KAJIAN KARAKTERISTIK GUA PINTU AIR DI DESA LAU DAMAK KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT.

(1)

KAJIAN KARAKTERISTIK GUA PINTU AIR DI DESA LAU DAMAK

KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan

Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

BERRI WALDAYAN SEBAYANG

3103131009

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Berri Waldayan Sebayang Nim : 3103131009

Jurusan : Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, Januari 2015

Saya yang membuat pernyataan,

Berri Waldayan Sebayang NIM : 3103131009


(5)

ABSTRAK

Berri Waldayan Sebayang. Nim 3103131009. Kajian Karakteristik Gua Pintu Air di Desa Lau damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tipe fisik Gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region di Gua Pintu air.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau damak,2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lorong pada Gua Pintu air dengan panjang 1.116,3 meter di desa Lau damak . Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi dan studi dokumentasi, kemudian data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Gua Pintu air memiliki kondisi tipe lorong Ad3z yaitu memiliki sungai bawah tanah (A), kemiringan lorong bergelombang 8,2% (b), mempunyai luas penampang lorong luas 34,6 m2 (3) dan memiliki tipe air jatuh berupa tetesan dan aliran (z) dengan panjang lorong gua 1116,3 meter. Mempunyai 3 region dimana Region 1 dengan tipe lorong Ab1z ditemukan ornamen stalactite 7, stalagmite 4, draperies 3 dan flowstone 5. Region 2 dengan tipe lorong Ab2z ditemukan ornamen stalactite 17, stalagmite 8, coloumn 8, draperies 27 dan flowstone 27. Region 3 dengan tipe lorong Ab3z ditemukan ornamen stalactite 51, stalagmite 60, coloumn 77, draperies 248 dan flowstone 147 dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda pada setiap region diakibatkan pengaruh proses karstifikasi dan kondisi didalam lorong gua.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul Kajian Karakteristik Gua Pintu Air di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat untuk memenuhi persyaratan akademis sebagai mahasiswa dalam proses penilaian untuk menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana pada Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari sepenuhnya, penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempuranaan, baik dari segi isi maupun tekhnik penyusunannya.

Dalam menyelesaikan penelitian ini peneliti telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED beserta staf yang

mendampingi beliau.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi. 4. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku dosen PA yang telah banyak

memberikan waktu, saran maupun dukungan dalam setiap proses akademik. 5. Bapak Darwin P Lubis, S.Si, M.Si selaku pembimbing skripsi terbaik yang

telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran serta dukungan yang tak ternilai harganya.

6. Bapak ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNIMED yang telah memberikan pelajaran kepada penulis selama perkuliahan

7. Secara khusus kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan saya sayangi Bapak saya B. Sebayang, Ibu Iva Zulkarnaini dan adik saya Annisa W Sebayang yang telah memberikan motivasi penuh kepada saya untuk menyelesaikan studi saya di Jurusan Pendidikan Geografi


(7)

8. Keluarga saya di Mapala Unimed terkhusus tunas XVIII dan seluruh Bunk- Bunk Anggota Mapala Unimed yang telah memberikan kepada saya begitu banyak pengalaman dan pembelajaran yang membuka cakrawara berfikir saya tentang kehidupan, mungkin tidak bisa saya dapatkan ditempat lain. Salam Lestari !!!

9. Sohib saya Wahyu KOMAPAL-UNPAB, JOGAL, Fauzi KOMPAS-USU, Eko dan Zulikhwan Adiguna yang selalu meotivasi saya.

10.Sahabat sahabat saya Bang Adhon Petruci , Asra Febriana, Ria Pulungan, Miska Siregar, Juju de Chalista, Isma Nasution, Gustaf Manurung, Tomy Fernandez, Ahmad Ghozali, Benhart Napitupulu, Arifin Sirait, Johan Nainggolan, Wardah Maulidah, Sendi Permana, Hakim Syah Reza ,Danti Novita, Siti Pohan, Dita Safitri, dan seluruh keluarga besar C Reguler 2010. 11.Kawan - kawan saya Yogi, Wahyu, Debby, Dio, Ilham, Teguh, Fajar, Hilda,

Putri, Ema, Suci, Indra, icong, mimi, ica dan Efek Rumah Kaca beserta Dialog Dini Hari yang lagu-lagunya selalu menemani saya.

Kiranya Tuhan melimpahkan kebaikan-Nya kepada pihak yang telah memberikan bantuannya.

Medan, Januari 2015 Penulis

Berri Waldayan Sebayang NIM. 3103131009


(8)

DAFTAR ISI

Hal

Lembar Persetujuan Pembimbing ………...i

Lembar Persetujuan dan Pengesahan Skripsi………....………...……...ii Kata Pengantar ……….iii Abstrak ………...v

Pernyataan Keaslian Tulisan ……….…….vi

Daftar Isi...………..vii

Daftar Tabel ………..ix

Daftar Gambar ………..x

Daftar Lampiran ………...xii

BAB I PENDAHULUAN ………..1

A. Latar Belakang Masalah...……….…………1

B. Identifikasi Masalah...………..………...3

C. Pembatasan Masalah...……….4

D. Rumusan Masalah...………4

E. Tujuan Penelitian...4

F. Manfaat Penelitian...………..4

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….5

A. Kerangka Teoritis...………..5

B. Penelitian Relevan...……….26


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..29

A. Lokasi Penelitian...……….29

B. Populasi dan Sampel...……….29

C. Variabel dan Defenisi Operasional...……….29

D. Tehnik Pengumpulan Data...………..………....30

E. Tehnik Analisa Data...………..………..32

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH………..33

A. Kondisi Fisik ……….33

B. Kondisi Non Fisik ……….34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….43

A. Hasil Penelitian ……….43

B. Pembahasan ………..69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….71

A. Kesimpulan ………...71

B. Saran ……….72

DAFTAR PUSTAKA...73


(10)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1. Bentuk penggunaan lahan desa Lau damak 2013…..……….…….…34

2. Penduduk menurut kelompok umur …...….………..………...35

3. Penduduk menurut mata pencaharian ….……….…………...36

4. Sarana Pendidikan di Desa Lau damak, 2013…………..………….….….….37

5. Jumlah Tempat peribadahan di Desa Lau damak tahun 2013…..…….……..38

6. Kondisi jalan di Desa Lau Damak tahun 2013……….38

7. Profil Goa Pintu air………..………....43

8. Jumlah ornamen Goa Pintu air……….………...43

9. Tipe lorong Gua Pintu Air………..……….……45 10.Bentuk Lorong Region 1 ………....45

11.Bentuk Lorong Region 2 ………52

12.Bentuk Lorong Region 3 ………58

13.Hasil Pengukuran Ornamen stalactite ……..……….……...79

14.Hasil Pengukuran Ornamen stalagmite …………..………...81

15.Hasil Pengukuran Ornamen coloumn .….………...83

16.Hasil Pengukuran Ornamen draperies ………...85

17.Hasil Pengukuran Ornamen flowstone ………...87


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Teori Pengembangan Goa dalam tanah ….………..15

2. Gambar Ornamen Stalactite dan Stalagmite ……...……….22

3. Gambar Ornamen Coloumn ………..………23

4. Gambar Ornamen Draperies ………..……….……….23

5. Gambar Ornamen Flowstone ..……….24

6. Skema Kerangka Berfikir ……..………...28

7. Pengukuran Panjang Ornamen …...………..31

8. Peta Adminitrasi Desa Lau damak ...……….40

9. Peta Adminitrasi Kecamatan Bahorok …….……….41

10. Peta Adminitrasi Kabupaten Langkat ……….………..42

11. Mulut Goa Pintu Air ……….………46

12.Bentuk 3D Region 1 lorong goa Pintu Air ……….………,…46

13. Kondisi Lorong yang Berlumpur ……….……….47

14.Kondisi Kemiringan Lorong Gua pada Region 1 …..………48

15.Ornamen Flowstone yang memiliki tetesan air ………...……..50

16.Atap Lorong yang memiliki Stalactite …..………....51

17.Bentuk Chamber Lorong Region 2…….……….………..53

18.Bentuk 3D lorong region 2 goa pintu air ….……….54

19.Bentuk Lorong Region 2 dengan bantaran sungai ………56

20.Window (Jendela Keluar ) pada Region 3 ……..………...59


(12)

22.Ornamen Stalactite,Stalagmite dan Coloumn ………...61

23. Kondisi Ujung Gua Pintu Air …..………..62

24. Peta Gua Pintu Air ……….………..……….65

25. Peta Region 1 Gua Pintu Air ………66

26. Peta Region 2 Gua Pintu Air ……….67

27.Peta Region 3 Gua Pintu Air ………..………..68

28. Sketsa Tipe Lorong Ab1z ……….………92

29. Sketsa Tipe Lorong Ab2z ……….………93

30. Sketsa Tipe Lorong Ab3z ……….………94

31.Region 1 kondisi lorong berlumpur , zona mulur gua dan zona remang …………95

32.Region 2 kondisi lorong sungai bawah tanah dengan ornament ………95

33.Chamber Region 2 kondisi lorong berlumpur dan sungai bawah tanah …………96

34. Kondisi atap dan dinding lorong Region 3 dengan ornamen ……….96

35. . Kondisi atap Lorong region 3 dengan ornamen ……….97


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1. Lembar Observasi Ornamen stalactite,stalagmite dan coloumn ……...………...75

2. Lembar Observasi Ornamen draperies ………....…………76

3. Lembar Observasi Ornamen flowstone ……….………...77

4. Lembar Observasi Pemetaan Gua ……….………...78

5. Hasil Pengukuran Ornamen stalactite ……….……...79

6. Hasil Pengukuran Ornamen stalagmite ………...81

7. Hasil Pengukuran Ornamen coloumn .….……….83

8. Hasil Pengukuran Ornamen draperies ………...85

9. Hasil Pengukuran Ornamen flowstone ……….87

10.Pengolahan Data Pemetaan Gua Pintu air ………89

11.Sketsa Tipe Lorong Ab1z ………92

12.Sketsa Tipe Lorong Ab2z ………93

13.Sketsa Tipe Lorong Ab3z ………94


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah wilayah kesatuan yang datarannya dominan terbentuk akibat proses geoglogi sehingga menghasilkan banyak bentukan morfologi. Salah satu bentukan morfologi yang dominan dapat dijumpai hampir diseluruh kawasan wilayah Indonesia adalah kawasan karst. Keberadaan kawasan karst di Indonesia akhir-akhir ini dianggap memiliki nilai-nilai yang sangat strategis. Mulai dari segi pemanfaatan dalam aktifitas kehidupan serta sebagai penjaga kestabilan ekosistem.Selain karena mencakup hampir 20 % luas dari total seluruh wilayah di Indonesia, karst memiliki potensi yang bukan saja unik tetapi juga sangat kaya dengan sumber daya alam baik itu hayati maupun non hayati (HIKESPI, 2005).

Karst adalah suatu bentang alam yang umumnya di bentuk oleh batu gamping, yang biasanya memiliki hasil dan bentukan yang dapat di temukan dengan ciri-ciri adanya cekungan-cekungan; kubah-kubah serta gua kapur. Topografi karst merupakan bentang alam yang mudah dikenali oleh semua orang karena morfologinya sangat spesisfik. Selain menyimpan air karst juga menyediakan sumberdaya alam lain,berupa batu gamping sebagai bahan galian golongan C. Potensial lain yang disediakan oleh karst untuk manusia yaitu pemandangan yang indah. Gua merupakan salah satu contoh dari morfologi endokasrt. Gua yang merupakan bentukan alami yang berupa ruang karst yang terbentuk pada medan batu gamping dibawah tanah baik yang berdiri sendiri maupun saling terhubung dengan ruang-ruang lain sebagai hasil proses pelarutan oleh air maupun aktifitas geologi yang terjadi pada suatu daerah. Gua yang dikenal


(15)

secara luas oleh masyarakat umum di Indonesia sebagian besar berupa gua-gua kapur, karena gua-gua ini terbentuk di wilayah yang sebagian besar tersusun oleh batu kapur (batu gamping). Gua karst adalah sisa pelarutan zona lemah batuan kapur yang berupa lorong, dikontrol oleh jenis batuan dan jumpai ornamen gua serta sungai bawah tanah. Didalam gua dapat ditemukan ornamen gua dengan berbagai bentuk dan jenis sebagai hasil sedimentasi dari batu gamping sebuah gua. Ornamen gua memiliki karakteristik berbeda-beda pada setiap gua, hal ini dapat terlihat dari ukuran setiap ornamen, seperti besar kecilnya ukuran ornamen ataupun bentuk dan jenisnya ornamen yang terdapat pada gua.

SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 tahun 2012 pada BAB II Pasal 3 tentang penetapan kawasan bentang alam karst menjelaskan pentapan kawasan bentang alam karst bertujuan untuk melindungi kawasan bentang alam karst yang berfungsi sebagai pengatur alami tata air, melestarikan kawasan bentang alam karst yang memiliki keunikan dan nilai ilmiah sebagai obyek penelitian dan penyelidikan bagi pengembengan ilmu pengetahuan serta mengendalikan pemamfaatan kawasan bentang alam karst.

Desa Lau damak merupakan salah satu desa di Kecamatan Bahorok yang memiliki topografi yang sangat bervariasi dengan jenis vegetasi serta bentang alam. Desa Lau damak memiliki nilai potensi karst yang tinggi di sumatera utara, hal ini yang mengakibatkan banyak ditemukan batu gamping pada kawasan tersebut. Kawasan yang memiliki banyak gua kapur serta sungai bawah tanah ini merupakan kawasan dengan berbagai ekosistem salah satu yang menjadi nilai potensial adalah gua karst. Pengelolahan serta informasi yang sangat sedikit tentang potensi yang terdapat pada gua karst di Desa Lau damak adalah salah satu penyebab tidak terjaga


(16)

dan termanfaatkannya kawasan tersebut. Suatu kelebihan gua karst yang umumnya adalah potensi batu gamping dan juga biasanya berupa keindahan ornamen serta keanekaragaman hayati yang terdapat didalamnya.

Gua karst yang merupakan lorong-lorong yang indah yang biasanya dihiasi ornamen dengan berbagai bentuk ternyata juga dapat ditemui pada gua-gua karst di daerah kecamatan bahorok, namun sumber informasi tentang potensialnya gua-gua didaerah bahorok sangat sedikit. Mulai dari informasi jenis ornamen ataupun kodisi gua karst itu sendiri belum memiliki informasi yang cukup banyak, sehingga nilai potensial gua tersebut belum bisa dikembangkan. Perbedaan hasil ornamen yang dapat dilihat pada setiap lorong/region adalah hal yang menjadikan keunikan tersendiri,sangat disayangkan sebuah gua karst yang seharusnya dijadikan sumber ilmu pendidikan ataupun laboratorium ilmu pengetahuan ini masih belum termanfaatkan. Beberapa bukti tentang potensi gua karst didaerah ini sudah cukup terkenalnya beberapa nama gua karst yang ada seperti gua paturizal, gua pintu air dan gua pintu angin, namun bagaimana nilai pontensi yang berupa bentuk dan isi yang terdapat didalam gua-gua karst tersebut masih belum diketahui. Mulai dari ornamen yang biasanya disebut hiasan dinding gua seperti Stalactite, Stalagmite, Coloum, Flowstone dan Driperies, serta keadaan bentuk tipe gua.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana morfometri ornamen gua (speleothem) dilihat dari karakteristik tipe fisik gua pintu air di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.


(17)

C. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini pada bentuk kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu yang diteliti, terutama memberi manfaat :

1. Sebagai wacana pengelolaan lingkungan bagi pihak pemerintah daerah Kabupaten Langkat.

2. Sebagai bahan informasi potensi alam yang dapat dikembangkan bagi pemerintah daerah Kabupaten Langkat.

3. Sebagai bahan ajar tentang materi Geomorfologi bentukan asal Solusional/karst pada mahasiswa geografi dan siswa/i sekolah tentang materi Litosfer dan Hydrosfer


(18)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka Karakteristik gua pintu air memiliki panjang 1116,3 m terbagi atas 3 region tipe lorong Ab3z merupakan bentuk endokarst dengan berada pada kawasan karst, memiliki proses karstifikasi atau pelarutan yang baik, terbagi atas 3 zona lingkungan gua zona mulut gua,zona peralihan dan zona gelap, terdapat jenis ornament Form dripstone dan flowstone dengan proses keberadaan ornament sangat terpengaruh pada keberadaan

sumber air dan situasi kondisi didalam gua dimana Region 1 dengan panjang 22 m kedalaman 198 – 197,8 m dengan tipe Ab1z memiliki ornamen Stalactite dengan ukuran volume 13044,64 – 257606,50 cm3. Memiliki ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 6336 – 19958,40 cm3. Memiliki ornamen Draperies dengan panjang 34 cm dan Ornamen Flowstone dengan diameter 20,83 – 25,62 cm. Region 2 dengan panjang 145,8 m kedalaman 198,2 – 190,4 tipe Ab2z memiliki ornamen Ornamen stalactite dengan ukuran volume 4755,32 – 162332,90 cm3. Ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 523,81 – 7071,43 cm3. Ornamen Coloumn dengan ukuran volume 9861,74 – 2616114,90 cm3 memiliki. Ornamen Draperies dengan panjang 32 – 74 cm. Ornamen Flowstone dengan ukuran diameter 3,34 - 20,89 cm. Region 3 dengan panjang 968,8 m dan kedalaman 189 -155,6 m tipe Ab3z memiliki Ornamen Stalagtite dengan ukuran volume 2219,15 – 266110,56 cm3 Ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 30,55 – 1135357,14 cm3. Ornamen Coloumn dengan ukuran 391,34-8124885,97 cm3, Ornamen Draperies


(19)

dengan ukuran panjang 23-79 cm dan Ornamen Flowstone dengan diameter 4,01 – 96,85 cm.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan maka peneliti menganjurkan saran sebagai bahan masukan bagi pemerintah, masyarakat di sumatera utara, melihat hasil penelitian dan temuan dilapangan gua pintu air merupakan gua yang masih mengalami proses karstifikasi/penglarutan, dengan kondisi tipe fisik lorong gua yang sangat mendukung untuk pengembangan ornamen, dimana gua ini merupakan gua yang masih dalam keadaan baik dan belum terusik sehingga perlu dilakukan pengawan dan penjagaan seperti penetapan sebagai kawasan yang harus dilestarikan keberadaannya. Dimana tanggung jawab kelestarian sebuah ekosistem adalah tanggung jawab semua orang.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Andi. 2003. Kekasaran Permukaan Batu Gamping Formasi Tonasa diSulawesi Selatan. Skripsi Program Sarjana Departemen Geografi FMIPA.Universitas Indonesia. Depok.

Bogli, Alfred. 1980. Karst Hydrology and Physical Spleology. Springer-Verlag,Berlin.

Bloom, Arthur L. 1979. Geomorphology A Systematic Analysis of Late Cenozoic Landforms. Prentice-Hall of India Private Limited. New Delhi, India. Darsoprajitno, S. 1988. Penelitian Karstologi dan Pengem bangan

WilayahKawasan Perbukitan Karst Gunung Sewu, Pacitan, Jawa Timur. Puslitbang Geologi. Bandung.

Effendi. 2000. Unit-unit Geomorfologi di Depresi Ci Mandiri. Skripsi ProgramSarjana Departemen Geografi FMIPA. Universitas Indonesia. Depok Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology,

Chapman and Hall, London

Frick, Heinz. 1979. Alat Ukur Tanah dan Penggunaannya. Yayasan Kanisius.Yogyakarta.

GEGAMA, 2007. Diktat DIKLAT GEGAMA 2007, Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gillieson, David. 1996. Caves Processes, Development, Management. BlackwellPublisher.

HIKEPSI.2005. Diktat Caving Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya. Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia.Bogor.

Howarth, F.G. 1983. Ecology of Cave Arthropods. Ann. Rev. Entomol. 28: 365‐389 http://3dparks.wr.usgs.gov/grba/html2/gb143.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2014 ( 08.30

WIB )

http://www.uwec.edu/jolhm/eh/below/Matt%20Below%20%20GEOG%2036WHAT%20 IS%20KARST.htm. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014 (20.00 WIB).

http://caves.or.id/wp-content/uploads/2013/08/drapery-speleothem-1.jpg. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014 (20.30 WIB)

http://caves.org/grotto/meg/images/cartersp_flowstone1.jpg. Diakses pada tanggal 25 Juni 2014 (21.30)

Jennings, J.N. 1985. Karst Geomorphology. Basil Blackwell. Oxford. Kantor Desa Lau damak Kecamatan Bahorok,2013

Kasri, et.al. 1999. Kawasan Karst di Indonesia Potensi dan Pengelolaan Lingkungannya. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Ko, R.K.T. 1997. Introduksi Karstospeleologi. Indonesian Karst Environment Community. Bogor.

Ko, R.K.T. dan Suyanto. 1999. Ekosistem Kawasan Karst. Makalah Lokakarya Sumber Daya Kawasan Pengelolaan Karst berwawasan Lingkungan. Jakarta.


(21)

Laksmana, Erlangga Esa. 2005. Stasiun Nol Teknik-Teknik Pemetaan dan SurveyHidrologi Gua. Acintyacunyata Speleological Club. Yogyakarta. Lestiadi, H.A.,dkk. 2008. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Karst

Daerah Kabupaten Pemekasan. Pusat Lingkungan Geologi, Badan GeologiBandung

Moore, J.G.W. and Sullivan, G. N. 1978.Speleology- The Study of Caves. Zephyrus Press.Taeneck

Palawa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 1989. Laporan Penelitian Speleologipada Kawasan Kars Daerah Tingkat II Tuban, Jawa Timur. Walhi-Palawa

Rico, Handiman. 1990. Gua Karst Pada Plato Gunung Sewu. Skripsi Program Sarjana Jurusan Geografi FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ritter, D.F. (1978). Process Geomorphology. University at Carbondale. Wm. C. Brown Company Publisher. Lowa, USA.

Samodra, Hanang.2001.Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia, Pengelolaan, dan perlindungannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Sutikno dan Eko Haryono. 2000. Perlindungan Fungsi Kawasan Karst. Makalah Seminar: Perlindungan Penghuni Kawasan Karst Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Datang Terhadap penurunan Fungsi Kualitas Lingkungan, oleh: PSL LEMLIT UNS dan KMNLH, di Surakarta 11 November 2000

Van Zuidam. 1979. Geomorphology and Hydrology.

Wardani, Putri.2008. Morfometri Ornamen Gua ( Speleothem) di Kawasan Kars Buniayu,Sukabumi, Jawa Barat.Skipsi Program Sarjana Departermen Geografi FMIPA. Universitas Indonesia.Depok.

Webster Third New International Dictionary, 1986. Pengertian Kawasan Karst Widjanarko, Sunu. 2005. Pemetaan Gua Sederhana. Yayasan Acintyacunyata

Speleological Club. Yogyakarta.

Widjanarko, Sunu. (2008, Januari 26). Subterra Indonesia - Komunitas Indonesia Pemerhati Caving, Karst dan Speleologi. Proses Terjadinya Speleothem. March 28, 2008.


(1)

dan termanfaatkannya kawasan tersebut. Suatu kelebihan gua karst yang umumnya adalah potensi batu gamping dan juga biasanya berupa keindahan ornamen serta keanekaragaman hayati yang terdapat didalamnya.

Gua karst yang merupakan lorong-lorong yang indah yang biasanya dihiasi ornamen dengan berbagai bentuk ternyata juga dapat ditemui pada gua-gua karst di daerah kecamatan bahorok, namun sumber informasi tentang potensialnya gua-gua didaerah bahorok sangat sedikit. Mulai dari informasi jenis ornamen ataupun kodisi gua karst itu sendiri belum memiliki informasi yang cukup banyak, sehingga nilai potensial gua tersebut belum bisa dikembangkan. Perbedaan hasil ornamen yang dapat dilihat pada setiap lorong/region adalah hal yang menjadikan keunikan tersendiri,sangat disayangkan sebuah gua karst yang seharusnya dijadikan sumber ilmu pendidikan ataupun laboratorium ilmu pengetahuan ini masih belum termanfaatkan. Beberapa bukti tentang potensi gua karst didaerah ini sudah cukup terkenalnya beberapa nama gua karst yang ada seperti gua paturizal, gua pintu air dan gua pintu angin, namun bagaimana nilai pontensi yang berupa bentuk dan isi yang terdapat didalam gua-gua karst tersebut masih belum diketahui. Mulai dari ornamen yang biasanya disebut hiasan dinding gua seperti Stalactite, Stalagmite, Coloum, Flowstone dan Driperies, serta keadaan bentuk tipe gua.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana morfometri ornamen gua (speleothem) dilihat dari karakteristik tipe fisik gua pintu air di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.


(2)

C. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini pada bentuk kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tipe fisik gua dengan mengidentifikasi perbedaan morfometri ornamen gua (Speleothem) pada setiap lorong/region gua pintu air.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu yang diteliti, terutama memberi manfaat :

1. Sebagai wacana pengelolaan lingkungan bagi pihak pemerintah daerah Kabupaten Langkat.

2. Sebagai bahan informasi potensi alam yang dapat dikembangkan bagi pemerintah daerah Kabupaten Langkat.

3. Sebagai bahan ajar tentang materi Geomorfologi bentukan asal Solusional/karst pada mahasiswa geografi dan siswa/i sekolah tentang materi Litosfer dan Hydrosfer


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka Karakteristik gua pintu air memiliki panjang 1116,3 m terbagi atas 3 region tipe lorong Ab3z merupakan bentuk endokarst dengan berada pada kawasan karst, memiliki proses karstifikasi atau pelarutan yang baik, terbagi atas 3 zona lingkungan gua zona mulut gua,zona peralihan dan zona gelap, terdapat jenis ornament Form dripstone dan flowstone dengan proses keberadaan ornament sangat terpengaruh pada keberadaan sumber air dan situasi kondisi didalam gua dimana Region 1 dengan panjang 22 m kedalaman 198 – 197,8 m dengan tipe Ab1z memiliki ornamen Stalactite dengan ukuran volume 13044,64 – 257606,50 cm3. Memiliki ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 6336 – 19958,40 cm3. Memiliki ornamen Draperies dengan panjang 34 cm dan Ornamen Flowstone dengan diameter 20,83 – 25,62 cm. Region 2 dengan panjang 145,8 m kedalaman 198,2 – 190,4 tipe Ab2z memiliki ornamen Ornamen stalactite dengan ukuran volume 4755,32 – 162332,90 cm3. Ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 523,81 – 7071,43 cm3. Ornamen Coloumn dengan ukuran volume 9861,74 – 2616114,90 cm3 memiliki. Ornamen Draperies dengan panjang 32 – 74 cm. Ornamen Flowstone dengan ukuran diameter 3,34 - 20,89 cm. Region 3 dengan panjang 968,8 m dan kedalaman 189 -155,6 m tipe Ab3z memiliki Ornamen Stalagtite dengan ukuran volume 2219,15 – 266110,56 cm3 Ornamen Stalagmite dengan ukuran volume 30,55 – 1135357,14 cm3. Ornamen Coloumn dengan ukuran 391,34-8124885,97 cm3, Ornamen Draperies


(4)

dengan ukuran panjang 23-79 cm dan Ornamen Flowstone dengan diameter 4,01 – 96,85 cm.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan maka peneliti menganjurkan saran sebagai bahan masukan bagi pemerintah, masyarakat di sumatera utara, melihat hasil penelitian dan temuan dilapangan gua pintu air merupakan gua yang masih mengalami proses karstifikasi/penglarutan, dengan kondisi tipe fisik lorong gua yang sangat mendukung untuk pengembangan ornamen, dimana gua ini merupakan gua yang masih dalam keadaan baik dan belum terusik sehingga perlu dilakukan pengawan dan penjagaan seperti penetapan sebagai kawasan yang harus dilestarikan keberadaannya. Dimana tanggung jawab kelestarian sebuah ekosistem adalah tanggung jawab semua orang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Andi. 2003. Kekasaran Permukaan Batu Gamping Formasi Tonasa diSulawesi Selatan. Skripsi Program Sarjana Departemen Geografi FMIPA.Universitas Indonesia. Depok.

Bogli, Alfred. 1980. Karst Hydrology and Physical Spleology. Springer-Verlag,Berlin.

Bloom, Arthur L. 1979. Geomorphology A Systematic Analysis of Late Cenozoic Landforms. Prentice-Hall of India Private Limited. New Delhi, India. Darsoprajitno, S. 1988. Penelitian Karstologi dan Pengem bangan

WilayahKawasan Perbukitan Karst Gunung Sewu, Pacitan, Jawa Timur. Puslitbang Geologi. Bandung.

Effendi. 2000. Unit-unit Geomorfologi di Depresi Ci Mandiri. Skripsi ProgramSarjana Departemen Geografi FMIPA. Universitas Indonesia. Depok Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology,

Chapman and Hall, London

Frick, Heinz. 1979. Alat Ukur Tanah dan Penggunaannya. Yayasan Kanisius.Yogyakarta.

GEGAMA, 2007. Diktat DIKLAT GEGAMA 2007, Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gillieson, David. 1996. Caves Processes, Development, Management. BlackwellPublisher.

HIKEPSI.2005. Diktat Caving Kursus Tingkat Dasar dan Lanjutan Teknik Penelusuran Gua dan Lingkungannya. Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia.Bogor.

Howarth, F.G. 1983. Ecology of Cave Arthropods. Ann. Rev. Entomol. 28: 365‐389 http://3dparks.wr.usgs.gov/grba/html2/gb143.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2014 ( 08.30

WIB )

http://www.uwec.edu/jolhm/eh/below/Matt%20Below%20%20GEOG%2036WHAT%20 IS%20KARST.htm. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014 (20.00 WIB).

http://caves.or.id/wp-content/uploads/2013/08/drapery-speleothem-1.jpg. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014 (20.30 WIB)

http://caves.org/grotto/meg/images/cartersp_flowstone1.jpg. Diakses pada tanggal 25 Juni 2014 (21.30)

Jennings, J.N. 1985. Karst Geomorphology. Basil Blackwell. Oxford. Kantor Desa Lau damak Kecamatan Bahorok,2013

Kasri, et.al. 1999. Kawasan Karst di Indonesia Potensi dan Pengelolaan Lingkungannya. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Ko, R.K.T. 1997. Introduksi Karstospeleologi. Indonesian Karst Environment Community. Bogor.

Ko, R.K.T. dan Suyanto. 1999. Ekosistem Kawasan Karst. Makalah Lokakarya Sumber Daya Kawasan Pengelolaan Karst berwawasan Lingkungan. Jakarta.


(6)

Laksmana, Erlangga Esa. 2005. Stasiun Nol Teknik-Teknik Pemetaan dan SurveyHidrologi Gua. Acintyacunyata Speleological Club. Yogyakarta. Lestiadi, H.A.,dkk. 2008. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Karst

Daerah Kabupaten Pemekasan. Pusat Lingkungan Geologi, Badan GeologiBandung

Moore, J.G.W. and Sullivan, G. N. 1978.Speleology- The Study of Caves. Zephyrus Press.Taeneck

Palawa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 1989. Laporan Penelitian Speleologipada Kawasan Kars Daerah Tingkat II Tuban, Jawa Timur. Walhi-Palawa

Rico, Handiman. 1990. Gua Karst Pada Plato Gunung Sewu. Skripsi Program Sarjana Jurusan Geografi FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ritter, D.F. (1978). Process Geomorphology. University at Carbondale. Wm. C. Brown Company Publisher. Lowa, USA.

Samodra, Hanang.2001.Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia, Pengelolaan, dan perlindungannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Sutikno dan Eko Haryono. 2000. Perlindungan Fungsi Kawasan Karst. Makalah Seminar: Perlindungan Penghuni Kawasan Karst Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Datang Terhadap penurunan Fungsi Kualitas Lingkungan, oleh: PSL LEMLIT UNS dan KMNLH, di Surakarta 11 November 2000

Van Zuidam. 1979. Geomorphology and Hydrology.

Wardani, Putri.2008. Morfometri Ornamen Gua ( Speleothem) di Kawasan Kars Buniayu,Sukabumi, Jawa Barat.Skipsi Program Sarjana Departermen Geografi FMIPA. Universitas Indonesia.Depok.

Webster Third New International Dictionary, 1986. Pengertian Kawasan Karst Widjanarko, Sunu. 2005. Pemetaan Gua Sederhana. Yayasan Acintyacunyata

Speleological Club. Yogyakarta.

Widjanarko, Sunu. (2008, Januari 26). Subterra Indonesia - Komunitas Indonesia Pemerhati Caving, Karst dan Speleologi. Proses Terjadinya Speleothem. March 28, 2008.