KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP MASALAH PALESTINA(2005-2013).

(1)

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP

MASALAH PALESTINA (2005-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh

Yuvita Anugerah putri

0809258

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

(3)

Kebijakan Politik Luar Negeri

Republik Islam Iran Pada Masa

pemerintahan Mahmoud

Ahmadinejad Terhadap Masalah

Palestina (2005-2013)

Oleh

Yuvita Anugerah putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

© Yuvita Anugerah Putri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah palestina 2005-2013.” Permasalahan utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana Ahmadinejad berusaha mewujudkan bangsa Palestina yang merdeka dan berdaulat. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Metode historis yang dimaksud adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap dalam metode ini meliputi: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah studi literatur berupa pengkajian buku-buku yang relevan.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat keterhubungan arah kebijakan politik Luar Negeri Iran dengan permasalahan yang dialami Palestina. Palestina sendiri mengalami situasi yang masih dalam penguasaan negara lain yaitu Israel sejak tahun 1948 hingga sekarang. Sosok Ahmadinejad yang merupakan sosok fundamentalis Islam memberikan angin baru dalam perjuangan bangsa Palestina. Ahmadinejad adalah sosok yang dinilai apa adanya dan provokatif dalam menyuarakan isu Palestina dan Israel. Sangat jarang ditemui sosok yang terang-terangan memposisikan dirinya sebagai sosok yang anti Barat ataupun anti Israel, oleh karena itu penelitian ini berfokus pada periode Ahmadinejad menjadi presiden (2005-2013). Selama itu pula Ahmadinejad berperan menjadi perantara rakyat Palestina kepada dunia dalam menyuarakan apa yang dirasakan dan diharapkan penduduk Palestina.Latar belakang Ahmadinejad terlibat dalam isu Palestina sendiri selain karena alasan kemanusiaan, juga karena didorong oleh semangat Revolusi Islam yang salah satu isi tujuan revolusi tersebut adalah membebaskan Palestina dari Israel. Karena begitu intensifnya sehingga Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sangsi kepada Ahmadinejad karena dinilai melakukan pengancaman terhadap Israel. Sampai masa jabatannya habis sebagai Presiden terdapat kemajuan yang cukup menggembirakan dialami penduduk Palestina, hal ini dikerenakan diakuinya Palestina menjadi sebuah negara semakin mendapatkan dukungan dari berbagai negara. Berdasarkan hasil voting dalam sidang Umum PBB status Palestina berubah menjadi anggota penuh setelah sebelumnya hanya menjadi peninjau.


(6)

ABSTRACT

This thesis entitled "Policy Foreign Policy In the Islamic Republic of Iran Mahmoud Ahmadinejad Reign 2005-2013 Against Palestinian problem." The main issues raised in this paper is how Ahmadinejad tried to realize the Palestinian people an independent and sovereign. The method used in this thesis is the historical method. Historical method in question is the process of critically examine and analyze the recorded legacy of the past. The stages in this method include: heuristics, criticism, interpretation and historiography. Research techniques used in this thesis is the study of literature in the form of assessment of relevant books.The purpose of this research is to see the connectedness towards the Iranian Foreign policy with the problems experienced by the Palestinians. Palestinians themselves have a situation that is still in control of another state, namely Israel since 1948 until now. The figure of Ahmadinejad who is a figure of fundamentalist Islam gives a new wind in the Palestinian struggle. Ahmadinejad is a person who assessed what is and provocative in voicing the issue of Palestine and Israel. Very rare figure who openly positioning himself as someone who is anti-Western or anti-Israel, therefore, this study focuses on the period of Ahmadinejad became president (2005-2013). Ahmadinejad during the same role as intermediary of the Palestinian people to the world in expressing what is perceived and expected Palestinians.Background Ahmadinejad was involved in the Palestinian issue aside for humanitarian reasons, also driven by the spirit of the Islamic Revolution that one of the goals the contents of the revolution is to liberate Palestine from Israel. Because it is so intensive that the UN Security Council to impose sanctions Ahmadinejad as judged conduct or threats to Israel. Until his term runs out as President there was encouraging progress experienced by the Palestinian population, it because recognition of Palestine as a nation is increasingly gaining support from many countries. Based on the results of voting in the UN General Assembly changed the status of Palestine became a full member after previously only being an observer.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMAKASIH ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...8

1.5 Metode Penelitian ...9

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...14

2.1.1 Sejarah Republik Islam Iran... 14

2.1.2 Biografi Mahmoud Ahmadinejad ...21

2.1.3 Kebijakan Politik Luar Negeri Iran ...29

2.2 Landasan Teoritik...33

2.2.1 Kebijakan Politik Luar Negeri ...33

2.2.2 Teori Diplomasi ...35

2.2.3 Teori Konflik ...37

BAB III MOTODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Penelitian ...40

3.2 Persiapan Penelitian 3.2.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema...42

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian... ...43

3.2.3 Mengurus Perijinan... ...43

3.2.4 Proses Bimbingan... ...44

3.3 Pelaksanaan Penelitian...45

3.3.1 Heuristik ...45

3.3.2 Kritik Sumber... ...48

3.3.2.1 Kritik Eksternal ...48

3.3.2.2 Kritik Internal ...50

3.3.3 Interpretasi...51


(8)

BAB IV AHMADINEJAD DAN PERMASALAHAN PALESTINA

4.1 Situasi Sosial-Politik Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad ...54

4.1.1 Profil Negara Iran ...54

4.1.2Sistem Pemerintahan Iran...56

4.1.3Proses Pemilihan Presiden Tahun 2005 ...64

4.2 Penyebab Iran Terlibat dalam Permasalahan Palestina ...67

4.2.1 Awal Mula Hubungan Iran-Palestina ...67

4.2.1.1Hubungan Iran-Palestina Pasca Revolusi 1979 ...68

4.2.1.2Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Rasfsanjani.. ...71

4.2.1.3 Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Khatami... ...75

4.2.2 Alasan Ahmadinejad Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Palestina ...77

4.3 Kebijakan Yang Dikeluarkan Ahmadinejad Dalam Menyelesaikan Permasalahan Palestina...81

4.3.1 Dasar Kebijakan Luar Negeri Ahmadinejad...81

4.3.2 Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad ...86

4.3.3 Solusi Yang Diajukan Ahmadinejad... 94

4.4 Dampak Yang Dirasakan Palestina Atas Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad Dalam Penyelesaian Konflik Dengan Israel ...97

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...100

DAFTAR PUSTAKA ...103 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sampai saat ini masih bergejolak, salah satu yang masih menjadi sumber pergolakannya adalah masalah Palestina. Permasalahan Palestina pada kenyataannya memperlihatkan tatanan politik luar negeri berbagai negara, termasuk negara-negara yang berada dalam kawasan Timur Tengah. Dari seluruh negara yang termasuk di kawasan Timur Tengah ataupun negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Iran adalah negara yang menarik untuk disorot dalam hal kebijakan politik luar negerinya, karena perjalanan sejarah negeri ini tidak bisa dipisahkan dari apa yang terjadi di Palestina.

Republik Islam Iran merupakan negara yang mengalami pasang surut dalam mengeluarkan kebijakan mengenai permasalahan Palestina, negara yang sering disebut negeri kaum Mullah ini adalah negara yang mengalami perubahan kebijakan politik luar negerinya mengenai Palestina secara dramatis. hal tersebut terjadi pada masa kepemimpinan Syah Reza Pahlevi sebagai seorang raja dan pasca Iran mengalami sebuah Revolusi yang terjadi pada tahun 1979.

Iran pada masa pendeklarasian Israel sebagai sebuah negara pada tahun 1948 belum menjadi negara yang berada di belakang Palestina seperti negara-negara Arab ataupun negara-negara-negara-negara timur tengah lainnya pada masa itu. Namun Pemerintahan ini masih berada dalam pengaruh barat yang kuat oleh karena itu kebijakan-kebijakan politik luar negeri maupun dalam negeri cenderung menguntungkan pihak Amerika Serikat dan Israel. Kedekatan antara Iran dan Israel pada masa itu menjadi salah satu keresahan warga negaranya sendiri salah satu nya yang dirasakan oleh ulama besar Iran yaitu, Imam Khomeini hal tersebut tersirat dalam ucapannya pada 3 Juni Tahun 1963 sebagai berikut:

Saya diberi tahu hari ini bahwa sejumlah penceramah dibawa ke kantor badan keamanan (SAVAK) dan diperingatkan bahwa mereka boleh berbicara apapun kecuali tiga hal, yaitu: mengatakan keburukan atas Syah, menyerang Israel dan mengatakan Islam dalam bahaya. Masalahnya


(10)

adalah, jika kita tidak mengatakan tiga hal tersebut, maka apa lagi yang mesti dikatakan selain itu? Semua kesulitan kita, tanpa kecuali, berasal dari tiga hal tersebut (Khomeini, 2004: 84).

Pernyataan Imam Khomeini di atas menyiratkan beberapa hal, salah satu nya adalah pemerintahan Iran berupaya menutup segala keburukan pemerintahan nya, Pahlevi pun menjamin keberadaa Israel selama Ia berkuasa dan pada dasarnya Ia menggambarkan kuatnya hubungan pemerintahannya dengan kaum zionis. Apa yang terjadi dalam pemerintahan Pahlevi terlebih mengenai jalinan kerjasama antara Pahlevi dengan Israel bukannya tanpa disadari oleh masyarakat Iran sendiri dan pada akhirnya permasalahan Palestina merupakan salah satu faktor pendorong pergerakan kaum Islam Fundamentalis untuk melaksanakan gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini pun berkali-kali menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah mendapat inspirasi dari perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel” (Khomeini, 2004: xxi).

Pergerakan Khomeini didasarkan pada usaha mewujudkan sebuah pemerintahan yang bebas dari pengaruh barat, atau pemerintahan Islam yang berbasis pada Al-Quran. Perjuangannya dianggap berbahaya sehingga Khomeini pun diasingkan ke Perancis pada November 1964 (Labib et al, 2006: 10), Usaha melengserkan Pahlevi pun berjalan secara tidak langsung, segala pemikirannya dituangkan dalam buku yang lahir di pengasingan. Dengan jalan yang cukup panjang terjadilah sebuah revolusi pada 10 Februari 1979. Setelah itu mulailah sebuah pemerintahan baru dengan tatanan kenegaraan yang menggunakan syariat Islam oleh karena itu revolusi tersebut kita kenal dengan sebutan revolusi Islam Iran. Di tahun yang sama juga tepatnya 7 Agustus 1979, Imam Khomeini membuat sebuah gertakan bagi kaum muslimin di dunia untuk sama-sama memperhatikan kondisi Palestina dengan menetapkan Hari Al Quds Sedunia, berikut adalah ucapan beliau saat menetapkan hari besar tersebut:

“saya menyeru seluruh kaum Muslim di dunia untuk menjadikan jumat terakhir di bulan suci Ramadhan sebagai Hari al-Quds; dan melalui


(11)

demonstrasi solidaritas kaum muslim sedunia, mengumandangkan dukungan mereka atas hak-hak rakyat Muslim” (Khomeini, 2004: 225). Mewujudkan cita-cita menghilangkan dominasi Israel dan Amerika Serikat tidak perlu menunggu lama, dengan tanpa ragu-ragu pemerintahan Iran yang baru, mengganti Kedutaan Besar Israel untuk Iran menjadi Kedutaan Besar Palestina dan diikuti dengan pengusiran para diplomat Amerika di Taheran. Tak berselang lama juga PLO yang diketuai oleh Yasser Arafat menjadi tamu kenegaraan pertama di negeri yang berubah menjadi Republik Islam Iran tersebut (Khomeini, 2004: xxi). Satu tahun setelah pendeklarasian kemerdekaan Palestina tepatnya pada tanggal 3 Juni 1989 sang imam besar wafat. Sepeninggal Imam besar Ayatullah Khomeini, Iran pun tetap menjadi Republik Islam Iran namun yang menjadi menarik adalah bagaimana kelanjutan kebijakan politik luar negeri pemerintahan Iran. Karena Iran sendiri memiliki politik dalam negeri yang dinamis.

Birn Izdy memaparkan lima fase kebijakan luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina dalam bukunya yang berjudul "Madkhal Ela Al-Siyasah Al-Kharigiyah Li-Gumhouriyat Eiran Al-Eslamiyah" (1999) , penjelasan tersebut dikutip oleh Taryudi dalam artikel yang berjudul strategi politik Iran di jalur Gaza (http:///www.eramuslim.com), Dr. Birn Izdy adalah mantan petinggi di kementerian luar negeri Iran. Periodesisasi yang ia buat adalah sebagai berikut:

Fase Pertama: 1979-1980, dimana kubu liberal-konservatif memegang kebijakan neo-konservatif dalam upaya menjalin hubungan bilateral antara Iran dan masyarakat internasional. Fase Kedua: 1980-1988, yang bisa disebut sebagai fase radikalis pola interaksi Iran kepada bangsa dunia tanpa mengindahkan mediasi pemerintahan, yang justru mengakibatkan instabilitas dalam negeri Iran. Fase Ketiga: 1988-1997, menunjukkan sikap moderat, menerapkan pola santun strategi luar negeri Iran, dan obsesi memperbaiki serta meningkatkan harmonisasi hubungan bilateral. Presiden Hasyemi Rafsanjani bersama Menlu nya Dr. Ali Akbar Vilayati berhasil menata kembali keretakan hubungan Iran dengan masyarakat dunia. Beberapa pointer yang dicapai, antara lain: eksistensi pemerintahan Revolusi Iran mendapat pengakuan negara-negara kawasan Teluk


(12)

Arab; pencabutan isolasi masyarakat internasional atas Iran paska revolusi; penerimaan Barat dan dibukanya pangsa pasar Eropa; legalisasi dunia atas revitalisasi angkatan perang Iran; penyebaran pemikiran revolusi melalui kran kebudayaan; dan, Iran diajak menyelesaikan krisis di Afghanistan dan kawasan Timteng.

Fase Keempat: 1997-2005, semasa Muh. Khatami berkuasa. Pandangan reformisnya seringkali menimbulkan konflik internal dengan kubu konservatif yang loyal memelihara amanat revolusi . Ini pulalah yang menjadi akar carutmarut nya pemerintahan dalam negeri Khatami. Lain halnya mengenai iklim politik luar negeri Iran, Khatami benar-benar lentur terhadap Barat bahkan untuk pertama kalinya ia mengadakan kontak politik dengan Moshe Katsav, Presiden Israel pada April 2005, hal yang tak pernah dilakukan pendahulunya semenjak revolusi ditabuh.

Dari paparan mengenai fase-fase di atas dapat ditafsirkan bahwa seorang pemimpin negara dalam hal ini seorang presiden memiliki peran yang sangat penting dalam pengambil langkah dan arah kebijakan politik luar negeri Iran. Latar belakang seorang presiden mempengaruhi dinamika politik luar negeri Iran yang tidak bisa terlepas dengan hubungan Iran dengan negara-negara barat ataupun negara Timur Tengah lainnya.Tidak bisa dipungkiri setelah revolusi Iran, negara tersebut menjadi sorotan dunia, Iran dinilai sebagai sebuah negara yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan Amerika Serikat dan Israel, oleh karena itu dinamika yang terjadi dalam kebijakan luar negeri Iran sebagaimana yang dipaparkan Birn Izdy bisa berdampak pada sikap Iran dalam isu Palestina.

Sampai pada masa pergantian presiden Iran yang keenam ke yaitu dimasa pencalonan pertama Mahmoud Ahmadinejad pada 2005, dunia seolah kembali dalam situasi dimana pergolakan antara Iran dan dunia barat kembali meningkat. Ahmadinejad menjadi sosrotan besar di segala pemberitaan baik media Barat maupun media Iran sendiri. Hal tersebut dikarenakan sejak pencalonannya Ahmadinejad telah menunjukan afiliasinya pada kubu ultra-konservatif atau kaum fundamentalis (ushuuli) yaitu berarti konsisten memegang nilai-nilai Islam dan revolusi. Ia merasa budaya politik Iran sudah keluar kontrol selama beberapa


(13)

tahun kebalakang (terutama pada masa pemerintahan khatami), makna istilah “fundamentalis” sendiri menurut Ahmadinejad berarti konsistensi memegang teguh nilai-nilai Islam dan revolusi (El-Gogary, 2006: 45). Ahmadinejad pun terpilih secara dramatis sebagai presiden selanjutnya mengalahkan mantan presiden Iran periode 1989-1997, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani.

Sosok Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis dan revolusionis adalah alasan mengapa penulis memfokuskan penelitian ini pada masa pemerintahan Ahmadinejad, atau merupakan fase kelima dari paparan Dr. Birn Izdy . Seperti di paragraf sebelumnya Ahmadinejad mengingatkan kita pada sosok Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, dan Ahmadinejad pun hadir di saat pemerintahan Khatami sudah dinilai memasukan nilai-nilai liberalisme yang bertolak belakang dengan prinsip kaum fundamentalis. Perjalanan pemerintahan Ahmadinejad sangat menarik, karena Ia dihadapkan pada berbagai macam tantangan baik dalam negeri dengan lawan-lawan politik yang menjadi oposisi pemerintah nya yang tentu tidak sepenuhnya sepaham dengan kebijakan-kebijakan dengan Ahmadinejad. Selain itu tantangan lainnya datang dari hubungan Iran dalam peta perpolitikan dunia terlebih erat hubungannya dengan Israel dan negara-negara pendukung Israel seperti Amerika Serikat, begitu pula tantangan Ahmadinejad dalam mewujudkan revolusi yang sebenarnya, revolusi Islam yang belum berakhir selama Palestina belum lepas dari belenggu Israel seperti amanah dari sang Imam besar Khomeini tentang keterhubungan Revolusi Islam dengan gerakan Pembebasan Palestina. Bukanlah hal yang mudah untuk kembali mengembalikan Iran seperti Iran pasca revolusi 1979, yang sudah terpatri seperti Iran yang anti barat, fundamentalis dan dapat bertahan dalam konstelasi politik liberalis yang sangat dihindari Iran.

Penelitian ini bukan hanya semata-mata menjelaskan mengenai kebijakan-kebijakan luar negeri Iran selama masa pemerintahan Ahmadinejad mengenai Palestina saja, namun pada dasarnya juga menyoroti solusi atau jalan tengah yang diupayakan Iran untuk menyelesaikan segala kerumitan dan permasalahan yang terjadi di Palestina. Terlebih dalam masa pemerintahan Ahmadinejad yang berlangsung dua periode yaitu 2005-2009 dan 2009-2013 konflik Palestina dan


(14)

Israel seolah berada dalam situasi yang semakin memprihatinkan dengan berlasungnya blokade jalur Gaza pada tahun 2007 dan terjadinya agresi besar pada Gaza yang diawali dengan serangan udara di langit Gaza pada 27 Desember 2008 (Zulkifli,2009:15) situasi tersebut berlangsung cukup lama hingga 21 Januari 2009. Blokade Gaza bukan hanya blokade secara wilayah namun juga blokade secara ekonomi bahkan segala macam bantuan asing yang datang hanya bisa disalurkan mengguakan angkutan darat saja, bantuan yang masuk sulit untuk menembus Gaza apabila disalurkan dengan transportasi laut ataupun udara, hal ini tercermin dalam peristiwa penyerbuan kapal laut Mavi Marmara yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Peristiwa yang terjadi pada 31 Mei 2010 menewaskan 9 warga negara Turki dan melukai 50 relawan yang berasal dari berbagai negara tersebut.

Konflik Palestina dan Israel sendiri telah berlangsung cukup lama kurang lebih enam puluh tahun lebih . Sejak masa imperium Ustmani bahkan sebelumya dimasa kekhalifahan Islam, di tanah Yerusallem ini terdapat tiga kelompok masyarakat yang berbeda dalam keyakinan yaitu Islam, Kristen dan Yahudi oleh karena itu Yerussalem juga disebut sebagai kota suci tiga agama. Pada saat itu ketiga unsur masyarakat tersebut bisa hidup berdampingan, situasi ini berubah sejak seorang penulis bernama Theodor Herzl seorang Yahudi asal Hongaria yang menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina, atau di tempat lain gagasan ini tertulis dalam bukunya berjudul Der Judenstaat pada 1896.

Situasi pun berkembang pada saat adanya dukungan Inggris terhadap gagasan tersebut dalam sebuah Deklarasi yaitu, Deklarasi Balfour pada November 1917, sejak itu pula terjadi pendudukan Palestina oleh Inggris. Sampai akhirnya Inggris mengalihkan pendudukannya pada orang-orang Yahudi dan terjadilah pendeklarasian berdirinya sebuah negara bernama Israel pada 14 Mei 1948. Hal ini terjadi sebagai dampak dari peristiwa holocaust yang dilakukan oleh NAZI terhadap Yahudi di wilayah kekuasaan NAZI pada saat perang dunia ke II, pemberian tanah Palestina dinilai sebagai solusi atas holocaust yang dialami orang-orang Yahudi. Alasan mengapa bangsa Yahudi memilih kawasan Palestina adalah karena sejarah awal lahirnya agama yahudi adalah ditanah Yerusallem dan


(15)

alasan lainnya tercermin dalam slogan mereka yaitu, a land with no people with no land, Palestina adalah tanah tanpa penduduk yang diperuntukan bagi bangsa yang tidak memiliki tanah. Dimulai lah Al-Nakba atau hari malapetaka bagi rakyat Palestina hingga kini (Sulaeman, 2008: 66-94). Sejak itu pula terjadilah pengusiran besar-besaran warga Palestina, sehingga sebagian besar rakyat menjadi pengungsi di berbagai negara yang terdekat. Sedangkan untuk warga yang tetap bertahan mulai terisolasi dalam intimidasi-intimidasi militer israel.

Oleh karena itu berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti bermaksud mengangkat hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina 2005-2013. Maksud yang terkandung pada judul di atas adalah tanggapan, sikap dan pendirian yang diperlihatkan oleh presiden Ahmadinejad yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan luar negeri nya mengenai Palestina yang dikeluarkan selama masa jabatannya sebagai presiden yaitu pada tahun 2005 sampai dengan 2013 terhadap permasalahan atau konflik yang terjadi di Palestina.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan utama yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad terhadap penyelesaian masalah Palestina 2005-2013?”. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penulis membatasinya dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana gambaran situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden ?

2. Apakah yang menyebabkan Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian Konflik Palestina-Israel?

3. Peran apakah yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya mengatasi permasalahan Palestina selama masa kepemimpinannya sejak 2005-2013?


(16)

4. Bagaimana dampak kebijakan politik luar negeri Ahmadinejad terhadap upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk memaparkan kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad terhadap masalah Palestina 2005-2013. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden.

2. Menganalisis penyebab Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian Konflik Palestina-Israel.

3. Mendeskripsikan peran apasaja yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya mengatasi permasalahan Palestina selama masa kepemimpinannya sejak 2005- 2013.

4. Mengidentifikasi dampak kebijakan politik luar negeri yang dikeluarkan Ahmadinejad terhadap upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel.

1.4Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat yang bisa dirasakan oleh berbagai pihak antarain sebagai berikut:

1. Untuk Jurusan Pendidikan Sejarah UPI :

a. Sebagai upaya memperkaya tulisan mengenai sejarah Asia Barat Daya/Timur- Tengah di Jurusan Pendidikan Sejarah Khususnya mengenai Sejarah Iran dan Palestina.

b. Lebih lanjut bisa dijadikan bahan rujukan dalam mata kuliah lainnya seperti sejarah kebangkitan negara-negara Asia.


(17)

2. Untuk Peneliti :

Kelak sebagai tenaga pengajar dapat memeberikan pendalaman materi dalam pembahasan bahan ajar di kelas XII yaitu pada perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian karya ilmiah ini adalah metode historis yang merupakan suatu metode yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode historis yaitu, suatu proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Begitupun dengan penjelasan yang deberikan oleh Gottschalk mengenai metode Historis yaitu suatu usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan manfsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2008: 39).

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun (2005:48-50), adalah sebagai berikut:

1.Heuristik

Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut dengan permasalahan Palestina. Dalam mencari sumber penulis mencari


(18)

diberbagai perpustakaan antara lain perpustakaan UPI, Perpustakaan Museum Asia-Afrika, perpustakaan Universitas Indonesia, perpustakan Departemen luar negeri (Ali Alatas) dan perpustakaan CSIS, juga dilakukan dengan mencari buku-buku yang berkaitan di toko-toko buku-buku antara lain Palasari, Gramedia, Dewi Sartika. Namun penulis tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya wawancara dengan perwakilan dari kedua negara yaitu, Iran dan Palestina melaliui Kedutaan Besar yang berada di Jakarta, wawancara ini dilakukan demi terkumpulnya sumber-sumber yang bisa dipergunakan untuk tahapan penelitian selanjutnya.

2.Kritik Sumber

Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis lakukan. Krtik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Apabila penulis melakukan sumber dalam bentuk lisan maka penulis wajib mempertimbangkan hal-hal seperti latar belang sumber, umur, ataupun daya ingat sumber lisan tersebut dengan begitu penulis bisa mendapatkan sumber lisan yang dapat dipertanggung jawabkan kesaksiannya. Namun apabila sumber yang penulis gunakan berupa sumber tertulis maka penulis akan melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber dengan membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber tersebut untuk digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini merupakan sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber yang ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka penulis diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan masalah yang penulis angkat.

3.Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap ini penulis memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang


(19)

diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai dengan 2013.

4.Historiografi

Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu dengan menulis hasil penelitian yang telah dilakukan, tentu merupakan buah dari ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin (2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar . Tulisan tersebut penulis tuangkan dengan judul “ Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)”.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun Sistematika dalam penulisan penelitian ini menurut Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014, adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan alasan dan latar belakang sejarah melakukan penelitian ini . Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Pada bagian akhir bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan dan bagian terakhir dari bab ini adalah sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoritik dan Tinjauan Kepustakaan. Dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai sejarah Iran, Palestina dan hubungan kedua


(20)

nya. Dan dalam bab ini pula dijelaskan tinjauan teoritis yang akan menjadi kerangka berpikir penulis adalam memaparkan dan menganalisa temuan-temuan atau fakta-fakta mengenai penelitian ini. Dan dalam bab ini pula kan dijelaskan konsep yang menunjang dalam pembahasan penelitian.

Bab III Metodelogi Penelitian. Dalam bab ini diterangkan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Setelah heuristik, maka langkah selanjutnya adalah kritik, yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah heuristik sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik. Interpretasi adalah langkah selanjutnya setelah kritik dilakukan, yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring. Selanjutnya tahap akhir adalah historiografi, yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang enak untuk dibaca dan dinikmati.

Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina. Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai peran Iran dalam upaya penyelesaian permasalahan Palestina, dalam bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun pada Bab I.

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu dalam bab ini penulis juga menguraikan hasil-hasil temuannya tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan ini.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Penelitian

Pada bab ini penulis akan menjelaskan proses berlangsungnya penelitian yang dilakukan,dari metodologi penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul, “ Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)” hingga teknik pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Sjamsuddin (2007: 15) menjelaskan metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan suatu penyelidikan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah oleh karena itu, metode yang digunakan oleh dalam penelitian ini dalah metode historis dengan menggunakan teknik studi litelatur.

Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gosttchlak, 2008: 39). Begitupula pengertian metode historis menurut Ismaun (2005: 48-50) yaitu metode yang digunakan oleh para sejarawan untuk merekontruksi masa lalu. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah merupakan suatu metode yang tepat digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau permasalahan secara empirik, deskriptif, dan analisis.

Ismaun (2005:48-50) memaparkan terdapat empat tahapan dalam metode historis ini, tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut dengan permasalahan Palestina.


(22)

2. Kritik Sumber

Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis lakukan. Kritik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Dikarenakan penulis gunakan berupa sumber tertulis maka penulis akan melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber dengan membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber tersebut untuk digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini merupakan sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber yang ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka penulis diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan masalah yang penulis angkat. Sumber yang dimaksud adalah berupa buku, artikel, surat kabar ataupun hasil penelitian sebelumya berupa skripsi ataupun tesis dan jurnal.

3. Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap ini penulis memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai dengan 2013.

4. Historiografi

Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu dengan menulis hasil penelitian yang telah dilakukan, tentu merupakan buah dari


(23)

ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin (2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

Sementara itu Sjamsuddin (2007: 89) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik

3. Membuat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap penting dan relevan dengan topik

4. Mengevaluasi secara kritis semua bukti yang telah dikumpulkan (kritik sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dengan sistematika yang sidah ditentukan.

6. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya dengan pembaca sejelas mungkin agar dapat dimengerti.

Pendekatan historis yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini didukung pula dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu yang dominan, yang ditunjang atau dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai pelengkap, sehingga dalam hal ini sejarah menggunakan konsep-konsep ilmu sosial sebagai alat analisisnya (Sjamsuddin, 2008: 306)

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian tersebut penulis bagi ke dalam tiga tahapan yaitu, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Tahapan ini merupakan kegiatan awal bagi penulis untuk melakukan penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan selama penelitian. Metode yang


(24)

digunakan adalah metode historis dengan menggunakan teknik penelitian studi literatur. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Sejak di masa perkuliahan sebelumnya penulis memang memiliki keterkaitan mengenai sejarah negara-negara Asia Barat dan karena itu pula penulis cukup banyak membaca buku-buku mengenai negara-negata Timur Tengah. Sehingga kemudian pada akhirnya penulis memilih kajian mengenai Sejarah kawasan Asia Barat dengan memfokuskan pada tema Kebijakan Politi Luar Nederi Iran Terhadap Permasalahan Palestina di masa Ahmadinejad menjadi Presiden Tahun 2005-2013.

Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sebagai judul skripsi yaitu. Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad (2005-2009) Judul tersebut kemudian disetujui oleh TPPS dan penulis mulai menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian merupakan tahap kedua yang harus dilaksanakan setelah mengajukan tema penelitian. Rancangan penelitian yang berupa proposal penelitian, kemudian diserahkan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar, namun sebelum serahkan terlebih dahulu harus dibicarakan dengan ketua TPPS yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si. Setelah proposal tersebut mendapatkan persetujan, maka pengesahan untuk penyusunan skripsi ini dikeluarkan melalui surat keputusan (SK) Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan sekaligus penentuan calon pembimbing I dan Pembimbing II. Pada dasarnya sistematika dari proposal penelitian ini memuat


(25)

judul penelitian, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, serta pembahasan tinjauan pustaka yang didalamnya berisi daftar literatur dan konsep-konsep penting yang digunakan oleh penulis dalam pembahasan masalah, dan juga dipaparkan secara singkat mengenai metodologi penelitian dan yang terakhir adalah sistematika penulisan.

Proposal penelitian skripsi yang telah disusun oleh peneliti, kemudian diseminarkan pada tanggal 08 Juni 2012. Seminar diselenggarakan berdasarkan Surat Keputusan No. 039/TPPS/JPS/2012 dengan judul skripsi yang disetujui adalah “ Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2009). Surat keputusan dan seminar yang diselenggarakan, selanjutnya menentukan pula pembimbing I dan II, yaitu Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum, bagai Dosen Pembingbing I, dan Bapak Drs. R.H Achamd Iriyadi sebagai pembimbing II.

3.2.3 Mengurus Perizinan

Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan dan memperlancar penulis dalam melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam kajian skripsi ini, sebagai bukti bahwa peneliti tercatat sebagai bagian dari civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu, peneliti memilih dan menentukan lembaga atau instansi yang dapat memberikan konstribusi terhadap penelitian ini. Setelah itu, peneliti mengurus surat perijinannya ke Jurusan Pendidikan Sejarah yang kemudian diserahkan kepada Bagian FPIPS agar diperoleh ijin dari Dekan FPIPS. Adapun surat perijinan tersebut diantaranya ditujukan kepada pihak Pihak CSIS.

3.2.4 Proses Bimbingan

Pada tahap ini, penulis mulai melaksanakan proses bimbingan, baik dengan pembimbing I maupun dengan pembimbing II. Proses bimbingan dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar terjalin komunikasi yang baik antara penulis dan pihak pembimbing berkenaan dengan permasalahan dalam penyusunan skripsi ini. Manfaat dari adanya proses


(26)

bimbingan ini adalah untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi melalui saran ataupun kritikan bagi penulis.

Proses bimbingan dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat bebas, pada setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV hingga BAB V. dengan demikian, akan terjalin suatu penyusunan skripsi yang baik berdasarkan hasil komunikasi atau diskusi antara penulis dan pembimbing mengenai kekuarangan setiap babnya dalam skripsi. Terdapat hal yang penting yang terjadi dalam masa bimbingan ini, terdapat perubahn periode penelitian. Awal nya penelitian difokuskan pada masa periode pertama Ahmadinejad menjadi presiden, namun karena Ahmadinejad menjabat selama dua periode maka tahun kajian pun berkembang menjadi 2005 sampai dengan 2013.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses penyusunan skripsi ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis. Langkah-langkah tersebut dibagi kedalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan sumber)

Heuristik adalah tahapan awal yang menentukan kelanjutan dalam penelitian ini lanjut atau tidak, pengumpulan sumber terlebih dalam metode penelitian menggunakan studi Litelatur adalah salah kunci penting sebuah penelitian yang baik. Langkah heuristik yang dilakukan oleh penulis ialah mencari sumber yang relevan dengan tema penelitian lalu kemudian dikumpulkan menjadi satu kumpulan sumber yang akan dikaji untuk melakukan penelitian ini. Sumber-sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Secara garis besar, sumber sejarah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kategori, diantaranya pertama,


(27)

peninggalan-peninggalan (relics atau remain) dan kedua, catatan-catatan (record) yang terbagi kedalam bentuk tulisan dan lisan (Sjamsuddin, 2007: 97).

Pada tahap heuristik ini peneliti mencari sumber-sumber literatur berupa buku-buku ataupunjurnal dengan cara mengunjungi perpustakaan dan lembaga studi kajian Internasional ataupun toko-toko buku. Berikut adalah paparan lengkap nya:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), heuristik di perpustakaan almamater sendiri adalah yang pertama kali dilakukan, di perpustaakn UPI tidak begitu banyak buku yang didapatkan mengenai Ahmadinejad, namun hanya mendapatkan buku mengenai Timur Tengah Pasca penguasaan Inggris di wilayah tersebut, buku itu berjudul The Middle East Since Camp David yang ditulis Robert O. Freedman serta pada akhirnya menemukan buku-buku penunjang mengenai sosiologi yang digunakan dalam kajian teori antara lain buku Sosiologi Berparadigma Ganda karya George Ritzer juga buku yang berjudul Teori Sosiologi Modern yang juga merupakan karya Ritzer dan Goodman.

2. Perpustakaan Museum Asia-Afrika (KAA), sejak merancang penelitian dalam bentuk proposal penulis cukup sering mengunjungi perpustakaan ini, dan karena penelitian ini mengenai sejarah kawasan maka dari itu penulis berpikir museum Asia-Afrika adalah pilihan tepat, namun karena buku-buku mengenai Iran ataupun Palestina lebih banyak buku-buku tua dan tidak cukup relevan. Namun di perpustakaan ini penulis mendapatkan salah satu buku penting berjudul Ahmadinejad; David di Tengah Angkara Goliath Dunia karya Muhsin Labib, Ibrahim Muharram, Musa Kazman dan Alfian Hamzah

3. Perpustakaan Batu Api Jatinangor, pada penulis hanya mendapatkan buku yang sama seperti di Museum KAA, sepertinya buku karya Labib,dkk adalah buku yang cukup mudah didapatkan, hal tersebut dimungkinkan juga karena buku yang diterbitkan oleh Mizan ini diterbitkan untuk semua kalangan dan merupakan penerbit yang berskala Nasional.


(28)

4. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Berangkat ke UI dilakukan awal tahun 2013 tepatnya tanggal 3 Januari 2013. Di perpustakaan ini pula banyak sekali referensi buku yang sangat relevan dengan penelitian didapatkan antara lain, Eksistensi Palestina di Mata Taheran dan Washington karya M. Riza Sihbudi, dan hasil-hasil tesis yang sangat relevan antara lain Politik Luar Negeri Iran Pada Pemerintahan Ahmadinejad dalam Hubungnanya Dengan Amerika Serikat periode (2005-2009) hasil penelitian dari Indri Hapsari juga Tesis yang berjudul Geopolitik dalam Konflik Regional Studi Kasus Kepentingan Iran dalam Kelompok Hizbullah (Perang Israel-Hizbulloh 2006) karya Fahmi Salsabila.

5. Perpustakaan Departemen Luar Negeri Indonesia / Perpustakaan Ali Alatas (Jakarta), penulis mengunjungi perpustakaan yang berada di area perkantoran Kemenlu ini pada tanggal 4 Januari 2013, sebenarnya ini adalah perpustakaan yang sangat membantu dalam menemukan sumber-sumber asing mengenai Iran karena yang didapat dari perpustakaan ini adalah buku-buku luar negeri maupun Jurnal Internasional yang belum dialih bahasakan kedalam Bahasa Indonesia, buku yang didapat antara lain, The Rise of Nuclear Iran (how Tehran Defies the West) karya Dore Gold, The Persian Puzzle (The Conflict between Iran-America) karya Kenneth M. Pollack juga buku tua sejarah Iran dimasa Shah Reza Pahlevi yang dikeluarkan oleh Departemen informasi dan Pariwisata Iran yang berjudul Basic Fact About Iran. Dan di perpustakaan ini pula penulis mendapatkan akses untuk mendownload jurnal luar negeri yang berjudul Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence of

Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy jurnal tersebut ditulis oleh

Maximillian Terhalle yang diterbitkan di Yale University.

6. Perpustakaan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, saat datang pada tanggal 2 Januari 2013 penulis tidak memperoleh buku yang dibutukan karena CSIS sedang dalam masa renovasi besar sehingga tidak melayani pengunjung perpustakaan, namun dari peneliti di


(29)

CSIS lah penulis mendapatkan rekomendasi untuk ke Perpustakaan Ali Alatas.

7. Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di Perpustakaan penulis kembali dapat mengakses jurnal dan hasil-hasil Tesis mengenai Iran.

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik eksternal maupun internal. Proses kritik sumber dilakukan oleh penulis setelah penulis melakukan pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian. Tujuan dari kegiatan kritik sumber ini adalah untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau yang meragukan. Proses awal kritik sumber yang dilakukan oleh penulis ialah dengan cara mengkaji terlebih dahulu sumber-sumber yang telah dikumpulkan apakah sumber-sumber tersebut relevan dengan tema kajian penelitian.

Dalam metode sejarah, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik eksternal dan kritik internal. Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal pada dasarnya lebih kepada upaya peneliti menguji hal-hal mengenai aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal sendiri lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah itu. Sejarawan harus memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu dapat diandalkan atau tidak. Sedangkan menurut Dudung Abdurahman (2007:68)


(30)

aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak.

Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007 : 130) menjelaskan setelah tahapan

historiografi sejarawan hendaknya melakukan “kegiatan-kegiatan analitis” hal itu merupakan langkah penulisan sejarah yang terdapat dalam buku Langois dan Seignobos. Kegiatan analitis tersebut berupa kritik terhadap dokumen-dokumen setelah sejarawan mendapatkan arsip-arsip. Kritik eksternal (“external criticism”) dimulai dengan memproses evidensi langkah tersebut dimulai dengan melakukan;

1. Menegakan kembali (re-establish) teks yang benar (critism of restoration) 2. Menetapkan di mana, kapan, dan oleh siapa dokumen itu ditulis (critism of

origin)

3. Mengklasifikasikan dokumen itu menurut sistem kategori-kategori yang diatur sebelumnya (system of preset eategories)

Tujuan dari dilakukannya kritik eksternal tersebut adalah untuk menghindari pemalsuan sebuah sumber, untuk itu sejarawan dituntut untuk mengerahkan segala kemampuan dan dituntut untuk menggabungkan antara sikap skeptis, akal sehat dan tebakan inteligen, itulah fungsi kritik sebenarnya sehingga karya sejarah dapat dipertanggung jawabkan. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber primer atau utama (Sjamsuddin, 2007 : 130-134). Lebih lanjut Sjamsuddin menjelaskan (2007: 134) kritik eksternal adalah suatu penelitian mengenai asal usul sumber, apakah dari sumber tersebut telah mengalami perubahan atau tidak, kritik eksternal haruslah mengedepankan fakta dari kesaksian.

Dalam Ilmu sejarah dikenal jenis-jenis sumber sejarah, yaitu sumber pertama ( primary sources) adalah sumber asli, dan sumber kedua (secondary sources) adalah segala apapun yang ditulis sejarawan sekarang atau sebelumnya berdasarkan sumber pertama, dan untuk selanjutnya jika sumber kedua dukutip maka akan menjadi sumber ketiga dan seterusnya (Sjamsuddin, 2007: 107). Sjamsuddin menjelaskan secara garis besar yang dimaksud sumber asli ialah


(31)

sumber yang sezaman dengan peristiwa yang terjadi, sumber asli dapat berupa dokumen yang dicetak, kronik, autobiografi, memoir, surat kabar, publikasi umum, surat-surat pribadi, catatan harian, notulen rapat dan sastra.

Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber kedua atau sumber yang telah mengalami pengutipan dari sumber asli maka dari itu peneliti tidak melakukan kritik eksternal pada litelatur-litelatur yang telah ditemukan pada proses historiografi.

3.3.2.2 Kritik Internal

Kritik internal dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca keseluruhan isi (content )sumber kemudian membandingkan dengan sumber lainnya, Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

Dalam tahap kritik internal pun peneliti mencoba melakukan upaya membandingkan buku-buku yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji sumber-sumber yang sudah didapatkan, guna mendapatkan kebenaran yang dapat dipertahankan. Misalnya, peneliti mencoba membandingakan buku yang isinya membahas mengenai sosok Ahmadinejad yang dinilai sebagai sosok yang fundamentalis dan hal tersebut lah alasan mengapa Barat ataupun Israel memilih dalam posisi kontra dengan Ahmadinejad. Membahas mengenai hal tersebut bisa dikaji melalui buku- buku yang berbeda penulis dan penerbit, penulis ingin menguji apakah benar Ahmadiejad adalah seorang fundamentalis, dan dari hampir


(32)

semua buku menyiratkan hal yang senada, dihampir setiap buku menjelaskan keteguhan Ahmadinejad untuk mempertahankan nilai-nilai dan prinsip revolusi Islam 1979. Kalangan yang masih setia dan teguh dengan nila-nilai revolusi Islam dalam buku Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath Dunia dikenal sebagai sosok atau kalangan ushul-geroi itupun ditulis di buku-bulu lainnya dalam buku Ahmadinejad the Nuclear Savior of Tehran kalangan fundamentalis mengguakan istilah yang sedikit berbeda yaitu ushuuli oleh karena itu penulis menggunakan sumber atau buku pembading untuk mencari tahu kebenarai isi buku tersebut.

Dalam proses kritik internal dengan membandingkan berbagai buku, penulis mendapatkan hasil bahwa dalam pembahasan di setiap buku yang dibandingkan tidak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan ditemukan hanya dalam segi kelengkapan isi buku tersebut dan penggunaan gaya bahasa yang sedikit berbeda. Kelengkapan pembahasan buku tersebut dinilai pada seberapa dalam pembahasan tersebut mengkaji suatu kajian yang penulis teliti. Adapun tujuan dilakukan nya kritik internal ini ialah untuk menguji aspek “dalam” yaitu isi dari sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian/tulisan dan memutuskan kesaksian tersebut dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 143). Kritik internal juga dilakukan sebenarnya sudah dimulai dalam masa pencarian sumber, Ahmadinejad dalam sebagian buku-buku yang diterbitkan di Indonesia lebih banyak digambarkan dalam sosok yang hampir sempurna sebagai pemimpin negaranya dan Ahmadinejad digambarkan sebagai sosok yang luar biasa bagi perjuangan Palestina, namun dengan digunakannya atau ditemukannya sumber yang ditulis oleh penulis Barat dalam hal ini penulis Amerika serikat yaitu jurnal Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence

of Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy ditulis oleh Maximillian Terhalle

yang diterbitkandi Yale University. adalah upaya untuk menguji isi buku-buku yang terbit di Indonesia.


(33)

Setelah melakukan kritik dan analisis sumber, peneliti melaksanakan tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Kemudian fakta yang telah diproses dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 38). Dengan kegiatan ini maka diperoleh suatu gambaran terhadap pokok-pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

Dalam tahap intrepertasi ini untuk mempertajam analisa yang nantinya akan mengasilkan fakta-fakta sejarah peneliti menggunakan pendekatan berbagai ilmu sosial lainnya anatar lain ilmu politik, ilmu Hubungan Internasional dan konsep-konsep ilmu sosiologi. Dalam ilmu sosiologi peneliti mengintrepetasikan situasi yang terjadi di Palestina menggunakan teori Konflik menurut Lewis Coser dan untuk menjelaskan atau mengintrepretasikan segala kebijakan Ahmadinejad untuk Palestina konsep ilmu yang digunakan adalah ilmu politik dan Hubungan Internasional, konsep yang digunakan antara lain adalah teori diplomasi dan teori kebijakan luar negeri dan dari segala pendekatan tersebut konsep ilmu sejarah yang banyak berperan dalam intrepretasi data-data yang didapat, konsep sejarah yang paling mudah digunakan adalah what?, who?, when?, why?, where? Dan how? Dengan begitu penulis akan bisa menghubungkan fakta satu dengan fakta lainnya yang akan menghasilkan sebuah hipotesis.

Dalam intreperetasi tahap awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa permasalahan Palestina dengan Israel menjadi salah satu fokus utama Ahhmadinejad setelah terpilih menjadi presiden pada tahun 2005, segala yang berhubungan dalam upaya membebaskan Palestina dari penjajahan Israel selalu dilakukan Ahmadinejad dengan tidak biasa mulai dari orasi-orasi mengenai kejamnya Zionis hingga dari kebijakannya membantu Hamas dalam persenjataan, karena ketidak biasaannya itulah Ahmadinejad menjadi sorotan dunia dan permasalahan Palestina mendapat perhatian dari negara-negara lain dengan semakin banyaknya dukungan terhadap Palestina.


(34)

3.3.4 Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang tidak terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan, seleksi, analisis, dan rekontruksi secara analitis dan imajinatif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan. Hasil rekontruksi tersebut peneliti tuangkan melalui penulisan sejarah atau disebut historiografi. Historiografi merupakan puncak dalam prosedur penelitian sejarah dan merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.

Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya pikiran dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156).

Laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknik penulisan yang sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

Tujuan penelitian, manfaat penelitian, Metode Penelitian dan struktur Organisasi Skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretik, pada bab ini dilakukan sebuah pengkajian sumber-sumber utama yang didapatkan dengan menganalisa litelatur mengenai Sejarah Iran, Biografi Ahmadinejad, dan kebijakan Luar Negeri Iran terhadap Palestina. Sedangkan Kajian teoretiknya adalah mengkaji Teori Diplomasi, kebijakan luar negeri dan teori konflik.


(35)

Bab III Metodologi Penelitian, pada bab ini dijelaskan penggunaan metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah dengan menggunakan studi litelatur dalam teknik penelitiannya

Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina, dalam bab pembahasan ini adalah pemaparan hasil intrepretasi yang dilakukan sebelumnya yang sesuai dengan rumusan masalah, terdiri dari pembahasan 1. Situasi sosial-politik Iran sebelum Ahmadinejad menjadi Presiden. 2. Penyebab Ahmadinejad melibatkan diri dalam permasalahan Palestina. 3. Upaya yang dilakukan Ahmadinejad dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel. 4. Dampak dari upaya yang dilakukan Ahmadinejad terhadap Palestina

Bab V Kesimpulan. Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil dari penelitian yang dipaparkan sesuai rumusan masalah sebelumnya.


(36)

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh peneliti di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Iran adalah negara berkembang di Asia Barat yang memiliki banyak potensi baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, Kekayaan Iran datang dari pengolahan Minyak Bumi Gas maupun pengayaan Uranium (bahan baku nuklir) menjadikan posisi Iran dan Politik negara ini diperhitungkan baik dikawasan Timur Tengah sendiri maupun oleh Dunia Barat. Wajah Iran yang kita kenal saat ini yang dikenal sebagai negara “anti barat” atau “anti-western

country” tidak dapat dipungkiri karena revolusi Islam Iran pada 1979. Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad pada tahun 2005, Iran dipimpin oleh Muhammad Khatami yang merupakan tokoh reformis Iran yang menginginkan Iran lebih membuka kerjasama dengan negara-negara yang selama ini dihindari Iran dalam berkerjasa. Khatami sudah dinilai memasukan nilai-nilai liberalisme yang bertolak belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.

Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis dan revolusionis, membawa situasi Iran yang mengingatkan semua orang pada sosok Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, Ahmadinejad memiliki pandangan mengenai Palestina yang bersumber dari pandangan Khomaeni. Revolusi Islam Iran yang diperjuangkan saat itu merupakan bentuk penolakan terhadap dominasi Israel maupun Amerika Di Iran. Terdapat dua alasan yang membuat Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan serbuan yang luas dari hegemoni barat dan peran vital energi nuklir dalam kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Politik luar negeri Iran dalam periode pertama lebih aktif bergerak dalam permasalahan regional Timur Tengah antaralain permasalahan Palestina dan Nuklir. Begitu intensnya Ahmadinejad membantu


(37)

gerakan pembebasan Palestina dikarenkan latar belakang Ahmadinejad yang begitu meneladani Imam Khomeini, pada masa Revolusi 1979 Palestina merupakan salah satu faktor pendorong pergerakan kaum Islam fundamentalis untuk melaksanakan gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini pun berkali-kali menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah mendapat inspirasi dari perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir

revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi

belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel”. Politik Luar Negeri Iran

adalah bertumpu pada prinsip “tidak Barat dan tidak Timur tapi Islam” atau “laa

Syar’qiayah wa laa gharbiyyah” . Prinsip yang diperkenalkan Khomeini menjadikan syariat Islam sebagai pemandu kebijakan luar negeri Iran hingga saat ini.

Oleh Karena situasi yang terjadi di Palestina bagi Iran merupakan pelanggaran berat terhadap agama Islam dan nilai kemanusiaan. Ahmadinejad sangat ingin menciptakan perdamaian di dunia khususnya yang paling penting adalah ingin menciptakan perdamaian dikawasan Timur Tengah. Menurut Ahmadinejad belum terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah belum terlaksana diakibatkan karena adanya rezim Zionis yang dimotori Amerika Serikat. Rezim ini diyakini oleh Ahamdinejad sebagai rezim penjajah yang ilegal. Ahmadinejad juga menganggap bahwa Amerika serikat dan negara-negara barat lainnya yang mendukung rezim Zionis adalah adalah masalah utama dalam tersendatnya perdamaian di kawasan Timur Tengah

Peran Ahmadinejad dalam membangkitkan semua kalangan mengenai palestina dilakukan dengan frontal dan tanpa berbasa-basi, Dihampir semua kesempatan Ahmadinejad mencoba membawa permasalahan Palestina untuk ditelaah bersama-sama, karena salah satu perkataannya yang kontroversial mengenai Israel harus hilang dari peta yang sangat digembor-gemborkan media, Israel melaporkan hal ini ke PBB, dan PBB melaui Dewan Keamanan mengeluarkan sebuah sangsi kepada Ahmadinejad tertanggal 28 Agustus 2005.

Solusi yang diupayakan Ahmadinejad adalah penyatuan antara Palestina dan Israel dalam satu negara atau yang dikenal sebagai “one state solution” ,


(38)

dalam pandangan Ahmadinejad solusi tersebut merupakan solusi terbaik yang bisa diambil karena dengan bersatunya dua pihak dimungkinkan terjadinya perdamain yang abadi. Opsi lain dalam penyelesain konflik ini adalah “two state solution” dimana solusinya adalah membagi wilayah menjadi dua negara yaitu, Palestina dan Israel yang sama-sama merdeka dan diakui oleh bangsa-bangsa lain. Syarat untuk diakui sebagai sebuah negara adalah pengakuan secara de facto dan de jure dan Upaya tersebut membuahkan hasil pada 2012 , dimana status Palestina diakui sebagai sebuah negara. Perkembangan tersebut merupakan langkah besar dalam perjuangan bangsa Palestina memperjuangkan keadilan, berdasarkan hasil voting lebih dari dua pertiga dari 193 negara-negara anggota PBB mengakui status Palestina sebagai negara berdaulat pada tanggal 29 September 2012. Setelah kenaikan status Palestina inilah kita dapat mengukur sejauh mana Ahamdinejad memberikan dampak terhadap perjuangan Palestina karena setelah itu warga Gaza menyambut sukacita berita tersebut dengan tidak melupakan Iran sebagai salah satu negara yang memberikan perhatian dan bantuan secara nyata kepada Palestina, masyarakat Iran membuat beberapa papan reklame dengan ucapan terimakasih kepada Iran atas perjuangannya meyuarakan ketidakadilan di Palestina.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadinejad, M. (2009). Ahmadinejad Menggugat!:Republik Islam Iran Mematahakan Arogansi Amerika & Israel. Jakarta: Zahra Publishing Alcaf, M. (2008). Perang Nuklir; Militer Iran. Jakarta: Zahra Publishing Ansari, M. A. (2008). Supermasi Iran Poros Setan atau Superpower Baru?.

Jakarta: Zahra Publishing House

Ar-Rusydi, M. M. (2006). Mahmoud Ahmadinejad: Singa Persia VS Amerika Serikat. Jogjakarta: Garasi

Columbis, T dan Wolfe, J.(1999). Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power. Jakarta: Putra A Bardin.

El-Gogary, A. (2006). Ahmadinejad The Nuclear Savior of Taheran sang Nuklir membidas Hegemoni AS & Zionis. Depok: Pustaka Iiman. Freedman, O. R. (1984). The Middle East Since Camp David. Colorado:

Westview Prest.

Gold, D. (2009). The Rise of Nuclear Iran: how Tehran Defies the West. Washington DC: Regenery Publishing, INC

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Holsti, K. J.(1990). Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis. Jakarta:

Erlangga.

Ismaun, (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press. Kartodirjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia

Khomeini, R.A. (2004). Palestina Tragedi Keterhinaan Kaum Muslim. Jakarta: Zahra Publishing House

Labib, M. et al. (2006). Ahmadinejad David di Tengah Angkara Goliath Dunia. Jakarta: Hikmah ( PT Mizan Publika)

Mastal,Z.(1990). Imam Khomeini dan Jalan Menuju Integrasi dan Solidaritas. Jakarta: Yapi

Muhammad, A. (2010). Iran. Surabaya: Liris.


(40)

PT Gramedia

Perwita,A dan Yani, Y. (2011). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pollack, K. (2004). The Persian Puzzle; The Conflict between Iran-America. New York: Random House Trade Paperbacks

Ritzer, G. (2009). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

______ dan Goodman, D.J. (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Roy, S.L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press

Shoelhi, M. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sihbudi, R. M. (1992). Eksistensi Palestina di Mata Taheran dan Washington. Bandung: Mizan

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sulaeman, Y. D. (2008). Ahmadinejad on Palestine. Depok: Pustaka Iiman. Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, S.(1989). Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. Jakarta: Sinar Harapan.

Zulkifli. (2009). Ketika Zionis Menyerbu Gaza. - : Milestone Publishing House

Jurnal

Maleki, A.(1996). “The Islamic Republic of Iran’s Foreign Policy: The View from Iran”, dalam The Iranian Journal of International Affairs. 7,(4). Hlm 783-791

Minardi, A. (2006). “posibilitas invasi as ke iran dan dampaknya bagi ekonomi politik indonesia”, Dalam Polistaat .(8). Hlm – [0nline]


(41)

Sumber Selain Buku & Jurnal:

Hapsari, I. (2009). Politik Luar Negeri Iran Pada Pemerintahan Ahmadinejad dalam Hubungannya dengan Amerika Serikat Periode 2005-2009. Tesis Magister pada Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Pratama,K.A.(2009). Pengaruh Idiosyncratic Mahmoud Ahmadinejad terhadap Hubungan Luar Negeri Iran – Amerika Serikat (2005-2008).Skripsi pada Program Studi Hubungan Internasional UNIKOM Bandung: tidak diterbitkan.

Salsabila, F.(2007). Geopolitik dalam Konflik Regional Studi Kasus Kepentingan Nasional Iran dalam kelompok Hizbulloh (perang Israel- Hizbulloh 2006). Tesis Magister pada Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Winingsih, S.(2009). Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran(Periode 1997-2008). Tesis Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Internet

Taryudi. (2009). strategi politik Iran di jalur Gaza. [online]. Tersedia: http://www.eramuslim.com/berita/analisa/strategi-politik-iran-di-jalur gaza.html.[8 November 2012 ]

.(2010). Politik luar negeri Iran akankah berubah. [online]. Tersedia: (http://khunaipi.student.umm.ac.id/2010/04/08/politik-luar-negeri-iran-akankah-berubah/. [8 juni 2015].

Wikipedia.(2015). Daftar presiden Iran. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Presiden_Iran. [10 juli 2015]


(1)

100

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh peneliti di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Iran adalah negara berkembang di Asia Barat yang memiliki banyak potensi baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, Kekayaan Iran datang dari pengolahan Minyak Bumi Gas maupun pengayaan Uranium (bahan baku nuklir) menjadikan posisi Iran dan Politik negara ini diperhitungkan baik dikawasan Timur Tengah sendiri maupun oleh Dunia Barat. Wajah Iran yang kita kenal saat ini yang dikenal sebagai negara “anti barat” atau “anti-western

country” tidak dapat dipungkiri karena revolusi Islam Iran pada 1979. Sebelum

Pemerintahan Ahmadinejad pada tahun 2005, Iran dipimpin oleh Muhammad Khatami yang merupakan tokoh reformis Iran yang menginginkan Iran lebih membuka kerjasama dengan negara-negara yang selama ini dihindari Iran dalam berkerjasa. Khatami sudah dinilai memasukan nilai-nilai liberalisme yang bertolak belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.

Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis dan revolusionis, membawa situasi Iran yang mengingatkan semua orang pada sosok Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, Ahmadinejad memiliki pandangan mengenai Palestina yang bersumber dari pandangan Khomaeni. Revolusi Islam Iran yang diperjuangkan saat itu merupakan bentuk penolakan terhadap dominasi Israel maupun Amerika Di Iran. Terdapat dua alasan yang membuat Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan serbuan yang luas dari hegemoni barat dan peran vital energi nuklir dalam kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Politik luar negeri Iran dalam periode pertama lebih aktif bergerak dalam permasalahan regional Timur Tengah antaralain permasalahan Palestina dan Nuklir. Begitu intensnya Ahmadinejad membantu


(2)

gerakan pembebasan Palestina dikarenkan latar belakang Ahmadinejad yang begitu meneladani Imam Khomeini, pada masa Revolusi 1979 Palestina merupakan salah satu faktor pendorong pergerakan kaum Islam fundamentalis untuk melaksanakan gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini pun berkali-kali menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah mendapat inspirasi dari perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir

revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi

belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel”. Politik Luar Negeri Iran

adalah bertumpu pada prinsip “tidak Barat dan tidak Timur tapi Islam” atau “laa

Syar’qiayah wa laa gharbiyyah” . Prinsip yang diperkenalkan Khomeini

menjadikan syariat Islam sebagai pemandu kebijakan luar negeri Iran hingga saat ini.

Oleh Karena situasi yang terjadi di Palestina bagi Iran merupakan pelanggaran berat terhadap agama Islam dan nilai kemanusiaan. Ahmadinejad sangat ingin menciptakan perdamaian di dunia khususnya yang paling penting adalah ingin menciptakan perdamaian dikawasan Timur Tengah. Menurut Ahmadinejad belum terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah belum terlaksana diakibatkan karena adanya rezim Zionis yang dimotori Amerika Serikat. Rezim ini diyakini oleh Ahamdinejad sebagai rezim penjajah yang ilegal. Ahmadinejad juga menganggap bahwa Amerika serikat dan negara-negara barat lainnya yang mendukung rezim Zionis adalah adalah masalah utama dalam tersendatnya perdamaian di kawasan Timur Tengah

Peran Ahmadinejad dalam membangkitkan semua kalangan mengenai palestina dilakukan dengan frontal dan tanpa berbasa-basi, Dihampir semua kesempatan Ahmadinejad mencoba membawa permasalahan Palestina untuk ditelaah bersama-sama, karena salah satu perkataannya yang kontroversial mengenai Israel harus hilang dari peta yang sangat digembor-gemborkan media, Israel melaporkan hal ini ke PBB, dan PBB melaui Dewan Keamanan mengeluarkan sebuah sangsi kepada Ahmadinejad tertanggal 28 Agustus 2005.

Solusi yang diupayakan Ahmadinejad adalah penyatuan antara Palestina dan Israel dalam satu negara atau yang dikenal sebagai “one state solution” ,


(3)

102

dalam pandangan Ahmadinejad solusi tersebut merupakan solusi terbaik yang bisa diambil karena dengan bersatunya dua pihak dimungkinkan terjadinya perdamain yang abadi. Opsi lain dalam penyelesain konflik ini adalah “two state solution” dimana solusinya adalah membagi wilayah menjadi dua negara yaitu, Palestina dan Israel yang sama-sama merdeka dan diakui oleh bangsa-bangsa lain. Syarat untuk diakui sebagai sebuah negara adalah pengakuan secara de facto dan de jure dan Upaya tersebut membuahkan hasil pada 2012 , dimana status Palestina diakui sebagai sebuah negara. Perkembangan tersebut merupakan langkah besar dalam perjuangan bangsa Palestina memperjuangkan keadilan, berdasarkan hasil voting lebih dari dua pertiga dari 193 negara-negara anggota PBB mengakui status Palestina sebagai negara berdaulat pada tanggal 29 September 2012. Setelah kenaikan status Palestina inilah kita dapat mengukur sejauh mana Ahamdinejad memberikan dampak terhadap perjuangan Palestina karena setelah itu warga Gaza menyambut sukacita berita tersebut dengan tidak melupakan Iran sebagai salah satu negara yang memberikan perhatian dan bantuan secara nyata kepada Palestina, masyarakat Iran membuat beberapa papan reklame dengan ucapan terimakasih kepada Iran atas perjuangannya meyuarakan ketidakadilan di Palestina.


(4)

103

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadinejad, M. (2009). Ahmadinejad Menggugat!:Republik Islam Iran Mematahakan Arogansi Amerika & Israel. Jakarta: Zahra Publishing Alcaf, M. (2008). Perang Nuklir; Militer Iran. Jakarta: Zahra Publishing Ansari, M. A. (2008). Supermasi Iran Poros Setan atau Superpower Baru?.

Jakarta: Zahra Publishing House

Ar-Rusydi, M. M. (2006). Mahmoud Ahmadinejad: Singa Persia VS Amerika Serikat. Jogjakarta: Garasi

Columbis, T dan Wolfe, J.(1999). Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power. Jakarta: Putra A Bardin.

El-Gogary, A. (2006). Ahmadinejad The Nuclear Savior of Taheran sang Nuklir membidas Hegemoni AS & Zionis. Depok: Pustaka Iiman. Freedman, O. R. (1984). The Middle East Since Camp David. Colorado:

Westview Prest.

Gold, D. (2009). The Rise of Nuclear Iran: how Tehran Defies the West. Washington DC: Regenery Publishing, INC

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Holsti, K. J.(1990). Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis. Jakarta:

Erlangga.

Ismaun, (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press. Kartodirjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia

Khomeini, R.A. (2004). Palestina Tragedi Keterhinaan Kaum Muslim. Jakarta: Zahra Publishing House

Labib, M. et al. (2006). Ahmadinejad David di Tengah Angkara Goliath Dunia. Jakarta: Hikmah ( PT Mizan Publika)

Mastal,Z.(1990). Imam Khomeini dan Jalan Menuju Integrasi dan Solidaritas. Jakarta: Yapi

Muhammad, A. (2010). Iran. Surabaya: Liris.


(5)

104

PT Gramedia

Perwita,A dan Yani, Y. (2011). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pollack, K. (2004). The Persian Puzzle; The Conflict between Iran-America. New York: Random House Trade Paperbacks

Ritzer, G. (2009). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

______ dan Goodman, D.J. (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Roy, S.L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press

Shoelhi, M. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sihbudi, R. M. (1992). Eksistensi Palestina di Mata Taheran dan Washington. Bandung: Mizan

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sulaeman, Y. D. (2008). Ahmadinejad on Palestine. Depok: Pustaka Iiman. Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, S.(1989). Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. Jakarta: Sinar Harapan.

Zulkifli. (2009). Ketika Zionis Menyerbu Gaza. - : Milestone Publishing House

Jurnal

Maleki, A.(1996). “The Islamic Republic of Iran’s Foreign Policy: The View from Iran”, dalam The Iranian Journal of International Affairs. 7,(4). Hlm 783-791

Minardi, A. (2006). “posibilitas invasi as ke iran dan dampaknya bagi ekonomi politik indonesia”, Dalam Polistaat .(8). Hlm – [0nline]


(6)

Sumber Selain Buku & Jurnal:

Hapsari, I. (2009). Politik Luar Negeri Iran Pada Pemerintahan Ahmadinejad dalam Hubungannya dengan Amerika Serikat Periode 2005-2009. Tesis Magister pada Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Pratama,K.A.(2009). Pengaruh Idiosyncratic Mahmoud Ahmadinejad terhadap Hubungan Luar Negeri Iran – Amerika Serikat (2005-2008).Skripsi pada Program Studi Hubungan Internasional UNIKOM Bandung: tidak diterbitkan.

Salsabila, F.(2007). Geopolitik dalam Konflik Regional Studi Kasus Kepentingan Nasional Iran dalam kelompok Hizbulloh (perang Israel- Hizbulloh 2006). Tesis Magister pada Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Winingsih, S.(2009). Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran(Periode 1997-2008). Tesis Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Internet

Taryudi. (2009). strategi politik Iran di jalur Gaza. [online]. Tersedia: http://www.eramuslim.com/berita/analisa/strategi-politik-iran-di-jalur gaza.html.[8 November 2012 ]

.(2010). Politik luar negeri Iran akankah berubah. [online]. Tersedia: (http://khunaipi.student.umm.ac.id/2010/04/08/politik-luar-negeri-iran-akankah-berubah/. [8 juni 2015].

Wikipedia.(2015). Daftar presiden Iran. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Presiden_Iran. [10 juli 2015]