PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ..1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... ..4

C. Pembatasan Masalah………....5

D. Penjelasan Istilah ... ..6

E. Tujuan Penelitian ... ..6

F. Manfaat Penelitian ... ..7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... ..9

B. Penguasaan Konsep ... 13

C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16

D. Tinjauan Pembelajaran Tema pH dan Pencemaran Air ... 20

E. Penelitian Yang Relevan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31

B. Subyek Penelitian ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 32

D. Alur Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Analisis Butir Soal ... 38

G. Hasil Analisis Butir Soal ... 41


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang

Dikembangkan ... 47

B. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Penguasaan Konsep ... 53

C. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Beberapa Aspek Penguasaan Konsep ... 55

D. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

E. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Beberapa Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 74

B. Rekomendasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penguasaan ilmu – ilmu dasar (basic science) pada siswa, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Namun di sisi lain mata pelajaran IPA sering dianggap sebagai materi sulit dan menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian siswa, bahkan sebagian guru. Pembelajaran siswa di sekolah kemudian sekedar menjadi kewajiban menjalankan kurikulum, kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Dikdasmen, 2003).

Dalam rangka transformasi sosial menuju masyarakat maju dan modern, hendaknya pengajaran kimia tidak semata-mata berupa alih pengetahuan, tetapi diharapkan siswa mampu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Liliasari (2005) yang mengatakan bahwa ide dasar dari kurikulum berbasis kompetensi adalah memperbaiki penguasaan ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya pendidikan IPA itu hendaknya dapat berimplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan kimia sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan memiliki sikap positif terhadap sains, masyarakat serta berinisiatif dalam


(4)

menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Wartono (1996) pembelajaran sains masih mengutamakan pada penguasaan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains (produk sains). Pola pengajaran seperti ini menyebabkan pelajaran IPA di lapangan kurang memberi bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi perkembangan dan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang berdampak pada kurangnya minat siswa terhadap kimia. Diungkapkan oleh Hidayat (1996), bahwa siswa sekolah lanjutan kurang menyukai sains karena:

1. Guru dalam mengajarkan IPA terlalu banyak menekankan pada fakta-fakta dan konsep-konsep tanpa menghubungkan dengan lingkungan sekitar.

2. Pengajaran IPA cenderung menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang hanya berorientasi pada pengetahuan. 3. Guru IPA kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

4. Kurangnya perhatian guru terhadap berbagai masalah lingkungan yang timbul dari interaksi antara sains dan teknologi dalam masyarakat.

5. Evaluasi, lebih banyak ditekankan pada pengetahuan dan kurang memperhatikan sikap, proses dan kreativitas siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala kurangnya minat siswa terhadap sains adalah pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pada pembelajaran ini siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menampilkan peranan Sains dan Teknologi di dalam kehidupan masyarakat (Poedjiadi, 2005). Pembelajaran dengan menggunakan STM memperkenalkan siswa dengan isu-isu dan masalah yang berkembang di masyarakat akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran STM, siswa dapat memecahkan berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupannya dengan


(5)

menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Menurut Zohar (Ernawati, 2007), kemampuan berpikir kritis ini dapat dikembangkan melalui bahan kajian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Saharuddin (2000) bahwa pembelajaran pencemaran air dengan pendekatan STM dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam membantu meningkatkan pemahaman konsep, pengembangan sikap kepedulian terhadap lingkungan dan keterampilan proses sains siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Windayani, 2005) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa (penguasaan konsep) melalui pendekatan STM pada pencemaran tanah. Demikian juga pada penelitian lain melalui pendekatan STM dengan metode bermain peran dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan pendekatan tersebut mampu mendorong dan memotivasi siswa mengungkapkan gagasan-gagasan atau pemikiran siswa yang diperoleh dari pengalamannya, melibatkan secara aktif baik mental, sikap-sikap ilmiah maupun keterampilan intelektual di dalam menanggapi isu-isu sosial/masalah aktual yang dihadapi dalam kehidupan sebagai angota masyarakat, juga menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga timbul keinginan siswa untuk memahami lebih mendalam tentang sains dan teknologi yang dapat berdampak pada perubahan sikap siswa terhadap sains dan teknologi tersebut (Apriana, 2002)

Banyak konsep-konsep kimia yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu materi kimia yang sangat erat hubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat dijelaskan dengan pendekatan STM adalah materi asam-basa terkait konteks pencemaran. Materi asam basa pada sub materi pokok derajat keasaman


(6)

dengan tema aplikasi pH pada pencemaran air dapat kita terapkan dengan pendekatan pembelajaran STM. Tema aplikasi pH pada pencemaran air ini berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Teknologi yang digunakan dalam pencemaran air ini adalah teknologi penyaringan air sederhana dengan penambahan kapur dan tawas. Masyarakat akan tahu mana air yang tercemar dan yang tidak tercemar dengan teknologi sederhana ini.

Materi asam basa pada sub materi pokok derajat keasaman dengan tema aplikasi pH pada pencemaran air bila dirancang dengan pendekatan pembelajaran STM diyakini dapat meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa akan berkembang bila menggunakan pembelajaran STM melalui kemampuan siswa membedakan air yang tercemar dan yang tidak tercemar secara visual dan kemampuan penguasaan konsep siswa akan tumbuh melalui kemampuan siswa menyebutkan ciri-ciri dari air yang tercemar dan air yang tidak tercemar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa perlu untuk meneliti pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada sub materi pokok derajat keasaman dengan tema aplikasi pH pada pencemaran air.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI ?”. Beberapa permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(7)

1. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada Pencemaran Air untuk Siswa SMA Kelas XI?

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa SMA kelas XI pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada Pencemaran Air ?

3. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada Pencemaran Air ?

C. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarah maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Kemampuan penguasan konsep pada aspek memahami (C2), aspek

menerapkan (C3), dan aspek menganalisis (C4)

2. Kemampuan berpikir kritis pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, memfokuskan pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, mengidentifikasi asumsi-asumsi, mendeduksi dan mempertimbangkan hasil-hasil deduksi, serta menentukan suatu tindakan.


(8)

D. Penjelasan Istilah

1. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah pembelajaran yang memunculkan isu-isu yang berkembang di masyarakat akibat perkembangan IPTEK dan dampaknya bagi masyarakat, dan dalam pembelajaran tersebut guru melalui topik yang dibahas menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 1994)

2. Penguasaan Konsep

Menurut Rosser (Dahar, 1996) Penguasaan Konsep merupakan tingkatan hasil proses belajar seseorang sehingga dapat menjelaskan suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam penguasaan konsep siswa dituntut tidak hanya sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran tetapi juga mampu menjelaskan dari bahan pelajaran tersebut dengan menggunakan kata-kata sendiri, meskipun penjelasan yang diberikan siswa susunannya tidak sama dengan konsep yang diberikan guru kepada siswa tetapi kandungan atau maknanya tidak berbeda.

3. Berpikir Kritis

Peningkatan berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan pada keputusan untuk menentukan apa yang diyakini atau apa yang harus dilakukan (Ennis 1985).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian secara umum, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:


(9)

1. Menghasilkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada Pencemaran Air untuk Siswa SMA Kelas XI.

2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan :

a. karakteristik pembelajaran STM yang mampu meningkatkan

penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH dan Pencemaran Air.

b. mendapatkan informasi berkaitan dengan pengaruh pembelajaran STM terhadap peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal melalui proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

b. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap masalah yang berhubungan dengan lingkungan , khususnya dampak pencemaran air dalam jangka panjang.


(10)

2. Bagi Guru

Menjadi alternatif dalam menerapkan pembelajaran kimia lainnya serta mengefektifkan waktu pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan konsep yang berbeda.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Weak experiment yang digunakan berupa “One group pretest-postest design” (Fraenkel & Wallen, 1993). Rancangan desain penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Desain Penelitian Weak Experiment

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X O2

Keterangan:

O1 = Pretest untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan

berpikir kritis sebelum perlakuan

O2 = Postest untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis setelah perlakuan

X = Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran sains teknologi masyarakat.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah siswa kelas XI SMA “X” di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 30 orang.


(12)

C. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Persiapan

a) Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengkaji beberapa teoritis yang relevan dengan penelitian. Hal ini dikaji dalam studi pendahuluan berupa kajian teoritis tentang pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, kurikulum kimia SMA, sub materi pokok derajat keasaman dengan tema pH pada pencemaran serta kajian teoritis tentang penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis.

b) Membuat proposal penelitian

Proposal penelitian yang diajukan berisi masalah yang akan dikaji, sumber data, serta langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan.

c) Seminar proposal penelitian

Seminar ini merupakan tahapan sebelum dilaksanakan kegiatan penelitian. Tujuan awal dari kegiatan seminar adalah pemaparan proposal dan mencari masukan untuk penyempurnaan rencana penelitian.

d) Perbaikan proposal penelitian

Proposal yang sudah diseminarkan kemudian direvisi/diperbaiki agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana

e) Pembuatan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan instrumen penelitian


(13)

Rencana pembelajaran dalam penelitian ini memuat tahapan-tahapan STM. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda beralasan, lembar observasi, dan angket siswa.

f) Mengurus surat izin penelitian

g) Judgement instrumen dan ujicoba instrumen penelitian

Sebelum instrumen diujicoba, instrumen tersebut di judge oleh beberapa dosen ahli untuk melihat jenjang kognitif, kedalaman materi dan tata bahasa. Setelah di-judge, instrumen tersebut diujicoba.

h) Melakukan analisis instrumen penelitian

Instrumen yang telah diujicoba berupa soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

i) Revisi instrumen penelitian

Revisi dilakukan setelah instrumen diujicoba dan dianalisis, dengan mempertimbangkan susunan kalimat, bahasa, konsep pada pertanyaan soal pilihan ganda serta hasil analisis.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan soal Tes Awal kepada siswa sebagai subjek penelitian, sebelum pemberian perlakuan (pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat). Pada tahap berikutnya siswa dibagi dalam bentuk kelompok.

b) Melakukan PBM (Proses Belajar Mengajar) menggunakan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam mempelajari tema pH pada pencemaran air.


(14)

Proses pembelajaran dengan pembelajaran STM dilakukan selama dua kali pertemuan.

c) Setelah selesai PBM (Proses Belajar Mengajar) selanjutnya dilaksanakan Tes Akhir

3. Tahap analisis data dan penyusunan laporan

Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian dan sekaligus menyusun laporan penelitian. Untuk lebih jelas, prosedurnya penelitian ini dapat dilihat pada alur penelitian bagan.


(15)

D. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Studi Kepustakaan Penguasaan Konsep dan KBKr Analisis Standar Isi Mata

Pelajaran Kimia SMA tentang Asam-Basa

Studi Kepustakaan Pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM)

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran STM terhadap Penguasaan Konsep dan KBKr Perumusan indikator dan tujuan

pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan

kompetensi

Analisis wacana

Pembuatan peta konsekuensi Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian

Penentuan Validitas Isi RPP dan Instrumen Penelitian

Uji Coba Butir Soal Instrumen

Tes Awal

Perbaikan

Proses Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Pembelajaran STM

Tes Akhir

Analisis Data dan Pembahasan Kesimpulan

Angket Observasi


(16)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah berupa instrumen penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, lembar observasi dan angket siswa.

1. Tes

Instrumen penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis berupa soal pilihan ganda beralasan yang diberikan pada saat test awal dan test akhir berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi dan berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis. Adapun kisi-kisi soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep

No Aspek Jumlah Soal Nomor Soal

1 C 2, Memahami 11 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12,

16, 18, 19, 20

2 C 3, Menerapkan 1 10

3 C 4, Menganalisa 8 7, 8, 9, 11, 13, 14,


(17)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Jumlah Soal Nomor Soal

1 Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan

definisi

6 1, 2, 5, 6, 10, 12,

2 Memfokuskan pertanyaan 1 3

3 Bertanya dan menjawab

pertanyaan

1 4

4 Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

6 7, 9, 13, 14, 15, 20

5 Mengidentifikasi asumsi-asumsi

2 8, 11

6 Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

2 16, 17

7 Menentukan suatu

tindakan

2 18, 19

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melihat kesulitan siswa dalam menerapkan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dikembangkan dari kesulitan siswa dalam praktikum dan kesulitan dalam diberikan memanfaatkan waktu dalam mengikuti alur pembelajaran STM (Poedjiadi, 2005). Hal yang akan diobservasi adalah tahapan-tahapan dari setiap pembelajaran STM yakni tahap invitasi/ apersepsi/ inisiasi/ eksplorasi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep dan tahap evaluasi. Observasi juga dilakukan terhadap guru dengan tujuan untuk melihat


(18)

kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran. Observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar ceklist.

3. Angket Siswa

Angket siswa yang digunakan pada penelitian ini berupa angket tertutup, artinya angket yang berisi pertanyaan tanpa disediakan jawaban. Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pembelajaran STM. Model angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman yakni skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten, misalnya ya-tidak (Akdon, 2007).

F. Analisis Butir Soal

Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu diujicobakan dan dianalisis kelayakannya melalui uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan indeks daya beda soal. Instrumen yang diujicobakan adalah berupa soal penguasaan konsep dan soal kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian diperoleh instrumen yang benar-benar baik dan dapat memenuhi syarat untuk dijadikan alat pengumpul data.

Pengujian instrumen berdasarkan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas XII yang berjumlah 28 siswa dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda beralasan sebanyak 20 butir soal.

1. Uji Validitas

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Karno To,


(19)

1996). Dalam penelitian ini menghitung validitas item butir soal menggunakan program Anates V4 Program. Datanya dapat dilihat pada Lampiran C.

Penafsiran nilai validitas dapat dilihat pada Tabel 3.4 berdasarkan kriteria berikut: Tabel 3.4.

Kriteria acuan untuk Validitas

Rentang Keterangan

0,800 – 1,00 Sangat Tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010) 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/tidak berubah-ubah (Karno To, 1996). Untuk menghitung reliabilitas soal tes menggunakan program Anates V4 Program. Hasil reliabilitas yang didapat sebesar 0,92 yang tergolong pada derajat keterandalan sangat tinggi. Datanya dapat dilihat pada Lampiran C.

Menurut Arikunto (2010) tolak ukur untuk menafsirkan derajat keterandalan suatu test dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:


(20)

Tabel 3.5.

Kriteria acuan untuk Reliabilitas

Rentang Keterangan

0,900 – 1,00 Sangat Tinggi

0,700 – 0,900 Tinggi

0,400 – 0,700 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

Kurang dari 0,200 Sangat Rendah

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau mudahnya soal yang digunakan. Menghitung taraf kesukaran soal menggunakan Anates V4 Program dan untuk datanya dapat dilihat pada lampiran C.

Kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6.

Kriteria acuan untuk Tingkat Kesukaran

Rentang Keterangan

0,00 – 0,300 Sukar

0,300 – 0,700 Sedang

0,700 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2010) 4. Daya Pembeda

Daya pembeda dapat digunakan untuk melihat kemampuan soal yang dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Karno To, 1996). Untuk menghitung daya pembeda


(21)

dilakukan dengan Anates V4 Program. Datanya dapat dilihat pada Lampiran C. Kriteria acuannya dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Kriteria acuan untuk Daya Pembeda

Rentang Keterangan

0,00 – 0,200 Jelek

0,200 – 0,400 Cukup

0,400 – 0,700 Baik

0,700 – 1,00 Baik Sekali

G. Hasil Analisis Butir Soal

Sebelum digunakan instrumen soal penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis yang berjumlah 20 soal dilakukan uji coba terlebih dahulu. Setelah dilakukan ujicoba dan dianalisis dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda ternyata terdapat 5 soal yang perlu diperbaiki untuk soal penguasaan konsep dan 4 soal yang perlu diperbaiki untuk soal kemampuan berpikir kritis dan setelah itu baru dapat digunakan (dipakai) dalam penelitian ini. Nilai reliabilitas tes hasil uji coba penguasaan konsep adalah 0,92 dan kemampuan berpikir kritis adalah 0,91 Rekapitulasi kualitas instrumen tes penguasaan konsep terlihat pada Tabel 3.8 dan untuk kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 3.9


(22)

Tabel 3.8.

Gambaran Kualitas Soal Penguasaan Konsep No

Soal

Validitas Reliabilitas Tingkat

Kesukaran (%)

Daya Pembeda (%) Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,333 Rendah

0,92 (Sangat Tinggi)

60,71 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki

2 0,526 Cukup 75,00 Mudah 50,00 Sangat Baik Dipakai

3 0,430 Cukup 64,29 Sedang 50,00 Sangat Baik Dipakai

4 0,674 Tinggi 46,43 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai

5 0,360 Rendah 50,00 Sedang 50,00 Sangat Baik Diperbaiki

6 0,711 Tinggi 60,71 Sedang 100 Sangat Baik Dipakai

7 0,616 Tinggi 67,86 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

8 0,391 Rendah 50,00 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki

9 0,516 Cukup 32,14 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

10 0,441 Cukup 17,86 Sukar 37,50 Baik Dipakai

11 0,416 Rendah 53,57 Sedang 62,50 Sangat Baik Diperbaiki

12 0,545 Cukup 35,71 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

13 0,444 Cukup 57,14 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

14 0,476 Cukup 60,71 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

15 0,505 Cukup 46,43 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

16 0,650 Tinggi 75,00 Mudah 62,50 Sangat Baik Dipakai

17 0,237 Rendah 32,14 Sedang 25,00 Agak Baik Diperbaiki

18 0,498 Cukup 50,00 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai

19 0,500 Cukup 42,86 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai


(23)

Tabel 3.9

Gambaran Kualitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis No

Soal

Validitas Reliabilitas Tingkat

Kesukaran (%)

Daya Pembeda (%) Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,460 Cukup

0,91 (Sangat Tinggi)

75,00 Mudah 50,00 Sangat Baik Dipakai

2 0,517 Cukup 81,25 Mudah 37,50 Baik Dipakai

3 0,492 Cukup 54,17 Sedang 33,33 Baik Dipakai

4 0,708 Tinggi 56,25 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai

5 0,540 Cukup 43,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

6 0,736 Tinggi 56,25 Sedang 87,50 Sangat Baik Dipakai

7 0,614 Tinggi 68,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

8 0,380 Rendah 56,25 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki

9 0,506 Cukup 43,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai

10 0,453 Cukup 18,75 Sukar 37,50 Baik Dipakai

11 0,413 Cukup 56,25 Sedang 62,50 Sangat Baik Diperbaiki

12 0,616 Tinggi 34,38 Sedang 68,75 Sangat Baik Dipakai

13 0,583 Cukup 62,50 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai

14 0,367 Rendah 62,50 Sedang 50,00 Sangat Baik Diperbaiki

15 0,554 Cukup 59,38 Sedang 68,75 Sangat Baik Dipakai

16 0,620 Tinggi 71,88 Mudah 56,25 Sangat Baik Dipakai

17 0,269 Rendah 28,13 Sukar 31,25 Agak Baik Diperbaiki

18 0,637 Tinggi 45,83 Sedang 66,67 Baik Dipakai

19 0,626 Tinggi 29,17 Sukar 58,33 Sangat Baik Dipakai


(24)

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah data hasil penelitian (Tes Awal dan Tes Akhir) penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemberian skor tiap siswa (skor penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis)

2. Mengubah skor total menjadi skor baku (nilai), dengan menggunakan rumus: Skor siswa

Nilai = --- x 100% Skor total

Nilai yang diperoleh siswa kemudian ditafsirkan dengan kategori berdasarkan Tabel 3.10

Tabel 3.10 Kategori Nilai (Mulyadiana, 2000)

Rentang Keterangan

90% ≤ A ≤ 100% Sangat baik

75% ≤ B ≤ 90% Baik

55% ≤ C ≤ 75% Cukup

40% ≤ D ≤ 55% Kurang

0% ≤ E ≤ 40% Jelek

3. Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus nilai N-gain Hake (Meltezer, 2003 dalam Asikin, 2006) dengan rumus:


(25)

Nilai tes akhir – nilai tes awal Gain Ternormalisasi = ---

Nilai max – nilai tes awal

N-gain yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan kategori berdasarkan Tabel 3.11

Tabel 3.11. Kategori N-gain

(Meltzer, 2003 dalam Asikin, 2006)

Rentang Keterangan

0,00 – 0,20 Sangat rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

4. Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data Tes Awal,Tes Akhir dan N-gain penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji

normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan

program SPSS for Windows versi standar 17.00. 5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap data Tes Awal dan Tes Akhir penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan uji normalitas diketahui bahwa hasil tes awal dan tes akhir penguasaan konsep dan


(26)

kemampuan berpikir kritis siswa berdistribusi normal. Oleh sebab itu untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran STM, digunanakan uji hipotesis parametrik (Uji t). Perhitungan uji t dilakukan dengan program SPSS for Windows versi standar 17.00

6. Untuk mengetahui korelasi antara dua faktor X dan Y dalam hal ini penguasaan konsep dan kemampuaan berpikir kritis dapat dilihat melalui indeks gain, digunakan uji korelasi Pearson jika datanya terdistribusi normal dan uji Spearman jika datanya tidak terdistribusi normal. Perhitungan uji Pearson dan uji Spearman dilakukan dengan program SPSS for Windows versi standar 17.00 7. Menghitung prosentase hasil angket respon siswa dengan menggunakan rumus:

Jumlah frekuensi yang normal

Rumus = --- X 100%

Jumlah siswa


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi model ini diawali dengan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang berkembang di masyarakat, ditindak lanjuti dengan penyajian konsep terpadu pada tema pH dan pencemaran air, sumber-sumber dan dampak negatif dari pencemaran air, implementasi model ini membutuhkan partisipasi langsung dari siswa, berorientasi pada konteks nyata yang terjadi dalam kehidupan di sekitar siswa, dan mengembangkan pembelajaran mandiri.

2. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan konsep pada aspek C2 (memahami) sebesar 49% dengan kategori cukup, pada aspek C3 (menerapkan) sebesar 3,8% dengan kategori sangat rendah dan pada aspek C4 (menganalisa) sebesar 53% dengan kategori cukup maka peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada aspek C4 (menganalisa) yaitu sebesar 54% dan terendah pada aspek C3 (menerapkan) yaitu sebesar 3,8%.

3. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi sebesar 48%, pada indikator memfokuskan


(28)

pertanyaan sebesar 37%, pada indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sebesar 48%, pada indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi sebesar 59%, pada indikator mengidentifikasi asumsi-asumsi sebesar 38%, pada indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi sebesar 72% dan pada indikator menentukan suatu tindakan sebesar 54% maka peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi yaitu sebesar 72% dan terendah terjadi pada indikator memfokuskan pertanyaan yaitu sebesar 37%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain:

1. Dalam menggunakan pembelajaran STM ini guru hendaknya mempersiapkan semua hal dengan sebaik mungkin.

2. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan berpikir lain, misalnya kemampuan berpikir kreatif.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, dkk. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistik. Bandung. Alfabeta

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing; A Revision of Bloom´s Taxonomy of Educational Objectives. NY: Addison Wesley Longman Inc.

Apriana, E. (2002). Penerapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dengan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Arikunto. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Asikin, W. (2006). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Tanah melalui praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Daryanto. (2004). Masalah Pencemaran. Bandung. Tarsito.

Dirjen Dikdasmen. (2003). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Ernawati. (2007). Profil kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada Materi Pencemaran Air. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N.E., (1993). How to Design and Evaluate Research In Education, 2nd ed. New York. Mc Graw Hill.


(30)

Fuad, M. (2000). Penggunaan Sains-Teknologi-Masyarakat pada Pembelajaran Pupuk dan Pemupukan Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Galib,L.M.(2002) Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dalam

Pembelajaran Sains Di Sekolah. ( Online).Tersedia

:http://www.Depdiknas.co.id /Jurnal/Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 34.html( 1 Juli 2011).

Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Hartati, S. (2001). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Menggunakan Pendekatan STM. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hidayat. (1996). “Pendidikan dan Pembelajaran Sains yang Bagaimana yang cocok dan berguna untuk siswa-siswa Sekolah di Indonesia”. Khazanah Pengajaran IPA.

Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.

Hungerford., HR, Volk & Ramsey. (1990). Science Technology Society Investigating & Evaluating STS Issues and Solution Illinois. STIPES Publishing Co.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). FIP IKIP Bandung.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.


(31)

Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah melalui Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (1994). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pendidikan sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi. Makalah untuk Seminar Karya Ilmiah.

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Priyadi. (2005). Berpikir kritis. Online. Tersedia: http://www.priyadi.net.

Purwanto, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Resmiati, S. (2004). Upaya Meningkatkan Potensi Belajar Siswa Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sahal, E.C. (2005). Identifikasi Kesulitan Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Sub Konsep Lingkungan dengan Sub Konsep Sistem Syaraf. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Saharuddin, (2000). Pengajaran Pencemaran Air Dengan Pendekatan STM pada salah satu MAN di Samarinda. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Reneka Cipta.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.


(32)

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Andi

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di sekolah Dasar”. Khazanah Pengajaran IPA.

Windayani, N. (2005). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Konsep Pencemaran Tanah. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Yager R.E. (1996). Science Technology Society Providing Userful and Appropriate Science for All. Makalah pada Literasi Sains dan Teknologi USA. The University of Iowa.

Zulfiani. (2003). Model Pembelajaran Teknologi DNA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi model ini diawali dengan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang berkembang di masyarakat, ditindak lanjuti dengan penyajian konsep terpadu pada tema pH dan pencemaran air, sumber-sumber dan dampak negatif dari pencemaran air, implementasi model ini membutuhkan partisipasi langsung dari siswa, berorientasi pada konteks nyata yang terjadi dalam kehidupan di sekitar siswa, dan mengembangkan pembelajaran mandiri.

2. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan konsep pada aspek C2 (memahami) sebesar 49% dengan kategori cukup, pada aspek C3 (menerapkan) sebesar 3,8% dengan kategori sangat rendah dan pada aspek C4 (menganalisa) sebesar 53% dengan kategori cukup maka peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada aspek C4 (menganalisa) yaitu sebesar 54% dan terendah pada aspek C3 (menerapkan) yaitu sebesar 3,8%.

3. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan


(2)

pertanyaan sebesar 37%, pada indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sebesar 48%, pada indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi sebesar 59%, pada indikator mengidentifikasi asumsi-asumsi sebesar 38%, pada indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi sebesar 72% dan pada indikator menentukan suatu tindakan sebesar 54% maka peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi yaitu sebesar 72% dan terendah terjadi pada indikator memfokuskan pertanyaan yaitu sebesar 37%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain:

1. Dalam menggunakan pembelajaran STM ini guru hendaknya mempersiapkan semua hal dengan sebaik mungkin.

2. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan berpikir lain, misalnya kemampuan berpikir kreatif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, dkk. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistik. Bandung. Alfabeta

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing; A Revision of Bloom´s Taxonomy of Educational Objectives. NY: Addison Wesley Longman Inc.

Apriana, E. (2002). Penerapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dengan

Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Arikunto. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Asikin, W. (2006). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Tanah melalui praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Daryanto. (2004). Masalah Pencemaran. Bandung. Tarsito.

Dirjen Dikdasmen. (2003). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Ernawati. (2007). Profil kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada Materi Pencemaran Air. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N.E., (1993). How to Design and Evaluate Research In Education, 2nd ed. New York. Mc Graw Hill.


(4)

Fuad, M. (2000). Penggunaan Sains-Teknologi-Masyarakat pada Pembelajaran Pupuk dan Pemupukan Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Galib,L.M.(2002) Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dalam

Pembelajaran Sains Di Sekolah. ( Online).Tersedia

:http://www.Depdiknas.co.id /Jurnal/Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 34.html( 1 Juli 2011).

Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Hartati, S. (2001). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Menggunakan Pendekatan STM. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hidayat. (1996). “Pendidikan dan Pembelajaran Sains yang Bagaimana yang cocok dan berguna untuk siswa-siswa Sekolah di Indonesia”. Khazanah Pengajaran IPA.

Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.

Hungerford., HR, Volk & Ramsey. (1990). Science Technology Society

Investigating & Evaluating STS Issues and Solution Illinois. STIPES Publishing Co.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer

ANATES). FIP IKIP Bandung.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.


(5)

Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah melalui Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. (1994). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pendidikan sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi. Makalah untuk Seminar Karya Ilmiah.

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Priyadi. (2005). Berpikir kritis. Online. Tersedia: http://www.priyadi.net.

Purwanto, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Resmiati, S. (2004). Upaya Meningkatkan Potensi Belajar Siswa Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sahal, E.C. (2005). Identifikasi Kesulitan Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Sub Konsep Lingkungan dengan Sub Konsep Sistem Syaraf. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Saharuddin, (2000). Pengajaran Pencemaran Air Dengan Pendekatan STM pada salah satu MAN di Samarinda. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Reneka Cipta.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.


(6)

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Andi

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di sekolah Dasar”. Khazanah Pengajaran IPA.

Windayani, N. (2005). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Konsep Pencemaran Tanah. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Yager R.E. (1996). Science Technology Society Providing Userful and Appropriate Science for All. Makalah pada Literasi Sains dan Teknologi USA. The University of Iowa.

Zulfiani. (2003). Model Pembelajaran Teknologi DNA untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.