IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN.

(1)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Fisika

oleh

GARNIS NURIDA NIM 1000435

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN

Oleh Garnis Nurida

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Garnis Nurida 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

iii

GARNIS NURIDA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1,

Drs. Saeful Karim, M.Si. NIP. 196703071991031004

Pembimbing 2,

Drs. Agus Danawan, M.Si. NIP. 196302221987031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(4)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN

Oleh:

Garnis Nurida1Saeful Karim2Agus Danawan3 Departemen Pendidikan Fisika,

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia

Email : nurida.garnis@gmail.com

ABSTRAK

Garnis Nurida 1000435. Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran dan Satuan (2015).

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa berkebutuhan khusus bagian tunarungu. Penelitian kuantitatif ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah lima siswa SMALB B di salah satu SMALB di Bandung. Perangkat pembelajaran berupa RPP, instrument pretest-posttest, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran serta kinerja siswa. Data yang diperoleh dianalisis dan menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan pada rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan perhitungan N-Gain rata-rata siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep sebesar 0,36 yang termasuk ke dalam kategori sedang.

Kata Kunci : siswa berkebutuhan khusus, model pembelajaran kontekstual.

1

Penulis Utama

2

Penulis Penanggung Jawab 1

3


(5)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

1) Istilah Anak Berkebutuhan Khusus ... 11

2) Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 12

3) Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 13

B. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 14

1) Klasifikasi Anak Tunarungu ... 16

2) Hambatan Belajar Siswa Tunarungu ... 18

3) Prinsip Pembelajaran Kepada Siswa Tunarungu ... 22

C. Pemahaman Konsep bagi Anak Tunarungu ... 24

D. Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus bagian Tunarungu ... 28


(6)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Kerangka Pemikiran ... 34

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

G. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Instrument Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Analisis Data ... 42

1) Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran... 42

2) Analisis Instrumen Pretest dan Posttest ... 42

3) Analisis Statistik Untuk Uji Hipotesis ... 45

4) Hasil Judgement dan Uji Instrumen ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ...53

A. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 53

B. Perhitungan Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis Soal Pretest dan Posttest ... 73

C. Perbaikan Rancangan Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus ... 76

D. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Hasil Pretest-Posttest . 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Rekomendasi ... 86


(7)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 38

Tabel 3.2 Interpretasi Keterlaksanaan Model ... 42

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 45

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 45

Tabel 3.6 Interpretasi N-Gain ... 47

Tabel 3.7 Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal... 48

Tabel 3.8 Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal ... 48

Tabel 3.9 Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal ... 49

Tabel 3.10 Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir soal ... 50

Tabel 3.11 Hasil perhitungan validitas SPSS 17 ... 51

Tabel 3.12 Hasil perhitungan reliabilitas SPSS 17 ... 51

Tabel 3.13 Hasil Analisis Validitas dan Tingkat Kesukaran Soal... 52

Tabel 4.1 Persentase Jawaban LKS 1 Siswa ... 56

Tabel 4.2 Tabel untuk membedakan besaran, satuan, dan nilai pada LKS 1 ... 57

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan ... 60

Tabel 4.4 Perolehan Skor Quiz 2 Siswa ... 65

Tabel 4.5 Perolehan Skor Quiz 3 Siswa ... 71

Tabel 4.6One Sample Kolmogorov Smirnov Test... 74

Tabel 4.7 Perhitungan Varians Pretest-Posttest ... 74

Tabel 4.8 Analisis Mann Whitney ... 76

Tabel 4.9 Pengolahan Hasil Jawaban Posttest Siswa ... 82


(8)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 53

Grafik 4.2 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 54

Grafik 4.3 Persentase Pengerjaan LKS 1 Siswa ... 57

Grafik 4.4 Persentase rata-rata hasil pengerjaan LKS ... 59

Grafik 4.5 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 60

Grafik 4.6 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Mistar ... 62

Grafik 4.7 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Jangka Sorong ... 63

Grafik 4.8 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Mikrometer Sekrup ... 64

Grafik 4.9 Perolehan Skor Siswa pada Tiap Butir Soal ... 66

Grafik 4.10 Perolehan nilai masing-masing siswa pada Quiz 2 ... 68

Grafik 4.11 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 69

Grafik 4.12 Perolehan skor kinerja siswa dalam menggunakan neraca Ohauss ... 70

Grafik 4.13 Perolehan skor kinerja siswa dalam menggunakan stopwatch ... 71

Grafik 4.14 Perolehan nilai Quiz 3 masing-masing siswa ... 72

Grafik 4.15 Perolehan skor siswa pada tiap butir soal ... 72


(9)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Model Kontekstual Learning ... 30

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Dale ... 32

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 37

Gambar 4.1 Skala yang ditunjukkan jangka sorong dan mikrometer sekrup pada Quiz 2 ... 66


(10)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan Data Hasil Uji Instrumen

Lampiran 2 Pengolahan Data Hasil Pretest-Posttest Lampiran 3 Pengolahan Hasil Lembar Observasi

Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran (RPP) sebelum

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran (RPP) sesudah

Lampiran 6 Perangkat Pembelajaran (Uji Instrumen)


(11)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional (Suron dan Rizzo, 1979). Sementara itu, menurut Mangunsong (2009) yang merupakan Guru besar Psikologi Pendidikan di Universitas Indonesia, menyebutkan “…anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya.”

Anak berkebutuhan khusus umumnya bersekolah di sekolah luar biasa yang menyediakan pelayanan khusus atau pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak berkebutuhan khusus ini kemudian disebut sebagai siswa berkebutuhan khusus (SBK). Pendidikan khusus atau sering dikenal sebagai pendidikan luar biasa merupakan intruksi yang di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dengan tujuan utamanya adalah untuk menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

Dengan karakteristik siswa yang berbeda dengan siswa sekolah pada umumnya, pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah umum dengan sekolah luar biasa akan berbeda bergantung pada jenis kebutuhan siswanya. Sekolah luar biasa dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:

a. SLB A untuk tunanetra yang memiliki hambatan fungsi penglihatan. b. SLB B untuk tunarungu yang memiliki hambatan fungsi pendengaran dan


(12)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. SLB C untuk tunagrahita yang memiliki retardasi mental, yang terbagi menjadi dua, yaitu SLB C yang memiliki IQ antara 50-70 yang merupakan siswa mampu didik dimana mereka dapat mempunyai kemampuan setara anak normal usia 8-12 tahun, dan SLB C1 yang memiliki IQ antara 25-49 yang merupakan siswa mampu latih dimana mereka dapat mempunyai kemampuan setara anak normal usia 3-8 tahun.

d. SLB D untuk anak tunadaksa yang memiliki hambatan berupa cacat fisik. e. SLB E untuk anak tunalaras yang memiliki hambatan emosional sehingga

bertingkah laku menyimpang. f. SLB F untuk anak tuna ganda.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ke beberapa SLB B, SLB C, dan SLB D di Bandung, peneliti menemukan beberapa hal yang membedakan antara sekolah umum dengan sekolah luar biasa. Beberapa perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Peserta Didik

Peserta didik di sekolah umum terdiri dari siswa yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosialnya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan usianya. Sedangkan di sekolah luar biasa, peserta didik terdiri dari anak berkebutuhan khusus yang secara fisik, psikologis, kognitif dan sosialnya mengalami hambatan dalam perkembangannya. Jumlah peserta didik di sekolah umum dan SLB juga jauh berbeda. Berdasarkan wawancara dengan koordinator SLB se-kota Bandung, “R ata-rata siswa di SLB dalam satu kelas tidak lebih dari 7 orang. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus sebagian besar bersifat individual teaching seperti les privat.” Sementara itu, di sekolah umum, satu kelas dapat terdiri dari 20-40 orang siswa.

b. Tenaga Guru

Guru di sekolah luar biasa memerlukan beberapa keterampilan khusus yang dapat mendukung pelayanan proses pembelajaran bagi siswa


(13)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkebutuhan khusus. Misalnya, di SLB A guru perlu memahami tulisan

braile dan di SLB B guru perlu memahami bahasa isyarat. Sedangkan di sekolah umum, guru tidak harus menguasai keterampilan khusus tersebut. Dalam prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB, atau ada juga guru yang mengajar siswa tunarungu dan tunagrahita sekaligus dalam satu kelas. Hal ini dikarenakan penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan integrasi antar jenjang (satu atap) yang digabung juga dengan integrasi antar jenis. Perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB, sehingga menyebabkan kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.

c. Fasilitas/Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan bagi siswa berkebutuhan khusus tentunya sedikit berbeda dengan siswa pada umumnya. Siswa berkebutuhan khusus memerlukan suatu ruang khusus beserta peralatannya yang sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan aktivitasnya. Misalnya, ruang bina komunikasi bunyi dan irama untuk siswa tunarungu, kamar mandi dalam kelas untuk memudahkan daily actities siswa tunagrahita dan tunanetra, ruang keterampilan untuk mengembangkan potensi siswa berkebutuhan khusus dan lain-lain. Sementara untuk peralatan laboratorium, masih banyak SLB yang belum memiliki fasilitas laboratorium yang memadai, sehingga alat-alat IPA yang dimiliki sekolah disimpan seadanya di ruang kelas.

d. Pembelajaran

Proses pembelajaran di SLB berbeda-beda tergantung kepada karakteristik siswa berkebutuhan khusus di kelasnya. Belum adanya model pembelajaran khusus bagi siswa berkebutuhan khsusus membuat sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SLB menggunakan metode ceramah. Terdapat karakteristik khusus dalam pembelajaran di setiap SLB.


(14)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contohnya di SLB B, ketika mengajar guru harus menghadap siswa secara langsung agar siswa dapat fokus membaca gerakan bahasa isyarat serta pola mulut untuk dapat menangkap informasi. Guru dianjurkan untuk lebih menekankan komunikasi verbal dibandingkan menggunakan bahasa isyarat untuk melatih siswa tidak terlalu bergantung kepada bahasa isyarat. Sementara di SLB C, ketika mengajar guru perlu mengulang berkali-kali apa yang telah disampaikan kepada siswa tunagrahita. Mereka hanya dapat menyerap sedikit informasi yang telah diberikan, oleh karena itu, materi yang diberikan umumnya bagian terpenting dari suatu materi.

e. Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, sebagian besar siswa SLB di tingkat SMPLB dan SMALB lebih nyaman berlama-lama di sekolah. Hal ini dikarenakan ketika di sekolah mereka bertemu teman-teman yang memiliki keadaan yang sama dengan mereka sehingga mereka dapat saling memahami dan berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Di dalam sekolah sudah tersedia kantin dan di sekitar sekolah juga terdapat beberapa tempat penjual makanan yang dapat mereka kunjungi ketika istirahat. Para penjual makanan terlihat sudah terbiasa dengan siswa berkebutuhan khusus dan melayani siswa-siswa tersebut dengan baik. f. Kurikulum

SLB memiliki kurikulum khusus baik berdasarkan kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013. Sebagian besar SLB di Bandung masih menggunakan kurikulum KTSP karena rancangan kurikulum 2013 untuk SLB masih belum disosialisasikan secara keseluruhan. Berdasarkan isinya, kurikulum SLB tidak jauh berbeda dengan kurikulum sekolah umum. Contoh silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran lainnya juga hampir sama dengan sekolah umum dan tidak memiliki ciri khas khusus. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajarannya juga tidak jauh berbeda dengan kurikulum sekolah umum, yang menjadi berbeda adalah dalam pelaksanaannya materi yang diajarkan kepada siswa berkebutuhan


(15)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus tidak seluas dan sedalam materi yang diberikan kepada siswa di sekolah reguler. Selain itu di tingkat SMALB, siswa tidak dibagi kedalam jurusan IPA atau IPS, sehingga mereka mempelajari IPA Umum dan IPS Umum.

Sama dengan sekolah normal pada umumnya, di SLB juga terdapat Ujian Nasional yang dikhususkan bagi SLB A, SLB B, dan SLB D dengan soal ujian yang diujikan berbeda dengan sekolah umum. Meskipun IQ siswa berkebutuhan khusus A, B, dan D rata-rata normal, karena adanya kesulitan berkomunikasi selama proses pembelajaran mengakibatkan perkembangan proses belajar mereka lebih lambat dan pemahaman mereka mengenai materi tertinggal dari siswa normal pada umumnya.

Jika dibandingkan pembelajaran IPA di sekolah umum yang sudah jauh berkembang dan telah banyak diterapkan berbagai model dan metode pembelajaran yang terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep, hasil belajar, maupun prestasi siswa, pembelajaran IPA di sekolah luar biasa dapat dikatakan masih sederhana dan bersifat tradisional. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa berkebutuhan khusus.

Dengan adanya sistem integrasi dan sistem inklusi di sekolah umum yang memungkinkan siswa berkebutuhan khusus belajar di kelas yang sama dengan siswa normal, model pembelajaran yang digunakan seharusnya tidak menggunakan model pembelajaran yang digunakan untuk siswa normal secara keseluruhan. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan David Lansing Cameron dalam jurnalnya An examination of teacher-student interactions in inclusive classroom: teacher interviews and classroom observation, bahwa “…participants struggled with the dilemma of balancing their attention between students whom they perceived as needing it most and ensuring that

the class as a whole made adequate progress.” Yang diterjemahkan sebagai, “…para peserta (guru) berjuang keras untuk mengatasi dilema dalam menyeimbangkan perhatian terhadap siswa yang dianggap sangat


(16)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membutuhkan dan dalam memastikan bahwa kelas secara keseluruhan mengalami peningkatan yang sama.” Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa ketika di dalam kelas regular terdapat siswa berkebutuhan khusus, guru harus dapat memberikan perhatian lebih kepada siswa berkebutuhan khusus dibandingkan kepada siswa normal lainnya. Guru beranggapan bahwa dengan memberikan perhatian lebih kepada siswa berkebutuhan khusus, mereka dapat mengalami peningkatan hasil belajar yang sama atau setara dengan siswa normal lainnya. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Dalam satu kelas, tidak seluruh siswa normal memiliki kemampuan yang sama, dan guru juga tidak dapat mengeneralisasikan seluruh siswa di kelas tanpa melalui tes terlebih dahulu. Sehingga baik siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus sebenarnya memerlukan perhatian yang sama sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Guru di SLB B di Bandung, beliau menyatakan bahwa, “Ketidakseimbangan pengetahuan yang diperoleh siswa berkebutuhan khusus dengan siswa normal pada umumnya semakin jauh yaitu hingga mencapai 4 tahun. Misalnya jika siswa berkebutuhan khusus lulus SMA, maka pengetahuan yang diperolehnya hanya

bisa setara siswa kelas VIII atau kelas IX.” Pernyataan tersebut sesuai dengan

hasil penelitian Trybus dan Kurchner (1977 tentang kemajuan membaca dan berhitung pada 1543 anak tunarungu usia 3 tahun. Ia menemukan bahwa pemahaman membaca anak tunarungu usia 9 tahun setingkat anak kelas II, dan pada usia 20 tahun setingkat dengan anak normal kelas V. Meskipun pada beberapa penelitian anak tunarungu menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan anak tunarungu rata-rata berada di bawah anak normal, tetapi ada pula yang menunjukkan tingkat kecerdasan anak tunarungu normal (dalam Cruickshank, 1980).

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pembelajaran IPA bagi siswa berkebutuhan khusus. Salah satu penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran Fisika bagi siswa berkebutuhan


(17)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus adalah penelitian oleh Dwisiwi Sri Retnowati yang bertujuan untuk menemukan media pembelajaran yang sesuai bagi siswa berkebutuhan khusus bagian tunarungu pada materi bunyi. Sementara penelitian peneliti bertujuan untuk menemukan rancangan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus bagian tunarungu. Adapun kaitan kedua penelitian ini adalah sama-sama menjadikan karakteristik atau kebutuhan siswa berkebutuhan khusus sebagai landasan utama dalam membuat media atau merancang model pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran IPA khususnya Fisika di sekolah luar biasa. Model pembelajaran yang sudah ada dan tahapan-tahapannya yang memungkinkan untuk dilaksanakan bagi siswa berkebutuhan khusus adalah model pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, peneliti berencana menemukan karakteristik model pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat membantu siswa berkebutuhan khusus untuk dapat memahami konsep Fisika dengan lebih baik.

Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian

“Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran dan Satuan”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan pemahaman konsep siswa berkebutuhan khusus adalah dengan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.

Siswa berkebutuhan khusus terbagi kedalam beberapa bagian dengan karakteristik yang berbeda, karena peneliti masih memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya, maka penelitian ini memfokuskan pada satu bagian siswa berkebutuhan khusus, yaitu siswa tunarungu. Adapun model pembelajaran


(18)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang memiliki tahapan yang mendukung pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus adalah model pembelajaran kontekstual. Pada penelitian ini materi Fisika yang akan dibuat rancangan model pembelajarannya adalah materi Besaran dan Satuan untuk kelas X SMALB. Penemuan rancangan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa tunarungu ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa tunarungu.

Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini yakni:

 Variabel bebas : model pembelajaran kontekstual pada materi Fisika yang yang disesuaikan dengan karakteristik siswa tunarungu.

 Variabel terikat : pemahaman konsep siswa tunarungu.

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menguraikan permasalahan diatas menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa SMALB B setelah diterapkannya model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus tunarungu?

2. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tunarungu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah menemukan karakteristik model pembelajaran yang sesuai bagi siswa berkebutuhan khusus khususnya siswa tunarungu yang dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa berkebutuhan khusus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bukti empiris peningkatan pemahaman konsep siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran yang dikembangkan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.


(19)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sebagai rujukan bagi guru mengenai pembelajaran Fisika bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi, dan dapat menarik minat lulusan IPA untuk mengajar di sekolah luar biasa maupun inklusi.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan kajian bagi penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I memaparkan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah yang disertai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian.

Bab II memaparkan tentang kajian pustaka yang berisi konsep, teori, dalil, dan sebagainya yang berfungsi sebagai landasan teoritis penelitian. Selain itu, juga dibahas mengenai kerangka pemikiran serta penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil penelitian, pembahasan serta analisis mengenai hasil penelitian yang diperoleh.

Bab V memaparkan tentang kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran yang diberikan peneliti untuk mengembangkan penelitian sejenis di masa depan.


(20)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian kuantitatif ini diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini peneliti mencari pengaruh model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa. Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.

Bentuk pre-experimental design dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini tidak ada kelas kontrol dan sampel tidak dipilih secara random, tetapi berdasarkan hasil pengamatan kelas mana yang memungkinkan diberi perlakuan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan satu kelompok percobaan yang dikenakan satu perlakuan dengan dua kali pengukuran. Desain ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Adapun analisis dalam penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Hal

O1 = nilai pretest

O2 = nilai posttest

X = treatment

O

1

X O

2


(21)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dikarenakan sampel yang tergolong sedikit dan banyaknya variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013, hlm.117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di salah satu SMALB B di wilayah Bandung yang berjumlah total 5 orang.

Sampel Penelitian

Siswa Jenis Kelamin

YDA Perempuan

RSD Laki-laki

KER Perempuan

NA Perempuan

ATH Laki-laki

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah tehnik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi siswa di wilayah SLB umumnya tidak lebih dari 7 siswa dalam satu jenjang pendidikan, sehingga populasinya relatif sedikit. Informasi tersebut peneliti dapatkan berdasarkan wawancara dengan koordinator SLB se-Kota Bandung.

Meski materi yang digunakan dalam penelitian adalah materi Fisika untuk kelas X tetapi sampel penelitian adalah semua siswa kelas X dan XI. Hal ini dikarenakan peneliti menemukan tidak adanya perbedaan hasil pretest

yang signifikan antara siswa kelas XI dengan kelas X serta berdasarkan rekomendasi dari Wali Kelas X dan XI SMALB. Wali kelas berharap siswa


(22)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas XI juga mendapatkan pengalaman pembelajaran yang lebih baik yang akan diberikan oleh peneliti.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes soal pilihan ganda.

2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilihat berdasarkan aktivitas guru dan siswa pada tiap pertemuan.

3. Lembar observasi kinerja siswa untuk mengetahui kinerja siswa ketika melakukan percobaan.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, adalah sebagai berikut. a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan utama untuk menghimpun berbagai informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini perlu dilakukan, mengingat informasi yang relevan dapat menunjang keberhasilan penelitian, terutama karena hasil studi pendahuluan ini dapat menjadi acuan, baik dalam rangka pengenalan dan perumusan hipotesis. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara mengunjungi beberapa Sekolah Luar Biasa B, C, dan D di Bandung. Untuk pertemuan pertama, peneliti mencoba untuk meminta izin observasi ke sekolah tersebut. Jika pihak sekolah mengizinkan maka peneliti dapat kembali ke sekolah untuk melakukan observasi di sekolah tersebut.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik dan digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi ini perlu dilakukan agar peneliti dapat lebih mengenal situasi dan kondisi di Sekolah Luar Biasa. Peneliti yang berasal dari jurusan lain akan merasa asing pada awalnya. Oleh karena itu,


(23)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi ini juga dapat menjadi sarana peneliti untuk lebih dekat dengan calon populasi atau sampel penelitiannya. Dari segi proses pelaksanaannya, peneliti melakukan observasi nonpartisipan hanya sebagai pengamat independen dan tidak terlibat dengan aktivitas siswa di SLB. c. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dimana pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan. Dengan wawancara terstruktur ini, pengumpul data menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data dan dapat menggunakan alat bantu selain instrumen, yakni recorder, gambar ataupun brosur untuk membantu kelancaran wawancara (Sugiyono, 2013).

Hasil wawancara dapat menjadi sumber bagi arah penelitian ini. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti akhirnya dapat memutuskan SLB bagian mana yang tepat untuk dijadikan sampel penelitian dan materi apa yang dapat digunakan dalam penelitian saat itu. d. Test Tertulis

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2010: 193). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes diberikan pada saat siswa belum melaksanakan pembelajaran (pretest) dan setelah siswa melalui keseluruhan pembelajaran dari suatu materi (posttest) dengan soal yang sama. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes objektif pilihan ganda. Yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes yang siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Sementara tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soal memiliki jumlah alternatif jawaban (Eko Putro Widoyoko, 2012). Dalam instrumen tes penelitian ini terdapat 16 butir soal dengan 4 pilihan jawaban pada


(24)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap butir soal, dan setiap jawaban yang diujikan telah melalui judgement

ahli.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian a. Menyusun proposal penelitian

b. Melakukan studi literature mengenai masalah yang akan diangkat dalam penelitian.

c. Mengurus surat ijin observasi ke sekolah dari jurusan pendidikan fisika dan fakultas di FPMIPA UPI.

d. Melakukan observasi ke beberapa sekolah luar biasa untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

e. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

f. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui materi yang akan digunakan dalam penelitian, mengamati kemampuan awal siswa tunarungu, mempelajari bahasa isyarat serta data-data lain yang dibutuhkan untuk penelitian.

g. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) awal berdasarkan materi yang ditentukan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa tunarungu dari hasil pengamatan.

h. Melakukan perbaikan RPP awal bersama dosen pembimbing hingga diperoleh RPP ideal untuk dilaksanakan kepada siswa tunarungu.

i. Menyusun instrumen pretest-posttest serta perangkat pembelajaran lainnya.

j. Melakukan judgement instrumen pretest-posttest kepada para ahli. k. Melakukan revisi hasil judgement pretest-posttest.

l. Menghubungi pihak sekolah untuk meminta ijin penelitian.

m. Mengurus surat ijin penelitian ke sekolah dari jurusan pendidikan fisika dan fakultas di FPMIPA UPI.


(25)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Menyusun media pembelajaran.

b. Meminjam peralatan eksperimen yang diperlukan dalam pembelajaran.

c. Melakukan pretest untuk menguji kemampuan awal siswa. d. Melakukan pembelajaran di kelas.

e. Melakukan posttest untuk melihat peningkatan belajar siswa. 3. Tahap Akhir Penelitian

a. Mengolah data yang telah diperoleh.

b. Menganalisis hasil post-test untuk memperoleh jawaban hipotesis yang telah dirumuskan.

c. Menganalisis hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dan Kinerja Siswa.

d. Melakukan perbaikan RPP yang telah disusun berdasarkan temuan dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

e. Menuliskan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

f. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

E. Analisis Data

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh RPP yang telah disusun terhadap hasil belajar siswa, maka data hasil penelitian akan dianalisis sebagai berikut.

1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilihat berdasarkan aktivitas guru dan siswa tiap pertemuan. Keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan dengan cara menghitung persentase keterlaksanaan setiap tahap pembelajaran pada lembar observasi. Keterlaksanaan model ini diamati oleh satu orang observer atau lebih. Keterlaksanaan model pembelajaran dapat dihitung dengan rumus:


(26)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel interpretasi keterlaksanaan model

Persentase Kategori

81%-100% Sangat baik

61%-80% Baik

41%-60% Cukup

21%-40% Kurang

0%-20% Sangat kurang

Tabel 3.2 Tabel interpretasi keterlaksanaan model

2. Analisis Instrumen Pre-test dan Post-Test

Analisis instrumen pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum dengan sesudah siswa melaksanakan pembelajaran menggunakan RPP yang telah disusun khusus untuk siswa tunarungu.

Adapun pengolahan data yang dilakukan untuk menilai tes hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Pemberian skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode right only, yaitu ketika jawaban benar diberi skor satu namun ketika jawaban salah diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus (Ratih Wulandari, 2008) sebagai berikut :

Keterangan :

S = Skor siswa R = Jawaban siswa 2) Uji Validitas

Anderson (Suharsimi Arikunto, 2009:65) menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur


(27)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang hendak diukur. Suatu tes dinyatakan valid jika perangkat tes yang butir-butirnya benar-benar mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya (Budi Susetyo, 2011). Validitas yang dihitung dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas butir.

Validitas isi merupakan validitas yang akan mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu cara untuk mengetahui validitas isi suatu instrumen tes adalah dengan teknik kecocokan para ahli yang berkecimpung dalam bidang keilmuan tertentu (judgement expert) (Budi Susetyo, 2011:89). Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi dilakukan dengan menghitung kecocokan terhadap validitas isi dilakukan dengan menghitung besarnya persentase pada pernyataan cocok,

yaitu “persentase kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator”

berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli (Noer, 1987:112). Butir tes dinyatakan valid apabila kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50%, rumus yang digunakan adalah:

dimana:

= frekuensi

= jumlah frekuensi

Sementara validitas butir soal dapat dihitung menggunakan bantuan software SPSS 17. Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan, digunakan kriteria validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada tabel kriteria validitas (Suharsimi Arikunto, 2009:75) sebagai berikut:


(28)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

Tabel 3.3 Kriteria Validitas

3) Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap (Suharsimi Arikunto, 2009:86). Untuk menghitung reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan software SPSS 17. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan tolak ukur yaitu :

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

4) Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 (sukar) sampai 1,00 (mudah). Rumus mencari indeks kesukaran adalah :


(29)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,31– 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Tabel 3.5 Klasifikasi indeks kesukaran

(Suharsimi Arikunto, 2009:207-210) 3. Analisis Statistik untuk Uji Hipotesis

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Informasi bahwa data tersebut terdistribusi normal atau tidak akan menentukan jenis statistik selanjutnya. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pemilihan metode ini karena data yang digunakan belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi dan menimbang jumlah sampel yang tidak terlalu besar (Hidayat, 2013). Dalam perhitungannya dibantu dengan menggunakan software SPSS 17. Kriteria pengujiannya adalah jika

nilai signifikansi > α dimana α = 0,05, maka data terdistribusi

normal (Santoso, 2010). 2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk data yang terdistribusi normal. Uji homogenitas adalah pengujian untuk mengetahui sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian homogenitas dilakukan menggunakan software SPSS 17 atau dengan Microsoft Excel.

Untuk menganalisis uji homogenitas, maka perlu diketahui F hitung dari dua buah varians dengan rumus


(30)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Catatan:

- Pembilang: S besar artinya varians dari kelompok dengan varians terbesar (lebih banyak)

- Penyebut: S kecil artinya varians dari kelompok dengan varians terkecil (lebih sedikit)

- Jika varians sama pada kedua kelompok, maka bebas tentukan pembilang dan penyebut.

Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:

(1) Untuk varians dari kelompok dengan varians terbesar adalah dk pembilang n-1

(2) Untuk varians dari kelompok dengan varians terkecil adalah dk penyebut n-1

(3) Jika F hitung < F tabel, berarti data homogen (4) Jika F hitung > F tabel, berarti data tidak homogen 3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis bergantung pada keputusan data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan bahwa sampel terdistribusi normal dan homogen. Sehingga perhitungan statistik analisis datanya termasuk ke dalam metode statistika parametrik. Salah satu uji hipotesis yang termasuk ke dalam metoda statistik parametrik adalah uji t-tes. Uji t-tes yang digunakan adalah 1-sample t-test atau biasa diterjemahkan sebagai uji-t 1 sampel, yang merupakan statistik uji yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai rata-rata suatu populasi. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0


(31)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Perhitungan N-Gain

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus g factor (gain) dengan rumus Hake:

= skor post test = skor pre test

= skor maksimum ideal

Batasan Kategori

(N-gain) 0,7 Tinggi

0,3 (N-gain) 0,7 Sedang

(N-gain) 0,3 Rendah

Tabel 3.6 Interpretasi N-gain

4. Hasil Judgement dan Uji Instrumen 1) Judgement Expert

Instrumenyang disusun diberikan kepada 4 orang ahli yang terdiri dari dua orang dosen Fisika, satu orang dosen Pendidikan Luar Biasa, dan satu orang guru kelas SMALB. Berikut ini hasil

judgement instrumenoleh keempat ahli tersebut.

(1) Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal. Butir

Soal

Penilai Jumlah

Cocok Persentase

Persentase Rata-rata

1 2 3 4

1 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100% Rata-rata =

Jumlah persentase seluruh butir soal : jumlah soal

= 1600 % : 16 = 100%

2 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

3 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

4 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

5 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

6 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

7 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%


(32)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

10 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

11 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

12 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

13 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

14 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

15 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

16 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Total 1600%

Tabel 3.7 Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal

(2) Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal. Butir

Soal

Penilai Jumlah

Cocok Persentase

Persentase Rata-rata

1 2 3 4

1 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100% Rata-rata =

Jumlah persentase seluruh butir soal : jumlah soal

= 1600 % : 16 = 100%

2 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

3 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

4 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

5 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

6 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

7 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

8 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

9 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

10 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

11 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

12 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

13 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

14 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

15 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

16 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Total 1600%

Tabel 3.8 Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal

(3) Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal. Butir

Soal

Penilai Jumlah

Cocok Persentase

Persentase Rata-rata


(33)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100% Rata-rata =

Jumlah persentase seluruh butir soal : jumlah soal

= 1600 % : 16 = 100%

2 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

3 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

4 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

5 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

6 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

7 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

8 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

9 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

10 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

11 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

12 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

13 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

14 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

15 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

16 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Total 1600%

Tabel 3.9 Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal

(4) Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir soal.

Butir Soal

Penilai Jumlah

Cocok Persentase

Persentase Rata-rata

1 2 3 4

1 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100% Rata-rata =

Jumlah persentase seluruh butir soal : jumlah soal

= 1600 % : 16 = 100%

2 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

3 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

4 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

5 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

6 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

7 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

8 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

9 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

10 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

11 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

12 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%


(34)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

15 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

16 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Total 1600%

Tabel 3.10 Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir soal

Dari hasil perhitungan validitas oleh 4 penilai, diperoleh bahwa semua butir soal telah sesuai dan cocok dari segi indikator, aspek kognitif, konsep Fisika, dan penggunaan bahasanya. Dengan hasil validitas tersebut diharapkan instrumen yang dibuat mampu mengukur hasil belajar siswa tunarungu secara akurat.

2) Uji Instrumen

Instrumen diujikan kepada siswa SMALB dari sekolah berbeda yang dijadikan tempat penelitian. Peneliti memilih sekolah berbeda karena jumlah sampel yang sedikit dari sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Instrumen diujikan kepada 7 siswa SMALB B kelas XI. Hasil uji instrumen berdasarkan perhitungan

software SPSS 17 diuraikan sebagai berikut. Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 7.5714 6.286 .000 .706

VAR00002 8.2857 4.905 .529 .655

VAR00003 7.8571 4.476 .761 .616

VAR00004 8.0000 4.333 .749 .612

VAR00005 7.8571 4.476 .761 .616

VAR00006 8.4286 6.286 -.075 .731

VAR00007 7.5714 6.286 .000 .706

VAR00008 8.4286 5.619 .292 .690


(35)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

VAR00010 7.7143 4.905 .740 .635

VAR00011 8.5714 6.286 .000 .706

VAR00012 8.0000 5.667 .131 .720

VAR00013 7.7143 6.571 -.221 .745

VAR00014 7.7143 6.571 -.221 .745

VAR00015 8.5714 6.286 .000 .706

VAR00016 7.7143 4.905 .740 .635

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validitas SPSS 17

Berdasarkan validitasnya, butir soal yang baik untuk digunakan adalah yang memenuhi kriteria validitas lebih dari 0,3. Perhitungan validitas dari hasil SPSS 17 menghasilkan 6 butir soal yang dinyatakan valid dalam kategori tinggi, yaitu soal no. 2, 3, 4, 5, 10 dan 16. Namun, 2 soal yang termasuk kategori rendah yaitu no. 8 dan 12 juga akan digunakan dalam penelitian ini.

Dari kedelapan butir soal tersebut kemudian dicari reliabilitasnya dengan bantuan software SPSS 17 sebagai berikut.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.845 8

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Reliabilitas SPSS 17

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas instrumen sebesar 0,845 yang termasuk kedalam kategori sangat tinggi.

Tabel dibawah ini menunjukkan kategori dari validitas dan tingkat kesukaran kedelapan butir soal.

Butir

Soal Validitas

Tingkat


(36)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B

e r d a s

arkan tingkat kesukarannya, 6 dari 8 butir soal diatas termasuk dalam kategori sedang, yaitu no. 3,4,5,10,12, dan 16. Sementara 2 soal lainnya yaitu soal no. 2 dan 8 termasuk ke dalam kategori sukar.

Dari kedelapan soal yang dipilih, 5 dari soal yang digunakan merupakan soal aspek C1 (pengetahuan) yang merupakan tingkatan pemahaman paling dasar pada ranah kognitif Bloom. Sementara 2 soal termasuk ke dalam aspek C2 (pemahaman) dan satu soal termasuk ke dalam aspek C3 (penerapan).

Berdasarkan hasil uji instrumen tersebut, banyaknya soal aspek C1 yang terpilih menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus tunarungu masih memiliki kemampuan pemahaman konsep Fisika khususnya materi besaran dan satuan yang rendah.

Nilai Kategori Nilai Kategori

2 .529 Cukup 0.18 Sukar Digunakan 3 .761 Tinggi 0.45 Sedang Digunakan 4 .749 Tinggi 0.36 Sedang Digunakan 5 .761 Tinggi 0.45 Sedang Digunakan 8 .292 Rendah 0.09 Sukar Digunakan 10 .740 Tinggi 0.55 Sedang Digunakan 12 .131 Rendah 0.36 Sedang Digunakan 16 .740 Tinggi 0.55 Sedang Digunakan


(37)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Adapun karakteristik model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tunarungu adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian materi kepada siswa tunarungu dibantu dengan bantuan bahasa isyarat, bahasa oral/verbal, dan bahasa tubuh.

2. Media pembelajaran yang digunakan adalah media yang dapat dilihat dan dapat meningkatkan ketajaman visualnya serta indera lainnya selain indera pendengaran.

3. Penyampaian materi perlu dilakukan berulang-ulang untuk lebih menguatkan materi yang tersimpan dalam ingatan mereka sehingga instrument tes formatif mencakup beberapa materi dari pertemuan sebelumnya.

4. Dalam melakukan percobaan perlu ditunjukkan terlebih dahulu langkah-langkahnya dan mendapat bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual yang dirancang dengan menyesuaikan terhadap karakteristik siswa berkebutuhan khusus setelah diaplikasikan menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa tunarungu menurut perhitungan N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kedalam kategori sedang.

B. Rekomendasi

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk turun ke dunia Sekolah Luar Biasa, berikut ini beberapa rekomendasi yang peneliti berikan untuk perbaikan penelitian di masa depan.


(38)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hendaknya peneliti melakukan studi pendahuluan melalui survey, observasi, dan wawancara secara langsung untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Sekolah Luar Biasa yang akan diteliti.

2. Observer yang dipilih hendaknya terdiri dari beberapa orang, yaitu

1) Observer yang berasal dari jurusan Pendidikan Fisika untuk melihat pembelajaran berdasarkan keilmuan Fisikanya.

2) Observer yang berasal dari Pendidikan Luar Biasa untuk melihat pembelajaran berdasarkan keilmuan siswa berkebutuhan khusus. 3) Wali kelas untuk melihat pembelajaran berdasarkan data personal atau

karakteristik siswa berkebutuhan khusus di kelas tersebut.

3. Peneliti yang bertujuan melakukan penelitian lebih baik melakukan penelitian secara langsung tanpa perantara untuk lebih memahami permasalahan yang dihadapi ketika mengajar.

4. Peneliti perlu mengamati keadaan sampel penelitian secara langsung untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan siswa berkebutuhan khusus sehingga dapat menetapkan langkah penelitian yang tepat.

5. Peneliti perlu menggali dari berbagai sumber cara berkomunikasi dan karakteristik dari siswa berkebutuhan khusus supaya peneliti lebih mudah dalam berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus.


(39)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan


(40)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Daniel P Hallahan, James M Kauffman. 1993. Exceptional Children: Introduction to Special Education.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi). Cetakan kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

A. Smith, David. 2012. Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Bandung: Nuansa.

Cameron, David Lansing. 2013. An examination of teacher–student interactions in inclusive classrooms: teacher interviews and classroom observations. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 12 JUN 2013]

Oluremi Dorcas. Fareo and Olubukola Olakunbi, Ojo. 2012. Impact of facilities on academic performance of students with special needs in mainstreamed public schools in Southwestern Nigeria. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 19 APR 2012]

Norman, Katherine, et.all. 1998. Teaching students with disabilities in inclusive science classrooms: Survey results. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 7 DEC 1998]

Kirch A., Susan, et.all. 2010. Inclusive Science Education: Classroom Teacher and Science Educator Experiences in CLASS Workshops.

http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 9 NOV 2010]

McClimens, Alex, et.all. 2014. Hearing problems in the learning disability population: is anybody listening?. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 17 MAR 2014]

Susetyo, Budi. 2011. Menyusun Tes Hasil Belajar dengan Teori ujian Klasik dan Teori Responsi Butir. Bandung: CV Cakra.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.


(41)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Dua. Cetakan pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (Materi latihan terintegrasi). Jakarta:

Sudjana. 2001. Metoda Statistika (Edisi Keenam). Cetakan kedua. Bandung: Tarsito

Proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga kerja kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[Forum Online]

http://jasianakku-sampel.blogspot.com/2012/01/meningkatkan-kemampuan-percakapan.html

http://www.jasianakku.blogspot.com/

http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/3407

http://www.slideshare.net/sinyakkaceh/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-abk-pada-anak-yang-menderita-tunagrahita-di-slb-ab-bukesra-ulee-kareng

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-biasa/ http://laraasih.com/tag/pembagian-kategori-slb

http://12-028myl.blogspot.com/2013/05/sekolah-slb-b-c-d-e.html

http://12022dl.blogspot.com/2013/05/rancangan-sekolah-luar-biasa-tipe-c-slb.html

http://12051eag.blogspot.com/2013/05/karakteristik-slb.html http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus http://www.statistikian.com/2013/01/uji-homogenitas.html https://othersidemiku.wordpress.com/2013/06/01/pembelajaran-kontekstual-ctl/


(42)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan


(1)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Adapun karakteristik model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tunarungu adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian materi kepada siswa tunarungu dibantu dengan bantuan bahasa isyarat, bahasa oral/verbal, dan bahasa tubuh.

2. Media pembelajaran yang digunakan adalah media yang dapat dilihat dan dapat meningkatkan ketajaman visualnya serta indera lainnya selain indera pendengaran.

3. Penyampaian materi perlu dilakukan berulang-ulang untuk lebih menguatkan materi yang tersimpan dalam ingatan mereka sehingga instrument tes formatif mencakup beberapa materi dari pertemuan sebelumnya.

4. Dalam melakukan percobaan perlu ditunjukkan terlebih dahulu langkah-langkahnya dan mendapat bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual yang dirancang dengan menyesuaikan terhadap karakteristik siswa berkebutuhan khusus setelah diaplikasikan menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa tunarungu menurut perhitungan N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kedalam kategori sedang.

B. Rekomendasi

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk turun ke dunia Sekolah Luar Biasa, berikut ini beberapa rekomendasi yang peneliti berikan untuk perbaikan penelitian di masa depan.


(2)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hendaknya peneliti melakukan studi pendahuluan melalui survey, observasi, dan wawancara secara langsung untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Sekolah Luar Biasa yang akan diteliti.

2. Observer yang dipilih hendaknya terdiri dari beberapa orang, yaitu

1) Observer yang berasal dari jurusan Pendidikan Fisika untuk melihat pembelajaran berdasarkan keilmuan Fisikanya.

2) Observer yang berasal dari Pendidikan Luar Biasa untuk melihat pembelajaran berdasarkan keilmuan siswa berkebutuhan khusus. 3) Wali kelas untuk melihat pembelajaran berdasarkan data personal atau

karakteristik siswa berkebutuhan khusus di kelas tersebut.

3. Peneliti yang bertujuan melakukan penelitian lebih baik melakukan penelitian secara langsung tanpa perantara untuk lebih memahami permasalahan yang dihadapi ketika mengajar.

4. Peneliti perlu mengamati keadaan sampel penelitian secara langsung untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan siswa berkebutuhan khusus sehingga dapat menetapkan langkah penelitian yang tepat.

5. Peneliti perlu menggali dari berbagai sumber cara berkomunikasi dan karakteristik dari siswa berkebutuhan khusus supaya peneliti lebih mudah dalam berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus.


(3)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan


(4)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Daniel P Hallahan, James M Kauffman. 1993. Exceptional Children: Introduction to Special Education.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi). Cetakan kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

A. Smith, David. 2012. Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Bandung: Nuansa.

Cameron, David Lansing. 2013. An examination of teacher–student interactions in inclusive classrooms: teacher interviews and classroom observations. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 12 JUN 2013]

Oluremi Dorcas. Fareo and Olubukola Olakunbi, Ojo. 2012. Impact of facilities on academic performance of students with special needs in

mainstreamed public schools in Southwestern Nigeria.

http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 19 APR 2012]

Norman, Katherine, et.all. 1998. Teaching students with disabilities in inclusive science classrooms: Survey results. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 7 DEC 1998]

Kirch A., Susan, et.all. 2010. Inclusive Science Education: Classroom

Teacher and Science Educator Experiences in CLASS Workshops.

http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 9 NOV 2010]

McClimens, Alex, et.all. 2014. Hearing problems in the learning disability population: is anybody listening?. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 17 MAR 2014]

Susetyo, Budi. 2011. Menyusun Tes Hasil Belajar dengan Teori ujian Klasik dan Teori Responsi Butir. Bandung: CV Cakra.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.


(5)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Dua. Cetakan pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (Materi latihan terintegrasi). Jakarta:

Sudjana. 2001. Metoda Statistika (Edisi Keenam). Cetakan kedua. Bandung: Tarsito

Proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga kerja kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[Forum Online]

http://jasianakku-sampel.blogspot.com/2012/01/meningkatkan-kemampuan-percakapan.html

http://www.jasianakku.blogspot.com/

http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/3407

http://www.slideshare.net/sinyakkaceh/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-abk-pada-anak-yang-menderita-tunagrahita-di-slb-ab-bukesra-ulee-kareng

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-biasa/ http://laraasih.com/tag/pembagian-kategori-slb

http://12-028myl.blogspot.com/2013/05/sekolah-slb-b-c-d-e.html

http://12022dl.blogspot.com/2013/05/rancangan-sekolah-luar-biasa-tipe-c-slb.html

http://12051eag.blogspot.com/2013/05/karakteristik-slb.html http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus http://www.statistikian.com/2013/01/uji-homogenitas.html https://othersidemiku.wordpress.com/2013/06/01/pembelajaran-kontekstual-ctl/


(6)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan