Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Kegiatan Pengendalian Kualitas Untuk Menekan Biaya Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan Farmasi PT. ”X”).

(1)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bersaing adalah kualitas. Hal ini berarti bahwa untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melaksanakan program pengendalian kualitas dengan membentuk departemen pengendalian kualitas. Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan pengendalian kualitas ini merupakan biaya kualitas. Biaya kualitas dibagi menjadi empat kategori yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure costs), dan biaya kegagalan eksternal (external failure costs).

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data yang berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta menarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Unit penelitian dilakukan pada perusahaan farmasi, PT. “X”, yang berlokasi di Jl. Setiabudhi. Data penelitian dikumpulkan dari bulan Januari-Mei 2007. Data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder.

Evaluasi peranan analisis biaya kualitas dalam kegiatan pengendalian kualitas untuk menekan biaya produksi dilakukan dengan membuat terlebih dahulu struktur biaya kualitas yang sebelumnya tidak dilakukan perusahaan, kemudian melakukan analisis biaya kualitas. Diagram pareto dan sebab akibat menjadi alat bantu untuk mengetahui penyebab kegagalan produksi yang sering dialami perusahaan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan telah melakukan kegiatan pengendalian kualitas, mulai dari perencanaan kualitas, evaluasi pemasok, pemeliharaan mesin, hingga inspeksi dan pengujian ulang. Hanya saja perusahaan belum mengkategorikan biaya kualitas dan menganalisis biaya kualitas. Berdasar hasil struktur laporan biaya kualitas dan analisis biaya kualitas, sejauh ini perusahaan melakukan kegiatan pengendalian dengan baik. Hal ini terlihat dari persentase total biaya kualitas terhadap total penjualan, hanya sebesar 1,12%. Perbaikan yang coba penulis lakukan berkaitan dengan program pelatihan karyawan. Program ini dilakukan karena pihak perusahaan mengatakan jarangnya melakukan pelatihan karyawan. Hasil perbaikan menunjukkan perubahan positif terhadap penurunan biaya kualitas, yang secara langsung menekan biaya produksi, namun nilainya tidak materialitas, turun sebesar 0,5%. Analisis biaya kualitas memberikan peranan yang baik dalam kegiatan pengendalian kualitas, jika dilakukan dengan baik, kegagalan internal dan eksternal dapat turun terus menerus.

Kata Kunci: prevention costs, appraisal costs, internal failure costs, external failure cost.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Hasil penelitian ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 6

1.6 Metode Penelitian ... 9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya ... 12

2.1.1 Pengertian Biaya ... 12

2.1.2 Perbedaan Biaya dan Beban ... 13

2.1.3 Klasifikasi Biaya ... 14

2.2 Biaya Produksi ... 16

2.2.1 Pengertian Biaya Produksi ... 16

2.2.2 Unsur Biaya Produksi ... 16

2.2.2.1 Biaya Bahan Baku ... 16

2.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 16

2.2.2.3 Biaya Overhead Pabrik ... 16

2.3 Kualitas ... 17

2.3.1 Pengertian Kualitas ... 17

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas ... 18


(3)

2.3.3.1 Ukuran Finansial atas Kualitas ... 21

2.3.3.2 Ukuran Nonfinansial atas Kualitas ... 22

2.4 Pengendalian Kualitas ... 22

2.4.1 Pengertian Pengendalian Kualitas ... 23

2.4.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 24

2.4.3 Teknik dan Alat Pengendalian Kualitas ... 25

2.4.3.1 Teknik Pengendalian Kualitas ... 25

2.4.3.2 Alat Pengendalian Kualitas ... 26

2.4.3.2.1 Flowchart ... 27

2.4.3.2.2 Run Chart ... 27

2.4.3.2.3 Process Control Chart ... 28

2.4.3.2.4 Check Sheet ... ... 29

2.4.3.2.5 Pareto Diagram ... 30

2.4.3.2.6 Cause and Effect Diagram ... 31

2.4.3.2.7 Scatter Diagram ... 32

2.5 Biaya Kualitas ... 33

2.5.1 Pengertian Biaya Kualitas ... 33

2.5.2 Unsur Biaya Kualitas ... 34

2.5.3 Pengukuran Biaya Kualitas ... 36

2.5.4 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas ... 39

2.5.5 Analisis Biaya Kualitas ... 41

2.5.6 Teknik Analisis Biaya Kualitas ... 42 2.5.6.1 Analisis Trend ... 42

2.5.6.2 Analisis Pareto ... 43

2.5.7 Manfaat Analisis Biaya Kualitas ... 43

2.5.8 Hubungan Antara Analisis Biaya Kualitas dengan Biaya Produksi ... 43


(4)

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 47

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.1.2 Variabel Dalam Penelitian ... 48

3.1.3 Teknik Pengolahan Data ... 49

3.2 Objek Penelitian ... 50

3.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 50

3.2.2 Struktur Organisasi ... 51

3.2.3 Job Description ... 53

3.2.4 Produk yang Dihasilkan dan Pasar dari Produk ... 60

3.2.5 Proses Produksi ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 64

4.1.1 Pengendalian Kualitas di. PT. Otto ... 64

4.1.1.1 Kegiatan Pengendalian Kualitas di PT. ”X” ... 64

4.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Kualitas .... 66

4.1.1.3 Penetapan Spesifikasi Kualitas ... 68

4.1.1.4 Jenis-jenis Produk Cacat dan Penyebabnya ... 70

4.1.1.5 Inspeksi dan Laporan Hasil Inspeksi ... 72

4.2 Pengumpulan Data dan Pembahasan ... 73

4.2.1 Biaya yang Berhubungan dengan Pengendalian Kualitas ... 76

4.2.1.1 Unsur Biaya Kualitas ... 77

4.2.1.2 Penggolongan Biaya Kualitas ... 80

4.2.2 Ukuran Nonfinansial Kualitas ... 81

4.2.3 Pengendalian Proses Produksi ... 82

4.2.3.1 Diagram Pareto ... 83

4.2.3.2 Diagram Sebab-Akibat ... 84

4.2.4 Perhitungan dan Analisis Biaya Kualitas ... 88

4.2.4.1 Perhitungan Biaya Kualitas ... 88


(5)

4.2.4.3 Analisis Perkiraan Biaya Kualitas Setelah Perbaikan .. 90 4.2.5 Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan

Efisiensi Biaya Produksi ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 94 5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... RIWAYAT HIDUP PENULIS ...


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Check Sheet ... 31

Tabel 2.2 Bentuk Umum Laporan Biaya Kualitas ... 40

Tabel 4.1 Hasil Inspeksi Bulan Januari-Mei 2007 ... 74

Tabel 4.2 Ranking Jenis Kecacatan dan Persentase Tiap Produk ... 75

Tabel 4.3 Ranking Jenis Kecacatan dan Persentase Keseluruhan ... 75

Tabel 4.4 Perhitungan Biaya Kualitas Perusahaan ... 88

Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Kualitas Perusahaan Setelah Program Perbaikan ... 92


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Run chart ... 30

Gambar 2.2 Process Control Chart ... 31

Gambar 2.3 Diagram Pareto ... 32

Gambar 2.4 Cause and Effect Diagram ... 33

Gambar 2.5 Scatter Diagram ... 34

Gambar 2.6 Fungsi Rugi Mutu Taguchi ... 36

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 52

Gambar 3.2 Alur Proses Produksi ... 63

Gambar 4.1 Diagram Pareto ... 83


(8)

Bab I Pendahuluan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Tumbuhnya kembali perekonomian di Indonesia saat ini disebabkan banyaknya bidang usaha yang mulai bangkit kembali. Keadaan ini menimbulkan persaingan yang cukup ketat di antara para pengusaha untuk merebut pangsa pasar, sehingga mengharuskan mereka mencari cara untuk tetap bertahan di tengah persaingan. Untuk mencapai hal tersebut, para pengusaha harus cermat dalam menilai harapan konsumen atas suatu produk.

Untuk memenuhi harapan konsumen, para pengusaha perlu memperhatikan setiap detail produk yang dihasilkan. Secara umum, harapan konsumen atas suatu produk adalah harga yang bersaing tanpa melupakan kualitas dari produk itu sendiri. Kualitas yang baik, tidak akan dapat dicapai tanpa adanya pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan di dalam menjaga kualitas produknya.

Pada saat ini, peningkatan kualitas merupakan hal paling penting yang dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya, yang harus disertai dengan tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan efisiensi. Peningkatan kualitas dapat menghasilkan peningkatan dalam profitabilitas dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Namun, peningkatan efisiensi yang dilakukan perusahaan tidak dapat lepas dari mutu yang tetap harus dijaga. Salah satu aspek penting kualitas adalah tidak adanya produk cacat. Produk cacat akan


(9)

Bab I Pendahuluan 2

menyebabkan konsumen kecewa pada kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menetapkan adanya standar yang tepat untuk produk yang dihasilkan. Peningkatan efisiensi dengan disertai standar mutu bertujuan untuk menghemat biaya, sehingga harga dapat terjangkau dan mampu bersaing. Selain itu dengan adanya standar yang baik, maka diharapkan dapat mengurangi produk cacat atau rusak, sehingga tidak menimbulkan pemborosan atau inefisiensi. Biaya yang dikorbankan agar produk yang dihasilkan berkualitas, disebut dengan biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. (Hansen and Mowen, 2005:7). Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua subkategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas: kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Semua biaya yang berkaitan dengan kualitas kemudian akan dikategorikan ke dalam empat kategori biaya kualitas, yaitu biaya: pencegahan, penilaian, kegagalan internal, dan kegagalan eksternal. Biaya dari tiap kategori tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan efektif dan efisien dalam upaya mencapai kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan memperhatikan biaya kualitas, maka perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi, karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memperbaiki atau memproduksi ulang produk yang tidak berkualitas baik. Adanya analisis biaya kualitas dapat menghasilkan penghematan biaya dan meningkatkan penjualan. Penjualan dapat meningkat bila perusahaan dapat menghasilkan produk yang mampu memenuhi harapan konsumen. Apabila analisis biaya kualitas


(10)

Bab I Pendahuluan 3

dilakukan dengan baik maka dapat tercapai optimalisasi biaya dan peningkatan penjualan yang berdampak pada meningkatnya laba. Setelah analisis biaya kualitas dilakukan maka dapat diperoleh informasi yang penting mengenai aktivitas pengendalian yang telah dilakukan. Informasi ini dapat menjadi umpan balik bagi perusahaan untuk melihat kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan menekan biaya dengan cara melakukan alokasi biaya kualitas yang lebih bijaksana pada keempat kategori biaya kualitas, sehingga biaya produksi perusahaan dapat mencapai titik optimum. Jika perusahaan dapat mencapai hal itu, dengan sendirinya akan berdampak pada kepercayaan konsumen atas produk yang dihasilkan.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai biaya kualitas, maka penulis mencoba memaparkannya melalui sebuah penelitian yang dilakukan pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Perusahaan farmasi merupakan salah satu perusahaan yang perlu menerapkan analisis biaya kualitas. Perusahaan farmasi dituntut untuk menghasilkan obat yang sesuai dengan standar, agar aman dan layak untuk dikonsumsi, sehingga obat dapat bekerja dengan baik. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melakukan pengendalian mutu yang tentu memerlukan biaya. Biaya-biaya inilah yang kita kategorikan sebagai biaya kualitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis biaya kualitas agar perusahaan dapat meminimalisasi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing.


(11)

Bab I Pendahuluan 4

1.2 Identifikasi Masalah

Agar masalah yang diteliti memperoleh kejelasan dan penelitian yang terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kriteria kualitas produk yang baik menurut perusahaan

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan

3. Apakah perusahaan telah menerapkan biaya kualitas dan biaya-biaya apa saja yang timbul sehubungan dengan dilakukannya kegiatan pengendalian kualitas 4. Apakah perusahaan telah melakukan analisis biaya kualitas.

5. Apakah analisis biaya kualitas pada aktivitas pengendalian kualitas dapat membantu menurunkan biaya produksi.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah-masalah yang diuraikan di atas. Sedangkan tujuan penelitian adalah, untuk:

1. Mengetahui kriteria kualitas produk yang baik menurut perusahaan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

3. Mengetahui kegiatan-kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan

perusahaan dan biaya-biaya apa saja yang timbul sehubungan dengan dilakukannya kegiatan pengendalian kualitas.


(12)

Bab I Pendahuluan 5

4. Mengetahui apakah perusahaan telah melakukan analisis biaya kualitas.

5. Mengetahui peranan analisis biaya kualitas pada aktivitas pengendalian dalam membantu menurunkan biaya produksi.

1.4Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

a. Bagi perusahaan

Menjadi masukan yang berguna mengenai pentingnya melakukan analisis biaya kualitas dalam menetapkan kebijakan pada aktivitas pengendalian kualitas.

b. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan mengenai teori yang diperoleh selama studi serta penerapannya dalam praktek dalam suatu perusahaan. Selain itu untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

c. Bagi pihak lain

Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, serta menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis biaya kualitas.


(13)

Bab I Pendahuluan 6

1.5Rerangka Pemikiran

Era globalisasi sekarang ini mengarahkan perusahaan pada persaingan yang semakin ketat. Sasaran utama untuk menang di dalam persaingan adalah pelanggan. Setiap perusahaan harus dapat membuat produk yang bisa diterima oleh masyarakat dan mampu bersaing. Kualitas dapat menjadi kata kunci yang perlu diperhatikan bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan dan menjadi pesaing yang tangguh di tengah pasar yang ada.

Konsumen menginginkan suatu barang yang mempunyai karakteristik sebagai berikut (Gaspersz, 2001:37):

1. Lebih cepat (faster)

Biasanya berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau kenyamanan memperoleh produk tersebut.

2. Lebih murah (cheaper)

Biasanya berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga jual yang harus dibayar oleh konsumen.

3. Lebih baik (better)

Berkaitan dengan dimensi kualitas produk yang dalam hal ini paling sulit untuk digambarkan secara tepat.

Berdasar kriteria tersebut, perusahaan harus melakukan pengendalian biaya kualitas. Dengan adanya biaya kualitas, diharapkan produk cacat dapat ditekan seminimal mungkin dan sumber daya dapat digunakan sebaik mungkin. Penggunaan sumber daya yang baik dalam memproduksi suatu produk akan menghasilkan produk yang berkualitas baik, sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.

Melihat begitu pentingnya kualitas produk, banyak perusahaan mulai mengalihkan fokusnya pada kegiatan pengendalian kualitas secara lebih baik,


(14)

Bab I Pendahuluan 7

seperti yang dikemukakan oleh Horngren, Foster, dan Datar: ”In many cases, growing competition in the global market place has forced manager to focus on improving quality” (Horngren, Foster, and Datar, 1997:652). Perusahaan yang mempunyai fokus terhadap pengendalian kualitaslah yang akan menang di dalam persaingan memperebutkan pangsa pasar.

Upaya untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar memerlukan usaha yang tidak mudah serta biaya yang tidak murah. Dalam hal ini terdapat hubungan yang kuat antara biaya dan kualitas. Dalam melakukan program pengendalian kualitas, perusahaan perlu memperhatikan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan kualitas tersebut. Biaya kualitas yang dimaksud adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan pengendalian kualitas dalam menjaga dan meningkatkan kualitas, serta biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan terjadinya kegagalan dan cacat pada produk yang dihasilkan. Apabila terjadi kegagalan dan cacat pada produk, biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan kembali produk yang gagal yang disebabkan karena pengendalian kualitas dari produk yang tidak baik akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegagalan produk tersebut. Seperti dikatakan Garvin: ”failure are much more expensive to fix after a unit has been assembled than before. The cost of extra hours spent pretesting a design is cheap compare with the cost of product recall, similiarly, field service cost are much higher than those incoming inspection” (Garvin, 1991:4).

Tujuan utama atau sasaran akhir perusahaan adalah untuk meningkatkan laba. Perhatian yang lebih besar kepada kualitas dapat meningkatkan


(15)

Bab I Pendahuluan 8

profitabilitas. Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara, yaitu dengan meningkatkan permintaan pelanggan (peningkatan atas penjualan) dan mengurangi biaya. Jika kegiatan pengendalian kualitas berjalan dengan baik, seiring dengan menurunnya biaya kualitas, maka dapat dikatakan perusahaan berhasil memenuhi harapan konsumen atas suatu produk. Dan secara tidak langsung perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi biaya dan segi pendapatan. Dari segi biaya, dengan dilakukannya pengendalian kualitas secara baik, produk cacat atau rusak dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga berdampak pada biaya produksi yang menjadi semakin rendah. Sedangkan dari segi pendapatan, jika produk yang dihasilkan mempunyai kualitas baik dan harga yang terjangkau, maka secara otomatis permintaan konsumen akan meningkat, yang berarti penjualan naik.

Biaya kualitas biasanya dimasukkan ke dalam kelompok biaya produksi dan menjadi bagian dari harga pokok produk. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas tersebut berada pada tingkat seminimum mungkin. Namun perlu diperhatikan agar pengurangan biaya kualitas tersebut tidak menurunkan kualitas dari produk itu sendiri.

Diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis biaya kualitas agar biaya kualitas yang optimum dapat dicapai. Dari informasi analisis biaya kualitas tersebut, perusahaan dapat mengetahui dimana letak kesalahan atau kekurangan yang terdapat dalam proses pengendalian kualitas dan perusahaan dapat dengan segera mengambil langkah perbaikan yang berarti untuk kelangsungan perusahaan. Seberapa jauh perusahaan tersebut telah melakukan analisis biaya


(16)

Bab I Pendahuluan 9

kualitas dalam kegiatan pengendalian kualitas adalah hal yang hendak diteliti oleh penulis. Berdasar uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN ANALISIS BIAYA KUALITAS DALAM KEGIATAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENEKAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Perusahaan Farmasi PT. ”X”) ”.

1.6Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Metode ini merupakan suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran, atau kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis serta akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara hal-hal yang diselidiki. Sementara itu studi kasus adalah penelitian deskripsi yang berusaha mencermati individu atau suatu unit tertentu serta mencoba menen-tukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbul dan berkembangnya variabel tersebut.

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan

mengamati secara langsung pada sumber data yang akan diteliti. Yang di dalamnya juga diperoleh data dengan cara mencatat atau menyalin dokumen perusahaan terutama yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan.


(17)

Bab I Pendahuluan 10

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung

secara lisan dengan karyawan pada bagian yang terlibat dalam penelitian ini

2. Penelitian Kepustakaan

Yaitu penelitian untuk memperoleh data dengan mempelajari literatur-literatur atau sumber-sumber bacaan lainnya yang mempunyai kaitan dengan akuntansi biaya yang dapat digunakan sebagai landasan teori yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Objek penelitian adalah variable-variabel penelitian, yang dalam penelitian ini terdiri dari: biaya kualitas, pengendalian kualitas, dan biaya produksi.

Data ini digunakan sebagai pembanding yang akan mendukung dalam pembahasan hasil penelitian, sehingga penulis dapat menarik kesimpulan yang logis dari hasil penelitian pada perusahaan yang bersangkutan.

Dalam penelitian yang berjudul “Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Kegiatan Pengendalian Kualitas Untuk Menekan Biaya Produksi” terdapat dua variabel, yaitu :


(18)

Bab I Pendahuluan 11

Yaitu variabel yang berdiri sendiri dan tidak bergantung pada variabel lain, yang berfungsi sebagai variabel bebas pada penelitian ini adalah biaya kualitas.

2. Dependent variable (variabel terikat)

Yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah biaya produksi.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam upaya pengumpulan data sekaligus sebagai unit penelitian yaitu perusahaan farmasi, PT. “X” yang berlokasi di Jl. Setiabudhi Km 12,1. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan selesai.


(19)

Bab V Kesimpulan dan Saran 94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. “X”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria kualitas produk yang dihasilkan adalah ketepatan komposisi, kesesuaian berat, kepadatan, kebersihan, dan fungsi yang tepat guna. Jika kriteria tersebut telah dipenuhi, maka produk akhir yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Selama ini PT. ”X” telah menyadari pentingnya upaya untuk

menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan adanya aktivitas-aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan perusahaan, yaitu sebagai berikut :

• Perusahaan telah menetapkan spesifikasi atau standar bahan baku yang baik untuk digunakan dalam proses produksi.

• Perusahaan sudah melaksanakan inspeksi baik itu di awal maupun di akhir proses produksi. Tujuan diadakannya inspeksi ini adalah untuk menghindari diterimanya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi ke tangan konsumen..

• Hasil inspeksi dicatat oleh perusahaan, sehingga tingkat kecacatan produk dapat selalu terpantau.


(20)

Bab V Kesimpulan dan Saran 95

Ada lima faktor utama yang mempengaruhi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kelima faktor tersebut adalah: faktor manusia, bahan baku, proses produksi, mesin, dan faktor kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan. Penetapan kebijakan dan pelaksanaan yang baik dari setiap faktor akan menghasilkan produk yang berkualitas baik dan sesuai dengan harapan konsumen.

3. PT. ”X” telah mengeluarkan biaya untuk pengendalian kualitas, namun belum mengkategorikan semua biaya yang dikeluarkan ke dalam kategori-kategori biaya kualitas. Berikut biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT. “X” yang berkaitan dengan kualitas:

• Perencanaan kualitas

• Evaluasi kualitas pemasok

• Pemrosesan

• Pemeliharaan mesin

• Pelatihan

• Evaluasi stok

• Inspeksi dan pengujian produk

Material terbuang (scrap)

Perbaikan dan pengerjaan ulang (rework)

4. selama ini, PT. ”X” belum menerapkan analisis biaya kualitas. Dari hasil penerapan biaya kualitas yang dicoba dilakukan penulis, persentase total biaya kualitas PT. ”X” terhadap total penjualannya menunjukkan angka


(21)

Bab V Kesimpulan dan Saran 96

yang baik, yaitu hanya sebesar 1,12% atau Rp. 1.715.944.301 dari total penjualan periode Januari-Mei 2007 sebesar Rp. 152.608.926.900,18. 5. Dari cara pengendalian kualitas yang digunakan penulis yaitu dengan

menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat dapat diketahui jenis-jenis kecacatan produk yang paling banyak terjadi di Perusahaan X. Dengan menggunakan diagram pareto dapat dilihat bahwa jumlah kecacatan produk yang paling banyak adalah produk yang berpori (tablet, kapsul) dan granul yang kurang halus (dapat terjadi pada hampir sebagian produk yang dihasilkan). Sedangkan dengan menggunakan diagram sebab akibat dapat dilihat penyebab-penyebab terjadinya kecacatan produk tersebut, diantaranya pekerja yang kurang terampil, penggunaan mesin yang kurang optimal, kesalahan instruksi pada proses produksi dan kurang baiknya kualitas bahan baku yang digunakan pada proses produksi.

6. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan memperoleh informasi penting yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pengendalian yang telah dilakukan. Informasi tersebut dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk melaksanakan program peningkatan kualitas sekaligus menekan biaya, yang pada akhirnya dapat menekan biaya produksi. Lebih baik memindahkan biaya dari kategori internal dan external failure costs kepada kategori prevention dan appraisal. Hal ini dikarenakan apabila biaya dari kedua kategori prevention dan appraisal dioptimalkan maka biaya dari internal dan external failure costs akan menurun dan diharapkan penurunan biaya ini lebih besar daripada kenaikan biaya dari


(22)

Bab V Kesimpulan dan Saran 97

kategori prevention dan appraisal sehingga perusahaan dapat menekan biayanya. Penurunan biaya kualitas berdamapak langsung pada penurunan biaya produksi. Penurunan biaya produksi tentu berkaitan dengan peningkatan laba, dengan asumsi tingkat penjualan tidak berubah.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang, yaitu:

1. Perusahaan perlu menerapkan biaya kualitas dan analisis biaya kualitas. Pelaporan biaya kualitas dan analisis terhadap biaya kualitas dapat membantu perusahaan dalam mempermudah perencanaan, pengendalian, dan keputusan manajerial. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan dapat mengetahui proporsi dari masing-masing kategori biaya kualitas. Dengan begitu, perusahaan dapat memikirkan tindakan yang tepat jika terdapat ketidaksesuaian dalam pengalokasian biaya kualitas, yang menyebabkan biaya kegagalan baik internal maupun eksternal memiliki proporsi yang besar.

2. Perusahaan harus dapat mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan

kepada para pekerja sehingga pekerja tahu pentingnya menghasilkan produk yang berkualitas karena perusahaan dibangun atas dasar kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang perusahan hasilkan.


(23)

Bab V Kesimpulan dan Saran 98

3. Memberikan reward atau punishment kepada pekerja untuk memotivasi pekerja sesuai dengan kinerja yang ditunjukkan oleh tiap pekerja dalam usaha mengurangi kecacatan produk

4. Melakukan alternatif program perbaikan, seperti yang telah dicoba

dilakukan oleh penulis pada bab IV. Pelatihan ini dikhususkan kepada pekerja dari bagian produksi sebagai penyebab kegagalan yang utama yaitu 60 orang bagian produksi, 12 orang bagian umum, 3 orang bagian inspeksi. Bagian-bagian produksi akan dilatih selama 1 bulan, bagian umum selama 3 hari, dan bagian inspeksi selama 1 minggu. Besar biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk mengikuti pelatihan ini adalah sebesar Rp. 9.030.000,00. Namun, seperti yang telah dilakukan oleh penulis, dengan dilakukannya program ini, dapat menekan total biaya kualitas terhadap total penjualan, dimana jumlah persentase total biaya kualitas menurun sebesar 0,01% dari jumlah awal 1,12%. Jumlah penurunan memang tidak terlalu signifikan, namun penurunan total biaya kualitas tentu saja berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi.

5. Menambah aktivitas inspeksi. Hal ini untuk mengatasi adanya produk

menyimpang agar tidak masuk ke proses produksi selanjutnya. Hal ini untuk menjaga apabila ada produk cacat tetapi tetap dilanjutkan pembuatannya.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Besterfield, D.H. 2003. Quality Control, 5th Edition. Singapore: Prentice Hall, Inc. Carter, William K., Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Edisi 13. Jakarta:

Salemba Empat.

Fryman, Mark A. 2002. Quality and Process Improvement. New York: Delmar-Thomson Learning.

Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management, Cetakan keempat. Jakarta: Gramedia.

Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Horngren, Foster, Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 11th Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan

Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: Andi.

Gryna, Frank M. 2001. Edisi 4. Quality Planning and Analysis: From Product Development Through Use. McGraw-Hill.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Edisi 11. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Wadsworth, Harrison M. 2002. Edisi 2. Modern Methods for Quality Control and Improvement. New York: John Wiley and Sons, Inc.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. “X”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria kualitas produk yang dihasilkan adalah ketepatan komposisi, kesesuaian berat, kepadatan, kebersihan, dan fungsi yang tepat guna. Jika kriteria tersebut telah dipenuhi, maka produk akhir yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 2. Selama ini PT. ”X” telah menyadari pentingnya upaya untuk

menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan adanya aktivitas-aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan perusahaan, yaitu sebagai berikut :

• Perusahaan telah menetapkan spesifikasi atau standar bahan baku yang baik untuk digunakan dalam proses produksi.

• Perusahaan sudah melaksanakan inspeksi baik itu di awal maupun di akhir proses produksi. Tujuan diadakannya inspeksi ini adalah untuk menghindari diterimanya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi ke tangan konsumen..

• Hasil inspeksi dicatat oleh perusahaan, sehingga tingkat kecacatan produk dapat selalu terpantau.


(2)

Ada lima faktor utama yang mempengaruhi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kelima faktor tersebut adalah: faktor manusia, bahan baku, proses produksi, mesin, dan faktor kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan. Penetapan kebijakan dan pelaksanaan yang baik dari setiap faktor akan menghasilkan produk yang berkualitas baik dan sesuai dengan harapan konsumen.

3. PT. ”X” telah mengeluarkan biaya untuk pengendalian kualitas, namun belum mengkategorikan semua biaya yang dikeluarkan ke dalam kategori-kategori biaya kualitas. Berikut biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT. “X” yang berkaitan dengan kualitas:

• Perencanaan kualitas • Evaluasi kualitas pemasok • Pemrosesan

• Pemeliharaan mesin • Pelatihan

• Evaluasi stok

• Inspeksi dan pengujian produk • Material terbuang (scrap)

Perbaikan dan pengerjaan ulang (rework)

4. selama ini, PT. ”X” belum menerapkan analisis biaya kualitas. Dari hasil penerapan biaya kualitas yang dicoba dilakukan penulis, persentase total biaya kualitas PT. ”X” terhadap total penjualannya menunjukkan angka


(3)

yang baik, yaitu hanya sebesar 1,12% atau Rp. 1.715.944.301 dari total penjualan periode Januari-Mei 2007 sebesar Rp. 152.608.926.900,18. 5. Dari cara pengendalian kualitas yang digunakan penulis yaitu dengan

menggunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat dapat diketahui jenis-jenis kecacatan produk yang paling banyak terjadi di Perusahaan X. Dengan menggunakan diagram pareto dapat dilihat bahwa jumlah kecacatan produk yang paling banyak adalah produk yang berpori (tablet, kapsul) dan granul yang kurang halus (dapat terjadi pada hampir sebagian produk yang dihasilkan). Sedangkan dengan menggunakan diagram sebab akibat dapat dilihat penyebab-penyebab terjadinya kecacatan produk tersebut, diantaranya pekerja yang kurang terampil, penggunaan mesin yang kurang optimal, kesalahan instruksi pada proses produksi dan kurang baiknya kualitas bahan baku yang digunakan pada proses produksi.

6. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan memperoleh informasi penting yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pengendalian yang telah dilakukan. Informasi tersebut dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk melaksanakan program peningkatan kualitas sekaligus menekan biaya, yang pada akhirnya dapat menekan biaya produksi. Lebih baik memindahkan biaya dari kategori internal dan external failure costs kepada kategori prevention dan appraisal. Hal ini dikarenakan apabila biaya dari kedua kategori prevention dan appraisal dioptimalkan maka biaya dari internal dan external failure costs akan menurun dan diharapkan penurunan biaya ini lebih besar daripada kenaikan biaya dari


(4)

kategori prevention dan appraisal sehingga perusahaan dapat menekan biayanya. Penurunan biaya kualitas berdamapak langsung pada penurunan biaya produksi. Penurunan biaya produksi tentu berkaitan dengan peningkatan laba, dengan asumsi tingkat penjualan tidak berubah.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang, yaitu:

1. Perusahaan perlu menerapkan biaya kualitas dan analisis biaya kualitas. Pelaporan biaya kualitas dan analisis terhadap biaya kualitas dapat membantu perusahaan dalam mempermudah perencanaan, pengendalian, dan keputusan manajerial. Dengan menganalisis biaya kualitas, perusahaan dapat mengetahui proporsi dari masing-masing kategori biaya kualitas. Dengan begitu, perusahaan dapat memikirkan tindakan yang tepat jika terdapat ketidaksesuaian dalam pengalokasian biaya kualitas, yang menyebabkan biaya kegagalan baik internal maupun eksternal memiliki proporsi yang besar.

2. Perusahaan harus dapat mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan kepada para pekerja sehingga pekerja tahu pentingnya menghasilkan produk yang berkualitas karena perusahaan dibangun atas dasar kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang perusahan hasilkan.


(5)

3. Memberikan reward atau punishment kepada pekerja untuk memotivasi pekerja sesuai dengan kinerja yang ditunjukkan oleh tiap pekerja dalam usaha mengurangi kecacatan produk

4. Melakukan alternatif program perbaikan, seperti yang telah dicoba dilakukan oleh penulis pada bab IV. Pelatihan ini dikhususkan kepada pekerja dari bagian produksi sebagai penyebab kegagalan yang utama yaitu 60 orang bagian produksi, 12 orang bagian umum, 3 orang bagian inspeksi. Bagian-bagian produksi akan dilatih selama 1 bulan, bagian umum selama 3 hari, dan bagian inspeksi selama 1 minggu. Besar biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk mengikuti pelatihan ini adalah sebesar Rp. 9.030.000,00. Namun, seperti yang telah dilakukan oleh penulis, dengan dilakukannya program ini, dapat menekan total biaya kualitas terhadap total penjualan, dimana jumlah persentase total biaya kualitas menurun sebesar 0,01% dari jumlah awal 1,12%. Jumlah penurunan memang tidak terlalu signifikan, namun penurunan total biaya kualitas tentu saja berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi.

5. Menambah aktivitas inspeksi. Hal ini untuk mengatasi adanya produk menyimpang agar tidak masuk ke proses produksi selanjutnya. Hal ini untuk menjaga apabila ada produk cacat tetapi tetap dilanjutkan pembuatannya.


(6)

Carter, William K., Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya, Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.

Fryman, Mark A. 2002. Quality and Process Improvement. New York: Delmar-Thomson Learning.

Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management, Cetakan keempat. Jakarta: Gramedia.

Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Horngren, Foster, Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 11th Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan

Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: Andi.

Gryna, Frank M. 2001. Edisi 4. Quality Planning and Analysis: From Product

Development Through Use. McGraw-Hill.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Edisi 11. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Wadsworth, Harrison M. 2002. Edisi 2. Modern Methods for Quality Control and