PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI.

(1)

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh Audry Yuliane

1103514

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh Audry Yuliane

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Audry Yuliane.

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015


(3)

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh Audry Yuliane

NIM 1103514

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Nenden Lilis Aisyah, M.Pd.

NIP 197109262003122007

Pembimbing II,

Rudi Adi Nugroho, M.Pd.


(4)

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S Anshori, M.Si.


(5)

Audry Yuliane, 2015

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang sering muncul dalam pembacaan puisi, baik di sekolah maupun pada perlombaan membaca puisi tingkat pelajar regional atau nasional, yang setiap tahunnya dihadapkan pada persoalan yang sama, yakni persoalan bagaimana cara mengoptimalkan alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan dan yang dapat berasosiasi dengannya) seorang pembaca puisi. Untuk memecahkan persoalan tersebut, peneliti mengujicobakan sebuah teknik berupa teknik pelatihan akting Stanislavski. Teknik pelatihan akting Stanislavski ini berprinsip pada tiga bentuk latihan, yakni olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profil pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Lembang, Bandung? 2) Bagaimana kemampuan membaca indah puisi pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski? 3) Bagaimana kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas kontrol yang tanpa teknik pelatihan akting Stanislavski? 4) Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui profil pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Lembang, Bandung; 2) menguji perbandingan kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski; 3) menguji perbandingan kemampuan membaca indah puisi siswa kelas kontrol yang perlakuan khusus; 4) menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ketiga jenis latihan tersebut adalah latihan yang mampu mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam pembaca puisi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 siswa yang terbagi ke dalam 36 siswa pada kelas eksperimen dan 36 siswa kelas kontrol yang diambil secara purposive sampling.

Metode penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan menghadirkan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai kelas pembanding. Berdasarkan hasil hitungan uji t hipotesis diperoleh hasil thitung (4,06) ≥ ttabel (1,99). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Teknik

pelatihan akting Stanislavski terbukti efektif dalam pembelajaran membaca indah puisi.


(6)

Audry Yuliane, 2015

APPLICATION TECHNIQUES ACTING TRAINING STANILAVSKI LEARNING IN BEAUTIFUL POETRY READING

(Quasi Experiments in Class IX SMP Negeri 1 Lembang Bandung Academic Year 2014/2015)

Audry Yuliane 1103514 ABSTRACT

This research is motivated by the problems that often arise in a poetry reading at school or on the race poetry reading student level regional and national levels every year are faced with the same problems that the issue of how to optimize the tool-outside (sound) and the tool-in (inspiration and which can be associated with) a reader of poetry. To solve these problems, researchers tested the technique in the form of acting training techniques Stanilavski in learning to read a beautiful poem in school. Ii research goal was to test the effectiveness of the technique Stanilavski acting training in teaching students to read a beautiful poem. Stanilavski acting training technique is the principle of the three forms of exercise, the body work, vocal, and if the soul. The three types of exercises are exercises that can optimize external tools and instruments in a poetry reader. The sample in this study amounted to 72 students are divided into classes of 36 students in the experimental and 36 control class taken by incidental sampling. The research method taken in this study is a quasi experimental method by presenting experimental class and control class as the class benchmark. Based on

the results of the count t test hypotheses obtained results tcount (4.06) ≥ t table

(1.99). This shows that Ha is accepted and H0 is rejected. Stanilavski acting training techniques proven effective in learning to read a beautiful poem.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR HAK CIPTA

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB 2 IHWAL MEMBACA INDAH PUISI, PUISI DAN TEKNIK PELATIHAN STANILAVSKI 2.1 Ihwal Membaca Indah Puisi ... 9

2.1.1 Pengertian Membaca ... 9

2.1.2 Jenis-Jenis Membaca ... 10

2.1.3 Ihwal Membaca Indah Puisi ... 13

2.1.3.1 Definisi Membaca Indah Puisi ... 13

2.1.3.2 Jenis-Jenis Pembacaan Puisi ... 17

2.2 Ihwal Puisi ... 18

2.2.1 Pengertian Puisi ... 18

2.2.2 Hakikat Puisi ... 20

2.2.3 Metode Puisi ... 21


(8)

2.2.5 Cara Menafsirkan Puisi ... 24

2.3 Teknik Pelatihan Akting Stanilavski ... 25

2.3.1 Definisi Teknik Pelatihan Akting Stanilavski ... 25

2.3.2 Langkah-Langkah Teknik Pelatihan Akting Stanilavski ... 35

2.4 Penerapan Teknik Pelatihan Akting Stanilavski ... 47

2.5 Kerangka Berpikir ... 50

2.6 Hipotesis ... 52

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 52

3.2 Populasi dan Sampel ... 53

3.2.1 Populasi Penelitian ... 53

3.3.2 Sampel Penelitian ... 54

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.3.1 Tes ... 56

3.3.2 Obsevasi ... 56

3.4 Instrumen Penelitian ... 57

3.4.1 Instrumen Perlakuan ... 57

3.4.2 Instrumen Tes ... 65

3.4.2.1 Lembar Tes ... 65

3.4.2.2 Format Penilaian Membaca Indah Puisi ... 71

3.4.3 Lembar Observasi ... 75

3.4.3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 75

3.4.3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 78

3.5 Teknik Analisis Data ... 79

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi dan Analisis Proses Penelitian ... 85

4.2 Deskripsi dan Analisis Data Hasil Observasi ... 90

4.3 Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 91

4.3.1 Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest ... 91


(9)

4.3.1.2 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen ... 94

4.3.1.3 Analisis Pembacaan sebagai Contoh Penilaian ... 97

4.3.1.3.1 Analisis Data Pretest Kelas Eksperimen ... 97

4.3.1.3.2 Analisis Data Posttest Kelas Eksperimen ... 98

4.3.1.4 Nilai Rata-rata Pretest Kelas Kontrol ... 99

4.3.1.5 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Kontrol ... 101

4.3.1.6 Analisis Pembacaan sebagai Contoh Penilaian ... 104

4.3.1.6.1 Analisis Data Pretest Kelas Kontrol ... 104

4.3.1.6.2 Analisis Data Posttest Kelas Kontrol ... 105

4.3.2 Analisis Data Kuantitatif ... 105

4.3.2.1 Uji Prasyarat Nilai Hasil Pretest dan Posttest ... 106

4.3.2.1.1 Uji Reliabilitas Antarpenimbang ... 106

4.3.2.1.1.1 Uji Reliabilitas Antarpenimbang Data Pretest Kelas Eksperimen ... 106

4.3.2.1.1.2 Uji Reliabilitas Antarpenimbang Data Pretest Kelas Kontrol .. ... 108

4.3.2.1.1.3 Uji Reliabilitas Antarpenimbang Data Posttest Kelas Eksperimen ... 111

4.3.2.1.1.4 Uji Reliabilitas Antarpenimbang Data Posttest Kelas Kontrol . ... 114

4.3.2.1.2 Uji Normalitas ... 116

4.3.2.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ... 117

4.3.2.1.2.2 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ... 118

4.3.2.1.2.3 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 119

4.3.2.1.2.4 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ... 120

4.3.2.1.3 Uji Homogenitas ... 120

4.3.2.1.3.1 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…. ... 121

4.3.2.1.3.2 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…. ... 122


(10)

4.3.2.2 Uji Hipotesis ... 123 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 129

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan ... 136 5.2 Implikasi ... 137 5.2 Rekomendasi ... 138

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design ... 53

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 55

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ... 55

Tabel 3.4 Lembar Tes Membaca Indah Puisi ... 66

Tabel 3.5 Format Penilaian Membaca Indah Puisi Berdasarkan Skala Nilai ... 72

Tabel 3.6 Kategori Penilaian ... 75

Tabel 3.7 Lembar Penilaian Membaca Indah Puisi ... 76

Tabel 3.8 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 77

Tabel 3.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 79

Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen ... 93

Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 95

Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen ... 96

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 98

Tabel 4.5 Nilai Rata-rata Pretest Kelas Kontrol ... 100

Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 102

Tabel 4.7 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Kontrol ... 103

Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 104

Tabel 4.9 Data Skor Uji Antarpenimbang Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 107

Tabel 4.10 Format Penghitungan ANAVA Pretest Kelas Eksperimen ... 109

Tabel 4.11 Data Skor Uji Antarpenimbang Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 110


(12)

Tabel 4.13 Data Skor Uji Antarpenimbang Hasil Posttest Kelas Eksperimen

... 112

Tabel 4.14 Format Penghitungan ANAVA Posttest Kelas Eksperimen ... 114

Tabel 4.15 Data Skor Uji Antarpenimbang Hasil Posttest Kelas Kontrol .... 115

Tabel 4.16 Format Penghitungan ANAVA Posttest Kelas Kontrol ... 117

Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ... 118

Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ... 119

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 120

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ... 121

Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 122

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 123

Tabel 4.23 Perbedaan Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 125


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Tes Membaca Indah Puisi

Lampiran 4 Lembar Penilaian Tes Membaca Indah Puisi

Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa

Lampiran 6 Penilaian Pretest Kelas Eksperimen

Lampiran 7 Penilaian Pretest Kelas Kontrol

Lampiran 8 Penilaian Posttest Kelas Eksperimen

Lampiran 9 Penilaian Posttest Kelas Kontrol


(14)

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Membaca indah puisi merupakan sebuah usaha mengapresiasi karya sastra dan usaha menghidupkan sebuah karya sastra, khususnya puisi, di tengah maraknya arus modernisasi. Puisi sebagai sebuah karya yang lahir dari ekspresi seseorang (penulis) terhadap sebuah peradaban atau lingkungan sekitar dirasa perlu terus dilestarikan agar karya tersebut tetap hidup dan mampu memotivasi pandangan kritis generasi muda terhadap persoalan yang ada, baik persoalan sosial, politik, budaya, maupun hukum dan HAM. Untuk pencapaian tersebut, diperlukan adanya usaha dari semua pihak, baik itu akademisi, maupun seniman, budayawan, pelajar, dan masyarakat pada umumnya.

Lalu darimana sesungguhnya budaya membaca indah puisi itu lahir? Jawabannya tidak lain adalah dari tradisi lisan masyarakat Indonesia bertahun-tahun yang lalu. Tradisi lisan masyarakat Indonesia yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan, akhirnya membawa pengaruh terhadap pelisanan puisi lama di Indonesia, salah satunya adalah di Bali. Teeuw (1994, hlm. 173-174) mengungkapkan bahwa di Bali penggelaran puisi tradisional disebut dengan istilah mabasan atau masasakan, membaca puisi tradisional bersama-sama, dinyanyikan atau hanya dilisankan.

Ibarat akar yang terus menjalar, penggelaran puisi tradisional tersebut juga berimbas pada puisi modern di Indonesia, dengan istilah

yang berbeda, yakni peotry reading, pembacaan puisi modern. Salah satu

pelopor poetry reading tersebut adalah WS.Rendra yang biasa

menyuarakan puisinya di dalam penggelaran baca puisi, kemudian diikuti oleh Sutardji Calzoum Bachri, dan seterusnya. Hingga saat ini lahir banyak istilah untuk penyebutan puisi yang dilisankan, ada yang

menyebutnya poetryreading, deklamasi, membaca indah puisi, danada


(16)

istilah-istilah tersebut memiliki makna yang sama, yakni melisankan karya puisi yang berupa tulisan melalui panggung pertunjukan. Hakikatnya pun sama, yakni merupakan cara bagaimana masyarakat mengapresiasi bentuk karya sastra berupa puisi dan juga sebagai bentuk upaya menjaga warisan tradisi. Dalam dunia pendidikan, usaha apresiasi puisi tersebut terwujud dalam rancangan kurikulum, terutama dalam KTSP yang menghadirkan Standar Kompetensi (SK) membaca sastra. Melalui SK tersebut para siswa dituntut untuk terampil membaca, menyimak, berbicara dan menulis karya sastra. SK tersebut juga merupakan wujud konkret bagaimana dunia pendidikan berperan aktif dalam menghidupkan karya sastra di kalangan generasi muda.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pelatih puisi di Komunitas Sastra Cianjur, Yusuf Gigan, pada tanggal 25 Juni 2015 (lihat transkrip wawancara pada lampiran), pembelajaran sastra, khususnya membaca indah puisi, memang merupakan suatu pembelajaran yang sulit sehingga banyak guru yang akhirnya menyerahkan siswa ke Komunitas Sastra Cianjur untuk dilatih membaca puisi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya strategi atau teknik khusus untuk membuat pembelajaran membaca indah puisi ini menarik dan membuat siswa aktif. Minat dan kemampuan siswa dalam membaca indah puisi menjadi sangat kurang. Salah satu penyebab sulitnya siswa dalam membaca indah puisi adalah siswa kurang percaya diri. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknik pembelajaran yang cocok untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri para siswa untuk berani mengekpresikan puisi.

Pradopo (2010, hlm. 7) mengemukakan bahwa puisi itu mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam satuan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rangkaian dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.


(17)

Berdasarkan penjelasan Pradopo tersebut, terdapat penegasan bahwa puisi harus diekpresikan dalam wujud paling berkesan. Dalam dunia pendidikan hal tersebut disebut sebagai apresiasi puisi. Salah satu bentuk apresiasi puisi yang berkesan salah satunya dapat dilakukan melalui membaca indah puisi.

Menurut Soleh dalam makalahnya yang berjudul“Berlatih

Membaca Puisi dan Cerpen untuk Sekolah Menengah” (2011, hlm.2)

pembacaan puisi yang berkesan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pembacaan dengan bernyanyi, menari, berteriak, mengerang, bahkan berguling sekali pun akan menjadi sebuah ekspresi yang menarik asalkan apa yang dilakukan dalam pembacaan sesuai dengan interpretasi puisi yang dibacakan. Dalam makalahnya Soleh juga mengemukakan tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembacaan puisi, yakni (1) membca puisi dengan membawa teks, (2) pendekatan deklamasi, dan (3) pendekatan keaktoran.

Adapun salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai dalam pembelajaran membaca sastra adalah membaca indah puisi. Membaca indah puisi tersebut mencakup beberapa aspek yang harus dikuasai oleh para siswa, yakni, (1) pemaknaan, (2) penjiwaan, (3) penguasaan gesture, (4) penguasaan mimik, dan (5) penguasaan vokal. Kelima aspek tersebut termaktub dalam lembar penilaian membaca indah puisi yang dimiliki oleh para guru. Dari aspek tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa melalui membaca indah puisi, siswa dituntut untuk mengoptimalkan dua alat dalam tubuhnya, yakni alat dalam dan alat luar sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Noer (1997, hlm. 22) dua alat deklamasi adalah alat-dalam dan alat-luar. Alat dalam berfungsi untuk menangkap isi dan maksud sajak serta ogan-organ yang dapat berasosiasi dengannya, sedangkan alat luar bagi seorang deklamator adalah suara yang baik. Dengan pertimbangan aspek yang harus dikuasai oleh para siswa tersebut dan juga mempertimbangkan apa yang diungkapkan oleh Noer, peneliti berpendapat bahwa salah satu teknik yang


(18)

dapat diterapkan untuk mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam para siswa dalam pembelajaran membaca indah puisi adalah teknik pelatihan akting Stanislavski.

Teknik pelatihan akting Stanislavski biasanya diterapkan dalam pembelajaran drama karena di dalam sebuah drama, kemahiran aktor dalam berakting merupakan unsur penting di atas panggung. Namun, dalam pembelajaran membaca indah puisi pun para siswa juga membutuhkan bekal keaktoran karena melalui bekal keaktoranlah para siswa akan mampu menumbuhkan rasa percaya diri, termasuk mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam seperti apa yang diungkapkan oleh Noer di atas.

Pemikiran tersebut juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan seorang seniman, Gusjur Mahesa, pada tanggal 28 Oktober 2014 (transkrip wawancara terlampir), seusai perhelatan lomba Baca Puisi Piala Rendra. Gusjur Mahesa menerangkan bahwa ketika pembacaan puisi di atas panggung secara otomatis pembacaan tersebut harus mampu menjadi sebuah pertunjukkan yang menarik. Seorang pembaca puisi akan terlihat berkesan apabila dia juga mampu menjadi aktor, menjadi apa yang ada di dalam puisi.

Pendapat tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Asrizal Nur, ketika diwawancara seusai perlombaan baca Puisi Hari Pahlawan di Semarang, tanggal 10 November 2014 (transkrip wawancara terlampir). Asrizal mengemukakan bahwa pembacaan puisi seharusnya lebih eksploratif. Seorang pembaca puisi seyogyanya mampu memainkan pembacaan puisi yang berkesan di atas panggung dan tidak hanya membaca seperti layaknya membaca di dalam kamar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara baik melalui eksplorasi tubuh, maupun

media seperti “video mapping”.

Selain pendapat yang diungkapkan oleh para ahli tersebut, pengalaman peneliti dalam bidang pembacaan puisi semakin memperkuat asumsi bahwa seorang pembaca puisi memerlukan pelatihan keaktoran.


(19)

Lewat pelatihan keaktoran tersebutlah seorang pembaca puisi akan mampu mengaktualisasikan jiwa dan tubuhnya di atas panggung. Berdasarkan pendapat para ahli dan apa yang dirasakan oleh peneliti secara empiris tersebut semakin memperkuat peneliti untuk menerapkan teknik pelatihan akting Stanislavski dalam pembelajaran membaca indah puisi di sekolah. Akan tetapi, sebelum diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, perlu adanya penelitian terlebih dahulu mengenai efektivitas teknik tersebut dalam meningkatkan kemampuan membaca indah puisi.

Secara garis besar, pelatihan akting Stanislavski terdiri dari: 1) olah tubuh. 2) olah vokal, dan 3) olah sukma. Olah tubuh diterapkan untuk melatih stamina dan menunjang kesadaran gestikulasi seorang pembaca puisi, olah vokal merupakan latihan yang bertujuan untuk menunjang volume suara seorang pembaca puisi dan olah sukma adalah bentuk latihan yang bertujuan untuk menunjang penjiwaan seorang pembaca puisi.

Peneliti melihat bahwa belum banyak penelitian yang dilakukan oleh akademisi tentang membaca indah puisi. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian

berjudul “Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Pembelajaran Ekspresi Puisi” oleh Rizky Hermansyah (mahasiswa UPI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2007). Hal tersebut dikarenakan perlu adanya dasar keaktoran yang dimiliki oleh seorang peneliti dalam menerapkan pendekatan tersebut agar dalam penerapannya tidak terjadi ketimpangan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Teknik Pelatihan

Akting Stanislavski dalam Pembelajaran Membaca Indah Puisi Siswa SMP Kelas IX di SMP Negeri 1 Lembang. (Penelitian Eksperimen Kuasi Nonequivalent Control Group Design)”.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


(20)

1. Bagaimana proses pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen dengan menggunakan teknik pelatihan akting Stanislavski?

2. Bagaimana kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas

eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski?

3. Bagaimana kemampuan membaca indah puisi siswa kelas kelas kontrol

yang tanpa teknik pelatihan akting Stanislavski?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca

indah puisi di kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi standar dalam kurikulum.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pembelajan membaca indah puisi di kelas eksperimen

dengan teknik pelatihan akting Stanislavski

2. Mengetahui perbandingan kemampuan membaca indah puisi siswa kelas

eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan khusus berupa teknik pelatihan akting Stanislavski.

3. Mengetahui perbandingan kemampuan membaca indah puisi siswa kelas

kontrol yang tanpa perlakuan berupa teknik pelatihan akting Stanislavski.

4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan

membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak, yakni guru, siswa dan peneliti. Adapun manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut.


(21)

Melalui penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski, Guru diharapkan dapat memeroleh masukkan dalam menggunakan pendekatan yang bisa menstimulasi rasa percaya diri, daya kreatif dan ekploratif siswa dalam membaca puisi sehingga keterampilan membaca puisi siswa dapat meningkat.

2. Bagi Siswa

Melalui penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski, siswa diharapkan dapat mengoptimalkan rasa percaya diri, mengasah kreatifitas melalui pengoptimalan alat-luar dan alat-dalam seorang deklamator,

kemudian memunculkan keberanian eksplorasi sehingga dapat

meningkatkan kemampuan dalam membaca indah puisi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai tugas akhir, penelitian ini diharapkan mampu menjadi media pembuktian atas ilmu yang telah didapat oleh peneliti selama berada di bangku perkuliahan. Selain media pembuktian, penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi bentuk pengabdian peneliti terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini disusun menjadi lima bab utama yakni BAB I Pendahuluan, BAB II Landasan Teoritis, BAB III Metodologi Penelitian, BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. BAB I pendahuluan dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang penelitian mengapa masalah pembelajaran membaca indah puisi ini diteliti, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang ingin dicapai, serta manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti.

Pada BAB II, penulis mengemukakan tentang teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai landasan peneliti dalam melakukan penelitian baik teori-teori yang berkaitan dengan variabel membaca indah puisi ataupun


(22)

variabel teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, peneliti mencantumkan asumsi yang dirumuskan oleh peneliti serta hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

BAB III yaitu bab metodologi penelitian, pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan dengan metode dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian, populasi dan sampel penelitian, rumusan definisi-definisi yang dioperasionalkan yang selanjutnya melahirkan indikator-indikator yang dijabarkan dalam instrumen penelitian. Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga instrumen yaitu instrumen perlakuan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen tes berupa soal dan kriteria penilaian performansi membaca indah puisi, dan instrumen observasi berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Terakhir, dalam BAB ini peneliti mencantumkan pula teknik pengolahan data. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan cara-cara yang akan dilakukan peneliti dalam mengolah data yang sudah dihasilkan sebelumnya.

BAB IV dalam penelitian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan ini menjabarkan tentang deskripsi proses penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis membaca indah puisi siswa, analisiis data dan pembahasan. Pada bagian pembahasan, peneliti mengorelasikan antara teori yang digunakan dengan data hasil penelitian yang sudah diperoleh, kemudian menghubungkannya dengan hipotesis yang diajukan.

BAB V merupakan BAB terakhir. BAB ini berisi tentang simpulan serangkaian pembahasan yang sudah dilakukan dan merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah diajukan pada BAB I. Selain itu, BAB ini juga berisi tentang implikasi, dan rekomendasi yang diajukan peneliti bagi guru dan bagi penelitian selanjutnya.


(23)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan kemampuan membaca indah puisi di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berupa metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012, hlm. 107). Jenis metode eksperimen yang digunakan adalah metode

eksperimen kuasi (quasi experimental research) Nonequivalent Control

Group Design. Desain ini menggunakan dua kelompok subjek yang salah satunya diberi perlakuan. Satu kelompok sebagai pembanding tidak mendapat perlakuan khusus peneliti. Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas hipotesis yang disusun. Gambaran desain penelitian ini terlihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 3.1

Desain Metode Penelitian Eksperimen Semu (Nonequivalent Control Group Design)

(Sugiyono, 2012, hlm. 116)

Keterangan:

O

1 X

O

2

………

O

3

O

4


(24)

O1 = Nilai pretest kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan)

O2 = Nilai posttest kelas eksperimen (setelah diberi perlakuan)

O3 = Nilai pretest kelas kontrol

O4 = Nilai pascatest kelas kontrol

X = Perlakuan

Deskripsi mengenai implementasi desain ini adalah pemberian tes awal atau pretest di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil dari tes awal atau pretest adalah hasil awal kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca indah puisi. Pada kelas kontrol, peneliti tidak memberikan

treatment khusus dalam pembelajaran. Peneliti hanya menggunakan metode yang biasa guru mata pelajaran terapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi. Berbeda halnya dengan kelas eksperimen. Peneliti memberikan

treatment khusus yaitu metode pelatihan akting Stanislavski pada beberapa kali pertemuan. Setelah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda dilakukan, peneliti kemudian memberikan soal tes akhir atau posttest kepada dua kelas subjek tersebut. Hasil akhir ini adalah hasil kemampuan membaca indah puisi kedua kelas subjek. Kelas kontrol yang tidak diberikan treatment

dengan kelas eksperimen yang diberikan treatment. Hasil kemampuan awal

dan akhir siswa akan dianalisis tingkat perbedaannya. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui adanya perubahan terhadap hasil treatment yang

dilakukan pada kelas eksperimen sebelum mendapat perlakuan dan sesudah mendapat perlakuan.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek atau objek secara keumuman yang akan dipelajari dan ditarik kesimpulan oleh peneliti dengan kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono 2012, hlm. 117). Menentukan populasi


(25)

tidak dilihat dari segi kuantitas saja tetapi segi kualitas yang meliputi karakteristik objek atau subjek yang ada di dalamnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Lembang. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena posisi SMP Negeri 1 Lembang sebagai kluster pertama menarik perhatian peneliti untuk mengetahui kemampuan membaca indah puisi di sekolah tersebut. Kluster pertama memiliki nilai potensi yang sudah diakreditasi berkualitas sangat baik dari segi kemampuan akademik dan nonakademik. Adapun rincian penyebaran kelas IX SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2014/2015 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Daftar Populasi Kelas IX SMP Negeri 1 Lembang

NO KELAS

JUMLAH POPULASI

JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 IX-A 10 20 30

2 IX-B 16 18 34

3 IX-C 8 27 35

4 IX-D 16 20 36

5 IX-E 17 19 36

6 IX-F 12 25 37

7 IX-G 13 25 38

8 IX-H 9 26 35


(26)

Sampel adalah sebagian dari populasi. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Peneliti mengambil sampel karena populasi yang akan diteliti terlalu besar. Keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan teknis lainnya membuat peneliti mengambil sampel dari populasi yang sudah ditentukan.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik sampling purposiv. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 118) sampling purposiv adalah teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang menjadi indikator dalam pemilihan sampel yang disusun oleh peneliti adalah sampel haruslah kelas yang memiliki minat lebih terhadap pembelajaran sastra baik membaca maupun menulis karya sastra. Minat siswa terhadap sastra tersebut dilihat dari pemerolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran sastra yang dimiliki oleh guru maupun dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas IX. Setelah peneliti melihat pemerolehan nilai rata-rata tersebut dan juga mewawancarai guru, kemudian peneliti menentukan kelas IX D menjadi kelas eksperimen karena pemerolehan nilai rata-rata pembelajaran sastra di kelas ini di atas pemerolehan rata-rata nilai di kelas lain. Selain itu, hasil wawancara peneliti dengan guru menunjukkan bahwa di kelas IX D banyak siswa yang mengikuti ekstrakurikuler yang berkaitan dengan sastra dan kesenian seperti teater, karawitan, maupun tari tradisional. Tidak sedikit pula siswa di kelas ini yang sudah mengikuti lomba baca puisi, maupun lomba tulis karya sastra dan kesenian lainnya. Adapun kelas kontrol yang berpern sebagai kelas pembanding adalah kelas IX E. Peneliti memilih kelas IX E sebagai kela kontrol karena karakteristik siswa kelas IX E sama dengan karakteristik siswa kelas IX D. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dua kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama dan homogen.


(27)

Tabel 3.3

Daftar Jumlah Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol

KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

IX D 12 24 36

IX E 13 23 36

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes. Teknik tes yang dilakukan berupa tes penampilan membaca indah puisi di depan kelas. Pengumpulan data dilakukan dua kali tes, yakni pada pretest di awal pertemuan dan posttest di akhir penelitian.

3.3.1 Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris (Sudjana, dalam Tukiran, dan Hidayat, 2012, hlm. 50).

a. Pretest

Tes awal ini deberikan kepada siswa sebelum diberi perlakuan berupa penerapan metode pelatihan akting Stanislavski, dan tanpa perlakuan pada kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca indah puisi siswa sebelum diberi perlakuan. Bentuk tes awal yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah tes dengan bentuk penampilan membaca indah puisi di depan kelas.


(28)

Tes akhir ini adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui hasil keterampilan membaca indah puisi setelah siswa mendapat perlakuan pada kelas eksperimen dan tanpa perlakuan pada kelas kontrol.

3.3.2 Observasi

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 145), observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek yang lain.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009, hlm. 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dalam penelitian ini menggunakan observasi pengamatan guru terhadap aktivitas siswa ketika diberikan perlakuan dalam pembelajaran membaca indah puisi. Obeservasi tersebut ditujukan untuk melihat bagaimana perbedaan proses pembelajaran siswa dalam membaca indah puisi sebelum dan setelah diberi perlakuan.

Terdapat tiga hal yang menjadi pengamatan guru dalam proses pengamatan, yaitu (1) aktivitas pembelajaran guru dan siswa, (2) hambatan siswa sebelum diberi perlakuan, dan (3) solusi yang dirasakan guru serta siswa setelah penerapan perlakuan dilaksanakan. Observasi ini dilakukan sebelum penelitian dan selama proses pelaksanaan penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Instrumen Perlakuan


(29)

Sehubungan dengan objek penelitian berupa pembelajaran membaca indah puisi di sekolah, maka penelitian ini menggunakan instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dirancang berdasarkan teknik yang digunakan yakni, teknik pelatihan akting Stanislavski. Adapun deskripsi dari RPP perlakuan tersebut adalah sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri 1 Lembang, Bandung

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : IX/2

Standar Kompetensi : Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca

puisi dan buku cerita anak

Kompetensi Dasar : Membaca indah puisi dengan mengoptimalkan fungsi

alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan maupun yang dapat berasosiasi dengannya) yang sesuai dengan makna teks puisi yang dibacakan melalui teknik pelatihan akting Stanislavski.

Indikator : Mampu mengoptimalkan fungsi alat-luar (suara) dan

alat-dalam (penjiwaan maupun yang dapat berasosiasi dengannya) sesuai dengan makna puisi yag dibacakan.


(30)

Alokasi Waktu : 10 x 40 ( 5 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa mampu membaca indah puisi dengan mengoptimalkan fungsi

alat-luar (suara)

b. Siswa mampu membaca inah puisi dengan mengoptimalkan alat-dalam

(penjiwaan maupun yang dapat berasosiasi dengannya) yang sesuai dengan makna teks puisi yang dibacakan.

B. Materi Pembelajaran

a. Mendengarkan guru membacakan teks puisi.

b. Bertanyajawab persoalan makna puisi yang dibacakan oleh guru.

c. Diskusi persoalan tafsir puisi yang dibacakan oleh guru dan juga tafsir puisi yang hendak menjadi bahan tes.

d. Berlatih mengoptimalkan alat-luar (suara).

e. Berlatih mengoptimalkan alat-dalam (penjiwaan maupun yang dapat

berasosiasi dengannya).

f. Berlatih membaca puisi.

C. Teknik Pembelajaran

a. Teknik pelatihan akting Stanislavski

D. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pertemuan Pertama

Kegiatan Awal  Siswa merespon salam dari guru.


(31)

kompetensi dasar, tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

 guru melakukan apersepsi

dan motivasi terkait dengan membaca indah puisi.

 guru membacakan sebuah

puisi dengan menerapkan kaidah membaca indah pada pembacaannya.

10 menit

Kegiatan Inti  Guru membagikan teks puisi kepada siswa.

 Guru membimbing siswa

untuk menafsirkan puisi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) memperhatikan

kata-kata yang ada di dalam teks puisi,

b) memperhatikan

bunyi kata-kata yang ada di dalam teks puisi,

c) memperhatikan

penggambaran-penggambaran yang dituliskan


(32)

dalam teks puisi,

d) memperhatikan

penggunaan gaya bahasa dalam teks puisi,

e) memperhatikan

kata-kata tiap larik, berapa suku kata yang ada di dalam tiap larik,

f) memperhatikan

tipografi teks puisi.

 Guru dan siswa

melakukan tanya jawab terkait dengan tafsir puisi.

 Guru membimbing siswa

untuk melakukan tiga bentuk latihan dasar yang berfungsi untuk

mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam, yakni latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma dengan berbagai bentuk permainan.

 Guru membimbing siswa

untuk berlatih membaca puisi.


(33)

Kegiatan Penutup

 Guru beserta siswa

mengeksplorasi manfaat latihan yang telah dilakukan.

 Guru menugaskan siswa

untuk menghapal puisi di rumah.

 Siswa beserta guru

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.

Pertemuan Kedua

Kegiatan awal  Siswa merespon salam dari guru berikut pertanyaan sehubungan dengan kondisi

pembelajaran sebelumnya.

 Siswa menerima informasi

tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

 Siswa menerima informasi

kompetensi dasar, tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

10 menit

Kegiatan inti  Guru membimbing siswa untuk menuju lapangan


(34)

olahraga.

 Guru membimbing siswa

untuk melakukan tiga bentuk latihan dasar yang berfungsi untuk

mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam, yakni latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma dengan berbagai bentuk permainan.

 Guru membimbing siswa

untuk berlatih membaca puisi.

Kegiatan penutup

 Guru beserta siswa

mengeksplorasi manfaat latihan yang telah dilakukan.

 Guru menugaskan siswa

untuk menghapal puisi di rumah.

 Siswa beserta guru

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.

10 menit

Pertemuan ketiga

Kegiatan Awal  Siswa merespon salam dari guru berikut pertanyaan sehubungan


(35)

dengan kondisi

pembelajaran sebelumnya.

 Siswa menerima informasi

tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

 Siswa menerima informasi

kompetensi dasar, tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

10 menit

Kegiatan Inti  Guru membimbing siswa untuk menuju lapangan olahraga.

 Guru membimbing siswa

untuk melakukan tiga bentuk latihan dasar yang berfungsi untuk

mengoptimalkan alat-luar dan alat-dalam, yakni latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma dengan berbagai bentuk permainan.

 Guru membimbing siswa

untuk berlatih membaca puisi.

60 menit


(36)

Audry Yuliane, 2015

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

Penutup mengeksplorasi manfaat

latihan yang telah dilakukan.

 Guru menugaskan siswa

untuk menghapal puisi di rumah.

 Siswa beserta guru

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.

3.4.2 Tes

3.4.2.1 Lembar Tes

Tabel 3.4 Lembar Tes

Pilihlah satu puisi dari beberapa judul puisi di bawah ini:

a. Balada Terbunuhnya Atmo Karpo karya WS. Rendra

b. Sajak Palsu karya Agus S. Sarjono

c. Tubuhku, Sungai Waktu karya Faisal Syahreza

Kemudian bacalah puisi pilihanmu tersebut di depan kelas dengan memperhatikan aspek-aspek di bawah ini.


(37)

Berikut adalah teks puisi yang digunakan sebagai tes dalam penelitian ini.

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo

Karya: WS. Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para

Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu

Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibya yang malang Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju terhadap darahnya


(38)

Penunggang baja dan kuda mengikat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia?

Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!

Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia

Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!

Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam Ridla dada bagi derunya denam yang tiba. Pada langkah pertama keduanya sama baja. Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo Panas luka-luka, terbuka daging kelopak angsoka.


(39)

Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang Ia telah membunuh bapanya.

SAJAK PALSU

Karya: Agus R. Sarjono

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah

dengan sapaan palsu. Lalu merekapun Belajar

sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah

mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka

yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru


(40)

berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir

sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan

atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah

pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebgai panglima palsu. Mereka saksikan

ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelontong kualitas palsu. Dan bank-bank palsu dengan giat

menawarkan bonus

dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam

meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri

yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga

dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs

palsu


(41)

terperosok krisis

yang meruntuhkan pemerintahan palsu

ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang–orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar

dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya

demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring

dan palsu.

(1998)

TUBUHKU, SUNGAI WAKTU

Karya: Faisal Syahreza

di dalam tubuhku, ada arus waktu yang menyeret setiap bangkai peristiwa dengan berbagai wujud.

sesekali melintas di atasnya

dirimu yang tak pernah kukenal kembali. dengan segala keinginan yang mulai

menghantui dan kecemburuan yang menggila.

kepada tubuhku hari-hari dialirkan sebagai tumpukkan berita usang


(42)

tetapi tubuhku masih belum cukup puas menerimanya.

betapa derasnya, hingga orang-orang di sekitarku, melihat tubuhku

seperti sebuah bencana yang merenggut banyak maut.

mungkin kecelakaan atau pembunuhan terjadi di sana, di amuknya.

batu-batu hitam di dalamku setengah terbenam

setengah timbul

menampakkan kegelisahan dari wajah-wajah kemiskinan.

ada sebuah pohon tumbang

ke dasarnya, mungkinkah itu zaman? atau hanya ada seseorang yang tak sengaja merobohkannya demi segenggam kekuasaan?

terakhir, seorang putus asa

seperti mulai tak percaya pada hidupnya melompat ke dalamya.

tanpa jeritan juga tanpa surat

perpisahan ia membunuh dirinya dirinya sendiri.


(43)

tak pernah berhenti bergemuruh

meminta nasibku untuk habis penuh-seluruh.

(2013)

3.4.2.2 Format Penilaian Membaca Indah Puisi Tabel 3.5 Format Penilaian No Aspek yang

Dinilai

Skor Deskriptor

1. Suara 10

(Sangat Baik)

Jika dalam pembacaannya siswa mampu:

 Menguasai fleksibilitas suara (warna

suara), yang sesuai dengan makna puisi.

 Menguasai pelafalan (artikulasi)

sehingga setiap diksi yang

diucapkannya menjadi jelas

terdengar.

 Menggunakan volume suara yang

jelas terdengar.

 Menguasai tempo membaca yang

tepat sehubungan dengan penjedaan yang ada di dalam puisi yang dibacakan.

 Menguasai intonasi/lagu suara yang

dapat mengimajikan makna puisi yang dibacakan (terutama nada dan perasaan yang terdapat dalam puisi. 8

(Baik)

Jika salah satu unsur tidak terpenuhi (misalnya dalam pembacaan puisinya siswa tidak menguasai pelafalan (artikulasi)).


(44)

(Cukup) unsur yang tidak terpenuhi. 4

(Kurang)

Jika dalam pembacaannya terdapat tiga unsur yang tidak terpenuhi.

2 (Sangat Kurang)

Jika dalam pembacaannya terdapat empat unsur yang tidak terpenuhi.

2. Menguraikan

dan menghidupkan kalimat 15 (Sangat Baik)

Jika dalam pembacaan puisinya siswa mampu:

 Menggunakan tekanan kata yang

tepat yang sesuai dengan makna puisi yang dibacakan.

 Menguasai variasi dalam nada

pengucapan yang mengimajikan

nada dan perasaan puisi.

 Menguasai variasi dalam tempo

sesuai dengan penjedaan atau tanda baca yang terdapat di dalam puisi yang dibacakan.

 Menguasai variasi dalam volume

yang dapat mengimajikan makna puisi yang dibacakan.

 Menguasai ritme membaca yang

dapat menghadirkan rima dan irama teks puisi yang dibacakan.

13 (Baik)

Jika salah satu unsur tidak terpenuhi (misalnya dalam pembacaan puisinya siswa tidak menguasai variasi dalam tempo sesuai dengan penjedaan atau tanda baca yang terdapat di dalam teks puisi).

11 (Cukup)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat dua unsur yang tidak terpenuhi.

9 (Kurang)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat tiga unsur yang tidak terpenuhi.


(45)

7 (Sangat Kurang)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat empat unsur yang tidak terpenuhi.

3. Ekspresi

Tubuh

20 (Sangat

Baik)

Jika dalam pembacaan puisinya siswa mampu:

 Menguasai gerak tubuh dengan

luwes, mengalir, dan variatif yang dapat mengimajikan makna puisi yang dibacakan.

 Menguasai variasi mimik yang dapat

mengimajikan makna puisi yang dibacakan.

 Menguasai variasi gesture yang

dapat mengimajikan makna puisi yang dibacakan.

 Menguasai movement (gerakan dari

satu tempat ke tempat yang lain).

 Mampu mengendalikan gerakan

tubuh yang berlebihan. 18

(Baik)

Jika salah satu unsur tidak terpenuhi (misalnya jika dalam pembacaan puisinya siswa tidak menguasai variasi mimik yang dapat mengimajikan makna puisi yang dibacan.

16 (Cukup)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat dua unsur yang tidak terpenuhi.

14 (Kurang)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat tiga unsur yang tidak terpenuhi.

12 (Sangat Kurang)

Jika dalam pembacaan puisinya terdapat empat unsur yang tidak terpenuhi.

4. Kelengkapan

dan ketepatan

5 (Sangat

Jika dalam pembacaannya siswa tidak melakukan kesalahan pelafalan terkait


(46)

pelafalan diksi Baik) dengan diksi yang terdapat di dalam teks puisi.

4 (Baik)

Jika dalam pembacaannya siswa melakukan satu kali kesalahan pelafalan terkait dengan diksi yang terdapat di dalam teks puisi. 3

(Cukup)

Jika dalam pembacaannya siswa melakukan dua kali kesalahan pelafalan terkait dengan diksi yang terdapat di dalam teks puisi. 2

(Kurang)

Jika dalam pembacaannya siswa melakukan tiga kali kesalahan pelafalan terkait dengan diksi yang terdapat di dalam teks puisi. 1

(Sangat Kurang)

Jika dalam pembacaannya siswa melakukan lebih dari empat kali kesalahan pelafalan terkait dengan diksi yang terdapat di dalam puisi.

Skor ideal = 50 Modifikasi panduan deklamasi Arifin C. Noer

Skor maksimal: 50

Hasil penilaian dihitung dengan rumus:

Tabel 3.6 Kategori Penilaian

No Kategori Rentang Nilai

1. Sangat Baik 85-100

2. Baik 75-84

3. Cukup 60-74

4. Kurang 40-59


(47)

5. Sangat Kurang 0-39

(Hasil modifikasi Nurgiyantoro, 2011, hlm. 253)

Tabel 3.7

Lembar Penilaian Membaca Indah puisi

No Nama Siswa

Aspek yang Dinilai

Jumlah Nilai

Ket

1 2 3 4 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Keterangan: 1 = Suara

2 = Menguraikan dan menghidupkan kalimat 3 = Ekspresi Tubuh


(48)

3.4.3 Observasi

3.4.3.1 Lembar Observasi

3.4.3.1.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru

Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.8

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No. Aspek yang Dinilai 4 3 2 1 Keterangan

1. Kemampuan membuka pelajaran:

a. Menarik perhatian siswa

b. Mmeberi motivasi kepada siswa

berkaitan dengan membaca indah puisi

c. Melakukan kegiatan apersepsi

d. Memberi acuan tentang membaca

indah puisi

2. Sikap guru dalam proses pembelajaran:

a. Kejelasan suara dalam

komunikasi dengan siswa

b. Tidak melakukan gerakan atau

ungkapan yang mengganggu

perhatian siswa

c. Antusiasme dalam penampilan

d. Mobilitas posisi di dalam kelas

3. Penguasaan materi pembelajaran:

a. Kejelasan menjelaskan materi


(49)

b. Kejelasan meposisikan membaca

indah puisi sebagai bentuk

apresiasi puisi

c. Kejelasan menerangkan

berdasarkan tuntutan aspek

kompetensi dalam memberikan contoh sesuai dengan tuntutan aspek kompetensi

d. Kejelasan memberikan contoh

penjedaan, pemaknaan,

penjiwaan, volume suara, mimik, dan gestur

e. Kejelasan memberikan contoh

pembacaan puisi yang baik

4. Implementasi langkah-langkah

pembelajaran:

a. Penyajian bahan ajar sesuai

dengan lamngkah-langkah yang ada di dalam RPP

b. Proses belajar menggunakan

metode pelatihan akting

Stanislavski mencerminkan

komunikasi guru kepada siswa

c. Antusias dalam menanggapi

respons dari siswa

d. Cermat dalam memanfaatkan

waktu

5. Penggunaan media pembelajaran

a. Memerhatikan prinsip


(50)

menunjang metode pelatihan akting Stanislavski

b. Menggunakan media dengan

tepat

c. Mengoperasikan media dengan

terampil

d. Membantu kelancaran proses

belajar mengajar

6. Evaluasi

a. Melakukan evaluasi berdasarkan

tuntutan aspek kompetensi

berupa tes terampil membaca indah puisi menggunkan metode pelatihan akting Stanislavski

b. Melalukan evaluasi sesuai

dengan bentuk dan jenis yang direncanakan

7. Kemampuan menutup pelajaran

a. Meninjau kembali materi

membaca indah puisi dengan

metode pelatihan akting

Stanislavski yang diajarkan

b. Memberi kesempatan siswa

untuk bertanya

c. Menyampaikan penjelasan

singkat mengenai materi untuk pertemuan selanjutnya

Jumlah nilai aspek


(51)

4= sangat baik 3= baik

2= cukup 1= kurang

3.4.1.1.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Berikut adalah lembar observasi aktivitas siswa.

Tabel 3.9

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aktivitas Siswa 4 3 2 1 Keterangan

1. Menjawab pertanyaan guru

2. Antusiasme ketika latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma,

3. Mampu melakukan olah tubuh (gerak

kreatif, gerak berantai dan lain

sebagainya)

4. Mampu melakukan olah vokal

(pernafasan, artikulasi, intonasi,

volume)

5. Mampu melakukan olah sukma

(penjiwaan dan perasaan

6. Memperhatikan penjelasan guru

7. Serius dan mampu bekerja sama dalam

mengerjakan tugas

Jumlah Nilai Aspek

Keterangan: 4= sangat baik 3= baik


(52)

2= cukup 1= kurang

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif tersebut diuji dengan menggunakan statistik (ukuran) yang tepat sehingga diperoleh kesimpulan bahwa testi (subjek yang dievaluasi) itu berukuran tinggi-rendah, baik-jelek, atau berhasil-gagal (Subana, dkk., 2005, hlm. 16). Selain itu, statistik juga berperan untuk mengujikan suatu hipotesis. Berikut ini adalah tahapan pengolahan data dalam penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Tahap pengolahan data, tahap ini merupakan tahap pengolahan awal dari

data-data yang telah diperoleh atau dikumpulkan dari hasil observasi, tes, dan lain-lain.

2. Tahap pengorganisasian data, tahap ini merupakan tahap untuk memilih

data-data yang diperlukan dan sesuai dengan masalah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Data-data yang dipilih selanjutnya dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Tahap temuan hasil, tahap ini merupakan tahap yang diperoleh setelah

dilakukan analisis data yang dapat memberikan gambaran atau fakta di lapangan. Pada tahap ini, peneliti akan dapat menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Perhitungan data kuantitatif, seperti hasil tes kemampuan membaca indah puisi siswa akan diolah menggunakan statistik. Hasil perhitungan statistik ini akan dapat membuktikkan keefektifan teknik yang diterapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi dan memberikan gambaran yang jelas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan nilai

pretest dan posttest kemampuan menulis siswa dengan menggunakan perhitungan statistik.


(53)

3.5.1 Analisis Data Pretest dan Posttest

Langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis pembacaan puisi yang telah dilakukan oleh siswa.

b. Menentukan skor tes awal dan tes akhir, kemudian menentukan nilai dengan rumus:

Nilai =

c. Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir.

3.5.2 Uji reliabilitas antarpenimbang

Hasil analisis data dilakukan oleh tiga orang penimbang. Uji reliabilitas dilakukan untuk menghindari adanya penilaian secara subjektif. Untuk menguji penilaian yang dilakukan oleh lebih dari satu orang penimbang untuk setiap pembacan puisi, maka uji reliabilitas dilakukan dengan mencari nilai reliabilitas dengan rumus:

∑dt2

= Sigma determinan

jumlah kuadrat siswa(testi)

Jumlah kuadrat penguji

Jumlah Kuadrat total


(54)

Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reliabilitas antarpenimbang dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

rn : Reliabilitas yang dicari

Vt : Variansi dari testi

Vkk : Variansi dari kekeliruan

Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan dengan tabel Guilford sebagai berikut.

Tabel 3.7

Tingkat Korelasi Guiltford

Interval Koefisien Tingkat Korelasi

˂ 0,20 tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 korelasi rendah

0,40 – 0,60 korelasi sedang

0,60 – 0,80 korelasi tinggi

0,80 – 0,90 korelasi tinggi sekali

1,00 korelasi sempurna

(Subana, dkk, 2005 : 104)

3.5.3 Uji Prasyarat Nilai Hasil Pretest dan Posttest 3.5.3.1 Uji Normalitas Nilai Hasil Pretest dan Posttest

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data yang akan digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas nilai pretest dan posttest data dua kelompok


(55)

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16 dengan signifikasi 0,05. Data berdistribusi normal apabila signifikansi yang ditunjukkan oleh aplikasi SPSS lebih besar dari 0,05. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika signifikansi > 0,05 dan tolak H0 jika

nilai signifikasi < 0,05

Peneliti menggunakan Uji Korlmorgov-Smirnov, serta

menggunakan grafik histogram. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal

3.5.3.2 Uji homogenitas nilai pretest dan posttest data dua kelompok

Uji ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengatahui apakah varians populasi homogen (sama) atau heterogen (tidak sama). Pedoman dalam pengambilan keputusan adalah:

H1: Nilai Sig. atau signifikansi < 0,05, artinya data berasal dari populasi

yang mempunyai varians tidak serupa (heterogen)

H0: Nilai Sig. atau signifikansi > 0,05, artinya data berasal dari

populasi yang mempunyai varian serupa (homogen).

3.5.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis peneliti menggunakan hasil pengolahan data dengan

menggunakan bantuan software SPSS versi 16 untuk menguji signifikansi

perbedaan dua variabel. Taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikansi (2-tailed) >(α) = 0,05 maka H0

diterima atau jika nilai signifikansi (2-tailed) <0,05 maka H0 ditolak.

Jadi kesimpulannya adalah jika thitung < ttabel maka H0 atau hipotesis nol

diterima atau hipotesis kerja ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan membaca indah puisi siswa menggunakan


(56)

teknik pelatihan akting Stanislavski. Teknik pelatihan akting Stanislavski tidak berhasil dalam pembelajaran membaca indah puisi.

Jika thitung > ttabel maka H0 atau hipotesis nol ditolak dan Ha atau

hipotesis kerja diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan membaca indah puisi siswa menggunakan teknik pelatihan akting Stanislavski dengan yang tidak menggunakan teknik pelatihan akting Sanislavski. Tekni peltihan akring Stanislavski berhasil dalam pembelajaran membaca indah puisi. Dalam melakukan uji hipotesis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mencari deviasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : Mx =

Kelas Kontrol : My =

2. Menghitung kuadrat deviasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

rumus sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : ∑x2= ∑X2 -

Kelas Kontrol : ∑y2= ∑y2 -

Keterangan : M : Nilai rata-rata N : Banyaknya subjek

X : Deviasi setiap nilai X2 dan X1

Y : Deviasi setiap nilai Y2 dan Y1

3. Menentukan t hitung

t=

Keterangan:

thitung : uji t (t-test)

Mx : mean kelas eksperimen


(57)

∑ x2

: jumlah kuadrat deviasi kelas eksperimen

∑ y2

: jumlah kuadrat deviasi kelas control

Nx : jumlah sampel kelas eksperimen

Ny : jumlah sampe kelas control

4. Menentukan derajat kebebasan (dk)

Dengan rumus: dk = (nx + ny) – 2

5. Menentukan ttabel

Pengujian statistik uji-t digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh dari masing-masing variabel. Hipotesis diuji pada taraf

signifikansi ɑ = 0,05.

Dengan kriteria pengujian:

Jika thitung > ttabel maka Ha (Hipotesis Alternatif) diterima atau H0

(Hipotesis Nol) ditolak.

Jika thitung < ttabel, maka Ha (Hipotesis Alternatif) ditolak atau H0


(58)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes awal atau

pretest di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski memperoleh nilai rata-rata sebesar 68,7 pada kategori cukup yaitu di bawah nilai KKM sekolah. Sementara itu, kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes akhir atau posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski menjadi sebesar 76,1 pada kategori baik. KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75, sehingga hasil posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski ini menjadi diatas KKM. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca indah puisi sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski pada siswa di kelas eksperimen.

2. Kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca indah puisi pada tes

awal atau pretest di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,7 pada kategori cukup yaitu di bawah nilai KKM sekolah. Sementara itu, kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes akhir atau posttest di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata 71,6 masih pada kategori cukup dan di bawah nilai KKM sekolah. Dari nilai tersebut dapat


(59)

dilihat adanya perbedaan antara pretest dan posttest di kelas kontrol namun nilai tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen. 3. Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥

ttabel , yaitu 1,99 ≤ 4,03 ≥ 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah penerapan teknik penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski dengan kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas kontrol yang menggunakan pendekatan kontekstual berupa ceramah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca indah puisi siswa pada kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau treatment.

Dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki peningkatan nilai yang lebih tinggi, yakni dari 68,7 menjadi 76,1 dengan peningkatan sebesar 7,53 naik menjadi kategori baik sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 66,7 menjadi 71,6 dengan peningkatan sebesar 4,9 tetap pada kategori cukup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik pelatihan akting Stanislavski terbukti lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan di kelas kontrol berupa pendekatan kontekstual. Berdasarkan penelitian ini, teknik pelatihan Akting Stanislavski dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi di sekolah.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian mengenai variabel teknik pelatihan akting Stanislavski yang diduga dapat memengaruhi proses dan hasil pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen di SMP Negeri 1 Lembang Bandung, ternyata menunjukkan pengaruh yang signifikan. Signikansi pengaruh tersebut dapat terlihat dari pemerolehan nilai rata-rata


(60)

posttest kelas eksperimen yang naik 7,53 poin dari nilai rata-rata pretest

kelas tersebut.

Selain dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata kelas, signifikansi pengaruh tersebut juga terlihat pada proses pembelajaran ketika diterapkan perlakuan berupa teknik pelatihan akting Stanislavski. Teknik tersebut ternyata memberikan pengaruh terhadap keaktifan siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian terjadi karena teknik pelatihan akting Stanislavski adalah sebuah teknik yang menuntut keaktifan siswa melalui latihan-latihan dasar yang diberikan seperti latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma.

Melaui teknik pelatihan akting Stanislavski ini juga, siswa dapat mengoptimalkan fungsi alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan maupun yang dapat berasosiasi dengannya) sehingga pembacaan puisi yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih estetik dan eksploratif. Dengan demikian penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski mampu menjawab persoalan yang sering terjadi dalam pembelajaran membaca indah puisi baik di sekolah maupun di ranah perlombaan membaca puisi, yakni persoalan bagaimana cara mengoptimalkan fungsi alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan maupun yang berasosiasi dengannya) seorang pembaca puisi.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut.

1. Hasil pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa teknik

pelatihan akting Stanislavski terbukti efektif meningkatkan

kemampuan membaca indah puisi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya teknik pelatihan akting Stanislavski ini. Teknik pelatihan akting Stanislavski dapat


(61)

dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca indah puisi.

2. Teknik pelatihan akting Stanislavski dapat dijadikan cara untuk

melatih kemampuan membaca puisi secara kontinu karena tahapannya yang sistematis dan konsisten. Melalui teknik ini siswa dapat mengoptimalkan alat-luar (suara) dan juga alat-dalam (penjiwaan dan yang dapat berasosiasi dengannya). Teknik ini juga terbukti mampu menciptakan pembacaan yang estetik sesuai dengan hakikat membaca indah. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya, teknik ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca indah selanjutnya baik membaca indah puisi, cerita pendek, dan drama.


(62)

Audry Yuliane, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2010). Strategi membaca teori dan pembelajarannya. Bandung: Rizqi

Press.

Anirun. (2006). Menjadi aktor. Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa.

Harras, K. dan Lilis, S. (1998). Membaca 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Heriyadi, T. (2014). Penggunaan teknik lovos (latihan olah vokal dan olah sukma) dalam pembelajaran musikalisasi puisi (penelitian eksperimen kuasi di kelas X SMA Negeri 2 Lembang Bandung tahun ajaran 2013/2014). Skripsi pada FPBS UPI: Tidak diterbitkan.

Kapin, A. (2008). Musikalisasi puisi (tuntunan dan pembelajaran). Yogyakarta. Hikayat Publishing.

Noer. (1997). Sebuah pengantar deklamasi. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Pradopo, R. (2009). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Subana, dkk. (2000). Statistik pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Stanislavski, C. (2008). Membangun tokoh. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Soleh, Iman. (2001). “Pelatihan membaca puisi dan cerpen untuk siswa sekolah

menengah”. Bandung: Tidak diterbitkan.


(63)

Audry Yuliane, 2015

Tarigan, H. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Teew. (1994). Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Waluyo, H. (1991). Teori dan apresiasi puisi. Bandung: Angkasa.


(1)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes awal atau

pretest di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa

penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski memperoleh nilai rata-rata sebesar 68,7 pada kategori cukup yaitu di bawah nilai KKM sekolah. Sementara itu, kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes akhir atau posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski menjadi sebesar 76,1 pada kategori baik. KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75, sehingga hasil posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski ini menjadi diatas KKM. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca indah puisi sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski pada siswa di kelas eksperimen. 2. Kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca indah puisi pada tes

awal atau pretest di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,7 pada kategori cukup yaitu di bawah nilai KKM sekolah. Sementara itu, kemampuan siswa dalam membaca indah puisi pada tes akhir atau posttest di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata 71,6 masih pada kategori cukup dan di bawah nilai KKM sekolah. Dari nilai tersebut dapat


(2)

137

Audry Yuliane, 2015

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dilihat adanya perbedaan antara pretest dan posttest di kelas kontrol namun nilai tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen. 3. Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥

ttabel , yaitu 1,99 ≤ 4,03 ≥ 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah penerapan teknik penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski dengan kemampuan membaca indah puisi siswa di kelas kontrol yang menggunakan pendekatan kontekstual berupa ceramah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca indah puisi siswa pada kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau treatment.

Dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki peningkatan nilai yang lebih tinggi, yakni dari 68,7 menjadi 76,1 dengan peningkatan sebesar 7,53 naik menjadi kategori baik sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 66,7 menjadi 71,6 dengan peningkatan sebesar 4,9 tetap pada kategori cukup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik pelatihan akting Stanislavski terbukti lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan di kelas kontrol berupa pendekatan kontekstual. Berdasarkan penelitian ini, teknik pelatihan Akting Stanislavski dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca indah puisi di sekolah.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian mengenai variabel teknik pelatihan akting Stanislavski yang diduga dapat memengaruhi proses dan hasil pembelajaran membaca indah puisi pada siswa kelas eksperimen di SMP Negeri 1 Lembang Bandung, ternyata menunjukkan pengaruh yang signifikan. Signikansi pengaruh tersebut dapat terlihat dari pemerolehan nilai rata-rata


(3)

posttest kelas eksperimen yang naik 7,53 poin dari nilai rata-rata pretest

kelas tersebut.

Selain dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata kelas, signifikansi pengaruh tersebut juga terlihat pada proses pembelajaran ketika diterapkan perlakuan berupa teknik pelatihan akting Stanislavski. Teknik tersebut ternyata memberikan pengaruh terhadap keaktifan siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian terjadi karena teknik pelatihan akting Stanislavski adalah sebuah teknik yang menuntut keaktifan siswa melalui latihan-latihan dasar yang diberikan seperti latihan olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma.

Melaui teknik pelatihan akting Stanislavski ini juga, siswa dapat mengoptimalkan fungsi alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan maupun yang dapat berasosiasi dengannya) sehingga pembacaan puisi yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih estetik dan eksploratif. Dengan demikian penerapan teknik pelatihan akting Stanislavski mampu menjawab persoalan yang sering terjadi dalam pembelajaran membaca indah puisi baik di sekolah maupun di ranah perlombaan membaca puisi, yakni persoalan bagaimana cara mengoptimalkan fungsi alat-luar (suara) dan alat-dalam (penjiwaan maupun yang berasosiasi dengannya) seorang pembaca puisi.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut.

1. Hasil pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa teknik pelatihan akting Stanislavski terbukti efektif meningkatkan kemampuan membaca indah puisi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya teknik pelatihan akting Stanislavski ini. Teknik pelatihan akting Stanislavski dapat


(4)

139

Audry Yuliane, 2015

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca indah puisi.

2. Teknik pelatihan akting Stanislavski dapat dijadikan cara untuk melatih kemampuan membaca puisi secara kontinu karena tahapannya yang sistematis dan konsisten. Melalui teknik ini siswa dapat mengoptimalkan alat-luar (suara) dan juga alat-dalam (penjiwaan dan yang dapat berasosiasi dengannya). Teknik ini juga terbukti mampu menciptakan pembacaan yang estetik sesuai dengan hakikat membaca indah. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya, teknik ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca indah selanjutnya baik membaca indah puisi, cerita pendek, dan drama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2010). Strategi membaca teori dan pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press.

Anirun. (2006). Menjadi aktor. Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa.

Harras, K. dan Lilis, S. (1998). Membaca 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Heriyadi, T. (2014). Penggunaan teknik lovos (latihan olah vokal dan olah sukma) dalam pembelajaran musikalisasi puisi (penelitian eksperimen kuasi di kelas

X SMA Negeri 2 Lembang Bandung tahun ajaran 2013/2014). Skripsi pada

FPBS UPI: Tidak diterbitkan.

Kapin, A. (2008). Musikalisasi puisi (tuntunan dan pembelajaran). Yogyakarta. Hikayat Publishing.

Noer. (1997). Sebuah pengantar deklamasi. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Pradopo, R. (2009). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Subana, dkk. (2000). Statistik pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Stanislavski, C. (2008). Membangun tokoh. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Soleh, Iman. (2001). “Pelatihan membaca puisi dan cerpen untuk siswa sekolah

menengah”. Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Audry Yuliane, 2015

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tarigan, H. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Teew. (1994). Indonesia antara kelisanan dan keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya. Waluyo, H. (1991). Teori dan apresiasi puisi. Bandung: Angkasa.