PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERASI BAHASA INGGRIS.

(1)

PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM

PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERASI

BAHASA INGGRIS

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Putri Ayu Mentari NIM 1004156

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2014


(2)

PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERASI

BAHASA INGGRIS

Oleh Putri Ayu Mentari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Putri Ayu Mentari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

PUTRI AYU MENTARI

PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERASI

BAHASA INGGRIS

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Prof. DR. H. Cece Rakhmat, M. Pd. NIP. 195204221976031004

Pembimbing II,

DR. Dian Indihadi, M. Pd. NIP. 196112201986021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya,

Drs. Rustono W.S., M.Pd NIP. 195206281981031001


(4)

ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING

DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERASI BAHASA INGGRIS

Penelitian ini mendeskripsikan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V sekolah dasar ditinjau dari kesulitan yang dialami siswa, penerapan teknik scaffolding, faktor yang mempengaruhi siswa, dan hasil belajar siswa. Latar belakang penelitian ini berawal dari rasa penasaran peneliti mengenai kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris dan cara guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa di kelas V sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 5 Rajapolah terhadap guru bahasa Inggris, siswa kelas V, dan proses pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mendeskrpsikan jenis-jenis kesulitan siswa, mendeskripsikan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, faktor yang mempengaruhi siswa, dan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi (triangulasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris diantaranya kesulitan memahami teks bacaan dan kesulitan menjawab pertanyaan tentang bacaan. Penerapan teknik scaffolding yang dilaksanakan guru terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-baca, tahap membaca, dan tahap pasca-baca. Sedangkan tipe scaffolding yang diberikan guru adalah modeling, bridging,

contextualising, re-presenting text, schema building, dan developing

metacignitive. Faktor yang mempengaruhi adalah potensi skemata, potensi mengingat, perspektif pembaca, kemampuan berpikir, dan aspek afektif. Teknik scaffolding yang dilaksanakan guru terbukti mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Teknik scaffolding diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris bagi sekolah lain.

Kata Kunci: teknik scaffolding, pembelajaran membaca pemahaman literasi


(5)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF SCAFFOLDING TECHNIQUE

IN LEARNING READING COMPREHENSION ENGLISH LITERACY

This research describes the application of scaffolding technique in learning reading comprehension literacy at the fifth grade of elementary school to see from the complicated that experience by the students, the application of scaffolding technique, the factors that influence of student, and the result of student learning. The backround in this research is from researcher’s couriousity about the complicated faced by the student in learning english reading comprehension literasy and the teacher technique in overcome complicates faced by students at fifth grade of elementary school. This research was conducted at fifth grade of SDN 5 Rajapolah to the English teacher, the students of fifth grade, and learning process. The aim of implementation of this research is to describe thi kinds of students complicated, describe the application of scaffolding technique in learning English reading comprehension literacy, factors that influence of student, and the result of student learning. This research use qualitative research with descriptive method. The technique of collection data that uses is observation, interview, and documentation (triangulation). The result of this research showed complicated that experience by students in learning English reading comprehension literacy including difficult to understanding the text and answer the question. The application scaffolding technique that teacher do devided into three phases, there are pre-reading phase, reading phase, and post-reading phase. While the scaffolding type provided by teacher is modeling, bridging, contextualising, re-presentig text, schema building, and developing metacognition. The factors that influence are potential schemata, potential recall, thinking ability, and affective aspects. From scaffolding technique that the teacher di proved able to overcome the complicated by students. Scaffolding technique is expected to be a references in learning English reading comprehension literacy for other school


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Definisi Membaca ... 8

B. Jenis-Jenis Membaca ... 9

C. Tujuan Membaca ... 12

D. Pembelajaran Membaca Bahasa Inggris di Sekolah Dasar ... 14

1. Membaca Pemahaman Literasi... 15

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman Literasi ... 17

3. Teks Deskriptif ... 18

E. Kedudukan Siswa Sebagai Pembaca ... 20

F. ZPD (Zone of Proximal Development) ... 22

G. Definisi Scaffolding... 23


(7)

vi

I. Scaffolding Instruction untuk kelas bahasa Inggris sekolah

dasar ... 25

J. Tahapan Scaffolding dalam Pembelajaran membaca pemahaman ... 28

BAB III M ETODE PENELITIAN ... 36

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

1. Lokasi Penelitian ... 36

2. Subjek Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 40

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 44

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Hasil Observasi ... 52

a. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca Pemahaman literasi bahasa Inggris ... 52

b. Tahapan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran Membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 55

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran Membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 64

d. Hasil Belajar siswa setelah penerapan teknik scaffolding Dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 67

2. Hasil Wawancara ... 68

a. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca Pemahaman litterasi bahasa Inggris ... 68


(8)

vii

b. Penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca

Pemahaman literasi bahasa Inggris ... 72

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran Membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 76

d. Hasil belajar siswa dengan penerapan teknik scaffolding dalam Pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 78

3. Hasil Dokumentasi ... 80

B. Pembahasan ... 85

1. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran Membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 86

2. Penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca Pemahaman literasi bahasa Inggris ... 87

a. Tahapan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi... 88

b. Tipe scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman Literasi bahasa Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah ... 93

3. Faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran Membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ... 96

4. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman Literasi bahasa Inggris ... 98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi wawancara, observasi, dokumentasi ... 42 Tabel 4.1 Tipe Scaffolding dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Literasi Bahasa Inggris ... 63 Tabel 4.2 Jenis-jenis Kesulitan Siswa dalam Pembelajaran Membaca


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Situasi Sosial ... 37

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ... 45

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ... 46

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu ... 46

Gambar 3.5 Komponen dalam analisis data model interaktif ... 49

Gambar 4.1 Tahapan Kegiatan Membaca dengan Teknik Scaffolding ... 62

Gambar 4.2 Kegiatan PembelajaranMembaca Pemahaman Literasi Bahasa Inggris ... 80

Gambar 4.3 Ruang kelas bersih dan nyaman digunakan untuk belajar ... 81

Gambar 4.4 Siswa Mengerjakan soal berdasarkan teks bacaan ... 81

Gambar 4.5 Siswa Membaca Sendiri Teks bacaan ... 82

Gambar 4.6 Siswa mendengarkan penjelasan guru sebelum tahap membaca ... 82

Gambar 4.7 Guru menugaskan siswa membaca dalam hati ... 83

Gambar 4.8 Siswa menjawab pertanyaan Guru ... 83

Gambar 4.9 Guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa ... 84

Gambar 4.10 Guru menuliskan kata sulit di papan tulis ... 84

Gambar 4.11 Guru membaca dengan suara nyaring ... 85


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan dan Surat Ijin Penelitian ... 106

LAMPIRAN 2 Data Hasil Wawancara ... 107

LAMPIRAN 3 Data Hasil Observasi ... 108

LAMPIRAN 4 Profil Siswa ... 109

LAMPIRAN 5 Profil Sekolah dan Guru Bahasa Inggris ... 110

LAMPIRAN 6 Foto Wawancara ... 111


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakan di sekolah dasar sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar lebih bersifat pengenalan karena secara umum baru diajarkan di kelas empat dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill) agar siswa mampu berkomunikasi disertai tindakan dan pada konteks situasi sekitar siswa, misalnya di sekolah. Pembelajaran bahasa Inggris terdiri dari berbagai komponen, yaitu keterampilan bahasa, aspek-aspek kebahasaan, metode mengajar, cara siswa belajar, serta adanya interaksi antara guru dengan siswa. Semua komponen itu harus saling berhubungan dan berkaitan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu dimiliki oleh siswa. Bruner (dalam Daryanto, 2010, hlm. 13) mengatakan bahwa anak didik menyerap informasi melalui indra pengelihatan sebanyak 82%. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan membaca, siswa bisa menggali pengetahuan dan memperoleh informasi dari sumber tertulis yang mereka temukan di sekolah, rumah, maupun di masyarakat. Jenis keterampilan membaca dalam mata pelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan di sekolah dasar adalah membaca nyaring untuk memahami isi bacaan. Selain pemahaman terhadap bacaan, siswa dituntut untuk bisa melafalkan kata bahasa Inggris dengan pelafalan (pronounciation) yang jelas dan benar. Menurut Tarigan (2008, hlm. 23) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, siswa, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.


(13)

2

Siswa perlu mengembangkan kemampuan membaca pemahaman untuk mendapat akses menuju pengetahuan, digunakan dalam kegiatan sehari-hari, bahkan sampai memproduksi tulisan. Kegiatan membaca penting untuk siswa karena dengan membaca siswa dapat memperoleh informasi yang terkandung dalam suatu teks.

Penggunaan strategi dan teknik dalam mengajarkan membaca pemahaman banyak jenisnya, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah Scaffolding. Scaffolding pada dasarnya merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa selama proses kegiatan pembelajaran ketika siswa merasa terlalu sulit dalam memahami materi, khususnya pada kegiatan membaca pemahaman, dengan tujuan membantu siswa memperoleh tujuan dari kegiatan membaca tersebut sampai akhirnya bantuan tersebut frekuensinya berkurang dan hilang sama sekali sehingga siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya. Setiap siswa memiliki karakteristik yang unik dan berbeda, jadi guru melakukan scaffolding dengan berbagai macam pola dan jenis bantuan sesuai kebutuhan siswa. Scaffolding berkaitan erat dengan teori ZPD dari Lev Vygostky, seorang ahli psikologi. Menurut Vygotsky (dalam Safadi dan Rababah, 2012, hlm. 2) ZPD adalah singkatan dari Zone of Proximal Development, yang berarti jarak antara daerah kemampuan mandiri siswa menyelesaikan tugas dan daerah ketidakmampuan siswa menyelesaikan tugas. Di sinilah scaffolding diberikan dari orang dewasa untuk membantu siswa menyelesaikan tugasnya sampai siswa mandiri.

Kenyataan di lapangan berdasarkan studi pendahuluan terhadap guru bahasa Inggris dan 20 orang siswa kelas V di SDN 5 Rajapolah Kecamatan Rajapolah tanggal 16 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa guru merumuskan RPP mengacu pada kurikulum KTSP 2006. Pengembangan SK, KD, indikator, bahan ajar, media pembelajaran, serta evaluasi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kebutuhan, situasi dan kondisi siswa. Alat untuk evaluasi berupa teks deskriptif bergambar sangat sederhana disertai pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada teks bacaan. Meskipun pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan disesuaikan dengan RPP, siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar


(14)

3

membaca pemahaman. Kesulitan yang dihadapi siswa yaitu, membaca teks bahsa Inggris adalah suatu hal sulit dilakukan oleh siswa, apalagi untuk memahami bacaan, siswa sering mengalami kesulitan. Pertama, siswa tidak bisa memahami keseluruhan isi bacaan, isi terdiri dari paragraf pembuka, paragraf inti, dan paragraf penutup. Siswa tidak bisa menghubungkan gambar dengan isi bacaan. Siswa tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan tentang bacaan, siswa hanya mampu menjawab dua dari lima pertanyaan tentang bacaan. Siswa tidak bisa menjawab pertanyaan tentang bacaan apabila kata kunci yang ada dalam bacaan tidak ditulis dalam kalimat pertanyaan.

Dari kesulitan tersebut, seharusnya siswa bisa memahami keseluruhan isi bacaan, siswa bisa menghubungkan keterkaitan gambar dengan isi bacaan, siswa bisa menjawab minimal empat dari lima pertanyaan, siswa bisa menjawab pertanyaan tentang bacaan meskipun kata kunci yang ada dalam bacaan tidak ditulis dalam kalimat pertanyaan. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Hasanah (mengutip dari Anderson, 1999, hlm. 77) bahwa dengan melalui tahapan-tahapan scaffolding akan mampu memperbaiki keterampilan membaca pemahaman siswa. Tahapan dalam scaffolding dibutuhkan oleh siswa dalam mengatasi kesulitan tersebut.

Alasan dari seluruh permasalahan yang dihadapi siswa yaitu, keterbatasan pengetahuan dan kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, guru tidak menggunakan media yang bisa menunjang pembelajaran membaca pemahaman, guru tidak membiasakan kegiatan membaca teks bahasa Inggris di luar jam pelajaran pokok karena minimnya bahan bacaan di sekolah sehingga siswa jarang membaca teks berbahasa Inggris, siswa tidak percaya diri dan takut bertanya pada guru ketika tidak memahami teks bacaan, minimnya vocabulary yang dimiliki siswa, siswa tidak menggunakan bahasa Inggris selain di kelas sehingga keterampilan berbahasa siswa kurang terasah, siswa merasa tidak mau mempelajari atau membaca teks berbahasa Inggris, karena takut salah dan tidak percaya diri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran membaca di sekolah dasar masih memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kemampuan siswa belajar membaca pemahaman.


(15)

4

Apabila dibiarkan hal tersebut akan menghambat keberlangsungan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dan pengetahuan siswa tidak akan berkembang. Menyadari hal tersebut perlu adanya suatu bantuan atau bimbingan dari guru agar siswa bisa memahami isi bacaan pada teks bahasa Inggris. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Hasanah (tt, hlm. 10) bahwa dengan melalui tahapan-tahapan scaffolding akan mampu memperbaiki dan mengembangkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

Beberapa guru di sekolah dasar berdasarkan hasil wawancara tidak mengetahui istilah scaffolding. Tetapi mereka sudah menerapkan scaffolding di kelas pada pembelajaran bahasa Inggris. Jenis bantuan yang diberikan pun bermacam-macam. Misalnya dengan menggunakan kamus, menuliskan kata-kata sulit yang ada pada teks di papan tulis kemudian dipahami artinya bersama-sama, memperagakan cara membaca kemudian siswa mengulanginya secara berurutan, mengaitkan latar pengetahuan siswa dengan teks yang akan dibaca, bahkan ada guru yang menggunakan metode permainan bahasa mix and match sebagai salah satu cara agar siswa mampu memahami bacaan. Untuk itu, scaffolding perlu dioptimalkan oleh guru sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan studi analisis deskriptif penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi di SDN 5 Rajapolah. Alasannya yaitu, di sekolah tersebut dilaksanakan pembelajaran bahasa Inggris mengacu pada KTSP 2006, di sekolah tersebut terdapat jenis bantuan scaffolding dalam pembelajaran membaca, di sekolah tersebut guru bahasa Inggris melakukan bantuan berdasarkan tahapan-tahapan secara sistematis. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Penerapan Teknik Scaffolding dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Literasi Bahasa Inggris.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Setelah melakukan studi pendahuluan, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai tempat penelitian adalah SDN 5 Rajapolah. Sebagai situasi sosial, di


(16)

5

sekolah ini (place) terdapat guru dan siswa (actor) yang melakukan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman (activity). Identifikasi masalah penelitian diarahkan pada:

1. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

2. Penerapan teknik Scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

3. Faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

4. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah:

1. Apa kesulitan siswa kelas V SDN 5 Rajapolah dalam membaca pemahaman literasi?

2. Bagaimana penerapan scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas V SDN 5 Rajapolah?

3. Apa faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris?

4. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kesulitan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

2. Mendeskripsikan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SDN 5 Rajapolah.


(17)

6

3. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

4. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan tentang penerapan scaffolding terhadap pembelajaran membaca pemahaman literasi di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan pengalaman penelitian pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan penerapan scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi.

b. Bagi guru, dapat dijadikan masukan untuk menerapkan dan mengembangkan scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi di sekolah dasar. c. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi melalui teknik scaffolding.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti merumuskan urutan penulisan penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian yang berisi alasan mengapa masalah yang dibahas penting untuk diteliti, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian mengenai hasil yang ingin dicapai peneliti, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi tentang rincian urutan penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang menjadi acuan peneliti dalam menyusun skripsi, yaitu definisi membaca, jenis-jenis membaca,


(18)

7

pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar, definisi scaffolding, jenis-jenis scaffolding, tahapan Scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian dan penggunaannya, definisi operasional penelitian, instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data, teknik pengumpulan data. Untuk analisis data dalam penelitian ini akan dipaparkan secara rinci dari teknik pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan seluruh hasil penelitian. Di dalamnya berisi pemaparan data dan pembahasan data sebagai pemecahan masalah yang dikaji dalam skripsi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari data yang ditemukan peneliti setelah sebelumnya diolah menjadi sebuah laporan. Saran yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukan kepada pembaca, lembaga, dan perorangan yang terlibat dalam penelitian ini.


(19)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian Penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris dilaksanakan di SDN 5 Rajapolah. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut karena di sekolah tersebut dilaksanakan pembelajaran bahasa Inggris mengacu pada kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran bahasa Inggris. Terdapat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris sehingga teknik scaffolding diterapkan oleh guru bahasa Inggris. Guru bahasa Inggris dapat melaksanakan bantuan kepada siswa berdasarkan tahapan-tahapan teknik scaffolding secara sistematis. SDN 5 Rajapolah juga merupakan salah satu sekolah terbaik di gugus 2 Kecamatan Rajapolah Kabupaten Rajapolah sehingga pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris perlu ditingkatkan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah SDN 5 Rajapolah. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data informasi yang diperoleh peneliti secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan informasi tertulis dari berbagai sumber untuk mendukung tujuan penelitian. Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer.

Peneliti memerlukan sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006, hlm. 157) bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.” Sedangkan menurut Sugiyono (2010, hlm. 21) menyebutkan bahwa pada penelitian kualitatif dilakukan penelitian terhadap situasi sosial. Situasi sosial pada penelitian kualitatif terdiri dari orang (actor), tempat (place), dan aktivitas (activity). Situasi sosial dapat digambarkan sebagai berikut.


(20)

37

Situasi sosial Tempat (place)

Orang (actor) Activitas (activity) Gambar. 3.1 Situasi Sosial

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menentukan situasi sosial yang terdiri dari orang, tindakan, dan benda. Orang dalam penelitian ini merupakan informan yang memberikan informasi berkaitan dengan tujuan penelitan, tindakan dalam penelitian ini yaitu kegiatan pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas sedangkan benda merupakan dokumen tertulis seperti buku, jurnal, artikel, dokumen pribadi, data siswa, dan data tertulis lain yang mendukung dalam penelitian ini. Untuk sumber data dalam penelitian ini yaitu guru bahasa Inggris dan siswa kelas 5 SDN 5 Rajapolah, SDN 5 Rajapolah, dan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

Teknik sampling pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik snowball sampling. Sugiyono (2010, hlm. 54) menjelaskan “snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar.”

Alasan peneliti mengambil sampel sumber data di SDN 5 Rajapolah adalah hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa scaffolding diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang penerapan scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah Kecamatan Rajapolah.


(21)

38

Sejalan dengan pendapat tersebut, Moleong (2006, hlm. 6) menjelaskan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian mislanya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”

Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa pengolahan dan hasil penelitian kualitatif berupa kata-kata dan bukan angka. Sehingga menekankan pada pemaparan melalui kata-kata serta analisis data yang bersifat induktif.

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu: 1. Tahap pra-penelitian

Pada tahapan ini peneliti terlebih dahulu menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian mencakup pemilihan masalah, studi pendahuluan ke lapangan, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, menentukan metode dan desain penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, dan menentukan lokasi penelitian. Setelah membuat rancangan penelitian, peneliti mengajukan rancangan tersebut kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Setelah rancangan penelitian tersebut disetujui, peneliti mengurus perijinan.

Setelah semua perijinan selesai diperoleh, tahap selanjutnya yaitu peneliti menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti terlebih dahulu mempelajari dan menganalisis situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan bertujuan untuk mengenal lokasi penelitian baik dari segi lingkungan, sosial, maupun budaya. Selain itu, dengan menjajaki dan menilai lapangan, peneliti dapat mempersiapkan diri dan perlengkapan penelitian.

Tahapan selanjutnya setelah mengenal lokasi penelitian, peneliti memilih dan menetapkan informan. Informan yang dipilih diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan tujuan penelitian. Setelah itu penelititi menyiapkan perlengkapan penelitian seperti perekam suara dan kamera foto.

Tujuan dari tahapan pra-penelitian ini adalah mendapat informasi awal sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Adapun informasi yang diperoleh dari tahap pra-lapangan ini adalah untuk menentukan lokasi penelitian, menentukan sumber


(22)

39

data, dan memperoleh gambaran awal tentang pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah.

2. Tahap Penelitian

Setelah persiapan pra-penelitian selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data dari responden. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:

a. Peneliti mendatangi SDN 5 Rajapolah untuk meminta rekomendasi dari kepala sekolah agar dapat melakukan observasi pada pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V.

b. Peneliti menemui guru bahasa Inggris dengan membawa rekomendasi dari kepala sekolah untuk melakukan observasi di kelas V pada jam pelajaran bahasa Inggris.

c. Peneliti meminta rekomendasi dari guru bahasa Inggris untuk melakukan wawancara kepada tiga siswa dengan kemampuan membaca pemahaman literasi terendah, tiga siswa dengan kemampuan rata-rata dan tiga siswa dengan kemampuan tertinggi.

d. Peneliti melakukan observasi di kelas V dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris selama empat pertemuan.

e. Peneliti melakukan pendekatan kepada siswa yang akan diwawancara agar siswa yang menjadi narasumber tidak canggung dan mau memberikan informasi.

f. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang telah ditentukan untuk memberikan informasi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. g. Peneliti melakukan studi dokumentasi serta membuat catatan yang relevan

dengan penelitian. untuk itu sumber studi dokumentasi yang digunakan adalah buku sumber yang relevan, Silabus, RPP, dan hasil belajar siswa. Setelah peneliti mengambil data di lapangan dengan menggunakan bantuan catatan lapangan dan alat perekam, peneliti melakukan analisis dan mengolah data di lapangan. Analisis dan pengolahan data secara intensif dan lebih mendalam segera dilaksanakan peneliti setelah pengambilan data dari lapangan.


(23)

40

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris ini yaitu suatu metode yang tidak menggunakan perhitungan yang menghasilkan angka-angka. Didukung oleh pendapat Sugiyono (2012, hlm. 1) menjelaskan bahwa:

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”

Penelitian kualitatif memiliki beberapa karekteristik seperti yang dijelaskan Moleong (2006, hlm. 8-13) yaitu latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan, peneliti sebagai instrumen kunci, triangulasi data (wawancara, observasi, dokumentasi), analisis data secara induktif, teori dari dasar, sangat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Dari pendapat tersebut peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Alasannya agar data yang diperoleh lebih lengkap, lebih mendalam, memiliki kredibilitas tinggi, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Metode penelitian deskriptif diharapkan mampu mengungkapkan aspek-aspek yang ada dalam penelitian ini, yaitu penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah, peneliti merumuskan definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut:


(24)

41

1. Scaffolding

Scaffolding adalah suatu teknik bantuan yang diberikan guru kepada siswa secara bertahap bagaimana siswa melakukan sesuatu agar siswa mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.

2. Pembelajaran Membaca Pemahaman Literasi

Pembelajaran membaca pemahaman literasi adalah proses guru mengajar dan siswa belajar serta adanya interaksi antara guru dengan siswa dalam membaca suatu teks bacaan dengan maksud memahami apa yang benar-benar tertulis dalam bacaan.

3. Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah suatu bahasa asing yang dipelajari agar siswa mampu mengembangkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis untuk menyertai tindakan.

E. Instrumen penlitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen itu sendiri. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010, hlm. 61) menyebutkan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.”

Pada penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Tugas peneliti selain sebagai pengumpul data, sekaligus perencana, penganalisis, penafsir data dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan lembar observasi tertutup dan daftar pertanyaan wawancara.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen utama dengan bantuan pedoman wawancara, lembar observasi, dan dokumentasi saat pengambilan data di lapangan. Berikut kisi-kisi wawancara, observasi, dan dokumentasi.


(25)

42

Tabel 3.1

Kisi-kisi wawancara, observasi, dokumentasi

Variabel Subvariabel Indikator Teknik Sumber Teori Teknik Scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah Kecamatan

Jenis-jenis kesulitan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar.

Kesulitan membaca teks bacaan

Wawancara, observasi

Kesulitan memaknai kata pada bacaan Wawancara, observasi Kesulitan memahami keseluruhan bacaan Wawancara, observasi Kesulitan menjawab pertanyaan tentang bacaan Wawancara, observasi Tahapan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa

Teknik scaffolding dalam tahap pra-baca Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002) Walqui (2006) Teknik scaffolding dalam tahap membaca Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002) Walqui (2006)


(26)

43

Inggris di kelas V SDN 5 Rajapolah Kecamatan Rajapolah

Teknik scaffolding dalam tahap pasca-baca Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002) Walqui (2006)

Jenis bantuan yang diberikan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris

Observasi, wawancara

Gibbons (2002) Walqui (2006)

Faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris Potensi skemata Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002), Dalman (2013) Potensi Mengingat Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002), Dalman (2013) Perspektif membaca Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002), Dalman (2013) Kemampuan berpikir Observasi, wawancara, dokumentasi Gibbons (2002), Dalman (2013)

Aspek afektif Observasi, wawancara, dokumentasi

Gibbons (2002), Dalman (2013)


(27)

44

Hasil belajar siswa setelah penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris

Hasil siswa membaca setelah penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris

Observasi, wawancara, dokumentasi

Nilai yang diperoleh siswa setelah penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris

Observasi, wawancara, dokumentasi

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pada penelitian kualitatif, uji keabsahan data meliputi uji kredibility, transfebality, dependability, dan confirmability. Seperti yang dijelaskan Sugiyono (2012, hlm. 121-131) sebagai berikut:


(28)

45

1. Uji Kredibilitas

Dalam uji kredibilitas pada penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan dilakukan untuk mengecek kembali apakah data yang diberikan sudah benar atau tidak. Peneliti memfokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh. Apabila data yang didapat telah kredibel makan perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatkan ketekunan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Maka data yang diperoleh peneliti dapat direkam secara sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan peneliti dapat mendeskripsikan data secara akurat dan sistematis dari apa yang diamati.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

1) Triangulasi Sumber

Guru bahasa Inggris Siswa

Kegiatan Pembelajaran


(29)

46

2) Triangulasi Teknik

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik 3) Triangulasi Waktu

Minggu ke-1 Minggu ke-2

Minggu ke-3

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu

d. Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Peneliti mencari data yang bertentangan atau berbeda dengan data yang telah ditemukan. Apabila tidak ditemukan data yang bertentangan atau berbeda maka data yang ditemukan dapat dipercaya sehingga temuan di lapangan menjadi kredibel.

e. Menggunakan bahan referensi

Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat perekam, catatan lapangan dan kamera dalam pengumpulan data sehingga data otentik dapat dibuktikan dan dapat dipercaya.

f. Mengadakan member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Peneliti mengecek kembali data yang diperoleh kepada sumber data. Apabila data yang diperoleh disepakati oleh peneliti dan sumber data, maka data menjadi valid dan kredibel.


(30)

47

2. Pengujian Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian ini, peneliti memberikan uraian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini.

3. Pengujian Depenability

Depenability dalam penelitian kualitatif disebut reliabilitas. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. peneliti memasuki lapangan untuk mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, serta memberikan laporan terhadap hasil pengumpulan data sehingga data yang terkumpul tidak diragukan kebenarannya.

4. Pengujian Konfirmability

Peneliti melakukan diskusi dengan sumber data, teman sejawat dan ahli yaitu dosen pembimbing agar hasil penelitian dikatakan obyektif dan disepakati banyak orang. Peneliti menguji hasil penelitian berkaitan dengan proses penelitian. Sehingga penelitian ini memenuhi standar konfirmability.

G. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan metode dan desain penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan di SDN 5 Rajapolah. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi parsitipatif. Peneliti bermaksud menganalisis proses pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris. Jadi peneliti harus melakukan observasi secara intensif dan berinteraksi dengan subjek penelitian.

Creswell (2010, Hlm. 267) mendefinisikan “Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu di lapangan.” Sugiyono (2012, hlm. 64)


(31)

48

menjelaskan bahwa “dalam observasi parsitipasif peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan dalam penelitian.” Sejalan dengan pendapat tersebut, Riduwan (2007, hlm. 30) mengatakan “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan secara cermat serta memperhatikan setiap perilaku subjek yang ada di lapangan pada saat itu. Alasan peneliti menggunakan teknik observasi adalah untuk mendapatkan data langsung pada saat kejadian itu berlangsung, karena peneliti mengamati proses pembelajaran sehingga data yang didapat memungkinkan memiliki validitas yang tinggi. Data observasi yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut adalah kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, dan hasil belajar siswa.

2. Teknik wawancara

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara dalam teknik pengumpulan data. Peneliti melakukan wawancara dengan guru bahasa Inggris dan siswa kelas V SDN 5 Rajapolah. Riduwan (2007, hlm. 29) mendefinisikan “wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.”

Wawancara ini dilakukan agar peneliti mendapat informasi tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dan upaya guru mengatasinya. Jenis wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara semiterstruktur untuk. Dengan wawancara semi terstruktur responden memiliki kesempatan menjawab pertanyaan secara lebih bebas dan terbuka. Dengan demikian peneliti akan mendapat data lebih lengkap dari responden. Responden pada penelitian ini adalah sembilan siswa kelas VB SDN 5 Rajapolah.

Data yang diharapkan pada hasil wawancara tersebut adalah kesulitan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.


(32)

49

Data Reduction Data Collection

Data display

Conclusions: Drawing/verifying

3. Studi Dokumentasi

Pada teknik ini peneliti mengumpulkan data dan menganalisis dokumen berupa tulisan, yakni artikel, jurnal, hasil penelitian sebelumnya, maupun peraturan-peraturan berkaitan dengan penelitian. Data yang diharapkan dari studi dokumentasi adalah tahapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, hasil belajar siswa, faktor yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

H. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka data diolah setiap selesai melakukan observasi dan wawancara sehingga data tidak kadaluarsa. Selain itu, data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dianalisis secara akurat dan seksama untuk mendapat hasil yang memiliki validitas tinggi.

Dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono (2012, hlm. 89) menjelaskan bahwa “Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.”

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis data sebelum ke lapangan dan setelah di lapangan. Analisis data sebelum ke lapangan dilakukan peneliti untuk studi pendahuluan untuk menentukan fokus penelitian. sedangkan analisis setelah di lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 91-99) menjelaskan aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, conclusion drawing/verification. Peneliti menggunakan model interaktif dalam analisis data seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 3.5 Komponen dalam analisis data model interaktif Sugiyono (2012, hlm. 92)


(33)

50

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan rumit dan kompleks sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka data yang terkumpul semakin rumit dan kompleks. Untuk itu perlu dilakukan analisis melalui reduksi data. Mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari pola dan pola. Dalam mereduksi data peneliti melakukan diskusi dengan orang yang lebih ahli yaitu dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 sehingga peneliti dapat mereduksi data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Jenis data yang dijadikan bahan reduksi adalah data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tentang penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris.

2. Data display

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk uraian, bagan dan hubungan. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan memahami apa yang terjadi. Data yang ditemukan di lapangan diuji terus menerus melalui pengumpulan data. Bila pola-pola yang ditemukan didukung oleh data selama penelitian, pola tersebut menjadi baku dan tidak berubah sehingga data dapat didokumentasikan sebagai bukti pada laporan akhir penelitian.

3. Conclucion Drawing/Verification

Kesimpulan awal dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti valid selama pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan menjadi kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada berupa deskripsi obyek dapat berupa hubungan, hipotesis atau teori.

Kesimpulan dalam penelitian ini dapat berubah dapat juga tetap. Sesuai dengan perkembangan di lapangan.


(34)

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi, dan hasil belajar siswa dengan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris. Temuan tersebut disimpulkan sebagai berikut. 1. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris adalah kesulitan membaca kata sulit, sulit memberi makna kata baru, sulit memberi makna kata sifat, sulit mengingat tokoh, latar, dan peristiwa, sulit memahami keseluruhan isi bacaan, dan sulit menjawab pertanyaan tentang bacaan.

2. Proses dan tahapan teknik scaffolding dalam pembelajaran terbukti mampu membantu siswa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris. Tahapan scaffolding yang dilaksanakan guru pada kegiatan membaca terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-baca, tahap membaca, dan tahap pasca-baca. Pada tahap pra-baca guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan topik dan teks bacaan, melakukan kegiatan seperti predicting from words, predicting from tittle or sentences, storytelling in the mother tongue, sharing existing knowledge. Pada tahap membaca dilakukan kegiatan modelled reading, skimming and scanning text, reading for detail, pause and predict, summarizing text, dan reading aloud. Pada tahap pasca-baca dilakukan true/false question dan questioning from text. Sedangkan tipe scaffolding yang diberikan guru yaitu modeling, bridging, contextualising, schema building, re-presenting text, dan developing metacognition. Scaffolding akan diberhentikan guru apabila siswa telah mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.


(35)

100

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, yaitu potensi skemata, potensi mengingat, perspektif pembaca, kemampuan berpikir, dan aspek afektif. Potensi skemata yaitu pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat menghubungkan isi teks bacaan terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Potensi mengingat merupakan faktor penting dalam membaca pemahaman literasi, ketika siswa mampu memahami isi bacaan siswa akan mampu mengingat apa yang dibaca. Perspektif pembaca merupakan keinginan dan minat siswa terhadap bahan bacaan, siswa yang memiliki minta baca akan tertarik dan berkeinginan untuk membaca sehingga akan lebih mudah memahami teks bacaan. Kemampuan berpikir dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris yaitu kemampuan mengingat teks dan memahami isi bacaan. Aspek afektif merupakan sikap yang ditunjukkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sikap baik yang ditunjukkan siswa yaitu sikap percaya diri dan sikap tertarik terhadap isi bacaan.

4. Hasil yang diperoleh siswa, yaitu siswa mampu memahami maksud judul dan menghubungkan judul dengan topik yang dibahas, memprediksi judul dan teks bacaan, meninjau kembali hasil prediksi yang telah dibuat, membaca dengan pelafalan yang tepat, memahami keseluruhan isi teks bacaan, mengingat hal-hal penting yang ada pada teks bacaan, membuat kesimpulan terhadap hasil membaca, menjawab pertanyaan tentang bacaan, mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan peneliian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah disarankan memfasilitasi siswa dengan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran membaca pemahaman literasi. Khususnya penyediaan buku-buku dengan teks bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan bahan bacaan


(36)

101

yang menarik bagi siswa, siswa dapat menumbuhkan minat baca terhadap teks berbahasa Inggris.

2. Bagi Guru Bahasa Inggris

Guru bahasa Inggris disarankan untuk melaksanakan teknik scaffolding sebagai referensi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris untuk membantu siswa menangani kesulitan yang dihadapi dan mampu mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Olehh karena itu, kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode penelitian lain misalnya eksperimen, desain didaktis research, maupun research design agar dapat mengembangkan dan menemukan pola baru dalam teknik scaffolding dan lebih dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran. Desain penelitian lain seperti studi kasus juga dapat digunakan peneliti selanjutnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam dan mendapat gambaran lebih jelas mengenai penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Neil J. (1999). Exploring Second language Reading: Issues and Strategies. Canada: Heinle & Heinle Publishers.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Kabupaten Tasikmalaya: BNSP.

Bradley, K.S dan Bradley, J.A. Scaffolding Academic Learning for Second Language Learners. The Internet TESL Journal. Tersedia di: http.//iteslj.org/Articles/Bradley-Scaffolding. Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Dalman. (2013). Keterampilan membaca. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Fawaid, Achmad (Penerjemah). (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hodd, S., Solomon, N., Burns, A. (2005). Focus On Reading. Sidney: NCELTR

Galloway, Chad. Vygotsky’s Constructivism. Emerging Perspectives on

Learning, Teaching, and Teachnology. [Online]. Tersedia di:

http://epplt.coe.uga.edu/index.php?title=vygotsky27%s_constructivism.html. Diakses tanggal 6 Desember 2013.

Gibbons, Pauline. (2002). Scaffolding Language, Scaffolding Learners: Teaching Second Language Learners in the Mainstream Classroom. Portsmouth: Heinemann.

Grabe, William dan Stoller, Fredricket. (2002). Teaching and Researching Reading. Great Britain: Pearson Education.


(38)

Uswatun-Hasanah, E. Scaffolding Student’s Reading with Think-Aloud Strategy. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Lange, V.L. (2002). Instructional Scaffolding. New York: City College of New York

Larkin, Martha. (2002). Using Scaffolded Instruction To Optimize Learning. ERIC Clearing House on Disabilities and Gifted Education Arlington VA. [Online]. Tersedia di: www.vtaide.com/png/ERIC/Scaffolding.html. Diakses tanggal 6 Desember 2013.

Mohd.-Sidek, H. (2011). ZPD, Scaffolding, and Syntax Development. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1 No. 6 Hlm. 163-177.

Moleong, Lexy J. (2011). Suggestopedia: pendekatan pengajaran bahasa kedua yang bersifat humanistik. 17 (b), (hlm. 8-9).

Rahim, F. (2011) Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Resmini, N dan Dadan, J. (2007) Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. Edisi kesatu. Bandung: UPI Press.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Safadi, Eman dan Rababah, Ghaleb. (2012). The effect of Scaffolding Instruction on Reading Comprehension Skills. International Journal of Language Studies (IJLS), Vol. 6(2), 2012 (pp. 1-38)

Siahaan, S. & Shinoda, K. (2008). Generic text structure. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012) Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(39)

Supriyono. (2008). Membimbing siswa membaca cerdas dengan taksonomi barret. [dokumen].

Guntur-Tarigan, H. (2008) Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2013. Bandung: UPI.

Walqui, Aida. (2006). Scaffolding Instruction for English Language Learners: A Conceptual Framework. The Internet Journal of Bilingual Education and Bilingualism. Vol. 9, No. 2. Hlm. 159-181.


(1)

99 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi, dan hasil belajar siswa dengan penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris. Temuan tersebut disimpulkan sebagai berikut. 1. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris adalah kesulitan membaca kata sulit, sulit memberi makna kata baru, sulit memberi makna kata sifat, sulit mengingat tokoh, latar, dan peristiwa, sulit memahami keseluruhan isi bacaan, dan sulit menjawab pertanyaan tentang bacaan.

2. Proses dan tahapan teknik scaffolding dalam pembelajaran terbukti mampu membantu siswa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris. Tahapan scaffolding yang dilaksanakan guru pada kegiatan membaca terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-baca, tahap membaca, dan tahap pasca-baca. Pada tahap pra-baca guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan topik dan teks bacaan, melakukan kegiatan seperti predicting from words, predicting from tittle or sentences, storytelling in the mother tongue, sharing existing knowledge. Pada tahap membaca dilakukan kegiatan modelled reading, skimming and scanning text, reading for detail, pause and predict, summarizing text, dan reading aloud. Pada tahap pasca-baca dilakukan true/false question dan questioning from text. Sedangkan tipe scaffolding yang diberikan guru yaitu modeling, bridging, contextualising, schema building, re-presenting text, dan developing metacognition. Scaffolding akan diberhentikan guru apabila siswa telah mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.


(2)

100

3. Faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris, yaitu potensi skemata, potensi mengingat, perspektif pembaca, kemampuan berpikir, dan aspek afektif. Potensi skemata yaitu pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat menghubungkan isi teks bacaan terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Potensi mengingat merupakan faktor penting dalam membaca pemahaman literasi, ketika siswa mampu memahami isi bacaan siswa akan mampu mengingat apa yang dibaca. Perspektif pembaca merupakan keinginan dan minat siswa terhadap bahan bacaan, siswa yang memiliki minta baca akan tertarik dan berkeinginan untuk membaca sehingga akan lebih mudah memahami teks bacaan. Kemampuan berpikir dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris yaitu kemampuan mengingat teks dan memahami isi bacaan. Aspek afektif merupakan sikap yang ditunjukkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sikap baik yang ditunjukkan siswa yaitu sikap percaya diri dan sikap tertarik terhadap isi bacaan.

4. Hasil yang diperoleh siswa, yaitu siswa mampu memahami maksud judul dan menghubungkan judul dengan topik yang dibahas, memprediksi judul dan teks bacaan, meninjau kembali hasil prediksi yang telah dibuat, membaca dengan pelafalan yang tepat, memahami keseluruhan isi teks bacaan, mengingat hal-hal penting yang ada pada teks bacaan, membuat kesimpulan terhadap hasil membaca, menjawab pertanyaan tentang bacaan, mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan peneliian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Sekolah disarankan memfasilitasi siswa dengan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran membaca pemahaman literasi. Khususnya penyediaan buku-buku dengan teks bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan bahan bacaan


(3)

101

yang menarik bagi siswa, siswa dapat menumbuhkan minat baca terhadap teks berbahasa Inggris.

2. Bagi Guru Bahasa Inggris

Guru bahasa Inggris disarankan untuk melaksanakan teknik scaffolding sebagai referensi dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi bahasa Inggris untuk membantu siswa menangani kesulitan yang dihadapi dan mampu mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Olehh karena itu, kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode penelitian lain misalnya eksperimen, desain didaktis research, maupun research design agar dapat mengembangkan dan menemukan pola baru dalam teknik scaffolding dan lebih dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran. Desain penelitian lain seperti studi kasus juga dapat digunakan peneliti selanjutnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam dan mendapat gambaran lebih jelas mengenai penerapan teknik scaffolding dalam pembelajaran membaca pemahaman literasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Neil J. (1999). Exploring Second language Reading: Issues and Strategies. Canada: Heinle & Heinle Publishers.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Kabupaten Tasikmalaya: BNSP.

Bradley, K.S dan Bradley, J.A. Scaffolding Academic Learning for Second Language Learners. The Internet TESL Journal. Tersedia di: http.//iteslj.org/Articles/Bradley-Scaffolding. Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Dalman. (2013). Keterampilan membaca. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Fawaid, Achmad (Penerjemah). (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hodd, S., Solomon, N., Burns, A. (2005). Focus On Reading. Sidney: NCELTR

Galloway, Chad. Vygotsky’s Constructivism. Emerging Perspectives on

Learning, Teaching, and Teachnology. [Online]. Tersedia di:

http://epplt.coe.uga.edu/index.php?title=vygotsky27%s_constructivism.html. Diakses tanggal 6 Desember 2013.

Gibbons, Pauline. (2002). Scaffolding Language, Scaffolding Learners: Teaching Second Language Learners in the Mainstream Classroom. Portsmouth: Heinemann.

Grabe, William dan Stoller, Fredricket. (2002). Teaching and Researching Reading. Great Britain: Pearson Education.


(5)

Uswatun-Hasanah, E. Scaffolding Student’s Reading with Think-Aloud Strategy. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Lange, V.L. (2002). Instructional Scaffolding. New York: City College of New York

Larkin, Martha. (2002). Using Scaffolded Instruction To Optimize Learning. ERIC Clearing House on Disabilities and Gifted Education Arlington VA. [Online]. Tersedia di: www.vtaide.com/png/ERIC/Scaffolding.html. Diakses tanggal 6 Desember 2013.

Mohd.-Sidek, H. (2011). ZPD, Scaffolding, and Syntax Development. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1 No. 6 Hlm. 163-177.

Moleong, Lexy J. (2011). Suggestopedia: pendekatan pengajaran bahasa kedua yang bersifat humanistik. 17 (b), (hlm. 8-9).

Rahim, F. (2011) Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Resmini, N dan Dadan, J. (2007) Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi. Edisi kesatu. Bandung: UPI Press.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Safadi, Eman dan Rababah, Ghaleb. (2012). The effect of Scaffolding Instruction on Reading Comprehension Skills. International Journal of Language Studies (IJLS), Vol. 6(2), 2012 (pp. 1-38)

Siahaan, S. & Shinoda, K. (2008). Generic text structure. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012) Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Supriyono. (2008). Membimbing siswa membaca cerdas dengan taksonomi barret. [dokumen].

Guntur-Tarigan, H. (2008) Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2013. Bandung: UPI.

Walqui, Aida. (2006). Scaffolding Instruction for English Language Learners: A Conceptual Framework. The Internet Journal of Bilingual Education and Bilingualism. Vol. 9, No. 2. Hlm. 159-181.