Kajian Selektivitas Erosi pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

(1)

KAJIAN SELEKTIVITAS EROSI PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET USIA 15 TAHUN DI DESA LAU DAMAK KECAMATAN BAHOROK

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

ACHMAD WILLIAM H. 100301225

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KAJIAN SELEKTIVITAS EROSI PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET USIA 15 TAHUN DI DESA LAU DAMAK KECAMATAN BAHOROK

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

ACHMAD WILLIAM H. 100301225

ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

Nama : Achmad William Halimas NIM : 100301225

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P. ) (Dr.Ir. Mukhlis, M.Si.) NIP. 19590917 198701 1 001 NIP. 19620102 198803 1 004

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc) NIP. 19640620 198903 2 001


(4)

ABSTRAK

Penelitian tentang Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik sampling berdasarkan metode stratified random sampling dengan metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.

Penelitian menganalisis berbagai parameter tingkat kesuburan tanah seperti pH, Tekstur, Kapasitas Tukar Kation (KTK). C-organik, N-total, P-tersedia, K dapat dipertukarkan (K-dd) serta Bulk Density. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tidak terjadi lagi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K. Diperlukan upaya konservasi tanah danair dalam bentuk penutup tanah (cover crop) maupun pembuatan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta terutama unsur hara P dan K.

Kata Kunci: Selektivitas Erosi, Deskriptif, Stratified Random Sampling,


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb. puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.

Adapun judul dari hasil penelitian ini adalah Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul rauf, M.P. Selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Dr. Ir. Mukhlis. M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama menulis hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ……… viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Erosi ... 4

 Proses Terjadinya Erosi ... 4

 Faktor yang Mempengaruhi Erosi... 6

1. Faktor Iklim ... 6

2. Faktor Tanah ... 8

3. Faktor Topografi... 9

4. Faktor Vegetasi ... 11

5. Faktor Manusia ... 12

 Dampak Terjadinya Erosi ………..….. 13

 Metode Perhitungan Erosi Tanah ……… 15

1. Metode Kualitatif ………. 15

2. Metode Kuantitatif ……….. 16

Selektivitas Erosi ……… 16

Sedimentasi………. 17

KARAKTERISIK TANAH DI LAHAN MIRING ……….…………. 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Bahan dan Alat... 20

Metode Penelitian ... 20

 Pengamatan di Lapangan ... 21


(7)

 Parameter Penelitian ... 21

C-Organik ... 21

N-Total ... 21

P-Tersedia ... 21

KTK ... 21

K-Tukar………... 21

pH tanah……….. 22

Tekstur Tanah ………. 22

Bulk Density... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ………...… 23

pH tanah ..………... 23

Fraksi Liat ……….. 23

KTK ………... 24

C-organik ……… 25

N-total ...………. b 26 P-tersedia ……….... 27

K-dd ………….………... 28

Bulk density ……… 29

Pembahasan ………. 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ……….. b 33

Saran ……….... 33

DAFTAR PUSTAKA 34 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Nilai pH Pada Masing-Masing Bagian Lereng………...………..….. 23 2. Nilai Fraksi Liat Pada Ketiga Bagian Lereng ……… 23 3. Nilai KTK Pada Masing-Masing Bagian Lereng ..………..…….. 24 4. Kadar Kandungan C-Organik Pada Masing-Masing

Bagian Lereng ……….………...………… 25

5. Kadar Kandungan N-Total Pada Masing-Masing

Bagian Lereng ……… 26 6. Kadar Kandungan P-Tersedia Pada Masing-Masing

Bagian Lereng………...………... 27 7. Nilai K-Dd Pada Masing-Masing Bagian Lereng ……….………. 28 8. Nilai Bulk Density tanah pada ketiga bagian lereng ………... 29


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Grafik Distribusi Nilai Fraksi Liat Pada Kemiringan Lereng 45o…….…… 24

2. Grafik Distribusi Nilai KTK Pada Kemiringan Lereng 45o….………….… 25 3. Grafik Distribusi Unsur C-Organik Pada Kemiringan Lereng 45o………… 26 4. Grafik Distribusi Unsur N-Total Pada Kemiringan Lereng 45o…….……... 27

5. Grafik Distribusi Unsur P-Tersedia Pada Kemiringan Lereng 45o………… 28 6. Grafik Distribusi Unsur K-Dd Pada Kemiringan Lereng 45o………….….. 29


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Hasil Analisis Tanah Parameter C-Organik, N-Total, P-Tersedia,

K-dd dan KTK ……….. 37 2. Hasil Pengamatan Parameter Tekstur Tanah ………. 37


(11)

ABSTRAK

Penelitian tentang Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik sampling berdasarkan metode stratified random sampling dengan metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.

Penelitian menganalisis berbagai parameter tingkat kesuburan tanah seperti pH, Tekstur, Kapasitas Tukar Kation (KTK). C-organik, N-total, P-tersedia, K dapat dipertukarkan (K-dd) serta Bulk Density. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tidak terjadi lagi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K. Diperlukan upaya konservasi tanah danair dalam bentuk penutup tanah (cover crop) maupun pembuatan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta terutama unsur hara P dan K.

Kata Kunci: Selektivitas Erosi, Deskriptif, Stratified Random Sampling,


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini kemerosotan kualitas sumberdaya tanah semakin meningkat,baik secara mutu maupun jumlahnya.Gejala fisik yang nampak secara jelas adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air menjadi terbatas yang pada akhirnya kemunduran kemampuan lingkungan tidak dapat terhindarkan.Disisi lain ketergantungan manusia sendiri terhadap sumber daya tanah terus meningkat.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemerosotan kualitas sumberdaya tanah, salah satunya dan yang paling berbahaya yaitu erosi.Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan tanah, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Foth, 1995).Erosi sendiri merupakan fungsi dari erosivitas dan

aerodibilitas, dimana pada dasarnya proseserosi adalah akibat interaksi kerja

antara faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi danmanusia terhadap tanah (Wischmeier dan Smith, 1978).

Adanya erosi pada suatu lahan dapat menyebabkan tejadinya degradasi lahan maupun tanah sehingga bahan organik dan unsur hara yang ada pada lapisan permukaan tanah dapat hilang sehingga dapat menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga hasil produksi menurun (Arsyad, 1989).

Padaerosi, terjadi peristiwa selektivitas erosi yaitu fraksi halus dan bahan organikpada tanah yang terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi yang


(13)

lebih kasar, sehingga mengakibatkan kandungan liatsedimen lebih tinggi dari kandungan liat tanah semula, dan tanah yang mengalami erosi teksturnya akan menjadi lebih kasar (Arsyad, 1989).

Nisbah antara kandungan unsur hara dan bahan organik dalam sedimen yang terbawa erosi terhadap kandungan unsur hara dan bahan organik dalam tanahyang tertinggal disebut nisbah pengayaan sedimen. Nisbah pengayaan sedimen sendiri berfungsi sebagai pemberi petunjuk tentang tingkat atau kecepatan pemiskinan tanah yang mana merupakan petunjuk apakah kehilangan unsur hara merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan produktivitas tanah (Arsyad, 1989).

Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab utama dalam terjadinya penurunan produktivitas tanah. Produktivitas tanah yang menurun akan menyebabkan tanaman yang tumbuh diatasnya tidak mendapatkan unsur hara secara optimal, ini menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkanhasil produksi tanaman seperti pada lahan perkebunan karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat.

Desa Lau Damak terletak pada koordinat 3o20’ LU – 3o36’ LU dan 98o36’ BT – 98o59 BTdengan luas daerah 11.190 ha. Luas tanam perkebunan rakyat di Desa iniberjumlah sekitar 9.000 ha, dimana tanaman karet masih menjadi tanaman yang dominan dijumpai.Sebagian besar perkebunan karet yang dimiliki warga berada diatas lahan yang memiliki topografi kemiringan sebesar75%sehingga rentan terhadap terjadinya erosi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji selektivitas erosi pada perkebunan karet rakyat usia 15 tahun di Desa


(14)

Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.Adapun metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jumlah unsur hara yang hilang yang disebabkan oleh erosi pada areal tanaman karet rakyat berumur 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumateta Utara, Medan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia (Kartasapoetra dkk, 1995). Secara umum erosi merupakan fungsi dari iklim, topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas manusia.(Tim Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).

Menurut Arsyad. (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air.

Erosi merupakan suatu proses atau peristiwa yang menyebabkan terlepasnya partikel-partikel tanah sebagai akibat dari tenaga air, angin, ataupun salju dan mengalir menuju daerah yang lebih rendah. Erosi mengakibatkan merosotnya produktivitas tanah, menurunnya daya dukung tanah untuk memproduksi hasil pertanian dan terganggunya nilai keseimbangan lingkungan hidup (Jumin, 2002).

Proses Terjadinya Erosi

Proses erosi diawali dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai akibat dari pukulan air hujanyang mempunyai energi lebih besar


(16)

daripada daya tahan tanah. Hasil hancuran tanah ini (terutama yang halus)akan menyumbat pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah dan mengakibatkan air mengalir dipermukaan yang disebut seabgai limpasan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang dilewatinya. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan bahan hancuran tersebut, maka bahan-bahan ini akan diendapkan. Tahapan ini disebut sebagai deposisi (Rahim, 2000). Dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses terjadinya erosi yaitu diawali dengan penghancuran agregat-agregat tanah, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan (deposisi) (Utomo, 1989).

Erosi tanah dapat terjadi sebagai akibat dari faktor radiasi, angin atau air, dan seringkali karena kombinasi ketiganya.Tanah sangat peka terhadap faktor radiasi, khususnya di daerah yang beriklim kering. Ketika suhu tanah terlalu tinggi atau tanah terlalu kering, misalnya pada saat setelah terjadinya penggundulan vegetasi makakehidupan tanah menjadi terancam, pertumbuhan dan berfungsinya akar tanaman menjadi tidak optimal, dan humus pada lapisan atas tanah akanterurai (Reijntjes dkk, 1999).

Di negara tropis seperti Indonesia,hujan merupakan penyebab utamaterjadinya erosi.Tingkat kerusakan tanah akibat erosi tergantung padaintensitas dan jumlah curah hujan, persentase penutupan tanah oleh vegetasi dan sifat fisik tanah.Periode paling rawan terhadap erosi adalah pada saat pengolahan tanah dan pada awal pertumbuhan tanaman.Pada periode ini sebagian besar permukaan tanah terbuka menyebabkan butir-butir hujan dapat memecah


(17)

bongkah-bongkah tanah menjadi hancur dan mudah terbawa aliran permukaan(Rachmandkk,1990).

Pada saat musim penghujan, permukaan tanah yang liat akan tertutup dikarenakan terpaan air hujan, sedangkan tanah pasir akan kehilangan ikatannya. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan meningkatnya erosi oleh air dan angin (Reijntjes dkk, 1999).

Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin, 2002), yaitu:

a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.

b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.

c.Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel.

Terjadinya erosi tanah sangat tergantung pada sifat-sifat hujan, kemiringan lereng jaringan aliran air, vegetasi serta kemampuan tanah untuk menahan penyebaran (dispersi) air dan selanjutnya menghisapnya dan menginfiltrasikan ke lapisan-lapisan tanah bagian dalam (Kartasapoetra dkk, 1995).

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Erosi 1. Faktor Iklim

Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan, suhu, angin, kelembaban dan radiasi matahari (Scahwab, 1971).Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung.Pengaruh langsung adalah melalui tenaga kinetik air hujan, terutama intensitas dan diameter butiran air hujan.Pada


(18)

hujan yang intensif dan berlangsung dalam waktu pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar dari pada hujan dengan intensitas lebih kecil dengan waktu berlangsungnya hujan lebih lama.Pengaruh iklim tidak langsung ditentukan melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi.Dengan kondisi iklim yang sesuai, vegetasi dapat tumbuh secara optimal.Sebaliknya, pada daerah dengan perubahan iklim besar, misalnya di daerah kering, pertumbuhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya intensitas hujan.Tetapi, sekali hujan turun, intensitas hujan tersebut umumnya sangat tinggi (Asdak, 2002).

Adapun besarnya curah hujan serta intensitas dan distribusi butir hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, dan erosi. Air yang jatuh menimpa tanah-tanah terbuka akanmenyebabkan tanah terdispersi, selanjutnya sebagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah. Banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada kemampuan tanah untuk menyerap air (kapasitas infiltrasi)(Arsyad, 1989). Curah hujan yang jatuh secaralangsung atau tidak langsung dapatmengikis permukaan tanah secaraperlahan dengan pertambahan waktudan akumulasi intensitas hujan tersebutakan mendatangkan erosi(Kiranoto dan Yulistyanto, 2000).

Curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah.Demikian pula bila hujan dengan intensitas tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan


(19)

agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan.Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1989).

Intensitas, besaran dan distribusi curah hujan dapat membantu menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran limpasan serta kerugian yang diakibatkan oleh erosi.Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika kapasitas dan intensitasnya tinggi akandapat mengakibatkan erosi yang serius (Baver, 1956).

Distribusi curah hujan sangat penting dalam hal limpasan dan masalah erosi.Distribusi dalam hal jumlah air yang terdapat di dalam tanah serta jenis dan jumlah tutupan vegetasi yang sangat signifikan. Intensitashujan yang jatuh di tanah yang basah akan memiliki limpasan dan pola erosi yang berbeda dari jenis intensitas hujan yang sama yang jatuh di tanah yang kering (Baver, 1956).

2. Faktor Tanah

Menurut Arsyad (2010), beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah, sedangkan kepekaan tanah terhadap erosi yang menunjukkan mudah atau tidaknya tanah mengalami erosi ditentukan oleh berbagai sifat fisika tanah.

Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan


(20)

tanah.Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda -beda.Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur, terhadap dispersi, dan penghancuran agregat tanah oleh tumpukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2010).

Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara danbahan organik, dan meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah,menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air dalam tanah (Asdak, 2002).

3. Faktor Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng (Hardjowigeno,1993). Topografi ikutberperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh adalah panjang lereng dan kemiringan lereng (Arsyad, 1989).

Topografi merupakan salah satu faktor Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10 %. Kecuraman lereng 100 % sama dengan kecuraman 450. Selain dari memperbesar jumlah aliran


(21)

permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air.Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar (Sinukaban, 1986).

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai.Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian.Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit.Kedudukan lereng juga menentukan besarkecilnya erosi.Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi dari pada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.Daerah tropis dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor (Asdak, 2002).

Supangat, dkk (2003) menyatakan dari beberapa faktor yang mempengharuhi erosi, kelerengan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi dan walaupun faktor lainnya secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya erosi, namun tidak begitu kuat secara sendiri-sendiri. Kelerengan dalam hal ini terdiri dari panjang lereng dan kemiringan lereng.

Karakteristik lereng merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan besaran aliran permukaan dan erosi.Erosi umumnya bukan merupakan masalah pada tanah yang datar.Namun ketika topografi menjadi


(22)

miring, erosi menjadi hal yang serius.Derajat dan panjang lereng merupakan dua hal penting dalam topografi yang berkaitan dengan aliran permukaan dan erosi.Keseragaman lereng adalah hal yang penting dalam menentukan mudah atau sulitnya menentukan praktek pengendalian erosi yang cocok (Baver, 1956). 4. Faktor Vegetasi

Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya:

1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air hujan, sehingga memperkecil erosi. Daun tanaman contohnya daun jagung adalah daun sempurna.Karena bentuknya yang memanjang.Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

2. Pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya.

3. Pengaruh terhadap limpasan permukaan yang dihalangi oleh jenis vegetasi yang tumbuh kokoh dan kuat. Jarak tanam tertentu dapat mengakibatkan laju airlimpasan tertahan.

4. Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah dengan adanya hewan-hewan mikro di dalam tanah membantu menambah kadar bahan organik dalam tanah yang mampu membentuk pori-pori tanah untuk peresapan air hujan yang turun. 5. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi. Pengaruh vegetasi

tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman, perakaran, tinggi tanaman, tajuk, dan tingkat pertumbuhan serta musim.


(23)

Peninjauan terhadap pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan (Soewardjo, 1981).

Intersepsi hujan oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui dua cara yaitu: 1). Mempengaruhi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga dapat mengurangi aliran permukaan dan 2). Mempengaruhi kekuatan perusak butir-butir hujan yang menimpa tanah (Arsyad, 1989).

Adanya vegetasi penutup tanamanyang baik, seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkanpengaruh topografi terhadap erosi.Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan, tetapi juga menghambat pengangkutan partikel tanah (Arsyad, 1989).

5. Faktor Manusia

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari (Arsyad, 2010). Perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan, pembukaan areal lainnya untuk tanaman perladangan, dan lain sebagainya.Maka dengan praktek konservasi tanaman diharapkan dapat mengurangi laju erosi yang terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah,yaitu teknik inventarisasi dan klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu. Untuk menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan diperlukan kajian terhadap empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu berlangsungnya hujan serta faktor-faktor yang berkaitan


(24)

dengan iklim, jumlah dan macam tumbuhan, penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan keadaan kemiringan lereng (Asdak, 2002).

Menurut Kohnke dan Bertrand (1995) erosi yang disebabkan oleh tindakan manusia disebut dengan erosi dipercepat.Jenis erosi ini yang dapat merusak keseimbangan antara proses pembentukan dan pengikisan tanah. Tindakan-tindakan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya erosi dipercepat antara lain: 1. Pengolahan tanah yang berlebihan, sehingga tanah mudah terdispersi,

2. Sistem penanaman yang mengakibatkan tanah terbuka sebelum penutupan dapat dicapai oleh pertumbuhan tajuk,

3. Penyiangan yang berulang-ulang sehingga menyebabkan tanah mudah lepas dan terdispersi oleh pukulan-pukulan air hujan.

Dampak Terjadinya Erosi

Menurut Utomo (1989) erosi menyebabkan rejadinya penurunan produktivitas tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain:

1. penurunan kandungan bahan organik, 2. penurunan kandungan dan ketersediannya, 3. adanya kekurangan air.

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di tempat lain. Dengan demikian maka kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di dua tempat yaitu, pada tanah tempat erosi yang terjadi dan pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan (Arsyad, 1989).


(25)

Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah, misalnya kehilangan unsur hara dan bahan organik serta memburuknya sifat-sifat fisik, sifat fisik yang buruk tersebut tercermin pada menurunnya kapasitasinfiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya pemantapan struktur tanah, yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktikitas (Arsyad, 1989).

Hal ini disebabkan oleh karena lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm mempunyai sifat-sifat kimia dan fisik lebih baik dari lapisan lebih bawah.peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi (Arsyad, 1989).

Erosi mempunyai dampak yang sangat luas.Kerusakan dan kerugian tidak hanya dialami didaerah dimana erosi itu terjadi (daerah hulu), tetapi juga oleh daerah yang dilewati aliran endapan (daerah tengah), dan dibagian hilir.Secara spesifik kerugian akibat erosi didaerah hulu antara lain mengakibatkan menurunnya kualitas lahan pertanian, perkebunan, dan ladang penggembalaan. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya produktivitas lahan-lahan tersebut yang berarti juga akan terjadi peningkatan biaya untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, yang mana apabila tidak segera dipulihkan maka dampaknya dapat meluas seperti terjadinya banjir dan kekeringan (Rahim, 2000).

Perpindahan tanah dari satu tempat menuju ke tempatlain yang disebabkan oleh erosi dapat menimbulkanbeberapa dampak yang tidak diinginkan karena di tempat asal tanah tersebut, perpindahan/pengikisannya akan membuat tanah lebih terbuka dan unsurhara yang dibutuhkan oleh tanaman hilang karena sebagian


(26)

besar zat/nutrisi telah terkikis. Sedangkan pada tempat di mana tanah hasil pengikisan berhentidan mengendap sebagai sedimen, menimbulkan beberapa akibat yang salah satunya adalah terganggunya saluran-saluran air dan jika terjadi di sungaisungai ataupun di waduk-waduk maka hal itu akan mengganggu

penyediaan air bersih yang bersumber dari air permukaan (Hardjowigeno dan Rukmana, 1995).

Erosi tanah dapat menyebabkan tanah yang tadinya sangat subur berubah menjadi tidak subur dikarenakan mineral-mineral yang dikandung tanah tersebut telah tererosi, dimana unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman telah hilang. Hal ini juga berarti bahwa, aliran permukaan dan limpasan permukaan pada bidang permukaan tanah sebagai bentuk dari erosi permukaan sangat berpengaruh terhadap salah satu bentuk hilangnya kandungan unsur hara pada tanah, oleh karena aliran permukaan dan limpasan permukaan sangat berperan terhadap proses timbulnya erosi permukaan (Noor, 2006).

Metode Perhitungan Erosi Tanah

Pengukuran besarnya tingkat erosi dapat dilakukan dengan beberapa metoda yaitu mengukur perubahan permukaan tanah, dan mengukur banhyaknya tanah yang terbawa oleh air dari suatu areal yang tererosi. Pengukuran erosi dengan mengukur banyaknya tanah yang terbawa oleh aliran permukaan dapat dilakukan dengan kotak penampungan tanah erosi, petak percobaan lapangan, pengukuran kandungan suatu DAS. Pengukuran erosi dengan mengukur perubahan permukaan tanah dapat dilakukan dengan tongkat pengukur, survei tanah dan teknologi penginderaan jarak jauh (Arsyad, 2010).


(27)

Beberapa peneliti telah mendapatkan beberapa metode untuk menghitung besarnya nilai erosi tanah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif (berdasarkan sidfat fisik tanah seperti tekstur, permeabilitas, stabilitas agregat serta kandungan bahan organic yang terdapat di dalam tanah) (Banuwa, 2013). 1. Metode Kualitatif

Pengukuran erosi secara kualitatif untuk mengetahui ada atau tidak adanya tanah yang hilang terbawa erosi. Salah satu erosi kualitatif yaitu selektivitas erosi. Menurut Arsyad (2010) menyatakan dimana terjadi pengankutan fraksi liat dahulu daripada fraksi pasir sehingga di kandungan sedimen fraksi liat lebih banyak. Metode perhitungan secara kualitatif bergantung kepada 5 parameter yaitu: arah lereng (aspek), kemiringan lereng (slope gradient), kerapatan sungai (drainage density), jenis tanah (soil type) dan penutupan atau penggunaan lahan (landcover/landuse)(Harjadi, B. 2010).

2. Metode kuantitatif

Dalam penggunaan metode kuantitatif diperlukan peta variasi dari beberapa faktor tanaman, tanah dan iklim. Beberapa parameter tanaman yang dikumpulkan dari lapangan atau dengan menggunakan tabel antara lain: nilai faktor pengelolaan tanaman (C), persentase konstribusi hujan permanen dalam bentuk intersepsi dan aliran batang (A),evapotranspirasi aktual dan potensial (ETEo) (Harjadi, B. 2010).

Arsyad (2010) menyatakan Pengukuran erosi dengan metode kuantitatif biasanya digunakan untuk megetahui besarnya tanah yang terangkut oleh erosi dalam satu areal. Dalam penggunaan metode kuantitatif diperlukan peta variasi dari beberapa faktor tanaman, tanah dan iklim. Beberapa parameter tanah yang


(28)

dikumpulkan dari lapangan atau dengan menggunakan tabel antara lain: kelembaban tanah (MS), bobot jenis tanah (BD), indeks erodibilitas (K) (Harjadi, B. 2010).

Selektivitas Erosi

Erosi akan bersifat selektif pada partikel-partikel halus apabila erosi yang terjadi kecil, dan tidak bersifat selektif apabila erosi yang terjadi besar. Selektivitas erosi terjadi akibat adanya keterbatasan energi pada aliran permukaan.Adapun jarak tempuh partikel tanah yang tererosi tergantung pada ukuran berat, bentuk dan kecepatan alirannya.Sifat selektif pada kejadian erosi sangat berperan dalam menurunkan kualitas lahan (Banuwa, 2013).

Dalam peristiwa erosi, terjadi peristiwa selektivitas antara fraksi halus tanah yang akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar, sehingga kandungan liat sedimen lebih tinggi dari kandungan liat tanah semula. Proses iniberhubungan dengan daya angkut aliran permukaan terhadap butir-butir tanah yang berbeda dengan beratjenisnya. Kejadian ini disebut selektivitas erosi, dan tanah yang telah mengalami erosi teksturnya akan menjadi lebih kasar (Arsyad, 1989).

Erosi lebih selektif pada partikel yang lebih halus (liat). Pada umumnya energi aliran permukaan akan menurun apabila terdapat hambatan seperti adanya tindakan konservasi tanah, permukaan yang kasar atau sisa-sisa tanaman di permukaan tanah. Oleh karena itu teknik pengelolaan tanah dan tanaman yang dapat menurunkan energi aliran permukaan dapat meningkatkan selektivitas erosi dan sekaligus akan menurunkan jumlah tanah tererosi (Henny dkk, 2011).


(29)

Hasil penelitian Henny dkk (2011) bahwa tingginya kandungan liat yang ada di dalam sedimen pada pertanaman kentang dengan beberapa sistem guludan menunjukkan bahwa erosi lebih selektif pada partikel yang lebih halus (liat) yang diikuti oleh tingginya konsentrasi C-organik dan unsur hara (N,P,K). Hal ini disebabkan karena bahan organik dan unsur hara umumnya terjerap pada partikel halus seperti liat dan koloid.

Sedimentasi

Foster dan Meyer (1977) berpendapat bahwa erosi sebagai penyebab timbulnya sedimentasi yang disebabkan oleh air terutama meliputi proses pelepasan (detachment), penghanyutan (transportation), dan pengendapan

(depotition) daripartikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan air hujan dan

aliran air.

Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi yang terbawa oleh suatu aliran akan diendapkan padapengendapan,adalah proses yang bertanggung jawab atas terbentuknya dataran-dataran aluvial yang luas di dunia inimerupakan pendukung perkembangan pertanian. Akan tetapi bagaimanapun juga, sedimen yang dihasilkan oleh tererosinya secara hebat tanah-tanah yang salah kelola lebih banyak menimbulkan malapetaka ekosistem atau pemukiman yang menjadi tempat sedimen terendapkan (Arsyad, 1989).

Proses pengangkutan sedimen(sediment transport) dapat diuraikan meliputi tiga proses sebagai berikut:

1.Pukulan air hujan (rainfall detachment) terhadap bahan sedimen yang terdapat diatastanah sebagai hasil dari erosi percikan(splash erosion) dapat


(30)

menggerakkan partikel-partikel tanahtersebutdan akanterangkutbersama-samalimpasanpermukaan(overland flow).

2.Limpasan permukaan (overland flow) juga mengangkat bahan sedimen yang terdapatdi permukaan tanah, selanjutnya dihanyutkan masuk kedalam

alur-alur(rills), danseterusnya masuk kedalam selokan dan akhirnya ke sungai.

3.Pengendapan sedimen, terjadi pada saat kecepatan aliran yang dapat mengangkat (pick up velocity) dan mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan pengendapan(settling velocity) yang dipengaruhi oleh besarnya partikel-partikel sedimen dankecepatan aliran. Konsentrasi sedimen yang terkandung pada pengangkutan sedimen adalah darihasil erosi total(gross

erosion) merupakan jumlah dari erosi permukaan (interillerosion) dengan erosi

alur (rill erosion) (Foster, dkk. 1977).

KARAKTERISTIK TANAH DI LAHAN MIRING

Kemiringan lahan atau land slope merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena lahan yang mamiliki kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak.Besarnya derajat kemiringan lahan dapat dikatakan sebanding dengan pertambahan tingkat bahaya erosi (Kartasapoetra, dkk. 1995).

Kemiringan dari suatu lereng dapat mencirikan bentuk dan sifat dari sautu tanah, serta menunjukkan besaran jumlah aliran permukaan. Seperti yang dikemukakan oleh Arsyad (1989) bahwa selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya suatu lereng juga dapat memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air.


(31)

Pada tanah yang mempunyai kemiringan, erosi berlangsung terhadap lapisan tanah permukaan/atas yang berakibat terkikis dan terhanyutkannya bagian bagian tanah ini akan terhanyutkan pula sejumlah besar zat hara yang merupakan makanan bagi tanaman. Tanah tanah yang telah terkikis tersebut selanjutnya terangkut oleh aliran air permukaan pada dataran dataran tertentu dan akan diendapkan pada kaki kaki bukit. (Kartasapoetra, 1989).

Menurut Kartasapoetra (1989) kemiringan lereng atau slope pengaruhnya terutama dapat berlangsung terhadap:

1. perbandingan infiltrasi dan aliran air permukaan. Pada tanah dengan keadaan yang tidak terlalu miring, (lerengnya tidak begitu curam) maka lajunya air dipermukaan akan berkurang (tidak terlalu cepat) terutama jika kondisi tanahnya bergelombang, maka kesempatan air dipermukaan untuk berinfiltrasi lebih besar sehingga runoff tidak terlalu membahayakan karena dayakikis dan daya angkutnya berkurang.

2. kecepatan aliran permukaan. Pada tanah yang curam (berkemiringan besar) dan tidak bergelombang serta tidak bervegetasi rapat dan tidak adabatu bauan yang menonjol, lajunya aliran air dipermukaan tanah akan semakin cepa dengan daya kikis serta daya penghanyutan yang besar.


(32)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014 dengan 2 tahap kegiatan, yaitu kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Tahapan kegiatan lapangan dilakukandi Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat dengan menghasilkan sampel tanah yang selanjutnya dianalisis di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning

System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, bor tanah sebagai alat

untuk mengambil sampel tanah terganggu, ring sampel tanah sebagai alat untuk mengambil sampel tanah tidak terganggu, kantong plastik dan karet gelang sebagai alat wadah sampel tanah, pisau untuk membantu pengambilan contoh tanah., alat tulis, dan kertas label untuk memberi nama sampel.

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya adalah contoh tanah lahan budidaya tanaman Karetusia 15 tahun.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode deskriptif dengan melakukan survey dilapangan. Teknik sampling berdasarkan metode stratified random sampling, dimana pengambilan contoh tanah sekuen bergerak dari dataran tinggisampai ke dataran rendah dimana diperkirakan sifat


(33)

tanahnya berbedaberdasarkan perubahan ketinggian tempat. Dengan pengambilan contoh terstrataberdasarkan ketinggian tempat, maka hasil analisis tanah yang diperolehdiharapkan dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya.Titik sampling dalam strata harus dipilih secara sistematis (Mason, 1992).

Pengamatan di Lapangan

Kegiatan lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah.Sampel tanah diambil dari 3 (tiga) bagian lereng yang berbeda yaitu pada bagian puncak atau atas lereng, pada bagian tengah lereng, dan pada bagian bawah lereng.Kemudian tanah dikering udarakan dan diayak dengan ayakan tanah ukuran 10 mesh.

Untuk pengamatan sifat fisik dan kimia tanah maka diperlukan dua macam contoh tanah, 1) contoh tanah tak terganggu, diambil dengan menggunakan ring sample, 2) contoh tanah terganggu, diambil dengan menggunakan bor tanah.  Analisis Laboratorium

Sampel tanah yang di dapatkan dilapangan selanjutnya dianalisis dilaboratorium untuk mendapatkan data pengamatan.

Parameter Pengamatan

- C-organik (%), dengan metode Walkley & Black. - N-total (%) dengan metode Kjeldhal

- P-tersedia (ppm) dengan metode Bray II

- Kapasitas Tukar Kation, dengan menggunakan metode ekstraksi NH4oAc 1 N pH 7.

- K-tukar dengan metode ekstraksi NH4oAc1 N pH 7 dan diukur dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (AAS).


(34)

- pH tanah, dengan metode elektrometri. - Fraksi liat, dengan metode Hydrometer. - Bulk Densiti, dengan metode tabung silinder.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL pH

Hasil pengamatan nilai pH pada masing-masing contoh tanah yang diambil pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Nilai pH tanah pada ketiga bagian lereng beserta rataannya.

Bagian lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 4,19 4,33 4,64 4,38

Tengah 5,4 4,09 3,5 4,33

Bawah 4,92 6,22 4,64 5,26

Dari tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai pH yang tertinggi berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 5,26 sedangkan nilai pH yang terendah yaitu pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 4,33. Fraksi Liat

Dari hasil analisis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa nilai rataan fraksi liat yang tertinggi berada pada bagian tengah lereng dan yang terendah berada pada bagian bawah lereng.Hasil pengamatan fraksi liat pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) setelah dirata-ratakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Nilai fraksi liat pada masing-masing bagian lereng.

Bagian Lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 34% 40% 32% 35,33% Tengah 40% 28% 48% 38,66% Bawah 20% 16% 16% 17,33%


(36)

Berdasarkan Tabel 2, nilai rataan tertinggi fraksi liat berada pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 38,66%. Dan nilai rataan terendah berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 17,33%.

Grafik distribusi nilai fraksi liat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik distribusi nilai fraksi liat pada kemiringan lereng 45o KTK

Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan KTK yang tertinggi berada pada bagian tengah lereng dan yang terendah berada pada bagian bawah lereng.Hasil pengamatan rata-rata nilai KTK pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Nilai KTK pada masing-masing bagian lereng. Bagian

Lereng

Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 20,39 me/100g 18,01 me/100g 18,94 me/100g 19,113 me/100g Tengah 22,91 me/100g 18,03 me/100g 16,91 me/100g 19,283 me/100g Bawah 19,03 me/100g 14,43 me/100g 18,65 me/100g 17,370 me/100g Berdasarkan Tabel 3, persentase nilai KTK tertinggi berada di bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 19,283 me/100g dan yang terendah yaitu pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 17,370 me/100g.

0 10 20 30 40 50

Atas Tengah Bawah

Li

a

t

(%

)


(37)

Grafik distribusi nilai KTK dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik distribusi nilai KTK pada kemiringan lereng 45o C – Organik

Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan kadar C-organik dilahan tersebut yang tertinggi yaitu pada bagian atas lereng, dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan jumlah persentase rata-rata kadar C-organik pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Kadar C-organik pada masing-masing bagian lereng.

Bagian Lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 2,31% 1,49% 2,07% 1,956% Tengah 0,66% 1,49% 1,03% 1,060% Bawah 0,98% 0,79% 1,28% 1,016%

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa persentase kadar C-organik yang tertinggi terletak pada bagian atas lereng dengan nilai rataan sebesar 1,956% dan yang terkecil terdapat pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 1,016%. 16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5

atas tengah baawah

K T K ( m e/1 0 0 g ) lereng


(38)

Grafik distribusi kadar C-organik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik distribusi kadar C-organik pada kemiringan lereng 45o N-Total

Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan kadar N-total dilahan tersebut yang tertinggi yaitu pada bagian atas lereng dan yang terendah pada bagian bawah lereng. Hasil pengamatan jumlah persentase rata-rata kadar N-total pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.Kadar N-total pada masing-masing bagian lereng.

Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa persentase kadar N-total yang tertinggi berada dibagian atas lereng dengan nilai rataan sebesar 0,140% dan yang terendah berada dibagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,083%.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

atas tengah bawah

C

-Or

g

a

nik

(

%

)

Lereng

Bagian Lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 0,15% 0,12% 0,15% 0,140% Tengah 0,07% 0,11% 0,08% 0,086% Bawah 0,07% 0,08% 0,10% 0,083%


(39)

Grafik distribusi kadar N-total dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik distribusi kadar N-total pada kemiringan lereng 45o P-Tersedia

Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rata-ratakadarP-tersedia pada lahan tersebut yang tertinggi berada pada bagian bawah lereng. Sedangkan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan rata-rata kadar P-tersedia pada ketiga bagian lereng (atas tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Kadar P-tersedia pada masing-masing bagianlereng.

Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa persentase kadarP-tersedia tertinggi berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 7,903 ppm dan yang terendah berada di bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 2,640 ppm.

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16

atas tengah bawah

N T ot a l ( % ) lereng

Bagian Lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 4,41 ppm 5,01 ppm 5,25 ppm 4,890 ppm Tengah 3,10 ppm 2,91 ppm 1,91 ppm 2,640 ppm Bawah 6,78 ppm 11,85 ppm 5,08 ppm 7,903 ppm


(40)

Grafik distribusi kadar P-tersedia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik distribusi kadar P-tersedia pada kemiringan lereng 45o K-dd

Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan K-dd yang tertinggi berada pada bagian bawah lereng dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan rata-rata kadar K-dd pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Nilai K-dd pada masing-masing bagian lereng.

Bagian Lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 0,39 me/100g 0,34 me/100g 0,31 me/100g 0,346 me/100g Tengah 0,27 me/100g 0,27 me/100g 0,24 me/100g 0,260 me/100g Bawah 0,41 me/100g 0,33 me/100g 0,26 me/100g 0,366 me/100g Berdasarkan Tabel 7 persentase nilai K-dd tertinggi berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,366 me/100g dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,260 me/100g.

0 2 4 6 8 10

atas tengah bawah

P

-t

e

rs

e

dia

(

ppm

)


(41)

Grafik distribusi nilaiK-dd dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik distribusi nilai K-dd pada kemiringan lereng 45o Bulk Density

Hasil pengamatan nilai bulk density tanah pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) setelah dirata-ratakan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Nilai Bulk Density tanah pada ketiga bagian lereng.

Bagian lereng Ulangan Rataan

1 2 3

Atas 1,258 g/cm3 1,258 g/cm3 1,256 g/cm3 1,257 g/cm3 Tengah 1,258 g/cm3 1,267 g/cm3 1,261 g/cm3 1,262 g/cm3 Bawah 1,267 g/cm3 1,256 g/cm3 1,263 g/cm3 1,262 g/cm3

Pembahasan

Pada erosi yang bersifat selektif, konsentrasi unsur hara yang ada di dalam sedimen biasanya akan meningkat dengan menurunnya jumlah tanah yang tererosi. Namun hasil yang diperoleh menunjukkan lebih tingginya nilai fraksi liat, unsur hara N dan C-organik pada bagian atas lereng dibandingkan pada bagian bawah lereng. Hal ini disebabkan karena bahan organik dan unsur hara umumnya terjerap pada partikel halus seperti liat. Henny (2008) menyatakan bahwa kandungan liat yang ada di dalam sedimen seharusnya lebih tinggi

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

atas tengah bawah

K -dd (m e /1 0 0 g ) lereng


(42)

dikarenakan lebih selektifnya erosi, diikuti oleh tingginya konsentrasi C-organik dan unsur hara (N, P, K) di dalam sedimen. Implikasi dari selektivitas erosi sendiri adalah bahwa tanah yang mengalami erosi akan menjadi miskin kandungan unsur hara dan bahan organiknya, yang mengakibatkan produksi suatu lahan akan rendah (Banuwa, 2013).

Pada lahan berkemiringan lereng yang cukup curam seperti pada areal lahan penelitian, memungkinkan untuk terjadinya limpasan permukaan dengan kecepatan ntinggi, sehingga peluang terjadinya selektivitas erosi menjadi rendah. Dariah dkk (2003) menyatajan bahwa limpasan permukaan pada lahan berlereng curam umumnya terjadi dengan kecepatan tinggi. Peluang terjadinya selektivitas erosi juga menjadi rendah bila limpasan permukaan terjadi dengan kecepatan tinggi. Hal ini diakibatkan oleh energi limpasan permukaan yang menjadi besar.

Pada parameter pH diketahui nilai rataan pH tertinggi terdapat pada lereng bawah yaitu 5,26 sedangkan terendah di lereng tengah yaitu 4,33. Pada hasil analisis tejadi peningkatan pH di lereng bagian bawah. Hal ini dikarenakan erosi mengangkut partikel-partikel tanah dari lereng bagian tengah ke lereng bagian bawah yang terdapat kation-kation basa seperti Ca, dan Mg sehingga menyebabkan peningkatan pH di lereng bagian bawah.

Berdasarkan hasil pengamatan nilai pH tanah yang tersaji pada Tabel 1, memperlihatkan bahwa pH tanah di lokasi penelitian tergolong rendah sampai sedang (3,5 - 6,22). Pada karakteristik nilai pH tanah yang rendah perlu dilakukan upaya perbaikan dengan melakukan pengapuran pada lahan.Efek dari pengapuran ini menurut Buckman dan Brady (1982) memberikan efek fisik, kimia, dan biologi. Efek fisik, yaitu meningkatkan pembutiran (granulasi), efek terhadap


(43)

gaya biotik terutama yang ada hubungannya dengan dekomposisi bahan organik tanah dan sintesa humus. Dalam hubungan ini efek menstimulasi kapur terhadap tumbuh-tumbuhan berakar dalam, tidak dapat diabaikan.

fraksi liat yang tersaji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terjadi selektivitas erosi di lahan budidaya karet tersebut disebabkan nilai fraksi liat yang lebih tinggi pada bagian atas lereng dibandingkan dengan bagian bawah lereng. Hal ini disebabkan jika terjadi peristiwa erosi, maka fraksi halus tanah (liat)akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar, sehingga kandungan liat pada bagian bawah lereng akan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan liat tanah yang ada di atasnya. Dariah dkk (2003) menyatakanbahwa apabila selektivitas erosi terjadi, maka liat yang banyak mengikat unsur hara akan lebih banyak terangkut dan Arsyad (1989) bahwasannya dalam peristiwa erosi, fraksi halus tanah akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar, sehingga kandungan liat sedimen lebih tinggi dari kandungan liat tanah semula. Proses ini berhubungan dengan daya angkut aliran permukaan terhadap butir-butir tanah yang berbeda dengan berat jenisnya.

Semua contoh sampel tanah tergolong bertekstur sedang sampai kasar.Hal itu menunjukkan bahwa di daerah penelitian tersebut tidak terjadi selektivitas erosi karena banyak ditemukan adanya agregat dan tanah-tanah bertekstur pasir. Hal ini didukung oleh banyaknya kandungan liat dan bahan organik yang mampu berperan sebagai bahan perekat pada tanah.

Meskipun tingkat kemiringan lereng yang tergolong curam, akan tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai selektivitas erosi. Hal ini terjadi karena lahan budidaya karet memiliki struktur vegetasi yang berlapis


(44)

dimana air hujan yang jatuh tidak langsung mengenai permukaan tanah akan tetapi tertahan lebih awal pada bagian atas pohon karet, sampai jatuh kepermukaan juga masih tertahan oleh serasah. Dalam disertasi Arsyad (2010) mengemukakan bahwa lapisan tajuk dapat menahan dan mematahkan daya rusak setiap tetesan air hujan yang mengenai bagian-bagian pohon sehingga setiap butir air hujan akan berinteraksi dengan permukaan tanah pada kondisi daya rusak yang lebih kecil.

Dari hasil analisis unsur P yang tersaji pada tabel 6 memperlihatkan bahwa pada bagian bawah lereng mengalami pertambahan unsure hara P. Hal ini menunjukkan terjadinya erosi yang dipercepat. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya erosi yang terjadi sehingga mengangkut unsur P dari lereng tengah ke lereng bawah. Dalam penelitian nurmi (2012) menyatakan unsur P yang terangkut diduga karena banyaknya ion fosfat yang terbawa oleh erosi, mengingat anion fosfat terikat kuat oleh matriks tanah.

Dari hasil analisis Bulk Density yang tersaji pada Tabel 8,nilai bulk density tanah sebesar 1,26 g/cm3 memperlihatkan bahwa tanah tergolong bertekstur liat (Hanafiah, 2005) sehingga tingkat kepadatan tanah tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa semakin padat suatu tanah, maka nilai Bulk density tanah tersebut juga akan semakin tinggi. Artinya tanah tersebut akan semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pada umumnya nilai Bulk density berkisar pada nilai 1,1-1,6g/cc.

Pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tidak terjadi


(45)

selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat sehingga diperlukan upaya konservasi pada areal lahan tersebut. Banuwa (2013) menyatakan bahwa pada prinsipnya upaya untuk mencegah dan memperkecil erosi yang terjadi adalah dengan menutup permukaan tanah serapat mungkin, baik oleh tajuk tanaman secara bertingkat maupun serasah yang ada di lantai lahan dan memperbanyak air yang masuk kedalam tanah, dengan demikian aliran permukaan yang terjadi kecil dan dengan kekuatan yang tidak merusak.

Pada kondisi lahan yang miring diperlukan adanya tindakan konservasi tanah untuk memperkecil banyaknya tanah yang hilang pada lapisan atas (top soil) akibat terbawa oleh aliran permukaan. Hasil penelitian Erfandi dan Umi (2011) menyatakan teknik konservasi tanah dapat menurunkan erosi dan aliran permukaan sehingga lapisan atas tanah (top soil) yang banyak mengandung bahan organik tidak banyak yang hilang sehingga agregasi tanah dapat lebih terjaga dan Sugiono (2007) bahwa perlakuan teknik konservasi seperti pemberian bahan organik dan pupuk kandang pada tanah dapat menahan laju aliran permukaan dilahan miring.

Pemberian bahan organik merupakan salah satu teknik konservasi yang dapat dilakukan disebabkan kandungan bahan organik yang mudah mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Didjajani (2012) yang menyatakan penurunan kandungan bahan organik disebabkan oleh erosi dan percepatan dekomposisi bahan organik oleh aktivitas budidaya dan Primadani (2008) bahwa bahan organik dapat mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan sifat fisik tanah dan menurunkan kepekaan terhadap erosi.


(46)

Berdasarkan hasil analisis dari berbagai parameter, pada lahan budidaya tanaman karet usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok tidak terjadi selektivitas erosi. Namun terjadinya peningkatan unsur hara terutama P dan K pada bagian bawah lereng. Hal ini mengindikasikan terjadinya erosi yang dipercepat. Menurut Banuwa (2013) erosi dipercepat merupakan proses pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan akibat tindakan manusia yang mengganggu keseimbangan antara pembentukan dan pengangkutan tanah.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tidak terjadi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K.

Saran

Diperlukan upaya konservasi tanah dan air dalam bentuk penutup tanah (cover crop) atau pembutan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.

Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunbaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, inc: New York

Banuwa, I. S. 2013.Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta

Dariah, A., Fahmuddin. A., Sitanala. A., Sudarsono dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan Pada Lahan Pertanbian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Teknologi Pengelolaan DAS Vol. IX no. 2 Tahun 2003 hal 52-60. Bogor

Didjajani, B., W. 2012. Kehilangan Hara Akibat Erosi (Studi Kasus di Tegakan Jati). Agrovigor Vol. 5 No.1 Maret 2012: 58-64

Erfandi, D dan Umi Haryati.2011. Teknik Konservasi Tanah Untuk Pengendalian Erosi dan Kehilangan Hara Serta Efisiensi Energi di Lahan Budidaya Sayuran Dataran Tinggi.Balai Penelitian Tanah Bogor

Foster, G.R., and L.D. Meyer. 1977. Soil erosion and sedimentation by water-An overview. Proc. National Symposium on Soil Erosion and Sedimentation

by Water. ASAE Publication 4-77, Amer. Sot. of Agr. Eng., St. Joseph,

Mich. p. I-13.

Foster, G.R., L.D. Meyer, and C.A. Onstad. 1977. An erosion equation derived

from basic erosion principles. Trans. Amer. Sot. Agr. Eng. 20:678-682

Foth H.D., 1995, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., R.R Lukiwati., R.Srimulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hanafiah, A., K. 2005. Dasar-Dsar Ilmu Tanah.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(49)

Harjadi, B. 2010.Analisis Sumber Erosi dan Sedimentasi di DTW Kedung Ombo Dengan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis.Balai Penelitian Kehutanan Solo. Solo

Henny, H., K. Murtilaksono, N. Sinukaban, S.D. Tarigan.2011. Erosi dan Kehilangan Hara Pada Pertanaman Kentang Dengan Beberapa Sistem Guludan Pada Andisol di Hulu DAS Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi. Vol. VIII No.2 Juli 2011: 43-52

Hardjowigeno, S dan S. Rukmana. 1995. Menentukan Tingkat Bahaya Erosi.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Akademika Pressindo. Jakarta Jumin, H.B., 2002. Agronomi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 1995. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.

Kiranoto, B.A. dan Yulistiyanto.B.,2000.Diktat Kuliah HidraulikaTransfor Sedimen.PPS-Teknik Sipil.Yogyakarta.

Kohnke, H.,.and A.R. Bertrand. 1995. Soil Conservation. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.

Mason, B.J. 1992. Preparation of soil sampling protocols: Sampling techniques

and strategies.Environmental Research CenterUniversity of Nevada-Las

Vegas. Las Vegas, Nevada.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu Jakarata Barat UIEU-University Press. Yogyakarta

Nurhayati, L. 2013. Pengaruh Erosi Terhadap Produktivitas Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012. Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS. Surakarta

Nurmi, 2012. Nisbah Pengkayaan Sedimen dan Erosi Tanah Pada Tanaman Jagung. Universitas Gorontalo. Gorontalo

Primadani, P. 2008. Pemetaan Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Rahim S.E, 2000, Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.


(50)

Rachman, A., A. Abdurachman, U. Haryati, S. Sukmana. 1990.Hasil Hijauan Legum, Panen Tanaman Pangan dan Pembentukan Teras Dalam SistemPertanaman Lorong.Risalah Pembahasan Hasil Pertanian Lahan Kering danKonservasi Tanah, Salatiga.

Reijntjes C., B. Haverkort, A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan-Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah.Kanisius.Yogyakarta.

Scahwab, G.O. 1971. Soil and Water Engineering.John Wiley and Sons, Inc. New York.

Sinukaban, N. 1986.Dasar-Dasar konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Soewardjo.1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Semusim.Thesis FPS-IPB, Bogor.

Sugiono. 2007. Evaluasi Status Hara N,P,K dan C-Organik yang Terangkut Oleh Erosi Akibat Penerapan Berbagai Teknik Mulsa Vertikal di Lahan Miring Pada Pertanaman Jeruk (Citrus sinensis) di Desa Rumah Galuh Kec. Sei Bingai Kab.Langkat.Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Penerbit Andi. Yogyakarta Tim Peneliti BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan

Air.Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan TeknologiPengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDASIBB). Surakarta

Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. CV.Rajawali. Jakarta.

Wischmeier W.H., and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses: Aguide to Conservation Planning. USDA Handbook No. 537. Washington DC.


(51)

Lampiran 1.Hasil analisis tanah parameter C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd dan KTK.

No. Lereng Parameter

C-Organik

N-Total

P-Tersedia (ppm)

K-dd (me/100g)

KTK (me/100g)

1. Atas 2,31 0,15 4,41 0,39 20,39

2. Tengah 0,66 0,07 3,10 0,27 22,91

3. Bawah 0,98 0,07 6,78 0,41 19,03

4. Atas 1,49 0,12 5,01 0,34 18,01

5. Tengah 1,49 0,11 2,91 0,27 18,03

6. Bawah 0,79 0,08 11,85 0,33 14,43

7. Atas 2,07 0,15 5,25 0,31 18,94

8. Tengah 1,03 0,08 1,91 0,24 16,91

9. Bawah 1,28 0,10 5,08 0,26 18,65

Lampiran 2.Hasil Pengamatan Parameter Tekstur Tanah. Bagian

lereng

% kandungan Testur Tanah

Pasir Debu Liat

Atas 46 18,66 35,33 Lempung liat berpasir

Tengah 45,33 16 38,66 Liat berpasir


(1)

Berdasarkan hasil analisis dari berbagai parameter, pada lahan budidaya tanaman karet usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok tidak terjadi selektivitas erosi. Namun terjadinya peningkatan unsur hara terutama P dan K pada bagian bawah lereng. Hal ini mengindikasikan terjadinya erosi yang dipercepat. Menurut Banuwa (2013) erosi dipercepat merupakan proses pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan akibat tindakan manusia yang mengganggu keseimbangan antara pembentukan dan pengangkutan tanah.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tidak terjadi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K.

Saran

Diperlukan upaya konservasi tanah dan air dalam bentuk penutup tanah (cover crop) atau pembutan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.

Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunbaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, inc: New York Banuwa, I. S. 2013.Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta

Dariah, A., Fahmuddin. A., Sitanala. A., Sudarsono dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan Pada Lahan Pertanbian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Teknologi Pengelolaan DAS Vol. IX no. 2 Tahun 2003 hal 52-60. Bogor

Didjajani, B., W. 2012. Kehilangan Hara Akibat Erosi (Studi Kasus di Tegakan Jati). Agrovigor Vol. 5 No.1 Maret 2012: 58-64

Erfandi, D dan Umi Haryati.2011. Teknik Konservasi Tanah Untuk Pengendalian Erosi dan Kehilangan Hara Serta Efisiensi Energi di Lahan Budidaya Sayuran Dataran Tinggi.Balai Penelitian Tanah Bogor

Foster, G.R., and L.D. Meyer. 1977. Soil erosion and sedimentation by water-An overview. Proc. National Symposium on Soil Erosion and Sedimentation

by Water. ASAE Publication 4-77, Amer. Sot. of Agr. Eng., St. Joseph,

Mich. p. I-13.

Foster, G.R., L.D. Meyer, and C.A. Onstad. 1977. An erosion equation derived

from basic erosion principles. Trans. Amer. Sot. Agr. Eng. 20:678-682

Foth H.D., 1995, Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E.D Purbayanti., R.R Lukiwati., R.Srimulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hanafiah, A., K. 2005. Dasar-Dsar Ilmu Tanah.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta


(4)

Harjadi, B. 2010.Analisis Sumber Erosi dan Sedimentasi di DTW Kedung Ombo Dengan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis.Balai Penelitian Kehutanan Solo. Solo

Henny, H., K. Murtilaksono, N. Sinukaban, S.D. Tarigan.2011. Erosi dan Kehilangan Hara Pada Pertanaman Kentang Dengan Beberapa Sistem Guludan Pada Andisol di Hulu DAS Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi. Vol. VIII No.2 Juli 2011: 43-52

Hardjowigeno, S dan S. Rukmana. 1995. Menentukan Tingkat Bahaya Erosi.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Akademika Pressindo. Jakarta Jumin, H.B., 2002. Agronomi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 1995. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.

Kiranoto, B.A. dan Yulistiyanto.B.,2000.Diktat Kuliah HidraulikaTransfor Sedimen.PPS-Teknik Sipil.Yogyakarta.

Kohnke, H.,.and A.R. Bertrand. 1995. Soil Conservation. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.

Mason, B.J. 1992. Preparation of soil sampling protocols: Sampling techniques

and strategies.Environmental Research CenterUniversity of Nevada-Las

Vegas. Las Vegas, Nevada.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu Jakarata Barat UIEU-University Press. Yogyakarta

Nurhayati, L. 2013. Pengaruh Erosi Terhadap Produktivitas Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012. Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS. Surakarta

Nurmi, 2012. Nisbah Pengkayaan Sedimen dan Erosi Tanah Pada Tanaman Jagung. Universitas Gorontalo. Gorontalo

Primadani, P. 2008. Pemetaan Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Rahim S.E, 2000, Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.


(5)

Rachman, A., A. Abdurachman, U. Haryati, S. Sukmana. 1990.Hasil Hijauan Legum, Panen Tanaman Pangan dan Pembentukan Teras Dalam SistemPertanaman Lorong.Risalah Pembahasan Hasil Pertanian Lahan Kering danKonservasi Tanah, Salatiga.

Reijntjes C., B. Haverkort, A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan-Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah.Kanisius.Yogyakarta.

Scahwab, G.O. 1971. Soil and Water Engineering.John Wiley and Sons, Inc. New York.

Sinukaban, N. 1986.Dasar-Dasar konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Soewardjo.1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Semusim.Thesis FPS-IPB, Bogor.

Sugiono. 2007. Evaluasi Status Hara N,P,K dan C-Organik yang Terangkut Oleh Erosi Akibat Penerapan Berbagai Teknik Mulsa Vertikal di Lahan Miring Pada Pertanaman Jeruk (Citrus sinensis) di Desa Rumah Galuh Kec. Sei Bingai Kab.Langkat.Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Penerbit Andi. Yogyakarta Tim Peneliti BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan

Air.Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan TeknologiPengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDASIBB). Surakarta

Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. CV.Rajawali. Jakarta.

Wischmeier W.H., and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses: Aguide to Conservation Planning. USDA Handbook No. 537. Washington DC.


(6)

Lampiran 1.Hasil analisis tanah parameter C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd dan KTK.

No. Lereng Parameter

C-Organik

N-Total

P-Tersedia (ppm)

K-dd (me/100g)

KTK (me/100g)

1. Atas 2,31 0,15 4,41 0,39 20,39

2. Tengah 0,66 0,07 3,10 0,27 22,91

3. Bawah 0,98 0,07 6,78 0,41 19,03

4. Atas 1,49 0,12 5,01 0,34 18,01

5. Tengah 1,49 0,11 2,91 0,27 18,03

6. Bawah 0,79 0,08 11,85 0,33 14,43

7. Atas 2,07 0,15 5,25 0,31 18,94

8. Tengah 1,03 0,08 1,91 0,24 16,91

9. Bawah 1,28 0,10 5,08 0,26 18,65

Lampiran 2.Hasil Pengamatan Parameter Tekstur Tanah. Bagian

lereng

% kandungan Testur Tanah

Pasir Debu Liat

Atas 46 18,66 35,33 Lempung liat berpasir

Tengah 45,33 16 38,66 Liat berpasir