FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

(1)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM 06113010203/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

DI SURABAYA

yang diajukan :

ARIF RAHMAN HAKIM 0613010203/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Munari, MM Tanggal : ……….

NIP. 030 195 017

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan Publik Di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. Drs. Ec. .H. Munari, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Febuari 2010


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Auditing ... 9

2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 9

2.2.1.2. Standar Auditing ... 10

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik... 12

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 13

2.2.2. Ciri - Ciri psikologis ... 15

2.2.2.1. Ciri - Ciri Pribadi dan Profesi Auditor ... 15

2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor ... 18


(6)

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan

Dengan Bukti Audit... 21

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan ... 23

2.2.4.3. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ... 24

2.2.4.4. Jenis - Jenis Keputusan ... 26

2.2.4.5. Jenis Pendapat... 27

2.2.5. Analisis Tugas... 29

2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan ... 29

2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit ... 30

2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit... 30

2.2.6. Keahlian Audit ... 31

2.2.7. Keterkaitan Masing-Masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit ... 33

2.2.7.1. Ciri-Ciri Psikologis ... 33

2.2.7.2. Komponen Pengetahuan ... 33

2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan ... 34

2.2.7.4. Analisis Tugas ... 34

2.3. Kerangka Pikir ... 35

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.2.1. Populasi... 40


(7)

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 42

3.4. Uji Kualitas Data ... 42

3.4.1. Uji Validitas ... 42

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 43

3.4.3. Uji Normalitas... 43

3.5. Asumsi Klasik... 44

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 46

3.6.1. Teknik Analisis ... 46

3.6.2. Uji Hipotesis ... 46

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 46

3.6.2.2. Uji Parsial... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 50

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 51

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 52

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 53

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 57

4.3.1. Uji Analisis Data... 57

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 57

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 57

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 59


(8)

4.3.4. Uji Hipotesis ... 65

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 65

4.3.4.2. Uji Parsial ... 66

4.4. Pembahasan ... 70

4.4.1. Implikasi ... 70

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 74

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 74

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 76

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Halaman Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai

Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)... 53

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)... 54

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3) ... 55

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Analisis Tugas (Task Analysis) (X4) ... 56

Tabel. 4.5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (Y)... 57

Tabel. 4.6 Hasil Uji Validitas... 58

Tabel. 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Tabel. 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel. 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 61

Tabel. 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 62

Tabel. 4.11 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 63

Tabel. 4.12 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 65

Tabel. 4.13 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 66


(10)

Halaman Gambar. 2.1. Tipe Auditing, Auditor, dan Pekerjaan Mereka ... 20 Gambar. 2.2. Prosedur Pengambilan Keputusan... 24 Gambar. 2.3. Diagram Kerangka Pikir... 35


(11)

Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM

Abstrak

Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Profesionalisme profesi auditor dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang ideal. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain. Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 52 Auditor yang tersebar di 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 responden tesebut dan kuesioner tersebut terdiri dari 25 item pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit, teruji kebenarannya dan Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit, teruji kebenarannya.

Keyword : Ciri – ciri psikologis, Komponen pengetahuan, Strategi penentuan keputusan, Analisis tugas dan Keahlian audit


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para pemakai informasi tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal dan pemakai eksternal antara lain pemerintah, bank, kreditur dan investor atau calon investor. Pihak – pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan.

Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berlawanan dalam situasi seperti yang diuraikan diatas. Di suatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar sedangkan dari pihak lain, pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mangenai pertanggung jawaban dana yang mereka investasikan. Adanya dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik.

Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggung jawaban kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat


(13)

dipercaya sebagai dasar keputusan yang diambil oleh mereka. Baik pihak manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar, manajemen perusahaan memiliki kepentingan, baik kepentingan keuangan maupun kepentingan yang lain.

Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Menurut Robert Half yang dikutip Wijaya (1994: 8), profesionalisme profesi auditor dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.

Profesi akuntan sering disebut profesi kepercayaan masyarakat meskipun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kenyatannya akuntan sendiri sering menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mentalnya. Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks yang hanya terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai kedudukan yang unik dibanding dengan profesi yang lain, karena dalam


(14)

melaksanakan tugasnya auditor bukan hanya bertanggung jawab atas kepentingan klien melainkan untuk kepentingan pihak lain yang memakai laporan keungan auditan.

Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang ideal.

Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain. Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif.

Penelitian – penelitian untuk mengungkap karakteristik keahlian audit yang ideal perlu dilakukan secara berkesinambungan. Alasan perlu dilakukan penelitian ini adalah pertama, karena kantor akuntan publik (KAP) berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan kedua adalah untuk meningkatkan kualitas auditor.

Dengan demikian kantor Akuntan Publik atau organisasi profesi akuntan yang lain harus berusaha meningkatkan pemahaman para auditor


(15)

terhadap karakteristik yang penting bagi keahlian audit sehingga pada akhirnya akan berguna dalam membantu merancang keputusan, pengembangan progam pelatihan, penetapan pedoman tarif jasa auditor, dan prosedur untuk evaluasi kinerja auditor.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan Publik Di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu 1. Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,

strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit ? 2. Dari variabel – variabel yang diteliti yaitu ciri – ciri psikologis,

komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas, variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap keahlian audit?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu 1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis,

komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit


(16)

2. Untuk mengetahui dan membuktikan dari variabel – variabel yang diteliti yaitu ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas, variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap keahlian audit.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang profesi akuntan publik.

2. Bagi Akuntan publik

Memberikan sumbangan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan potensi akuntan publik di Surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran untuk menambah referensi pengetahuan pada UPN “VETERAN“Jawa Timur pada khususnya, serta peneliti pada umumnya.


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Murtanto dan Gudono (1999)

a Judul

“Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Keahlian Audit: Profesi Akuntan Publik di Indonesia”

b Permasalahan

Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?

c Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa “pengalaman” dan “pengetahuan” masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor tersebut perlu memperhatikan juga karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kategori karakteristiknya dimana “cirri-ciri psikologis” dan “komponen pengetahuan” merupakan kategori yang penting, diikuti kategori karakteristik lainnya dalam meningkatkan keahlian audit.


(18)

2. Suryana (2002) a Judul

“Identifikasi Karakteristik – Karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan publik di Surabaya”

b Permasalahan

Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?

1) Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas terhadap keahlian audit.

2) Manakah yang paling dominan dari ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisa tugas terhadap keahlian audit.

c Kesimpulan

1) Ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas terhadap keahlian audit,

2) Strategi penentuan keputusan yang paling dominan berpengaruh terhadap keahlian audit.

3. Mayangsari (2003)

a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”


(19)

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar


(20)

pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 1) auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 11) ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas


(21)

laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

2.2.1.2. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(22)

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus


(23)

dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.


(24)

4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien.


(25)

Ada 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.

f Membuat surat perikatan audit. 2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus ditempuh, yaitu:

a Memahami bisnis dan industri klien b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g Memahami pengendalian intern klien.


(26)

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests). b Pengujian pengendalian (tests of control).

c Pungujian substantive (substantive tests). 4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.

2.2.2. Ciri – ciri Psikologis

2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor

Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih (1981: 65) ciri auditor yang kompeten adalah :

1. Adaptability yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai masalah / hal /keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah baru, cara manajemen baru, atasan baru dan lain – lain.


(27)

2. Understanding yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.

3. Determination yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang hendak dicapai, mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima segala konsekwensinya.

4. Independent yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak dipengaruhi pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya serta selalu memihak kepada kebenaran.

5. Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu mengemukakan fakta yang benar ditinjau dari segala segi.

6. Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan mengatakan adanya (tells it like it is) dan bukan apa yang disukainya. 7. Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan

tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya.

Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya (1994: 9) orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri / karakteristik / sifat – sifat sebagai berikut :

1. Mereka mempunyai keinginan maju terus. 2. Mereka bekerja keras.

3. Mereka tidak takut mengambil keputusan.

4. Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual. 5. Mereka senang atas pekerjaan yang mereka lakukan.


(28)

Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti organisasi lainnyamisalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Supaya dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.

Menurut Harahap (1991: 23) adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut : 1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan

pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat atau pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.

Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a profession yang dikutip oleh Harahap (1991: 24) menyebutkan ciri – ciri profesi sebagai berikut :

1. Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.

2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi berdasarkan otonomi dan kebebasan.

3. Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi mempergunakan standar etik untuk melindungi masyarakat.

4. Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum, dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai pada suatu kantor akkuntan publik.


(29)

2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan.

Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf (1997: 118) dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Kecurangan pegawai

Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan selama pemeriksaan telah dilakukan menurut norma pemeriksaan akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan material, pengujian auditing harus lebih banyak diperluas, karena ada banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian internal. Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan kelemahan dalam pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang material dapat timbul karenanya.

2. Kecurangan Manajemen

Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen memegang kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai jumlah angka yang dicatat. Audit tidak dapat sepenuhnya memberi


(30)

jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang berat terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen. 3. Tindakan melanggar hukum oleh klien

Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum, selama suatu audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap pengendalian internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum.

2.2.2.3. Tipe Auditor

Menurut Mulyadi (2002: 28) orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. Auditor Independen

Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak)

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban


(31)

keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor

Menurut Halim (2001: 21) dalam Dedy (2009) membagi kedalam 3 (tiga) aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :

1. Independensi dalam fakta (Independence in fact)

Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

2. Independensi dalam penampilan (Independence in Appearance)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor.


(32)

3. Independensi dari sudut keahliannya (Independence in Competence)

Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat dengan kecakapan profesional auditor

2.2.3. Komponen Pengetahuan

Menurut Winardi (1989: 10) komponen pengetahuan adalah bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu kesatuan yang seimbang yang dicapai berdasarkan pengalaman-pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.

Selanjutnya menurut Winardi (1989: 21), pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman

Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat konkrit atau abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang dialami dalam keseharian.

2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman

Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah pengetahuan formil, jadi tidak memiliki objek pengalaman.

2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan


(33)

untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk judgement

Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi (2002: 91) berprndapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit, dan pelaksana audit.

2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu

Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang lain.

3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu

Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor mulai dapat


(34)

mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan setelah tanggal neraca.

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.

Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap (1997: 15) dikenal tahap–tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Merumuskan persoalan utama. 3. Merinci persoalan utama.

4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan. 5. Memutuskan pilihan yang terbaik.

6. Melaksanakan keputusan.


(35)

Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan

Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Halaman 16

2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Umar (1999: 31) ada tiga factor utama yang mempengaruhi seorang pengambil keputusan (decision maker) suatu organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :

1. Kondisi internal dan eksternal organisasi

Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.

Pemilihan alternatif Penentuan

tujuan

Mengambil keputusan

Melaksanakan tindakan


(36)

2. Ketersediaan informasi

Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima. 3. Keterampilan pengambil keputusan

Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan, misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.

Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :

1. Tipe ketergantungan

Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.

2. Tipe eksploitatif

Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia bisa menutupi ketidakmampuannya.


(37)

3. Tipe tabungan

Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan pribadinya.

4. Tipe pemasaran

Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide – idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar pamer untuk menarik simpati.

5. Tipe produktif

Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif, kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun rekan kerja.

2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan

Menurut Umar (1999: 33) keputusan terbagi atas dua jenis utama yaitu sebagai berikut :

1. Keputusan yang terstruktur

Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji dan kapan dibayarkannya.


(38)

2. Keputusan yang tidak terstruktur

Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya kadang-kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh intuisi atau instingnya.

2.2.4.5. Jenis Pendapat

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :

1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report).

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.


(39)

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.


(40)

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.2.5. Analisis Tugas

2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan

Umumnya waktu enam sampai dengan sembilan bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara seksama pekerjaan audit, sehingga waktu idealnya waktu penugasan audit sudah diterima oleh auditor enam sampai dengan sembilan bulan sebelum akhir tahun buku klien.


(41)

Penugasan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur penting sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002: 130).

2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien, tujuan, lingkup audit. Lingkup tanggung jawab yang dipikul auditor bagi kliennya. Kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor. Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat penugasan audit, karena dalam surat tertentu berbagai kesepakatan penting tentang penugasan audit didokumentasikan, sehingga dapat dicegah terjadinya kesalapahaman yang mungkin timbul antara auditor dengan kliennya (Mulyadi, 2002: 131).

2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit menurut Mulyadi (2002: 131) umumnya berisi tentang :

1. Tujuan audit atas laporan keuangan.

2. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

3. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, pernyataan dari badan professional yang harus dianut oleh auditor.


(42)

4. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.

5. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan material tidak akan terdeteksi.

6. Pengaturan reproduksi laporan keungan auditan.

7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan ssignifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya.

8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang harus dalam kaitannya dengan audit.

9. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan penagihannya.

2.2.6. Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003: 4) keahkian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.


(43)

Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan berarti dari pihak lain.

Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s (1990) menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit.


(44)

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

2.2.7. Keterkaitan Masing-masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit 2.2.7.1. Ciri-ciri Psikologis

Seorang auditor yang ahli adalah seorang auditor yang mempunyai ciri-ciri psikologis yaitu misalnya pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (1997) menyatakan bahwa seorang auditor ahli, adalah auditor harus dapat menghindari kelalaian dan ketidakjujuran, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanteau dan Peters (1989) dalam Murtanto (1998) yang menyatakan bahwa komunikasi, kreativitas dan kepercayaan pada keahlian sangat penting.

2.2.7.2. Komponen Pengetahuan

Komponen pengetahuan penting dalam suatu keahlian (Murtanto, 1998: 42), kemudian Kanfer dan Ackerman (1989) dalam Murtanto


(45)

(1998: 41) menyatakan pengalaman yang merupakan komponen pengetahuan dalam auditing sering digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan. Sebab pengalaman akan member hasil didalam menghimpun pengetahuan.

2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan

Seorang auditor yang ahli harus mempunyai kemampuan memahami criteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan.Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan haruslah tidak bias (Amir Abadi Yusuf, 1997: 2). Adapun menurut Mohammadi (1987) dalam Murtanto (1998: 42) para profesional auditing sangat berkepentingan dalam menggembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam membuat keputusan.

2.2.7.4. Analisis Tugas

Analisa kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting. Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukan, sehingga analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Analisis tugas juga mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang ahli, menururt Mohammadi (1991) dalam Murtanto (1998: 42).


(46)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.3 sebagai berikut.

Gambar. 2.3 : Diagram Kerangka Pikir

Uji Statistik

Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,

strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit H2 : diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang

berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit

Komponen Pengetahuan

(X2)

Strategi Penentuan Keputusan

(X3)

Keahlian Audit (Y) Ciri-ciri Psikologis

(X1)

Analisis Tugas (X4)


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1), Komponen

Pengetahuan (Knowledge Component) (X2), Strategi Penentuan Keputusan

(Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) (X4 ) sebagai

variabel bebas, dan keahlian audit (Y) sebagai variabel terikat. Agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda, maka secara operasional variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Variabel (X)

a. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)

Yaitu ciri – ciri yang harus dimiliki oleh seorang auditor sehingga masyarakat sebagai dan sebagai pihak yang memerlukan profesinya dapat mempercayai hasil kerjanya. Alat untuk mengukur variabel ini menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti tingkat ciri – ciri psikologis yang dimiliki oleh seorang


(48)

auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat ciri – ciri psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat ciri – ciri psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

b. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)

Yaitu komponen pengetahuan yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta – fakta, prosedur – prosedur, dan pengalaman. Pengalaman sering digunakan sebagai pendukung dari pengetahuan sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan. Alat untuk mengukur variabel ini dengan menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat


(49)

komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

c. Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3)

Yaitu strategi – strategi yang ditetapkan oleh seorang auditor baik formal maupun informal yang akan membantu membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia. Alat untuk mengukur variabel ini menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah


(50)

sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

d. Analisis Tugas (Task Analysis) (X4)

Yaitu analisis yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman – pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempengaruhi terhadap penentuan keputusan. Alat untuk mengukur variabel ini menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti tingkat analisis tugas yang dilakukan oleh seorang auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat analisis tugas yang dilakukan oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat analisis tugas yang dilakukan oleh seorang auditor adalah baik


(51)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

2. Variabel (Y) Keahlian audit

Adalah keahlian audit seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu dengan atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman di bidang audit.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah merupakan kelompok subjek/objek yang memiliki ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok


(52)

subjek/objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor dan staff auditor yang bekerja pada 15 KAP di Surabaya minimal selama 3 (tiga) tahun dan tercatat ada 60 orang

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004: 44). Dalam melakukan penarikan sampel, peneliti menggunkan metode “Simple Random Sampling “ yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel.

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne N

(Umar, 2002 : 141) Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 5%).

Cara Perhitungan :

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 52 Auditor.


(53)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 Auditor yang bekerja pada 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan sampel dalam penelitian.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas

Menurut Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat


(54)

ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 135).

Dasar analisis yang digunakan menurut (Ghozali, 2006: 49). yaitu sebagai berikut :

1. Jika r hitung positif, serta r hitungl > r tabel maka butir atau variabel tersebut valid.

2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).

3.4.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov (Ghozali, 2006 : 74).


(55)

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)

1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal.

3.5. Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut : (Santoso, 2001 : 218)

a. Angka D-W di bawah - 2, maka hal ini berarti ada Autokolerasi positif.

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka hal ini berarti tidak ada Autokolerasi.


(56)

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2006 : 57-59)

3. Heteroskedasitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana faktor gangguan atau pengganggu tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman

Dasar analisis yang digunakan menurut Santoso (2001 : 161) yaitu sebagai berikut :

a. Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05 maka H0 diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05 maka H0 ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.


(57)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan model persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

(Anonim, 2009: L-21) Keterangan :

Y = Keahlian Audit

β0 = Konstanta

X1 = Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits)

X2 = Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)

X3 = Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies)

X4 = Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies)

β1…4 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.6.2. Uji Hipotesis

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit


(58)

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits),


(59)

Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) secara parsial terhadap Keahlian Audit

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari

Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) secara parsial terhadap Keahlian Audit H1 : β1≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari Ciri-Ciri

Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) secara parsial terhadap Keahlian Audit 2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak


(60)

Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) secara parsial terhadap Keahlian Audit

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) secara parsial terhadap Keahlian Audit


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan keuangan.


(62)

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan

Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun 1954 serta memiliki register Negara.

2. WNI dan bertempat tinggal di Indonesia.

3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas dari kewajiban kerja sarjana.

4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja atas dasar ikatan dinas.

5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam lingkungan pemerintahan atau BUMN.

6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau pimpinan/ karyawan Badan Usaha Milik Negara / Daerah maupun


(63)

Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi manajemen.

7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) 8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka praktek akuntan publik untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No. 374/KMK.013/1998 tanggal 28 Mei 1998.

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya

Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public pasal 20 dan 21.

Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu dengan cara:

1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi. 2. Menjadi pembicara seminar.

3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai auditornya.

4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya. 5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.


(64)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder, sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuesioner yang disebar pada 52 Auditor yang tersebar di 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dan kuesioner tersebut terdiri dari 25 item pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Ciri-Ciri

Psikologis (Psychological Traits) (X1)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) ini, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 12 23.08 11 21.15 3 5.77 4 7.69 2 3.85 2 3.85 18 34.62

2 13 25.00 8 15.38 6 11.54 3 5.77 4 7.69 7 13.46 11 21.15

3 10 19.23 11 21.15 6 11.54 4 7.69 3 5.77 7 13.46 11 21.15

4 13 25.00 12 23.08 1 1.92 3 5.77 4 7.69 3 5.77 16 30.77

5 11 21.15 13 25.00 0 - 2 3.85 7 13.46 4 7.69 15 28.85

Mean 22.69 21.15 6.15 6.15 7.69 8.85 27.31

Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 7 atau jawaban sangat setuju yaitu


(65)

sebesar 27,31% yang artinya bahwa responden (52 Auditor yang tersebar di 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya) beranggapan bahwa tingkat Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) pada KAP di Surabaya adalah sangat baik.

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Komponen

Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) ini, dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 8 15.38 7 13.46 5 9.62 3 5.77 7 13.46 4 7.69 18 34.62

2 6 11.54 10 19.23 5 9.62 6 11.54 2 3.85 7 13.46 16 30.77

3 10 19.23 8 15.38 2 3.85 2 3.85 6 11.54 7 13.46 17 32.69

4 10 19.23 9 17.31 2 3.85 2 3.85 6 11.54 7 13.46 16 30.77

5 8 15.38 11 21.15 4 7.69 2 3.85 7 13.46 4 7.69 16 30.77

Mean 16.15 17.31 6.92 5.77 10.77 11.15 31.92

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 7 atau jawaban sangat setuju yaitu sebesar 31,92% yang artinya bahwa responden (52 Auditor yang tersebar


(1)

disebabkan karena penugasan auditor yang mendekati akhir tahun buku klien, hal ini dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur penting sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis tugas (Task Analysis) kurang tepat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat keahlian audit.

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi

Dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit.

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits), Komponen Pengetahuan (Knowledge Component), Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) terhadap Keahlian Audit, telah tercapai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

75

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami dan mengatasi masalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit

4.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu : 1. Adanya perbedaan persepsi di antara masing-masing responden (KAP)

di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.

2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari KAP yang ada di Syrabaya saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit, teruji kebenarannya.

2. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit, teruji kebenarannya.

3. Berdasarkan hasil penelitian juga membuktikan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert) Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peningkatan keahlian audit, dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Bagi Peneliti

Di dalam pengambilan jumlah sampel, hendaknya yang diambil jangan hanya berasal dari KAP yang ada di Surabaya saja, melainkan bisa diluar Surabaya. Hal ini juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

77

2. Bagi Akuntan publik

Untuk meningkatkan keahlian audit diperlukan adanya pemberian pelatihan, serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus atau peningkatan pendidikan profesi.

3. Bagi Universitas

Untuk menambah referensi pengetahuan pada UPN “VETERAN“ Jawa Timur pada khususnya, serta peneliti pada umumnya Untuk itu peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap keahlian audit


(5)

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, FE UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

Arens & Loebbecke, 1996, Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Revisi, Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Arthur W, Holmes dan Wayne S. Overmyer 1984, Auditing Prinsip dan

Prosedur, Buku Satu , Terjemahan Ruchyat Kosasih, Penerbit Ananda,

Yoyagarta.

Azwar , Saifudin, 2003, Reliabilitas dan Validitas, Edisi Ketiga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Gaspersz, Vincent, 1991, “Manajemen Kualitas”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ghozali, Iman, 2002, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Tiga, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Cetakan 5, Alih Bahasa : Zain,

Sumarno, Penerbit Erlangga, Jakarta

Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit Salemba Empat

Mulyadi, 1992, Pemeriksaan Akuntan, Edisi Empat, Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Jakarta.

--- dan Kanaka Puradireja, 2002, Auditing, Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nazir Moch. 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sumarsono, 2002, Metode Penelitian Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi

Akuntansi Pembangunan Nasional “ Veteran “ Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Tuanakotta, Theodorus M, 1997, Auditing Petunjuk Akuntan Publik, Edisi Ketiga, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Tugiman, Hiro, 1995, Standar Profesional Internal Audit, Penerbit PT. Eresco, Bandung.

Umar, Husein, 1998, Metode Riset Akuntansi Terapan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winardi, 1989, Metodologi Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi, Penerbit Ikatan Alumni, Bandung.

Jurnal

Murtanto dan Gudono, 1999, Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Kealian Audit: Profesi Akuntan Publik di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Halaman 37-52.

Mayangsari, Sekar, 2003, Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit Sebuah Kuasieksperimen, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6, Nomor 1, Halaman 1-22.

Skripsi

Nur Endah Sari, 2006, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit: Profesi Akuntan Publik dan Akuntan Pemerintah di Surabaya, S-1 Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEPUTUSAN PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 0 8

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEPUTUSAN PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK PADA MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Surakarta).

0 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK (Survei pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta).

0 1 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik dalam Pelaksanaan Audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

0 0 23

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 1 95

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 1 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Judgment (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA

0 3 18

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA SKRIPSI

0 0 20