INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK PERIODE AKHIR Interaksi Sosial Pada Anak Periode Akhir.

INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK PERIODE AKHIR

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh:
MALINDA FEBRIAN ARDIYANI
F. 100 090 061

Kepada

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK PERIODE AKHIR

NASKAH PUBLIKASI


Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh:
MALINDA FEBRIAN ARDIYANI
F. 100 090 061

Kepada

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

iii

iv


ABSTRAKSI

INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK PERIODE AKHIR
Malinda Febrian Ardiyani1
Wisnu Sri Hertinjung2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
M4lind4_feb_4rd@yahoo.com
Ws_hertinjung@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi sosial pada
anak periode akhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif dengan alat ukur kuesioner. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 123 siswa kelas 4 dan 5 dari 2 SD, yaitu SD Negeri Pajang 1 Surakarta
dan SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta. Komposisi subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin cukup seimbang dengan jumlah subjek perempuan
sebanyak 63 orang dan subjek laki- laki sebanyak 60 orang. Teknik analisis data yang
digunakan dalam peneitia n ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis
data diperoleh bahwa aktivitas anak periode akhir terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:
aktivitas interaksi sosial dan aktivitas non- interaksi sosial. Aktivitas interaksi sosial
antara lain les & TPQ, berkumpul/ mengobrol, permainan lain, olahraga, permainan

elektronik, permainan tradisional, jalan-jalan, menonton tv, dan mengobrol dengan
media elektronik, dan lainnya. Sedangkan aktivitas non- interaksi sosial adalah
permainan elektronik, menonton tv dan tidur siang. Pihak yang terlibat dalam
aktivitas interaksi sosial anak adalah teman dan keluarga. Dimana anak yang
melakukan aktivitas interaksi bersama keluarga berupa berkumpul/ mengobrol pada
anak yang mengikuti sekolah reguler cenderung dilakukan bersama ibu sedangkan
anak yang mengikuti sekolah fullday cenderung berkumpul/ mengobrol dengan adik.
Beberapa anak melakukan aktivitas interaksi sosialnya selama kurang dari 3 jam.
Namun, ada beberapa kegiatan yang dilakukan lebih dari 3 jam yaitu berkumpul/
mengobrol dan menonton tv. Anak cenderung lebih suka melakukan aktivitas
sosialnya di lingkungan rumah daripada di luar rumah. Dari semua aktivitas interaksi
sosial yang dilakukan anak, terdapat aktivitas yang perlu dipertahankan dan
ditingkatkan yaitu berkumpul/ mengobrol dan permainan tradisional. Sementara
aktivitas non- interaksi yang perlu diperhatikan adalah menonton tv yang terlalu lama.
Kata kunci: interaksi sosial, anak periode akhir.

PENDAHULUAN
Interaksi sosial

bertindak. Walgito (2003) berpendapat

berasal

dari
bahwa interaksi sosial merupakan

istilah dalam bahasa Inggris yaitu
hubungan antara individu satu dengan
social interaction yang berarti saling
1

individu yang lain, individu satu dapat

dengan dunia selain keluarganya dan

mempengaruhi individu yang lain atau

mulai membangun penilaian terhadap

sebaliknya,


orang lain. Pada periode ini anak

jadi

terdapat

adanya

hubungan saling timbal balik. Interaksi

mulai

dapat terjadi pada siapa pun, tidak

kelompok atau biasa dikenal dengan

terkecuali anak-anak. Interaksi sosial

istilah geng (Santrock, 2002). Hartup


merupakan suatu kebutuhan yang

(1992)

penting bagi setiap individu, terlebih

hubungan antar teman sebaya pada

lagi bagi anak. Interaksi sosial yang

masa

terjalin pada masa anak akan menjadi

terhadap keefektifan individu sebagai

pondasi untuk berhubungan dengan

orang dewasa. Periode ini dapat pula


orang lain dikemudian hari (Sims,

disebut

Hutchins & Taylor, 1997). Seseorang

(Hurlock, 2012), hal ini bukan karena

dikatakan melakukan interaksi sosial

anak memiliki banyak waktu untuk

apabila melakukan adanya kontak,

bermain, namun karena luasnya minat

komunikasi dan partisipasi dengan

dan kegiatan bermain yang dimiliki


orang

anak. Banyaknya teman dan kelekatan

lain

dalam

aktivitas

yang

dilakukannya (Soekanto, 2010).

membentuk

kelompok-

mengemukakan


anak-anak

sebagai

bahwa

berkontribusi

usia

bermain

yang terjalin dapat membantu anak

Anak periode akhir merupakan

untuk

mengasah


kemampuannya

anak usia SD yang terantang dari usia

dalam berinteraksi sosial (Kingery &

kira-kira 6-12 tahun. Masa dimana

Erdley, 2007) karena pada periode ini

anak-anak mulai melepaskan diri dari

bermain merupakan salah satu sarana

keluarga,

berhubungan

langsung


2

bagi anak untuk berinteraksi (Darwish,

atau

Esquivel, Houtz, & Alfonso, 2001).

dimungkinkan

pada

kurang

terasah
akan

maka

menghambat

Kemampuan yang telah diasah

perkembangan sosialnya di kemudian

periode

hari (Sims, Hutchins & Taylor, 1997).

sebelumnya

akan

membantu anak dalam menyelesaikan

Dewasa ini jenis permainan

tugas perkembangan yang dimiliki

untuk anak turut berkembang dengan

dalam hidupnya, dimana tugas-tugas

semakin

perkembangan

memegang

global, hingga ada istilah permainan

peranan penting untuk menentukan

tradisional dan permainan modern

arah

(Munib, Parikesit, & Ibipurwo, 2013).

tersebut

perkembangan

Tugas

yang

perkembangan

normal.

anak

pada

berkembangnya

Permainan

tradisional

teknologi

merupakan

periode ini salah satunya adalah untuk

permainan yang diciptakan di masa

mencapai bentuk relasi yang tepat

lalu dan cenderung bersifat kooperatif.

dengan

Dimana

keluarga,

teman,

dan

permainan

tersebut

lebih

lingkungan menurut Collins (dalam

mengutamakan kebersamaan, sehingga

Nuryanti,

2008)

menyesuaikan
sebaya,

diri

misalnya

bersama

dan

dan

belajar

tercipta interaksi sosial. Sedangkan

dengan

teman

permainan

dengan

modern

bermain

permainan yang diciptakan masa kini,

mempertahankan

biasanya menggunakan peralatan lebih

pertemanan dengan menjaga perasaan

canggih

dan

egosentris

Dimana

permainan

yang

merupakan

mungkin

muncul

bersifat

individual.

tersebut

lebih

(Hurlock, 2012). Namun ketika tugas

mengedepankan kemandirian daripada

perkembangan tersebut tidak terpenuhi

kebersamaan.

3

Dengan

demikian

permainan tersebut kurang mendukung

luangnya

terjadinya interaksi sosial pada anak.

permainan elektronik atau permainan

Selain

anak

modern. Menurut Mulyadi (Latief,

yang berkembang, media informasi

2010) jika anak menggunakan waktu

pun turut berkembang seiring dengan

luangnya untuk menonton televisi,

perkembangan

Mudahnya

bermain internet, video games atau

akses pada peralatan modern seperti

game online secara berlebihan atau

internet, televisi, laptop/ komputer,

menjurus kepada kecanduan, maka

gadged serta video game atau game

anak-anak cenderung akan menjadi

online, memungkinkan anak untuk

pribadi

mempergunakan

sosialisasi kurang, minat membaca

permainan-permainan

jaman.

fasilitas

modern

tersebut (Amani, 2013).

media

bermain

individualis,

dengan

kemampuan

rendah, potensi obesitas, dan ketidak

Kemudahan akses teknologi
dan

untuk

informasi

mampuan

dapat

menghadapi

tekanan

menjadi sangat tinggi.

menyebabkan anak menjadi malas

Kemudian dari hasil survey

bergerak, sehingga kesempatan anak

yang telah dilakukan oleh peneliti

untuk

pada 23 anak periode akhir, diketahui

berinteraksi

sebaya

dengan

cenderung

teman

berkurang

bahwa

68%

diantaranya

mengisi

(Ameliola & Nugraha, 2013). Dalam

waktu luang dengan aktivitas-aktivitas

penelitian

yang

oleh

yang cenderung dilakukan seorang

Hertinjung

&

(2012),

diri. Selanjutnya dari 68% tersebut

diketahui bahwa dari 212 anak 27% di

58% diantaranya menggunakan waktu

antaranya

luangnya dengan peralatan elektronik

dilakukan
Karyani

menggunakan

waktu

4

atau peralatan modern. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sims,

wawancara dengan penjaga warnet

Hutchins & Taylor (1997) ketika anak

dan game center dari 8 tempat

kurang mampu dalam berinteraksi

berbeda, diketahui bahwa rata-rata

dengan orang lain atau kemampuan

anak

ketempat

berinteraksi dengan orang lain kurang

tersebut dihari- hari biasa ada sekitar 4-

terasah, maka dimungkinkan akan

5 anak setiap harinya selama 1-3 jam,

menghambat perkembangan sosialnya

sedangkan pada hari minggu atau hari

di kemudian hari.

libur sekitar 8-9 anak selama 2-6 jam.

METODE PENELITIAN

SD

yang

Dilihat

datang

dari

sampel

yang

Penelitian

ini

menggunakan

diperoleh peneliti, waktu penggunaan

metode kualitatif diskriptif dengan

peralatan modern oleh anak periode

menggunakan kuesioner terbuk dalam

akhir

menyita

proses pengumpulan data. Kuesioner

semestinya

ini merupakan kuesioner terbuka yang

digunakan untuk berinteraksi atau

berbentuk tabel yang disusun dengan

mengasah kemampuan mereka dalam

berdasarkan

berinteraksi dengan orang lain. Hal ini

penelitian.

tersebut

waktu

cenderung

mereka

yang

tentu saja membuat penelitian ini
menjadi

penting

sebagai

upaya

gambaran

yang

untuk
untuk
lebih

Subjek

pada

pertanyaan

penelitian

dalam

dilakukan

penelitian ini adalah siswa-siswi SD

menemukan

Negeri Pajang 1 Surakarta dan SD

luas

dan

Muhammadiyah

Program

Khusus

menyeluruh menganai interaksi pada

kelas 4 dan kelas 5. Teknik analisis

anak

data

periode

akhir.

Berdasarkan

5

dalam

penelitian

ini

menggunakan

deskriptif

kualitatif.

syarat

terjadinya

interaksi

sosial

Pengolahan data dilakukan dengan

adalah dengan adanya kontak sosial,

program komputer Excel 2007.

komunikasi, dan partisipasi. Dengan

HASIL PENELITIAN DAN

demikian

PEMBAHASAN

mengandung unsur interaksi, maka

aktivitas

yang

tidak

Dari hasil analisis diketahui

dapat dikatakan sebagai aktivitas non-

bahwa aktivitas yang dilakukan oleh

interaksi sosial. Aktivitas tersebut

anak

antara

periode

akhir

dapat

dibagi

menjadi dua kategori, yaitu aktivitas

sosial.

Aktivitas

permainan

elektronik,

menonton tv, dan tidur siang.

interaksi sosial dan aktivitas noninteraksi

lain

Pihak

yang

terlibat

dalam

yang

interaksi tersebut adalah keluarga dan

termasuk dalam kategori interaksi

teman. Anak yang mengikuti sekolah

sosial anak periode akhir antara lain

reguler

les & TPQ, berkumpul/ mengobrol,

mengobrol dengan ibu sedangkan anak

permainan lain, olahraga, permainan

yang

elektronik,

permainan

cenderung

jalan-jalan,

menonton

tradisional,

mengikuti

berkumpul/

sekolah

berkumpul/

fullday

mengobrol

dan

dengan adik. Dimana anak, teman dan

mengobrol dengan media elektronik,

keluarga mampu melakukan interaksi

dan lainnya. Dikategorikan sebagai

secara intensif, sehingga anak periode

aktivitas

interaksi

karena

akhir mulai belajar beradaptasi dengan

kegiatan

tersebut

membutuhkan

lingkungan sekitarnya, hal ini sesuai

adanya interaksi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Collins (Nuryanti, 2008)

pendapat

bahwa salah satu tugas perkembangan

Soekanto

tv,

cenderung

sosial

(2010)

bahwa

6

yang harus dilakukan anak periode

aktivitas tersebut hanya dilakukan oleh

akhir adalah mencapai bentuk relasi

sebagian kecil anak dalam penelitian

yang tepat dengan keluarga, teman dan

ini.

lingkungan.

sedikitnya

Dalam penelitian ini aktivitas

Hal

ini

dapat

jumlah

dilihat
subjek

dari
yang

melakukan aktvitas tersebut.

interaksi sosial yang paling lama

Selanjutnya

aktivitas

non-

dilakukan anak baik yang mengikuti

interaksi sosial yang paling lama

sekolah

dilakukan

reguler

ataupun

sekolah

anak

yang

mengikuti

fullday adalah berkumpul/ mengobrol.

sekolah

Maka

lamanya

fullday adalah menonton tv. Kedua

aktivitas sosial yang dilakukan anak

aktivitas tersebut cenderung dilakukan

baik sekolah reguler maupun fullday,

seorang diri tanpa adanya teman,

menjadikan

bergaul

sehingga membiasakan anak tumbuh

dengan lingkungan sekitar. Hal ini

manjadi pribadi yang kurang peka

sesuai dengan hasil penelitian yang

terhadap lingkungannya. Pernyataan

dikemukakan oleh Kingery & Erdley

ini sesuai dengan pendapat yang

(2007) bahwa banyaknya teman dan

dikemukakan oleh Mulyadi (Latief,

kelekatan

yang

dapat

2010) jika anak menggunakan waktu

membantu

anak

mengasah

luangnya untuk menonton tv, bermain

berinteraksi

internet, video game atau game online

dari

itu

dengan

anak

kemampuannya

mudah

terjalin
untuk
dalam

reguler

ataupun

sosial. Walaupun aktivitas interaksi

secara

sosial yang paling sering dilakukan

cenderung

adalah berkumpul/ mengobrol tetapi

individualis, kemampuan sosialisasi

7

berlebihan,
akan

maka

sekolah

menjadi

anak
pribadi

kurang,

minat

potensi

membaca

obesitas,

mampuan

dan

menghadapi

rendah,

pemilihan subjek seperti terbatasnya

ketidak

tempat dan jumlah subjek, instrument

tekanan

penelitian yang dirasa kurang mampu

menjadi sangat tinggi.
Terakhir

mengungkap data penelitian secara

tempat

anak

lebih

mendalam,

belum

adanya

melakukan interaksi baik anak yang

probing dengan metode observasi

mengikuti sekolah reguler ataupun

interviu terhadap subjek penelitian.

anak yang mengikuti sekolah fullday,

KESIMPULAN

keduanya sama-sama dilakukan di

Hasil penelitian ini maka dapat

lingkungan rumah. Salah satu alasan

disimpulkan bahwa:

yang menyebabkan anak lebih suka

1. Aktivitas

anak

periode

akhir

menghabiskan waktu di lingkungan

terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:

rumah

fasilitas

aktivitas

hiburan menarik yang dapat dinikmati

aktivitas

oleh anak, dibandingkan ketika anak

Aktivitas interaksi sosial antara

harus bermain di luar rumah. Hal ini

lain, berkumpul/ mengobrol, les

dapat dilihat dari hasil kuesioner yang

dan TPQ, olahraga, permainan

sebagian

lainnya,

yaitu

tersedianya

besar

anak

cenderung

interaksi

sosial

non- interaksi

jalan-jalan,

sosial.

mengobrol

menghabiskan waktu luangnya untuk

dengan

menonton

permainan tradisional. Sedangkan

tv

dan

melakukan

permainan elektronik di rumah.

media

dan

elektronik, dan

aktivitas non- interaksi sosial antara

Kelemahan dalam penelitian ini

lain

antara lain kurangnya variasi dalam

menonton

tv,

tradisional, tidur siang.

8

permainan

International Conference on
Indonesian Studies: “Ethnicity
and Globalization”: 362-371.

2. Pihak yang terlibat dalam aktivitas
anak adalah teman dan keluarga.
3. Ada

beberapa

kegiatan

Bungin,
B.
2013.
Metodologi
Penelitian Sosial dan Ekonomi.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.

yang

dilakukan lebih dari 3 jam yaitu
menonton

tv

dan

permainan
Creswell, J.W. 2009. Research
Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

elektronik.
4. Anak periode akhir cenderung
lebih suka melakukan aktivitas

Darwish, D., Esquivel, G.B., Houtz,
J.C., & Alfonso, V.C. 2001.
Play and Social Skills in
Meltreated and Non-maltreated
Preschoolers During Peer
Interactions. Child Abusa Negi:
13-31.

sosialnya di lingkungan rumah.
5. Aktivitas

interaksi

dipertahankan

dan

yang

perlu

ditingkatkan

yaitu berkumpul/ mengobrol dan
Hartup, W.W. 1992. Having Friends,
Making Friends, and Keeping
Friends. Clearinghouse on
Elementary
and
Early
Childhood Education

permainan tradisional. Sementara
aktivitas non- interaksi yang perlu
diperhatikan adalah menoton tv

Hertinjung, W.S., & Karyani, U. 2012.
Bullying di Sekolah Dasar.
Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan).
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

yang terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, A. 2013. Libur Sekolah,
Pelajar Padati Game Online.
(http://m.suaramerdeka.com/in
dex.php/read/news/2013/12/28/
185007, diakses pada 04
Februari 2014).

Hurlock, E.B. 2012. Perkembangan
Anak Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Kingrey, J.N., & Erdley, C.A. 2007.
Peer Experiences as Predictors
of Adjustment Across the
Middle School Transition.
Education and Treatment of
Children 2: 73-88.

Ameliola, S., & Nugraha, H.D. 2013.
Perkembangan
Media
Informasi
dan
Teknologi
Terhadap Anak dalam Era
Globalisasi. Prosding The 5th

9

Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak.
Jakarta: Indeks.

Latief. 2010. Tumbuh Kembang Anak
Perlu Interaksi Dengan Alam.
(http://edukasi.kompas.com/rea
d/2010/01/26/16161091/Tumb
uh.Kembang.Anak.Perlu.Intera
ksi.dengan.Alam, diakses pada
02 Februari 2014).
Munib,

Santrock, J.W. 2002. Life-Span
Development Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Sims, M., Hutchins, T., & Taylor, M.
1997. Conflict as Social
Interactions:
Building
RelationshipSkills in Child
Care Settings. Child and Youth
Care Forum 26: 247-260.

T.A., Parikesit, G., &
Ibiourwo, B. 2013. Permainan
Modern
vs
Permainan
Tradisional.
(http://id.tanoker.org/index.php
/liputan/item/51-permainanmodern-vs-permainantradisional-case-komunitastanoker- ledokombo-kabjember-peluang-tantangan-danstrategi.html, diakses pada 22
Januari 2014).

Soekanto, S. 2010. Sosiologi Edisi
Revisi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

10

11