PENINGKATAN KETERAMPILAN EKSPRESI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI.

(1)

Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh : Rindi Antika NIM 1000654

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Rindi Antika NIM 1000654

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Asaretkha Adjane 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Drs. H. Ma’mur Saadie, M.Pd NIP 195812301989011001

Pembimbing II

Rudi Adi Nugroho, M.Pd NIP 198503012009121005

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, MSi NIP 197204031999031002


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Batasan Masalah Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DRAMA, PEMBELAJARAN DRAMA, KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA, AKTING, EKSPRESI DRAMA DAN PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI………. 8

A. Drama ... 8

B. Pembelajaran Drama... 9

C. Keterampilan Bermain Drama ... 15

D. Akting ... 18

E. Ekspresi Drama ... 20


(5)

2. Menulis Naskah Drama dalam Pentas ... 20

3. Konvensi dan Kaidah Umum dalam Drama ... 21

4. Ekspresi Lisan ... 23

F. Pelatihan Akting ... 25

G. Pelatihan Akting Stanislavski ... 26

1. Teknik Dalam (Penghayatan Peran) ... 36

2. Teknik Luar ... 42

H. Penerapan Metode Pelatihan Akting Stanislavsi ... 50

I. Kerangka Pemikiran... 53

J. Penelitian yang Relevan ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A. Jenis Penelitian ... 55

1. Rancangan Penelitian ... 55

2. Desain Penelitian ... 56

B. Setting Penelitian ... 58

1. Tempat Penelitian ... 58

2. Waktu Penelitian ... 59

C. Subjek dan Objek Penelitian... 60

D. Definisi Operasional ... 60

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 61

1. Perencanaan ... 61

2. Tindakan ... 62

3. Observasi dan Pengamatan ... 62

4. Refleksi ... 62


(6)

G. Pengolahan Data ... 64

H. Instrumen Penelitian ... 64

I. Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Hasil Penelitian... 78

1. Informasi Awal Keterampilan Siswa dalam Bermain Drama ... 78

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Ekspresi Drama dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Stanislavski ... 87

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama ... 88

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kedua ... 93

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Ketiga ... 96

d. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Keempat ... 100

e. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kelima... 104

f. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Keenam ... 108

g. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Pertama ... 111

h. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Kedua ... 115

i. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Ketiga ... 118

j. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Keempat ... 122

3. Hasil Praktik Siswa dalam Kegiatan Keterampilan Ekspresi Drama dengan Metode Pelatihan Akting Stanislavski ... 130

4. Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama Siswa dengan Metode Pelatihan Akting Stanislavski ... 141


(7)

B. Pembahasan ... 147

1. Informasi Awal Keterampilan Ekspresi Drama Siswa ... 147

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Bermain Drama dengan Metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam Meningkatkan Keterampian Siswa ... 148

3. Peningkatan Keterampilan Bermain Drama Siswa dengan Metode Pelatihan Akting Stanislavski ... 150

4. Keterbatasan Penelitian ... 161

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 162

A. Simpulan ... 162

B. Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 167 LAMPIRAN


(8)

PENINGKATAN KETERAMPILAN EKSPRESI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4

Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Rindi Antika

1000654 Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu kesulitan dalam menemukan metode yang menarik dan menyenangkan khususnya pada kegiatan pembelajaran drama. Pelatihan Akting Stanilavski adalah suatu metode untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Bandung yang terdiri atas 38 siswa. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus yang pada tiap siklusnya terdapat empat komponen, yaitu perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tindakan yang diberikan kepada siswa berupa Pelatihan Akting Stanislavski untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari tahap pratindakan sampai siklus II. Penerapan metode Pelatihan Akting Stanislavski mampu membuat pembelajaran lebih menyenangkan, mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam ekspresi drama dan memberikan motivasi kepada siswa.

Kata kunci: Pembelajaran drama, Ekspresi Drama, Metode Pelatihan Akting Stanislavski


(9)

EXPRESSION SKILLS ENHANCEMENT USING DRAMA STANISLAVSKI ACTING TRAINING

(Students Against Class Action Research Class XI Social SMAN 4 Bandung 4 Academic Year 2013/2014)

Abstract

This research is motivated by problems that arise in the learning process in the classroom, namely the difficulty in finding a method that is interesting and fun learning activities especially in drama. Stanilavski Acting training is a method to improve the skills of expression drama. This research is Classroom Action Research (CAR). Subjects in this study are students of class XI Social SMAN 4 Bandung 4 consisting of 38 students. Action research was conducted in two cycles in each cycle there are four components, namely planning (planning), implementation of the action (acting), observation (observing), and reflection (reflecting). The action is given to students in the form of training to improve the skills of Stanislavski's acting drama student expression. The results showed a significant increase of stage II pratindakan up cycle. Application of the Stanislavski method of acting training are able to make learning more fun, can improve students' skills in expression of drama and provide motivation to students.

Keywords: Learning drama, Dramatic Expression, Stanislavski Method Acting Training


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan menggali, mengungkapkan dan menghayati ini merupakan satu kerja akademis yang disebut apresiasi drama. Apresiasi Drama merupakan upaya untuk mengenal, menggali, menghayati mengungkapkan muatan substansi. Menggali tingkat kedalamannya, mengungkapkan dengan cara mendeskripsikan dan menafsirkan, sehingga ada proses penghayatan (internalisasi) nilai-nilai yang terkandung dalam naskah sastra drama. Sastra dapat meningkatkan martabat kemanusian karena dari karya sastra manusia dapat belajar dan introspeksi diri. Meniru tokoh yang baik dan bercermin pada tokoh yang tidak baik.

Ekspresi drama merupakan kegiatan lanjutan dari apresiasi drama. Drama dapat dipandang sebagai sebuah mata uang logam yang mempunyai dua sisi yang menyatu. Pada satu sisi, drama dapat dipandang sebagai sebuah karya sastra dan pada sisi lain drama dapat dipandang sebagai sebuah karya panggung. Dua sisi itu bahu membahu dan terpadu menjadi satu. Kegiatan berekspresi drama dapat berupa pementasan naskah drama yang telah berekspresi oleh subjek didik (Suwardi, 2011, hlm. 55).

Kemampuan ekspresi adalah usaha seorang pemeran untuk meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya setiap hari, untuk menjadi lebih peka responnya. Seorang calon pemeran akan berusaha untuk menciptakan sistem reaksi yang beragam yang dapat


(11)

memenuhi tuntutan teknis pementasan. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia sudah mengenal dirinya baik dari orang lain maupun dari perasaan diri sendiri. Tetapi itu belum cukup karena seorang calon pemeran harus mengerti bahwa kemampuan ekspresi di mulai dari usahanya mendisiplinkan diri. Disiplin yang berakar dari rasa hormat seseorang kepada dirinya, lawan main, seniman-seniman lain bahkan kepada khalayak umum yang tidak ada hubungannya dengan dunia akting.

Dasar dari kemampuan ekspresi adalah diri pribadi ketika berhubungan sosial dengan orang lain. Fondasi inilah yang kemudian di atasnya harus dibangun kemampuan-kemampuan ekspresi diri. Dalam kehidupan sehari-hari seorang calon pemeran sudah memainkan peran yang berbeda-beda untuk situasi dan penonton yang berbeda-beda. Misalnya ketika berbincang dengan sahabatnya, atasannya, pacarnya, kenalan biasa, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dia memiliki postur tubuh, kualitas suara dan bahasa yang berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan rasa percaya diri, rasa apakah dia menarik atau tidak, dan cara memproyeksikan pandangan diri orang-orang tersebut tentang dirinya. Semua itu mempunyai bentuk dan cara yang berbeda-beda, tetapi semua itu tetap mewakili diri pribadi si pemeran, bukan orang lain. Demikian pula halnya ketika di atas panggung, dimana pemeran akan memainkan peran yang berbeda-beda tetapi tetap adalah dirinya sendiri. Segi sosial dari pemeranan ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga dia peka dan memiliki respon yang beragam.

Kemampuan ekspresi drama menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreatifitas yang terpusat pada pikirannya. Demikian pula dengan teknik-teknik penguasaan suara yang menuntut proses pernafasan dan alat ucap yang terlatih sehingga seorang


(12)

pemeran mampu memproduksi suara dan menciptakan artikulasi yang jelas. Latihan-latihan vokal ini terdiri dari tidak hanya latihan pernafasan dan artikulasi tetapi juga harus mengenal bunyi huruf baik konsonan, vokal, maupun bunyi nasal.

Proses latihan ekspresi ini membimbing calon pemeran untuk mampu mengasosiasikan semua kemampuan kedalam aksi dramatis dan karakter yang dimainkan. Semua latihan yang dilakukan mungkin saja tidak langsung diasosiasikan dengan naskah, tetapi lebih banyak latihan improvisasi yang berhubungan dengan kemampuan ekspresi sesuai dengan suasana, situasi dan tuntutan-tuntutan teknis dari sebuah pementasan.

SMAN 4 Bandung merupakan salah satu sekolah yang berstandar Nasional. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada bulan Januari 2014 dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra khususnya ekspresi drama di SMAN 4 Bandung belum sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pertama, kurangnya pengetahuan siswa terhadap drama. Kedua, kurangnya pengetahuan guru dalam pengembangan metode pembelajaran. Ketiga, masih rendahnya keterampilan siswa dalam mengapresiasikan drama. Keempat, kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sastra khususnya drama karena sebagian besar siswa menganggap pelajaran sastra kurang penting.

Upaya untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama terutama, perlu menggunakan suatu metode yang mampu menggugah minat siswa dalam bermain drama. Salah satunya dengan menghadirkan suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan ekspresi drama. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan proses belajar yang


(13)

nantinya dapat meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai. Setelah mengetahui permasalahan tersebut peneliti menawarkan metode Pelatihan Akting Stanislavski untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran bermain drama di SMAN 4 Bandung.

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkenaan mengenai pembelajaran apresiasi drama. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Novikasari dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul,

“Upaya Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Sekolah Seni Yogyakarta”. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode Pelatihan Akting Sekolah Seni Yogyakarta, pelatihan akting dengan teknik-teknik yang didapat dari Sekolah Seni Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan metode yang digunakan oleh peneliti. Perbedaannya yaitu, metode yang digunakan oleh Rizki Novikasari adalah metode Pelatihan Akting yang dipelopori oleh Sekolah Seni Yogyakarta, tentunya terdapat perbedaan-perbedaan teknik pelatihan akting yang dilakukan oleh Rizki Novikasari dan peneliti.

Adapun penelitian Imam Baihaqi yang berbentuk skripsi dengan judul

Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama pada Siswa Kelas Teater SMPN 4 Yogyakarta” (skripsi Penelitin Tindakan Kelas tahun 2010, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Penelitian ini menunjukan adanya peningkatan keterampilan bermain drama dengan menggunakan metode Role

Playing pada siswa kelas teater SMPN 4 Yogyakarta dimana terjadi peningkatan proses sebesar 48% dan peningkatan hasilsebesar 33,34%.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Novikasari dan Imam Baihaqi akan berbeda dengan perlakuan dan strategi yang akan dilakukan oleh peneliti


(14)

karena penelitian ini merajuk pada ekspresi drama dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski.

Metode pelatihan akting atau yang dikenal dengan The Method yaitu sistem latihan akting yang dipelopori oleh Constantin Stanislavski kemudian dikembangkan oleh Lee Strasberg (USA) melalui lembaga pendidikan akting Actor Studio di New York. Metode ini lebih menekankan pada pemahaman mengenai apa dan bagaimana itu akting serta apa saja yang dipersiapkan untuk menjadi aktor. Aktor dan aktris merupakan suatu pelaksana pementasan yang membawakan ide cerita langsung dihadapan publik (Harymawan, 2001, hlm. 37). Menurut Harymawan, aktor dan aktris merupakan tulang punggung suatu pementasan. Melalui aktor dan aktris yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu (Harymawan, 2001, hlm. 35). Salah satu cara untuk membentuk aktor yang mampu berperan di atas panggung yakni menggunakan suatu pelatihan akting. Metode pelatihan akting tersebut yakni pelatihan aspek dasar yang dibutuhkan seorang aktor dalam bermain drama, misalnya pemahaman karakter, penghayatan dan konsentrasi, kesesuaian vokal, kesesuain tubuh, dan penguasaan ruang. Penggunaan metode Pelatihan Akting Stanislavski ini diharapkan mampu membuat pembelajaran bermain drama di kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung tersebut menjadi lebih baik.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian sebagai berikut.


(15)

1. ekspresi drama adalah kegiatan yang paling sulit dilakukan oleh sebagian siswa pada pembelajaran ekspresi drama;

2. belum variatifnya metode dalam pembelajaran ekspresi drama sehingga pembelajaran ekspresi drama dirasakan menjemukan;

3. siswa kesulitan mengekspresikan beberapa karakter dalam tokoh yang diperankan;

4. siswa sering melakukan ekspresi drama di dalam kelas sehingga siswa menginginkan suasana baru dalam pembelajaran ekspresi drama;

5. guru tidak melakukan pelatihan ekspresi drama terlebih dahulu sehingga siswa tidak mengetahui teknik dan cara bermain drama yang baik dan benar;

6. metode Pelatihan Akting Stanislavski yang dipelopori oleh Constantin Stanislavski dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran ekspresi drama.

C. Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini membatasi permasalahan pada ‘bagaimana metode Pelatihan Akting Stanislavski dapat meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung’.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.


(16)

1. Bagaimanakah rencana penerapan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung?

3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski?

E. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian hendaknya memiliki tujuan yang jelas, sehingga sasaran yang ingin dicapai dapat dengan mudah terlaksana. Selaras dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Menjelaskan rencana penerapan Pelatihan Akting Stanislavski dalam meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung.

2. Menjelaskan pelaksanaan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung.

3. Memaparkan peningkatan keterampilan ekspresi drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung setelah menerapkan metode Pelatihan Akting Stanislavski.


(17)

Manfaat yang akan didapatkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam pembelajaran ekspresi drama adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran ekspresi drama. Guru mengetahui tindakan yang efektif dan efisisen untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran ekspresi drama.

2. Bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan mendorong minat siswa untuk menyenangi pembelajaran ekspresi drama dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga tanpa terasa dapat meningkatkan kemampuan apresiasi drama terutama pada pemahaman ekspresi drama.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu (Syamsuddin dan Damaianti, 2006, hlm. 14).

A. Jenis Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis penelitian ini memiliki kelebihan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Kemmis (1993) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri yang bersifat mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari:

a. Praktik-praktik sosial maupun pendidikan. b. Pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut. c. Situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran.

Susilo (2007) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ada beberapa tujuan yang dapat dicapai antara lain:

a. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.


(19)

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional pendidik kepada para peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktek dalam proses pembelajaran secara reflektif.

d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

2. Desain Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (1988, hlm. 14), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direfisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:


(20)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart

Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-benar tercapai. Penjelasan alur di atas adalah:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi:

Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan keterampilan ekspresi drama untuk siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung.

1) Peneliti bersama-sama kolaborator membuat perencanaan pengajaran yang mengembangkan keterampilan ekspresi drama.

2) Mendiskusikan tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mengembangkan keterampilan ekspresi drama.

3) Menginventarisir media pembelajaran. 4) Membuat lembar observasi.

5) Mendesain alat evaluasi b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Pada tahap


(21)

ini kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Pada tahap ini peneliti menerapkan perencanaan yang sudah dibuat bersama guru. Guru melakukan proses pembelajaran bermain drama sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dengan menerapkan metode Pelatihan Akting Stanislavski. Proses pembelajaran bermain drama dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang sudah direncanakan.

c. Tahap Observasi

Selama melaksanakan tindakan pembelajaran, guru sebagai peneliti dibantu mitra peneliti bertindak sebagai observer, untuk mencatat segala temuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan fokus penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui keterampilan apresiasi drama pada bagian ekspresi drama dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak, sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk menilai tingkat keberhasilan keterampilan ekspresi drama dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski. Kekurangan dan kendala selama penelitian berlangsung akan didiskusikan dan akan dicari solusinya sebagai pijakan pada siklus selanjutnya.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian


(22)

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Bandung yang beralamat di Jalan Gardu Jati No.20 Kota Bandung. SMAN 4 Bandung menjadi salah satu sekolah menengah atas yang maju, menempatkan cluster 1 di Bandung. Letak sekolah yang berada di pinggir jalan, tidak memengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Bangunan sekolah SMAN 4 Bandung merupakan gedung bekas SD Chung Hwi sehingga bentuk bangunan dan lorong yang berada di gerbang masuk utama berbentuk klasik. SMAN 4 Bandung beberapa kali mendapatkan penghargaan di bidang kebersihan di tingkat kota. Hal tersebut membuat para siswa menemukan ketenangan, serta kenyamanan saat pembelajaran berlangsung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014 yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI IPS 4, yakni hari Selasa pukul 09.45-11.15 WIB dan hari Kamis pukul 11.45-13.15 WIB.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Pukul

1 Koordinasi sebelum pratindakan Selasa, 18 Maret 2014

08.00 - 09.00

2 Pengisian Angket dan Wawancara Informasi Awal

Kamis, 20 Maret 2014

11.45 - 13.15

3 Pratindakan Kamis, 3 April 2014 11.45 - 13.15 4 Koordinasi untuk Siklus I Selasa, 7 April 2014 09.45 - 11.15 5 Siklus I Pertemuan I Selasa, 22 April 2014 09.45 - 11. 15


(23)

6 Siklus I Pertemuan II Kamis, 24 April 2014 11. 45 - 13.15 7 Siklus I Pertemuan III Selasa, 29 April 2014 09.45 - 11.15 8 Siklus I Pertemuan IV Kamis, 1 Mei 2014 11.45 - 13.15 9 Siklus I Pertemuan V Selasa, 6 Mei 2014 09.45 - 11.15 10 Siklus I Pertemuan VI Kamis, 8 Mei 2014 11.45 - 13.15 11 Siklus II Pertemuan I Selasa, 13 Mei 2014 09.45 - 11.15 12 Siklus II Pertemuan II Kamis, 15 Mei 2014 11.45 - 13.15 13 Siklus II Pertemuan III Selasa, 19 Mei 2014 09.45 - 11.15 14 Siklus II Pertemuan IV Kamis, 22 Mei 2014 11.45 - 13.15 13 Pengisian Angket Pascatindakan Kamis, 22 Mei 2014 13.15 – 13.30

Alokasi waktu pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas XI IPS 4 sebanyak 4 jam pelajaran (4x45 menit) tiap minggu yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Berdasarkan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas itu, maka peneliti sepakat dengan guru dan kolabotaror, bahwa penelitian dilakukan setiap hari Selasa mulai pukul 09.45.00-11.15 WIB dan Kamis mulai pukul 11.45-13.15 WIB.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Bandung yang terdiri dari 38 siswa, diantaranya 22 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Guru Bahasa Indonesia, yakni Bapak Drs. H. D. Zainal Mutaqin yang bertindak sebagai pengamat penelitian. Pemilihan tempat berdasarkan pada rendahnya keterampilan ekspresi drama khususnya pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Bandung. Selain itu, pemilihan tempat didasarkan adanya hubungan baik antara peneliti dan guru sehingga terjadi kerjasama yang baik. Objek berupa hasil adalah hasil permainan drama siswa.


(24)

D. Definisi Operasional

Peneliti menganggap perlu mendefinisikan variabel-variabel yang terkait untuk menghindari perbedaan interpretasi dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan ekspresi drama

Ekspresi drama merupakan kegiatan lanjutan dari apresiasi drama. Drama dapat dipandang sebagai sebuah mata uang logam yang mempunyai dua sisi yang menyatu. Pada satu sisi, drama dapat dipandang sebagai sebuah karya sastra dan pada sisi lain drama dapat dipandang sebagai sebuah karya panggung. Dua sisi itu bahu membahu dan terpadu menjadi satu. 2. Metode Pelatihan Akting Stanislavski

Metode ini lebih menekankan pada pemahaman mengenai apa dan bagaimana itu akting serta apa saja yang dipersiapkan untuk menjadi aktor, misalnya penghayatan dan konsentrasi, vokal, tubuh (kesesuaian gerak tubuh sesuai dengan karakter yang diperankannya), penguasaan ruang (bagaimana aktor berinteraksi dengan set panggung, lighting, musik, dan bagaimana aktor dapat mendukung permainan dari aktor lain). Metode ini berkiblat pada The Method suatu metode akting yang dipelopori oleh Constantin Stanislavski kemudian dikembangkan oleh Lee Strasberg (USA) melalui lembaga pendidikan acting Actor Studio di New York.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa. Peneliti dan kolaborator melakukan diskusi yang dilanjutkan dengan observasi kelas dalam keterampilan ekspresi drama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran dibuat seperti yang biasa dilakukan dan siswa diuji keterampilan menulis naskah drama seperti yang biasa dilakukan. Adapun rincian kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan di antaranya sebagai berikut.


(25)

a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam keterampilan ekspresi drama.

b. Guru melakukan pembelajaran bermain drama dengan metode seperti yang biasanya dilakukan.

c. Peneliti membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui proses, kendala, tanggapan tentang pembelajaran bermain drama yang biasa dilakukan.

d. Menyiapkan instrumen berupa lembar pengamatan, pedoman penilaian, catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati pembelajaran, dan kamera yang digunakan untuk merekam jalannya pembelajaran.

e. Mengamati semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran, kameraman merekam jalannya pembelajaran.

2. Tindakan

Pada tahap ini peneliti menerapkan perencanaan yang sudah dibuat bersama guru. Peneliti melakukan proses pembelajaran bermain drama sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dengan menerapkan metode Pelatihan Akting Stanislavski. Proses keterampilan ekspresi drama dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang sudah direncanakan.

3. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Observer (peneliti sendiri) menggunakan instrumen observasi antara lain lembar pengamatan, pedoman penilaian, catatan lapangan yang dilengkapi dengan rekaman pembelajaran. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan, baik peran serta dalam kelompok atau setelah terlepas dari kelompoknya. Hasil pengamatan, catatan lapangan, dan rekaman digunakan


(26)

sebagai data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif untuk menilai keberhasilan penelitian secara proses. Data di atas juga akan dianalisis sebagai hasil observasi atau pengamatan pada tindakan siklus.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk menilai tingkat keberhasilan pembelajaran bermain drama dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski. Kekurangan dan kendala selama penelitian berlangsung akan didiskusikan dan akan dicari solusinya sebagai pijakan pada siklus selanjutnya.

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, angket, pengamatan (observasi), dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari orang yang diwawancarai dengan melakukan tanya jawab sepihak. Wawancara akan dilakukan diluar jam pelajaran dengan guru. Wawancara secara tidak terstruktur untuk mengetahui kondisi pembelajaran bermain drama dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam keterampilan ekspresi drama.

2. Angket

Angket adalah serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (siswa) mengenai masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari responden tersebut. Angket akan dibagikan sebelum tindakan dan sesudah tindakan.


(27)

3. Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai kolaborator. Pengamatan dilakukan dengan instrumen lembar observasi yang dilengkapi dengan pedoman observasi dan dokumentasi foto. Pengamatan ini juga dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan agar segala sesuatu yang terjadi pada saat pengambilan data dapat terangkum.

4. Dokumentasi

Dokumentasi disini menggunakan data rekaman siswa saat bermain drama, hal ini dilakukan sebagai data penunjang mengenai keterlibatan siswa selama proses keterampilan ekspresi drama serta sebagai bukti bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan.

G. Pengolahan Data 1. Reduksi data

Proses reduksi data ini dimaksudkan untuk lebih mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan serta mengorganisasikan data sehingga mudah untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan proses verifikasi.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam laporan penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif. Penyajian data disajikan dalam bab deskripsi hasil penelitian dan analisis hasil pembahasan.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dari penelitian ini dilakukan dengan melihat obyek penelitian, hasil dari penguji cobaan (threatment) metode pelatihan akting pada objek penelitian dan mempertanyakan kembali hasil data yang diperoleh


(28)

dari wawancara dengan berbagai narasumber, sambil melihat catatan lapangan agar memeroleh pemahaman yang lebih tepat

H. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi angket, lembar pengamatan, dan dokumentasi berupa rekaman pelaksanaan bermain drama agar data yang diperoleh lebih akurat. Peneliti juga menggunakan pedoman penilaian ekspresi drama dan produk berupa pembuatan film pendek siswa untuk menentukan tingkat keberhasilan bermain drama siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru sebagai pelaku tindakan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembelajaran bermain drama dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran bermain drama. Adapun daftar pertanyaan untuk wawancara dengan guru adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah proses keterampilan ekspresi drama SMA Negeri 4 Bandung? Apakah siswa sering mengalami kesulitan pada saat melakukan keterampilan ekspresi drama?

b. Apakah bapak pernah menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski?


(29)

Sangat

Setuju Setuju Kurang Setuju

Tidak Setuju

d. Apakah metode Pelatihan Akting Stanislavski membawa dampak positif bagi siswa maupun guru?

e. Apakah motivasi bapak setelah mengetahui adanya metode Pelatihan Akting Stanislavski?

f. Apa saran bapak terhadap penelitian ini?

2. Angket

Angket diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pemberian angket sebelum tindakan disebut dengan angket pratindakan, dan angket yang diberikan sesudah diberikan tindakan disebut dengan angket pascatindakan. Pemberian angket pratindakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesulitan dan antusias dari siswa dalam pembelajaran drama.

Tabel 3.2 Angket Pratindakan

No Pernyataan

Opsi

1. Saya lebih menyukai Pembelajaran sastra daripada pembelajaran bahasa.

2. Saya pernah mendapatkan


(30)

SS S KS TS

materi mengenai drama.

3. Pembelajaran drama adalah pembelajaran yang menyenangkan. 4. Saya suka terhadap

pembelajaran bermain drama

5. Saya pernah bermain drama.

6. Bermain drama adalah kegiatan yang mudah.

7. Saya pernah melihat pementasan drama.

8. Selama pembelajaran bermain drama saya melakukannya dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh. 9. Kemampuan bermain

drama sangat

dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. 10. Jika saya mampu

bermain drama, itu sangat berpengaruh terhadap pribadi saya.

Tabel 3. 3

Angket Pascatindakan

No Pernyataan

Opsi


(31)

1. Saya kurang memahami pembelajaran bermain drama dengan metode Pelatihan Akting Stanislavski 2. Adanya

pembelajaran ini membuat saya semakin lebih memahami tentang keterampilan bermain drama 3. Pembelajaran

ini dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasik an karya sastra khususnya bermain drama

4. Pembelajaran ini dapat membantu saya agar bisa bermain drama dengan lebih baik.

5. Pembelajaran bermain drama menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski merupakan pembelajaran


(32)

yang mudah dan menyenangkan 6. Melalui

pembelajaran ini saya mengetahui persiapan aktor dalam bermain drama

7. Pembelajaran seperti ini perlu terus dilakukan agar siswa lebih memahami tentang bermain drama

8. Pembelajaran seperti ini tidak perlu diteruskan karena

menuntut kemampuan yang baik dan mempersulit siswa 9. Melalui

pembelajaran ini saya lebih kreatif, lebih percaya diri dan mampu

membawakan karakter tokoh dalam bermain drama

10. Menurut pengamatan Saya, dengan adanya pembelajaran ini sebagian besar


(33)

keterampilan bermain drama siswa

meningkat atau lebih baik. Keterangan:

SS = Sangat setuju S = Setuju

KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju

3. Pengamatan

Lembar pengamatan atau observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru mengajar serta aktivitas siswa selama bermain drama berlangsung. Lembar pengamatan ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya.


(34)

Format Lembar Pengamatan Siswa dalam Keterampilan Ekspresi Drama

No Aspek yang diamati

Keterangan Skor Skor

yang diperoleh 1 Keseriusan Siswa serius dalam

mengikuti pembelajaran.

4 Siswa cukup serius dalam

mengikuti pembelajaran

3 Siswa kurang serius dalam

mengikuti pembelajaran.

2 Siswa tidak serius dalam

mengikuti pembelajaran.

1 2 Keaktifan Siswa aktif bertanya dan

menjawab pertanyaan.

4 Siswa cukup aktif bertanya

dan menjawab pertanyaan

3 Siswa kurang aktif bertanya

dan menjawab pertanyaan.

2 Siswa tidak aktif bertanya

dan menjawab pertanyaan.

1

3 Keberanian

Siswa berani tampil di depan kelas.

4 Siswa cukup berani tampil

di depan kelas.


(35)

Siswa kurang berani tampil di depan kelas.

2 Siswa tidak berani tampil di

depan kelas

1

4 Konsentrasi

Siswa memperhatikan penjelasan guru, tidak melamun, tidak sibuk beraktifitas sendiri, dan siswa tidak menopang dagu

4

Siswa cukup

memperhatikan penjelasan guru, tidak melamun, sedikit sibuk beraktifitas sendiri, dan siswa tidak menopang dagu

3

Siswa cukup

memperhatikan penjelasan guru, tidak melamun, sibuk beraktifitas sendiri, dan siswa menopang dagu.

2

Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, melamun, sibuk beraktifitas sendiri,

dan siswa menopang dagu. 1 5 Keantusiasan Siswa antusias dalam

mengikuti pembelajaran.

4 Siswa cukup antusias dalam

mengikuti pembelajaran.

3 siswa kurang antusias

dalam mengikuti pembelajaran.

2

siswa tidak antusias dalam


(36)

Gambar 3.2

Format Catatan Lapangan Modifikasi Model Moleong

(dalam Prof. Syamsudin A.R dan Dr. Vismaia, 2006:107)

Tanggapan Observer :

Observer,

Catatan Lapangan

Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Stanislavski Siswa Kelas XI IPS 4

Kelas : XI IPS 4 Peneliti :

Catatan Lapangan (CL) Siklus …. CL Pembelajaran Nomor ….

Pengamatan Hari/tanggal

Jam


(37)

4. Pedoman Penilaian

Pedoman penilaian digunakan sebagai acuan untuk menilai permainan drama pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung. Aspek yang dinilai dalam permainan drama pada penelitian ini adalah pemahaman karakter, penghayatan dan konsentrasi, kesesuaian vokal, kesesuaian tubuh, penguasaan ruang. Bentuk nilai yang diberikan kepada siswa dikategorikan dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Tes Praktik Kemampuan Ekspresi Drama

No Aspek Kriteria Indikator Bobot Skor Skor

yang diperoleh 1 Pemahaman

Karakter memahami sejarah social dan psikologis dari tokoh berdasarkan informasi terbatas dari naskah dan logika. Bagian ini dinilai melalui interview. -Sangat baik: sangat memahami karakter tokoh baik dari sejarah sosial dan psikologisnya. 30 4 -baik: memahami karakter

tokoh baik dari sejarah sosial dan psikologisnya. 3 -cukup: cukup memahami karakter tokoh baik dari

sejarah sosial dan psikologisnya.

2


(38)

memahami karakter tokoh baik dari sejarah sosial dan psikologisnya.

1

2 Penghayatan dan Konsentrasi dilihat dari ekspresi, mimik, vokal, dan gesture. -Sangat baik:sangat menghayati dan konsentrasi dalam memerankan karakter seorang tokoh. 25 4 -baik: menghayati dan konsentrasi dalam memerankan karakter seorang tokoh. 3 -cukup: cukup menghayati dan konsentrasi dalam memerankan karakter seorang tokoh. 2 -kurang: kurang menghayati dan konsentrasi dalam memerankan karakter seorang tokoh. 1

3 Vokal Kesesuaian

vokal dengan karakter: Dialek Tekanan suara dan timbre Tempo -sangat baik: sangat baik dalam menyesuaikan vokal dengan karakter yang diperankannya baik dari segi dialek, tekanan suara atau


(39)

Tekanan (gaya bicara). timbre,tempo, dan tekanan (gaya bicara). 20 -baik: mampu menyesuaikan vokal dengan karakter yang diperankannya baik dari segi dialek, tekanan suara dan timbre, tempo, tekanan (gaya bicara). 3 -cukup: cukup mampu menyesuaikan vokal dengan karakter yang diperankannya baik dari segi dialek, tekanan suara, dan timbre, tempo, tekanan (gaya bicara). 2 -kurang: kurang mampu menyesuaikan vokal dengan karakter yang diperankannya baik dari segi dialek, tekanan suara dan timbre, tempo, tekanan (gaya bicara). 1 -kesesuain -sangat baik: sangat mampu menyesuaikan


(40)

4 Tubuh gesture Dengan a. usia tokoh b. status sosial dan aktivitas dari karakter yang diperanka n c. dengan mimik di setiap adegan gesture dengan usia tokoh, status sosial dan

aktivitas tokoh, serta kesesuaian mimik di setiap adegan. 15 4 -baik: mampu menyesuaikan gesture dengan usia tokoh status sosial dan aktivitas

tokoh, serta kesesuaian mimik di setiap adegan. 3 -cukup: cukup menyesuaikan gesture dengan usia tokoh status sosial dan aktivitas

tokoh, serta kesesuaian mimik di setiap adegan.

2

-kurang: kurang menyesuaikan gesture dengan usia tokoh status sosial dan aktivitas tokoh, Serta kesesuaian mimik di setiap adegan. 1

5 Penguasaan Ruang bagaimana aktor berinteraksi dengan set -sangat baik: sangat baik dalam berinteraksi dengan set


(41)

panggung, aktor lain

dan dengan aktor lain.

10 -baik: mampu

berinteraksi dengan set panggung, dan dengan aktor lain.

3

-cukup: cukup pandai dalam berinteraksi dengan set panggung dan dengan aktor lain.

2

-kurang: kurang menguasai dalam berinteraksi dengan set panggung dan dengan aktor lain.

1

Total 100

Nilai akhir permainan drama =

5. Alat Pengambil Gambar

Alat perekam sekaligus pengambil gambar digunakan untuk merekam dan mengambil gambar pada waktu pembelajaran bermain drama sebagai dokumen Total Skor x 100

Skor Max


(42)

penunjang keterlibatan siswa dalam proses. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih valid dan memang benar-benar dilakukan.

I. Analisis Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu untuk mendeskripsikan keterampilan ekspresi drama sebelum dan sesudah implementasi tindakan. Analisis kualitatif digunakan untuk data kualitatif yang berupa hasil pengamatan lapangan, catatan lapangan, dan wawancara. Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian ekspresi drama sebelum dan sesudah diberi tindakan. Kemampuan keterampilan ekspresi drama pada siswa dinilai dengan pedoman penilaian yang sudah ditentukan.


(43)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan hasil pembelajaran bermain drama dengan menggunakan metode Pelatihan Akting Stanislavski, disusun beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa. Peneliti dan kolaborator melakukan diskusi yang dilanjutkan dengan observasi kelas dalam pembelajaran bermain drama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran dibuat seperti yang biasa dilakukan dan siswa diuji keterampilan menulis naskah drama seperti yang biasa dilakukan. Adapun rincian kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan di antaranya sebagai berikut.

a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bermain drama.

b. Guru melakukan pembelajaran bermain drama dengan metode seperti yang biasanya dilakukan.

c. Peneliti membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui proses, kendala, tanggapan tentang pembelajaran bermain drama yang biasa dilakukan.

d. Menyiapkan instrumen berupa lembar pengamatan, pedoman penilaian, catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati pembelajaran, dan kamera yang digunakan untuk merekam jalannya pembelajaran.

e. Mengamati semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran, kameraman merekam jalannya pembelajaran.


(44)

2. Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh, keterampilan siswa dalam ekspresi drama belum dilaksanakan secara maksimal. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa keterampilan ekspresi drama yang dilakukan belum menggunakan metode yang tepat. Dalam keterampilan ekspresi drama yang biasa dilakukan guru, siswa diberi materi mengenai keterampilan bermain drama dan siswa diminta untuk langsung mempraktikannya. Akibatnya, permainan drama siswa kurang maksimal dan kurang memuaskan. Pada awal siswa bermain drama, diperoleh tentang data siswa dalam keterampilan bermain drama. Skor rata-rata aspek bermain drama pada pratindakan untuk aspek pemahaman karakter sebesar 1,15. Aspek penghayatan dan konsentrasi mempunyai skor rata-rata hitung sebesar 1,47. Rata-rata hitung aspek kesesuaian vokal pada awal bermain drama sebesar 1,07. Aspek kesesuaian tubuh memiliki skor rata-rata hitung sebesar 1,26 dan untuk aspek penguasan ruang memiliki skor rata-rata hitung sebesar 1,42. Jumlah rata-rata hitung dari keseluruhan aspek yang dinilai adalah 6,34. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan ekspresi drama siswa kelas XI IPS 4 SMAN 4 Bandung dalam bermain drama t drama masih kurang.

3. Hasil pengamatan pada proses pembelajaran bermain drama pada pratindakan menunjukkan skor rata-rata aspek keseriusan siswa dalam keterampilan ekspresi drama sebesar 1,34. Aspek keaktifan memiliki skor ratarata sebesar 1,39. Aspek keberanian mencapai skor 1,26. Skor rata-rata aspek konsentrasi sebesar 1,23 dan aspek antusias siswa terhadap keterampilan ekspresi drama sebesar 1,34. Jumlah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dalam proses keterampilan ekspresi drama dari keseluruhan aspek adalah 6,60. Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh, baik kondisi pada praktik keterampilan ekspresi drama maupun kondisi pada proses keterampilan ekspresi drama perlu dilakukan perubahan yang lebih baik. Salah satu upaya untuk merubah hal tersebut dengan cara penggunaan metode pembelajaran yang tepat agar


(45)

pembelajaran bermain drama, dan dengan cara pengembangan variasi pembelajaran yang mampu membangkitkan gairah belajar siswa agar lebih tertarik terhadap pembelajaran bermain drama. Metode Pelatihan Akting Stanislavski menawarkan keterampilan ekspresi drama yang bervariasi, menyenangkan dan lebih menarik. Metode ini memiliki manfaat membantu siswa untuk lebih mudah memecahkan permasalahan ketika melakukan keterampilan ekspresi drama. Pelatihan akting Stanislavski membantu siswa untuk lebih mengetahui persiapan seorang aktor sebelum bermain drama. 4. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui metode Pelatihan Stanislavski

dalam keterampilan ekspresi drama di kelas XI IPS 4 dapat dikatakan berhasil meningkatkan kualitas proses dan produk. Peningkatan kualitas proses dalam aktivitas pembelajaran berdampak positif pada tercapainya peningkatan kualitas hasil praktik ekspresi drama siswa. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari suasana pembelajaran yang lebih serius namun menyenangkan dan siswa lebih antusias serta aktif dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari peningkatan skor ekspresi drama dari siklus I hingga pascasiklus II. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan bermain drama siswa berupa lembar pengamatan. Penilaian hasil bermain drama meliputi 5 aspek, yaitu (1) aspek pemahaman karakter, (2) aspek penghayatan dan konsentrasi, (3) aspek kesesuaian vokal, (4) aspek kesesuaian tubuh, (5) aspek penguasaan ruang. Penilaian proses selama pembelajaran meliputi 5 aspek, yaitu (1) aspek keseriusan siswa (2) aspek keaktifan siswa, (3) aspek keberanian siswa, (4) aspek konsentrasi siswa, (5) aspek keantusiasan siswa. Pelaksanaan siklus I diberikan tindakan sebanyak enam kali pertemuan, setiap aspek diajarkan dalam satu kali pertemuan. Pelaksanaan siklus I diawali dengan penyampaian materi mengenai pelatihan akting, dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai penghayatan dan konsentrasi dan dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan penghayatan dan konsentrasi pada saat bermain drama.


(46)

dengan pelatihan yang berbeda. Pada pertemuan selanjutnya pelatihan dilanjutkan pada pelatihan aspek pemahaman karakter, pertemuan keempat dan kelima pelatihan pada aspek kesesuaian vokal dan kesesuaian tubuh, pertemuan keenam merupakan pelatihan yang difokuskan pada penguasaan ruang.

5. Peningkatan secara proses dan produk dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus II dibandingkan dengan skor rata-rata yang diperoleh pada saat pratindakan. Skor rata-rata praktik ekspresi drama siswa pada tahap pratindakan sebesar 6,34. Skor rata-rata praktik ekspresi drama siswa di akhir siklus II sebesar 18,76. Jadi, terjadi peningkatan skor rata-rata ekspresi drama pada ekspresi drama siswa sebesar 12,42. Peningkatan skor ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan dalam siklus I dan siklus II mampu meningkatkan keterampilan ekspresi drama pada siswa.

6. Peningkatan, proses keterampilan ekspresi drama siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Skor rata-rata hitung proses keterampilan ekspresi drama siswa pada pratindakan sebesar 6,60, dan pada akhir siklus I skor rata-rata hitung siswa dalam proses keterampilan ekspresi drama sebesar 9,07. Jadi, proses pembelajaran siswa dalam ekspresi drama mengalami peningkatan sebesar 2,47. Pada pratindakan ke siklus II, skor rata-rata siswa dalam proses keterampilan ekspresi drama juga mengalami kenaikan. Pada pratindakan skor rata-rata hitung siswa dalam proses keterampilan ekspresi drama sebesar 6,60 dan pada akhir siklus II mengalami kenaikan yakni menjadi 17,42. Jadi peningkatan siswa dalam proses keterampilan ekspresi drama dari pratindakan ke siklus II meningkat sebesar 10,82.

7. Keterampilan ekspresi drama dengan metode Pelatihan Akting Stanislavski untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam praktik ekspresi drama. Tanggapan siswa juga menunjukkan bahwa penerapan metode Pelatihan Akting Stanislavski mampu


(47)

keterampilan siswa dalam bermain drama dan memberikan motivasi kepada siswa. Bagi guru, penelitian ini dapat dipakai sebagai alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan ekspresi drama siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan tindak lanjut di atas, maka peneliti dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Bandung, sebaiknya dapat memanfaatkan metode Pelatihan Akting Stanislavski pada keterampilan bermain drama khususnya pada peningkatan aspek ekspresi drama, hal ini dilakukan agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam pembelajaran bermain drama dapat menumbuhkan semangat belajar yang tinggi bagi siswa. 2. Bagi siswa, keterampilan ekspresi drama sudah dapat dikategorikan baik, hal

ini harus tetap dipertahankan dan dikembangkan. Melalui metode Pelatihan Akting Stanislavski didapatkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa disarankan untuk menerapkan belajar berdiskusi dan evaluasi bersama untuk melatih siswa dalam memecahkan sebuah permasalahan yang terjadi.

3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah.

4. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian lain untuk mengetahui peningkatan kemampuan pada aspek pembelajaran yang lain dan populasi yang lain agar peningkatan yang tercapai sesuai dengan target yang ingin dicapai.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anirun, Suyatna. (1998). Menjadi Aktor. Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa.

Arikunto, Suharsimi,dkk. (2010) . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Baihaqi, I. (2010). Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan

Keterampilan Bermain Drama Kelas Teater di SMPN 4 Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta.

(Skripsi).

Elifia, E. (2007). Peningkatan Kemampuan Bermain Drama dengan Teknik Pemodelan di Kelas V SD Negeri Karangsono 02 Kecamatan Kanigoro

Kabupaten Blitar. (Skripsi).

Endraswara, Suwardi. (2005) . Metode & Teori Pembelajaran Sastra.

Yogyakarta: Buana Pustaka.

Hanapiah, S. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Bermain Peran, 1 (2), hlm. 53-60.


(49)

Mulyana, Y. dkk. (1997). Sanggar Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Novikasari, R. (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Sekolah Seni Yogyakarta

Pada Siswa XI IPA 3 SMA Negeri 2 Malang. (Skripsi).

Rochmatin. (2011). Apresiasi Drama. [Online]. Tersedia di: http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/10/31/apresiasi-drama/. [diakses tanggal 31 Oktober 2011]

Saptaria, El Rikrik. (2006). Acting Handbook. Bandung: Rekayasa Sains.

Sitorus, Eka D. (2002). The Art Of Acting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanislavski. (1980). Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta :

Pustaka Jaya.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Waluyo, Herman J. (2001). Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(50)

(51)

Anirun, Suyatna. (1998). Menjadi Aktor. Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa.

Arikunto, Suharsimi,dkk. (2010) . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baihaqi, I. (2010). Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan

Bermain Drama Kelas Teater di SMPN 4 Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi).

Elifia, E. (2007). Peningkatan Kemampuan Bermain Drama dengan Teknik Pemodelan di Kelas V SD Negeri Karangsono 02 Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. (Skripsi).

Endraswara, Suwardi. (2005) . Metode & Teori Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Buana

Pustaka.

Hanapiah, S. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Bermain Peran, 1 (2), hlm. 53-60.

Harymawan, RMA. (1993). Dramaturgi. Bandung: BIT PT Remaja Rosdakarya.

Jalidu, M. Ahmad. (2010). Rahasia Akting Sempurna. Yogyakarta: Garudhawaca.

Mulyana, Y. dkk. (1997). Sanggar Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Novikasari, R. (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Sekolah Seni Yogyakarta Pada Siswa XI IPA 3

SMA Negeri 2 Malang. (Skripsi).

Rochmatin. (2011). Apresiasi Drama. [Online]. Tersedia di: http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/10/31/apresiasi-drama/. [diakses tanggal 31 Oktober 2011]


(52)

Sitorus, Eka D. (2002). The Art Of Acting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanislavski. (1980). Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta : Pustaka

Jaya.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja

Rosdakarya.

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Waluyo, Herman J. (2001). Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan


(1)

menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Bandung, sebaiknya dapat memanfaatkan metode Pelatihan Akting Stanislavski pada keterampilan bermain drama khususnya pada peningkatan aspek ekspresi drama, hal ini dilakukan agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode Pelatihan Akting Stanislavski dalam pembelajaran bermain drama dapat menumbuhkan semangat belajar yang tinggi bagi siswa. 2. Bagi siswa, keterampilan ekspresi drama sudah dapat dikategorikan baik, hal

ini harus tetap dipertahankan dan dikembangkan. Melalui metode Pelatihan Akting Stanislavski didapatkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa disarankan untuk menerapkan belajar berdiskusi dan evaluasi bersama untuk melatih siswa dalam memecahkan sebuah permasalahan yang terjadi.

3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah.

4. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian lain untuk mengetahui peningkatan kemampuan pada aspek pembelajaran yang lain dan populasi yang lain agar peningkatan yang tercapai sesuai dengan target yang ingin dicapai.


(2)

167

Rindi Antika, 2014

Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Stanislavski

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anirun, Suyatna. (1998). Menjadi Aktor. Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa.

Arikunto, Suharsimi,dkk. (2010) . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baihaqi, I. (2010). Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan

Keterampilan Bermain Drama Kelas Teater di SMPN 4 Yogyakarta.

Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi).

Elifia, E. (2007). Peningkatan Kemampuan Bermain Drama dengan Teknik

Pemodelan di Kelas V SD Negeri Karangsono 02 Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. (Skripsi).

Endraswara, Suwardi. (2005) . Metode & Teori Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Hanapiah, S. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Bermain Peran, 1 (2), hlm. 53-60.

Harymawan, RMA. (1993). Dramaturgi. Bandung: BIT PT Remaja Rosdakarya. Jalidu, M. Ahmad. (2010). Rahasia Akting Sempurna. Yogyakarta: Garudhawaca.


(3)

Pada Siswa XI IPA 3 SMA Negeri 2 Malang. (Skripsi).

Rochmatin. (2011). Apresiasi Drama. [Online]. Tersedia di: http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/10/31/apresiasi-drama/. [diakses tanggal 31 Oktober 2011]

Saptaria, El Rikrik. (2006). Acting Handbook. Bandung: Rekayasa Sains.

Sitorus, Eka D. (2002). The Art Of Acting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Stanislavski. (1980). Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta :

Pustaka Jaya.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

dengan PT. Remaja Rosdakarya.

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Waluyo, Herman J. (2001). Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk


(4)

169

Rindi Antika, 2014

Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Stanislavski


(5)

Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi).

Elifia, E. (2007). Peningkatan Kemampuan Bermain Drama dengan Teknik Pemodelan di

Kelas V SD Negeri Karangsono 02 Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. (Skripsi).

Endraswara, Suwardi. (2005) . Metode & Teori Pembelajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Hanapiah, S. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Bermain Peran, 1 (2), hlm. 53-60.

Harymawan, RMA. (1993). Dramaturgi. Bandung: BIT PT Remaja Rosdakarya. Jalidu, M. Ahmad. (2010). Rahasia Akting Sempurna. Yogyakarta: Garudhawaca.

Mulyana, Y. dkk. (1997). Sanggar Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Novikasari, R. (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama Dengan

Menggunakan Metode Pelatihan Akting Sekolah Seni Yogyakarta Pada Siswa XI IPA 3 SMA Negeri 2 Malang. (Skripsi).

Rochmatin. (2011). Apresiasi Drama. [Online]. Tersedia di: http://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/10/31/apresiasi-drama/. [diakses tanggal 31 Oktober 2011]


(6)

Rindi Antika, 2014

Peningkatan Keterampilan Ekspresi Drama Dengan Menggunakan Metode Pelatihan Akting Stanislavski

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saptaria, El Rikrik. (2006). Acting Handbook. Bandung: Rekayasa Sains.

Sitorus, Eka D. (2002). The Art Of Acting. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanislavski. (1980). Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta : Pustaka Jaya.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Waluyo, Herman J. (2001). Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan