Penelitian Mengenai Kontribusi Protective Factors Terhadap Resiliensi Pria Gay Yang Berada Pada Tahap Pre Coming Out di Himpunan "X" Bandung.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Penelitian Mengenai Kontribusi Protective Terhadap

Resiliensi Pria Gay Yang Berada Pada Tahap Pre Coming Out di Himpunan “X”

Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kontribusi caring

relationship, high expectation dan opportunities to participate and contribute dari

keluarga dan komunitas terhadap resiliensi pria gay.

Penelitian ini mengacu pada teori resiliensi dari Benard (2004) dan teori five

stage same sexual indentity development dari Coleman (1982).

Peneliti merancang penelitian menggunakan metode korelasional. Sampel dalam

penelitian ini adalah pria gay yang berada pada tahap pre coming out dengan jumlah

responden 40 orang yang diambil dari himpunan ”X” Bandung dengan teknik

convinience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

protective factor dan kuesioner resiliensi yang dikonstruksi berdasarkan teori resiliensi

dari Benard. Kuesioner protective factor terdiri dari 18 item dengan validitas berkisar

antara 0,41-0,738 dan reliabilitas 0,811. Kuesioner resiliensi terdiri dari 36 item dengan

validitas berkisar antara 0,401-0,817 dan reliabilitas 0, 71. Uji validitas dengan logical

validity menggunakan korelasi Spearman dengan kriteria Guildford. Uji Reliabilitas

menggunakan metode splithalf yang kemudian di korelasikan menggunakan Alpha

Cronbach dengan kriteria Guildford. Data diolah menggunakan teknik analisis multiple

regresi.

Melalui pengolahan data diperoleh hasil bahwa family caring relationship dan

community caring relationship memberikan kontribusi yang signifikan terhadap derajat

resiliensi pria gay di himpunan “X” Bandung.

Berdasarkan hasil peneilitian, peneliti mengajukan saran untuk penelitian

selanjutnya agar melakukan penelitian secara kualitatif untuk mencari tahu lebih lanjut

mengapa dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek protective factors yang tidak

memberikan kontribusi signifikan terhadap resiliensi. Untuk himpunan “X” Bandung

agar mempertahankan kegiatan support group, mengadakan seminar bagi masyarakat

mengenai pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam perkembangan resiliensi dan

apa dampaknya apabila peran keluarga dan komunitas tidak ada dalam kehidupan.

Pengurus himpunan perlu menyadari pentingnya untuk menjalin hubungan yang akrab,

pentingnya sikap yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada peserta support

group.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

vii

DAFTAR ISI

Lembar

Judul

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Diagram ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB. I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2

Identifikasi Masalah ...

11

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian ...

11

1.3.1

Maksud Penelitian...

11

1.3.2

Tujuan Penelitian………...

12

1.4

Kegunaan Penelitian ...

12

1.4.1

Kegunaan Teoretis...

12

1.4.2

Kegunaan Praktis...

12

1.5

Kerangka Pikir ...

13

1.6

Skema Kerangka Pikir ………...

20


(3)

Universitas Kristen Maranatha

viii

1.8

Hipotesis Penelitian ………

21

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resiliency ………. 21

2.1.1 Definisi resiliency ………. 21

2.1.2 Perkembangan resiliency ……….. 22

2.1.3 Resilience outcomes : Personal strength ……….. 23

2.1.4 Environmental Protective factors ……… 34

2.2 Homosexuality ………. 37

2.2.1 Definisi homosexuality ………. 37

2.2.2 Five stage same sex sexual identity development………. 38

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...

45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ...

45

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...

46

3.3.1 Variabel Penelitian ...

46

3.3.2 Definisi Operasional ...

46

3.4 Alat Ukur ...

50

3.4.1 Kuesioner Protective Factors ...

50

3.4.2 Kuesioner Resiliensi ... 53

3.4.3 Prosedur Pengisian ... 59


(4)

Universitas Kristen Maranatha

ix

3.4.4.1 Sistem Penilaian Kuesioner Protective Factors ... 60

3.4.4.2 Sistem Penilaian Kuesioner Resiliensi ... 60

3.4.5 Data penunjang ... 60

3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 60

3.4.6.1 Validitas ...

60

3.4.6.2 Reliabilitas ... ...

61

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ...

63

3.5.1 Populasi Sasaran ...

63

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 63

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 63

3.5.4 Teknik Analisis Data ...

63

3.7 Statistik Uji ...

63

3.8 Hipotesis Statistik ...

64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 65

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...

65

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Keaktifan ... 66

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Keterlibatan ... 66

4.2 Gambaran Kontribusi Protective Factors terhadap Resiliensi ………...

66

4.2.1 Kontribusi Family Protective Factor terhadap Resiliensi ………...

66

4.2.2 Kontribusi Community Protective Factor terhadap Resiliensi …… 67


(5)

Universitas Kristen Maranatha

x

4.4 Gambaran Kategori Derajat Protective Factors ... 68

4.4. 1 Derajat Family Caring Relationship ………..

68

4.4.2 Derajat Family High Expectation ………..

69

4.4.3 Derajat Family Opportunities to Participate and Contribute ……. 69

4.4. 4 Derajat Community Caring Relationship……… 70

4.4.5 Derajat Community High Expectation ……… 70

4.4.6 Derajat Community Opportunities to Participate and Contribute .. 71

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ……….

72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...

79

5.2 Saran ...

80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

DAFTAR RUJUKAN... 83

LAMPIRAN


(6)

Universitas Kristen Maranatha

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.4

Environmental Protective Factor

Tabel 4.1.1

Gambaran Usia

Tabel 4.1.2

Gambaran Keaktifan

Tabel 4.1.3

Gambaran Lama Keterlibatan

Tabel 4.2.1

Kontribusi Family Protective Factor terhadap Resiliensi

Tabel 4.2.2.

Kontribusi Community Protective Factor terhadap Resiliensi

Tabel 4.3.

Gambaran Kategori Derajat Resiliensi

Tabel 4.4.1

Gambaran Kategori Derajat Family Caring Relationship

Tabel 4.4.2

Gambaran Kategori Derajat Family High Expectation

Tabel 4.4.3

Gambaran Kategori Derajat Family Opportunities to Participate

and Contribute

Tabel 4.4.4

Gambaran Kategori Derajat Community Caring Relationship

Tabel 4.4.5

Gambaran Kategori Derajat Community High Expectation

Tabel

4.4.6.

Gambaran Kategori Derajat Community Opportunities to

Participate and Contrubute

Tabel 6.1

Crosstabulation antara derajat family high expectation dengan

derajat resiliensi

Tabel 6.2

Crosstabulation antara derajat family opportunities to participate

and contribute dengan derajat resiliensi

Tabel 6.3

Crosstabulation antara derajat community high expectation

dengan derajat resiliensi


(7)

Universitas Kristen Maranatha

xii

Tabel 6.4

Crosstabulation antara derajat community opportunities to

participate and contribute dengan

derajat

resiliensi

Tabel 6.5

Crosstabulation antara keaktifan di kegiatan himpunan dengan


(8)

Universitas Kristen Maranatha

xiii

DAFTAR BAGAN


(9)

Universitas Kristen Maranatha

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Pew Global Attitudes Project : “ Should homosexuality be accepted by

society?“


(10)

Universitas Kristen Maranatha

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur Protective Factors dan Resiliensi

Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 3. Karakteristik Responden

Lampiran 4. Skor Hasil Data Mentah

Lampiran 5. Gambaran Hasil Penelitian

Lampiran 6. Crosstabulation


(11)

(12)

Lampiran 1. Alat Ukur Protctive Factors dan Resiliensi

PETUNJUK PENGISIAN

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai pendapat dan

perasaan anda, berkenaan dengan kehidupan anda sebagai seorang gay. Tugas anda

adalah memberikan jawaban untuk setiap pernyataan yang sesuai atau mendekati

gambaran diri saudara. Berikan tanda silang (X) pada salah satu dari empat kotak yang

tesedia. Terdapat empat alternatif jawaban yaitu :

(SS) :

Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan dengan yang anda rasakan.

(CS) :

Apabila pernyataan tersebut cukup sesuai dengan dengan yang anda rasakan.

(KS) :

Apabila pernyataan tersebut kurang sesuai dengan dengan yang anda rasakan.

(TS) :

Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan dengan yang anda rasakan.

Setiap orang akan menjawab berbeda-beda oleh karena itu dalam kuesioner ini

semua jawaban adalah benar, karena setiap orang menunjukkan kekhasan dirinya masing

– masing. Jawablah secara spontan, tidak perlu dipikirkan terlalu lama. Jawablah seluruh

pernyataan, jangan sampai ada yang terlewat. Jawaban saudara akan dijamin

kerahasiaannya.


(13)

KUESIONER PROTECTIVE FACTORS

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

1

Sekalipun keluarga saya tidak mengetahui keadaan

diri saya, saya merasa keluarga dapat diandalakan

ketika saya mengalami kesulitan.

2

Saya merasa kemampuan saya diragukan oleh

keluarga.

3

Saya merasa terabaikan, seperti tidak menjadi bagian

dari keluarga saya.

4

Saya merasa nyaman berada dalam komunitas.

5

Saya merasa komunitas banyak memberi dukungan

pada saya dalam menghadapi kesulitan berkaitan

dengan keadaan diri saya.

6

Saya merasa komunitas memberi kesempatan untuk

membagikan pengalaman saya.

7

Saya merasa tidak nyaman berada di rumah.

8 Sekalipun keluarga tidak mengetahui mengenai

keadaan diri saya, dukungan keluarga membuat saya

mampu menghadapi berbagai kesulitan.

9

Keluarga meminta saran kepada saya ketika mereka

menghadapi kesulitan.


(14)

10

Saya merasa komunitas mengerti apa yang saya alami

sebagai gay.

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

11

Saya merasa komunitas memaklumi keterbatasan yang

saya miliki.

12

Saya merasa dilibatkan dalam kegiatan yang diadakan

komunitas.

13

Saya merasa kecewa dengan sikap keluarga terhadap

saya.

14

Saya merasa keluarga banyak menuntut hal-hal yang

membuat saya tidak nyaman.

15

Saya merasa keluarga memberikan kesempatan untuk

memilih apa yang terbaik bagi masa depan saya.

16 Saya merasa keberadaan saya di dalam komunitas

diabaikan.

17

Komunitas memberikan masukan yang menurut saya

tidak mudah dilakukan dalam kondisi saya.


(15)

KUESIONER RESILIENSI

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

1 Saya

mendapat

respon

yang saya harapkan ketika

berbicara dengan orang lain.

2 Pada saat mengutarakan pendapat, saya

memperhatikan cara penyampaiannya agar tidak

menyinggung perasaan orang lain.

3

Saya suka membayangkan diri saya pada posisi orang

lain dan memahami apa yang dirasakan orang tersebut.

4

Saya merasa bersalah dengan keadaan diri saya.

5 Tanpa perencanaan adalah hal yang dapat

menggambarkan diri saya.

6

Saya menyerah ketika keadaan menjadi terlalu sulit.

7

Saya menyimpan masalah saya sendiri sekalipun

masalah tersebut terasa menekan.

8

Saya mempertimbangkan saran orang lain ketika

menghadapi masalah.

9

Karena saya gay, saya cenderung memandang diri

saya tidak wajar.

10

Seringkali saya berusaha untuk diterima oleh

orang-orang di sekeliling saya.


(16)

11

Saya merasa yakin bahwa saya memiliki kemampuan

untuk menghadapi masalah yang saya alami.

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

12 Penolakan masayarakat terhadap gay tidak

mempengaruhi perilaku saya.

13

Keadaan saya sebagai gay seringkali menyita pikiran

dan perasaan saya.

14

Bergurau membuat perasaan saya menjadi lebih baik.

15

Saya merasa ragu apakah keadaan saya sebagai gay

akan menghambat saya dalam meraih cita-cita saya.

16

Saya memiliki hobi yang dapat menghibur saya dikala

menghadapi masalah.

17 Saya yakin bahwa saya memiliki masa depan

sekalipun saya seorang gay.

18 Saya merasa Tuhan memiliki rencana dalam hidup

saya.

19

Saat bersama dengan orang lain, saya bingung mencari

topik pembicaraan.

20 Saya akan langsung memotong dan menyanggah

pendapat orang lain yang saya rasa memojokkan saya.

21 Saya merasa masalah saya lebih rumit daripada

masalah orang lain.


(17)

dengan orang yang memiliki kesulitan seperti saya.

23

Saya merencanakan setiap tujuan yang ingin saya raih.

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

24

Ketika sebuah rencana tidak berjalan sesuai harapan,

saya akan mencari alternative rencana lain.

25 Saya memiliki orang yang dapat diandalkan ketika

saya membutuhkan dukungan dalam menghadapi

masalah.

26 Saya mampu menemukan solusi dari pengalaman

orang lain yang saya rasa cocok dalam menghadapi

permasalahan saya dan menerapkannya.

27 Saya merasa nyaman dengan keadaan diri saya

sebagai gay.

28 Keberadaan orang lain sangat berperan ketika saya

menghadapi suatu masalah..

29 Saya seringkali ragu dengan keputusan yang sudah

saya buat sendiri

30 Saya menarik diri dari lingkungan yang tidak

memiliki kesamaan prinsip dengan diri saya.

31

Saya merasa bahwa setiap kejadian dalam hidup saya

terjadi untuk alasan yang baik.

32

Seringkali saya mampu menemukan sisi humor dalam

permasalahan saya dan terhibur karenanya.


(18)

33 Saya seringkali berhasil menyemangati diri saya

ketika berada dalam keadaan kesulitan.

No. Pernyataan SS

CS

KS

TS

34 Saya kesulitan membayangkan hal-hal yang

menyenangkan untuk menghibur saya dikala

merasakan kepedihan dan tekanan hidup.

35

Kadang saya tidak tahu lagi apa yang sebaiknya saya

lakukan dengan keadaan diri saya.

36 Saya merasa iman kepada Yang Maha Kuasa

membantu saya memperoleh kekuatan dalam

menghadapi kesulitan yang saya alami.


(19)

DATA PENUNJANG

Usia

:

Lama keikutsertaan :

Keterlibatan dalam kegiatan abiasa : aktif / pasif (coret salah satu)

Jawablah dengan menghayati perasaan anda sebagai seorang gay :

Pernyataan Ya

Tidak

Saya menerima diri saya sebagai gay.

Seringkali saya merasa bersalah dengan keadaan saya sebagai

gay.

Keadaan saya sebagai gay seringkali menyita pikiran dan

perasaan saya.

Seringkali saya berharap bahwa saya bukan seorang gay.

Seringkali saya merasa khawatir orang lain mengetahui bahwa

saya seorang gay.


(20)

Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas

A.

KUESIONER PROTECTIVE FACTORS

Aspek Item

Koefisien

Keterangan

Family Caring Relationship

1 0,738 Diterima

7 0,629 Diterima

13 0,658 Diterima

Family High Expectation

2 0,659 Diterima

8 0,738 Diterima

14 0,623 Diterima

Family Opportunities to Participate and

Contribute

3 0,557 Diterima

9 0,678 Diterima

15 0,623 Diterima

Community Caring Relationship

4 0,522 Diterima

10 0,430 Diterima

16 0,415 Diterima

Community High Expectation

5 0,612 Diterima

11 0,542 Diterima

17 0,415 Diterima

Community Opportunities to Participate

and Contribute

6 0,672 Diterima

12 0,430 Diterima

18 0,444 Diterima


(21)

RELIABILITAS

Alpha Cronbach 0,8112

B.

KUESIONER RESILIENSI

Indikator Item

Koefisien

Keterangan

Responsiveness

1 0,490 Diterima

19 0,600 Diterima

Communication

2 0,405 Diterima

20 0,522 Diterima

Emphaty and caring

3 0,527 Diterima

21 0,600 Diterima

Compassion, altruism, forgiveness

4 0,634 Diterima

22 0,610 Diterima

Planning

5 0,517 Diterima

23 0,450 Diterima

Flexibility

6 0,414 Diterima

24 0,436 Diterima

Resourcefulness

7 0,486 Diterima

25 0,489 Diterima

Critical thinking and insight

8 0,489 Diterima

26 0,414 Diterima

Positive identity

9 0,634 Diterima


(22)

Internal locus of control and initiative

10 0,401 Diterima

28 0,530 Diterima

Self efficacy and mastery

11 0,573 Diterima

29 0,530 Diterima

Adaptive distancing and resistence

12 0,497 Diterima

30 0,401 Diterima

Self awarness and mindfulness

13 0,551 Diterima

31 0,554 Diterima

Humor

14 0,449 Diterima

32 0,555 Diterima

Goal direction and achievement

motivation

15 0,551 Diterima

33 0,555 Diterima

Special interest, creativity and

imagination

16 0,610 Diterima

34 0,548 Diterima

Optimism and hope

17 0,490 Diterima

35 0,502 Diterima

Faith, spirituality and sense of

meaning

18 0,817 Diterima

36 0,554 Diterima

| Korelasi Spearman | Skala Guildford | N = 30 |

RELIABILITAS

Alpha Cronbach 0,6716


(23)

Lampiran 3. Karakteristik Responden

No. Usia Aktif lama

1 27 aktif 8 2 17 pasif 3 3 19 pasif 5 4 38 aktif 14 5 20 aktif 11 6 40 aktif 5 7 20 pasif 12 8 18 aktif 7 9 19 aktif 4 10 20 pasif 5 11 21 aktif 6 12 19 pasif 5 13 32 aktif 16 14 22 pasif 5 15 17 aktif 11 16 19 aktif 8 17 24 aktif 6 18 22 pasif 18 19 38 aktif 20 20 23 aktif 5 21 29 aktif 3 22 31 aktif 9 23 22 pasif 9 24 26 aktif 5 25 29 aktif 8 26 18 aktif 6 27 17 aktif 15 28 28 aktif 8 29 21 pasif 6 30 38 aktif 15 31 25 pasif 6 32 24 pasif 6 33 27 aktif 19 34 40 aktif 10 35 19 aktif 5 36 22 pasif 20 37 19 aktif 5 38 21 aktif 8 39 22 pasif 7 40 24 pasif 8


(24)

Lampiran 4. Skor Hasil Data Mentah

A.

Protective Factors

No. fcr fhe fopc ccr che copc

1 7 8 9 10 8 8 2 6 6 6 4 5 5 3 3 4 5 6 8 8 4 11 10 12 11 10 12 5 8 7 7 9 9 9 6 11 10 9 7 8 10 7 5 5 4 8 9 11 8 10 8 7 7 8 8 9 6 5 6 8 8 9 10 3 3 3 8 10 9 11 7 7 8 10 7 9 12 6 5 5 8 8 9 13 11 10 8 10 9 12 14 4 3 4 8 8 8 15 5 4 4 9 10 11 16 10 8 7 9 8 8 17 8 9 8 8 10 8 18 5 4 6 9 12 10 19 12 10 11 10 9 10 20 9 8 7 9 9 9 21 10 9 8 8 7 7 22 11 8 9 9 10 10 23 6 5 3 9 7 10 24 8 8 9 9 10 7 25 9 7 10 7 8 10 26 7 8 9 9 8 9 27 4 5 5 11 9 10 28 11 9 9 9 9 9 29 6 4 4 10 11 8 30 12 11 12 12 9 10 31 9 7 8 9 7 7 32 10 8 7 10 8 8 33 11 10 9 12 11 12 34 11 9 7 10 9 8 35 9 9 8 8 8 8 36 4 7 6 12 12 12


(25)

B.

Resiliensi

No. sos pro aot sen res

1 18 20 35 24

97

2 10 8 24 14 56

3 11 10 28 18

67

4 30 28 45 30 133

5 19 22 29 23

93

6 28 29 47 28 132

7 9 13 25 20

67

8 20 20 33 22

95

9 12 9 29 19 69

10 10 9 28 18

65

11 21 19 31 20

91

12 10 10 28 18

66

13 29 28 46 31 134

14 9 9 25 16 59

15 9 11 27 19

66

16 23 18 34 21

96

17 22 17 28 19

86

18 19 12 26 22

79

19 27 30 51 30 138

20 18 19 28 22

87

21 22 21 39 18 100

22 26 27 43 29 125

23 17 11 28 23

79

24 20 19 40 23 102

25 22 22 31 21

96

26 19 18 30 22

89

27 14 19 29 20

82

28 27 27 53 28 135

29 20 16 30 17

83

30 30 28 47 29 134

31 18 18 36 21

93

32 21 20 36 18

95

33 28 27 42 29 126

37 9 8 7 7 10 9 38 10 8 7 8 8 9 39 5 4 6 7 8 8 40 5 6 5 9 10 8


(26)

34 28 29 51 27 135

35 20 20 28 20

88

36 25 20 29 23

97

37 19 17 38 19

93

38 20 18 34 25

97

39 13 21 28 18

80

40 12 19 28 17

76

Keterangan :

FCR : Family Caring Relationship FHE : Family High Expectation

FOPC : Family Opportunities to Participate and Contribute CCR : Community Caring Relationship

CHE : Community High Expectation

COPC : Community Opportunities to Participate and Contribute SOS : Social Competence

PRO : Problem Solving AOT : Autonomy SEN : Sense of Purpose RES : Resiliensi


(27)

Lampiran 5. Gambaran Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

17 – 20

11 27,5%

21 – 25

13 32,5%

26 – 30

6 15%

31 – 35

2 5%

> 36

5 12,5%

Total 40 100%

Tabel 4.1.1. Gambaran Usia

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Keaktifan.

Keaktifan Jumlah

Persentase

Aktif

26 65%

Pasif

14 35%

Total 40

100%

Tabel 4.1.2. Gambaran Keaktifan

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Keterlibatan.

Lama (bulan)

Jumlah

Persentase

< 7

18 45%

6 – 12

14 35%


(28)

>18

3 7,5%

Total 40 100%

Tabel 4.1.3. Gambaran Lama Keterlibatan

4.2.1 Kontribusi Family Protective Factor terhadap Resiliensi

Aspek R. square Β sig. α Keterangan

FCR 76,8%

0,454 0,018 0,05 Ho ditolak

FHE 0,274 0,209 0,05 Ho diterima

FOPC 0,192 0,218 0,05 Ho diterima

Tabel 4.2.1. Kontribusi Family Protective Factor terhadap Resiliensi

4.2.2 Kontribusi Community Protective Factor terhadap Resiliensi

Aspek R. square Β sig. α Keterangan

CCR 28,2%

0,475 0,013 0,05 Ho ditolak

CHE -0,149 0,409 0,05 Ho diterima

COPC 0,191 0,304 0,05 Ho diterima

Tabel 4.2.2. Kontribusi Community Protective Factor terhadap Resiliensi

Keterangan :

FCR : Family Caring Relationship FHE : Family High Expectation

FOPC : Family Opportunities to Participate and Contribute CCR : Community Caring Relationship

CHE : Community High Expectation


(29)

4.3 Gambaran Kategori Derajat Resiliensi

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 9 22,5%

Cenderung Tinggi 13 32,5%

Cenderung Rendah 15 37,5%

Rendah 3 7,5%

Total 40 100% Tabel 4.3. Gambaran Kategori Derajat Resiliensi

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh gambaran sebanyak 22,5% pria gay di himpunan

“X” memiliki derajat resiliensi tinggi dan sebanyak 32,5% pria gay di himpunan “X”

memiliki derajat resiliensi cenderung tinggi. Hal ini berarti bahwa sebanyak 9 pria gay di

himpunan “X” mampu dan sebanyak 13 pria gay di himpunan “X’ cenderung mampu

dalam menyesuaikan diri terhadap tekanan yang ditimbulkan dari keadaan mereka

sebagai pria gay, sehingga mereka tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

banyak di pengaruhi perasaan perasaan bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan

akan identitas diri yang mungkin diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari

lingkungan. Sebanyak 37,5% memiliki derajat resiliensi cenderung rendah dan sebanyak

7,5% memiliki derajat resiliensi rendah. Hal ini berarti sebanyak 15 orang pria gay di

himpunan “X” cenderung kurang mampu dan 3 orang pria gay di himpunan “X” kurang

mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan yang ditimbulkan dari keadaan mereka

sebagai pria gay.


(30)

4.4 Gambaran Kategori Derajat Protective Factors

4.4. 1 Derajat Family Caring Relationship

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 22 55%

Rendah 18 45%

Total 40 100%

Tabel 4.4.1 Gambaran Kategori Derajat Family Caring Relationship

Berdasarkan tabel 4.4.1 sebanyak 55% pria gay di himpunan “X” memiliki derajat

family caring realtionship tinggi dan sebanyak 45% pria gay di himpunan “X” memiliki

derajat family caring relationship rendah. Hal ini berarti sebanyak 22 orang pria gay di

himpunan “X” menghayati bahwa keluarga memperhatikan dan menyayangi mereka

sekalipun mereka tidak mengetahui mengenai keadaan mereka dan sebanyak 18 orang

pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa keluarga kurang memperhatikan dan

menyayangi mereka.

4.4.2 Derajat Family High Expectation

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 21 52,5%

Rendah 19 47,5%

Total 40 100%

Tabel 4.4.2 Gambaran Kategori Derajat Family High Expectation

Berdasarkan tabel 4.4.2 sebanyak 52,5% pria gay di himpunan “X” memiliki

derajat family high expectations tinggi dan sebanyak 47,5% pria gay di himpunan “X”

memiliki derajat family high expectations rendah. Hal ini berarti sebanyak 21 orang pria

gay di himpunan “X” menghayati bahwa keluarga memberikan mereka harapan dan


(31)

meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk meraih banyak hal dan sebanyak

19 orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa keluarga kurang memberikan

mereka harapan dan kurang meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

meraih banyak hal.

4.4.3 Derajat Family Opportunities to Participate and Contribute

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 17 42,5%

Rendah 23 57,5%

Total 40 100%

Tabel 4.4.3 Gambaran Kategori Derajat Family Opportunities to Participate and Contribute

Berdasarkan tabel 4.4.3 sebanyak 42,5% pria gay di himpunan “X” memiliki

derajat family opportunities to participate and contribute tinggi dan sebanyak 57,5% pria

gay di himpunan “X” memiliki derajat family opportunities to participate and contribute

rendah. Hal ini berarti sebanyak 17 orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa

keluarga memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan

kontribusi dalam aktivitas keluarga dan sebanyak 23 orang pria gay di himpunan “X”

menghayati bahwa keluarga kurang memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi

dan memberikan kontribusi dalam aktivitas keluarga.

4.4. 4 Derajat Community Caring Relationship

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 33 82,5%


(32)

Total 40 100% Tabel 4.4.4 Gambaran Kategori Derajat Community Caring Relationship

Berdasarkan tabel 4.4.4 sebanyak 82,5% pria gay di himpunan “X” memiliki

derajat community caring realtionship tinggi dan sebanyak 17,5% pria gay di himpunan

“X” memiliki derajat community caring relationship rendah. Hal ini berarti sebanyak 33

orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa himpunan memperhatikan dan

menyayangi mereka dan sebanyak 7 orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa

himpunan kurang memperhatikan dan menyayangi mereka.

4.4.5 Derajat Community High Expectation

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 35 87,5%

Rendah 5 12,5%

Total 40 100%

Tabel 4.4.5 Gambaran Kategori Derajat Community High Expectation

Berdasarkan tabel 4.4.5 sebanyak 87,5% pria gay di himpunan “X” memiliki

derajat community high expectations tinggi dan sebanyak 12,5% pria gay di himpunan

“X” memiliki derajat community high expectations rendah. Hal ini berarti sebanyak 35

orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa himpunan memberikan mereka

harapan dan meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk meraih banyak hal

dan sebanyak 5 orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa himpunan kurang

memberikan mereka harapan dan kurang meyakinkan bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk meraih banyak hal.


(33)

4.4.6 Derajat Community Opportunities to Participate and Contribute

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 36 90%

Rendah 4 10%

Total 40 100%

Tabel 4.4.6. Gambaran Kategori Derajat Community Opportunities to Participate and Contribute

Berdasarkan table 4.4.6 sebanyak 90% pria gay di himpunan “X” memiliki derajat

community opportunities to participate and contribute tinggi dan sebanyak 10% pria gay

di himpunan “X” memiliki derajat community opportunities to participate and contribute

rendah. Hal ini berarti sebanyak 36 orang pria gay di himpunan “X” menghayati bahwa

himpunan memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan

kontribusi dalam aktivitas himpunan dan sebanyak 4 orang pria gay di himpunan “X”

menghayati bahwa himpunan kurang memberikan mereka kesempatan untuk

berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam aktivitas himpunan.


(34)

Lampiran 6. Crosstabulation

D_FHE * D_RES_4 Crosstabulation

11 5 3 19

57,9% 26,3% 15,8% 100,0% 73,3% 38,5% 100,0% 47,5%

27,5% 12,5% 7,5% 47,5%

4 8 9 21

19,0% 38,1% 42,9% 100,0% 26,7% 61,5% 100,0% 52,5% 10,0% 20,0% 22,5% 52,5%

15 13 3 9 40

37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% Count

% within D_FHE % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_FHE % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_FHE % within D_RES_4 % of Total

rendah

tinggi D_FHE

Total

CR CT R T

D_RES_4

Total

Tabel 6.1 Crosstabulation antara derajat family high expectation dengan derajat resiliensi

D_FOC * D_RES_4 Crosstabulation

12 7 3 1 23

52,2% 30,4% 13,0% 4,3% 100,0% 80,0% 53,8% 100,0% 11,1% 57,5% 30,0% 17,5% 7,5% 2,5% 57,5%

3 6 8 17

17,6% 35,3% 47,1% 100,0% 20,0% 46,2% 88,9% 42,5%

7,5% 15,0% 20,0% 42,5%

15 13 3 9 40

37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% Count

% within D_FOC % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_FOC % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_FOC % within D_RES_4 % of Total

rendah

tinggi D_FOC

Total

CR CT R T

D_RES_4

Total

Tabel 6.2 Crosstabulation antara derajat family opportunities to participate and contribute dengan derajat resiliensi


(35)

D_CHE * D_RES_4 Crosstabulation

1 3 1 5

20,0% 60,0% 20,0% 100,0%

6,7% 23,1% 33,3% 12,5%

2,5% 7,5% 2,5% 12,5%

14 10 2 9 35

40,0% 28,6% 5,7% 25,7% 100,0% 93,3% 76,9% 66,7% 100,0% 87,5% 35,0% 25,0% 5,0% 22,5% 87,5%

15 13 3 9 40

37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% Count

% within D_CHE % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_CHE % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_CHE % within D_RES_4 % of Total

rendah

tinggi D_CHE

Total

CR CT R T

D_RES_4

Total

Tabel 6.3 Crosstabulation antara derajat community high expectation dengan derajat resiliensi

D_COC * D_RES_4 Crosstabulation

3 1 4

75,0% 25,0% 100,0%

23,1% 33,3% 10,0%

7,5% 2,5% 10,0%

15 10 2 9 36

41,7% 27,8% 5,6% 25,0% 100,0% 100,0% 76,9% 66,7% 100,0% 90,0% 37,5% 25,0% 5,0% 22,5% 90,0%

15 13 3 9 40

37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% Count

% within D_COC % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_COC % within D_RES_4 % of Total

Count

% within D_COC % within D_RES_4 % of Total

rendah

tinggi D_COC

Total

CR CT R T

D_RES_4

Total

Tabel 6.4 Crosstabulation antara derajat community opportunities to participate and contribute dengan derajat resiliensi


(36)

AKTIF * D_RES_4 Crosstabulation

7 10 9 26

26,9% 38,5% 34,6% 100,0% 46,7% 76,9% 100,0% 65,0% 17,5% 25,0% 22,5% 65,0%

8 3 3 14

57,1% 21,4% 21,4% 100,0% 53,3% 23,1% 100,0% 35,0%

20,0% 7,5% 7,5% 35,0%

15 13 3 9 40

37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 37,5% 32,5% 7,5% 22,5% 100,0% Count

% within AKTIF % within D_RES_4 % of Total

Count

% within AKTIF % within D_RES_4 % of Total

Count

% within AKTIF % within D_RES_4 % of Total

aktif

pasif AKTIF

Total

CR CT R T

D_RES_4

Total


(37)

Universitas Kristen Maranatha

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketertarikan seksual terhadap sesama laki-laki merupakan suatu fenomena yang mulai banyak diberi perhatian oleh masyarakat modern sekarang ini. Fenomena ini dikenal dengan sebutan homoseksualitas pada laki–laki atau sering juga disebut dengan istilah gay. Pada umumnya setiap manusia akan tertarik pada lawan dari jenis kelaminnya, sedangkan pria homoseksual merupakan kenyataan yang tidak umum terjadi karena pria homoseksual akan tertarik pada sesama laki-laki, bukan pada lawan jenis kelaminnya yaitu perempuan. Sekalipun belum ada penelitian yang dapat mendefinisikan gay secara komprehensif, namun dalam perkembangannya, definisi gay tidak hanya merujuk pada perilaku seksual atau orientasi seksual sesama jenis, tetapi juga perasaan romantik terhadap sesama jenis, kebutuhan untuk memberi dan memperoleh afeksi dari sesama jenis. (www.wikipedia.com/homosexuality/etymology).

Pria gay akan melalui masa dimana ia menyadari bahwa dirinya tertarik terhadap sesama jenis. Kesadaran akan perasaan ketertarikan dengan sesama jenis biasanya merupakan proses yang lambat dan dihayati sebagai penderitaan. Pria gay yang mulai sadar dengan ketertarikannya terhadap sesama jenis, biasanya akan menolak, melarikan diri dan menekan kesadaran tersebut. Pria gay akan mengembangkan konsep negatif tentang diri mereka karena pengaruh dari sikap negatif masyarakat terhadap homoseksualitas. Mereka meyakinkan diri bahwa


(38)

Universitas Kristen Maranatha

2

mereka memang seperti apa yang dianggap oleh masyarakat; berbeda, sakit, mengalami kebingungan, tidak bermoral serta abnormal. Mereka merasakan adanya penolakan terhadap keberadaan diri mereka, karenanya kebanyakan pria homoseksual merahasiakan identitas mereka. Konsekuensinya, banyak pria gay merasa depresi dan penyelesaiannya muncul dalam berbagai bentuk, diantaranya bunuh diri, penggunaan obat–obatan terlarang, meyembunyikan keadaan diri sambil terus merasakan depresi kronis. Coleman menyebutkan keadaan tersebut sebagai tahap pre coming out pada pria gay. Hal penting dalam tahap ini adalah mereka menyadari perasaan ketertarikan mereka pada sesama jenis, berhenti melawan diri sendiri dengan penyangkalan, pelarian diri dan menerima kenyataan perasaan tersebut hingga tercapai rasa damai dengan seksualitas mereka (Coleman,1982).

Penelitian ”The 2002 Pew Global Attitudes Project : Should homosexuality be accepted by society?“ yang dilakukan di 41 negara di seluruh dunia (jumlah responden tidak diketahui) menunjukkan di Indonesia sebanyak 95% responden menyatakan bahwa homoseksualitas seharusnya tidak diterima oleh masyarakat dan hanya 5% responden yang menyatakan bahwa homoseksualitas sebaiknya diterima masyarakat. Fakta penolakan terhadap homoseksualitas tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di beberapa wilayah di dunia seperti di benua Afrika sebanyak 100% responden, 80% responden di benua Asia, 25% responden di benua Eropa, 10% responden di benua Amerika. Penolakan tersebut muncul karena keberadaan kaum gay seringkali dikaitkan dengan pelaku pelecehan seksual atau korban pelecehan seksual, abnormalitas,


(39)

Universitas Kristen Maranatha

3

hasil dari pola asuh yang salah, kelainan seksual, perzinahan, penularan HIV/AIDS, bahkan bagi penganut agama yang fanatik, kaum gay diyakini sebagai penyebab terjadinya bencana alam. (www.wikipedia.com/ homosexuality /socialattitudes).

Diagram 1.1 Pew Global Attitudes Project : “ Should homosexuality be accepted by society?“ Dengan fakta tingginya tingkat penolakan masyarakat Indonesia terhadap homoseksualitas dan meningkatnya pemberitaan mengenai diskriminasi homoseksualitas, terdapat kepedulian dari sebagian masyarakat untuk memberdayakan komunitas gay melalui pendirian lembaga-lembaga sosial. Himpunan “X” adalah salah satu lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pemberdayaan komunitas LSL (Laki-laki berhubungan Seks dengan Laki-laki), dan masyarakat umum, termasuk didalamnya bergerak dalam masalah kesehatan yaitu pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dikalangan PPS (Pria Penjaja

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ind o ne sia

Asia

Am e rika

Ye s

No


(40)

Universitas Kristen Maranatha

4

Seks /Kucing) di Jawa Barat. Himpunan “X” mengadakan beberapa kegiatan yang diantaranya adalah kegiatan support group. Support group ini merupakan kegiatan sharing kelompok yang diperuntukkan bagi mereka yang menyadari ketertarikan mereka terhadap sesama laki-laki dan masih berusaha berdamai dengan perasaan mereka sendiri.

Berdasarkan wawancara awal mengenai penghayatan peserta sebagai pria gay yang dilakukan terhadap 30 orang pria gay dalam sebuah program support group di himpunan “X” Bandung, diperoleh informasi seluruh peserta merasa bingung dengan perbedaan yang terjadi pada diri mereka; merasa berdosa karena berada dalam keadaan yang seringkali dianggap tabu oleh masyarakat dan bertentangan dengan agama; mereka merasa tidak memilih untuk menjadi gay, jika diberi kesempatan untuk lahir kembali, mereka ingin menjadi laki-laki normal. Mereka merasa kesepian karena mereka tidak berani untuk berbagi kisah mengenai keadaan mereka sehingga mereka merasa tidak ada yang mengerti tentang kesulitan yang mereka hadapi; mereka merasa menjadi penipu karena menyimpan rahasia mengenai keadaan mereka dari orang terdekat; cemas sewaktu-waktu rahasia mengenai keadaan mereka diketahui orang lain, merasa takut membayangkan apa reaksi lingkungan jika mereka mengetahui tentang keadaan mereka. Sebanyak 19 pria gay diantaranya yang berusia di atas 25 tahun, mereka memiliki kegelisahan dalam menghadapi tuntutan untuk menikah.

Setiap responden dalam program support group di himpunan “X” Bandung memiliki reaksi tersendiri dalam menghadapi perasaan–perasaan yang


(41)

Universitas Kristen Maranatha

5

mereka hayati. Sebanyak 10% (3orang) lebih banyak meyimpan kesulitan mereka dan merenungkannya sebagai sebuah beban. Sebanyak 70% (21 orang) menyibukkan diri dalam berbagai aktivitas dengan harapan dapat membantu melupakan kenyataan bahwa mereka gay dan mengurangi perasaan tertekan. Bagi yang sudah bekerja, bekerja lembur menjadi salah satu cara untuk menyibukkan diri. Sebanyak 40% (12 orang) menjadikan kegiatan keagamaan dan persahabatan sebagai sumber kekuatan untuk tetap membuat diri mereka mampu menghadapi segala tekanan. Sebanyak 20% (6 orang) menjalin hubungan dengan perempuan untuk menutupi rahasia mereka sehingga mereka tampak seperti kebanyakan orang ”normal” yang menjalin relasi dengan lawan jenisnya, bahkan ada satu responden yang menikah untuk mengesankan bahwa dirinya ”normal” agar orang-orang tidak curiga dengan seksualitasnya tetapi masih mencuri-curi kesempatan untuk melakukan aktivitas homoseksual (membuka situs gay, chatting di chat room khusus gay, melakukan aktivitas seksual dengan sesama laki-laki) tanpa sepengetahuan pasangan sahnya.

Diagram 1.2 Reaksi pria gay dalam menghadapi perasaan – perasaan yang dihadapi 0

10 20 30 40 50 60 70

Respon

Menyibukan diri (21)

Kegiatan keagamaan (12)

Menjalin relasi dengan perempuan (6)

Menyimpan,

merenungkan, menjadi beban (3)


(42)

Universitas Kristen Maranatha

6

Beberapa pria gay masih mampu untuk mengatur perasaan–perasaan yang mereka hayati sebagai pria gay, namun sebagian merasa tidak sejahtera secara psikologis, kelelahan secara fisik dan mental, dan hal tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Dibutuhkan suatu kapasitas individual yang dapat membentengi diri dari tekanan, mengolah tekanan tersebut dan tetap memunculkan penyesuaian diri yang positif agar mereka dapat beraktivitas secara optimal tanpa terganggu dengan perasaan-perasaan yang mereka hayati sebagai pria gay. Kapasitas tersebut adalah resiliensi (Benard,1991).

Pria gay dengan resiliensi tinggi mampu mengatur segala tekanan tanpa menjadi lemah dan tetap menjaga perilaku yang keluar tetap positif. Mereka menyadari seksualitas mereka, mulai menerima keadaan dan berdamai dengan diri mereka sendiri, memiliki penilaian diri yang positif, mampu menjalin relasi tanpa merasa terlalu peka terhadap penolakan. Pria gay dengan resiliensi rendah memiliki kecenderungan tidak dapat bertahan dan menjadi lemah dalam menghadapi tekanan serta tidak dapat mengatur manifestasi perilaku secara positif. Mereka melarikan diri dan melakukan penyangkalan mengenai keadaan mereka, menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sambil menekan kesadaran mereka mengenai ketertarikan mereka kepada sesama jenis, merasa cemas dan dihantui rasa bersalah, menilai diri negatif, menutup diri dan tidak memiliki jalinan relasi yang mendalam.

Terdapat beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan resiliensi pria gay dalam kegiatan support group di himpunan ”X” Bandung. Pertama, memiliki kemampuan menjalin relasi sosial yang mencakup kemampuan untuk memancing


(43)

Universitas Kristen Maranatha

7

respon positif, menjalin komunikasi, berempati dan peduli terhadap orang lain, mampu memaafkan diri sendiri dan orang lain. Melalui wawancara diperoleh data sebanyak 80% (21 orang) menunjukkan aktivitas relasi sosial yang baik seperti tetap menjalin relasi sosial dan tidak menarik dari lingkungan di luar komunitas, dalam komunitas mereka dapat saling berbagi dan memberi masukan dalam support group mengenai perasaan dan kekhawatiran mereka. Sebanyak 20% (9 orang) menutup diri dari aktivitas interpersonal di luar komunitas, karena khawatir keadaan mereka akan di ketahui oleh orang lain. Sekalipun mereka bergabung dalam komunitas support group, mereka tetap selalu meyakinkan anggota yang lain untuk merahasiakan setiap identitas anggota komunitas.

Kedua, memiliki kemampuan memecahkan masalah yang mencakup kemampuan untuk merencanakan, fleksibilitas dalam mencari alternatif solusi, memiliki sumber daya untuk membantu memecahkan masalah, berpikir kritis dan mendapat insight. Sebanyak 50% (15 orang) membuat pertimbangan dan persiapan untuk memberitahukan mengenai keadaan mereka ke keluarga dan orang-orang terdekat, mencoba saran yang didapat dari komunitas support group. Sebanyak 50% (15 orang) belum tahu apa yang akan mereka lakukan dengan keadaan diri mereka, mereka banyak berbagi dalam komunitas support group tetapi jika ada masukan atau hal yang berguna dari pengalaman anggota lain, tidak mereka cobakan karena mereka ragu dengan keberhasilannya.

Ketiga, kemampuan untuk memegang kendali dan bertindak mandiri, mencakup menilai diri secara positif, berinisiatif, bertindak atas kehendak sendiri bukan karena pengaruh orang lain, efektif dan efisien, memiliki keahlian,


(44)

Universitas Kristen Maranatha

8

memiliki jarak sosial yang adaptif, waspada dan peka, humoris. Sebanyak 80% (24 orang) merasa dirinya berdosa, tidak berharga, merasa berbeda dan tidak normal, sangat peka terhadap sikap negatif lingkungan di luar komunitas mengenai homoseksualitas. Sebanyak 20% (6 orang) mengatakan bahwa ada banyak hal baik dalam diri mereka dibanding hanya melihat satu sisi saja sekalipun masih ada perasaan bahwa diri mereka tidak normal.

Keempat, merasa diri berarti dan memiliki tujuan hidup yang bermakna yang mencakup harapan dan keinginan yang positif terhadap masa depan. Sebanyak 60% (18 orang) mereka memiliki harapan bagi masa depan mereka seperti berkeluarga dengan pasangan pria gay kemudian mengadopsi anak, berencana aktif di himpunan untuk turut membantu pria gay yang merasa bingung dengan perbedaan yang terjadi pada dirinya dan membutuhkan masukan untuk mengambil keputusan dalam hidupnya. Sebanyak 30% (9 orang) berencana aktif di komunitas untuk turut membantu pria gay yang merasa bingung dengan perbedaan yang terjadi pada dirinya dan membutuhkan masukan untuk mengambil keputusan dalam hidupnya tetapi mereka menganggap berkeluarga dengan pasangan pria gay adalah hal yang tidak mungkin. Sebanyak 10% (3 orang) tidak bisa membayangkan apa yang harapkan di masa depan berkaitan dengan keadaan diri mereka, mereka merasa ragu dengan masa depan mereka berkaitan dengan keadaan diri mereka.

Resiliensi bersifat inborn, dimana setiap manusia sejak lahir memiliki kapasitas resiliensi yang akan berkembang jika didukung oleh lingkungan yang adekuat. Jika di analogikan, seperti halnya pada tanaman yang membutuhkan


(45)

Universitas Kristen Maranatha

9

iklim yang tepat untuk berkembang, resiliensi juga membutuhkan “iklim” yang tepat untuk berkembang (Bernard, 2004). Menurut Benard (2004), “iklim” yang mendukung berkembangnya resiliensi disebut protective factors.

Protective factors pada pria gay merupakan penghayatan mereka atas perlakuan keluarga dan komunitas terhadap dirinya. Sekalipun keluarga tidak mengetahui mengenai keadaan mereka sebagai pria gay, protective factors yang diberikan oleh keluarga dapat muncul dalam bentuk, pertama penghayatan pria gay terhadap kasih sayang dan kepedulian keluarga terhadap dirinya. Melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 50% (15 orang) merasa memiliki hubungan yang dekat dengan seluruh anggota keluarga, orang tua dan saudara seringkali menanyakan kabar mereka, tahu banyak mengenai aktivitas mereka, mendengarkan keluh kesah mereka dan memberi masukan serta penghiburan. Sebanyak 40% (12 orang) memiliki hubungan yang dekat dengan sebagian anggota keluarga saja, mereka merasa orang terdekat saja yang selalu mendukung mereka dalam setiap kegiatan, menanyakan kabar dan bisa berbagi pendapat. Sebanyak 10% (3 orang) merasa tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan keluarga, mereka merasa keluarga kurang peduli dengan aktivitas mereka, mereka sulit untuk diajak berbagi, lebih sering menceramahi daripada mendengar. Kedua, penghayatan pria gay terhadap keyakinan, harapan dan kepercayaan dari keluarga terhadap kemampuan dirinya. Sebanyak 46% (14 orang) merasa keluarga memiliki keyakinan bahwa mereka mampu meraih sukses, selalu memberikan semangat dan selalu dapat diandalkan apabila mereka menghadapi kesulitan. Sebanyak 54% (16 orang) merasa bahwa keluarga tidak


(46)

Universitas Kristen Maranatha

10

begitu memperhatikan mengenai apa yang mereka ingin raih dan tidak memberikan tuntutan apapun baik dalam pendidikan maupun karier,mereka pun tidak merasa dapat mengandalkan keluarga apabila menghadapi kesulitan.

Ketiga, penghayatan pria gay terhadap kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam keluarga. Sebanyak 87% (26 orang) merasa keluarga melibatkan dirinya dalam keputusan keluarga, pendapat mereka menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan. Sebanyak 13% (4 orang) merasa mereka tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga, pendapat mereka tidak menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga kadang mereka merasa bukan menjadi bagian dari keluarga.

Protective factors juga dapat di peroleh dari lingkungan himpunan yang dapat muncul dalam bentuk, pertama adalah penghayatan pria gay terhadap kasih sayang dan kepedulian himpunan terhadap dirinya. Sebanyak 100% (30 orang) merasakan himpunan banyak memberikan dukungan dengan menanyakan keadaan mereka ketika mereka tidak hadir dalam pertemuan support group, mereka dapat saling berbagi mengenai keadaan diri mereka dan merasa dimengerti.

Kedua, penghayatan pria gay terhadap keyakinan, harapan dan kepercayaan dari himpunan terhadap kemampuan dirinya. Sebanyak 100% (30 orang) merasa bahwa komunitas memberikan mereka harapan untuk menghadapi kesulitan yang mereka hadapi, mendorong mereka untuk menjadi lebih tegar dan mencari solusi terbaik untuk menghadapi keadaan mereka.


(47)

Universitas Kristen Maranatha

11

Ketiga, penghayatan pria gay terhadap kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam himpunan. Sebanyak 100% (30 orang) merasa bangga dan berarti karena komunitas memberi mereka kesempatan untuk ikut dilibatkan dalam program himpunan seperti dimintai ide dan bantuan dalam pembuatan buletin, mereka mendapat kesempatan untuk ambil bagian dalam kegiatan sharing dimana mereka bisa membagikan pengalaman dan memberi masukan bagi anggota komunitas yang lain.

Melalui hasil survey awal yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa, sekalipun terdapat pria gay yang tidak mendapatkan sebagian protective factors dari keluarga maupun komunitas, namun mereka tetap dapat beradaptasi menjalani permasalahan sehari-hari yang menekan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana kontribusi protective factor terhadap pria gay di himpunan “X” Bandung.

1. 2 Identifikasi Masalah

Bagaimana kontribusi protective factors (caring relationship, high expectation, opportunities to participate and contribute) terhadap resiliensi pria gay di himpunan “X” Bandung.


(48)

Universitas Kristen Maranatha

12

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang derajat protective factor dan derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

1. 3. 2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran signifikansi kontribusi protective factors caring relationship, high expectation dan opportunities for participation and contribution dari keluarga dan masyarakat terhadap resiliensi pria gay di himpunan “X” Bandung.

1. 4 Kegunaan Penelitian I. 4. 1 Kegunaan teoritis

Memberi sumbangan informasi mengenai resiliensi pria gay bagi ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan dan gay studies untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

• Memberi masukan informasi bagi mahasiswa lain yang membutuhkan bahan acuan dan pertimbangan saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai resiliensi pria gay.

I. 4. 2 Kegunaan praktis

Memberikan informasi kepada pria gay peserta support group di himpunan ”X” Bandung mengenai kontribusi protective factors terhadap perkembangan resiliensi mereka dan bagaimana peran resiliensi dalam kehidupan mereka


(49)

Universitas Kristen Maranatha

13

dengan harapan agar mereka dapat mengenali dan memahami kondisi kekuatan yang mereka miliki, bagaimana peran kekuatan tersebut bagi mereka dalam meminimalisasi dampak negatif yang mungkin muncul dan bagaimana mereka dapat menjadi protective factors bagi indiividu lain.

Memberikan informasi mengenai protective factors kepada pengurus himpunan ”X” Bandung untuk kemudian di aplikasikan dalam kegiatan support group dan di sosialisasikan kepada masyarakat umum, dalam rangka mendidik masyarakat agar dapat memberi perhatian terhadap pentingnya peran protective factors terhadap perkembangan resiliensi.

1. 5 Kerangka Pikir

Pria gay dibedakan dari laki-laki pada umumnya karena adanya perbedaan ketertarikan terhadap sesama laki-laki (homoseksual), sedangkan laki-laki pada umumnya memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya yaitu perempuan (heteroseksual). Ketertarikan tersebut tersebut meliputi ketertarikan fisik (penampilan, seksualitas) dan ketertarikan psikis (emosi, afeksi, kebutuhan). (Fisher,1982)

Ketika seseorang pria menyadari bahwa dirinya gay, keadaan tersebut merupakan hal yang dapat dihayati sebagai suatu keadaan yang stressful bagi individu. Dengan keadaan gay, mereka menghayati bahwa masyarakat menolak keberadaan mereka dan norma menentang keberadaan mereka; kemungkinan mereka untuk mengalami depresi, frustrasi dan melakukan bunuh diri semakin meningkat (www.wikipedia.com/gaysuicide). Fakta membuktikan bahwa pria gay


(50)

Universitas Kristen Maranatha

14

berisiko tinggi mengalami psychological illness walaupun sebagian pria gay menunjukkan keberhasilan dalam menghadapi tekanan dengan baik (Meyer,2003, Homosexuality : Social, Psychological and Biological Issue).

Menurut Coleman 1982, pria gay akan melewati lima tahap same sex sexual identity development, yang dalam setiap tahapnya (pre comingout, comingout, exploration, first relationships, integration) pria gay akan mengalami krisis. Kelima tahap tersebut menggambarkan pola kehidupan pria gay dan salah satu diantaranya yang merupakan tahap paling awal adalah tahap pre comingout. Pre comingout ditandai dengan individu mulai menyadari kecenderungan tertarik kepada sesama laki – laki. Kebanyakan pria gay menghayati krisis tahap pre coming merupakan hal yang stressful. Mereka merasa sulit untuk membangun self concept yang positif sampai individu menghayati adanya reaksi positif dari lingkungan berkaitan dengan identitas seksualnya. Pada tahap ini penghayatan pria homoseksual untuk merasa diterima lingkungan sangat penting untuk menghadapi krisis yang dihadapi dan berlanjut ke tahap berikutnya. Penerimaan lingkungan atau figur signifikan akan membangun self acceptance individu gay. (Coleman,1982, Homosexuality : Social, Psychological and Biological Issue)

Sebagai manusia yang memiliki kecenderungan homeostasis, pria homoseksual akan mengusahakan dan mempertahankan keadaan fisik dan psikisnya agar tetap seimbang. Ketika menghadapi keadaan krisis, pria homoseksual tidak akan tinggal diam. Agar dapat kembali ke keadaan seimbang maka perlu dilakukan usaha menemukan strategi pemecahan masalah untuk beradaptasi. Pria homoseksual akan berupaya untuk mengembalikan


(51)

Universitas Kristen Maranatha

15

keseimbangan psikis dalam dirinya dan melakukan upaya penyesuaian diri (Fisher, 1972, Homosexuality : Social, Psychological and Biological Issue).

Dalam istilah Bernard (2004), kemampuan untuk menyesuaikan diri dan berfungsi dengan baik (walaupun) di tengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan rintangan, disebut resiliensi. Resiliensi bersifat inborn, setiap manusia sejak lahir memiliki kapasitas resiliensi yang akan berkembang jika didukung oleh lingkungan yang adekuat. Jika di analogikan, seperti halnya pada tanaman yang membutuhkan iklim yang tepat untuk berkembang, resiliensi juga membutuhkan “iklim” yang tepat untuk berkembang. Dengan resiliensi, pria gay tidak hanya dapat bertahan dari tekanan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai gay, tetapi juga berkembang secara positif. Pria gay dengan resiliensi tinggi memiliki kapasitas kemampuan beradaptasi dan mengatur perilaku yang keluar tetap berkembang secara positif menjadi personal strength yang melindungi mereka dari efek yang mereka hayati sebagai gay seperti rasa bersalah dan berdosa, menganggap diri tidak berharga, depresi, frustrasi, keinginan untuk bunuh diri bahkan hingga bunuh diri dan keinginan untuk menarik diri dari lingkungan.

Personal strength adalah karakteristik individual yang dihubungkan dengan perkembangan yang sehat dan keberhasilan hidup. Personal strength tidak menghasilkan resiliensi, tetapi merupakan outcomes positif dari resiliensi, hal ini menunjukkan bahwa resiliensi dapat diobservasi dan diukur. Aspek dari personal strength adalah (a) social competence, (b) problem solving, (c) autonomy dan (d) sense of purposes.


(52)

Universitas Kristen Maranatha

16

Social competence merujuk kepada karakteristik, kemampuan dan tingkah laku yang diperlukan untuk membangun suatu relasi dan kedekatan yang positif dengan orang lain. Tingkah laku yang menggambarkan social competence adalah memancing respon positif dari orang lain (responsiveness); mengemukakan pendapat tanpa menyinggung perasaan orang lain (communication); mengetahui, memahami dan peduli terhadap perasaan dan sudut pandang orang lain (emphaty and caring); bersedia untuk membantu meringankan beban orang lain sesuai dengan kebutuhannya serta kemampuan untuk memaafkan diri dan orang lain (compasion, altruism and forgiveness).

Problem solving merujuk pada kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Tingkah laku yang menggambarkan problem solving adalah melakukan perencanaan (planning), melihat alternatif solusi dan mencobakannya ( flexibility), mengenali dan memanfaatkan sumber-sumber dukungan dan kesempatan yang ada di lingkungan untuk membantu diri (resourcefulness), menganalisis dan memahami kesulitan yang dihadapi untuk mencari solusi yang tepat (critical thinking and insight).

Autonomy merujuk kepada kemampuan untuk bertindak dengan bebas dan merasakan sense of control atas lingkungan. Autonomy juga dihubungkan dengan kesehatan yang positif, merasa bebas dan bertindak atas kehendak sendiri. (Deci, 1995). Tingkah laku yang menggambarkan autonomy adalah menilai diri secara positif ( positive identity); bertanggung jawab dan memegang kendali atas dirinya (internal locus of control and initiative); yakin pada kemampuan diri untuk melaksanakan sesuatu (self efficacy and mastery); mengambil jarak secara


(53)

Universitas Kristen Maranatha

17

emosional dari pengaruh buruk lingkungan (adaptive distancing and resistance); menyadari pikiran, perasaan dan kebutuhan diri (self awareness and mindfulness); mengubah situasi yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan (humour).

Sense of purposes merujuk kepada pandangan masa depan yang positif, keyakinan bahwa hidup seseorang memiliki makna dan ia memiliki tempat di alam semesta. Tingkah laku yang menggambarkan sense of purposes adalah mengarahkan diri untuk mencapai tujuan (goal direction, achievement motivation, and educational aspiration); memanfaatkan hobi untuk mengisi waktu luang (special interest, creativity, and imagination); tetap berharap dan yakin terhadap masa depan (optimism and hope); keyakinan relijius terhadap keberadaan yang maha kuasa (faith, spirituality, and sense of meaning).

Derajat personal strength tinggi menggambarkan bahwa pria homoseksual memiliki kemampuan berosialisasi yang baik seperti, mampu memancing respon positif dari orang lain, asertif tanpa menyinggung orang lain, menunjukkan kemampuan berempati, adanya keinginan untuk membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan, mampu memaafkan orang lain dan diri sendiri; mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan baik seperti, merencanakan hal – hal yang akan dilakukan, fleksibel dalam mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah, berpikir kritis; menunjukkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak seperti, percaya diri, yakin pada kemampuan diri, tidak bergantung pada orang lain; serta memiliki tujuan hidup yang bermakna positif seperti, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki harapan yang realistis dan keinginan untuk menraih harapan, menunjukkan adanya kehidupan religius dan spiritualitas.


(54)

Universitas Kristen Maranatha

18

Perkembangan personal strength difasilitasi oleh protective factors. Protective factors merupakan kapasitas yang melindungi individu dari tekanan yang timbul dari masalah yang dihadapi Protective factors tidak menimbulkan resiliensi, namun lebih kepada fasilitator penting dalam perkembangan resiliensi. Keberadaan protective factors memiliki karakteristik yang berbeda dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Menurut hipotesa Bernard (2004), protective factors memiliki kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti need for love, belonging, respect, identity, mastery, chalange dan meaning. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan menghasilkan personal strengths yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan sosial, kesehatan, akademik dan berkurangnya perilaku berisiko. Bernard menyatakan protective factors yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yaitu caring relationship, high expectation dan opportunities to participate and contribute ( Bernard, 1991).

Istilah caring relationship merujuk pada pemberian cinta kasih (afeksi) dari caregivers kepada pria homoseksual yang ditandai dengan adanya pandangan positif (fundamental positive regard) seperti menunjukkan empati pada perilaku negatif dan mencari penyebabnya, bukan menghakiminya, serta kebaikan sederhana yang berkelanjutan (simple sustained kindness) seperti tepukan pada bahu, senyuman dan salam (Higgins,1994). Caregivers disini adalah keluarga, guru di sekolah dan orang yang memiliki pengaruh dilingkungan. Caring relationship menyediakan lingkungan yang menguatkan, modeling yang baik, dan umpan balik yang konstruktif untuk perkembangan fisik, intelektual, psikologis


(55)

Universitas Kristen Maranatha

19

dan sosial. Perhatian, kepedulian dan kebijaksanaan dari caregivers diinternalisasi dan menjadi bagian dari individu gay. (Eccles & Gootman,2002)

High expectation merujuk kepada kepercayaan dan keyakinan dari caregivers bahwa pria homoseksual berharga dan mampu untuk mengatasi segala rintangan dalam hidup. Dalam derajat tinggi, kepercayaan dan keyakinan ini akan membuat rasa aman dan memicu motivasi pria gay untuk belajar dan berkembang menjadi lebih baik, menjadi apa yang dia mampu. Dalam derajat rendah, membuat pria gay merasa insecure yang kemudian akan menghambat mereka untuk belajar dan berkembang menjadi lebih baik.

Opportunities for participation and contribution merujuk kepada penyediaan kesempatan bagi pria gay untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam kegiatan yang bermakna, menarik dan menantang. Dalam derajat tinggi, kesempatan ini memberi mereka pengalaman untuk belajar mengungkapkan pendapat, merasa memiliki dan menjadi bagian dari suatu kelompok, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Dalam derajat rendah menunjukkan kurangnya kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk mengembangkan diri.

Resiliency diharapkan berkembang dengan baik pada setiap individu melalui kontribusi protective factors, termasuk pada pria homoseksual karena akan mempengaruhi pria homoseksual dalam menghadapi permasalahan hidup dan berkembang melalui penyesuaian diri.


(56)

Universitas Kristen Maranatha

20

Protective Factors Caring relationship High expectation Opportunities for

participation and contribution

Safety Love and belonging

Respect, Autonomy/power Challenge/Mastery

Meaning 1.6 Skema Kerangka Pikir

I. 7 Asumsi

1. Menyadari diri sebagai pria homoseksual dapat menjadi keadaan yang menekan bagi orang yang bersangkutan.

2. Pria gay memerlukan resiliensi untuk beradaptasi dan berkembang ditengah keadaan yang menekan.

3. Resiliensi pria gay dapat berbeda-beda derajatnya.

4. Perbedaan derajat resiilensi pada pria gay di pengaruhi perbedaan penghayatan pria gay terhadap ketersediaan protective factor dari keluarga dan komunitas dalam kehidupan mereka.

Individu gay dalam tahap pre coming out

Personal Strength Social Competence Problem Solving Autonomy Sense of Purpose KOMUNITAS

KELUARGA


(57)

Universitas Kristen Maranatha

21

5. Pria gay yang menghayati bahwa keluarga dan komunitas tidak menyediakan protective factors dalam kehidupan mereka akan memfasilitasi perkembangan derajat resiliensi yang rendah.

6. Pria gay yang menghayati bahwa keluarga dan komunitas menyediakan protective factors dalam kehidupan mereka akan memfasilitasi perkembangan derajat resiliensi yang tinggi.

I. 8 Hipotesis Penelitian

Protective Factors memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

Sub hipotesis :

1. Family Caring Relationship memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

2. Family High Expectation memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

3. Family Opportunities to Participate and Contribute memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

4. Community Caring Relationship memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

5. Community High Expectation memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

6. Community Opportunities to Participate and Contribute memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.


(58)

Universitas Kristen Maranatha

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi family dan community protective

factors terhadap resiliensi pria gay di himpunan “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1.

Aspek family protective factors yang memberikan kontribusi signifikan terhadap

resiliensi adalah aspek family caring relationship (

β

=0,454). Artinya pria gay di

himpunan “X” Bandung yang menghayati bahwa keluarga mereka memberikan

kedekatan hubungan, kasih sayang dan perhatian, maka hal tersebut akan secara

signifikan berpengaruh pada kemampuan pria gay dalam menyesuaikan diri

terhadap tekanan yang berasal dari perasaan bersalah, kebingungan identitas diri,

kecemasan akan identitas diri yang mungkin diketahui orang sekitar, kecemasan

akan penolakan dari lingkungan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai

pria gay.

2.

Aspek community protective factors yang memberikan kontribusi signifikan

terhadap resiliensi adalah aspek community caring relationship (

β

=0,475).

Artinya pria gay di himpunan “X” Bandung yang menghayati bahwa himpunan

tempat mereka beraktivitas memberikan kedekatan hubungan, kasih sayang dan

perhatian, maka hal tersebut akan secara signifikan berpengaruh pada kemampuan

pria gay dalam menyesuaikan diri terhadap tekana yang berasal dari perasaan

bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan akan identitas diri yang mungkin


(59)

Universitas Kristen Maranatha

81

diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari lingkungan yang

ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai pria gay.

3.

Family caring relationship (R

2

=76,8%) memberikan kontribusi yang lebih

signifikan daripada community caring relationship (R

2

=28,2%). Artinya

kedekatan hubungan, pemberian kasih sayang dan perhatian dari keluarga lebih

signifikan berpengaruh terhadap kemampuan pria gay dalam menyesuaikan diri

terhadap perasaan bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan akan identitas

diri yang mungkin diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari

lingkungan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai pria gay dari pada dari

kedekatan hubungan, pemberian kasih sayang dan perhatian dari himpunan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1.

Untuk penelitian lebih lanjut :

-

Melakukan penelitian secara kualitatif untuk mencari tahu lebih lanjut

mengapa dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek protective factors

yang tidak memberikan kontribusi terhadap resiliensi.

2.

Untuk himpunan “X” Bandung :

-

Mempertahankan kegiatan sharing kelompok karena kegiatan tersebut

memiliki pengaruh terhadap resiliesi peserta sharing dan melatih setiap

peserta untuk menjadi pendukung (protective factor) bagi peserta lainnya.


(60)

Universitas Kristen Maranatha

82

-

Mengadakan seminar bagi masyarakat mengenai pentingnya peran

keluarga dan komunitas dalam perkembangan resiliensi dan dampaknya

apabila peran keluarga dan komunitas tidak ada dalam kehidupan.

-

Pengurus himpunan perlu menyadari pentingnya menjalin hubungan yang

akrab, pentingnya sikap yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang

kepada peserta sharing kelompok.


(61)

Universitas Kristen Maranatha

82

DAFTAR PUSTAKA

Bernard, Bonnie. 2004. Resiliency What Have We Learned. Sanfrancisco : WestEd.

Paul, W, Weinrich,, J.D, Gonsiorek, J.C, and Hotvedth, M.E. 1982. Homosexuality : Social, Psychological and Biological Issues. Beverly Hills, California : Sage Publications Ltd.

Werner, E and Smith, R. 2001. Journeys from Childhood to Midlife : Risk, Resilience, and Recovery. Ithaca, NY : Cornell University Press.

Linley, Alex., Joseph, Stephen. 2004. Positive Psychologyy in Practice. Hoboken, New Jersey. Wiley and Sons,Inc

Lopez, Shane J., Snyder, C.R. 2003. Positive Psychological Assessment. Washington, American Psychological Association.

Reivich, K and Shatte, A. 2004. The Resilience Factor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Bell, Judith. 2005. Doing Your Research 4th edition. Indonesia, Klaten, PT Intan Sejati.

___________, 2001. Modul Praktika Statistika 2 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

Chaplin, James P. 1975. A dictionary of Psychology. New York : A Laurel Edition.


(62)

Universitas Kristen Maranatha

83

DAFTAR RUJUKAN

http://www.wikipedia.com/homosexuality http://www.wikipedia.com/queer

http://www.wikipedia.com/gaystudy http://www.wikipedia.com/gaysuicide

http://www.wikipedia.com/societalattitudestowardhomosexuality http://www.google.com/resiliency

http://www.projectresilience.com

http://www.resilnet.uiuc.edu./library/bernard95html http://www.yahoo.com/resiliency

http://www.cce.umn.edu.nrrc

Cowen, R. 2002. Film. Queer as Folk. California : Showtime.

Lee. A. 2005. Film. Brokeback Mountain. California : Fox 20th Century Proulx, A. 2006. Brokeback Mountain. Jakarta : Gramedia.


(1)

5. Pria gay yang menghayati bahwa keluarga dan komunitas tidak menyediakan protective factors dalam kehidupan mereka akan memfasilitasi

perkembangan derajat resiliensi yang rendah.

6. Pria gay yang menghayati bahwa keluarga dan komunitas menyediakan protective factors dalam kehidupan mereka akan memfasilitasi

perkembangan derajat resiliensi yang tinggi.

I. 8 Hipotesis Penelitian

Protective Factors memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

Sub hipotesis :

1. Family Caring Relationship memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

2. Family High Expectation memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

3. Family Opportunities to Participate and Contribute memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

4. Community Caring Relationship memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

5. Community High Expectation memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.

6. Community Opportunities to Participate and Contribute memberikan kontribusi terhadap derajat resiliensi pria gay di himpunan ”X” Bandung.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi family dan community protective

factors terhadap resiliensi pria gay di himpunan “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Aspek family protective factors yang memberikan kontribusi signifikan terhadap resiliensi adalah aspek family caring relationship (β=0,454). Artinya pria gay di himpunan “X” Bandung yang menghayati bahwa keluarga mereka memberikan kedekatan hubungan, kasih sayang dan perhatian, maka hal tersebut akan secara signifikan berpengaruh pada kemampuan pria gay dalam menyesuaikan diri terhadap tekanan yang berasal dari perasaan bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan akan identitas diri yang mungkin diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari lingkungan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai pria gay.

2. Aspek community protective factors yang memberikan kontribusi signifikan terhadap resiliensi adalah aspek community caring relationship (β=0,475). Artinya pria gay di himpunan “X” Bandung yang menghayati bahwa himpunan tempat mereka beraktivitas memberikan kedekatan hubungan, kasih sayang dan perhatian, maka hal tersebut akan secara signifikan berpengaruh pada kemampuan pria gay dalam menyesuaikan diri terhadap tekana yang berasal dari perasaan bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan akan identitas diri yang mungkin


(3)

diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari lingkungan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai pria gay.

3. Family caring relationship (R2=76,8%) memberikan kontribusi yang lebih

signifikan daripada community caring relationship (R2=28,2%). Artinya kedekatan hubungan, pemberian kasih sayang dan perhatian dari keluarga lebih signifikan berpengaruh terhadap kemampuan pria gay dalam menyesuaikan diri terhadap perasaan bersalah, kebingungan identitas diri, kecemasan akan identitas diri yang mungkin diketahui orang sekitar, kecemasan akan penolakan dari lingkungan yang ditimbulkan dari keadaan mereka sebagai pria gay dari pada dari kedekatan hubungan, pemberian kasih sayang dan perhatian dari himpunan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Untuk penelitian lebih lanjut :

- Melakukan penelitian secara kualitatif untuk mencari tahu lebih lanjut mengapa dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek protective factors yang tidak memberikan kontribusi terhadap resiliensi.

2. Untuk himpunan “X” Bandung :

- Mempertahankan kegiatan sharing kelompok karena kegiatan tersebut memiliki pengaruh terhadap resiliesi peserta sharing dan melatih setiap peserta untuk menjadi pendukung (protective factor) bagi peserta lainnya.


(4)

- Mengadakan seminar bagi masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam perkembangan resiliensi dan dampaknya apabila peran keluarga dan komunitas tidak ada dalam kehidupan.

- Pengurus himpunan perlu menyadari pentingnya menjalin hubungan yang akrab, pentingnya sikap yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada peserta sharing kelompok.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bernard, Bonnie. 2004. Resiliency What Have We Learned. Sanfrancisco : WestEd.

Paul, W, Weinrich,, J.D, Gonsiorek, J.C, and Hotvedth, M.E. 1982. Homosexuality : Social, Psychological and Biological Issues. Beverly Hills, California : Sage Publications Ltd.

Werner, E and Smith, R. 2001. Journeys from Childhood to Midlife : Risk, Resilience, and Recovery. Ithaca, NY : Cornell University Press.

Linley, Alex., Joseph, Stephen. 2004. Positive Psychologyy in Practice. Hoboken, New Jersey. Wiley and Sons,Inc

Lopez, Shane J., Snyder, C.R. 2003. Positive Psychological Assessment. Washington, American Psychological Association.

Reivich, K and Shatte, A. 2004. The Resilience Factor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Bell, Judith. 2005. Doing Your Research 4th edition. Indonesia, Klaten, PT Intan Sejati.

___________, 2001. Modul Praktika Statistika 2 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

http://www.wikipedia.com/homosexuality http://www.wikipedia.com/queer

http://www.wikipedia.com/gaystudy http://www.wikipedia.com/gaysuicide

http://www.wikipedia.com/societalattitudestowardhomosexuality http://www.google.com/resiliency

http://www.projectresilience.com

http://www.resilnet.uiuc.edu./library/bernard95html http://www.yahoo.com/resiliency

http://www.cce.umn.edu.nrrc

Cowen, R. 2002. Film. Queer as Folk. California : Showtime.

Lee. A. 2005. Film. Brokeback Mountain. California : Fox 20th Century Proulx, A. 2006. Brokeback Mountain. Jakarta : Gramedia.