PENGARUH KONSENTRASI BORAK TERHADAP KEAWETAN KAYU KARET.

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012

PENGARUH KONSEN
K
NTRASI BO
ORAK TE
ERHADAP
KE

EAWETA
AN KAYU KARET
Dwi Suheryantoo
Balai
B
Besar Kerajinan daan Batik
Baddan Pengkajiian Kebijakaan Iklim Dann Mutu Industri – Kemenntrian Perin
ndustrian RI
Jl.. Kusumaneggara No 7 Yogyakarta
T
Telp.(0274)
546111,5124
5
456, Fax.(02274) 543582, 512456
Em
mail : pringggading04@y
yahoo.com
Abstrak
Pohon karett (Hevea braziiliensis) meruppakan tanaman
n asli di daerrah Amazone Amerika

A
Selattan
yang teersebar di seluruh hutan alam
m. Secara umuum pohon ini dapat
d
tumbuh di daerah troppis. Di Indonessia
pohon karet banyak ditemukan pada
p
perkebunnan besar dann perkebunan rakyat di daaerah Sumaterra,
Kalimantan dan Jawaa untuk diamb
bil getahnya. P
Pohon karet yang sudah tidakk produktif meerupakan potennsi
untuk dimanfaatkan
d
k
kayunya
sebaggai bahan bakku industri, hannya saja kayu karet mempunyai kelemahaan,
yaitu mudah
m
diserangg hama jamur (blue

(
stain) dann serangga perrusak kayu. Tuj
ujuan dari peneelitian ini adallah
untuk mengetahui
m
efeektifitas penggu
unaan borak ddalam mencega
ah terjadinya kkerusakan kayuu karet terhaddap
jamur dan
d serangan serangga peru
usak kayu, sehhingga dapat meningkatkan kualitas kayuu karet. Variabbel
yang diigunakan dalaam penelitian ini
i adalah varriasi waktu, ko
onsentrasi boraak, dan perlakkuan. Contoh uji
u
yang digunakan
d
kayu
u karet dengan ukuran panjjang 25 cm x lebar 15 cm x tebal 2 cm
m. Variasi wakktu

pengaw
wetan dengan perendaman
p
diingin 24 jam, 48
4 jam, dan 72
2 jam, dengan pperebusan 1 jaam, 2 jam, dann 3
jam, koonsentrasi bahaan pengawet borak
b
25 g/l, 30 g/l, dan 35 g/l.
g Dari hasil penelitian menunjukan bahw
wa
penggunaan bahan pengawet
p
borakk pada kayu karet berpenggaruh siqnifikaan terhadap mo
ortalitas, retennsi
dan deerajat kerusakkan. Semakin tinggi konsenntrasi bahan pengawet, seemakin meninggkat mortallittas
seranggga perusak ka
ayu dan retennsi, serta menuurunkan derajjat kerusakan.. Penggunan pengawet
p
borrak

dengan konsentrasi 30
3 g/l dengan waktu perendaaman 48 jam, dan waktu peerebusan 2 jam
m, menghasilkkan
p
kayu ralatif
r
besar, ddan retensi 0,00527 g/cm³ daan 0,00504 g/cm
m³, serta derajjat
mortaliitas serangga perusak
kerusakkan terendah 100% yaitu pengurangan
p
bberat 9,78% (masih dibawaah < 10 %) masuk katagoori
serangaan ringan ada bekas gigitan.
Kata ku
unci: borak, deerajat kerusakaan kayu karet, keawetan, morrtalitas, retensii

1. PEN
NDAHULUAN
N
1.1Lata

ar belakang
Kayu meruppakan hasil huttan dari sumbeer kekayaan alam, merupakaan bahan menntah yang muddah
diproses untuk dijadikan barang seesuai kemajuann teknologi. Kayu memiliki beberapa sifatt sekaligus, yanng
h bahan-bahan lain. Pengertiaan kayu disini ialah sesuatu bahan
b
yang dipperoleh dari haasil
tidak daapat ditiru oleh
pemunggutan atau peenebangan pohhon-pohon dihhutan/dihalamaan rumah/tegaalan/pekarangaan rumah, yanng
merupaakan bagian daari pohon tersebbut, setelah dipperhitungkan bagian-bagian
b
mana yang lebbih banyak dappat
dimanfa
faatkan untuk sesuatu
s
tujuann penggunaan, baik berbentuuk kayu pertukkangan, kayu industri maupuun
kayu baakar. Kayu yaang bernilai ekkonomis pada garis besarnyaa berasal dari kkayu berdaun jarum dan kayyu
berdaunn lebar. Kayu berdaun lebar umumnya term
masuk kayu keeras dan kayu berdaun jarum
m termasuk kayyu
lunak. Kayu yang baaru ditebang, umumnya

u
massih basah kareena celnya meengandung caiiran, begitu juuga
dinding
g celnya (Suheeryanto S.,20003). Batang pohon kayu terrsusun sebagiaan besar oleh sellulosa, yanng
merupaakan rangkaiann unsur CH dan
n O. Dalam keeadaan segar pada
p
setiap porri-pori sel men
ngikat air, dalaam
keadaan
n kering sebaagian besar aiir sel dilepaskkan yang menngakibatkan seel-sel parenchhym menyemppit,
sehinggga mengakibattkan batang kayu
k
kisut daan menyusut. Dengan penjeemuran, cairan
n tersebut akkan
menguaap, selain dari pada
p
itu kayu tersebut
t
mengaandung pula zaat-zat seperti m

minyak, pati, assam dan lain-laain
yang saangat lama bisaa dioxydirnya sehingga
s
menggakibatkan peruubahan dalam keseimbangan
k
kayu itu sendiiri.
Karena inilah kayu tersebut
t
berubaah bentuknya dalam berbagai arah yang akhirnya terjad
di kayu tersebbut
ut (perubahan
n dimensi). H
Hilangnya kaddar air didalam
m kayu akan
n mempengaruuhi
sobek dan mengkeru
i dalam prosses pengeringaan yang memennuhi persyarattan
keteganngan permukaaan serat kayu. Oleh karena itu
proses pengeringan
p

b
batang
kayu haarus dilakukan secara bertahap dan perlahaan-lahan, sehinngga keteganggan

C.2-1

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012

permuk
kaan sel kayu tetap
t
stabil yanng berakibat keerut dan kerusaakan tidak terjaadi pada serat kayu (Hariyannto
Y,1983). Komposisi kayu, kayu ad
dalah merupakaan daging pohoon yang terbenntuk dari: Selluulosa, merupakkan
kompon
nen terbesar, sekitar 70 % beerat kayu; Lignnin, komponen
n pembentuk kayu sekitar 18 % – 28 % berrat
kayu, memberikan
m
siffat keteguhan pada kayu; Bahan ekstraksii, komponen pembentuk
p
kayyu seperti warnna,
bau, rassa dan keawetaan; Unsur haraa, mineral pembbentuk liknin dan
d sellulosa ((Suryanto, BM
M, 1975). Potennsi
pasokan
n kayu sebagaii bahan baku industri
i

perkayyuan yang beraasal dari hutann alam semakin
n berkurang baaik
dari seggi mutu mauppun volumenyaa. Dengan berrkembangnya teknologi
t
penggolahan dan pengawetan
p
kayyu
karet, pemanfaatan
p
kayu
k
karet saaat ini semakin meluas sehingga kebutuhann bahan baku dari kayu karret
semakinn meningkat. Potensi
P
kayu kaaret untuk diollah sebagai bah
han baku indusstri cukup besaar. Luas tanam
man
karet pada tahun 199
97 sekitar 3.4 juta hektar. Jiika setiap tahu
unnya dapat ddiremajakan 3 persen saja daari
perkebuunan besar dann 2 persen dari perkebunan raakyat, maka akan diperoleh seekitar 2.7 juta m3/tahun.Dalaam
pengelo
olaan kayu kaaret di lapangaan terdapat beerbagai kendala di antaranyya masih banyyak kebun karret
terutam
ma karet rakyat yang tidak meempunyai aksess jalan, rendem
men kayu karet yang rendah, suplai
s
kayu karret
umumn
nya hanya terseedia pada musiim-musim tertentu saja, dan lokasi pabrik pengolahan (ppengawetan) jauuh
dari lokkasi kebun sehiingga nilai gun
na dan nilai ekoonomis kayu karet masih renddah. Sampai saaat ini kebutuhhan
kayu seebagian besar masih
m
dipenuh
hi dari hutan allam. Persediaann kayu dari huutan alam setiaap tahun semakkin
berkuraang, baik dari segi mutu maaupun volumennya. Hal ini disebabkan
d
keccepatan peman
nenan yang tiddak
seimbanng dengan keccepatan penannaman, sehinggga tekanan terrhadap hutan alam makin besar.
b
Disisi laain
kebutuhhan kayu untuuk bahan bakuu industri semaakin meningkaat, hal ini beraarti pasokan bahan
b
baku paada
industrii perkayuan seemakin sulit, kalau
k
hanya mengandalkan
m
k
kayu
yang beraasal dari hutan
n alam, terutam
ma
setelah kayu ramin, meranti
m
putih, dan
d agathis dilaarang untuk dieekspor dalam bbentuk kayu geergajian. Konddisi
ngi sedini munngkin agar tidaak terjadi keseenjangan antara potensi paso
okan kayu huttan
ini perllu ditanggulan
dengan besarnya kebuutuhan kayu. Usaha
U
untuk memenuhi
m
perm
mintaan kayu teersebut dapat dipenuhi
d
melallui
p
sepeerti pembanguunan hutan taanaman industtri, walaupun hasilnya beluum
pengusaahaan hutan produksi,
memuaaskan. Oleh kaarena itu perluu dicari jenis kayu substitussi yang dapat memenuhi peersyaratan untuuk
berbagaai keperluan. Kayu
K
karet yaang dihasilkann dari perkebu
unan karet meerupakan alternnatif yang dappat
dipertim
mbangkan. Perrkebunan kareet di Indonesiaa cukup luas dan sebagian sudah waktunnya diremajakkan
(Lokakaarya HTI, 19899, at., Island Boerhendhy, dkkk,2003). Saat ini kebutuhan akan kayu sebbagai bahan bakku
indutri (bangunan, meebel dan kerajiinan) yang selama ini mengggunakan kayu komersil seperrti kayu jati, dan
d
makin sulit dipperoleh. Kayu karet yang diiperoleh dari perkebunan
p
karret
mahonii dan jenis kayyu lainnya, sem
yang sudah
s
tidak produktif
p
meru
upakan sumbeer bahan kayu
u yang potennsial, yang seelama ini massih
dimanfa
faatkan sebagaii bahan kayu bakar.
b
Namun demikian
d
ada kendala
k
yang ddihadapi pada kayu
k
karet, yaiitu
kayu kaaret yang habiss ditebang dalaam bentuk logg atau pun dalaam penyimpanan, kayu karett yang basah dan
d
masih mengandung
m
getah
g
merupakkan tempat yanng baik untuk tumbuhnya jaamur dan akann menimbulakkan
noda hiitam atau biru
u (blue stain) yang dapat m
merusak teksturr kayu, kemuddian pada wakktu penyimpannan
sering terjadi
t
serangaan serangga peerusak kayu. B
Beberapa peneelitian telah dilakukan untukk menanggulanngi
masalah
h tersebut, yaiitu pengawetann dengan laruutan borkas daan proses vakuum(Dwi S.,20007). Penggunaaan
variasi kosentrasi cuppri sulfat dan penggunaan
p
vaariabel waktu dan
d perlakuan (perendaman dan perebuasaan)
d
penelitiaan penanggulanngan atau pen
ngawetan kayu karet terhadapp serangan jam
mur
merupaakan kegitaan disain
dan serrangga perusakk kayu. Tujuaan dari penelittian ini adalahh untuk mengeetahui sejauh mana efektifittas
penggu
unaan cupri suulfat dalam meencegah terjaddinya kerusakaan kayu karet terhadap jamuur dan seranggan
serangkka perusak kayyu. Adapun maanfaat dari pennelitian ini adalah untuk menngawetkan kayuu karet sehinggga
dapat meningkatkan
m
k
kualitas
kayu karet
k
1.2 Pen
ndekatan
a. Kayu
K
karet
Tanaman kareet berasal dari bahasa latin yang
y
bernama Hevea
H
brazilieensis yang berrasal dari Negaara
Brazil. Tanaman ini merupakan su
umber utama bahan tanamaan karet alam dunia. Padahal jauh sebeluum
merika Serikat, Asia dan Afriika
tanamann karet ini dibuudidayakan, peenduduk asli dii berbagai temppat seperti: Am
Selatan
n menggunakan
n pohon lain yang juga m
menghasilkan getah.
g
Getah yyang mirip laateks juga dappat
diperoleeh dari tanamaan Castillaelasstica (family moraceae)(wkip
m
pedia,2010) Seecara umum taanaman ini dappat
tumbuh
h di daerah troopis yang menncakup luasan antara 15o LU
U- 10oLS. Tanaman karet tuumbuh baik paada
daerah dengan curah hujan
h
per tahunn diatas 2.000 mm optimal antara
a
2.500 – 4000
4
mm, temp
peratur 26 – 288 o
s
cocok ditempat
d
yang mempunyai
m
keetinggian tidak lebih dari 7000 m dpl. Pada akhir
a
abad ke 19
C dan sangat
tanamann ini telah teriintroduksikan ke wilayah Assia Tenggara dan
d Afrika Barrat, dapat tumb
buh dengan baaik
sebagaii karet alam. Kedua
K
kawasaan tersebut ternnyata saat ini merupakan daaerah penyebaaran yang sanggat
pentingg. Di Indonesiia kayu karet banyak ditem
mukan pada peerkebunan bessar dan perkeb
bunan rakyat di
Sumateera, Jawa dan Kalimantan
K
un
ntuk diambil geetahnya (Dwi S.,2009).
S
Sekaarang tanamann tersebut kuranng
dimanfa
faatkan lagi geetahnya karenaa tanaman karret telah dikennal secara luaas dan banyak
k dibudidayakaan.

C.2-2

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
Sebagaii penghasil lateeks tanaman kaaret dapat dikaatakan satu-satuunya tanaman yang dikebunk
kan secara besaarbesaran
n (Nazarudin, dkk:1992,
d
at., wikipedia, 20110). Tanaman karet merupakkan pohon yanng tumbuh tingggi
dan berrbatang cukup besar, tinggi pohon
p
dewasa mencapai 15--25 meter. Batang tanaman biasanya
b
tumbuuh
lurus daan memiliki peercabangan yanng tinggi diataas. Dibeberapa kebun karet adda beberapa keecondongan arrah
tumbuh
h tanamanya aggak miring kearah utara. Baatang tanaman ini menganduung getah yangg dikenal denggan
nama laateks. Daun kaaret terdiri dari tangkai daun utama dan tanngkai anak daunn. Panjang tangkai daun utam
ma
3-20cm
m. Panjang tanggkai anak daun
n sekitar 3-10ccm dan pada ujungnya
uj
terdappat kelenjar. Biasanya
B
ada tiiga
anak daaun yang terdaapat pada seheelai daun karett. Anak daun berbentuk elipptis, memanjan
ng dengan ujunng
merunccing, tepinya raata dan gundull. Biji karet teerdapat dalam setiap ruang bbuah. Jadi jumllah biji biasannya
ada tigaa kadang enam
m sesuai dengaan jumlah ruanng. Ukuran bijji besar dengaan kulit keras. Warnaya coklat
kehitam
man dengan beercak-bercak berpola yang kkhas. Sesuai deengan sifat dikkotilnya, akar tanagaman
t
karret
merupaakan akar tungggang. Akar ini mampu menoopang batang taanaman yang ttumbuh tinggi dan besar. Lebbih
lengkap
pnya, struktur botani tanamaan karet ialah tersusun sebaagai berikut (A
APP,2008, at., wkipedia,20100):
Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermaae; Kelas: Diicotyledonae; Ordo: Eupho
orbiales; Famiili:
Euphorrbiaceae; Genu
us: Hevea; Sppesies: Hevea braziliensis (Wikipedia,201
(
10). Potensi kayu
k
karet untuuk
diolah sebagai bahan baku industrii cukup besar. Data statistik Ditjenbun (19998) menunjuk
kkan bahwa luuas
p
diremajakkan sampai tahhun 1997 sekiitar 400 000 hektar atau 11 persen dari tottal
tanamann karet yang perlu
luas areeal karet di Inndonesia. Di saamping itu, saaat ini teknolog
gi pengolahann kayu karet teelah berkembanng
pesat seehingga prospeek pemanfaatann kayu karet ddapat lebih luaas. Ditinjau darri sifat fisis daan mekanis, kayyu
karet teergolong kayu kelas kuat II yang
y
berarti seetara dengan kaayu hutan alam
m seperti kayu ramin, perupuuk,
akasia, mahoni, pinuus, meranti, duurian, ketapangg, keruing, suungkai, gerungggang, dan nyaatoh, Sedangkkan
k
awetnya, kayu karet tergolong kelas awet V atau setara
s
dengan kayu ramin (O
Oey Djoen Senng,
untuk kelas
1951,att., Island Boerhhendhy, dkk,20003), namun tiingkat kerentan
nan kayu karet terhadap seraangga penggerrek
dan jam
mur biru (blu
ue stain) lebiih besar dibaandingkan den
ngan kayu raamin. Oleh kaarena itu untuuk
pemanffaatannya dipeerlukan pengaw
wetan yang leebih intensif dari
d
kayu ram
min, terutama setelah
s
digergaji
(Budim
man, 1987.,Islan
nd Boerhendh
hy, dkk,2003,att. Island Boerhhendhy, dkk,2003). Pengawetan kayu ram
min
setelah digergaji biasaanya cukup denngan cara penccelupan, sedanngkan pada kayyu karet selain pencelupan juuga
m dan tekan (Suutigno dan Mass’ud,1989, at., IIsland Boerhen
ndhy, dkk,20033).
harus dilakukan dengaan cara vakum
nya teknologi pengawetan
p
saaat ini, maka masalah
m
seranggan jamur biru (blue stain) dan
d
Dengann berkembangn
seranggga penggerek, serta kapang seperti Asperggillus sp. Dan Penicillium sp
sp. tidak lagi menjadi
m
kendaala
dalam pemanfaatan
p
k
kayu
karet. Sifaat dasar lainnyaa yang menonjjol dari kayu kkaret, kayunya mudah digergaji
dan perrmukaan gergaj
ajinya cukup haalus, serta muddah dibubut denngan menghasilkan permukaaan yang rata dan
d
halus. Kayu
K
karet juga mudah dipakku, dan mempuunyai karakteriistik pelekatan yang baik denngan semua jennis
perekatt. Sifat yang khhas dari kayu karet
k
adalah w
warnanya yang putih kekuninngan ketika barru dipotong, dan
d
akan menjadi
m
kuning pucat seperti warna
w
jerami ssetelah dikering
gkan. Selain w
warna yang mennarik dan teksttur
yang mirip
m
dengan kaayu ramin dan perupuk
p
yaitu halus dan rata, kayu karet saangat mudah diiwarnai sehinggga
disukai dalam pembu
uatan mebel (B
Budiman, 1987,, at., Island Bo
oerhendhy, dkkk,2003). Mutu fibre board assal
kayu karet setara denngan kayu lappis yang berassal dari hutan alam (Basuki dan Azwar, 1996,at., Islannd
mekanis, dan sifat dasar lainnnya seperti warna
w
dan teksttur
Boerhenndhy, dkk,20003). Ditinjau daari sifat fisis, m
kayu karet,
k
ketersediiaan bahan baaku kayu kareet pada perkebbunan karet, ddan berkemban
ngnya teknoloogi
pengolaahan dan pengaawetan kayu kaaret akhir-akhiir ini, sangat memungkinkan
m
kayu karet dap
pat dimanfaatkkan
sebagaii substitusi kaayu alam, khu
ususnya untukk memenuhi kebutuhan
k
induustri perkayuaan, sebagaimaana
dibahass dalam makaalah ini (Islannd Boerhendhyy, dkk,2003). Taksonomi ddan marfologi tanaman karret,
tanamann karet termaasuk famili Euuphorbiaceae ddan sering dissebut para rubbber (Belanda)).Tanaman karret
merupaakan pohon yaang tumbuh tinnggi dan berbatang cukup besar.
b
Tinggipohon dewasa mencapai 15-25
meter.B
Batang tanamaan ini menganddung getah yaang dikenal denngan lateks.Teermasuk tanam
man beumahsattu,
yaitu paada satu tangkaai bunga majem
muk terdapat bbunga betina maupun
m
bunga jjantan dengan penyerbukannnya
dapat teerjadi secara seendiri juga penyyerbukan silanng (Djoehana S.,1983).
S
b. Sifat keawetann dan pengawaaetan kayu kareet
Kayu karet terrmasuk dalam kelas awet V ((keawetan sanggat rendah) yaang berarti bilaa kayu digunakkan
pada tem
mpat yang berrhubungan denngan tanah lem
mbab, ketahanaannya kurang ddari 1,5 tahun. Kayu karet yanng
tidak diiawetkan menggalami serangaan serangga paada semua tinggkat pengolahaan yaitu dari kayu
k
yang beluum
digergaj
aji sampai prod
duk akhir. Dian
ntara serangga yang menyeraang kayu karet adalah kumbaang ambirosa dan
d
rayap kering
k
maupun rayap tanah.W
Walaupun mem
mpunyai keaweetan yang sanggat rendah deng
gan kelas kuat II
dan III serta berat jennis rata-rata 0,6
61 kayu karet dapat dipakai sebagai bahann bangunan dan
n bantalan kereeta
wetan.Kayu karret
api jikaa diadakan usahha-usaha untukk memperpanjang umur pakaainya melalui proses pengaw
ini term
masuk jenis kaayu yang mudaah diawetkan aartinya mudah untuk dimasuuki bahan penngawet sekalipuun

C.2-3

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
dengan metode sederh
hana seperti peerendaman. Keeawetan yang dapat tergantuung jenis bahann pengawet yanng
dimasukkkan kedalam
m kayu ( kg/m2 ) serta metode yang digunakaan (Abdulrahim
m M,1979).
c. Rayap perusakk kayu kering
Rayap perusakk kayu kering berbeda denggan rayap tanah
h karena selurruh koloninya menghuni kayyu,
tidak peernah memasu
uki tanah dan tidak memerlukkan lembab daari luar selain llembab yang berasal
b
dari kayyu
yang diitempatinya. Makanan
M
utam
manya adalah kkayu dan bahann-bahan lainnyya yang menggandung seluloosa
seperti sabut kelapa, rumput, kertaas dan sebagaainya. Rayap kering
k
tidak m
mudah untuk dideteksi
d
kareena
ya terisolasi didalam sarang pada
p
kayu yangg diserangnya. Tanda-tanda aadanya serangaan rayap jenis ini
i
hidupny
umumn
nya dapat dikettahui dari koto
oran-kotoran m
mereka yang dibbuang keluar ssarangnya. Eksskreta ini beruupa
butiran--butiran halus,, kecoklat-cokklatan yang dissebut pellet dan berbentuk silinder berseggi enam denggan
ujung-uujungnya bulatt. Serangan rayyap kayu kerinng dapat menyeebabkan ronggga-rongga yangg tidak teratur di
dalam kayu
k
dengan meninggalkan lapisan yang tipis pada peermukaan kayuu. Hal ini mennyebabkan tiddak
tampak
knya serangan tetapi
t
dengan tekanan yang seedikit saja kayu
u tersebut akann rusak (Dwi S.,2009)
S
d. Teori pengaweetan kayu
Pengawetan kayu
k
diperlukaan karena adannya unsur-unsuur perusak kayyu yang dapatt mempengaruuhi
p
kayu dann kualitas kayyu.Tujuan utam
ma pengawetan
n kayu adalahh untuk memp
perpanjang um
mur
umur pakai
pemakaaian bahan deengan demikian akan menngurangi biayaa akhir dari produk itu dan
d
menghindaari
pengganntian yang terllalu sering dalaam konstruksi yang permanen
n dan semi perrmanen. Selanjjutnya dijelaskkan
juga addanya pengharggaan yang men
ningkat terhadaap efektifitas peengawetan dalaam memperpannjang umur kayyu
dalam situasi yang teerbuka, kayu yang diawetkaan mulai dipaandang sebagai salah satu dari
d
bahan-bahhan
manen. Dalam proses pengaawetan kayu dengan
d
bahan kimia yang berfungsi sebaggai
konstruuksi yang perm
pengaw
wet dimasukkann ke dalam kaayu melalui beerbagai cara ataau metode. Metode perendam
man adalah caara
pengaw
wetan kayu denngan memasukkkan kayu ke ddalam tangki berisi
b
bahan peengawet larut air
a dan dibiarkkan
beberap
pa hari atau beeberapa mingguu. Suhu yang ddipakai biasany
ya suhu kamarr meskipun billa dengan sedikkit
pemanaasan penetrasin
nya akan lebih cepat. Metodee perendaman dingin biasanyya dilakukan pada
p
suhu kamaar.
Bila kay
yu yang diaweetkan dalam keeadaan kering maka
m
air dan bahan pengawett akan meresapp ke dalam kayyu.
Tetapi bila
b kayu yangg diawetkan dalam
d
keadaan basah maka bahan
b
pengaweet akan berdifu
fusi ke dalam air
a
yang teerdapat di dalaam kayu sehin
ngga penetrasi bahan pengaawet terhambaat. Proses pengawetan denggan
metode perendaman dingin
d
merupakkan cara yang ssederhana. Kellebihan dari meetode ini antaraa lain, kayu yanng
diawetk
kan bersama-saama dalam jum
mlah banyak, larutan dapat digunakan beerulang-ulang serta proses dan
d
peralataan yang digunaakan sederhanaa sehingga dappat dilakukan oleh
o semua oranng tanpa keahllian khusus (Dw
wi
S.,2007
7).
e. Bahan pengaw
wet (Borak)
Persyaratan unntuk bahan peengawet kayu yang
y
ideal meeliputi hal-hal sebagai berikuut, yaitu beracuun
terhadaap kisaran luass cendawan/jam
mur dan seranngan serangga kayu, tingkat permanen, keemampuan untuuk
menem
mbus kayu denggan mudah, tidak menyebabbkan karat pad
da logam dan tidak melukaii kayunya, am
man
penangaanan dan peng
ggunaannya seerta ekonomis. Bahan-bahann pengawetan kkayu menurut sifat-sifat kim
mia
dan fisiikanya dapat dikelompokkan
d
n menjadi 3 golongan yaitu: (1)
( berupa minnyak (2) menggunakan minyyak
sebagaii pelarutnya (3
3) menggunakaan air sebagai pelarutnya (D
Dwi S.,2007). B
Borak atau Naatrium Tetraborrat
(Na2B4O7.10H2O) adaalah campurann garam mineraal dengan konsentrasi yang cukup tinggi, yang
y
merupakkan
bentuk tidak murni daari boraks. Borraks berasal darri bahasa Arabb yaitu Bouraq.. Merupakan kristal
k
lunak yanng
ndung unsur bo
oron, berwarnaa dan mudah laarut dalam air. Boraks berbenntuk serbuk krristal putih, tiddak
mengan
berbau, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5. Booraks merupakkan senyawa yang
y
bisa mem
mperbaiki teksttur
makanaan sehingga meenghasilkan ru
upa yang baguss, misalnya baakso, kerupuk bahkan
b
mie baasah yang beraada
di pasaaran. Kerupuk yang mengandung boraks kkalau digorengg akan mengem
mbang dan em
mpuk, teksturnnya
bagus dan
d renyah. Assal tahu saja, gelas
g
pyrex yanng terkenal ku
uat bisa memiliiki performa seperti itu kareena
dibuat dengan
d
campuuran boraks. Keemungkinan besar daya penggawet boraks ddisebabkan oleeh senyawa akktif
asam borat. Borat-borat diturunkann dari ketiga asam borat yaittu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborrat
(H2B4O7), dan asam metaborat
m
(HB
BO2). Asam orrtoborat adalahh zat padat kriistalin putih, yang
y
sedikit larrut
dalam air
a dingin, tetap
pi lebih larut dalam
d
air panass. Garam-garam
m dari asam inni sangat sedikiit yang diketahhui
dengan pasti. Asam ortoborat yangg dipanaskan pada 1000C, akan
a
diubah m
menjadi asam metaborat. Paada
1400C dihasilkan
d
asam piroborat. Kebanyakan
K
gaaram ini dituru
unkan dari asaam meta dan piro.
p
Disebabkkan
oleh lem
mahnya asam borat,
b
garam-ggaram yang laruut terhidrolisiss dalam larutann, dan karenanyya bereaksi bassa.
Kelaruttan Borat dari logam-logam alkali mudah llarut dalam airr. Borat dari loogam-logam laainnya umumnnya
sangat sedikit larut dalam
d
air, tetap
pi cukup larut dalam asam-aasam dan dalaam larutan amm
monium kloridda.
Untuk mempelajari
m
reaksi-reaksi inni, kita memakkai larutan nattrium tetraboraat (natrium pirroroborat/borakks)
Na2B4O7.10H2O.

C.2-4

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
2. MET
TODOLOGI PENELITIAN
P
N
1. Bahaan dan alat
Pem
mbuatan contoh uji
Penyyiapan contoh uji,
u yaitu kayu karet harus beebas cacat, dipootong secara accak bagian panngkal dan tengaah,
dengan ukuran lebar 25
2 cm x panjanng 15 cm x tebbal 2 cm. Dari beberapa potoongan kayu karret diambil 20 bh
b
C
uji dibbersihkan, kem
mudian dikerinng udarakan hingga
h
beratnnya
secara acak sebagai contoh uji. Contoh
k
Borrak, dimana X1 =
konstann. Kemudian coontoh uji diberri tanda untuk penggunaan raasio (variasi) konsentrasi
blanko,, X2 = konsenttrasi borak 25 g/l;
g X3 = konseentrasi borak 30
3 g/l; dan X4 = konsentrasi borak
b
35 g/l.
2. Alat
G
sirkel dan
d gergaji tangan, untuk mem
motong kayu karet
k
dalam pennyiapan contohh uji.
a. Gergaji
b. Timbangan
T
maanual dan analittik, untuk mennimbang contohh uji dan bahann pengawet
c. Meteran,
M
untukk mengukur dim
mensi kayu karret
d. Oven
O
listrik
e. Bak
B perendam ukuran 40 cm x 50 x 40 cm
f. Bak
B perebus ukkuran 40 cm x 50 x 40 cm
g. Pemberat
P
dan pengaduk
p
h. Kotak
K
pengumppan
3. Disaain penelitian
a. Cara
C Perendamaan
Tabel 1. Variasi Waaktu dan Konseentrasi Borak Pengawetan
P
Caara Perendamann
Varias waktu
V
p
perendaman
(jam)
24
48
72

nsentrasi Borakk (g/l)
Variasi Kon
25
25
25

30
30
30

35
35
35

b. Cara
C Perebusan
Tabeel 2. Variasi Waktu
W
dan Konssentrasi Borak Pengawetan Cara Perebusan
Varias waktu
V
perebusan
(jam)
1
2
3

Variasi Kon
nsentrasi Borakk (g/l)
25
25
25

30
30
30

35
35
35

c. Penyiapan bahaan pengawet
K
Kayu
karet beru
upa papan deng
gan ukuran kettebalan 4 cm, lebar
l
25 cm, daan panjang 200
0 cm. Kayu karret
diperoleeh dari perkebbunan PTP daeerah Banjarneggara Jawa Ten
ngah. Pohon kaaret setelah diitebang langsunng
dibawa ketempat pengggergajian untu
uk diolah sesuuai ukuran. Bahhan pengawet Borak
B
ditimbanng sesuai denggan
variasi konsentrasi
k
yaang digunakan, yaitu 25 g/l, 30 g/l, dan 35 g/l,
g dengan timbbangan analitikk.
4.

Proosedur penelitiian
a. Cara perendam
man dingin
Metode yang digunakan dallam penelitian adalah metodde perendaman dingin, contohh disusun dalaam
bak perrendam sedem
mikian rupa. Agar
A
seluruh coontoh terendam
m sempurna dalam
d
larutan pengawet, maaka
bagian atasnya diberi pemberat . Seebelum diawetkkan contoh ujii dikeringkan ddalam ruangann oven pada suhhu
90°C hingga
h
beratnyaa konstan, kem
mudian volum
menya untuk peerhitungan reteensi, dan dicattat berat sebaggai
berat aw
wal contoh uji sebelum diaweetkan (Wo). Coontoh uji direnddam dalam laruutan pengawet Borak 25 g/l, 30
g/l, dann 35 g/l, deng
gan waktu massing-masing seelama 24 jam, 48 jam, dann 72 jam. Seteelah perendam
man
selesai, contoh uji diaangkat dan diaatuskan dari larrutan pengaweet. Selanjutnyaa contoh uji dikkeringkan dalaam
ruangann oven pada suhu
s
90°C, maaka diperoleh berat kayu karet
k
setelah ppengawetan (W
Wi). Pengamattan
kerusakkan kayu karett dilakukan 2 bulan
b
sekali sellama kurun wak
ktu 6 bulan.

C.2-5

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
b. Cara perebusaan
Contoh uji disusun dalam bak
b perebus seedemikian ruppa. Agar seluruuh contoh tereendam sempurrna
l
pengaw
wet, maka bagiian atasnya dibberi pemberat . Sebelum diaw
wetkan contohh uji dikeringkkan
dalam larutan
dalam ruangan
r
oven pada suhu 90
0°C hingga beeratnya konstaan, kemudian volumenya unntuk perhitunggan
retensi, dan dicatat beerat sebagai beerat awal contoh uji sebelum
m diawetkan (W
Wo). Contoh uji
uj direbus dalaam
g dan 35 g/l, dengan variasi waktu masing-masing selam
ma 1 jam, 2 jam
m,
larutan pengawet Borrak 25 g/l, 30 g/l,
d
dari larutan pengaw
wet. Selanjutnnya
dan 3 jam. Setelah peerebusan selesaai, contoh uji diangkat dan diatuskan
C, maka diperoleh berat kayyu karet setellah
contoh uji dikeringkan dalam ruanngan oven paada suhu 90°C
wetan (Wi). Pen
ngamatan yang
g dilakukan addalah daya pennetrasi bahan ppengawet dan kerusakan kayyu
pengaw
karet yaang dilakukan setiap 2 bulan sekali selama kurun
k
waktu 6 bulan.
5.

Penngujian
a. Uji keawetan dengan
d
pengum
mpanan contohh uji dengan serangga perusakk kayu.
Pengumpanan
n contoh uji dilakukan
d
denggan memberikkan/meletakan serangga peru
usak kayu paada
permuk
kaan kayu kareet blangko dan yang telah diaawetkan (yangg telah diketahuui berat awaln
nya) sebanyak 25
ekor paada setiap conttoh uji dalam suatu ruangan atau tempat uji
u , dan disimp
mpan selama 8 minggu didalaam
ruang gelap
g
dengan suuhu kamar. Seetelah itu seranngga perusak kayu
k
dikeluarkaan, contoh uji ditimbang untuuk
menenttukan berat conntoh uji setelahh pengumpanann (W2). Pengum
mpanan berlanggsung selama 6 bulan
b. Tanpa pengum
mpanan serangg
ga perusak kayyu pada contohh uji
Contoh uji dibbiarkan didalam
m ruang gelap pada suhu kam
mar, tanpa dileetakkan seranggga perusak kayyu
pada coontoh uji, dibiaarkan selama 6 bulan, dan diamati secara berkala
b
setiap 2 bulan, apakahh timbul lubannglubang jarum dan serrbuk kuning paada permukaann kulit kayu kaaret, kemudiann ditimbang unntuk menentukkan
berat coontoh uji (W3).
c. Retensi bahan pengawet
Retensi meruppakan jumlah bahan
b
pengaweet tanpa larutann pengawet yaang telah masuk
k kedalam kayyu
karet, yang
y
merupakaan selisih beratt berat kering oven contoh uji
u sebelum daan setelah peng
gawetan. Retennsi
dapat dihitung dengan
n rumus :
Retensii (g/cm3) = Wi - Wo
V
Dimanaa : Wi
= beerat contoh uji sebelum diawetkan (g)
Wo
= beerat contoh uji setelah diawettkan (g)
V
= voolume contoh uji
u (cm3)
d. Mortalitas seraangga perusak kayu
Mortalitas serrangga perusak
k kayu dapat digunakan seebagai kriteriaa daya racun bahan
b
pengaw
wet
terhadaap serangga perrusak kayu. Mortalitas
M
seranngga perusak kayu
k
dinyatakaan sebagai perb
bandingan antaara
jumlah rayap yang maati dengan jum
mlah seluruh seerangga perusaak kayu yang ddimasukan sebaagai umpan paada
musnya adalah :
tiap conntoh dan dinyatakan dalam peersen (%), rum
Mi = JR
RMi x 100 %
JR
RSi
Dimanaa: Mi
= peengurangan
JRMi = ju
umlah seranggaa perusak kayuu yang mati
JRSi
= ju
umlah seluruh serangga
s
perussak kayu yang dimasukan keddalam sample
Pegam
matan dilakukann setiap 2 bulann sekali selamaa kurun waktu 6 bulan
e. Derajjat kerusakan
S
Skala
yang diggunakan untuk mengukur derrajat kerusakann berdasarkan pada
p
pengurang
gan berat contoh
uji (denngan pengumpaanan maupun tanpa
t
pengumppanan) untuk keemudian dibanndingkan dengaan kontrol.
Derajatt Kerusakan = KR x 100 %
KK
Dimanaa: KR
= peengurangan berat contoh uji ((g)
KK
= peengurangan berat kontrol (g))

C.2-6

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
Tabel 3. Skaala Derajat Kerrusakan
Penguranggan Berat (%)
< 10
111 – 40
411 – 70
> 71

Kondisi
K
Contooh Uji
Serangaan ringan, ada bekas
b
gigitan
Seerangan sedangg, beberapa saluuran yang tidakk dalam
Seraangan berat, beeberapa salurann yang dalam dan
d lebar
S
Serangan
sangaat berat

3. HAS
SIL DAN PEM
MBAHASAN
1. Hasiil pengamatan
a. Retensi
R
(cara peerendaman dann perebusan)
N
Nilai
hasil peng
gamatan rata-raata retensi bahaan pengawet cara
c perendamaan, dan perebuusan dapat dilihhat
pada tab
bel-tabel dibabbawah ini:
Tabel 4. Nilai hasil rata-rata retensi Borak pada berbagai rasio konsentrrasi cara peren
ndaman,
diuukur dari beratt kering (oven)) kayu karet

255
R
Ratio
VariaasiWaktu
(jjam)
24
48
72

Berat
B
kering
sebelum
p
pengawetan
(g)
237
237
237

Raasio Variasi Ko
onsentrasi Boraak (g/l)
30
35
Berat keringg Berat kerin
ng Berat kerring Berat keering Berat kering
sesuudah
sesudah
sebelum
sesudahh
sebeluum
pengawettan
pengaw
wetan
pengaw
wetan
pengawetan
pengawetaan
(g)
(g)
(g)
(gg)
(g)
242,542
237
242,6688
2377
242,,679
242,656
237
242,6722
2377
242,,682
242,668
237
242,6788
2377
242,,681

Tabel 5. Nilaai hasil rata-ratta retensi Borakk pada berbagaai rasio konsenntrasi cara pereebusan,
diukur dari beratt kering (oven)) kayu karet

255
R
Ratio
VariaasiWaktu
(jjam)
1
2
3

Berat
B
kering
sebelum
p
pengawetan
(g)
237
237
237

Raasio Variasi Ko
onsentrasi Boraak (g/l)
30
35
Berat keringg Berat kerin
ng Berat kerring Berat keering Berat kering
sesuudah
sesudah
sebelum
sesudahh
sebeluum
pengawetan
pengawetaan
pengawettan
pengaw
wetan
pengaw
wetan
(g)
(g)
(g)
(gg)
(g)
242,586
237
242,5922
2377
242,,598
242,612
237
242,6244
2377
242,,626
242,614
237
242,6288
2377
242,,636

Taabel 6. Nilai haasil rata-rata rettensi (g/cm3) Borak
B
pada berb
bagai rasio konnsentrasi cara perendaman
p
Ratio VarriasiWaktu
(jaam)
24
2
48
4
72
7

Borak (g/l)
Rasio Variasi Konsentrasi B
25
30
35
5
0,004366
0,00517
0,005524
0,004677
0,00523
0,005522
0,004955
0,005521
0,00527

T
Tabel
7. Nilai hasil
h
rata-rata reetensi (g/cm3) B
Borak pada beerbagai rasio koonsentrasi cara perebusan
Ratio VarriasiWaktu
(jaam)
1
2
3

Borak (g/l)
Rasio Variasi Konsentrasi B
25
30
35
5
0,004866
0,00497
0,004498
0,004922
0,00501
0,005503
0,004944
0,005502
0,00504

C.2-7

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
b. Penggamatan derajaat kerusakan akkibat serangan jjamur dan seraangga perusak kayu (secara visual)
v
Tabel 8. Hasil
H
pengamataan terhadap serrangan jamur (blue-stain)
(
dann serangga peru
usak kayu
pengaweetan cara peren
ndaman
Ratioo Variasi
Waktu
W
Perenndaman
(jjam)

Rasio Variasi
V
Konsenntrasi Borak (gg/l)
25
30
35
Waktu
Wakttu
Waktu
Pengamatan
Pengam
matan
Peengamatan
(Bln ke)
(Bln ke)
(Bln ke)
k
2
4
6
2
4
6
2
4
6
24
*
*
***
*
*
*
*
*
*
48
*
*
*
*
*
*
*
*
*
72
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Keteran
ngan : * Tid
dak ada (Jumlahh lubang jarum
m=0)
** Sed
dikit terserang (Jumlah lubanng jarum = 1 – 2)
*** Terserang ( Jumlah lubang jaruum ≥ 3)

Blannko
Waktu Pen
ngamatan
Bulan Bulaan Bulan
ke
kee
ke
2

4

6

**

****

****

Tabel 9. Hasil
H
pengamataan terhadap serrangan jamur (blue-stain)
(
dann serangga peru
usak kayu
pengaw
wetan cara pereebusan

Ratioo Variasi
Waktu
W
Pereebusan
(jjam)

Rasio Variasi
V
Konsenntrasi Borak (gg/l)
25
30
35
Waktu
Wakttu
Waktu
Pengam
matan
Pengamatan
Peengamatan
(Bln ke)
(Bln ke)
(Bln ke)
k
2
4
6
2
4
6
2
4
6
1
*
**
***
*
*
*
*
*
*
2
*
*
*
*
*
*
*
*
*
3
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Keteran
ngan : * Tid
dak ada (Jumlahh lubang jarum
m=0)
** Sed
dikit terserang (Jumlah lubanng jarum = 1 – 2)
*** Terserang ( Jumlah lubang jaruum ≥ 3)

Blannko
Waktu Pen
ngamatan
Bulan Bulaan Bulan
kee
ke
ke
2

4

6

***

***
**

****

c. Morrtalitas serangg
ga perusak kayuu dengan penguumpanan seranngga perusak kayu
k
Nilai hasil pengam
matan rata-rata mortalitas seraangga perusakk kayu (%) padda berbagai jennis rasio (variasi)
d
dilihat paada Tabel 10 daan 11 dibawah ini :
konsenttrasi Borak maaupun blanko dapat
Tabel 10. Hassil rata-rata moortalitas seranggga perusak kayyu (%) dan berat faktor penguurangan berat
setelah kerusaakan (g) cara perendaman
p
Ratio
VarriasiWaktu
(jam)

Rasio Variassi
Konsentrasi Bo
K
orak
(g/l)
25
30
35

Rasiso Varriasi
Konsentrasi Borak
25 g/l
BKSP
B
BKSK
(g)
(g)
24
96 100 100
1
98,67 158,592 158,486
48
100 100 100
1
100
158,756 158,756
72
100 100 100
1
100
158,768 158,768
Kontrol
Berat kering awal
246 g
257 g
(
(Blanko)
Keterrangan : BKSP
P = Berat kerinng setalah penggawetan
BKSK
K = Berat kerinng setelah terjaadi kerusakan
Ratarata

C.2-8

Raasiso Variasi
Konnsentrasi Borak
k
30 g/l
BKSK
BKS
SP
(g))
(g)
158,6678 158,678
158,7772 158,772
158,7788 158,788
Beraat kering awal
256 g

V
Rasiso Variasi
Konsentrasi Borak
35 g/l
g
BKSP
BKSK
(g)
(g)
158,716 158,716
158,792 158,792
158,804 158,804
Berat kerinng awal
258 g

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
Tabel 11. Hassil rata-rata moortalitas seranggga perusak kayyu (%) dan berat faktor penguurangan berat
setelah kerussakan (g) cara
a perebusan
Rasiso Varriasi
Konsentrasi Borak
25 g/l
BKSP
B
BKSK
(g)
(g)
1
96
96 100
1
98,67 158,582 158,474
2
100 100 100
1
100
158,608 158,608
3
100 100 100
1
100
158,616 158,616
Kontrol
Berat ering awal
a
246 g
(
(Blanko)
257 g
Keterrangan : BKSP
P = Berat kerinng setalah penggawetan
BKSK
K = Berat kerinng setelah terjaadi kerusakan
Ratio
VarriasiWaktu
(jam)

Rasio Variassi
Konsentrasi Bo
K
orak
(g/l)
25
30
35

Ratarata

Raasiso Variasi
Konnsentrasi Borak
k
30 g/l
BKS
SP
BKSK
(g))
(g)
158,5592 158,481
158,6616 158,616
158,6628 158,628
Beraat kering awal
256 g

Rasiso Variasi
V
Konsentrasi Borak
g
35 g/l
BKSP
BKSK
(g)
(g)
158,598 158,598
158,620 158,620
158,636 158,636
Berat kerinng awal
258 g

2. Pem
mbahasan
a. Pengawetan awal (kayu karet dalam bentuk llog)
K
Kayu
karet seteelah penebangaan dalam bentuuk log, dengann ukuran panjaang 2 m dan diameter
d
rata-raata
20 cm
c up, disarankkan pada bagiaan kedua ujunggnya ditutup dengan
d
suatu laapisan misalnyya parafin (lilinn),
atau bahan pengaw
weta lainnya. Karena
K
apabila tidak ditutup akan
a
mudah terrserang jamur dalam
d
waktu 4-6
4
jam yang mengakib
batkan kayu beernoda hitam kkebiruan (blue-stain).
b. R
Retensi
(11). Pengawetan
n dengan cara perendaman
p
Retensi bahhan pengawet merupakan inndikator keberrhasilan proses pengawetan.. Retensi adallah
juumlah bahan pengawet tanpaa pelarut yang terdapat
t
didalaam kayu karet ppada waktu prooses pengawettan
teelah selesai diilakukan. Hasiil analisa retennsi (Tabel 4, 5, 6 dan 7) pengawetan cara
c
perendam
man
m
menunjukkan,
b
bahwa
faktor rasio
r
(variasi) konsentrasi bahan
b
pengaweet berpengaruh
h nyata terhaddap
penambahan beerat. Terlihat pada
p
Tabel 4, nilai hasil ratta-rata retensi bahan pengaw
wet menunjukkan
addanya kenaikaan berat secaraa signifikan, ppada penggunaaan konsentrasi Borak 25 g//l dengan variaasi
w
waktu
24 jam, 48
4 jam, dan 722 jam menunjuukkan adanya kenaikan beratt yaitu masing
g-masing 5,5422 g
(hhasil dari pengurangan 242,542 g-237 g); kkemudian 5,8566 g; dan 5,668.. Selanjutnya pada
p
penggunaaan
bahan pengaweet Borak pada konsentrasi 300 g/l, dengan waktu
w
24 jam menunjukan adanya
a
kenaikkan
reetensi, yaitu deengan adannyaa kenaikan beraat sebesar 5,6668 g, begitupunn selanjutnya pada
p
perendam
man
48 jam dan 72 jam
j
menunjukaan kenaikan beerat 5,672 g, dan 5,678 g. Keenaikan retensii juga ditunjukkan
pada penggunaaan bahan pengaawet Borak 35 g/l, dengan vaariasi waktu peerendaman 24 jam,
j
48 jam, dan
d
722 jam, menunjjukan kenaikann berat masingg-masing 5,6799 g, 5,682 g, dan
d 5,681 g. Paada Tebel 6 juuga
teerlihat bahwa penggunaan
p
konsentrasi dann waktu berpenngaruh terhadaap kenaikan beerat g/cm3, paada
penggunaan kon
nsentrasi Boraak 25 g/l, 30 g//l, dan 35 g/l dengan
d
waktu perendaman 24
2 jam, kenaikkan
berat menunjuk
kan masing 0,000436 g/cm3; 0,,00517 g/cm3 ; dan 0,00524 gg/cm3. Saat waaktu perendam
man
48 jam, menunnjukkan kenaikkan berat massing-masing 0,,00467 g/cm3; 0,00523 g/cm
m3; dan 0,00522
g//cm3. Demikiaan juga padaa waktu perenndaman 72 jaam, adanya kenaikan berat masing-masinng
m
menunjukkan
0,00495 g/cm3; 0,00527 g/cm3; 0,00421 g/cm
m3.
(22) Pengawetann dengan cara perebusan
p
Kenaikan retensi
r
ditunju
ukan dengan adanya kenaikan berat, jugga diperlihatkkan pada prosses
pengawetan carra perebusan dengan
d
variasi waktu 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Pada Tabel 5 penggunaaan
konsentrasi Borrak 25 g/l, meemperlihatkan kenaikan beraat masing-masiing 5,586 g; 5,592 g; 5,598 g.
Borak 30 g/l dan
d Borak 35 gg/l, dengan waaktu perebusann 1
Selanjutnya padda penggunaann konsentrasi B
y
dengan aadanya kenaikaan berat masinngjaam, 2 jam, dann 3 jam, mempperlihatkan adanya retensi, yaitu
m
masing
5,612 g; 5,624 g; 5,626 g; dann 5,614 g; 5,,628; 5,636 gg. Selanjutnyaa pada Tabel 7
m
memperlihatkan
n nilai hasil rata
r
retensi daalam satuan g//cm3, dimana pada penggun
naan konsentraasi
B
Borak
25 g/l, dengan
d
waktuu perebusan m
menunjukan adaanya retensi kenaikan
k
beratt masing-masinng
0,00486 g/cm3, 0,00497 g/cm
m3, dan 0,004988 g/cm3. Begituu juga pada peenggunaan Borrak 30 g/l dan 35
g//l, menunjukaan nilai retensi masing-masiing 0,00492 g/cm
g 3, 0,00501 g/cm3, 0,000503 g/cm3, dan
d
0,00494 g/cm3, 0,00504 g/ccm3, 0,00502 g/cm3. Hal ini
i berarti rettensi dipengarruhi oleh fakttor
penggunaan konnsentrasi, wakttu, dan cara peerlakuan, sehin
ngga menunjukkan perbedaan yang nyata paada
seemua jenis perrlakuan, ini berrarti nilai retensi yang dihasillkan akan menggalami peningkkatan yang nyaata
seetelah penambaahan konsentraasi dan waktu perlakuan.
p

C.2-9

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
c. K
Kerusakan kayu
u terhadap seraangan jamur (bllue-stain) dan serangga perussak kayu
Pada Tabel 8 menunjukan
n hasil pengam
matan terhadap serangan jam
mur dan seranggga perusak kayyu
cara perendaman secara visual, dimana pengggunaan variasii waktu dan konsentrasi
k
seccara keseluruhhan
menuunjukan hasil yang nyata, yaitu tidak adanya indikassi kerusakan baik
b
terhadap serangan jam
mur
mauppun serangga perusak,
p
apabiila dibandingkaan dengan blannko. Namun demikian saat pengamatan
p
paada
bulann keenam “seddikit terserangaan (**)” jamurr dan serangga perusak pada penggunaan koonsentrasi Borrak
25 g/l
g dengan wakktu perendamaan 24 jam. Keemudian pengaamatan dilanjuutkan terhadapp blanko sebaggai
pembbanding, saat memasuki
m
bulaan kedua menuunjukkan adany
ya indikasi keruusakan kayu teerhadap seranggan
jamuur dan seranggga perusak. Sellanjutnya padaa Tabel 8 jugaa memperlihatkkan hasil penggamatan terhaddap
seranngan jamur daan serangga peerusak kayu caara perebusan secara visual,, menunjukan adanya indikissai
“seddikit terseranga
an (**)” pada penggunaan kkonsentrasi Boorak 30 g/l deengan waktu perebusan
p
1 jam
m.
Sedaangkan pada penggunaan
p
kosentrasi dan waktu yang lainnya,
l
tidak menunjukan indikasi adannya
seranngan jamur daan serangga perusak.
p
Sebaliiknya terhadapp blangko sebbagai pembandding, pada bullan
keem
mpat sudah meenunjukan adannya serangan jjamur dan seraangga perusak.yang sangat menyolok
m
denggan
tingk
kat “terserang (***)”
d. M
Mortalitas seran
ngga perusak kayu
k
Mortalitas seerangga perusaak kayu merupakan salah satuu kriteria untukk menentukan efektifitas racuun
dari suatu bahan pengawet.
p
Mortalitas seranggga perusak kaayu dinyatakann sebagai perb
bandingan antaara
p
kayu yang mati deengan jumlah awal seluruh serangga peru
usak kayu yanng
jumllah serangga perusak
dium
mpankan. Hasiil analisa keraagaman mortallitas serangga perusak kayuu cara perendaaman (Tabel 10)
1
menuunjukan bahw
wa penggunaann zat pengaw
wet Borak berp
pengaruh sanggat nyata terhhadap mortalittas
seranngga perusak kayu. Hal in
ni berarti morrtalitas seranggga perusak kayu
k
dipengarruhi oleh fakttor
konssentrasi dan waaktu yang diguunakan. Nilai rrata-rata mortaalitas serangga perusak kayu yang diperolleh
dari hasil penelitiaan menunjukan
n nilai terbesaar pada pengguunaan rasio koonsentrasi Boraak 25 g/l, 30 g/l
g
gan waktu pereendaman 24 jam
m, 48 jam, dann 72 jam, kemuudian juga terjjadi pada konsentrasi Borak 35
deng
g/l dengan
d
waktu perendaman
p
488 jam dan 72 jaam, yaitu 100 %.
% Akan tetapii pada konsentrrasi Borak 30 g/l
g
deng
gan waktu pereendaman 24 jaam adanya seddikit berpengarruh terhadap mortalitas
m
yaituu dengan tingkkat
morttalitas 96 %. atau
a
tiingkat mortalitas
m
rata-rrata 98,67% paada penggunaaan konsentrasi Borak 25 g/l, 30
g/l, dan
d 35 g/l den
ngan waktu perrendaman 24 jaam. Namun deemikian secara keseluruhan penggunaan
p
rattio
variaasi konsentrasii Borak dan waktu
w
menunjuukan tingkat mortalitas
m
yangg nyata. Pada Tabel 10, juuga
terlihhat bahwa “tannpa pengumpaanan serangga perusak kayu””, kayu karet blangko
b
meng
galami kerusakkan
deng
gan adanya lub
bang jarum sebbagai tanda daalam jaringan kayu karet terrdapat serangg
ga perusak kayyu,
deng
gan ditunjukann tingkat mortalitas 38 %. Pada
P
Tebel 11
1 juga memperrlihat hasil annalisa keragam
man
morttalitas serangga perusak kayuu cara perebussan, yaitu padaa pengunaan koonsentrasi Boraak 25 g/l, 30 g/l,
g
dan 35 g/l, dengann waktu perebbusan 1 jam menunjukan
m
tin
ngkat mortalitaas rata 97,33 %, sedang paada
peng
ggunaan ratio variasi
v
Borak dengan
d
waktu pperebusan 2 jaam dan 3 jam yyang sama, mennunjukan tingkkat
morttalitas rata-rataa 100%. Secaraa umum hasil ppenelitian menuunjukan bahwaa penggunaan kosentrasi
k
Borrak
dan waktu perlakuuan dapat mennyababkan kematian seranggga perusak kaayu, dikarenann Borak bersiffat
funggisidal dan insektisidal dan bersifat racun terhadap seraangga perusak kayu Sehingg
ga menyebabkkan
nilaii moralitas seraangga perusak kayu mampu m
menghasilkan tingkat
t
moralittas rata-rata meencapai 100 %..
e. D
Derajat kerusakkan
Derajat keruusakan adalah salah
s
satu tolokk ukur untuk melihat
m
intensiitas serangan serangga
s
perussak
kayu
u karet. Derajaat kerusakan dinyatakan
d
sebbagai persen perbandingan aantara penguran
ngan berat yanng
diberi perlakuan terhadap penngurangan beerat contoh uji kontrol, sehingga fakktor-faktor yanng
mem
mpengaruhinyaa tidak berbedaa dengan faktorr-faktor yang mempengaruhi
m
i nilai penguraangan berat. Daari
hasill pengamatan pada Tabel 10 Hasil rata-raata mortalitas serangga perusak kayu (%) dan berat fakttor
peng
gurangan beraat setelah keru
usakan (g) caara perendamaan, diperoleh nilai derajat kerusakan paada
peng
gawetan dengaan rasio konseentrasi borak 25 g/l dengann waktu perenndaman 24 jaam dengan nilai
peng
gurangan beratt sebesar 0,1006 g (0,06%) , sedang nilaii derajat kerusakan 0 % teerjadi pada rassio
konssetransi borakk masing-masing 30 g/l denngan waktu perrendaman 48 jjam dan 72 jaam, dan masinngmasiing pada konseentrasi borak 30 g/l, 40 g/l, daan 50 g/l, denggan waktu perendaman 24 jam
m. 48 jam dan 72
jam. Pada Tabel 11
1 Hasil rata-raata mortalitas serangga peruusak kayu (%) dan berat fak
ktor penguranggan
berat setelah kerussakan (g) cara perebusan, meenunjukan deraajat kerusakan terjadi pada konsentrasi
k
borrak
g dan 35 g//l dengan wakktu perebusan 1 jam, dengaan penurunan berat masing--masing 0,108 g
30 g/l,
(1588,582 g – 158,4474 g) atau sebbesar 0,068 % , dan 0,111 g (158,592 g - 1558,481 g) atau sebesar
s
0,069 %.
%
Sedaangkan untuk penggunaan
p
koosentrasi borakk 30 g/l, dan 40
4 g/l, dengan waktu perebussan 2 jam, dann 3
jam, dan untuk kon
nsentrasi borakk 25 g/l, 30 g/l,, dan 35 g/l denngan waktu peerebusan masinng-masing 1 jam
m,
2 jam
m, dan 3 jam tidak
t
terjadi kerusakan
k
kayuu akibat serang
gga perusak kaayu. Bila dibanndingkan denggan

C.2-10

SE
EMINAR NA
ASIONAL TEKNIK
T
KIMIA SOEBA
ARDJO BR
ROTOHARD
DJONO IX
P
Program
Studdi Teknik Kiimia UPN “V
Veteran” Jaw
wa Timur
Surabayya, 21 Juni 2012
blangko, terlihat addanya keruskan
n kayu dengan ditunjukan adanya penguranngan berat sebeesar 7,653 g, attau
sebeesar. Berdasarkkan rata-rata derajat
d
kerusakkan yang dipeeroleh dari hassil penelitian dapat
d
dikatakaan,
bahw
wa pengawetaan menggunakkan Borak denngan cara pereendaman dan perebusan, daapat menguranngi
keruusakan kayu kaaret dari seranggan jamur dan serangga peru
usak kayu . Denngan derajat kerusakan ,masuuk
katag
gori serangan ringan, ditunnjukan dengann adanya peng
gurangan beratt < 10% , bila dibandingkkan
blangko sebesar 23,98
2
%. Dari hasil pengam
matan keseluruh
han, bahwa peengawetan kayyu karet denggan
menggunakan ratio variasi konssentrasi Borakk, dan waktu, baik cara perrendaman mauupun perebusaan,
n, dapat diam
mbil suatu kesimpulan, bahw
wa
dilihhat dari hasil retensi, mortaalitas dan derrajat kerusakan
semaakin besar pennggunaan konsentrasi Borak dan waktu, sem
making besar kketahanan kayyu karet terhaddap
seranngan jamur daan serangga peerusak. Sehinggga bila dilihatt dari segi keeefektifan dan efensiensi,
e
wakktu
optim
malnya adalah, pada penggun
naan konsentraasi Borak 30 g//l, dengan wakktu perendamann 48 jam, sedanng
cara perebusan adaalah pada penggunaan konsenntrasi Borak 300 g/l, dengan w
waktu 2 jam.
SIMPULAN
4. KES
a. Pengggunan Borak dengan konsenntrasi 30 g/l dengan
d
waktu perendaman
p
488 jam menghasilkan mortalittas
seranngga perusak kayu relatif besar,
b
dan retensi 0,00527 g/cm³
g
serta derrajat kerusakan
n terendah yaiitu
100%
%.
b. Pengggunan Borak dengan konseentrasi 30 g/l dengan waktu
u perebusan 2 jam, menghassilkan mortalittas
seranngga perusak kayu relatif beesar, dan retennsi 0,00504 g/cm³ serta deraajat kerusakan terendah 100%
%,
peng
gurangan berat 9,78% (masihh dibawah < 100 %) masuk kattagori serangann ringan ada beekas gigitan.
DAFTA
AR PUSTAKA
A
a. Abduulrahim M, Idding K, (1979
9), “Kayu Perddagangan Ind
donesia Sifat ddan Kegunaannnya”,, Lembaaga
Peneelitian Hasil Huutan Bogor, Bo
ogor.
b. Agus Sunaryo, SH
H, MBA, (1997
7), “Teknik Penngeringan Kayyu”, ASMINDO Komda Yoggyakarta, PPIK
KPIKA
A, Pusat Pengeembangan Induustri Kayu, Yogyakarta.
c. Djoeehana Setyatmiidjaja M.Ed, (1
1983), “Karet”” , CV Yasagunna, Jakarta.
d. Dwi Suheryanto, (2007), ”Penngawetan Kayyu”, Makalah pada Pelatihhan Pengawettan Kayu Dinnas
Perinndustrian
dan
Pertam
Perdagangan,
P
Koperasi
mbangan
Peemerintahan
Propinsi
D
DI
Yogyakarta,Yogyaakarta 6 – 10 Agustus
A
2007
e. Dwi Suheryanto,(2
2009), ”Pemannfaatan Kayu K
Karet Untuk Fuurniture”, Prossiding ISBN:97
78-979-96880--5M
pada Seminar Nasioonal Penelitiaan, Pendidikan
n, dan Penerappan MIPA, Unniversitas Negeeri
7, Makalah
Yogyakarta, Yogyakarta.
f. Hariiyanto Yudodibbroto, Ir. MSc., (1983), “Penngeringan Kayyu”, Fakultas K
Kehutanan, Unniversitas Gadjah
Mad
da, Yogyakartaa.
g. http:://id.wikipedia..org/wiki/Para((pohon),(2010))
h. Islan
nd Boerhendhy
y, Cicilia Nancyy dan Anang Gunawan,
G
(20003), “Prospek D
Dan Potensi Peemanfaatan Kayyu
Kareet sebagai Subsstitusi Kayu Alam”,
A
J. Ilmu & Teknologi Kayu
K
Tropis Vool. 1 • No. 1 •, Balai Penelitiian
Sem
mbawa, Pusat Peenelitian Karett, Palembang.
i. Suryyanto Mulyonoo, 1975), ”Penngenalan Jeniss Kayu”, Sekoolah Tinggi Seeni Rupa Indoonesia “ASRII”,
Yogyakarta.

C.2-11