a. Konstruktivisme (Constructivism) b. Menemukan (Inqury)

c. Bertanya (Questioning)

d. Masyarakat belajar (Learning Community) e. Pemodelan

f. Refleksi (Reflection)

g. Penilaian sebenarnya (Authentic) 3. Pemahaman konsep

Pemahaman konsep menurut Rosser (dalam Somantri, 2010) adalah suatu konsep abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Jadi pemahaman konsep dapat diartikan tingkat kemampuan untuk menangkap dan menguasai lebih dalam lagi sejumlah fakta yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu.

4. Pecahan

Bilangan pecahan menurut Negoro dkk (2003 : 248) adalah suatu bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan. Atau bilangan yang merupakan hasil bagi antara bilangan cacah dan bilangan asli.


(23)

8

Menurut Sufyani P, Puji Rahayu (2009 : 120) Bilangan pecahan dapat ditunjukan sebagai perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Juga dapat ditunjukan dengan menggunakan himpunan. Pecahan melambangkan perbandingan yang sama dari suatu himpunan terhadap keseluruhan himpunan


(24)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh para praktisi pendidikan (termasuk guru), untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, bagi guru adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, Agung Purwadi (dalam Lilis 2010 : 30). Penelitian tindakan kelas merupakan tugas dan tanggung jawab guru terhadap kelasnya. Meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah, penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya. Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pengamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah setempat suatu sekolah atau lebih khusus lagi pada pembelajaran tertentu dan dikelas tertentu dengan menggunakan model ilmiah, menurut Kunandar, 2008 (dalam Fitriani, 2010 : 26).

PTK ini digunakan karena mampu merealisasikan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini senada dengan pendapat Muslich (2009: 12) bahwa alasan PTK dijadikan media untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru adalah sebagai berikut :


(25)

28

1. Untuk menjadikan guru menjadi professional

2. Meningkatkan sikap dan kinerja guru menjadi professional.

3. Membuat guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian terhadap kejadian yang muncul di kelas

4. Tidak mengganggu tugas pokok guru karena terintegrasi dalam pembelajaran.

5. Guru menjadi aktif dan kreatif karena dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dari berbagai teori dan teknik pembelajaran Manfaat PTK dikemukakan oleh Muslich (2009: 11) diantaranya “sebagai inovasi dalam pembelajaran, peningkatan kompetensi siswa, dan perbaikan kualitas penerapan kurikulum”

Melihat dari tujuan dan manfaat PTK diatas, maka tidak salah jika PTK dikatakan sebagai salah satu alternative untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Guru yang aktif, inovatif, dan produktif tentu akan berupaya untuk mencapai hal tersebut melalui PTK.

Fokus penelitian ini adalah upaya guru melalui berbagai tindakan yang sistematis dan terencana untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan di kelas IV SD. Dengan memahami dan melaksanakan PTK, diharapkan kemampuan peneliti dalam kegiatan proses pembelajaran lebih meningkat. Dengan PTK ini pula diharapkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi penyederhanaan bilangan pecahan akan meningkat.


(26)

29

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus dalam penelitian ini saling berkaitan satu dengan lainnya.

Menurut Ari Kunto (2006 : 20), “Penelitian Tindakan Kelas tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal sehingga membentuk suatu siklus”. Oleh sebab itu model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

B. Model Penelitian

Penelitian Tidakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktek pembelajaran yang ada.

Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Guru sebagai pelaku penelitian harus mampu menjalani empat tahapan tersebut dengan kajian dan análisis yang menyeluruh sehingga dipeoleh suatu penggalian data yang lengkap. Peneliti melakukan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas tersebut harus didasarkan instrumen yang telah ditetapkan sebelumnya agar data yang diperoleh memiliki relevansi dengan permasalahan yang dimunculkan dalam penelitiannya.


(27)

30

Adapun model penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis dan Mc. Taggart, 1982 dalam Kasihani Kasbollah, 1997/1998)

Pelaksanaan Tindakan observasi

Refleksi III

Penyusunan Rencana Tindakan

Penyusunan Rencana Tindakan

Penyusunan Rencana Tindakan Seterusnya observasi

observasi

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Refleksi

II Refleksi

I

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III


(28)

31

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Islam Al Amanah yang berlokasi di jalan raya Cinunuk no. 186, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 30 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Usia mereka antara sembilan sampai dengan sepuluh tahun. Perlakuan kelas yang dilaksanakan adalah dengan cara membagi siswa tersebut menjadi lima kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa. Letak geografis sekolah ini cukup strategis bagi terselenggaranya proses pembelajaran, jarak antara sekolah dengan jalan raya cukup memadai, sehingga kenyamanan dalam pembelajaran cukup baik.

Alasan pemilihan lokasi dan subyek tersebut karena peneliti merupakan salah satu guru yang bertugas di lokasi tersebut dan langsung menghadapi subyek, sehingga mengetahui kekurangan dan kelebihan subyek penelitian. Yang menjadi sasaran penelitian adalah proses pembelajaran penyederhanaan bentuk bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (CTL).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh, sebagai berikut:

1. Perencanaan, berisi :

a. Skenario tindakan pembelajaran

Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide atau gagasan dalam penelitian. Yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan observasi


(29)

32

pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta yang terjadi di kelas. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merencanakan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran berikutnya. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah dengan mempersiapkan rencana pembelajaran (RPP) dan skenario tindakan. Termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung seperti : alat peraga, metode, media, dan alat yang relevan dengan konsep yang dibahas serta jenis instrument yang digunakan.

b. Pengadaan alat dan bahan :

1) Menentukan fokus atau masalah penelitian dengan menggunakan alat peraga

2) Melakukan kajian teori pembelajaran yang menggunakan alat peraga 3) Menyiapkan LKS dan soal latihan

4) menyusun tes hasil belajar dalam bentuk essay untuk mengetahui hasil belajar

5) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan siswa.

Dengan memperhatikan hasil analitis terhadap kemampuan awal siswa, peneliti menyusun rencana tindakan pembelajaran. Tindakan pembelajaran yang dilakukan dibagi menjadi tiga siklus tindakan disesuaikan dengan materi pembelajaran dilengkapi dengan Lembar


(30)

33

Kerja Siswa (LKS), dan media yang diperlukan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengelompokan siswa untuk kegiatan pembelajaran.

c. Personel yang akan dilibatkan :

Kepala sekolah dan Guru pamong (observer)

2. Pelaksanaan Tindakan, berisi :

a. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedurnya 1) Siklus I, kegiatan yang dilakukan meliputi :

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I sekaligus melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung. Penelitian menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajan siklus satu. Hasil analisis dan refleksi terhadap tindakan siklus I ini menjadi bahan bagi rekomendasi dan revisi rencana tindakan siklus II.

2) Siklus II, kegiatan yang dilakukan meliputi :

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus II sekaligus melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung. Penelitian menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajan siklus I. Hasil analisis dan refleksi terhadap tindakan siklus II ini menjadi bahan bagi rekomendasi dan revisi rencana tindakan siklus III.

3) Siklus III, kegiatan yang dilakukan meliputi :

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran siklus III sekaligus melakukan observasi selama pembelajaran berlangsung. Peneliti


(31)

34

menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran siklus III.

b. Observasi

Kegiatan observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Observasi dilakukan terhadap kegiatan perbaikan yang dilaksanakan, dan hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan kepada siswa. Kegiatan observasi ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan Pada tahap ini observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selalama tindakan pelaksanaan berlangsung. Catatan-catatan yang ada pada lembar observasi mencakup kendala-kendala dan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Yang selanjutnya akan digunakan sebagai data yang akan di analisis.

Hasil observasi dicatat dan dijadikan hasil pertimbangan untuk melakukan refleksi dan revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan dijadikan bahan pertimbangan atau awal untuk melakukan perbaikan berikutnya dengan jalan menyusun rencana tindakan yang lebih baik. c. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Refleksi adalah kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Refleksi merupakan suatu kegiatan untuk mengemukakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Refleksi memegang peranan


(32)

35

yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu penelitian.Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II, sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus III. Siklus III pada dasarnya pelaksanaannya hampir sama dengan siklus I dan siklus II, tetapi pelaksanaannya berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

E. Instrumen Penelitian

Insrtumen Penelitian merupakan alat atau perlengkapan yang dapat digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data, diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi

1. Lembar Observasi

Lembar Observasi digunakan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap siklus baik terhadap siswa, guru maupun pengamatan selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Sehingga penampilan guru dan siswa dalam melaksanakan tahapan-tahapan model pembelajaran kontekstual dapat diketahui.


(33)

36

Selain mengobservasi kegiatan guru dan siswa, observasi juga dilakukan pada komponen-komponen pembelajaran yang lainnya, untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga perbaikan-perbaikan untuk pertemuan berikutnya dapat dilaksanakan.Untuk kegiatan ini, observasi dilakukan oleh rekan guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah alat yang digunakan untuk menuntun siswa menemukan konsep melalui kegiatannya sendiri, serta untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja siswa dalam kelompoknya. LKS kelompok diberikan ketika proses pembelajaran berlangsung dari siklus I, siklus II sampai siklus III. LKS digunakan untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam membuktikan konsepnya dengan cara melakukan percobaan, pengamatan, dan berdiskusi kelompok. LKS juga digunakan untuk mengungkap aktivitas siswa dalam pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan. Adapun penilaian yang diukur ketika proses pembelajaran adalah ; kerjasama ketika proses, disiplin dan tanggung jawab, saling menghargai pendapat, ketepatan hasil mengerjakan dan berani tampil percaya diri mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dengan panduan LKS.

3. Lembar Evaluasi atau Tes.

Lembar Evaluasi atau tes tertulis digunakan untuk memperoleh gambaran pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan yaitu tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan, apakah tujuan pembelajaran


(34)

37

sudah tercapai atau belum. Tes tertulis dilaksanakan pada akhir kegiatan. Tes disusun sesuai dengan indikator yang ingin dicapai pada setiap tindakannya. Jenis tes yang digunakan dalam setiap tindakan adalah tes tertulis yang berbentuk uraian.

Kemudian dari data tersebut dihitung persentase setiap skornya dengan menggunakan rumus :

Persentase tiap skor = jumlah siswa yang menjawab benar tiap skor x 100% Jumlah siswa

Menurut Karno T (2003) Tes adalah kegiatan atau proses sistematis mengukur kemampuan/kondisi seseorang. Kegiatan tes (testing) selalu menggunakan alat yang disebut tes. Pengertian tes adalah sejumlah pertanyaan yang oleh subyek dijawab benar atau salah, atau sejumlah tugas yang oleh subyek dilaksanakan dengan berhasil atau gagal, sehingga kemampuan subyek dapat dinyatakan dengan skor atau dinilai berdasarkan skala tertentu. Tes sebagai alat seleksi atau evaluasi diharapkan menghasilkan nilai atau skor yang obyektif dan akurat. Analisis tes adalah salah satu kegiatan dam rangka mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal. Analisis dilakukan setelah tes disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan hasilnya menjadi umpan balik untuk perbaikan/ peningkatan mutu tes bersangkutan. Kegiatan analisis tes meliputi empat hal yaitu : analisis validitas tes, analisis reliabilitas tes, analisis butir soal yang meliputi analisis daya pembeda tiap butir soal, analisis tingkat kesukaran tiap butir soal, analisis pengecoh, analisis homogenitas. Analisis tekhnik


(35)

38

kegunaan tes. Validitas tes adalah tingkat keabsahan/ ketepatan suatu tes Tes yang Valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/ konsisten (tidak berubah-rubah). Rumus Reliabilitas tes yaitu :

√ ∑ ∑

Tes yang reliable atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda. Reliabilitas diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi antara dua kelompok skor tes. Untuk mendapatkan tes yang baik perlu dipilih butir-butir soal yang baik. Butir yang buruk harus dibuang, yang kurang baik perlu direvisi. Daya pembeda menunjukan sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan siswa yang menguasai bahan dan siswa yang tidak menguasai bahan. Rumus Daya Pembeda yaitu :

DP = U - L Keterangan : DP = Daya Pembeda

2 T U = Jumlah siswa pandai (Upper Group)

yang menjawab benar.

L = Jumlah siswa kurang pandai (Lower Group) yang menjawab benar.

T = Jumlah siswa pandai dan siswa kurang Pandai

Tingkat kesukaran menunjukan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25% sukar. Rumus tingkat kesukaran menurut Ngalim, (2009) yaitu: TK = U+L Keterangan : TK = Tingkat kesukaran

T U, L dan T sama dengan rumus Daya Pembeda.


(36)

39

Butir soal yang terlalu mudah dan sukar dibuang karena tidak bermanfaat. Tingkat homogenitas soal menunjukan apakah tiap butir soal mengukur aspek atau kompetensi yang sama, atau sejauh mana tiap butir soal menyumbang skor total tiap siswa. Sebaliknya butir soal yang tidak seiring dengan skor total dikatakan tidak homogen. Analisis distraktor (pengecoh) diperlukan hanya pada tes pilihan ganda.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data dari data lapangan terkumpul. Proses analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia selama berlangsungnya penelitian hingga akhir pelaksanaan tindakan. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis kuantitatif dan deskripti kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dibahas, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang nilai hasil belajar siswa.Data yang bersifat diperoleh dari hasil evaluasi setelah proses pembelajaran dan dari hasil pengerjaan tugas-tugas matematika dan tes selama proses pembelajaran, selain itu analisis data yaitu dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan. Melalui analisis ini akan diperoleh keeakuratan data.


(37)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan tinjauan pustaka yang dikemukakan pada bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan dilakukan setelah observasi ke SD Islam Al-Amanah, Jl. Raya Cinunuk No. 186 Bandung. Kepala Sekolahnya adalah Bapak Didin Salahudin, S.Ag, Subyek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 30 orang, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Usia mereka antara sembilan sampai dengan sepuluh tahun. Dari hasil observasi yaitu sebagian besar pengajaran matematika diberikan secara klasikal melalui metode ceramah tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi, bahan dan alat yang tersedia. Guru masih menempatkan siswa sebagai pendengar ceramah yang disampaikan di dalam kelas, guru bertindak sebagai pusat informasi. Akibatnya siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru, membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran sehingga tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru, yang akan mempengaruhi hasil belajarnya.


(38)

69

Untuk mengatasi masalah itu peneliti membuat rancana pembelajaran untuk mengatasi kurangnya hasil belajar siswa. Berdasarkan lampiran RPP yang sebelumnya telah disusun dan dipersiapkan. Perencanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah bervariatif. Tahap perencanaan pada setiap siklus adalah menetapkan jadwal untuk pelaksanaan penelitian, kelas berapa yang terlibat dengan penelitian. Selanjutnya pada setiap siklus peneliti melakukan telaah terhadap program pengajaran berdasarkan KTSP 2006 untuk menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dan tujuan sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan di kelas IV SD. Kemudian menyusun alat peraga, Lembar evaluasi siswa, Lembar kerja siswa, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, hal itu dilakukan setiap siklus.

2. Proses pembelajaran secara garis besar dari siklus ke I sampai ke III yaitu guru melakukan apersepsi menghubungkan dengan pengalaman siswa. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan prestrasi secara heterogen.Setiap kelompok menyiapkan alat peraga seperti kertas HVS dan kue donat. Siswa membuktikan pecahan senilai yang lainnya melalui peragaan


(39)

70

potongan kertas. Siswa mengambil kesimpulan untuk mendapatkan pecahan senilai yaitu pelajaran dari hasil pembuktiannya. Lalu siswa mengerjakan LKS secara berkelompok serta melaksanakan evaluasi akhir. Adapun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap siklusnya, hal ini dapat terlihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran, di mana siswa dapat bekerjasama dalam diskusi kelompok, aktif dalam kegiatan tanya jawab, dapat memanfaatkan alat peraga yang disediakan dalam menyelesaikan permasalahan dan proses pembelajaran lebih interaktif, ini dapat dilihat dari proses pelaporan hasil diskusi kelompok banyak siswa yang memberi tanggapan, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

3. Berdasarkan pemaparan di atas secara klasikal, dilihat dari data hasil kerja kelompok dan nilai evaluasi siswa dari siklus I, II dan siklus III proses pembelajaran siswa mengalami perbaikan dan peningkatan. Sehingga penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat baik dari hasil kerja kelompok maupun dari hasil evaluasi. Nilai rata-rata kerja kelompok siklus I memperoleh nilai rata-rata 59, siklus II memperoleh nilai rata-rata 78, dan siklus III memperoleh nilai rata-rata 81. Adapun nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I


(40)

71

memperoleh nilai rata-rata 66, siklus II memperoleh nilai rata-rata 76, dan siklus III memperoleh nilai rata-rata 85.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan tinjauan pustaka yang dikemukakan pada bab terdahulu, peneliti akan mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Guru kelas diusahakan berupaya menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pelajaran matematika khususnya tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan dapat menjadi pertimbangan :

a. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan tugas guru dan harus dikembangkan dalam kegiatan di Kegiatan Kerja Guru (KKG).

b. Kebiasaan siswa dengan model-model pembelajaran yang hanya menerima informasi dari guru tanpa diberi kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide pemikirannya. Dalam hal ini peneliti harus berani menggunakan pendekatan pembelajaran yang baru digunakan dan membiasakan siswa dengan model-model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada suatu konsep.

c. Pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat menjadikan siswa lebih interaktif


(41)

72

dan memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengeluarkan pendapat yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

d. Penggunaan bahasa dan petunjuk LKS harus yang jelas, dimengerti oleh siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkermbangan siswa.

e. Penggunaan alat peraga yang dipakai harus sesuai dengan materi pelajaran, dan mudah digunakan oleh siswa karena dalam pendekatan model kontekstual dibutuhkan alat peraga yang konkrit yang dapat dimanipulasi secara langsung oleh siswa dan sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

2. Sekolah

Hendaknya memberi bimbingan dan kesempatan kepada para guru untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, aktivitas dan prestasi/hasil belajar siswa. 3. Bagi Instansi/Dinas Pendidikan

Hendaknya melaksanakan seminar-seminar atau lokakarya tentang berbagai model pembelajaran yang dapat diikuti oleh para guru, agar mereka bertambah wawasannya dalam mengembangkan model pembelajaran supaya lebih kreatif dalam mengemas pelajaran yang akan disampaikan menjadi menarik.


(42)

73

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, (2006) Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta BSNP (2006). Kurikulum Satuan pendidikan, Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, Bandung

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarata: Derektorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Elan, (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosisal Siswa dalam Partisipasinya Sebagai Warga Negara Melalui Pendekatan Mengajar Belajar Kontekstual. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Fitriani, (2010). Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN 2 Padasuka Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Imam, (2010). Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mempelajari Geometri Luas Bangun Datar Di Sekolah Dasar. Skripsi FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kamus Bahasa Indonesia. www//ahli-definisi.blogspot.com/2011/03/definisi-penerapan.html

Karno To (2003). Mengenal Analisis Tes, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Kasbolah, (1997/1998), Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Lilis, (2010). Penerapan Strategi Learning Dengan Kertas Berpetak Dan Starts With A Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Luas Bangun Datar. PTK DISDIK Cimahi : tidak diterbitkan.

Muslich M, (2009). Melaksanakan PTK itu Mudah, Jakarta : Bumi Aksara Ncislam4ever.blogspot.com


(43)

74

Negoro, ST dkk, (2003). Ensiklopedia Matematika, Tim Matematika Ghalia Indonesia.

Ngalim, (2009) Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, (2002) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung UPI PRESS

Rosser,(sumantri,2010).

www//id.shvoong.com/sociasciences/education/2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam pembelajaran.

Ruseffendi, (1991), Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika, Bandung : Torsito.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sufyani, (2009). Bilangan. Bandung: Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparno. (1997). Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas II. Yogyakarta: Depdibud.

Supinah, (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Zulaiha, (2006). www//ahli-definisi.blogspot.com/2011/03/ definisi-pemahaman-konsep.html


(1)

Untuk mengatasi masalah itu peneliti membuat rancana pembelajaran untuk mengatasi kurangnya hasil belajar siswa. Berdasarkan lampiran RPP yang sebelumnya telah disusun dan dipersiapkan. Perencanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Islam Al Amanah bervariatif. Tahap perencanaan pada setiap siklus adalah menetapkan jadwal untuk pelaksanaan penelitian, kelas berapa yang terlibat dengan penelitian. Selanjutnya pada setiap siklus peneliti melakukan telaah terhadap program pengajaran berdasarkan KTSP 2006 untuk menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dan tujuan sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan pembelajaran penyederhanaan bilangan pecahan di kelas IV SD. Kemudian menyusun alat peraga, Lembar evaluasi siswa, Lembar kerja siswa, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, hal itu dilakukan setiap siklus.

2. Proses pembelajaran secara garis besar dari siklus ke I sampai ke III yaitu guru melakukan apersepsi menghubungkan dengan pengalaman siswa. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan prestrasi secara heterogen.Setiap kelompok menyiapkan alat peraga seperti kertas HVS dan kue donat. Siswa membuktikan pecahan senilai yang lainnya melalui peragaan


(2)

potongan kertas. Siswa mengambil kesimpulan untuk mendapatkan pecahan senilai yaitu pelajaran dari hasil pembuktiannya. Lalu siswa mengerjakan LKS secara berkelompok serta melaksanakan evaluasi akhir. Adapun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap siklusnya, hal ini dapat terlihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran, di mana siswa dapat bekerjasama dalam diskusi kelompok, aktif dalam kegiatan tanya jawab, dapat memanfaatkan alat peraga yang disediakan dalam menyelesaikan permasalahan dan proses pembelajaran lebih interaktif, ini dapat dilihat dari proses pelaporan hasil diskusi kelompok banyak siswa yang memberi tanggapan, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

3. Berdasarkan pemaparan di atas secara klasikal, dilihat dari data hasil kerja kelompok dan nilai evaluasi siswa dari siklus I, II dan siklus III proses pembelajaran siswa mengalami perbaikan dan peningkatan. Sehingga penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat baik dari hasil kerja kelompok maupun dari hasil evaluasi. Nilai rata-rata kerja kelompok siklus I memperoleh nilai rata-rata 59, siklus II memperoleh nilai rata-rata 78, dan siklus III memperoleh nilai rata-rata 81. Adapun nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I


(3)

memperoleh nilai rata-rata 66, siklus II memperoleh nilai rata-rata 76, dan siklus III memperoleh nilai rata-rata 85.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan tinjauan pustaka yang dikemukakan pada bab terdahulu, peneliti akan mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Guru kelas diusahakan berupaya menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pelajaran matematika khususnya tentang penyederhanaan bentuk bilangan pecahan dapat menjadi pertimbangan :

a. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan tugas guru dan harus dikembangkan dalam kegiatan di Kegiatan Kerja Guru (KKG).

b. Kebiasaan siswa dengan model-model pembelajaran yang hanya menerima informasi dari guru tanpa diberi kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide pemikirannya. Dalam hal ini peneliti harus berani menggunakan pendekatan pembelajaran yang baru digunakan dan membiasakan siswa dengan model-model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada suatu konsep.

c. Pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat menjadikan siswa lebih interaktif


(4)

dan memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengeluarkan pendapat yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

d. Penggunaan bahasa dan petunjuk LKS harus yang jelas, dimengerti oleh siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkermbangan siswa.

e. Penggunaan alat peraga yang dipakai harus sesuai dengan materi pelajaran, dan mudah digunakan oleh siswa karena dalam pendekatan model kontekstual dibutuhkan alat peraga yang konkrit yang dapat dimanipulasi secara langsung oleh siswa dan sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

2. Sekolah

Hendaknya memberi bimbingan dan kesempatan kepada para guru untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, aktivitas dan prestasi/hasil belajar siswa. 3. Bagi Instansi/Dinas Pendidikan

Hendaknya melaksanakan seminar-seminar atau lokakarya tentang berbagai model pembelajaran yang dapat diikuti oleh para guru, agar mereka bertambah wawasannya dalam mengembangkan model pembelajaran supaya lebih kreatif dalam mengemas pelajaran yang akan disampaikan menjadi menarik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kunto, (2006) Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta BSNP (2006). Kurikulum Satuan pendidikan, Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar, Bandung

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarata: Derektorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Elan, (2005). Upaya Menumbuhkan Keterampilan Sosisal Siswa dalam Partisipasinya Sebagai Warga Negara Melalui Pendekatan Mengajar Belajar Kontekstual. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Fitriani, (2010). Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN 2 Padasuka Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Imam, (2010). Pendekatan Konstruktivisme Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mempelajari Geometri Luas Bangun Datar Di Sekolah Dasar. Skripsi FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kamus Bahasa Indonesia. www//ahli-definisi.blogspot.com/2011/03/definisi-penerapan.html

Karno To (2003). Mengenal Analisis Tes, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Kasbolah, (1997/1998), Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Lilis, (2010). Penerapan Strategi Learning Dengan Kertas Berpetak Dan Starts With A Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Luas Bangun Datar. PTK DISDIK Cimahi : tidak diterbitkan.

Muslich M, (2009). Melaksanakan PTK itu Mudah, Jakarta : Bumi Aksara Ncislam4ever.blogspot.com


(6)

Negoro, ST dkk, (2003). Ensiklopedia Matematika, Tim Matematika Ghalia Indonesia.

Ngalim, (2009) Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, (2002) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung UPI PRESS

Rosser,(sumantri,2010). www//id.shvoong.com/sociasciences/education/2264151-definisi-pemahaman-konsep-dalam pembelajaran.

Ruseffendi, (1991), Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika, Bandung : Torsito.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sufyani, (2009). Bilangan. Bandung: Penerbitan dan Percetakan Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparno. (1997). Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas II. Yogyakarta: Depdibud.

Supinah, (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Zulaiha, (2006). www//ahli-definisi.blogspot.com/2011/03/ definisi-pemahaman-konsep.html


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DASAR BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SD NEGERI GUCI 01, KECAMATAN BUMIJAWA,KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 200920

0 3 128

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

1 3 30

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN.

0 0 42

PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENYEDERHANAAN PECAHAN DALAM PELAJARAN Penggunaan Alat Peraga Bangun Datar untuk Meningkatkan Pemahaman Penyederhanaan Pecahan dalam Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas IV SDN Mojo 04 K

0 1 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN SISWA.

1 6 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMA.

0 2 35

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR.

0 0 38

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN PECAHAN MAHASISWA.

0 0 23

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN - repository UPI S FIS 1000435 Title

0 0 3

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 14