EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN HEURISTIK VEE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM SARAF.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Asumsi ... 6

F. Hipotesis Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN HEURISTIK VEE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA A. Model Pembelajaran Heuristik Vee ... 9

B. Strategi Model Pembelajaran Heuristik Vee dalam Mengkonstruksi Pengetahuan Biologi ... 12

C. Penguasaan Konsep ... 14

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 15


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 32

B. Desain Penelitian ... 32

C. Definisi Operasional ... 33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 42

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 53

H. Alur Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Sistem Saraf... 58

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Saraf ... 66

3. Analisis Hasil Tes Peta Konsep ... 74

4. Analisis Korelasi antara Kemampuan Membuat Peta Konsep dengan Penguasaan Konsep Siswa ... 76

5. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 78

6. Analisis Hasil Wawancara Guru ... 80

B. Pembahasan... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 32

Tabel 3.2. Kategori Tafsiran Nilai Peta Konsep Kelas ... 38

Tabel 3.3. Kategori Tafsiran Rata-rata Nilai Kriteria Peta Konsep ... 38

Tabel 3.4. Interpretasi Angket ... 41

Tabel 3.5. Koefisien Reliabilitas Soal ... 45

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 46

Tabel 3.7. Hasil Analisis Uji Coba Tes Penguasaan Konsep ... 47

Tabel 3.8. Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 49

Tabel 3.9. Kategori N-Gain Ternormalisasi untuk Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 54

Tabel 3.10. Interpretasi Nilai rxy ... 56

Tabel 4.1. Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 58

Tabel 4.2. N-Gain Ternormalisasi Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60

Tabel 4.3. Uji Normalitas Rata-rata Nilai Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 61

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Varians Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 4.5. Hasil Beda Dua Rata-rata Nilai Tes Awal dan N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64


(4)

Tabel 4.6. Hasil Uji U Mann Whitney Nilai Tes Akhir Penguasaan Konsep Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 65 Tabel 4.7. Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 66 Tabel 4.8. N-Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 67 Tabel 4.9. Uji Normalitas Rata-rata Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan

N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 69 Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Varians Nilai Tes Awal dan Tes Akhir

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 70 Tabel 4.11. Hasil Beda Dua Rata-rata Nilai Tes Awal Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 72 Tabel 4.12. Hasil Uji U Mann Whitney Nilai Tes Akhir Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 74 Tabel 4.13. Rata-rata Nilai Peta Konsep Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 74 Tabel 4.14. Rata-rata Nilai Peta Konsep Kelas Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan Masing-masing Kriteria... 75 Tabel 4.15. Interpretasi Koefisien Korelasi Peta Konsep dengan

Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 77 Tabel 4.16. Rekapitulasi Peta Konsep dan Penguasaan Konsep Siswa ... 78


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Heuristik Vee Gowin ... 10

Gambar 3.1. Alur Penelitian... 57

Gambar 4.1. Rata-rata Nilai Tes Awal dan Tes Akhir

Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 59 Gambar 4.2. Rata-rata Nilai Tes Awal dan Tes Akhir

Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 67 Gambar 4.3 Distribusi Jawaban Siswa Berdasarkan

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 68 Gambar 4.4. Rata-rata Nilai Peta Konsep Kelas Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan Masing-masing Kriteria ... 76 Gambar 4.5. Persentase Tanggapan Siswa Meliputi Persepsi, Minat, dan

Motivasi terhadap Pembelajaran dengan Model Heuristik Vee Di Kelas Eksperimen ... 79 Gambar 4.6 Analisis Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelas Eksperimen ... 106

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 119

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 128

Lampiran B 1. Petunjuk Pembuatan Peta Konsep ... 135

2. Peta Konsep Acuan... 136

3. Bahan Tes Peta Konsep ... 137

4. Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep ... 142

5. Sebaran Soal Tes Penguasaan Konsep ... 157

6. Kisi-kisi Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 164

7. Sebaran Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 184

8. Pedoman Observasi Guru di Kelas Eksperimen ... 194

9. Pedoman Observasi Guru di Kelas Kontrol ... 198

10. Angket Respon Siswa ... 202

11. Pedoman Wawancara Guru ... 205

Lampiran C 1. Perolehan Nilai Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Kontrol ... 207

2. Perolehan Nilai Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen ... 209 3. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Nilai Tes Awal


(7)

dan Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 211 4. Hasil Uji U Mann Whitney Nilai Tes Akhir Penguasaan

Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 213 . 5. Perolehan Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain

Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 214 6. Perolehan Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain

Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 216 7. Distribusi Jawaban Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis Kelas Kontrol ... 218 8. Distribusi Jawaban Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen ... 220 9. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Nilai Tes Awal

dan Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 222 10. Hasil Uji U Mann Whitney Nilai Tes Akhir Kemampuan

Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 224 11. Perolehan Nilai Tes Peta Konsep Kelas Kontrol ... 225 12. Perolehan Nilai Tes Peta Konsep Kelas Kontrol

untuk masing-masing Kriteria Peta Konsep ... 227 13. Perolehan Nilai Tes Peta Konsep Kelas Eksperimen ... 229 14. Perolehan Nilai Tes Peta Konsep Kelas Eksperimen

untuk masing-masing Kriteria Peta Konsep ... 231 15. Peta Konsep Siswa Kelas Kontrol ... 233 16. Peta Konsep Siswa Kelas Eksperimen ... 236 17. Hasil Angket Respon Siswa tentang Penerapan

Model Pembelajaran Heuristik Vee ... 239 18. Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum

Implementasi Model Pembelajaran Heuristik Vee ... 242 19. Hasil Wawancara dengan Guru Setelah


(8)

20. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran dengan Model Heuristik Vee ... 245 21. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Konvensional ... 253 Lampiran D

1. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 2. Riwayat Hidup


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna bagi siswa menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Strategi pembelajaran itu antara lain meliputi metode, model, pendekatan dan juga evaluasi. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan menciptakan suatu iklim belajar yang kondusif dan bermakna bagi siswa. Pada akhirnya diharapkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa juga semakin berkembang.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008). Model dan pendekatan pembelajaran biologi yang sekarang ini dilaksanakan, dipandang masih bersifat menghapal informasi tanpa menuntut pemahaman aplikatif dari dasar teori yang dipelajari ke arah terapannya. Hal ini berdampak pada lemahnya pemaknaan siswa terhadap materi biologi itu sendiri yang kemudian berlanjut pada rendahnya nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi.

Menurut Munandar (1999: 97) pengajaran di sekolah pada umumnya terbatas pada penalaran yang bersifat verbal dan pemikiran logis, yang hanya


(10)

menuntut pemikiran konvergen yaitu pemikiran yang menuju pada satu jawaban tunggal. Dengan demikian, ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah atau memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah.

Seiring dengan adanya permasalahan dan tuntutan pembelajaran biologi ke arah yang lebih baik, maka setiap guru diharapkan untuk melengkapi pembelajaran dengan menitikberatkan pada penguasaan konsep dan kemampuan berpikir. Penguasaan konsep sangat diperlukan bagi siswa karena menurut Dahar (1996) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Konsep merupakan aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan proses kognitif dari berpikir secara umum (Liliasari, 2002). Proses berpikir kompleks yang disebut proses berpikir tingkat tinggi antara lain pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Costa, 1985). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar (1999: 54) bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan sewaktu mengajar, tidak perlu disisihkan waktu khusus untuk itu.

Berpikir kritis yaitu kemampuan memberikan alasan, berpikir secara reflektif dan terfokus untuk memutuskan apa yang akan dilakukan atau apa yang diyakini (Ennis, 1985). Berpikir kritis terbukti mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi (Liliasari, 2002). Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir


(11)

kritis ini didukung pula oleh Siegel (Splitter, 1992) yang memandang kemampuan berpikir kritis sebagai hal yang mendasar dalam pendidikan.

Salah satu konsep biologi yang bersifat abstrak serta membutuhkan kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir siswa dalam memahaminya adalah Sistem Saraf. Berdasarkan pada silabus pembelajaran Biologi untuk kelas XI SMA, maka ada standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Selain standar kompetensi, ada pula kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam mempelajari konsep sistem saraf. Mengingat pentingnya materi ini untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk menggali penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat dikembangkan untuk memfasilitasi pemenuhan kompetensi di atas adalah model pembelajaran Heuristik Vee. Model pembelajaran Heuristik Vee merupakan model belajar yang dirancang untuk memperoleh pemahaman bagaimana pengetahuan dibangun dan digunakan. Model belajar ini dapat membantu siswa menangkap makna pembelajaran yang berlangsung dimana sebelumnya telah ditetapkan fokus pertanyaan, sehingga menuntut siswa untuk berpikir. Berdasarkan pada riset sebelumnya pada pembelajaran fisika (Suastra, 1996), diperoleh informasi bahwa miskonsepsi selama berlangsungnya pembelajaran dengan model ini dapat diidentifikasi oleh siswa sendiri dan pada akhirnya berdampak positif terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa.


(12)

Berdasarkan uraian di atas, telah dilakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Heuristik Vee untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat diketahui sejauh mana siswa dalam menangkap makna pembelajaran yang diberikan. Dalam penelitian ini, diteliti mengenai bagaimana penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran Heuristik Vee. Konsep yang dipilih untuk penelitian ini yaitu konsep sistem saraf karena konsep tersebut merupakan salah satu konsep yang bersifat ‘abstrak’ yang tidak dapat diamati secara langsung/dalam konteks nyata. Melalui penelitian ini diharapkan model pembelajaran Heuristik Vee dapat memberikan kontribusi yang efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran bagi guru dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa mengenai konsep-konsep biologi khususnya konsep yang bersifat abstrak. Melalui pemikiran yang kritis dan penguasaan konsep yang baik oleh siswa di dalam pembelajaran dengan model Heuristik Vee, diharapkan siswa dapat mentransformasi pengetahuan pada konsep abstrak dalam suatu bentuk pengetahuan yang nyata.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian adalah “bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Heuristik Vee untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada konsep sistem saraf?”


(13)

Agar rumusan masalah di atas lebih jelas dapat diidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Heuritik Vee pada konsep sistem saraf?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Heuristik Vee pada konsep sistem saraf?

3. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dikenai model pembelajaran Heuristik Vee dan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional?

4. Bagaimanakah respon siswa dan guru terhadap pembelajaran menggunakan model belajar Heuristik Vee pada konsep sistem saraf?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal seperti diuraikan di bawah ini.

1. Pembelajaran dengan model Heuristik Vee pada konsep sistem saraf dilaksanakan dengan menerapkan peta konsep.

2. Penguasaan konsep siswa dijaring dengan menggunakan tes tertulis (pilihan ganda) di awal dan di akhir pembelajaran serta peta konsep di akhir pembelajaran.


(14)

3. Kemampuan berpikir kritis siswa dijaring dengan menggunakan tes tertulis (pilihan ganda) di awal dan di akhir pembelajaran Heuristik Vee pada delapan fungsi dari berpikir kritis menurut Inch.

D. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis penguasaan konsep sistem saraf melalui hasil tes peta konsep dan hasil tes penguasaan konsep siswa.

2. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa melalui hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa

3. Menganalisis perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dikenai model pembelajaran Heuristik Vee dan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional

4. Mengidentifikasi tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran Heuristik Vee pada konsep sistem saraf.

E. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Heuristik Vee merupakan model belajar yang dirancang untuk memperoleh pemahaman bagaimana pengetahuan dibangun dan digunakan (Novak & Gowin, 1984). Model belajar Heuristik Vee dapat meningkatkan konsepsi


(15)

ilmiah dan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah (Winkel, 1989 dalam Soekisno, 2002).

F. Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis antara siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol.

G. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, yaitu:

1. Bagi Siswa

a. diharapkan siswa belajar bagaimana mengorganisasikan sesuatu mulai dari informasi, fakta dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman melalui model pembelajaran Heuristik Vee, sehingga diharapkan terbentuk pemahaman konsep yang baik.

b. diharapkan pembiasaan membuat peta konsep dalam model pembelajaran Heuristik Vee akan membantu siswa mengatasi kesulitan belajar biologi termasuk memahami konsep sistem saraf.

c. diharapkan melalui asesmen yang tepat, siswa dituntun untuk belajar dengan mengembangkan semua kemampuan berpikirnya termasuk


(16)

kemampuan berpikir kritis sehingga siswa tidak hanya belajar menghafal.

2. Bagi Guru

a. diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran biologi b. diharapkan mendapatkan informasi dalam memilih alternatif model


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode quasi experiment, karena penelitian menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami sudah terbentuk dalam kelas dan tidak mengontrol semua variabel yang ada (Gall et al., 2003: 402). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Heuristik Vee sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah “Nonequivalent Control-Group Design” (Gall et al., 2003: 402) artinya pengambilan kelompok tidak secara acak, terdapat kelompok pembanding, masing-masing kelompok diberi tes awal dan tes akhir dengan perlakuan yang berbeda. Desain penelitian ini sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 C O2

Keterangan : O1 : Tes Awal O2 : Tes Akhir

X : Perlakuan pada kelas eksperimen (Pembelajaran Heuristik Vee) C : Perlakuan pada kelas kontrol (Pembelajaran Konvensional)


(18)

Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan khusus, yaitu pembelajaran dengan model Heuristik Vee. Sedangkan kelompok kontrol dalam penelitian ini mendapat pembelajaran konvensional atau tanpa menggunakan model pembelajaran Heuristik Vee. Sebelum pembelajaran dilaksanakan kedua kelas diberikan tes awal dan sesudah pembelajaran diberikan tes akhir untuk melihat kemampuan siswa pada kedua kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui analisis hasil tes penguasaan konsep (soal pilihan ganda dan peta konsep) dan tes kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem saraf sebagai akibat dari pembelajaran Heuristik Vee pada sampel penelitian.

C. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Heuristik Vee

Model Pembelajaran Heuristik Vee adalah model pembelajaran yang dirancang untuk memperoleh pemahaman bagaimana pengetahuan dibangun (dikonstruksi) dan digunakan. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam menangkap makna pembelajaran yang diberikan dengan memberikan fokus pertanyaan sebelum pembelajaran dilaksanakan, sehingga mendorong siswa untuk berpikir. Model pembelajaran Heuristik Vee dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah yang ditempuh guru dalam mengelola proses belajar mengajar biologi.


(19)

Model pembelajaran ini terdiri atas lima tahap, yaitu: (1) orientasi, (2) pengungkapan gagasan siswa, (3) pengungkapan permasalahan/ fokus pertanyaan, (4) pengkonstruksian pengetahuan baru, dan (5) evaluasi gagasan siswa (Gowin dalam Suastra, 1996).

2. Penguasaan Konsep

Penguasaan adalah kemampuan siswa dalam menangkap materi yang disajikan dalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya. Penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran ini diukur melalui tes penguasaan konsep (pilihan ganda) dan asesmen peta konsep yang dirancang oleh siswa.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan dalam menggunakan logika untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran tertentu. Dalam penelitian ini, informasi dan data mengenai kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kritis dengan memperhatikan delapan fungsi indikator berpikir kritis menurut Inch. 4. Efektivitas

Efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari pembelajaran dengan model Heuristik Vee dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem saraf. Dikatakan efektif apabila penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model belajar


(20)

Heuristik Vee lebih baik daripada siswa yang tidak diajar dengan menggunakan model belajar Heuristik Vee pada taraf signifikansi lima persen.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Purwadadi Kabupaten Subang kelas XI IPA yang terdiri atas empat kelas pararel. Sedangkan sampel penelitiannya ialah sebanyak 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, karena mengambil siswa pada kelas yang memiliki prestasi akademik setara (kelompok sedang). Adapun kelas yang dipakai sebagai kelas kontrol ialah kelas XI IPA3 yang berjumlah 39 siswa dan kelas XI IPA2 yang berjumlah 38 siswa sebagai kelas perlakuan (eksperimen).

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

Dalam penelitian ini digunakan 2 jenis instrumen pembelajaran yang meliputi: RPP (Kelas Eksperimen dan Kontrol) dan Lembar Kerja Siswa. a. RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran di susun berdasarkan pada model pembelajaran Heuristik Vee dan pembelajaran konvensional yang akan diterapkan di masing-masing kelas untuk dua kali pertemuan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol (Lampiran A.1 dan A.2).


(21)

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa disusun agar siswa dapat melaksanakan kegiatan penyelidikan dan dapat menemukan, merumuskan, dan membangun konsep yang harus dipahami dan dikuasai pada konsep sistem saraf. Jenis lembar kerja siswa diarahkan juga untuk melatih kemampuan berpikir kritis sehingga siswa dapat merumuskan suatu kesimpulan tentang konsep yang diajarkan. Pada lembar kerja dicantumkan dasar teori, tujuan, alat, bahan, langkah percobaan, dan pertanyaan tentang masalah yang diberikan dan kesimpulan (Lampiran A.3).

2. Instrumen Pengumpul Data

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian meliputi 10 jenis instrumen yaitu : (1) Petunjuk pembuatan peta konsep, (2) peta konsep acuan, (3) bahan tes peta konsep, (4) kisi-kisi soal tes penguasaan konsep, (5) soal tes penguasaan konsep, (6) kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis, (7) soal tes kemampuan berpikir kritis, (8) pedoman observasi, (9) angket respon siswa dan (10) pedoman wawancara guru.

a. Petunjuk Pembuatan Peta Konsep

Petunjuk Pembuatan Peta Konsep berisi langkah-langkah dalam membuat peta konsep pada pembelajaran Heuristik Vee. Petunjuk ini diberikan kepada siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran dan saat pelaksanaan tes peta konsep di akhir pembelajaran (Lampiran B.1).


(22)

b. Peta Konsep Acuan

Peta konsep acuan merupakan standar dalam penilaian atau bahan rujukan dalam menilai peta konsep yang dibuat siswa. Peta konsep acuan disusun berdasarkan konsep-konsep kunci yang telah dibuat (Lampiran B.2).

c. Bahan Tes Peta Konsep

Bahan tes ini merupakan bahan bacaan yang berisi materi-materi tentang konsep sistem saraf yang telah dipelajari oleh siswa. Bahan tes ini akan disusun oleh siswa kedalam suatu model peta konsep sebagai interpretasi terhadap pengetahuan yang telah mereka kuasai dan miliki setelah pembelajaran dengan model Heuristik Vee (Lampiran B.3). Sebelum digunakan, alat pengumpul data tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk memperkirakan lamanya pengerjaan membuat peta konsep.

Peta konsep buatan siswa kemudian dianalisis menurut aturan Novak & Gowin (1984: 36) yang meliputi proposisi sahih diberi skor 1, hierarki sahih diberi skor 5, kaitan silang sahih diberi skor 10 dan kaitan silang kurang sahih diberi skor 2 serta contoh diberi skor 1. Selanjutnya peta konsep siswa dinilai berdasarkan rumus di bawah ini :


(23)

Selanjutnya nilai peta konsep kelas dikelompokkan berdasarkan kategori yang ditampilkan dalam Tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Kategori Tafsiran untuk Nilai Peta Konsep Kelas No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 0.00 – 30.00 Sangat rendah

2 31.00 – 54.00 Rendah

3 55.00 – 74.00 Sedang

4 75.00 – 89.00 Tinggi

5 90.00 – 100.00 Sangat tinggi

(Panggabean, 1996) Sementara itu untuk menganalisis peningkatan kemampuan membuat peta konsep berdasarkan skor masing-masing kriteria peta konsep, dihitung menggunakan rumus di bawah ini :

SMI x 100

keterangan :

#

= Rata-rata nilai peta konsep pada masing-masing kriteria SMI = Skor peta konsep ideal untuk setiap kriteria

Adapun penentuan kategori Rata-rata nilai peta konsep untuk setiap kriteria, dikelompokkan berdasarkan kategori yang ditampilkan dalam Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Kategori Tafsiran Rata-rata nilai untuk Kriteria Peta Konsep No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 0.00 – 30.00 Sangat rendah

2 31.00 – 54.00 Rendah

3 55.00 – 74.00 Sedang

4 75.00 – 89.00 Tinggi

5 90.00 – 100.00 Sangat tinggi


(24)

d. Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep

Kisi-kisi ini memuat rambu-rambu dalam penyusunan soal tes penguasaan konsep yang meliputi adanya indikator dan tujuan pembelajaran khusus berdasarkan silabus KTSP, dimensi pengetahuan dan jenjang taksonomi Bloom revisi, butir soal serta jawabannya (Lampiran B.4).

e. Soal Tes Penguasaan Konsep

Tes ini menggunakan tes objektif berupa soal-soal pilihan ganda (multiple choice) untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa mengenai konsep sistem saraf yang terdiri atas 28 soal. Cara penskoran dari multiple choice test adalah S = R, artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja. Tes ini dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran mengenai konsep sistem saraf (Lampiran B.5).

Sebelum digunakan, alat pengumpul data tersebut diujicobakan terlebih dahulu. Ujicoba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda pokok uji.

f. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kisi-kisi ini memuat rambu-rambu dalam penyusunan soal tes kemampuan berpikir kritis yang meliputi adanya indikator dan tujuan pembelajaran khusus berdasarkan RPP, fungsi dan indikator berpikir kritis menurut Inch, butir soal serta jawabannya (Lampiran B.6).


(25)

g. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes ini menggunakan tes objektif berupa soal-soal pilihan ganda (multiple choice) untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa mengenai konsep sistem saraf yang terdiri atas 22 soal. Cara penskoran dari multiple choice test adalah S = R, artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja. Tes ini dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran mengenai konsep sistem saraf (Lampiran B.7).

Sebelum digunakan, alat pengumpul data tersebut diujicobakan terlebih dahulu. Ujicoba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda pokok uji.

h. Pedoman Observasi

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas yang menerapkan model pembelajaran Heuristik Vee dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Observasi terhadap aktivitas guru dilakukan pada semua tahapan pembelajaran dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan sampai kegiatan penutup. (Lampiran B.8 dan B.9).

i. Angket Respon Siswa

Setelah menyelesaikan tes peta konsep, tes penguasaan konsep dan tes kemampuan berpikir kritis, siswa kemudian diminta mengisi angket. Bentuk angket berupa pertanyaan dengan pilihan jawaban yang dapat merefleksikan pendapat siswa (Lampiran B.10).


(26)

Angket selanjutnya dianalisis untuk mengumpulkan informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model Heuristik Vee secara keseluruhan dengan rumus di bawah ini:

% ∑ $ % & ' $ /

Kemudian hasil perhitungan seluruh angket ditafsirkan berdasarkan Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Interpretasi Angket Persentase Tafsiran Tanggapan Siswa

0% Tidak ada

1 – 24% Sebagian kecil 25 – 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51 – 75% Sebagian besar

76 – 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

(Panggabean, 2000) j. Pedoman Wawancara Guru

Pedoman wawancara guru berisi sejumlah pertanyaan yang dibagi kedalam dua bagian yang saling berkaitan, yaitu pedoman wawancara sebelum pelaksanaan pembelajaran dan pedoman wawancara setelah pelaksanaan pembelajaran. Wawancara sebelum pelaksanaan pembelajaran ditujukan untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan wawancara setelah pembelajaran bertujuan untuk menggali informasi mengenai hasil pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan (Lampiran B.11).


(27)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian akan dimulai dengan tahapan persiapan, pelaksanaan penelitian, analisis data penelitian, serta laporan hasil penelitian. Berikut uraian prosedur penelitiannya :

a. Tahap Persiapan

1) Melakukan studi pendahuluan meliputi kajian terhadap materi subjek, studi literatur metodologi pembelajaran Heuristik Vee dan asesmen yang memungkinkan dilakukan pada pembelajaran tersebut. Hasil studi pendahuluan berupa pokok bahasan untuk pembelajaran dan variabel penelitian.

2) Perumusan masalah, berdasarkan pada variabel-variabel penelitian yang ada, masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dan diuraikan dalam pertanyaan penelitian.

3) Observasi terhadap kegiatan belajar mengajar biologi di kelas dan wawancara dengan guru yang bersangkutan. Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh informasi: a) apakah guru bersangkutan memberi perhatian pada pengetahuan awal siswa dalam merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran, b) apa yang dilakukan guru sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran di kelas, c) bagaimana guru menangani miskonsepsi yang dibawa siswa ke dalam kelas, d) kesulitan-kesulitan apa yang dialami guru selama mengelola pembelajaran biologi khususnya yang terkait dengan model dan asesmen pembelajaran.


(28)

4) Analisis konsep pada sub pokok bahasan yang telah ditetapkan. Langkah ini menghasilkan suatu analisis konsep dan urutan sub pokok bahasan.

5) Menganalisis penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Selanjutnya menentukan indikator-indikator yang akan menjadi fokus penelitian dan sekaligus juga menyiapkan bahan-bahan untuk mendukung pelaksanaan penelitian. Analisis dikaitkan dengan karakteristik materi subjek dan jenis tes untuk evaluasi kegiatan pembelajaran.

6) Pembuatan instrumen berupa RPP Heuristik Vee, RPP pembelajaran dengan metode konvensional, lembar kerja siswa, petunjuk pembuatan peta konsep, dan peta konsep acuan berdasarkan aturan dari Kinchin (2001). Sedangkan tes membuat peta konsep berdasarkan aturan dari Novak untuk mengungkap penguasaan konsep siswa. Soal tes penguasaan konsep disusun berdasarkan jenjang kognitif menurut Bloom revisi dan keterampilan berpikir kritis disusun menggunakan indikator berpikir kritis siswa menurut Inch. Menyusun pedoman observasi untuk menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran Heuristik Vee di kelas eksperimen maupun pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Menyusun angket siswa dan pedoman wawancara guru untuk melihat tanggapan siswa dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran Heuristik Vee.


(29)

7) Pelaksanaa bidang ter validitas is 8) Melaksanak

yaitu kelas saraf. 9) Melakukan

reliabilitas Pelaksanaa konsep acu validitasny dikonsultas biologi di test) diuj pembedany soal tes mendapatk Langkah-la a) Uji Vali

Me program Kriteria 0,80 < 0,60 <

naan validasi instrumen oleh dosen yang ber tersebut (dosen ahli), sebagai upaya untuk isi instrumen.

nakan ujicoba instrumen pada kelas biologi se las XI IPA4 yang telah menerima pembelajaran

an analisis terhadap kualitas instrumen denga tas, tingkat kesukaran, dan daya pemb naan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Sisw acuan, lembar observasi, angket dan pedoman w

nya oleh tim ahli (judgement), dalam hal ltasikan pada dosen penguji, dosen pembim di sekolah penelitian. Kualitas tes tertulis (pa iuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukar anya. Instrumen yang digunakan dalam penelit s tertulis dan asesmen peta konsep diuji atkan instrumen yang valid dan reliabel.

langkah agar instrumen valid dan reliabel anta aliditas

Menghitung validitas item butir soal dengan am Anates V4 Program.

ia validitas item butir soal sebagai berikut:

≤ 1,00 = sangat tinggi ≤ 0,80 = tinggi

berkompeten pada tuk mendapatkan

sebanyak 1 kelas ran konsep sistem

ngan uji validitas, mbeda. Rencana iswa (LKS), peta n wawancara, diuji al ini diuji atau imbing dan guru paper and pencil karan dan daya litian yang berupa ujicobakan untuk

tara lain:


(30)

0,40 < 0,20 < 0,00 <

b) Uji Relia Me menggun Me keterand

Koefisie 0,00 – 0 0,21 – 0 0,41 – 0 0,61 – 0 0,81 – 1 c) Taraf K Me menunju Anates V Kriteria 0,00 0,30 0,70 d) Daya Pe

Me tiap buti

≤ 0,60 = cukup ≤ 0,40 = rendah ≤ 0,20 = sangat rendah

(A eliabilitas Soal

Menghitung reliabilitas seluruh soal tes gunakan program Anates V4 Program.

Menurut Arikunto (2005) tolak ukur untuk men ndalan suatu tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Soal isien Reliabilitas Keterangan

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

Hampir tidak ada

Derajat Keterandalan Renda Derajat Keterandalan Sedan Derajat Keterandalan Tinggi Derajat Keterandalan Sanga f Kesukaran

Menghitung taraf kesukaran soal yaitu njukkan sukar dan mudahnya suatu soal menggu

s V4 Program.

ia indeks kesukaran soal sebagai berikut : ,00 ≤ P < 0,30 = soal sukar

,30 ≤ P < 0,70 = soal sedang

,70 ≤ P < 1,00 = soal mudah (A Pembeda

Menghitung daya pembeda untuk menunjukka utir soal mampu membedakan siswa yang m

(Arikunto, 2009)

es menggunakan

enafsirkan derajat

dah ang ggi

gat Tinggi

bilangan yang ggunakan program

(Arikunto, 2009)

kkan sejauh mana menguasai bahan


(31)

dan siswa yang tidak menguasai bahan dengan menggunakan program Anates V4 Program.

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Klasifikasi Soal

0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00

Kurang baik Cukup Baik Sangat baik

(Arikunto, 2009) b. Analisis Validitas Hasil Uji coba Instrumen Tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Analisis validitas instrumen tes penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan Anates V4 program. Setelah dilakukan uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil validitas tes sebagai berikut:

1) Penguasaan Konsep Rekap Analisis Butir

Rata-rata = 14,41 Reliabilitas Tes = 0,69 Simpangan Baku = 5,26 Butir Soal = 28 Korelasi XY = 0,53 Jumlah Subjek = 44 Btr Baru Btr Asli D.Pembeda (%)

T.Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 41,67 Mudah 0,352 Signifikan

2 2 58,33 Sukar 0,449 Signifikan

3 3 41,67 Sedang 0,413 Signifikan

4 4 50,00 Sedang 0,450 Sangat Signifikan

5 5 66,67 Sedang 0,554 Sangat Signifikan

6 6 58,33 Sedang 0,460 Sangat Signifikan

7 7 58,33 Sedang 0,399 Signifikan

8 8 66,67 Sedang 0,559 Sangat Signifikan


(32)

10 10 41,67 Sedang 0,289 -

11 11 41,67 Sedang 0,363 Signifikan

12 12 41,67 Sedang 0,379 Signifikan

13 13 41,67 Sedang 0,395 Signifikan

14 14 33,33 Sedang 0,379 Signifikan

15 15 41,67 Sedang 0,278 -

16 16 41,67 Mudah 0,381 Signifikan

17 17 33,33 Sangat Sukar 0,478 Sangat Signifikan

18 18 33,33 Sedang 0,323 -

19 19 16,67 Sedang 0,289 -

20 20 58,33 Sedang 0,434 Signifikan

21 21 58,33 Sedang 0,423 Signifikan

22 22 50,00 Sedang 0,486 Sangat Signifikan

23 23 33,33 Sangat Sukar 0,481 Sangat Signifikan

24 24 33,33 Sedang 0,386 Signifikan

25 25 16,67 Sedang 0,254 -

26 26 16,67 Sedang 0,222 -

27 27 58,33 Sedang 0,478 Sangat Signifikan

28 28 25,00 Sedang 0,236 -

Dari 28 soal yang diujicobakan, kemudian tetap diambil 28 soal tersebut sebagai soal tes yang akan digunakan dalam penelitian untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Pengambilan soal dipilih berdasarkan taraf signifikansi dan pertimbangan kebutuhan soal pada setiap aspek dari taksonomi Bloom revisi. Jika soal tersebut tidak mencapai taraf signifikansi maka butir soal tersebut diperbaiki. Secara terperinci penentuan butir soal yang dipilih sebagai alat ukur penguasaan konsep siswa dijelaskan dalam Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Hasil Analisis Uji Coba Tes Penguasaan Konsep Siswa No Butir

Soal

Korelasi Batas Signifikansi

Signifikansi Keterangan

1 1 0,352 0,349 Signifikan Digunakan

2 2 0,449 0,349 Signifikan Digunakan

3 3 0,413 0,349 Signifikan Digunakan

4 4 0,450 0,349 Sangat Signifikan Digunakan


(33)

6 6 0,460 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

7 7 0,399 0,349 Signifikan Digunakan

8 8 0,559 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

9 9 0,578 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

10 10 0,289 0,349 - Diperbaiki

11 11 0,363 0,349 Signifikan Digunakan

12 12 0,379 0,349 Signifikan Digunakan

13 13 0,395 0,349 Signifikan Digunakan

14 14 0,379 0,349 Signifikan Digunakan

15 15 0,278 0,349 - Diperbaiki

16 16 0,381 0,349 Signifikan Digunakan

17 17 0,478 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

18 18 0,323 0,349 - Diperbaiki

19 19 0,289 0,349 - Diperbaiki

20 20 0,434 0,349 Signifikan Digunakan

21 21 0,423 0,349 Signifikan Digunakan

22 22 0,486 0,349 Sangat Signifikan Digunakan 23 23 0,481 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

24 24 0,386 0,349 Signifikan Digunakan

25 25 0,254 0,349 - Diperbaiki

26 26 0,222 0,349 - Diperbaiki

27 27 0,478 0,349 Sangat Signifikan Digunakan

28 28 0,236 0,349 - Diperbaiki

2) Kemampuan Berpikir Kritis Rekap Analisis Butir

Rata-rata = 8,57 Reliabilitas Tes = 0,77 Simpangan Baku = 4,41 Butir Soal = 22 Korelasi XY = 0,62 Jumlah Subjek = 44 Btr Baru Btr Asli D.Pembeda (%)

T.Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 50,00 Sedang 0,392 Signifikan

2 2 66,67 Sedang 0,496 Signifikan

3 3 50,00 Sedang 0,408 Signifikan

4 4 66,67 Sedang 0,460 Signifikan

5 5 41,67 Sukar 0,482 Signifikan

6 6 58,33 Sedang 0,408 Signifikan

7 7 16,67 Sedang 0,339 -

8 8 25,00 Sedang 0,368 -

9 9 33,33 Sedang 0,347 -


(34)

11 11 41,67 Mudah 0,419 Signifikan

12 12 33,33 Sedang 0,390 Signifikan

13 13 41,67 Sedang 0,417 Signifikan

14 14 25,00 Sedang 0,367 -

15 15 50,00 Sukar 0,458 Signifikan

16 16 50,00 Sukar 0,361 -

17 17 50,00 Sukar 0,470 Signifikan

18 18 50,00 Sedang 0,437 Signifikan

19 19 41,67 Sedang 0,476 Signifikan

20 20 41,67 Sedang 0,454 Signifikan

21 21 41,67 Sedang 0,390 Signifikan

22 22 25,00 Sukar 0,442 Signifikan

Dari 22 soal yang diujicobakan, kemudian tetap diambil 22 soal tersebut sebagai soal tes yang akan digunakan dalam penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Pengambilan soal dipilih berdasarkan taraf signifikansi dan pertimbangan kebutuhan soal pada setiap indikator berpikir kritis. Jika soal tersebut tidak mencapai taraf signifikansi maka butir soal tersebut diperbaiki. Secara terperinci penentuan butir soal yang dipilih sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis siswa dijelaskan dalam Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Butir

Soal

Korelasi Batas Signifikansi

Signifikansi Keterangan

1 1 0,392 0,381 Signifikan Digunakan

2 2 0,496 0,381 Signifikan Digunakan

3 3 0,408 0,381 Signifikan Digunakan

4 4 0,460 0,381 Signifikan Digunakan

5 5 0,482 0,381 Signifikan Digunakan

6 6 0,408 0,381 Signifikan Digunakan

7 7 0,339 0,381 - Diperbaiki

8 8 0,368 0,381 - Diperbaiki

9 9 0,347 0,381 - Diperbaiki

10 10 0,453 0,381 Signifikan Digunakan


(35)

12 12 0,390 0,381 Signifikan Digunakan

13 13 0,417 0,381 Signifikan Digunakan

14 14 0,367 0,381 - Diperbaiki

15 15 0,458 0,381 Signifikan Digunakan

16 16 0,361 0,381 - Diperbaiki

17 17 0,470 0,381 Signifikan Digunakan

18 18 0,437 0,381 Signifikan Digunakan

19 19 0,476 0,381 Signifikan Digunakan

20 20 0,454 0,381 Signifikan Digunakan

21 21 0,390 0,381 Signifikan Digunakan

22 22 0,442 0,381 Signifikan Digunakan

c. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini meliputi pelaksanaan pembelajaran dan pengumpulan data. Pada tahap ini pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Heuristik Vee untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan asesmen peta konsep, soal tes penguasaan konsep dan soal tes kemampuan berpikir kritis. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

1) Pemberian tes awal (pre test) pada siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis awal siswa.

2) Penugasan kepada siswa untuk mempelajari bahan yang dipelajari pada pertemuan berikutnya dengan menyajikannya dalam bentuk peta konsep untuk melihat persepsi awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari melalui pembelajaran Heuristik Vee pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.


(36)

3) Pelaksanaan pembelajaran model Heuristik Vee pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan 5 sintaks, seperti yang disebutkan pada definisi operasional. Adapun mekanisme pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a) Guru memusatkan perhatian siswa dengan menyebutkan beberapa fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Contoh: Mengapa pada zaman modern ini perang terhadap narkoba semakin meningkat? Coba hubungkan dengan fungsi saraf yang kamu ketahui! Selanjutnya, mengapa penggunaan obat bius dalam dunia kedokteran harus sesuai petunjuk? Adakah menurutmu kaitannya dengan penghantaran rangsang melalui sinapsis?

b) Guru mengarahkan siswa untuk mengungkap pengetahuannya berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan fenomena yang dipaparkan oleh guru melalui peta konsep yang telah dibuat oleh siswa secara perorangan melalui penugasan di rumah pada pertemuan sebelumnya. Dalam hal ini guru tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.

c) Guru kemudian mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelidikan yang akan dilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kunci.


(37)

d) Selanjutnya untuk mengkonstruksi suatu gagasan baru, siswa diminta untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikam dilakukan dalam kelompok-kelompok kerja kecil (4-5 orang) yang dipandu dengan LKS. Guru melakukan pengawasan dan memberikan bimbingan seperlunya. Guru memberikan komentar hasil observasi siswa dan selanjutnya bersama siswa membuat suatu kesimpulan. e) Langkah terakhir dalam pembelajaran Heuristik Vee yaitu

mengevaluasi gagasan mana yang paling sesuai dalam menjelaskan fenomena yang dipelajari dan pengkonstruksian pengetahuan baru. Untuk itu siswa diminta untuk melakukan diskusi dan presentasi kelas yang dipandu oleh guru. Guru mencatat ide-ide pokok yang sesuai dengan konsepsi ilmiah. Guru juga mendiskusikan jawaban siswa yang salah. Dengan demikian, siswa dapat melihat ketidaksesuaian gagasan yang mereka miliki sebelumnya dan merestrukturisasi kembali.

4) Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, dimana guru melakukan pengajaran dengan metode pengajaran langsung dan diskusi.

5) Setelah pembelajaran pada kedua kelas selesai diberikan dalam 2x pertemuan pada konsep sistem saraf, guru kemudian melaksanakan asesmen peta konsep, tes penguasaan konsep dan tes kemampuan berpikir kritis.


(38)

6) Terakhir untuk mengetahui keterkaitan antara kemampuan membuat peta konsep dengan tes penguasaan konsep, dilakukan analisis korelasi antara penilaian dengan asesmen peta konsep dan tes penguasaan konsep siswa.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan terhadap sejumlah data kuantitatif dan kualitatif dan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian. Data kualitatif dari penelitian ini meliputi angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Heuristik Vee dan hasil wawancara guru sebelum dan setelah pelaksanakan pembelajaran Heuristik Vee dalam rangka meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun data kuantitatif berupa: skor tes awal, tes akhir dan gain, serta hasil tes peta konsep siswa dan analisis korelasinya dengan hasil tes penguasaan konsep siswa. Data kuantitatif yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik.

Pengolahan data penelitian diawali dengan uji statistik berupa uji normalitas dan uji homogenitas (Sudjana, 2005) yang merupakan syarat sebelum uji-z. Uji normalitas dan homogenitas keduanya dilakukan dengan menggunakan program statistik (SPSS) windows versi 18.0.


(39)

Adapun u dan kemampuan dihitung dengan m

Keterangan : Spre Spos Smaks Tabel 3.9 Ka

dan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat

Untuk dat untuk melihat pe menggunakan uji

dengan : : r

untuk mengetahui kategori peningkatan peng an berpikir kritis siswa sebelum dan setelah n menggunakan rumus gain skor ternormalisasi

(Arch

= Skor pretes = Skor postes = Skor maksimum

Kategori N-gain Ternormalisasi untuk Penguasa dan Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori N-gain

gat rendah ≥ 0,20

dah 0,21-0,40

ang 0,41-0,60

gi 0,61-0,81

gat tinggi 0,81-1,00

(Meltzer dalam data normal dan homogen digunakan uji stati perbedaan hasil tes antara kelas eksperimen da uji-z :

: rerata tes kelas eksperimen

enguasaan konsep lah pembelajaran, asi:

rchambault, 2008)

asaan Konsep

m Mashudi, 2002) tatistik parametrik dan kelas kontrol


(40)

: r : st : st : st : ju : ju Sedangkan menggunakan uji Mann-Whitney. L berikut:

1. Susun data b eksperimen da 2. Lebih dahulu c

3. Selanjutnya, c

4. Setelah mend signifikansi α 5. Tolak Ho jika 6. Atau dapat ju

18.0.

: rerata tes kelas kontrol

: standar deviasi sampel penelitian

: standar deviasi hasil tes kelas eksperimen : standar deviasi hasil tes kelas kontrol : jumlah sampel kelas eksperimen

: jumlah sampel kelas kontrol kan untuk data yang tidak berdistribusi norma uji statistik non parametrik pengganti uji-z yait . Langkah-langkah pengujian U Mann-Whitney

berdasarkan peringkat. Berikan indeks a u dan indeks b untuk kelompok lainnya (kelompo lu cari nilai U dengan menggunakan rumus:

, cari nilai z dengan menggunakan rumus:

ndapat nilai z, lalu bandingkan dengan tabe

α = 0,05 dan tentukan nilainya. ka zhitung > ptabel.

juga menggunakan program statistik (SPSS)

(Siegel, 1

(Sudjana,2005) mal, pengujiannya

aitu uji statistik U ney adalah sebagai

untuk kelompok pok kontrol).

abel p pada taraf

S) windows versi


(41)

Sementara itu untuk melihat hubungan antara kemampuan membuat peta konsep dengan penguasaan konsep siswa maka perlu dilakukan perhitungan koefisien korelasi. Menurut Sudjana (2005) bahwa analisis korelasi merupakan studi yang membahas hubungan antara variabel-variabel, sedangkan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan tersebut dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu sendiri menunjukkan tingkat asosiasi (Siegel, 1997). Penentuan koefisien korelasi antara kemampuan membuat peta konsep dengan penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi menurut Rank Spearman karena data tidak berdistribusi normal dan homogen, dengan rumus sebagai berikut.

Korelasi menurut Rank Spearman

∑ 2*$2+ 2

2,∑ 2$2

(Siegel, 1997: 260) dengan :

rs = koefisien korelasi ranks spearmen

x = skor kemampuan dalam membuat peta konsep y = skor penguasaan konsep

di = selisih rangking antara variabel x – y

Adapun pedoman untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10 Interpretasi nilai rs

rs Interpretasi

0 Tidak berkorelasi

0.01 – 0.20 Sangat rendah

0.21 – 0.40 Rendah

0.41 – 0.60 Agak rendah

0.61 – 0.80 Cukup

0.81 – 0.99 Tinggi

1 Sangat tinggi


(42)

H. Alur Penelitian

Alur penelitian yang dilaksanakan digambarkan dengan bagan berikut.

Gambar.3.1 Alur Penelitian Studi pendahuluan

Perumusan Masalah

Pengkajian dan penetapan indikator Kemampuan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Pembuatan rancangan pembelajaran model Heuristik Vee

Penentuan dan analisis konsep

Penyusunan dan validasi instrumen penelitian pada siswa SMA kelas XI

Kelas eksperimen Penyusunan instrumen hasil uji coba dan hasil revisi

Tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pemberian angket sikap siswa

Kesimpulan

Asesmen Peta Konsep dan Tes akhir Kelas kontrol

Pembelajaran model Heuristik Vee Pembelajaran dengan metode konvensional

Asesmen Peta Konsep dan Tes akhir


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang penerapan model pembelajaran Heuristik Vee pada konsep sistem saraf untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Heuristik Vee secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem saraf dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional dengan N-Gain penguasaan konsep 0,74 dan N-Gain kemampuan berpikir kritis 0,72 pada kelas eksperimen lebih baik daripada Gain Penguasaan Konsep 0,39 dan N-Gain kemampuan berpikir kritis 0,37 pada kelas kontrol.

2. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran Heuristik Vee untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritisnya (78,95%). Guru juga memberikan pandangan yang positif terhadap model pembelajaran Heuristik Vee dalam memfasilitasi pengajaran materi sistem saraf yang lebih baik bagi siswa dalam rangka meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.


(44)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Heuristik Vee untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada konsep sistem saraf, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Beberapa minggu sebelum pembelajaran dimulai, siswa harus dilatih membuat peta konsep yang benar sampai mahir. Guru yang mengajar juga harus dipastikan dapat memahami dengan baik rencana pembelajaran model Heuristik Vee. Ini sangat penting agar dalam pelaksanaan pembelajaran, proses dan waktu pembelajaran dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

2. Model Heuristik Vee ini memerlukan peran serta dan tanggungjawab yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, siswa perlu diberikan arahan pentingnya tanggungjawab mereka dalam keberhasilan pembelajaran Heuristik Vee ini bagi mereka. Selain itu, diperlukan ketegasan guru untuk mengingatkan siswa akan segala bentuk tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok.

3. Topik yang dipilih untuk model ini sebaiknya yang memberikan pengalaman eksperimen yang sederhana namun menyenangkan dan bermakna bagi siswa.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Akpan, J.P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation of Dissection or a Traditional Laboratory Practical Method of Dissection”. Electronic Journal of Science Education, Vol. 6, No.4.

Anwar, M. dan Fatah, H., (2004). Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Kimia melalui Tugas Info-Kuis. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA-11 September 2004. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Archambault, J. (2008). “The Effects of Developing Kinematics Concepts Graphically Prior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques”. Action Research required for the Master of Natural Science degree with concentration in physics. Arizona State University.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Balta, E. L. (2006). “Using Literature and Innovative Assessment to Ignite

Interest and Cultivate Critical Thinking Skill in an Undergraduate Neuroscience Course”. CBE-Life Sciences Education, Vol. 5, 167-174. Costa. (1985). Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: ASCD.

Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2007). Model Penilaian SMK. [online]. Tersedia: http.//www.diknas.co.id./model penilaian SMK.pdf.


(46)

Ennis, R.H. (1985). An Elaboration of a cardinal goal of science instruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34.

Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R Catatan Graphic Post Organizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003). Educational Research an Introduction (seventh edition). United State of America.

Ibayati, Y. (2002). Analisis Strategi Mengajar pada Topik Sistem Saraf di SMU. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Inch, E. S., et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The use of

reason in argument. 5th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Indrawati. (2008). Penilaian Berbasis Kelas. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Alam Depdiknas. Kinchin, I.M. (2001). “If Concept Map is so Helpful to Learning Biology, Why

aren’t We all doing it?”. International Journal of Science Education. 23 (12), 1257-1269.

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.


(47)

Mashudi. (2002). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Pembelajaran Zat Aditif Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyani, A. (2009). Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Keterampilan Berpikir kritis. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Novak, J.D & Gowin, D.B (1984). Learning How to Learn. Cambridge London: Cambridge University Press.

Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

---. (2000). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pujiyanto, Sri. (2008). Menjelajah Dunia Biologi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA. Jawa Tengah: Platinum.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran inkuiri terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada materi Suhu dan Kalor. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Priyambodo, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Strategi Heuristik. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(48)

Purwanto, M.N. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N., Dirdjosumarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA: UPI.

Saka, F.L & Bitner, B.L. (2007). Construction and validation of a rubric for Scoring Concept Maps. Southwest Missouri State University [online]. Tersedia: http://www.conceptmaps.com\conceptmaps.htm. [15 maret 2007].

Salim, P. (1991). The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Soekisno, B.A. (2002). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Strategi Heuristik. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Splitter, J. L. (1992). Critical Thinking: What, Why, When and How. Australia Council for Educational Research.

Suastra, I Wayan. (1996). Efektivitas Model Belajar Heuristik Vee dengan Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(49)

Sukmana, R.W. (2008). Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Multimedia Ilustrasi Statis dan Animasi pada Pembelajaran Reproduksi Sel. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Tridjata, S. (2002). Mainan Pendidikan sebagai Media Ekspresi Kemampuan

Kreatif Anak. ITB Central Library.

Usman, H. & Purnomo, R. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Heuristik Vee untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada konsep sistem saraf, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Beberapa minggu sebelum pembelajaran dimulai, siswa harus dilatih membuat peta konsep yang benar sampai mahir. Guru yang mengajar juga harus dipastikan dapat memahami dengan baik rencana pembelajaran model Heuristik Vee. Ini sangat penting agar dalam pelaksanaan pembelajaran, proses dan waktu pembelajaran dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

2. Model Heuristik Vee ini memerlukan peran serta dan tanggungjawab yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, siswa perlu diberikan arahan pentingnya tanggungjawab mereka dalam keberhasilan pembelajaran Heuristik Vee ini bagi mereka. Selain itu, diperlukan ketegasan guru untuk mengingatkan siswa akan segala bentuk tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok.

3. Topik yang dipilih untuk model ini sebaiknya yang memberikan pengalaman eksperimen yang sederhana namun menyenangkan dan bermakna bagi siswa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akpan, J.P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation of Dissection or a Traditional Laboratory Practical Method of Dissection”. Electronic Journal of Science Education, Vol. 6, No.4.

Anwar, M. dan Fatah, H., (2004). Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Kimia melalui Tugas Info-Kuis. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA-11 September 2004. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Archambault, J. (2008). “The Effects of Developing Kinematics Concepts Graphically Prior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques”. Action Research required for the Master of Natural Science degree with concentration in physics. Arizona State University.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Balta, E. L. (2006). “Using Literature and Innovative Assessment to Ignite

Interest and Cultivate Critical Thinking Skill in an Undergraduate Neuroscience Course”. CBE-Life Sciences Education, Vol. 5, 167-174. Costa. (1985). Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: ASCD.

Dahar. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2007). Model Penilaian SMK. [online]. Tersedia: http.//www.diknas.co.id./model penilaian SMK.pdf.


(3)

Ennis, R.H. (1985). An Elaboration of a cardinal goal of science instruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34.

Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R Catatan Graphic Post Organizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003). Educational Research an Introduction (seventh edition). United State of America.

Ibayati, Y. (2002). Analisis Strategi Mengajar pada Topik Sistem Saraf di SMU. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Inch, E. S., et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The use of

reason in argument. 5th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Indrawati. (2008). Penilaian Berbasis Kelas. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Alam Depdiknas. Kinchin, I.M. (2001). “If Concept Map is so Helpful to Learning Biology, Why

aren’t We all doing it?”. International Journal of Science Education. 23 (12), 1257-1269.

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.


(4)

Mashudi. (2002). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Pembelajaran Zat Aditif Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyani, A. (2009). Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Keterampilan Berpikir kritis. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Novak, J.D & Gowin, D.B (1984). Learning How to Learn. Cambridge London: Cambridge University Press.

Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

---. (2000). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pujiyanto, Sri. (2008). Menjelajah Dunia Biologi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA. Jawa Tengah: Platinum.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran inkuiri terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada materi Suhu dan Kalor. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Priyambodo, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Strategi Heuristik. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

Purwanto, M.N. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N., Dirdjosumarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA: UPI.

Saka, F.L & Bitner, B.L. (2007). Construction and validation of a rubric for Scoring Concept Maps. Southwest Missouri State University [online]. Tersedia: http://www.conceptmaps.com\conceptmaps.htm. [15 maret 2007].

Salim, P. (1991). The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Soekisno, B.A. (2002). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Strategi Heuristik. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Splitter, J. L. (1992). Critical Thinking: What, Why, When and How. Australia Council for Educational Research.

Suastra, I Wayan. (1996). Efektivitas Model Belajar Heuristik Vee dengan Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Sukmana, R.W. (2008). Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Multimedia Ilustrasi Statis dan Animasi pada Pembelajaran Reproduksi Sel. Tesis Program Magister Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Tridjata, S. (2002). Mainan Pendidikan sebagai Media Ekspresi Kemampuan

Kreatif Anak. ITB Central Library.

Usman, H. & Purnomo, R. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.