JURNAL ETNOGRAFI by ESTY W

(1)

Penggunaan Media Komunikasi Visual

Sebagai Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi

Kesehatan Reproduksi Remaja

Jurusan Desain Komunikasi Visual

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl. Ir.Sutami 36 A,Kentingan

Surakarta Telp/Fax. 0271-662565/ 662565 Hp. 081-329-019-594, email : febeesty@gmail.com

Esty Wulandari, S.Sos., M.Si ABSTRAK

Masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun. Remaja pada usia 10-24 tahun, berpotensi untuk melakukan pernikahan yang kurang direncanakan, sehingga akan menambah jumlah penduduk. Remaja perlu diberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk keputusan untuk menikah dan merencanakan kehamilan. Ketidak tahuan remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi juga akan berpengaruh terhadap kesehatan remaja itu sendiri.

Hasil pembahasan diketahui bahwa media desain komunikasi visual yang dipakai sebagai sarana penyampaian pesan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dilakukan dengan cara variatif, misalnya dengan menggunakan puzzle dengan gambar alat reproduksi laki-laki dan perempuan, menggunakan kartu cocok yang berisi informasi singkat mengenai fungsi dan alat dari reproduksi laki-laki dan perempuan, brosur, leaflet, poster tentang kesehatan reproduksi, penggunaan buku panduan bagi fasilitator Kesehatan reproduksi remaja serta, dengan menggunakan video edutainment yang memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Berdasar hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan reproduksi, masalah seksualitas yang dianggap tabu oleh masyarakat dapat diinformasikan kepada remaja dengan cara penyampaian pesan yang benar dan jelas dengan media desain komunikasi visual yang menarik, yang dilakukan oleh instansi berwenang dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Bapermas P3AKB , dengan tujuan remaja dapat menerima informasi yang benar mengenai fungsi dan alat reproduksi, masalah seksualitas maupun masalah kesehatan reproduksinya.

Kata Kunci: Media, Desain Komunikasi Visual, Kesehatan reproduksi. ABSTRACT

Adolescent is a periode from children to teenage. it is between ten to twenty years old. The negatif impact causes many teenager doing unplanned mariage. If the teenager dont know aboui it, the population will increase. The teenager needs to know, how to make the decision to get marriage and of course planning to get pregnant. If the teenager dont know about health repoduction themself, they will not to keep their health repoduction.

From the analysis found that visual design communication can be used as a media that message is given to the teenager. For example using puzzle, which contains information that described about male and female reproduction, using flash cards that contains information about the function and described the male and female reproduction. Brosure, leaflet, poster Video edutainment as media audiovisual that are given to teenager as media information in health reproduction.

From the result of this research found that the problem of the teenager in health reproduction, sexualities, still doesnt inform well in the society. The right information about sexualities and health reproduction needed to inform to the teenager.Using visual design communication the right information is delivered to the teenager. this responsiblity to give the right information is under health departemen and soiciety, so the teenager will get information about sexualities and health reproduction.


(2)

A.PENDAHULUAN

World Health Organization

mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun. Remaja pada usia 10-24 tahun, berpotensi untuk melakukan pernikahan yang kurang direncanakan, sehingga akan menambah jumlah penduduk. Remaja perlu diberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk keputusan untuk menikah dan merencanakan kehamilan. Ketidak tahuan remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi juga akan berpengaruh terhadap kesehatan remaja itu sendiri.

Di Indonesia Remaja merupakan segmen penduduk yang menempati hampir seperempat bagian yaitu 22,9 %, sehingga dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengembangkan pelayanan kesehatan remaja dan sejak tahun 1997 dengan beberapa model untuk diterapkan pada beberapa provinsi.

Pengaruh lingkungan remaja dapat berpengaruh terhadap perilaku seks remaja, misalnya pergaulan antar teman, makin berkembangnya media massa misalnya televisi, majalah tabloid, buku, film serta internet dapat mempengaruhi remaja. Salah satu contoh adalah pengaruh tayangan televisi yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi. Makin maraknya penjualan keping disk khusus dewasa serta kebebasan membuka situs pornografi di internet yang menambah angka seks pranikah yang dilakukan oleh remaja.

Remaja dengan pergaulan bebas ataupun pacaran yang sangat bebas bisa memberikan dampak negatif pada perilaku seks bebas remaja misalnya adanya kehamilan diluar nikah, aborsi, kekerasan seksual, penyakit menular seks seperti HIV-AIDS dsbnya.

Remaja jika ditinjau dari aspek psikososial, senantiasa ingin mencoba hal yang baru, membandingkan dengan lingkungan pergaulan termasuk teman sebaya, keberanian mencoba karena merasa tertantang serta ketidak tahuan remaja tentang arti pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi perlu diketahui oleh semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Ketidaktahuan terhadap kesehatan reproduksi bisa berakibat pada penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kesehatan reproduksi.

Pentingnya informasi mengenai Kesehatan reproduksi perlu diberikan kepada remaja agar remaja dapat memahami perubahan fisik pada remaja pria ataupun wanita, sehingga remaja dapat memahami

alat, sistem dan proses reproduksi, perlunya kesiapan diri untuk melakukan reproduksi, perlunya informasi mengenai proses kehamilan serta pentingnya perilaku seksual yang bertanggung-jawab. Kesehatan reproduksi perlu diketahui oleh semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Ketidaktahuan terhadap kesehatan reproduksi bisa berakibat pada penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kesehatan reproduksi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Media memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, media membantu kita dalam hal memberikan informasi maupun sebagai sarana untuk hiburan/rekreasi. Dalam hal memberikan informasi, media membantu kita dalam pemberian informasi mengenai hal-hal yang terjadi dilingkungan sekitar ataupun hal-hal yang terjadi diwilayah lain. Media Adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran. Jenis dan bentuk media sangat bervariasi mulai dari yang tradisional misalnya gethok tular, kentongan,tulisan sampai dengan penggunaan media elektronik yang modern seperti telepon seluler, TV dan internet. ( Heri D, 2007 : 95). Fungsi utama Media adalah alat untuk memperlancar komunikasi. Media komunikasi dapat berfungsi sebagai alat untuk : a)Mempermudah penyampaian pesan atau informasi; b) Membangkitkan motivasi komunikan, c) Mengefektifkan proses penyampaian informasi, d)Mempersingkat waktu penyampaian informasi, e)Menghubungkan komunikator dengan komunikan yang berjauhan, f) Menambah daya tarik informasi atau pesan yang akan disampaikan, g) Memperjelas isi dan maksud informasi yang disampaikan.

Desain komunikasi visual Pada prinsipnya perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampai pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat. Selain itu juga mesti terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran.

Elemen desain komunikasi visual adalah gambar/foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media, baik media cetak, elektronika maupun audio visual.

Komunikasi Adalah proses sosial dimana individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi yang dilakukan mencakup komunikasi tatap muka maupun komunikasi dengan menggunakan media. Terdapat lima istilah kunci dalam


(3)

perspektif komunikasi yaitu sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan. (Richard, 2008:5).

Komunikasi Kesehatan Yaitu Komunikasi yang mengacu pada penyampaian atau pertukaran informasi, serta saling berbagi gagasan yang dilakukan dengan cara berkomunikasi. (Richard K, 2006 :1)

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk : a. Menggerakan seseorang untuk

melakukan kegiatan /program kesehatan

b. Mengetahui kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan

c. Saling tukar menukar informasi, ide dan gagasan

d. Menjaga hubungan baik dengan individu dan masyarakat

Komunikasi memegang peranan penting dalam meningkatkan kesehatan maupun dalam promosi kesehatan.

Menurut Healthy Life Tahun 2010, menyatakan bahwa strategi komunikasi kesehatan mengacu pada penggunaan strategi komunikasi dalam pemberian informasi serta mempengaruhi individu maupun masyarakat dalam mengambil keputusan untuk menjaga kesehatanya. Jadi, ada keterkaitan antara komunikasi dan kesehatan.

1. Strategi komunikasi dalam Manajemen Program komunikasi kesehatan

Strategi komunikasi yang tepat dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.kekuatan komunikasi sangat jelas, dimana komunikasi dapat mempengaruhi seseorang sebelum memutuskan sesuatu, serta harapan seseorang. Komunikasi terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari dan bahkan dapat berpengaruh terhadap perilaku seksual.

Bidang komunikasi kesehatan menunjukan bahwa pada dasarnya :

a. Seseorang ingin tahu mengenai kesehatan mereka

b. Sesorang pada dasarnya ingin berbincang-bincang mengenai masalah kesehatan kepada teman, keluarga, saudara, mencari informasi mengenai masalah kesehatan melalui media massa serta mengadakan konseling mengenai masalah kesehatan dengan para ahli kesehatan.

c. Pada dasarnya seseorang ingin merubah perilaku kesehatannya d. Program Komunikasi kesehatan

membantu seseorang untuk merubah

perilaku kesehatan mereka yang tidak benar.

2. Program Komunikasi Kesehatan

Keberhasilan program komunikasi tidak terjadi secara kebetulan, tetapi harus direncanakan secara sistematis dan diimplementasikan. Strategi komunikasi kesehatan untuk kesehatan reproduksi remaja dibangun didasarkan atas teori perubahan perilaku (Steps to Behaviour Change). Kerangka berpikir (framework) merupakan adaptasi dari teori difusi inovasi dan teori komunikasi persuasif.

Kerangka berpikir (framework) perubahan perilaku (Steps to Behaviour Change). menunjukkan bahwa pengetahuan individu dan perubahan perilaku kelompok diperlukan komunikasi penyuluhan, karena komunikasi yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Komunikasi merupakan sebuah proses, yang melewati tahap-tahap sebelum mencapai pada perubahan perilaku. Perlu adanya strategi pesan dalam kampanye kesehatan reproduksi remaja bahkan perlu digunakan komunikasi antar pribadi, dukungan dari masyarakat dan juga dari media massa.

Kerangka berpikir perubahan perilaku (Steps to Behaviour Change) dilakukan dengan cara :

a. Knowledge

 Pentingnya memberikan pengetahuan yang tepat kepada remaja, sehingga remaja

 memahami dirinya, organ reproduksi yang dimiliki, dapat menjaga kesehatannya dan siap terhadap masalah-masalah yang akan timbul.

b. Approval

 Remaja memberikan respon terhadap materi kesehatan reproduksi remaja yang telah disampaikan baik lewat penyuluhan baik yang dilakukan oleh dokter, dinas kesehatan, guru, ataupun media yang lain.

 Mengadakan diskusi dengan jaringan kelompok remaja, seperti dalam program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja).

c. Intention

 Menyadari bahwa perencanaan kesehatan reproduksi merupakan hal yang memang sesuai dengan kebutuhan remaja.

 Menyediakan para konsultan, baik dari dinas kesehatan, pendidikan, LSM,


(4)

BKKBN dll yang peduli masalah seksual remaja.

d. Practice

 Pemberian informasi atau remaja sendiri yang konsultasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, misalnya kepada psikolog, dokter spesialis kandungan, LSM, BKKBN dsb.

 Menggunakan metode dan media yang mendukung penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.

e. Advocay

 Berbagai pengalaman mengenai manfaat kesehatan reproduksi remja dengan sesama remaja

 Mendukung program kesehatan reproduksi remaja di masyarakat, mulai dari tingkat kecamatan hingga kalurahan.

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan sesuatu supaya lebih dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat. Bentuk sosialisasii dibagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu : ( Kun Maryati,2001 : 109)

a. Sosialisasi primer

Adalah sosialisai pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.

b. Sosialisasi sekunder

Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu kedalam lingkungan diluar keluarganya seperti sekolah, lingkungan bermain dan lingkungan kerja.

Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai dalam masyarakat sebuah proses resosialisasi atau proses penyosialisasian ulang. Proses ini terjadi apabila sesuatu yang telah disosialisasikan dalam tahap sosialisasi primer berbeda dengan dalam tahap sosialisasi sekunder.

1. Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh standar seseorang itu dikatakan baik disekolah dan kelompok sepermainan tentu berbeda. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisai yang ada. Terdapat 2 (dua) tipe sosialisasi, yaitu : sosialisasi formal dan non formal. Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya.

Dalam lingkungan formal seperti disekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru, karyawan yang ada disekolahnya. Dalam interaksi tersebut ia mengalami proses sosialisasi.

Pengertian Kesehatan Reproduksi

Reproduksi berasal dari kata Re yang berarti kembali dan produksi yang mempunyai arti menghasilkan. Reproduksi mempunyai arti proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Reproduksi sehat adalah keberhasilan melaksanakan fungsi prokreasi, mengatur dan memelihara kehamilan menuju

well born baby, well health mother serta untuk keharmonisan keluarga. Kesehatan reproduksi juga merupakansuatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Selain itu, pendapat yang mengatakan bahwa remaja bebas dari berbagai masalah karena umur muda, masih dalam rangka pendidikan malah terjadi sebaliknya, kesehatan reproduksi harus diselamatkan. Saat ini, dunia menuju globalisasi dengan arus informasi cepat dan akurat telah mengubah pandangan dan perilaku remaja serta gagasan untuk menunda perkawinan dalam usia 20 tahun menyebabkan remaja tidak mungkin melakukan obstinensia seksual.

Epidemologi Kesehatan Reproduksi Remaja

Perubahan perilaku seksual remaja yang menjurus pada liberalisasi mengakibatkan dua masalah besar, yaitu :

a. Kehamilan yang tidak diinginkan b. Penyakit hubungan seksual

Faktor epidemologi yang meningkatkan gangguan kesehatan reproduksi remaja adalah :

1. Faktor umum

a. Kegagalan hubungan di lingkungan keluarga

b. Informasi yang menuju kebudayaan dunia


(5)

c. Meningkat pengaruh kelompok remaja dalam

 Memakai obat terlarang, minuman beralkohol serta pergaulan bebas untuk menghilangkan stress dilingkungan keluarga

 .Perkawinan dalam usia muda, dengan kematangan jiwa belum mantap dan menimbulkan kawin cerai

2. Faktor khusus pada remaja

a. Pertahanan epitel serviks belum sempurna terjadi luka yang menjadi pintu masuk infeksi berkelanjutan

b. Hubungan seksual multipartner tanpa perlindungan KB dan bahaya infeksi

c. Hubungan seksual dengan matarantai PSK

d. Pelaksanaan gugur kandung ilegar dan tidak legeartis

Remaja menurut WHO digolongkan menjadi remaja muda (early adolescent) yaitu 11-16 tahun dan remaja lanjut (late adolescent) yaitu usia 17-19 tahun. Remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan manusia usia antara 12 – 21 tahun.

Berdasarkan teori diatas maka diperlukan adanya suatu kerangka berpikir yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami ‘Penggunaan Media Desain Komunikasi visual dalam Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta’. Dalam penelitian ini digunakan teori-teori yang terkait dengan penggunaaan Media Desain Komunikasi Visual dalam Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta.

Terdapat tiga Komponen dalam kerangka berpikir ini yaitu :

1. Permasalahan remaja dalam hal kesehatan reproduksi, pengetahuan seksual remaja masih rendah, dalam hal kesehatan reproduksi banyak remaja yang mencari informasi dari sumber yang tidak jelas.

2. Perlu adanya pemberian informasi yang benar mengenai Kesehatan reproduksi, yang meliputi arti pentingnya menjaga kesehatan reproduksi remaja, memahami alat dan fungsi reproduksi, yang dituangkan dalam strategi komunikasi yang tepat sehingga masalah seksualitas disampaikan dengan benar dan jelas.

3. Penggunaan Media Desain Komunikasi Visual sebagai sarana penyampaian informasi dari instansi yang berwenang yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Bapermas P3AKB Kota Surakarta, agar remaja dapat memahami mengenai kesehatan reproduksi dan masalah seksualitas mendapat penjelasan yang benar dan tepat. Hal ini untuk mengatasi permasalahan yang menganggap, masalah seksualitas bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan jikalau disampaikan oleh pihak pihak yang berkompeten 4. Sosialisasi kepada remaja yang

dilakukan oleh Badan

pemberdayaan Masyarakat, Anak, Perempuan dan Keluarga berencana dengan menggunakan media desain komunikasi visual yang sudah dibuat.

Bagan Kerangka berpikir :

C. METODE PENELITIAN 1. JENIS PENELITIAN

Permasalahan Remaja :

 Kesehatan Reproduksi Remaja

Manajemen Program Komunikasi Kesehatan

Penggunaan Media Komunikasi Visual sebagai sarana pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja

Sosialisasi kepada remaja yang dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan


(6)

Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai gejala sosial yang diteliti. Dalam hal ini remaja mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi dari sumber informasi seperti teman, media massa seperti majalah, tabloid, film, internet yang belum tentu sesuai kebutuhan remaja. informasi negatif ikut mempengaruhi remaja dalam memahami kesehatan reproduksi.Sehingga, untuk mengatasi masalah tersebut perlu diberikan informasi dengan media yang tepat, dari sumber informasi yang benar dan sesuai kebutuhan remaja.

2. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta dan Bapermas AA KB, Kotamadya Surakarta.

3. SUMBER DATA

Sumber data Dalam penelitian ini dokumen yang diolah dan ditelaah yaitu arsip dan laporan, dan media Desain Komunikasi Visual yang digunakan dalam sosialisasi kesehatan reproduksi remaja yang diambil dari Bapermas P3AKB dan Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta.

4. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Teknik sampling merupakan penelitian yang meneliti seluruh obyek yang ada dalam populasi, melainkan hanya sebagaian saja yang diperlukan oleh peneliti dalam suatu penelitian (iskandar, 2008 :69). Dalam penelitian ini digunakan purposive random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian subyektif peneliti mernurut karakteristik tertentu yang dianggap memiliki sangkut paut ataupun kaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengambilan sampel lain yang digunakan adalah snowball sampling, penarikan sampel secara bertahap yang makin lama jumlah respondenya semakin besar (slamet, 2006 :63

5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini Teknik Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini lebih banyak menggunakan teknik wawancara dengan ketua PIKKR Mahardhika, Kepala UPTB Jebres, bagian penyuluh kesehatan reproduksi remaja pada instansi Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta, Bagian PPPA dan KB di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Surakarta.Dalam proses penelitian ini proses wawancara dilakukan dengan menggunakan

pedoman umum wawancara, interview dilakukan dengan pedoman wawancara yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja, yang dilakukan tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek yang dibhas serta menjadi daftar pengecek atau check list apakah aspek-aspek yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja telah ditanyakan atau dibahas.

6. VALIDITAS DATA

Data yang telah dicatat dan dikumpulkan harus dijamin kesahihannya (validitasnya). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan informasi dari pengolahan data yang sudah diperoleh. Salah satu kriteria teknik menurut Moeloeng, Danmin Sudarman dan Sugiyono dalam mengukur tingkat validitas data adalah dengan trianggulasi data (Iskandar,2008 :229). Dari beberapa teknik trianggulasi sumber diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trrianggulasi sumber (data trianggulation).

7. TEKNIK ANALISA DATA

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisa interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu : Reduksi data, Penyajian data, Penarikan serta pengujian kesimpulan (Punch, 1998 :202-204).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA SOSIALISASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA 1. Manajemen Program Komunikasi

Kesehatan Reproduksi Remaja a. Penetapan Analisa situasi (situation)

1) Pentingnya Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja

Remaja merupakan generasi penerus bangsa, remaja akan mengalami masa labil atau masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa yang diikuti dengan perubahan fisik, psikologis dan juga mudah terpengaruh oleh teman sebaya.Pemerintah Indonesia telah mendukung pengembangan kesehatan reproduksi bagi remaja,dalam hal Departemen Kesehatan telah mengembangkan pelayanan Kesehatan Remaja dan sejak tahun 1997 mempunyai beberapa model di beberapa propinsi. Bahkan remaja mempunyai hak sama dalam hal kesehatan terutama dengan adanya derajat kesehatan remaja, yang dilakukan dengan


(7)

cara kemitraan untuk mencapai remaja mandiri

Pada Tahun 1994, ICPD masyarakat internasional mengukuhkan hak-hak remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, namun peran orang tua juga mempunyai peran terhadap kesehatan remaja. Orang tua mempunyai tanggung-jawab untuk membimbing remaja, termasuk tidak menghalangi anak remajanya untuk mendapatkan info dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Menurut data dari Bapermas P3AKB Kota Surakarta menyatakan bahwa berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) secara nasional jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun berjumlah 64 juta, sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah yang berusia 10-19 tahun berjumlah 6,6 juta orang. Ini berarti jumlah remaja merupakan segmen penduduk yang menempati hampir seperempat bagian atau sekitar 22,9 %. Terdapat 55,7% remaja tinggal diperkotaan sedangkan terdapat 44,3% remaja tinggal di pedesaan. Sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan, menyatakan bahwa terdapat 47% remaja tidak tamat SMU dan 37% tamat SMU dan sederajat (SKKRI, 2007)

Menurut Balitbang BKKN Propinsi Jawa Tengah, menyatakan bahwa pada usia remaja bisa mengalami usia yang kritis dan rawan terhadap permasalahan terutama masalah kesehatan reproduksi. Bahkan dari data SDKI pada tahun 2003, menyatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Bahkan angka aborsi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar 80%nya adalah usia remaja. (UNFPA & Bapenas, 2009).

Karena remaja sebagai aset dan generasi penerus bangsa maka permasalahan yang dihadapi oleh remaja saat ini, adalah remaja kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dengan benar. Bahkan yang terjadi adalah informasi mengenai kesehatan reproduksi yang diterima remaja menjadi simpang-siur bahkan menyesatkan.

b. Penetapan Tujuan (objective) Komunikasi Kesehatan Reproduksi remaja

 Agar remaja memiliki kesadaran (awareness) akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi c. Penetapan Strategi (Strategy) Komunikasi

Bahwa dalam strategi komunikasi tidak terlepas dari kebijakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Bapermas P3AKB maupun dari dinas Kesehatan Kota Surakarta. Adapun dari Bapermas P3AKB mempunyai

PIKKR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi remaja dan dari Dinas Kesehatan dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Data yang diperoleh dari PIK (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi) Mahardika Surakarta untuk mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja program yang dilakukan oleh pemerintah melalui BKKBN adalah melalui Pembentukan PIKKR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja),Sedangkan dari dinas kesehatan dalam menghadapi permasalahan kesehatan reproduksi remaja dilakukan dengan melalui Puskesmas PKPR,

d. Penetapan Sasaran penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

Dalam membuat program komunikasi ini, perlu dipahami siapa yang menjadi target / sasaran dari Kampanye Kesehatan Reproduksi Remaja, seperti yang dinyatakan oleh dr.Slamet Riyanto, Seksi Kesehatan dan Lanjut Usia (Lansia) bahwa : Remaja bisa dikatakan atau boleh dibilang masa Storm and Stress ( Badai dan Stress). Remaja merupakan pertumbuhan yang dinamis atau masa transisi dari anak-anak sampai ke remaja. Di sana ada proses pertumbuhan fisik, mental, dan spiritual. Dalam remaja itu banyak sekali penyimpangan-penyimpangan karena remaja itu sering sekali untuk coba-coba. Bentuk Komunikasi yang dilakukan :

Komunikasi antarpribadi sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Bapermas P3AKB adalah dengan melakukan konseling Kesehatan reproduksi remaja. Yang dilakukan sebagai strategi komunikasi kepada remaja. Konseling merupakan proses tatap muka dimana seorang konselor membantu kliennya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.Adapun dalam prinsip-prinsip dalam proses konseling terhadap remaja ini memegang rasa saling percaya. Komunikasi yang terbuka serta pemberdayaan klien agar mampu mengambil keputusan sendiri. Hal ini sangat penting bagi remaja, karena dengan adanya konseling maka remaja dapat menceritakan permasalahan pribadinya kepada konselor yang menangani bidang kesehatan reproduksi.

Penggunaan Media Komunikasi Visual sebagai sarana sosialisasi Kesehatan Reproduksi remaja

Selain dengan cara komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui konseling, komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan media. Media dipakai sebagai


(8)

sarana penyampaian informasi kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi baik laki-laki ataupun perempuan. Media yang dipakai sebagai sarana penyampai pesan ini mengacu pada media yang dibuat oleh BKKBN.

Adapun media Komunikasi Visual yang digunakan adalah :

a) Permainan (Games) bentuk puzzle

mengenai sistem alat reproduksi pria dan wanita. Menyusun kepingan puzzle dilakukan dengan melihat gambar secara keseluruhan secara terlebih dahulu, kemudian remaja diminta untuk menyusun satu persatu kepingan gambar puzzle ini,setelah melakukan pengamatan dengan teliti maka remaja diminta untuk menyusun menjadi utuh kembali. Puzzle digunakan sebagai media dalam sosialisasi kesehatan reproduksi, karena dengan menggunakan media ini, remaja diajarkan untuk mengamati dengan teliti sistem alat reproduksi laki laki dan perempuan, sehingga jika dilakukan dalam bentuk permainan, akan lebh mudah remaja memahaminya, serta mengajarkan remaja untuk dapat menyelesaikan setiap persoalan hingga akhir.

b) Kartu cocok sebagai alat untuk pemberian informasi mengenai alat reproduksi dan fungsinya yang dibuat lebih sederhana dan mudah dimengerti.

c) Brosur, folder, leaflet atau pamflet

mengenai hak kesehatan reproduksi remaja. Brosur, folder,leaflet atau

pamflet merupakan informasi tertulis mengenai subyek khusus yang panjangnya bervariasi. Hal tersebut dikelompokkan sebagai jenis komunikasi media massa karena dipersiapkan dalam jumlah banyak untuk disebarluaskan. Penyebaran media ini dilakukan oleh Bapermas AA dan KB, kepada para remaja dengan tingkat pendidikan SMP dan SMU melalui karang taruna yang berada disetiap kecamatan di Surakarta.

Brosur, leaflet dan booklet sebagai media komunikasi grafis dianggap paling efektif, karena ketiga bentuk media cetak ini dirancang untuk dapat langsung pada pembaca.(Yayan, 2010 :71)

Menurut Keeneth Roman dan Jane Maas, menyatakan bahwa brosur yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1) Meletakkan pesan dibagian sampul, artinya sampul brosur berfungsi sebagai judul, yang menyatakan posisi serta janji yang akan diperoleh oleh pembaca. Sampul harus berisi tentang siapa, dan pesan apa yang akan anda sampaikan. Dalam analisa brosur yang dibuat ini, lebih berisi tentang Remaja dan Hak Reproduksi. Hak yang diperoleh remaja kaitanya dengan kesehatan reproduksi berkaitan dengan

2) Fokus

Banyak brosur gagal karena mereka mencoba menunjukkan informasi yang terlalu banyak, sehingga yang tampil adalah tuliisan panjang.Dalam informasi yang disampaikan dalam media brosur ini, menampilkann tulisan yang panjang, sehingga tampilan visualisasinya tidak menarik. Isi pesan brosur ini adalah ingin


(9)

memberikan informasi tentang hak yang diperoleh misalnya hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya, yang berkaitan dengan masalah menstruasi, masalah kehidupan seksualnya, dsbnya. Tetapi tidak ada penambahan visualisasi, membuat pembaca hanya membaca informasi yang singkat.

3) Gunakan ilustrasi tunggal disampul Ilustrasi yang ditampilkan dibrosur akan dapat menambah daya tarik bagi pembacanya, Ilustrasi yang besar akan lebih efektif jika menggunakan ilustrasi dengan warna cerah dan kisah cerita yang mampu melibatkan pembaca lebih dalam. Namun dalam tampilan brosur ini hanya menampilkan ilustrasi dengan simbol jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ilustrasi ini terlihat sederhana dengan dominasi warna kuning dan biru sebagai backgroundnya, sehingga terlihat sederhana dan kurang menarik 4) Tampilan yang bersifat klise

Dalam brosur ini tampilanya terlihat klise, karena jika ingin menyampaikan pesan mengenai hak kesehatan reproduksi remaja tidak hanya menggunakan ilustrasi simbol jenis kelamin laki-laki dan perempuan saja, karena jika dikaitkan dengan isi pesan yang berupa hak yang diperoleh remaja dalam menjaga kesehatan reproduksinya menjadi kurang efektif, dan tidak menarik, mestinya ada keterkaitan diantara ilustrasi dan isi pesan sehingga brosur ini tampil lebih menarik.

.

5) Adanya buku panduan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja yang diberikan kepada fasilitator

6) Adanya video edutainment mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja. Alat bantu audio visual merupakan sarana untuk melengkapi vagab cetajab dab ucapan dalam menularkan pengetahuan, konsep dan ide. Tujuan utama dari alat bantu audio visual ini bukan hanya untuk hiburan namun dimaksudkan agar penerimaan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja menjadi lebih mernari dan mennyenangkan. Dengan penjelasan mengenai fungsi dari alat reproduksi laki laki dan perempuan dapat memberikan konsep menjelaskan serta mengajarkan sesuatu, tidak sekedar menayangkan sesuatu. Pada saat melihat video edutainment diharapkan para remaja sadar untuk apa ia melihat dan setelah selesai ditayangkan dilakukan pembahasan, yang dilakukan oleh para konselor remaja.

E. KESIMPULAN

Media Komunikasi Visual sebagai sarana penyampaian pesan mempunyai peranan penting bagaimana sebuah informasi


(10)

dikemas semenarik mungkin agar mudah dipahami. Permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih dianggap tabu oleh masyarakat. Sehingga, orang tua kurang memahami tentang pentingnya memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja. Sehingga remaja kadangkala mencari informasi sendiri dengan menggunakan caranyasendiri dan tidak ada yang membantu menyaring informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja.

Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja, disikapi oleh pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dsbnya. Berbagai media digunakan untuk menjelaskan mengenai arti pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Media yang digunakan diharapkan dapat dipahami oleh remaja dengan menggunakan media yang bervariasi, seperti menggunakan puzzle, menggunakan kartu cocok mengenai fungsi alat reproduksi laki-laki dan perempuan, menyebarkan brosur, melalui media audio visual yaitu adanya video edutainment.Semua informasi mengenai kesehatan reproduksi dikemas secara sederhana dan menarik, dalam konteks mudah dipahami oleh remaja. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan puzzle mengenai organ reproduksi pria dan wanita, dalam permainan

puzzle ini sebenarnya remaja diajarkan untuk dapat mengatasi setiap permasalahan.

SARAN

Media bisa dipakai sebagai sarana acuan untuk membuat program-program komunikasi yang berkaitan dengan kebutuhan remaja, media yang bervariasi dan atraktif sangat diperlukan oleh remaja sehingga remaja dapat menyerap informasi dengan baik dan juga tidak membosankan.Media dengan desain komunikasi visual yang menarik diharapkan mampu menyampaikan pesan tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga harapannya remaja mendapatkan informasi yang benar dan mencegah remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Sesuai dengan perkembangan media, dibutuhkan pula media pendukung seperti iklan ditelevisi, internet, koran/majalah. Informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada remaja, agar remaja sebagai penerus bangsa dapat mengetahui masalah kesehatan reproduksi, masalah seksualitas dsbnya.

DAFTAR PUSTAKA Dwi K., Majestika S. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.

Lexy Moleong, 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Aditya Bakti.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1999.

Metode Penelitian Survey, Jakarta, PT Pustaka LP3ES

HB.Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Dan Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta, UNS Press

Ida Bagus Gde Manuaba, Prof. Dr, 2000,Kesehatan Reproduksi Buku Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Kb Dan Ginekologi, kedokteran EGC

Pawito, Ph.D, 2007,Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta,

Roman, Kenneth, Maas Jane, et.al,2005, How To Adertise : Membangun Merek Dan Bisnis Dalam Dunia Pemasaran Baru, Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta

Siti Rahayu H.,2006, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Susanto, 2006. Metode Penelitian Sosial, Surakarta, UNS Press

Yayan Suherlan, 2010, Bahan Ajar : Metode Repro Grafika dan Proses Cetak, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS

Y. Slamet, 2006, Metodologi Penelitian Sosial, Sebelas Maret University Press, Surakarta.


(1)

c. Meningkat pengaruh kelompok remaja dalam

 Memakai obat terlarang, minuman beralkohol serta pergaulan bebas untuk

menghilangkan stress

dilingkungan keluarga

 .Perkawinan dalam usia muda, dengan kematangan jiwa belum mantap dan menimbulkan kawin cerai

2. Faktor khusus pada remaja

a. Pertahanan epitel serviks belum sempurna terjadi luka yang menjadi pintu masuk infeksi berkelanjutan

b. Hubungan seksual multipartner tanpa perlindungan KB dan bahaya infeksi

c. Hubungan seksual dengan matarantai PSK

d. Pelaksanaan gugur kandung ilegar dan tidak legeartis

Remaja menurut WHO digolongkan menjadi remaja muda (early adolescent) yaitu 11-16 tahun dan remaja lanjut (late adolescent) yaitu usia 17-19 tahun. Remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan manusia usia antara 12 – 21 tahun.

Berdasarkan teori diatas maka diperlukan adanya suatu kerangka berpikir yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami ‘Penggunaan Media Desain Komunikasi visual dalam Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta’. Dalam penelitian ini digunakan teori-teori yang terkait dengan penggunaaan Media Desain Komunikasi Visual dalam Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta.

Terdapat tiga Komponen dalam kerangka berpikir ini yaitu :

1. Permasalahan remaja dalam hal kesehatan reproduksi, pengetahuan seksual remaja masih rendah, dalam hal kesehatan reproduksi banyak remaja yang mencari informasi dari sumber yang tidak jelas.

2. Perlu adanya pemberian informasi yang benar mengenai Kesehatan reproduksi, yang meliputi arti pentingnya menjaga kesehatan reproduksi remaja, memahami alat dan fungsi reproduksi, yang dituangkan dalam strategi komunikasi yang tepat sehingga masalah seksualitas disampaikan dengan benar dan jelas.

3. Penggunaan Media Desain Komunikasi Visual sebagai sarana penyampaian informasi dari instansi yang berwenang yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Bapermas P3AKB Kota Surakarta, agar remaja dapat memahami mengenai kesehatan reproduksi dan masalah seksualitas mendapat penjelasan yang benar dan tepat. Hal ini untuk mengatasi permasalahan yang menganggap, masalah seksualitas bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan jikalau disampaikan oleh pihak pihak yang berkompeten 4. Sosialisasi kepada remaja yang

dilakukan oleh Badan

pemberdayaan Masyarakat, Anak, Perempuan dan Keluarga berencana dengan menggunakan media desain komunikasi visual yang sudah dibuat.

Bagan Kerangka berpikir :

C. METODE PENELITIAN 1. JENIS PENELITIAN

Permasalahan Remaja :

 Kesehatan Reproduksi Remaja

Manajemen Program Komunikasi Kesehatan

Penggunaan Media Komunikasi Visual sebagai sarana pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja

Sosialisasi kepada remaja yang dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan


(2)

Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai gejala sosial yang diteliti. Dalam hal ini remaja mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi dari sumber informasi seperti teman, media massa seperti majalah, tabloid, film, internet yang belum tentu sesuai kebutuhan remaja. informasi negatif ikut mempengaruhi remaja dalam memahami kesehatan reproduksi.Sehingga, untuk mengatasi masalah tersebut perlu diberikan informasi dengan media yang tepat, dari sumber informasi yang benar dan sesuai kebutuhan remaja.

2. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta dan Bapermas AA KB, Kotamadya Surakarta.

3. SUMBER DATA

Sumber data Dalam penelitian ini dokumen yang diolah dan ditelaah yaitu arsip dan laporan, dan media Desain Komunikasi Visual yang digunakan dalam sosialisasi kesehatan reproduksi remaja yang diambil dari Bapermas P3AKB dan Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta.

4. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Teknik sampling merupakan penelitian yang meneliti seluruh obyek yang ada dalam populasi, melainkan hanya sebagaian saja yang diperlukan oleh peneliti dalam suatu penelitian (iskandar, 2008 :69). Dalam penelitian ini digunakan purposive random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian subyektif peneliti mernurut karakteristik tertentu yang dianggap memiliki sangkut paut ataupun kaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengambilan sampel lain yang digunakan adalah snowball sampling, penarikan sampel secara bertahap yang makin lama jumlah respondenya semakin besar (slamet, 2006 :63

5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini Teknik Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini lebih banyak menggunakan teknik wawancara dengan ketua PIKKR Mahardhika, Kepala UPTB Jebres, bagian penyuluh kesehatan reproduksi remaja pada instansi Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta, Bagian PPPA dan KB di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Surakarta.Dalam proses penelitian ini proses wawancara dilakukan dengan menggunakan

pedoman umum wawancara, interview dilakukan dengan pedoman wawancara yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja, yang dilakukan tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek yang dibhas serta menjadi daftar pengecek atau check list apakah aspek-aspek yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja telah ditanyakan atau dibahas.

6. VALIDITAS DATA

Data yang telah dicatat dan dikumpulkan harus dijamin kesahihannya (validitasnya). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan informasi dari pengolahan data yang sudah diperoleh. Salah satu kriteria teknik menurut Moeloeng, Danmin Sudarman dan Sugiyono dalam mengukur tingkat validitas data adalah dengan trianggulasi data (Iskandar,2008 :229). Dari beberapa teknik trianggulasi sumber diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trrianggulasi sumber (data trianggulation).

7. TEKNIK ANALISA DATA

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisa interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu : Reduksi data, Penyajian data, Penarikan serta pengujian kesimpulan (Punch, 1998 :202-204).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA SOSIALISASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA 1. Manajemen Program Komunikasi

Kesehatan Reproduksi Remaja a. Penetapan Analisa situasi (situation)

1) Pentingnya Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja

Remaja merupakan generasi penerus bangsa, remaja akan mengalami masa labil atau masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa yang diikuti dengan perubahan fisik, psikologis dan juga mudah terpengaruh oleh teman sebaya.Pemerintah Indonesia telah mendukung pengembangan kesehatan reproduksi bagi remaja,dalam hal

Departemen Kesehatan telah

mengembangkan pelayanan Kesehatan Remaja dan sejak tahun 1997 mempunyai beberapa model di beberapa propinsi. Bahkan remaja mempunyai hak sama dalam hal kesehatan terutama dengan adanya derajat kesehatan remaja, yang dilakukan dengan


(3)

cara kemitraan untuk mencapai remaja mandiri

Pada Tahun 1994, ICPD masyarakat internasional mengukuhkan hak-hak remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, namun peran orang tua juga mempunyai peran terhadap kesehatan remaja. Orang tua mempunyai tanggung-jawab untuk membimbing remaja, termasuk tidak menghalangi anak remajanya untuk mendapatkan info dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Menurut data dari Bapermas P3AKB Kota Surakarta menyatakan bahwa berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) secara nasional jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun berjumlah 64 juta, sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah yang berusia 10-19 tahun berjumlah 6,6 juta orang. Ini berarti jumlah remaja merupakan segmen penduduk yang menempati hampir seperempat bagian atau sekitar 22,9 %. Terdapat 55,7% remaja tinggal diperkotaan sedangkan terdapat 44,3% remaja tinggal di pedesaan. Sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan, menyatakan bahwa terdapat 47% remaja tidak tamat SMU dan 37% tamat SMU dan sederajat (SKKRI, 2007)

Menurut Balitbang BKKN Propinsi Jawa Tengah, menyatakan bahwa pada usia remaja bisa mengalami usia yang kritis dan rawan terhadap permasalahan terutama masalah kesehatan reproduksi. Bahkan dari data SDKI pada tahun 2003, menyatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Bahkan angka aborsi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar 80%nya adalah usia remaja. (UNFPA & Bapenas, 2009).

Karena remaja sebagai aset dan generasi penerus bangsa maka permasalahan yang dihadapi oleh remaja saat ini, adalah remaja kurang mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dengan benar. Bahkan yang terjadi adalah informasi mengenai kesehatan reproduksi yang diterima remaja menjadi simpang-siur bahkan menyesatkan.

b. Penetapan Tujuan (objective) Komunikasi Kesehatan Reproduksi remaja

 Agar remaja memiliki kesadaran (awareness) akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi c. Penetapan Strategi (Strategy) Komunikasi

Bahwa dalam strategi komunikasi tidak terlepas dari kebijakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Bapermas P3AKB maupun dari dinas Kesehatan Kota Surakarta. Adapun dari Bapermas P3AKB mempunyai

PIKKR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi remaja dan dari Dinas Kesehatan dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Data yang diperoleh dari PIK (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi) Mahardika Surakarta untuk mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja program yang dilakukan oleh pemerintah melalui BKKBN adalah melalui Pembentukan PIKKR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja),Sedangkan dari dinas kesehatan dalam menghadapi permasalahan kesehatan reproduksi remaja dilakukan dengan melalui Puskesmas PKPR,

d. Penetapan Sasaran penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

Dalam membuat program komunikasi ini, perlu dipahami siapa yang menjadi target / sasaran dari Kampanye Kesehatan Reproduksi Remaja, seperti yang dinyatakan oleh dr.Slamet Riyanto, Seksi Kesehatan dan Lanjut Usia (Lansia) bahwa : Remaja bisa dikatakan atau boleh dibilang masa Storm and Stress ( Badai dan Stress). Remaja merupakan pertumbuhan yang dinamis atau masa transisi dari anak-anak sampai ke remaja. Di sana ada proses pertumbuhan fisik, mental, dan spiritual. Dalam remaja itu banyak sekali penyimpangan-penyimpangan karena remaja itu sering sekali untuk coba-coba. Bentuk Komunikasi yang dilakukan :

Komunikasi antarpribadi sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Bapermas P3AKB adalah dengan melakukan konseling Kesehatan reproduksi remaja. Yang dilakukan sebagai strategi komunikasi kepada remaja. Konseling merupakan proses tatap muka dimana seorang konselor membantu kliennya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.Adapun dalam prinsip-prinsip dalam proses konseling terhadap remaja ini memegang rasa saling percaya. Komunikasi yang terbuka serta pemberdayaan klien agar mampu mengambil keputusan sendiri. Hal ini sangat penting bagi remaja, karena dengan adanya konseling maka remaja dapat menceritakan permasalahan pribadinya kepada konselor yang menangani bidang kesehatan reproduksi.

Penggunaan Media Komunikasi Visual sebagai sarana sosialisasi Kesehatan Reproduksi remaja

Selain dengan cara komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui konseling, komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan media. Media dipakai sebagai


(4)

sarana penyampaian informasi kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi baik laki-laki ataupun perempuan. Media yang dipakai sebagai sarana penyampai pesan ini mengacu pada media yang dibuat oleh BKKBN.

Adapun media Komunikasi Visual yang digunakan adalah :

a) Permainan (Games) bentuk puzzle mengenai sistem alat reproduksi pria dan wanita. Menyusun kepingan puzzle dilakukan dengan melihat gambar secara keseluruhan secara terlebih dahulu, kemudian remaja diminta untuk menyusun satu persatu kepingan gambar puzzle ini,setelah melakukan pengamatan dengan teliti maka remaja diminta untuk menyusun menjadi utuh kembali. Puzzle digunakan sebagai media dalam sosialisasi kesehatan reproduksi, karena dengan menggunakan media ini, remaja diajarkan untuk mengamati dengan teliti sistem alat reproduksi laki laki dan perempuan, sehingga jika dilakukan dalam bentuk permainan, akan lebh mudah remaja memahaminya, serta mengajarkan remaja untuk dapat menyelesaikan setiap persoalan hingga akhir.

b) Kartu cocok sebagai alat untuk pemberian informasi mengenai alat reproduksi dan fungsinya yang dibuat lebih sederhana dan mudah dimengerti.

c) Brosur, folder, leaflet atau pamflet mengenai hak kesehatan reproduksi remaja. Brosur, folder,leaflet atau pamflet merupakan informasi tertulis mengenai subyek khusus yang panjangnya bervariasi. Hal tersebut dikelompokkan sebagai jenis komunikasi media massa karena dipersiapkan dalam jumlah banyak untuk disebarluaskan. Penyebaran media ini dilakukan oleh Bapermas AA dan KB, kepada para remaja dengan tingkat pendidikan SMP dan SMU melalui karang taruna yang berada disetiap kecamatan di Surakarta. Brosur, leaflet dan booklet sebagai media komunikasi grafis dianggap paling efektif, karena ketiga bentuk media cetak ini dirancang untuk dapat langsung pada pembaca.(Yayan, 2010 :71)

Menurut Keeneth Roman dan Jane Maas, menyatakan bahwa brosur yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1) Meletakkan pesan dibagian sampul, artinya sampul brosur berfungsi sebagai judul, yang menyatakan posisi serta janji yang akan diperoleh oleh pembaca. Sampul harus berisi tentang siapa, dan pesan apa yang akan anda sampaikan. Dalam analisa brosur yang dibuat ini, lebih berisi tentang Remaja dan Hak Reproduksi. Hak yang diperoleh remaja kaitanya dengan kesehatan reproduksi berkaitan dengan

2) Fokus

Banyak brosur gagal karena mereka mencoba menunjukkan informasi yang terlalu banyak, sehingga yang tampil adalah tuliisan panjang.Dalam informasi yang disampaikan dalam media brosur ini, menampilkann tulisan yang panjang, sehingga tampilan visualisasinya tidak menarik. Isi pesan brosur ini adalah ingin


(5)

memberikan informasi tentang hak yang diperoleh misalnya hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya, yang berkaitan dengan masalah menstruasi, masalah kehidupan seksualnya, dsbnya. Tetapi tidak ada penambahan visualisasi, membuat pembaca hanya membaca informasi yang singkat.

3) Gunakan ilustrasi tunggal disampul Ilustrasi yang ditampilkan dibrosur akan dapat menambah daya tarik bagi pembacanya, Ilustrasi yang besar akan lebih efektif jika menggunakan ilustrasi dengan warna cerah dan kisah cerita yang mampu melibatkan pembaca lebih dalam. Namun dalam tampilan brosur ini hanya menampilkan ilustrasi dengan simbol jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ilustrasi ini terlihat sederhana dengan dominasi warna kuning dan biru sebagai backgroundnya, sehingga terlihat sederhana dan kurang menarik 4) Tampilan yang bersifat klise

Dalam brosur ini tampilanya terlihat klise, karena jika ingin menyampaikan pesan mengenai hak kesehatan reproduksi remaja tidak hanya menggunakan ilustrasi simbol jenis kelamin laki-laki dan perempuan saja, karena jika dikaitkan dengan isi pesan yang berupa hak yang diperoleh remaja dalam menjaga kesehatan reproduksinya menjadi kurang efektif, dan tidak menarik, mestinya ada keterkaitan diantara ilustrasi dan isi pesan sehingga brosur ini tampil lebih menarik.

.

5) Adanya buku panduan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja yang diberikan kepada fasilitator

6) Adanya video edutainment mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja. Alat bantu audio visual merupakan sarana untuk melengkapi vagab cetajab dab

ucapan dalam menularkan

pengetahuan, konsep dan ide. Tujuan utama dari alat bantu audio visual ini bukan hanya untuk hiburan namun dimaksudkan agar penerimaan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja menjadi lebih mernari dan mennyenangkan. Dengan penjelasan mengenai fungsi dari alat reproduksi laki laki dan perempuan

dapat memberikan konsep

menjelaskan serta mengajarkan sesuatu, tidak sekedar menayangkan sesuatu. Pada saat melihat video edutainment diharapkan para remaja sadar untuk apa ia melihat dan setelah selesai ditayangkan dilakukan pembahasan, yang dilakukan oleh para konselor remaja.

E. KESIMPULAN

Media Komunikasi Visual sebagai sarana penyampaian pesan mempunyai peranan penting bagaimana sebuah informasi


(6)

dikemas semenarik mungkin agar mudah dipahami. Permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi masih dianggap tabu oleh masyarakat. Sehingga, orang tua kurang memahami tentang pentingnya memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja. Sehingga remaja kadangkala mencari informasi sendiri dengan menggunakan caranyasendiri dan tidak ada yang membantu menyaring informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja.

Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja, disikapi oleh pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dsbnya. Berbagai media digunakan untuk menjelaskan mengenai arti pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Media yang digunakan diharapkan dapat dipahami oleh remaja dengan menggunakan media yang bervariasi, seperti menggunakan puzzle, menggunakan kartu cocok mengenai fungsi alat reproduksi laki-laki dan perempuan, menyebarkan brosur, melalui media audio visual yaitu adanya video edutainment.Semua informasi mengenai kesehatan reproduksi dikemas secara sederhana dan menarik, dalam konteks mudah dipahami oleh remaja. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan puzzle mengenai organ reproduksi pria dan wanita, dalam permainan puzzle ini sebenarnya remaja diajarkan untuk dapat mengatasi setiap permasalahan.

SARAN

Media bisa dipakai sebagai sarana acuan untuk membuat program-program komunikasi yang berkaitan dengan kebutuhan remaja, media yang bervariasi dan atraktif sangat diperlukan oleh remaja sehingga remaja dapat menyerap informasi dengan baik dan juga tidak membosankan.Media dengan desain komunikasi visual yang menarik diharapkan mampu menyampaikan pesan tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga harapannya remaja mendapatkan informasi yang benar dan mencegah remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Sesuai dengan perkembangan media, dibutuhkan pula media pendukung seperti iklan ditelevisi, internet, koran/majalah. Informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja merupakan hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada remaja, agar remaja sebagai penerus bangsa dapat mengetahui masalah kesehatan reproduksi, masalah seksualitas dsbnya.

DAFTAR PUSTAKA Dwi K., Majestika S. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.

Lexy Moleong, 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Aditya Bakti.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1999. Metode Penelitian Survey, Jakarta, PT Pustaka LP3ES

HB.Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Dan Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta, UNS Press

Ida Bagus Gde Manuaba, Prof. Dr, 2000,Kesehatan Reproduksi Buku Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Kb Dan Ginekologi, kedokteran EGC

Pawito, Ph.D, 2007,Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta,

Roman, Kenneth, Maas Jane, et.al,2005, How To Adertise : Membangun Merek Dan Bisnis Dalam Dunia Pemasaran Baru, Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta

Siti Rahayu H.,2006, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Susanto, 2006. Metode Penelitian Sosial, Surakarta, UNS Press

Yayan Suherlan, 2010, Bahan Ajar : Metode Repro Grafika dan Proses Cetak, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS

Y. Slamet, 2006, Metodologi Penelitian Sosial, Sebelas Maret University Press, Surakarta.