KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING) SEBAGAI DASAR DALAM PENGHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JATIM APJ BOJONEGORO.

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI DASAR DALAM
PENGHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN pada PT PLN.
(PERSERO) DISTRIBUSI J AWA TIMUR APJ BOJ ONEGORO
SKRIPSI

Diajukan Oleh :
Eddy Catur Eko P.
0713010032/FE/EA
Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan
Maha Penyayang tak pandang orang. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatsahabatnya, para pengikut-pengikutnya yang benar-benar beriman. Berkat Taufiq dan
Hidayah Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian mandiri untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terima
kasih kepada beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec. Endah Susilowati, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi.
6. Dosen, staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Alm Ayah, Ibu, Saudara-saudaraku, dan seluruh keluargaku yang selalu
memberikan dukungan material maupun spiritual serta do'a dan restunya
yang telah diberikan selama ini.
8. Teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selama ini selalu bersama
dalam suka, duka, sedih dan bahagia.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pengerjaan
skripsi ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca akan penulis
terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, Mei 01 2012

KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY BASED
COSTING) SEBAGAI DASAR DALAM PENGHITUNGAN
BIAYA POKOK PENYEDIAAN
PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JATIM APJ BOJONEGORO
Oleh:

Eddy Catur Eko P
ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengimplementasikan sistem
informasi biaya berbasis aktivitas (Activity Based Costing ) di PT. PLN (Persero)
APJ Bojonegoro, yang merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk
Perseroan yang bergerak dibidang jasa pelayanan listrik, ke dalam dua tahap
pengolahan data biaya dan operasi dalam ABC system yaitu: Activity Based Process
Costing (ABPC) dan Activity Based Object Costing (ABOC).
Pemisahan pembahasan dua tahap pengolahan data biaya dan operasi
tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan secara jelas manfaat dan
keunggulan informasi yang dihasilkan oleh setiap tahap pengolahan dalam
pengelolaan organisasi.
Dengan ABPC model dapat menghasilkan informasi biaya aktivitas dan
informasi tentnag aktivitas sehingga dapat diketahui informasi biaya per aktivitas,
sedangkan dengan ABOC model dapat dihasilkan informasi kos produk/ jasa atau
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang akurat.
Dalam implementasinya ABC system digunakan sebagai basis di dalam
penghitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang menjadi dasar dalam penentuan
harga jual ke tipe industri ketenagalistrikan lainnya dan alokasi Biaya Pokok

Penyediaan (BPP) dari satu tipe ke tipe industri yang lain dalam sektor
ketenagalistrikan merupakan transfer price yang akan menjadi beban bagi tipe
industri yang teralokasi.

Keyword : Akuntansi Biaya, ABC System (ABPC & ABOC), Biaya Pokok
Penyediaan (BPP)

ABSTRACT
Tittle
ACTIVITY-BASED COSTING AS BASE IN BASIC COSTING
PROVISION
In PT. PLN.(PERSERO) DISTRIBUSI JATIM APJ Bojonegoro
By:
Eddy Catur Eko P.

This research is aimed to implement information system of Activity-Based
Costing in PT. PLN (Persero) APJ Bojonegoro, A stade owned company
which is related with providing electricity service. Of the two data management
steps of Costing and operation in ABC system Are: Activity-Based Process
Costing (ABPC) and Activity-Based Object Costing (ABOC).

Sparating the topic of the two data management steps of costing from that of
operating is aimed to express clearly the advantage and the excellence of
information made by each management step in organization management.
By ABPC model, the information of activity costing and the information of
activities can be made. Therefore, the information of costing per activity can
be found out and by ABOC model, the information of product or service or basic
costing provision can made accurate.
In its implementation ABC system is used as base in Basic Costing Provision
wich becomes base in determining sale cost to other industrial type in the sector
of electricity becoming transfer price wich is going to burden the industrial type
allocated.
Keyword: Cost Accounting, ABC system (ABPC and ABOC), Basic Costing
Provision.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Semakin berkembangnya dunia usaha dan industri sekarang ini,

menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan, baik yang
bergerak dalam bidang industri, jasa maupun perdagangan. Untuk itu setiap
perusahaan harus mempersiapkan strategi yang mengutamakan tujuan jangka
panjang. Hal ini dapat dilaksanakan jika perusahaan mampu beradaptasi dengan
ligkungannya.

Karena

lingkungan

merupakan

faktor

eksternal

yang


mempengaruhi kehidupan dan perkembangan perusahaan, yang meliputi kondisi
perekonomian,

politik,

sosial

budaya,

demografi

dan

teknologi

(Supriyono,1997:4)
Salah satu faktor yang menjadi penyebab utama berkembangnya dunia
usaha dan industri saat ini adalah teknologi. Karena dengan teknologi yang maju
memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan informasi yang sistematis
sehingga siap untuk diakses dan dianalisis oleh pengguna informasi. Namun

dengan adanya kemajuan teknologi informasi, perusahaan harus siap dengan
konsekuensinya, dimana hal itu menyebabkan sistem akuntansi biaya dan
akuntansi manajemen konvensional tidak lagi relevan untuk digunakan pada
perusahaan.

1

2

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan akuntansi biaya dan akuntansi
manajemen baru yang mampu untuk mengumpulkan, mengolah dan menghasilkan
informasi yang relevan seiring dengan perkembangan teknologi.
Saat ini, berbagai konsep metode, aturan dari akuntansi biaya yang
menjanjikan konsep dimasa lalu, dalam masa demikian tidak lagi cocok dengan
lingkungan bisnis yang telah mengalami perubahan akibat dari globalisasi.
Banyak konsep dan metode akuntansi biaya tradisional yang dikembangkan
dimasa lalu, tidak lagi cocok jika diterapkan dalam lingkungan bisnis sekarang.
(http//jurnal skripsi.com diunduh tanggal 18/02/2011)
Karena perhitungan harga jual produk/ jasa dengan menggunakan sistem
biaya tradisional dianggap kurang maksimal. Sistem biaya tradisional didasarkan

pada biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya
overhead-nya dialokasikan pada semua unit produk/ jasa yang dihasilkan sehingga
sering terjadi distorsi. (Fauziah, Zain:2005)
Maka dari itu, agar tidak terjadi distorsi dalam penentuan harga pokok per
unit, banyak perusahaan yang menerapkan penggunaan sistem penentuan harga
pokok (costing) berbasis aktivitas (activity based costing). Metode activity based
costing oleh perusahaan dianggap dapat memperbaiki keakuratan biaya produk
sebab pembebanan overhead ini juga didasarkan pada persentase proporsional
kepada biaya lain atau kepada produk. (http//jurnalmanajemen.blogspot.com
diunduh tanggal 12/02/2011)

3

Awal perkembangannya, metode ABC didesain untuk menghasilkan kos
produk secara akurat, yang digunakan untuk menggantikan full costing sebagai
metode penentuan kos produk. ABC menggunakan aktivitas sebagai basis
penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi activity cost. Activity cost ini
dimanfaatkan untuk menyediakan informasi bagi personel dan memberdayakan
personel dalam melaksanakan pengurangan biaya melalui pengelolaan terhadap
aktivitas. (Mulyadi 2003:20)

ABC membebankan activity cost ini ke produk/ jasa berdasarkan konsumsi
produk jasa atas aktivitas, sehingga dapat menghasilkan informasi kos produk
yang akurat. ABC menggunakan aktivitas sebagai dasar penggolongan biaya, dan
oleh karena aktivitas terdapat di perusahaan manufaktur, jasa, dagang, maka
akuntansi biaya berbasis aktivitas ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan
manufaktur, jasa, dan dagang. ABC menghitung kos produk tidak hanya
mencakup biaya tahap produksi, namun mencakup biaya seluruh value chain
biaya sejak tahap desain, pengembangan, produksi, sampai dengan tahap
pemasaran, distribusi, dan layanan customer.
Lebih lanjut lagi, perkembangan metode ABC tidak lagi difokuskan dalam
perhitungan kos produk secara akurat, namun dimanfaatkan untuk menghasilkan
informasi tentang aktivitas untuk pengurangan biaya melalui pemberdayaan
personel dalam pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya
biaya. Istilah ABC (Activity Based Costing) yang lebih mencerminkan sistem
informasi untuk penentuan kos produk diubah menjadi ABC System (Activity
Based Cost System) yang lebih mencerminkan sistem informasi biaya untuk

4

pengurangan biaya dan penentuan kos produk/ jasa secara akurat. Mulyadi

(2003:21).
Dengan diubahnya menjadi ABC System ini, akuntansi biaya dikembalikan
lagi ke fungsi sesungguhnya, yaitu untuk pengelolaan operasi perusahaan
sebagaimana yang terjadi pada tahap awal perkembangannya. ABC System tidak
ditujukan untuk menghasilkan kos produk, yang digunakan dalam penilaian
sediaan yang dicantumkan dalam laporan keuangan bagi pihak luar perusahaan.
Namun, ABC System difokuskan untuk menghasilkan informasi bagi kepentingan
intern perusahaan, seperti:
1. Pengurangan biaya.
2. Estimasi biaya secara akurat untuk kepentingan pembuatan anggaran.
3. Pengukuran kinerja.
4. Penentuan harga jual produk/ jasa.
5. Analisis probabilitas.
6. Pengukuran produktivitas.
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur APJ Bojonegoro merupakan
suatu badan usaha milik negara yang berbentuk Perseroan yang bergerak dibidang
jasa pelayanan listrik. PT. PLN (Persero) tidak memproduksi barang, melainkan
memberikan jasa pelayanan pada pelanggan yang memerlukan tenaga listrik,
pengelolaan pelanggan, peningkatan mutu dan keandalan serta efisiensi untuk
menjamin pencapaian target pendapatan dan peningkatan kepuasan pelanggan.

5

Serta merupakan satu-satunya perusahaan yang diberikan wewenang dari
pemerintah

untuk

mendistribusikan

merencanakan,
tenaga

listrik

membangun,
keseluruh

membangkitkan,
wilayah

dan

Indonesia

(http//jurnalskripsi.com diunduh tanggal 18/02/2011).
Ada 3 tahapan pengalokasian didalam pengolahan data biaya yang
berbasis aktivitas tersebut:
1. Alokasi Biaya
Media data dan entry yang berfungsi mengalokasikan setiap biaya yang
muncul dari setiap input system general ledger. Dalam alokasi ini setiap biaya
yang muncul harus diidentifikasi kategorinya, apakah sebagai biaya langsung
atau tidak langsung serta menyebut aktivitas dan cost object yang terkait
dengan alokasi biaya tersebut.
2. Alokasi aktivitas
Media yang berfungsi untuk mendefinisikan nilai-nilai cost driver yang
dijadikan dasar dalam pengalokasian biaya tidak langsung dari cost pool ke
aktivitas. Parameter angka cost driver bersifat konstan dalam satu kurun waktu
periode tahunan.
3. Alokasi cost object
Media yang berfungsi untuk mendefinisikan nilai-nilai activity driver yang
dijadikan dasar dalam pengalokasian biaya tidak langsung dari aktivitas ke
cost object. Parameter angka activity driver bersifat konstan dalam satu kurun
waktu periode bulanan, oleh karena ini angka ini harus diinput setiap bulannya
setelah diperoleh nilai fisik atas driver yang bersangkutan.

6

Berdasarkan pengalokasian biaya-biaya dari aktivitas biaya tersebut akan
dihasilkan Biaya Pokok Persediaan (BPP) yang merupakan cost object pada
PT.PLN (Persero) yang akan menjadi output data yang akan ditransfer ke unit
ketenagalistrikan lainnya.
Terdapat 4 tipe industri ketenagalistrikan pada PT PLN (Persero) yaitu:
1. Pembangkitan.
2. Transmisi.
3. Distribusi.
4. Retail.
Masing-masing industri ketenagalistrikan merupakan suatu kegiatan usaha
yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap industri
menghasilkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang menjadi dasar dalam
penentuan harga jual ke tipe industri lainnya. Alokasi Biaya Pokok Penyediaan
(BPP) dari satu tipe industri ke tipe industri yang lain dalam sektor
ketenagalistrikan merupakan transfer price yang akan menjadi beban bagi tipe
industri yang teralokasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul:
“PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI DASAR DALAM
PENGHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN PADA PT PLN.
(PERSERO) DISTRIBUSI J AWA TIMUR APJ BOJ ONEGORO”.

7

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. “Bagaimana penerapan metode activity based costing terhadap perhitungan
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jatim APJ
Bojonegoro?”
2. “Bagaimana perhitungan biaya pokok penyediaan (BPP) yang berdasarkan
ABC Sistem yang merupakan kost produk/ jasa?

1.3

Batasan Masalah
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, maka

dengan ini penulis mengelompokkan pengolahan data biaya ke dalam dua tahap
pengelompokan data biaya di dalam ABC sistem yaitu: ABPC dan ABOC. ABPC
(activity based proses costing) merupakan proses penyediaan informasi berlimpah
tentang aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya. Melalui ABPC
dihasilkan informasi biaya aktivitas dan informasi tentang aktivitas. Sedangkan
ABOC (activity based object costing) merupakan penghasil informasi kos produk/
jasa yang lebih akurat pada ABC sistem.
Pada penelitian ini penulis memberikan batasan masalah yaitu mengenai
penerapan ABC sistem sebagai sistem akuntansi biaya yang bertujuan sebagai
perhitungan kos produk/ jasa atau Biaya Pokok Penyediaan (BPP) hanya pada
lingkup PT PLN (Persero) Distribusi Jawa timur APJ Bojonegoro dalam segmen
distribusi.

8

1.4

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem informasi biaya yang
berdasarkan ABC Sistem di dalam proses pengolahan data pada PT.
PLN (Persero) Distribusi Jatim APJ Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan Kos produk/jasa atau Biaya
Pokok Penyediaan (BPP) yang berdasarkan ABC System pada PT. PLN
(Persero) Distribusi Jatim APJ Bojonegoro.

1.5

Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil

penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
1. Manfaat Praktis
Implementasi penerapan metode activity based costing sudah diterapkan
dengan baik, maka akan bermanfaat untuk melakukan penghitungan kos produk/
harga pokok produksi yang akurat, sehingga diharapkan pengelola perusahaan
dapat mengelola perusahaan dengan baik untuk tujuan jangka panjang.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
akuntansi, khususnya pada penghitungan harga pokok produksi/ kos produk
melalui metode activity based costing sesuai dengan pengembangan dari
akuntansi biaya.

BAB II
TINJ AUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Penelitian Sebelumnya
Berikut ini akan diuraikan secara singkat isi, persamaan dan perbedaan

dari dua penelitian tentang penerapan Activity Based Costing untuk perhitungan
harga pokok produksi yang telah dilakukan oleh peneliti-penalti sebelumnya
terkait dengan penelitian sekarang.
1. Yulian Danang Eko Saputro (2010)
“Penerapan Metode Activity Based Costing Terhadap Perhitungan Harga
Pokok Produksi pada PT Antar Surya Jaya”
Melakukan penelitian pada anak perusahaan milik Kompas Gramedia Group
yang bergerak dalam bidang media percetakan. Dalam penelitiannya,
diungkapkan bahwa penerapan Activity Based Costing yang dilakukan oleh PT
Antar Surya Jaya dianggap oleh perusahaan dapat memperbaiki keakuratan
biaya produk dengan mengakui bahwa yang disebut sebagai biaya overhead
tetap berubah-ubah dalam proporsi untuk merubah volume produksi.
Kesimpulannya, dari penerapan Activity Based Costing yang diterapkan oleh
perusahaan dapat diketahui pembebanan biaya overhead untuk masing-masing
aktivitas dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Setelah tarif tiap
cost drive diketahui, langkah selanjutnya adalah pembebanan biaya sumber
daya ke masing-masing produk aktivitas, dan langkah terakhir adalah
pembebanan biaya proses aktivitas ke masing-masing produk. Perbedaan

9

10

dengan penelitian sebelumnya terdapat pada obyek penelitian yaitu
perusahaan yang diteliti dulu adalah perusahaan industri yang menggunakan
activity based costing. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah
mengenai pembahasan tentang activity based costing
2. Fauzijah, Zain (2005)
“Aplikasi Penentuan Harga Jual Kamar pada Perusahaan Jasa Perhotelan
menggunakan Metode Activity Based Costing”
Melakukan penelitian pada perusahaan jasa perhotelan. Perhitungan harga jual
produk/ jasa menggunakan sistem biaya tradisional dianggap kurang
maksimal. Sistem biaya tradisional didasarkan pada biaya material dan tenaga
kerja langsung. Sedangkan biaya overheadnya dialokasikan ke semua unit
produk/ jasa yang dihasilkan sehingga sering terjadi distorsi. Atas dasar
kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional tersebut, perusahaan jasa
perhotelan mulai menerapkan metode activity based costing dapat digunakan
untuk menentukan harga jual kamar.
Kesimpulanya, pada perusahaan jasa perhotelan, aplikasi metode activity
based costing diterapkan dalam bentuk aplikasi komputer sehingga mampu
menghasilkan informasi harga pokok dan harga jual kamar yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah keuntungan yang
diharapkan. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya terdapat pada obyek
penelitian yaitu perusahaan yang diteliti dulu belum menggunakan activity
based

costing

sedangkan

perusahaan

yang

diteliti

sekarang sudah

11

menggunakan activity based costing. Persamaan dengan peneliti sebelumnya
adalah mengenai pembahasan tentang activity based costing.

2.2

Landasan Teori

2.2.1

Penger tian dan Fungsi Akuntansi Biaya
Belakangan ini, pengertian dari akuntansi biaya adalah sebagai proses

untuk mengadakan pengukuran, analisa perhitungan dan laporan mengenai
ongkos-ongkos, keuntungan dan keadaan perusahaan. Pengertian tersebut
sebenarnya berlainan dengan keadaan yang lalu, dimana akuntansi biaya hanya
diartikan sebagai “untuk memperoleh angka-angka yang menyatakan besarnya
ongkos pembuatan suatu barang tertentu” Soetisna (1985:20).
Perkembangan akuntansi biaya selanjutnya mampu menyediakan berbagai
informasi dan data yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbagai
tujuan termasuk perencanaan, pengendalian, serta penentuan biaya produk.
Sehingga, akuntansi biaya menjadi partner manajemen utama dalam
kegiatan perencanaan dan pengawasan dengan memberikan manajemen alat yang
diperlukan untuk merencanakan, mengawasi, melakukan penelitian atas berbagai
kegiatan perusahaan serta pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya
memberikan informasi biaya pada pihak manajemen dan akuntansi manajemen
merupakan salah satu tipe informasi yang digunakan untuk membantu
manajemen.

12

Pengertian Akuntansi Biaya menurut Mulyadi (2003:1) adalah : “Proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dengan cara-cara tertentu,
transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi lain serta
penafsiran terhadap hasilnya”.
Menurut Horngren, Datar, Forter (2005:3) Akuntansi biaya menyajikan
informasi yang dibutuhkan manajemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya
mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang
terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu
organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi biaya adalah kegiatan yang terdiri dari prosedur sistematis mengenai
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya maupun sumber daya
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Akuntansi biaya menyediakan
informasi pada pada pihak internal dan eksternal perusahaan. Dengan demikian
akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

2.2.2

Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2002:7), akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan

Pokok, yaitu:
1. Penentuan harga pokok produk
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan, meringkas biaya-biaya pembuatan produk
atau penyerahan jasa.

13

2. Pengendalian biaya
Untuk memenuhi pengendalian biaya, harus didahului dengan penentuan
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satuan produk.
3. Pengambilan keputusan
Untuk memenuhi unsur sebagai pengambilan keputusan khusus yang
akan datang, akuntansi biaya harus memberikan informasi yang relevan
dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan
informasi yang akan datang.
Menurut Supriyono (1999:14), tujuan dari akuntansi biaya adalah:

2.2.3

1.

Perencanaan dan pengendalian biaya.

2.

Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.

3.

Pengambilan keputusan oleh manajemen

Misi Akuntansi Biaya
Akuntansi

biaya

dalam

manajemen

tradisional

didesain

untuk

perusahaan manufaktur. Menurut Mulyadi (2003:37), misi akuntansi biaya dalam
manajemen tradisional adalah:
1. Memenuhi kebutuhan manajemen puncak dan pihak luar perusahaan
tentang informasi kos produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Mengolah informasi biaya untuk pengendalian biaya produksi, terutama
biaya langsung produksi (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung).
Akuntansi biaya dalam manajemen kontemporer didesain untuk semua

14

jenis perusahaan. Misi akuntansi biaya dalam manajemen kontemporer adalah:
1. Memenuhi kebutuhan manajemen dan karyawan tentang informasi
biaya untuk memungkinkan mereka melakukan pengelolaan aktivitas
(activity management) yang digunakan untuk menghasilkan keluaran
yang mampu

memuaskan kebutuhan customer.

dimanfaatkan

untuk

menyediakan

informasi

Informasi biaya
(informing)

dan

memberdayakan (empowering).
2. Menyediakan informasi biaya untuk memungkinkan manajemen dan
karyawan menghasilkan produk/ jasa secara cost effective melalui
pengelolaan aktivitas.
3. Menyediakan informasi biaya untuk memungkinkan manajemen dan
karyawan dalam melakukan keputusan-keputusan strategis.

2.2.4

Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya
Konsep biaya telah berkembang sesuai kebutuhan akuntan, ekonom,dan

insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai “nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat”. Sering kali istilah biaya (cost)
digunakan sebagai sinonim dari beban (expense).
Tetapi, beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur ari barang
atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan
laba, atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan
jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan
pemerintah. Beban diukur dengan nilai penurunan dalam aktiva atau peningkatan

15

dalam utang yang berkaitan dengan produksi atau penyerahan barang dan jasa,
yang diungkapkan oleh Carter (2009:30).
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis, kas atau setara kas untuk
memperoleh barang dan jasa yang diharapkan mendatang manfaat dimasa kini
maupun dimasa yang akan datang, sedangkan beban (expense) menunjukkan
biaya yang telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan atau bagian
pengorbanan yang diberikan untuk suatu periode akuntansi tertentu.
Penyajian informasi biaya yang memudahkan sangat dibutuhkan oleh
manajemen agar dapat mengelola perusahaan secara efektif. Maka dalam
mencatat dan menggolongkan biaya haruslah selalu diperhatikan untuk tujuan
manajemen yang memerlukan informasi biaya tersebut.
Maka sebaiknya selalu ”different cost for different purpose”. Atau dengan
kata lain, tujuan yang berbeda kita harus menggunakan konsep biaya yang
berlainan. Oleh karena itu, dalam akuntansi biaya dikenal berbagai berbagai
macam klasifikasi atau penggolongan biaya.
Menurut Mulyadi (2003:13) terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu:
1. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar
disebut “biaya bahan bakar”.

16

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam
perusahaan industri, ada 3 fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan kegiatan
pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi
dan pemasaran produk.
3. Penggolongan biaya menurut biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Sesuatu
yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya
dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan:
a. Biaya langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena adanya sesuatu
yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka
biaya langsung ini tidak akan terjadi.

17

b. Biaya tidak langsung
Biaya yang terjadinya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya
overhead pabrik.
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas :
a. Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
b. Biaya semi variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
c. Biaya semi fixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan
tertentu.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya:
a. Capital expenditure (pengeluaran modal)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).

18

b. Revenue expenditure (pengeluaran pendapatan)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut.

2.2.5

Activity Based Costing

2.2.5.1 Penger tian Activity Based Costing
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk
yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan
lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga
menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya
serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi
(http://www.jurnalskripsi.com diunduh tanggal 18/02/2011)
Menurut Mulyadi (2003:96), pengertian Activity Based Costing (ABC
System) adalah sistem informasi biaya yang bermanfaat untuk memantau
implementasi rencana. Sistem ini merupakan alat manajemen kontemporer yang
didesain untuk diterapkan dalam berbagai jenis perusahaan: manufaktur, jasa,
dagang.
Menurut Usry (2009:496) mendefinisikan Activity Based Costing adalah
Activity Based Costing didefinisikan sebagai suatu system perhitungan biaya
dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu

19

dialokasikan menggunakan dasar memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak
berkaitan dengan volume (non-volume-related factor.)
Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Activity-Based Costing (ABC)
adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen yang didasarkan
pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk
menghitung biaya produk dengan lebih akurat.
Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas
tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya
produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke
sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan
biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan
konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi
lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang
signifikan. (http://www.dueeg.blogspot.com diunduh tanggal 19/02/2011)
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ABC
(Activity-Based Costing) merupakan sistem akumulasi biaya dan pembebanan
biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan
menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke
produk. Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan aktivitas-aktivitas

yang tidak bernilai tambah, sehingga

20

perusahaan mampu menawarkan produknya dengan harga yang lebih kompetitif
dalam persaingan harga yang semakin ketat.

2.2.5.2 Mitos Dan Realitas Tentang ABC System
ABC System awalnya dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi
perhitungan kos produk. Biaya overhead pabrik merupakan lingkup yang
dicakup oleh ABC System pada waktu itu. Namun pada tingkat perkembangannya
terkini, ABC System tidak lagi terbatas pada akuntansi biaya yang berfokus ke
perhitungan kos produk.
ABC System telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi “cara
baru dalam melaksanakan bisnis”. ABC System dimanfaatkan untuk mengatasi
kelemahan akuntansi biaya tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan
manufaktur. Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) sekarang dapat
memanfaatkan ABC system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan
pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan kos produk/jasa
yang akurat. Mulyadi (2003:47)
Dengan memahami konsep yang semestinya tentang ABC System, maka
akan dapat memanfaatkan secara optimum kekuatan sesungguhnya yang
tersimpan dalam sistem informasi biaya tersebut. Tabel 2.1. menjelaskan mitos
dan realitas tentang ABC System.

21

Tabel 2.1 Mitos dan Realita tentang ABC System
Mitos
1. ABC System merupakan system

Realitas
1. ABC System merupakan sistem

pencatatan, penggolongan,

biaya untuk memenuhi kebutuhan

peringkasan, penyajian, dan

personel

2. ABC System merupakan sistem
akuntansi dengan perusahaan
manufaktur sebagai modelnya.
3. ABC System berfokus ke biaya
produksi.

dalam

pengambilan

2. ABC System merupakan sistem
informasi biaya yang dapat
diterapkan dalam semua jenis
3. ABC System mencakup seluruh
biaya. Dalam perusahaan manufaktur,
ABC System mencakup biaya desain

dan pengembangan, biaya produksi,
4. ABC System berfokus ke perhitungan 4. ABC System berfokus ke long-term
kos produk dan cost control.
5. ABC System menghasilkan informasi
bagi manjemen puncak.
6. ABC System dapat diselenggarakan
secara manual.
7. ABC System merupakan tanggung
jawab fungsi akuntansi.

strategic cost reduction.
5. ABC System menyediakan informasi
bagi seluruh personel organisasi
6. ABC System hanya akan optimum
hasilnya jika diselenggarakan dengan
7. ABC System mengubah cara
menjalankan bisnis, oleh karena itu
ABC System menjadi tanggung jawab

Sumber: Mulyadi, Activity Based Costing, (2003:48)

22

2.2.5.3 Asumsi dan Konsep Dasar Activity Based Costing System
Menurut Cooper dan Kaplan (1991 : 269) menyebutkan bahwa ada dua
asumsi penting yang mendasari ABC Systems, yaitu:
1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya (Activities Cause Cost)
ABC Systems berangkat dari asumsi bahwa sumber daya pendukung atau
sumber

daya

tidak

langsung

menyediakan

kemampuan

untuk

melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya
yang harus dialokasikan. Tahap pertama dari ABC Systems adalah
membebankan biaya-biaya dari sumber daya pendukung ke aktivitasaktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Karena itu, ABC
Systems berangkat dari asumsi bahwa aktivitas menyebabkan timbulnya
biaya.
2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya (yaitu
aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang
menjadi

penyebab

terjadinya

biaya,

personel

perusahaan

dapat

mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai
informasi tentang aktivitas.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya ABC Systems mengatribusikan biaya produk melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama sistem ini menelusuri beban-beban sumber daya penunjang
kepada aktivitas yang dilaksanakan oleh sumber daya.
2. Tahap kedua, biaya-biaya ditelusuri ke produk berdasarkan penggunaan
aktivitas oleh produk-produk terhadap aktivitas.

23

Activity Based Costing merupakan sistem yang mempertahankan dan
memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaan
berdasarkan activities, objek biaya, cost driver, dan cost pool.
1. Activities
Activities, aktivitas merupakan setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya, yaitu bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. aktivitas dalam ABC Sistem menjadi
titik dari perhimpunan biaya.
2. Cost Object
Cost object, Objek biaya dapat berupa apapun, baik produk, pelanggan,
jasa, kontrak, unit kerja, aktivitas, dan sebagainya yang diukur biayanya
dan dibebankan untuk tujuan tertentu.
3. Cost Driver
Cost driver, Pemicu biaya adalah setiap faktor yang menyebabkan
perubahan dalam biaya suatu aktivitas. Satu perubahan dalam pemicu
biaya akan mempengaruhi total biaya aktivitas. Cost driver digunakan
untuk mengalokasikan biaya pada aktivitas atau produk.
4. Cost pool
Dalam ABC Systems, cost pool merupakan suatu aktivitas tunggal atau
sekelompok aktivitas dimana biaya diakumulasikan dan selanjutnya
mendistribusikan biaya tersebut ke produk.
(http//jurnalmanajemen.blogspot.com diunduh tanggal 12/02/2011)

24

2.2.5.4 Manfaat Metode Activity Based Costing
1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat.
Terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak
ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over
costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang
lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi
bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya
biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting
bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk
maupun

dalam

mengelola

aktivitas-aktivitas

sehingga

dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead.
Biaya overhead di sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di
perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer dalam mengendalikan
aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.
(http://jurnalmanajemen.blogspot.com diunduh tanggal 12/02/2011)

25

TAHAP-TAHAP PENDESAINAN Activity Based Cost System
Pendesainan ABC System mencakup tiga tahap utama:
1. Business process analysis
2. Pendesainan activity based process costing
3. Dan, Pendesainan activity based object costing.
Seperti pada gambar 2.1 berikut ini akan diuraikan mengenai tahap-tahap
dalam merancang ABC System:

Gambar 2.1 Tahap-tahap Pendesainan ABC system

SUMBER DAYA
Direct Tracing
Employee
Resource
Direct Tracing

AKTIVITAS

COST OBJECT

Result – Producing
Activities

Produk/jasa
A

Result –
Contributing
Activities

Produk/jasa
B

Support Activities
Employee
Resource

Alokasi

PENDESAIN
ACTOVOTU-BASED
PROCESS COSTING
(Tahap I)

Hygiene &
Housekeeping
Activities
PENDESAIN
ACTOVOTU-BASED
OBJECT COSTING
(Tahap II)

Sumber : Mulyadi, Activity – Based Costing System (2003 : 270)

Produk/jasa
C
Produk/jasa
D

26

Berdasarkan gambar tersebut terlihat proses pengolahan data dalam
ABC sistem dibagi menjadi dua tahap utama:
(1). Pendesainan Activity-Based Process Costing.
Setelah aktivitas yang digunakan oleh organisasi dipetakan dan
berbagai informasi tentang aktivitas dikumpulkan, kemudian didesain
proses pengolahan
data untuk membebankan sumber daya ke aktivitas. Pada tahap ini juga
didesain sistem pelaporan biaya aktivitas kepada personel yang
bertanggung jawab atas aktivitas. ABPC model adalah model proses
pengolahan data untuk membebankan sumber daya ke aktivitas dan
menghasilkan informasi lain tentang aktivitas. Ada dua tahap dalam
proses pengolahan data dalam ABPC:
• Pembebanan Sumber daya ke aktivitas
Sumber daya dikeluarkan atau disediakan untuk melaksanakan
aktivitas pembuatan atau penyediaan cost object dalam memenuhi
kebutuhan

costumer.

Seluruh

sumber

daya

akhirnya

harus

dibebankan ke aktivitas untuk menentukan biaya aktivitas, dan pada
gilirannya seluruh biaya harus dibebankan ke cost object yang
dihasilkan. Berdasarkan peta aktivitas dan informasi lengkap
tentang setiap aktivitas yang dihasilkan, kemudian ditentukan
metode pembebanan setiap sumber daya ke aktivitas dan produk/
jasa. Sumber daya dikelompokkan ke dalam empat golongan
berdasarkan metode pembebanannya ke aktivitas dan produk/ jasa:

27

(a). Sumber daya yang dibebankan secara langsung ke produk/
jasa melalui direct tracing. Contoh sumber daya ini adalah biaya
bahan baku, biaya SDM yang khusus bekerja untuk produk/ jasa
tertentu.
(b). Sumber daya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke
produk/ jasa:


Sumber daya yang dibebankan ke aktivitas secara
langsung melalui direct tracing. Contoh: biaya SDM
yang khusus bekerja dalam aktivitas tertentu (dedicated
human resource), biaya penanganan bahan dalam aktivitas
tertentu (dedicated material handling), biaya depresiasi,
pemeliharaan, dan asuransi aktiva tetap yang digunakan
khusus untuk aktiva tertentu, supervisi



Sumber daya yang dibebankan ke aktivitas secara tidak
langsung melalui driver tracing. Basis yang digunakan
untuk pembebanan sumber daya ini ke aktivitas memiliki
hubungan sebab-akibat. Contoh: biaya gaji manajer yang
mengelola beberapa aktivitas yang ada di departemen yang
dipimpinnya, biaya energi, depresiasi, pemeliharaan, dan
asuransi aktiva tetap yang digunakan secara bersama-sama
oleh beberapa aktivitas.



Sumber daya yang digunakan ke aktivitas secara tidak
langsung melalui alokasi. Basis yang bersifat sembarangan

28

digunakan untuk membebankan sumber daya ini ke
aktivitas. Contoh: biaya top management, biaya sumbangan,
biaya kesejahteraan personel, biaya pendidikan dan pelatihan
personel.
(2). Pendesainan Activity-Based Object Costing.
Pada tahap ini, didesain sistem pengolahan data untuk menghasilkan
informasi kos produk/jasa. Berbagai aktivitas yang telah diidentifikasi
perlu dikelompokkan kembali untuk kepentingan perhitungan secara
akurat kos produk/jasa. ABOC model adalah model proses pengolahan
data untuk membebankan biaya non- result-producing activities ke
result-producing activities dan biaya non-result- producing activities ke
cost object. Pendesainan ABOC model ditujukan untuk membangun
sistem informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi kos
produk/ jasa yang akurat. Untuk menghasilkan kos produk/ jasa yang
akurat, biaya perlu dipisahkan ke dalam dua golongan: biaya langsung
produk dan biaya tidak langsung produk.
Pendesainan ABOC terdiri dari langkah-langkah berikut ini:
1. Penentuan activity cost pool
2. Pembebanan biaya antar aktivitas
3. Perhitungan activity driver rate untuk result-producing activities
4. Pembebanan biaya result-producing activities ke cost object
5. Perhitungan kos produk/ jasa

29

2.2.6. KONSEP KOS, BIAYA, DAN KERUGIAN
Konsep kos, biaya, dan kerugian menurut Supriyono (1999:16), adalah:
1. Harga perolehan/ harga pokok (cost) adalah jumlah yang dapat diukur
dalam satuan uang, dapat berupa:
-

Kas yang dibayarkan.

-

Nilai aktiva lainnya yang diserahkan/ dikorbankan.

-

Nilai jasa yang diserahkan/ dikorbankan.

-

Hutang yang timbul.

-

Tambahan modal.

2. Biaya (expenses)
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan.
3. Kerugian (losses)
Rugi adalah berkurangnya aktiva atau kekayaan perusahaan yang
bukan karena pengambilan modal oleh pemilik, dimana tidak ada
manfaat yang diperoleh dari berkurangnya aktiva tersebut.

2.2.7. METODE PENGUMPULAN KOS PRODUK/J ASA
Menurut Mulyadi (2003:28), ada tiga golongan metode pengumpulan Kos
produk/ jasa dalam akuntansi biaya. Ketiga metode tersebut didalam ABC system
berkaitan dengan tahap ABOC. Ketiga metode pengumpulan Kos produk/ jasa
tersebut adalah:

30

1) Job order costing method atau Job costing method adalah metode
pengumpulan kos produk/ jasa

yang

memperlakukan

setiap

pesanan

sebagai suatu unit keluaran yang unik dan membebankan activity cost ke
setiap pesanan pada saat pesanan yang bersangkutan mengkonsumsi aktivitas.
2) Process costing method adalah metode pengumpulan kos produk/ jasa yang
memperlakukan sama semua produk/ jasa yang dihasilkan dalam periode
waktu tertentu, dan membebankan activity cost ke seluruh produk/ jasa yang
dihasilkan dalam periode waktu tertentu.
3) Hybrid costing method adalah merupakan kombinasi antara process costing
method dan job order costing method.

2.2.8. KEUNGGULAN ABC SYSTEM DALAM PENENTUAN KOS
PRODUK
ABC system menyediakan informasi kos produk/ jasa secara akurat
sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh personel sebagai dasar
yang

dapat diandalkan untuk penetapan kebijakan harga jual produk dan jasa.

ABC system menghasilkan informasi kos produk/ jasa lebih cermat dibandingkan
dengan informasi kos produk/ jasa yang dihasilkan oleh akuntansi biaya
tradisional. Informasi kos produk/ jasa dihasilkan melalui proses ABOC,
kecermatan kos produk/jasa yang dihasilkan ABOC diperoleh dari :
1. Hubungan sebab-akibat yang dibangun di antara produk/ jasa, aktivitas, dan
sumber daya.

Produk/

jasa

mengkonsumsi sumber daya.

mengkonsumsi aktivitas,

dan aktivitas

31

Hubungan sebab-akibat antara produk/ jasa dengan aktivitas dan hubungan
sebab-akibat antara aktivitas dengan sumber daya selalu dibangun dalam
proses perhitungan kos produk/ jasa. Dengan demikian, biaya yang
dibebankan sebagai kos produk/ jasa dapat ditelusuri dengan jelas dan cermat
melalui hubungan sebab-akibat yang senantiasa dibangun dalam proses
perhitungan kos produk/jasa, aktivitas, dan sumber daya. Hubungan sebabakibat yang senantiasa dibangun dalam process perhitungan kos produk/ jasa
melalui activity-based process costing dan activity-based object costing inilah
yang menghasilkan perhitungan kos produk/ jasa yang cermat.
2. Penggunaan activity driver yang bervariasi sesuai dengan tuntutan
konsumsi aktivitas oleh produk/ jasa.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. J enis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan metode
kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Metode studi kasus merupakan
pendekatan penelitian yang sesuai apabila pokok pertanyaan dari penelitian
berkaitan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, bila penelitian hanya memiliki
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang diselidiki, dan bila
fokos penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer pada konteks kehidupan
nyata. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah bagaimana penerapan
metode Activity Based Costing pada PT PLN (Persero) distribusi Jawa Timur APJ
Bojonegoro. Alasan penulis mengamati penerapan metode Activity Based Costing
pada PT PLN (Persero) distribusi Jawa Timur APJ Bojonegoro karena PT PLN
APJ Bojonegoro sebagian besar dari pelanggan tarifnya adalah pelanggan dengan
tarif rumah tangga.

3.2. Lingkup dan Lokasi Penelitian
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian pada perhitungan biaya pokok penyediaan,
dengan metode Activity Based Costing untuk meningkatkan keakuratan informasi
biaya pokok penyediaan tarif dasar listrik.

32

33

Perusahaan yang diteliti adalah PT PLN (Persero) distribusi Jawa Timur
APJ Bojonegoro yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan listrik karena. Lokasi
perusahaan terletak di Jl. Teuku Umar No.3 Bojonegoro.

3.3. Penentuan Informan
Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat terhadap data yang
diperlukan untuk penelitian, perusahaan telah menunjuk stafnya yang berkaitan
dengan kebutuhan dan informasi data-data yang dibutuhkan. Bagian yang
berkaitan dengan keperluan data dalam penelitian ini adalah supervisor akuntansi.

3.4. Sumber Data dan J enis Data
Adapun sumber data berasal dari PT PLN (Persero) distribusi Jawa Timur
APJ Bojonegoro.
Jenis Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua data:
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam manajemen
maupun produksi.
2. Data Sekunder
Data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan yang didapatkan dari
literature kuliah dan penunjang lainnya yang berguna sebagai landasan teori
serta dari peninjauan ke perusahaan yang berupa data kualitatif.

34

3.5. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1.

Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek penelitian. Data yang terkait adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan.

2.

Interview (wawancara)
Merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi langsung dengan
pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Data mengenai
sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, data aktivitas,
dan data karyawan.

3.

Dokumentasi
Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari
dokumen-dokumen,

arsip-arsip,

atau

catatan-catatan

yang

dimiliki

perusahaan, yang nantinya dianalisis dan dibuat kesimpulan. Data mengenai
biaya pokok penyediaan.
4.

Studi kepustakaan
Berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan
permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori. Adapun main
research question dan list questionnya dapat dilihat dibawah ini:

35

3.6. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman (1992:16), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan data,
dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalang
dengan teks yang bersifat naratif.

36

3. Menarik Kesimpulan / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti

yang

kuat

yang mendukung pada

tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila didukung dengan bukti-bukti
yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
namun mungkin juga tidak karena rumusan masalah dala penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
berada di lapangan. Rencananya, kesimpulan dibuat dengan melalui tahaptahap analisis data sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari
fakta dilapangan.

3.7. Pengujian Kr edibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara:
(Sugiyono,2005:122-125)
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan
ini hubungan berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

37

semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam
penelitian. Dalam perpanjangan peng