IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001 2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI
commit to user LAPORAN KHUSUS
IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA
AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA
PENGENDALIAN INSIDEN DI
PT. BUKIT MAKMUR
MANDIRI UTAMA
JOB SITE
LATI
Novianto Joko Widodo R0008126
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Tugas Akhir dengan judul : Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya Pengendalian Insiden
di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati
Novianto Joko Widodo, NIM : R.0008126, Tahun 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Penguji Tugas Akhir
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Pada hari………Tanggal………..…20……..
SHEs Section Head
(4)
commit to user
iv ABSTRAK
IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI
PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI, BERAU,
KALIMANTAN TIMUR
Novianto Joko Widodo1, Putu Suriyasa2, Devi Aliyani3
Tujuan : Penulisan laporan ini untuk mengetahui bagaimana implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden , ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati dalam upaya pengendalian insiden.
Metode : Sejalan dengan arah dan tujuan penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskriktif yaitu dengan menilai meneliti dan mengevaluasi mengenai obyek penulisan. Data diperoleh dengan wawancara, observasi dan buku-buku referensi.
Hasil : Kerangka pemikiran ini menerangkan bahwa tempat kerja yang terdapat potensi bahaya senantiasa akan menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Untuk mengendalikan insiden diperlukan adanya prosedur yang mengatur tentang investigasi linsiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang disesuaikan dengan standar internasional yaitu OHSAS 18001:2007. Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang sesuai dengan prosedur menunjukkan tingkat imlementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3.
Simpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ketentuan dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 telah diterapkan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site LAti. Aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan telah sesuai dengan prosedur yang didasrkan pada OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3. Presentase tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 adalah 80 %.
Kata Kunci : Tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 Kepustakaan : 13, 1981-2010
1,2,3
D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
(5)
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak
henti-hentinya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-hidayat-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan laporan khusus: “Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS 18001:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya pengendaliab Insiden di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Job Site Lati”.
Magang yang dilaksanakan oleh peneliti merupakan kegiatan yang termasuk dalam kurikulum perkuliahan yang harus diikuti oleh peneliti. Penulisan dan penyusunan laporan khusus merupakan salah satu syarat kelulusan peneliti dari Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Devi Aliyani, SKM, selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Toto Winarto, selaku SHE Manager PT. Bukit makmur Mandiri Utama
yang telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
6. Bapak Eddy Wijaya selaku Project Manager PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur yang telah menerima dan
(6)
commit to user
vi
memperkenankan penulis untuk magang selama 3 bulan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
7. Bapak Maryones Edward Kairupan selaku SHEs Section Head yang telah berkenan menerima penulis untuk melakukan magang di SHE Section PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
8. Bapak Atang Siliadji selaku pembimbing perusahaan yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini
9. Bapak Djoko Trimanto selaku pembimbing lapangan yang senantiasa mengarahkan penulis dalam melaksanakan program magang serta membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini
10.Bapak Sugiyono yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan progaram magang serta senantiasa memberikan saran dalam penyusunan laporan ini.
11.Seluruh anggota SHE section yang lain di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
12.Ayah, ibu, kakak, adik, keponakan dan segenap keluarga besarku yang senantiasa menurahkan dukungan,doa,dan kasih sayangnya tiada hentinya mengalir untuk penulis.
13.Semua teman-teman Hiperkes dan KK angkatan 2008 yang sangat saya cintai, sangatlah bahagia dan bangga menjadi bagian dari kalian.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Mei 2011 Peneliti,
(7)
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Lokasi Penelitian ... 32
(8)
commit to user
viii
D. Sumber Data ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Pelaksanaan ... 34
G. Analisa Data ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian... 37
B. Pembahasan ... 65
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN
(9)
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar klausul/elemen OHSAS 18001:2007 ... 28
Tabel 2. Kriteria risiko bisnis ... 40
Tabel 3. Jenis insiden dan ketua tim investiagasi ... 44
Tabel 4. Partisipasi pelaksanaan IUT pengawas ... 62
Tabel 5. Partisipasi pelaksanaan OTT pengawas ... 63
Tabel 6. Partisipasi pelaksanaan Green Card pengawas ... 63
(10)
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida insiden ... 15
Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007 ... 27
Gambar 3. Kerangka pemikiran... 31
Gambar 4. Grafik analisa insiden berdasarkan waktu kejadian ... 47
Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja ... 48
Gambar 6. Grafik analisa insiden berdasarkan tempat insiden ... 49
Gambar 7. Grafik analisa insiden berdasarkan alat yang terlibat ... 51
Gambar 8. Grafik analisa insiden berdasarkan masa kerja ... 52
Gambar 9. Grafik analisa insiden berdasarkan section ... 53
Gambar 10. Grafik analisa insiden berdasarkan penyebab dasar ... 54
(11)
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang Lampiran 2. Jadwal kegiatan magang
Lampiran 3. Peta lokasi PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati Lampiran 4. Kebijakan K3LH PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Lampiran 5. Absensi magang
Lampiran 6. Alur proses pelaporan dan penyelidikan insiden Lampiran 7. Sketsa insiden
Lampiran 8. Gambar pengambilan data insiden Lampiran 9. Gambar insiden
Lampiran 10. Absensi investigasi insiden Lampiran 11. Sertifikat OHSAS 18001:2007
(12)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu melahirkan inovasi baru dan era globalisasi yang juga berdampak pada perkembangan di sektor industry, dewasa ini membawa perubahan terhadap aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Perkembangan sektor industri memberikan dampak positif bagi kemajuan perekonomian bangsa dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, namun perkembangan sektor industri juga memberikan dampak negatif yaitu memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan dan pencemaran lingkungan.
Potensi bahaya tersebut dapat timbul dari penggunaaan alat-alat modern, bahan-bahan kimia, proses dengan suhu dan tekanan tinggi yang tidak diimbangi dengan kesiapan dan sistem untuk mengendalikannya. Adanya potensi bahaya yang ada di tempat kerja merupakan suatu ancaman bagi sumber daya manusia, peralatan/mesin, serta lingkungan sekitar sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dapat mengendalikannya. Semakin tinggi teknologi yang digunakan akan semakin tinggi tingkat bahaya yang ada dan semakin tinggi pula ketrampilan, pengetahuan tenaga kerja yang dibutuhkan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan sekitar.
(13)
commit to user
Teori Domino menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera, terdapat lima faktor secara beruntun yang dinamakan sebagai lima domino yang berdiri sejajar, yaitu kurangnya pengawasan, kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (Hazard), kecelakaan serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino di antaranya (Suardi, 2005).
OHSAS 18001 di buat dan diterbitkan oleh kerjasama organisasi-organisasi atau badan sertifikasi dunia antara lain BVQI, SGS, DNV, BSI, LRQA. Dalam Penerapan OHSAS 18001 bersifat Voluntary atau sukarela tanpa ada kekuatan hukum yang mengaturnya dan bukan merupakan Standard International
Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/MEN/1996 adalah Permenaker 05/MEN/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecil perusahaan yang bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan itu (Suardi, 2005).
Walaupun Permenaker 05/MEN/1996 dan OHSAS 18001 memiliki sistem penilaian yang berbeda namun sistem penerapan, dokumentasi dan tujuannya memiliki tujuan yang sama.Beberapa perusahaan mencoba mengintregasi penerapan OHSAS dan Permenaker 05/MEN/1996 (Suardi, 2005).
(14)
commit to user
Penerapan OHSAS 18001:2007 sesuai untuk organisasi yang mempunyai keinginan untuk :
1. Membuat sebuah sistem manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.
2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah SMK3.
3. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri (Suardi, 2005).
Selain itu penerapan OHSAS 18001:2007 mempunyai manfaat sebagai : 1. Perlindungan bagi pekerja
2. Kepatuhan terhadap perundangan 3. Menekan biaya
4. Membuat system manajemen menjadi efektif
5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Begitu banyaknya insiden yang terjadi seringkali menghambat jalannya proses produksi dari suatu perusahaan. Untuk mengendalikan insiden-insiden maka diperlukan suatu prosedur untuk melaksankan investigasi insiden dan ketidaksesuaian serta harus adanya analisa dari suatu insiden untuk mengetahui penyebab-penyebab yang sering kali menjadi dasar terjadinya suatu insiden. Selain itu juga diperlukan prosedur untuk melaksanakan tindakan perbaikan dan pencegahan dari insiden dan ketidaksesuaian.
Prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang didasarkan pada persyaratan internasional seperti OHSAS
(15)
commit to user
18001:2007 akan meningkatkan kepercayaan terhadap suatu perusahaan. Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang sesuai dengan prosedur dan perundangan yang berlaku akan dapat meminimalisir terjadinya insiden.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati sudah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and preventive action.
2. Bagaimana aktualisasi pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
3. Bagaimana tingkat implementasi investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegehan dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation ,non conformity, correction action and preventive action
(16)
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation ,non conformity, correction action and preventive action di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
2. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
3. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and preventive action dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Peneliti
a. Memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan study.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan kefektifannyadi PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
(17)
commit to user
c. Menggunakan keilmuan yang didapat di bangku kuliah untuk merumuskan masalah, menganalisa, dan kemungkinan memberikan solusi dari permasalahan .tersebut
2. Perusahaan
a. Dapat mengetahui gambaran pelaksanaan pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan kefektifannyadi PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
b. Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk evaluasi pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan kefektifannya di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
c. Diharapkan dapat dijadikan masukan dalam peningkatan kefektifan investigasi insiden, ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
3. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Diharapkan dapat menambah kepustakaan guna meningkatkan pengembangan program belajar mengajar.
(18)
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Organisasi
Organisasi adalah perusahaan, operasi, firma, kelompok usaha, institusi, atau asosiasi, atau bagian, baik kelompok atau tidak, publik atau pribadi yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri (OHSAS 18001:2007).
2. Sistem Manajeman K3
Permenaker No. PER.05/Men/1996 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa ”Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif”.
3. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan
(19)
commit to user
personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja). (OHSAS 18001:2007).
4. Tempat Kerja
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah “tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja”. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian–bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.
5. Faktor Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 2006) Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya. (OHSAS 18001:2007).
Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :
a. Bangunan, Peralatan dan instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan
(20)
commit to user
kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka–luka atau cidera.
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif .
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan.
(21)
commit to user
d. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
e. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah :
1) Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan , dan radiasi
2) Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.
3) Faktor lingkungan biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
(22)
commit to user
4) Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja. 5) Faktor psikologik
Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.
6. Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Dapat dipastikan bahwa semua orang/ tenaga kerja tidak menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda. Tapi berdasarkan hasil data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan.
Menurut ILO (Internasional Labour Organitation) dalam Dasar-Dasar K3 (2007), langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
a. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi, penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap rekayasa, penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3.
(23)
commit to user
b. Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3. c. Inspeksi
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
d. Riset teknis, medis, psikologis dan statistik
Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
e. Pendidikan dan latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan keterampilan K3 bagi tenaga kerja.
f. Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
g. Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3.
h. Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam perundangan dalam
(24)
commit to user
pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai resiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja
(25)
commit to user
(job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
7. Insiden
Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengakibatkan cidera (injury) atau kematian, kerusakan harta benda (property damage), kerusakan dini (premature failure), kerusakan / pencemaran lingkungan, penyakit akibat kerja atau kerugian lain. Termasuk di dalam definisi insiden adalah kejadian hampir celaka (near–miss), keadaan darurat dan kehilangan barang / asset milik perusahaan ( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2010). Sedangkan suatu insiden dikatakan sebagai kecelakaan tambang (Kepmentamben No. 555.K/ 1995) jika memenuhi 5 (lima) unsur di bawah ini:
a. Benar–Benar Terjadi
b. Mengakibatkan Cidera Pekerja Tambang atau Orang yang Diberi Izin oleh KTT ( Kepala Teknik Tambang)
(26)
commit to user
c. Akibat Kegiatan Usaha Pertambangan d. Terjadi pada Jam Kerja
e. Terjadi di Dalam Wilayah Kegiatan Usaha Pertambangan.
Akibat yang ditimbulkan dari suatu insiden dapat berupa cedera ringan, cedera kehilangan hari, maupun kematian (fatal). Dapat juga berupa kerusakan alat, bangunan, harta benda, ekosistem, lingkungan, dan lain-lain. Kejadian insiden seperti piramida dibawah ini :
Gambar 1.Piramida insiden
Sumber: PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2009
Kalau kita lihat dari piramida diatas, bahwa satu insiden serius atau kematian, pasti didahului oleh sekitar 10 insiden cedera sedang atau LTI (loss Time Injury). Dan 10 insiden cedera sedang / LTI (loss Time Injury), pasti didahului oleh adanya sekitar 30 insiden cedera ringan / property damage. Dan 30 insiden cedera ringan / property damage, pasti didahului oleh sekitar 600 kejadian hampir celaka (near-miss).
Menurut Kepmentamben No. 555.K/ 1995, kecelakaan tambang dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
600
30
10
1
Cedera Serius / Kematian Cedera Sedang / LTI
Cedera Ringan / Property Damage Near-Miss
(27)
commit to user
a. Cidera Ringan
Jika hari hilang akibat insiden : 1 hari–3 minggu. b. Cidera Berat :
1) Hari hilang akibat insiden > 3 minggu. 2) Cacat tetap.
3) Keretakan tulang : tengkorak, punggung, pinggul, lengan, paha / kaki.
4) Pendarahan di dalam / pingsan karena kekurangan oksigen. 5) Luka berat / terbuka yg berpotensi cacat tetap.
6) Lepasnya persendian.
c. Mati / Fatalityadalah meninggal ≤ 24 jam setelah insiden.
Saat terjadi kecelakaan berakibat mati (fatality) maka hal yang harus dilakukan adalah :
a. Wajib segera dilaporkan ke KTT, untuk diteruskan ke Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT).
b. Lokasi insiden tidak boleh diubah, kecuali alasan penyelamatan. 8. Kecelakaan kerja
Adalah semua insiden yang terjadi pada waktu karyawan melakukan pekerjaan, di dalam area kerja atau di luar area kerja, atau pada saat karyawan dalam perjalanan berangkat dan pulang dari / ke rumah–tempat kerja.( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2010)
9. Ketidaksesuaiaan
(28)
commit to user
a. Standar kerja terkait, praktis, prosedur, peraturan perundangan. b. Persyarakan system manajemen K3.
10.Laporan Investigasi Kecelakaan kerja
Laporan kecelakaan merupakan suatu media komunikasi formal tentang fakta-fakta penting untuk diketahui oleh orang-orang berkepentingan terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Laporan merupakan suatu catatan peristiwa kecelakaan yang akan digunakan di dalam program pengendalian kerugian.Laporan juga umpan balik untuk membantu di dalam pemecahan masalah yang terjadi. Dengan demikian, setiap kegiatan investigasi harus dibuat laporan secara tertulis dan disampaikan kepada pimpinan perusahaan. Selanjutnya pengurus atau pimpinan perusahaan melaporkan kejadian kecelakaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat dan Perusahaan Jamsostek dan pihak terkait lainnya. (Tarwaka, 2008)
11.Investigasi Kecelakaan Kerja
Investigasi didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menemukan/mengungkap penyebab dasar/akar masalah dari suatu masalah (insiden) dengan tujuan untuk menentukan tindakan perbaikan, sehingga masalah (insiden) dengan penyebab yang sama dapat dicegah.
( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2009)
Investigasi kecelakaan kerja merupakan bagian dari program keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara keseluruhan. Investigasi insiden merupakan suatu kegiatan tempat kerja secara khusus,yang dilakukan setelah terjadinya peristiwa kecelakaan atau insiden yang
(29)
commit to user
menimbulkan penderitaan kepada manusia serta menimbulkan kerugian dan kerusakan terhadap property/harta benda dan asset perusahaan lainnya. Dengan demikian,investigasi insiden merupakan suatau hal yang sangat penting dan krusial untuk segera dilakukan setelah setiap adanya kejadian kecelakaan. Tujauan uama dari investigasi insiden adalah untuk mencari apa yang sebenarnya terjadi dan mendapatkan solusi terbaik guna mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecelakaan yang sering terabaikan. Pelaksanaan investigasi insiden secara efektif antara lain akan mendapatkan :
a. Menjelaskan tentang apa yang terjadi
Invetigasi secara cermat dapat menyelidiki hal-hal melalui bukti konkrit dan mendapatkan pernyataa sebenarnya tentang apa yang sedang terjadi.
b. Menentukan penyebab sebenarnya
Investigasi yang baik dan cermat akan dapat menentukan penyebab yang sebenarnya mendasari terjadinya insiden.
c. Menentukan resiko kecelakaan
Investigasi yang baik akan dapat memutuskan kemungkinan terulangnya kecelakan yang sam atau kerugian yang besar.Hal tersebut merupakan dua faktor penting di dalam menetukan jumlah waktu dan beaya yang dibutuhkan untuk melakukaan tindakan perbaikan.
(30)
commit to user
d. Mengembangkan sarana pengendalian
Sarana pengendalian yang tepat untuk mengurangi atau mengendalikan resiko,sebagian berasal dari hasil investigasi yang dilakukan dengan sebenarnya dan nyata-nyata dapat memecah masalah yang terjadi.
e. Mendefinisikan arah kecenderungan
Apabila secara signifikan sejumlah laporan dapat dianalisa ,maka arah kecenderungan emergency akan dapat diidentifikasi dan ditangani sesegera mungkin.
f. Mendemontrasikan perhatian
Kejadian kecelakaan akan memberikan suatau tantangan secara gamblang terhadap orang-orang agar selalu berhati-hati.dengan demikian investigasi harus dilakukan secara cermat dan objektif. (Bird dan Germain, 1986)
Sebagai dasar pedoman pelaksanaan program investigasi insiden di tempat kerja adanya peraturan perundangan bidang K3 secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Undang-undang
Dasar perundang-undangan untuk pelaksanaan investigasi insiden kecelakaan kerja adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
(31)
commit to user
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.”
b. Peraturan Menteri
1) Permenaker No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan menjelaskan tentang :
a) Pasal 1
(1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
(2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
b) Pasal 2
(1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pimpinannya.
(2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : (a) Kecelakaan Kerja
(b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah
(c) Kejadian berbahaya lainnya.
c) Pasal 4 (1) : Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan
(32)
commit to user
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I pada undang-undang ini.
d) Pasal 6 (1) : Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5,Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja memerintahkan pegawai pngawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan. (Tarwaka, 2008).
2) Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja yang didalamnya mengatur tentang :
a) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kedirjen perlindungan tenaga kerja setempat jika ditemukan penyakit akibat kerja
b) Pelaporan dilakukan dalam waktu 2x24 jam serta bentuk tata cara pelaporan ditetapkan oleh dirjen perlindungan tenaga kerja
c) Pengurus wajib melakukan tindakan-tindakan preventif agar PAK tidak terulang ditempat kerja
d) Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan dokter pengurus dapat meminta bantuan depnaker setempat untuk menegakan diagnosa
(33)
commit to user
e) Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-Cuma APD untuk mencegah PAK
3) Permenaker No. 5/MEN/1996 lampiran II. 8.3 yang menyatakan bahwa; ”Perusahaan harus mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja”.
4) Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 a) Pasal 41 Ketentuan Melapor
(1) Pekerja tambang yang cidera akibat kecelakaan tambang yang bagaimanapun ringannya harus dilaporkan ke ruang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau tempat Perawatan Kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan pekerjaan.
(2) Laporan kecelakaan dan pengobatannya dimaksud dalam ayat (1), harus dicatat dalam buku yang disediakan khusus untuk itu (3) Apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera berat atau mati
Kepala Teknik Tambang harus segera mungkin memberitahukan kepada Pelaksana Kepala Inspeksi Tambang. b) Pasal 42
(1) Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh Kepala Teknik Tambang atau orang yang ditunjuk dalam waktu tidak lebih dari 2 X 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut dicatat dalam buku daftar kecelakaan.
(34)
commit to user
(2) Kecelakaan Tambang harus dicatat dalam formulir dan dikirim Kepada Kepala Inspeksi Tambang.
c) Pasal 46
(1) Untuk kepentingan penyelidikan, Kepala Teknik Tambang tidak boleh mengubah keadaan tempat, dan atau kondisi perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya, kecuali untuk memberikan pertolongan.
(2) Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan pekerjaan, keadaaan ditempat kecelakaan atau kejadian berbahaya hanya dapat diubah dengan persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
12.Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan
Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan (STAPK) atau systematic Causal Analisis Technique (SCAT) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menyelidiki atau menginvestigasi kecelakaan atau insiden dengan potensi kerugian kerusakan besar (Bird dan Germain, 1986). Teknik analisa ini dilakukan dengan mengecek secara cermat pada setiap tahapan proses investigasi.Sementara itu yang dimaksud dengan insiden potensi tinggi adalah suatu kecelakaan atau insiden yang melibatkan kerugian besar (Major Loss) atau bencana besar (Catasthrope) yang mungkin menyebabkan banyak kematian dan kerusakan lingkungan secara luas. Namun demikian tidak mentup kemungkinan, bahwa teknik ini juga dapat digunakan untuk menganalisis kejadian kecelakaan atau
(35)
commit to user
insiden secara umum yang terjadi di tempat kerja.Teknik analisis penyebab ini terfokus pada penyebab dasar kecelakaan yang meliputi 2 (dua) faktor penyebab yaitu faktor personal pekerja dan faktor pekerjaan.
a. Faktor personal pekerja : 1) Ketidakmampuan
2) Kurang pengetahuan 3) Kurang ketrampilan 4) Stress
5) Kurang motivasi b. Faktor pekerjaan
1) Kepemimpinan dan pengawasan 2) Teknik
3) Sistem pembelian 4) Sistem pemeliharaan 5) Perkakas dan perlatan kerja 6) Standar kerja
(Tarwaka, 2008) 13.Tindakan Perbaikan
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejadian kecelakaan dari setiap penyebab kecelakaan yang terjadi.Salah satunya dengan menurunkan tingkat kekerapan atau probability terjadinya kecelakaan. Cara lainnya adalah dengan mengurangi potensi keparahan atau severity cidara/sakit atau kerusakan yang terjadi. Setiap tindakan
(36)
commit to user
perbaikan yang dilakukan juga mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda-beda, tingkat kepercayaan yang berbeda-beda, biaya yang berbeda-beda dan efek samping yang berbeda-beda pula. Secara garis besar, tindakan perbaikan akibat peristiwa kecelakaan meliputi perbaikan yang hanya bersifat sementara dan permanen.
a. Tindakan perbaiakan sementara
Sebagaian besar tindakan perbaiakan yang bersifat sementara hanyalah suatu gejala dari tindakan yang tidak sesuai dengan standard dan kondisi tidak aman.Tindakan perbaiakan yang dimaksud dapat berupa : 1) Memindahkan peralalatan kerja/mesin yang rusak
2) Menutup lobang di lantai jika ada lobang
3) Memindahkan pengaman yang tidak dapat berfungsi lagi 4) Membersihkan lantai yang kotor dan berdebu
Namun hal yang harus selalu diingat adalah bahwa tindakan tersebut hanya bersifat sementara dan bukan merupakan solusi dari masalah yang sebenarnya.
b. Tindakan perbaikan permanen
Tindakan perbaikan yang bersifat permanen sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang sesungguhnya. Perbaikan harus diarahkan baik terhadap faktor manusia maupun faktor pekerjaan sebagai penyebab timbulnya kecelakaan.untuk melakukan tindakan perbaikan permanen harus ada rekomendasi dari pengurus atau jajaran manejemen atas. Hal ini disebabkan bahwa tindakan perbaikan permanen memerlukan
(37)
commit to user
adanya sejumlah biaya , waktu, dan bahan yang yang harus mendapat persetujuan dari pimpinan perusahaan atau pihak eksekutif. Hasil evaluasi dari resiko yang ada akan dapat membantu investigator dalam membuat rekomendasi teknis. Tingkat risiko pada situasi tertentu merupakan suatu kombinasi antar tingkat potensi keparahan dan tingkat kekerapan yang mungkin terjadi. Suatu potensi keparahan kecelakaan atau insiden tidak dapat ditentukan hanya dengan apa yang terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu kejadian yang tidak diharapkan mungkin hanya menyebabkan sedikit kerugian, tetapi mempunyai potensi yang dapat menyebabkan kerugian besar apabila kecelakaan terulang kembali. Untuk itu, setiap rekomendasi harus disertai dengan analisa tingkat kekerapan risiko yang mungkin terjadi dan berapa banyak tindakan yang direkomendasikan dapat mengurangi risikonya. Kecelakaan atau insiden yang mempunyai tingkat keparahan tinggi dan kemungkinan besar dapat terulang kembali harus mendapat perhatian yang lebih besar. Penilaian risiko merupakan hal yang penting di dalam membuat keputusan dan penetapan skala prioritas pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja. (Tarwaka,2008)
14. OHSAS 18001
Seri persyaratan Penilaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS) ini menyatakan persyaratan sistem manajemen kesalamatan dan kesehatan kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya. Secara spesifik persyaratan ini tidak
(38)
commit to user
menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dalam merancang sistem manajemen.
Semua persyaratan dalam Standar OHSAS ini dimaksudkan agar dapat digabungkan dengan sistem manajemen K3 apapun. Luasnya aplikasi akan tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 organisasi, sifat dari aktivitas tersebut dan risiko-risiko serta kompleksitas dari operasi-operasinya.
Standar OHSAS ini ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola area-area kesehatan dan keselamatan lain seperti program-program kesejahteraan/kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan properti ataupun dampak lingkungan. (Suardi, 2005)
Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007 Sumber: OHSAS 18001:2007
(39)
commit to user
Tabel 1. Daftar klausul atau elemen standar OHSAS 18001:2007 OHSAS 18001:2007
No. Klausul Klausul
1 Ruang lingkup
2 Referensi publikasi
3 Istilah dan definisi
4 Perundang-undangan Sistem Manajemen K3
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Kebijakan K3
4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi bahaya penilaian risiko dan penetapan pengendalian 4.3.2 Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
4.3.3 Tujuan dan program 4.4 Penerapan dan Operasi
4.4.1 Sumber daya, peran, tanggung Jawab, akuntabilitas, dan wewenang 4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kepedulian
4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
4.4.4 Dokumentasi
4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasinal 4.4.7 Kesiapsiagaan tanggap darurat
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan pengukuran kinerja 4.5.2 Evaluasi kesesuaian
4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.3.1 Investigasi insiden
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.4 Pengendalian catatan
4.5.5 Audit Internal
4.6 Tinjauan Manajemen
(40)
commit to user
15.Klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007 Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007 berisi tentang :
1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menginvestigasi dan menganalisa insiden untuk : a) Menetapkan penyebab insiden
b) Identifikasi kebutuhan perbaikan
c) Identifikasi adanya peluang tindakan pencegahan d) Identifikasi adanya peluang “continual improvement” e) Mengkomunikasikan hasil.
2) Penyelidikan harus dilakukan dalam waktu yang terukur
3) Hasil investigasi insiden harus didokumentasikan dan diperlihara
b. Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007 berisi tentang :
1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian- ketidaksesuaian yang aktual dan potensial dan untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Prosedur harus :
(41)
commit to user
a) Mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian serta menentukan perbaikan untuk mengurangi resiko
b) Melakukan investigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan menentukan perbaikan untuk mencegah terulang kembali
c) Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian dan menerapkan perbaikan
d) Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan pencegahan
e) Meninjau keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilakukan.
2) Setiap tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang dengan resiko-resiko yang dihadapi.
3) Organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari tindakan pebaikan dan pencegahan dibuatkan dalam system manajemen K3.
(42)
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Tempat kerja
Potensi, faktor bahaya dan ketidaksesuaian
Insiden
Prosedur tindakan perbaikan dan pencegahan
Prosedur investigasi insiden
Pelaksanaan tidak sesuai Pelaksanaan sesuai
Potensi,faktor bahaya dan ketidaksesuaian tidak terkendali
Potensi, faktor bahaya dan ketidaksesuaian
terkendali -Kecelakaan kerja
-Penyakit akibat kerja
-Pencemaran lingkungan -Lingkungan kerja aman
-Lingkungan kerja nyaman -Produktifitas meningkat
Insiden terkendali
Keefektifan Investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan
Gambar 3. Kerangka pemikiran
Tingkat implementasi Klausul 4.5.3
“ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
(43)
commit to user
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana peneliti berusaha menggambarkan obyek penelitian sejelas-jelasnya berdasarkan data-data yang diperoleh yang dijadikan sebagai dasar dari penelitian ini.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabuapten Berau Kalimantan Timur.
C. Obyek Penelitian
Penelitian ini mangambil obyek penelitian mengenai Prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaiakan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati, pelaksanaan dari prosedur tersebut serta follow up dari tindakan perbaikan dan pencegahan dari investigasi insiden dan ketidaksesuaiaan.
(44)
commit to user
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan data-data sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara secara langsung, observasi di lapangan ataupun diskusi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang sedang diteliti. Data ini diperoleh dari arsip-arsip perusahaan maupun literature yang lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara untuk pengumpulan data antara lain :
1. Observasi lapangan
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap prosedur dan pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang ada di perusahaan.
(45)
commit to user
2. Wawancara
Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pembimbing, karyawan serta orang-orang yang berkompeten sesuai dengan penelitian ini.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahapan Persiapan
Persiapan yang dilakukan penulis untuk kegiatan magang untuk penelitian antara lain :
a. Mengikuti test magang yang diadakan oleh PT. Bukit Makmur Mandiri Utama yang terdiri dari :
1) Test psikologi
2) Test wawancara oleh HRD
3) Test kerja sama dalam tim dengan sebuah simulasi suatu permainan membuat bangunan
4) Test wawancara oleh User (Bp. Totok Winarto selaku manajer HS&E)
b. Pengumuman penerimaan magang oleh PT. Bukit Makmur Utama Mandiri
(46)
commit to user
c. Pengumpulan materi yang diperlukan selama kegiatan praktek kerja lapangan atau magang.
d. Melaksanakan alur proses magang yang diawali dengan datang ke Head Office PT. Bukit Makmur Mandiri Utama di Jakarta pada tanggal 1 Februari 2011.
e. Penentuan lokasi magang di job site Lati Berau yang diputuskan pada tanggal 2 Februari 2011.
2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 9 Februari 2011 sampai dengan 5 Mei 2011 di PT Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabupaten Berau Kalimantan Timur.
Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Orientasi ke semua Departemen yang ada di perusahaan untuk mengetaui gambaran secara umum terhadap peusahaan.
b. On The Job Training di SHEs Perusahaan.
c. Pengamatan secara langsung mengenai kondisi perusahaan, serta pengamatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini d. Diskusi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten yang
berkaiatan denagn penelitian ini.
e. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan serta buku referensi yang berkaiatan dengan penelitian ini.
(47)
commit to user
3. Tahapan Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa, dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
G. Analisis Data
Data yang telah didapat kemudian dianalisa dan dievaluasi mengenai prosedur dan pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan apakah sudah efektif dan apakah sudah sesuai dengan peraturan perundangan dan OHSAS 18001:2007.
(48)
commit to user
37 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Hasil Penelitian
Dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian di lingkungan pekerjaan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati senantiasa mengedepankan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Hal tersebut dibuktikan dengan komitmen untuk selalu menaati peraturan perundangan serta peraturan Internasional tentang investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan.
1. Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007 meliputi :
a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007 1) Prosedur pelaporan dan investigasi insiden
Prosedur pelaporan dan investigasi insiden di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati telah dibuat oleh SHE Dept. Head PT. Bukit Makmur Mandiri Utama.Prosedur tersebut ada dalam BMS SHE No. Dokumen : SHE/09/004/SOP.
Ruang lingkup dari prosedur ini adalah meliputi seluruh karyawan, Pengawas/Atasan Langsung, Supervisor, Sect./Dept. Head, SHEs/Dept. SHE, Project Manager, dan pihak terkait (KTT,
(49)
commit to user
Dept. Fungsional HO). Prosedur ini menjelaskan tentang adanya pelaporan insiden, proses investigasi semua jenis insiden, identifikasi penyebab langsung insiden, penetapan akar masalah, pelaksanaan perbaikan sampai dengan pembuatan analisa. Tujuan dari prosedur ini sebagai berikut :
a) Memastikan pengendalian proses pelaksanaan pelaporan dan penyelidikan insiden sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku.
b) Memastikan pelaksanaan pelaporan dan penyelidikan insiden dilakukan untuk mengidentifikasi akar masalah penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi
dalam pelaporan dan investigasi insiden sesuai dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup(QSHE)
2) Waktu penyelidikan berdasarkan prosedur
Dalam upaya efisiensi, penyelidikan dilakukan dalam waktu yang terukur yaitu memastikan pengumpulan data dan interview dilaksanakan maksimal 8 jam setelah insiden. Selanjutnya, pelaksanaan investigasi harus dilakukan maksimal 24 jam setelah terjadinya insiden.
(50)
commit to user
3) Pendokumentasian hasil investigasi
Semua hasil investigasi mulai dari berita acara insiden, laporan awal insiden, laporan insiden didokumentasikan dan dipelihara oleh SHEs PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
b. Pemenuhan Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
1) Prosedur ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan
Dalam upaya mengendalikan ketidaksesuaian serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site lati telah memiliki prosedur yang dibuat oleh MDV Dept. Head .Prosedur tersebut ada pada BMS MDV No. Dokumen : MDV/09/002/SOP. SOP dimulai dari prosedur ini meliputi dari identifikasi ketidaksesuaian dan atau potensi ketidaksesuaian, mereview penyebabnya, jangka waktu penyelesaiannya sampai dengan identifikasi tindakan untuk menghilangkannya. Tujuan dari SOP ini adalah untuk :
a) Memastikan pencegahan terhadap terulangnya ketidaksesuaian yang sama
b) Memastikan penyebab potensial ketidaksesuaian dapat dihilangkan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian
c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi dalam pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai
(51)
commit to user
dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (QSHE)
2) Tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan penilaian resiko Setiap adanya tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilakukan di PT. Bukit Makmur mandiri Utama job site Lati didasarkan pada penilaian resiko. Penggunaan formulir untuk mengevaluasi tindak lanjut temuan ketidaksesuaian berdasarkan kriteria resiko bisnis berikut :
Tabel 2. Kriteria risiko bisnis
KATEGORI KRITERIA
PICA Berat (No.MDV/F-005)
- Berpotensi dan atau memiliki nilai resiko AA/A
- Temuan/ketidaksesuaian sama yang berulang dari hasil
analisis
- Temuan audit yang termasuk mayor dan minor
- Berpotensi menghambat(sekitar 15 %) dan atau tidak
tercapainya KPI/Sasaran/Target unit kerja
PICA Ringan (No.MDV/F-005)
- Berpotensi dan atau memiliki nilai risiko B atau C
- Temuan yang sifatnya observasi (pencegahan agar tidak
terjadi ketidaksesuaiaan)
- Temuan yang tidak termasuk dalam criteria PICA Berat
Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
3) Setiap perubahan yang timbul dari tindakan pebaikan dan pencegahan dibuatkan dalam sistem manajemen K3
Dalam memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi dalam pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (QSHE) PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati selalu mendokumentasikan setiap perubahan atau
(52)
commit to user
revisi dari setiap tindakan perbaikan dan pencegahan yang dibuat ke dalam sistem manajemen K3.
2. Investigasi Insiden dan Ketidaksesuaian
Untuk mengendalikan terjadinya insiden PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati senantiasa berusaha untuk mencegah insiden yang disebabkan oleh hal yang sama, sehingga untuk mengetahui akar masalah dari suatu insiden PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati melakukan investigasi terhadap insiden dan ketidaksesuaian.
a. Insiden yang dicatat dan dilaporkan
Semua insiden harus dicatat dan dilaporkan. Kriteria dari insiden yang harus dicatat dan dilaporkan adalah sebagai berikut :
1) Semua insiden/kecelakaan tambang menurut pasal 39 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor : 555.K/26/M.PE/1995 : a) Benar-benar terjadi;
b) Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang.
c) Akibat kegiatan usaha pertambangan.
d) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang dapat mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan
e) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.
2) Semua kecelakaan kerja
(53)
commit to user
4) Semua insiden kebakaran dan kerusakan dini 5) Semua kerugian
b. Investigasi insiden
Untuk menangani insiden PT. Bukit Makmur mandiri Utama job site Lati melakukan investigasi dari adanya suatu insiden. Tahapan pelaksanaan investigasi insiden tersebut adalah sebagai berikut :
1) Terjadi suatu insiden di area kerja
Semua insiden ataupun near miss wajib dilaporkan dan selanjutnya dilakukan investigasi insiden.
2) Pelaporan terjadinya suatu insiden
Untuk insiden yang terjadi di area tambang insiden dilaporkan ke MCC baik oleh korban ataupun saksi yang melihatnya serta dilporkan ke kepada atasan / Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE, Medis, PM dan Section / Departemen terkait (termasuk Dept. Fungsional HO paling lambat 1 jam setelah kejadian). Sedangkan insiden yang terjadi tidak di tambang dilaporkan kepada atasan / Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE, Medis, PM dan Section / Departemen terkait (termasuk Dept. Fungsional HO paling lambat 1 jam setelah kejadian).
3) Penanganan keadaan darurat dari suatu insiden
Untuk insiden yang menyebabkan keadaan darurat seperti terjadinya luka serius pada korban penanganan harus dilakukan oleh team ERT ,paramedik, ataupun oleh orang yang sudah mengetahui dan
(54)
commit to user
mendapatkan pelatiahan mengenai pertolongan pertama gawat darurat. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses penanganan korban tidak terjadi hal-hal yang dapat memperparah keadaan korban. Untuk insiden berat/fatal arus dilporkan ke KTT
4) Pengambilan dan pengumpulan data
Setiap terjadinya suatu insiden harus sesegera mungkin dilakukan pengambilan dan pengumpulan data di lokasi kejadian insiden. Lokasi kejadian tidak boleh dirubah kecuali untuk kepentingan penanganan korban. Pengambilan dan pengumpulan data insiden harus memuat :
a) Foto kondisi awal sesaat setelah kejadian sebelum diubah (kecuali untuk kepentingan penyelamatan korban) dan area sekitar kejadian(foto dari empat sisi)
b) Foto / gambar kondisi terakhir unit setelah kejadian seperti posisi transmisi dan kondisi mesin.
c) Sketsa kejadian sesuai dengan keterangan saksi.
d) Data-data pengukuran dari jarak antar barang bukti di tempat kejadian,pemeriksaan urine, P5M, P2H, handphone korban. e) Catatan dari keterangan saksi-saksi/ interview saksi-saksi. f) Rekonsrtruksi
g) Berita acara insiden yang diisi oleh korban/pelaku dan saksi-saksi yang didalamnya berisi kronologis singkat terjadinya insiden.
(55)
commit to user
5) Laporan Awal Kejadian
Setelah data-data lapangan terkumpul harus segera membuat dan mendistribusikan Laporan Awal Kejadian (LAK) (maksimal 12 jam setelah kejadian) kepada Dept. fungsional HO, SHEs/ SHE, Insurance Officer HO (khusus untuk Property Damage) dan KTT (khusus untuk insiden fatal di tambang)
6) Membentuk tim investigasi
Untuk melakukan suatu investigasi insiden harus dibentuk tim investigasi insiden. Tipe insiden dan susunan tim penanganan, pengumpulan data dan pelaksanaan investigasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.Jenis insiden dan ketua tim investigasi
Tim investigasi melakukan pengumpulan data pendukung lainnya yang diperlukan (dokumen terkait, keterangan saksi).
7) Melakukan Investigasi insiden
Setelah terbentuk tim investigasi selanjutnya adalah melakukan investigasi insiden. Investigasi dilakukan di tempat yang tenang. Investigasi insiden bertujuan untuk :
(56)
commit to user
a) Melakukan identifikasi penyebab langsung
Dalam pelaksanaan invstigasi insiden senantiasa mengidentifikasi adanya penyebab langsung dari suatu insiden. Penyebab langsung terjadinya suatu insiden adalah sebagai berikut :
(1)Tindakan tidak aman
Tindakan tidak aman merupakan suatu tindakan yang berbahaya yang tidak sesuai dengan prosedur keselamatan yang dapat menyebabkan terjadinya insiden.
(2)Kondisi tidak aman
Kondisi tidak aman merupakan semua kondisi yang membahayakan keselamatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang dapat menyeabkan terjadinya suatu insiden. Penetapan penyebab langsung dari suatu insiden didasarkan pada hasil investigasi kepada korban/pelaku dan saksi-saksi. b) Menetukan penyebab dasar/ penyebab tidak langsung
Suatu insiden selalu mempunyai penyebab tidak langsung yaitu terdiri dari :
1) Faktor pribadi
Faktor pribadi disini merupakan suatu penyebab yang tidak langsung yang berasal dari diri pribadi pelaku ataupun korban.
(57)
commit to user
2) Faktor pekerjaan
Pekerjaan sering sekali menjadi faktor terjadinya suatu insiden. Hal tersebut dapat terjadi jika antara tuntutan pekerjaan untuk lebih produktif tidak sejalan dengan K3LH.
8) Menetukan akar penyebab terjadinya insiden
Seetelah dapat diketahui penyebab langsung dan penyebab tidak langsung dari suatu insiden maka dapat ditentukan akar penyebab terjadinya suatu insiden.
9) Menentukan rencana tindakan perbaikan
Rencana tindakan perbaikan atas akar masalah yang terjadi harus dilengkapi dengan due date (batas waktu) dan penanggung jawab pelaksanaan.
10) Membuat laporan insiden
Laporan insiden yang dibuat harus lengkap dengan hasil investigasi yang telah dilakukan. Laporan insiden di PT. Bukit makmur Mandiri Utama job site Lati dibuat dalam dua versi yaitu :
a) Dalam formB’Safe untuk dikirim sebagai laporan ke Head office PT. Bukit Makmur Mandiri Utama.
b) Dalam form B’Gems untuk dikirim sebagai laporan ke owner yaitu PT. Berau Coal.
11) Melaksanakan tindakan perbaikan
Semua rencana tindakan perbaikan yang sudah direncanakan harus dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari investigasi insiden.
(58)
commit to user
12) Verifikasi pelaksanaan tindakan perbaikan
Setiap tindakan perbaikan yang dilakukan selanjutnya diverifikasi untuk mengetahui seberapa jauh tindakan perbaikan yang dilakukan. Dari setiap insiden atuapun near miss yang terjadi di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati sebagian besar dilaporkan lansung dan dilanjutkan dengan investigasi insiden. Namun ada juga beberapa insiden ataupun near miss yang tidak dilaporkan, hal tersebut biasanya terjadi pada unit yang dioperasikan oleh operator shift malam dan baru diketahui oleh operator shift pagi pada saat melakukan P2H (Pemeriksaan Perawatan Harian). Untuk pelaporan insiden ke owner dalam hal ini adalah PT. Berau Coal ataupun kepada Kepala teknik tambang selalu dilakukan tidak lebih dari 1x24 jam.
3. Analisa Insiden
a. Berdasarkan waktu kejadian
Gambar 4. Grafik analisa insiden berdasarkan waktu kejadian Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
0% 3% 0% 3% 3% 9% 3% 3% 0% 6% 3% 3% 3% 9% 11% 0% 9% 9% 0% 0% 3% 3% 9% 11%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%
00:01 - 01:00 02:01 - 03:00 04:01 - 05:00 06:01 - 07:00 08:01 - 09:00 10:01 - 11:00 12:01 - 13:00 14:01 - 15:00 16:01 - 17:00 18:01 - 19:00 20:01 - 21:00 22:01 - 23:00
(59)
commit to user
Berdasrkan analisa insiden berdasarkan waktu kejadian sesuai dengan dapat diketahui bahwa insiden sering terjadi pada jam-jam sebagai berikut :
1) 14:01 - 15:00 sebanyak 11 % 2) 23:01 - 24:00 sebanyak 11 %
Pada jam 14:01 - 15:00 dan jam 23:01 - 24:00 merupakan jam-jam rawan yang seringkali terjadi insiden. Pada jam-jam tersebut juga merupakan saat pergantian shift. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya insiden pada jam-jam tersebut antara lain :
1) Sudah kurangnya konsentrasi pekerja 2) Kelelahan pekerja
3) Pekerja mengantuk
4) Keinginan untuk cepat pulang, sehingga pekerja terburu-buru dan akhirnya tidak fokus dalam bekerja
b. Berdasarkan umur
Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
9%
35% 9%
12% 12% 12% 9% 3%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
<20 26 - 30 36 - 40 46 - 50
(60)
commit to user
Berdasrkan analisa insiden berdasrkan umur dapat diketahui bahwa umur 21-25 tahun merupakan usia penyumbang insiden sejumlah 35 %. Pada usia tersebut merupakan usia dimana emosi masih belum bisa dikendalikan dengan baik. Selain emosi yang belum bisa dikendalikan juga masih kurangnya pengalaman dalam bekerja serta kurangnya pemahaman akan prosedur kerja.
c. Berasarkan tempat insiden
Gambar 6. Grafik analisa insiden berdasarkan tempat insiden Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
34% 6% 9% 3% 9% 17% 14% 0% 0% 0% 3% 0% 6% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
OB Loading Area Coal Loading Area OB Dumping Area Coal Dumping Area / Stock pile OB Hauling Road Coal Hauling Road Area Lain di Tambang Workshop Fabrikasi Workshop A2B Workshop Sarana Workshop Tyre Yard Workshop Area Lain di Workshop Area Gudang Fuel Station / Storage Office Mess Gudang Handak Di Luar Tambang Area Lain
(61)
commit to user
Dari analisa insiden berdasarkan tempat kejadian dapat diketahui bahwa tempat yang sering terjadi insiden adalah di OB loading area sebanyak 34 % dan di Coal Hauling Road sebantak 17 %.
Hal-hal yang menyebabkan insiden di OB loading area adalah : 1) Kondisi OB loading area yang tidak selalu rata
2) Kondisi OB loading area yang licin dikarenakan sehabis hujan 3) Kadang lembek (lumpur)
4) Pergerakan dari alat loader dan hauler yang sulit untuk diduga 5) Adanya material boulder
Hal-hal yang seringkali menyebabkan insiden di Coal hauling road yaitu :
1) Kondisi jalan yang banyak berlubang 2) Licin
3) Blin spot
4) Penyempitan jalan
5) Pelanggaran rambu-rambu 6) Over speed
(62)
commit to user
d. Berdasrkan alat yang terlibat
Dari analisa insiden berdasarkan alat yang terlibat dapat diketahui bahwa alat yang sering mengalami insiden adalah On Highway Dump Truck (DTMB)sebanyak 15 % dan Off Highway Rear Dump HD(HDKM) sebesar 18 %.
Hal-hal yang menyebabkan insiden pada On Highway Dump Truck (DTMB) dan Off Highway Rear Dump HD(HDKM) antara lain : 1) Service unit yang tidak sesuai dengan schedule
Gambar 7. Grafik analisa insiden berdasarkan alat yang terlibat Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
6% 6% 6% 0% 0% 15% 0% 9% 18% 3% 0% 0% 0% 0% 3% 6% 0% 6% 0% 9% 0% 0% 0% 3% 0% 3% 0% 9%
0% 5% 10% 15% 20%
Small Excavator Big Excavator Wheel Loader Off Highway Rear Dump Off Highway Rear Dump HD Heavy Water Truck Small Truck Trailler & Prime mover Wheel Dozer Drilling Machine Crane Truck Forklift Low Bed Vibration Roller
(63)
commit to user
2) Pemakaian spare part yang tidak original 3) Overload
e. Berdasarkan masa kerja pada jabatan terakhir
Dari analisa insiden berdasarkan masa kerja pada jabatan terakhir dapat diketahui bahwa masa kerja < 1 bulan dan > 5 tahun masing 21 % dan 29 % merupakan masa kerja yang sering mengalami insiden.
Pada masa kerja < 1 bulan insiden terjadi dikarenakan oleh : 1) Kurangnya pengalaman dalam bekerja
2) Masih belum paham akan prosedur kerja
3) Belum familiar dengan lingkungan tempat kerja
Pada masa kerja >5 tahun insiden terjadi dikarenakan oleh : 1) Sudah jenuh dengan pekerjaan yang setiap hari dilakukan 2) Tidak mematuhi prosedur karena merasa sudah pengalaman Gambar 8. Grafik analisa insiden berdasarkan masa kerja Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
21% 9%
9% 9% 9% 6% 3%
6% 0%
29%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
< 1 bulan 4 - 6 bulan 1 - 1.5 tahun 2 - 3 tahun 4 - 5 tahun
MASA KERJA PADA JABATAN
TERAKHIR
(64)
commit to user
f. Berdasasrkan section
Dari hasil analisa insiden bersarkan section dapat diketahui bahwa se ction produksi/oprasional merupakan section yang paling sering mengalami insiden yaitu sebanyak 74%.
Hal-hal yang sering kali menyebabkan insiden di section produksi antara lain :
1) Area kerja yang langsung di tambang dan banyak potensi bahaya 2) Adanya tuntutan target produksi perusahaan
3) Kurangnya pengawas bila dibandingkan luas area tambang dan banyaknya pekerja yang diawasi
Gambar 9. Grafik analisa insiden berdasarkan section Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
74% 0%
0% 9% 0%
3% 0% 0% 0% 0% 0%
6% 9%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
PROs / OPRA ENGs / ENG PLTs 2 PGAs / HRGA CCFs SHEs / SHE Tamu / Sub-kont
(65)
commit to user
g. Berdasrkan penyebab dasar teridentifikasi
Dari analisa insiden berdasarkan penyebab dasar teridentifikasi dapat diketahui bahwa ada 3 hal yang sering kali menjadi penyebab terjadinya insiden. Kurang pengetahuan/ keterampilan menyumbang 20 %, motivasi salah menyumbang 20 %, kepemimpinan/ supervisi tidak memadai ada 15 %.
Gambar 10. Grafik analisa insiden berdasarkan penyebab dasar Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
10% 20% 1% 20% 4% 15% 4% 0% 3% 7% 11% 4%
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Ketidakmampuan fisik/ mental Kurang pengetahuan/ keterampilan Stress fisik/ psikologi Motivasi salah Penyebab lain (Prosedur kerja) Kepemimpinan/ supervisi tidak
memadai
Engineering/ desain tidak memadai Pembelian tidak memadai Pemeliharaan tidak memadai Perkakas/ peralatan/ material/ fasilitas
tidak memadai
Standar kerja tidak memadai Penyalahgunaan/ pemaksaan peralatan
(66)
commit to user
Kurangnya pengetahuan/ketrampilan disebabkan oleh :
1) Singkatnya training untuk operator/pekerja yang masuk dengan status experience
2) Tidak adanya training berkala sesuai pekerjaan untuk merefresh pekerja
Motivasi yang salah disebabkan oleh :
1) Adanya keiniginan untuk segera meneyelesaikan pekerjaan 2) Ketidaktahuan akan prosedur
Kepemimpinan/ supervisi tidak memadai disebabkan oleh :
1) Jumlah pekerja dan luas area yang diawasi tidak sesuai dengan jumlah pengawas yang ada
2) Kurangnya partisipasi pengawas dalam upaya penerapan K3LH Analisa insiden yang dilakukan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati dilaksanakan untuk mengetahui akar masalah terjadinya insiden. Selain itu investigasi insiden merupakan upaya pelaksanaan prosedur yaitu BMS SHE No. Dokumen : SHE/09/004/SOP. Analisa insiden ini dibuat dalam jangka waktu bulanan, tiga bulanan sebagai upaya tertib administrasi dan dokumentasi.
4. Tindakan Perbaikan insiden
Dari adanya insiden yang terjadi maka haruslah dilakukan tindakan perbaikan sebagai upaya pengendalian insiden.Dari setiap invsetigasi insiden yang dilakukan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati senantiasa membuat tindakan perbaikan dari insiden yang terjadi.
(67)
commit to user
Tindakan perbaikan insiden tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Safety recall
Safety rcall merupakan suatu upaya pemberian informasi kepada semua pekerja mengenai insiden yang sedang terjadi. Biasanya dilakukan langsung setelah terjadinya suatu insiden dengan mengumpulkan pekerja.
b. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan pemberian informasi kepada semua karyawan/pekerja mengenai suatu insiden. Sosialisasi biasanya dapat melalui safety talk, induksi, bulletin dan harus disertai dengan adanya bukti sosialisasi berupa tanda tangan absensi para pekerja yang telah mengikuti sosialisasi dan juga bukti foto.
c. Perbaikan alat/perkakas/material/lokasi kerja
Merupakan perbaikan terhadap alat/perkakas/material/lokasi kerja yang terlibat terjadinya suatu insiden.
d. Refresh pekerja
Merupakan penyegaran pekerja mengenai cara bekerja yang baik dan aman. Refresh ini dilaksanakan dengan memberikan kembali cara bekerja yang baik yang dilaksanakan di Departemen Training Center (TC), serta memberikan pembinaan mengenai cara bekerja yang aman dan selamat di Departemen SHE.
(68)
commit to user
e. Sanksi administrasi
Sanksi ini diberikan sesuai tingkat pelanggaran dan seberapa parah insiden yang terjadi.
f. Review alat/perkakas/material/lokasi kerja
Merupan peninjauan kembali terhadap kelayakan alat/perkakas/material/lokasi kerja yang menjadi penyebab terjadinya suatu insiden.
g. Pengawasan
Pengawasan dilakuakan terhadap suatu pekerjaan atau lokasi yang menjadi sebab terjadinya insiden yang sebelumnya belum dilakukan pengawasan.
h. Aturan baru
Merupakan aturan tang dibuat untuk mencegah terjadinya insiden sama terulang kembali. Adanya aturan baru didasarkan pada akar penyebab terjadinya suatu insiden.
Semua tindakan perbaikan yang ada haruslah dilaksanakan sebagai upaya mengendalikan adanya insiden. Namun demikian tindakan perbaiakan yang dilaksankan sesuai due date serta dilengkapi dengan eviden (bukti) dari keseluruhan tindakan perbaikan ada 34%. Sedangkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan tidak sesuai due date/belum dilakukan/dilakukan tanpa adanya eviden ada 66% .
(69)
commit to user
5. Tindakan pencegahan
Adanya insiden tentu saja merupakan suatu ancaman dari keberlangsungan produksi suatu perusahaan.Oleh sebab itu PT. Bukit Makmur Mandiri Utama berusaha mencegah terjadinya suatu insiden dengan melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dilakukan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Hasil dari tinjauan manajemen b. Hasil dari analisis data
c. Hasil dari self assessment seperti : 1) Green card
2) Laporan insiden
3) Inspeksi Umum Terencana 4) Observasi Umum Terencana d. Hasil dari tindakan perbaikan
Tindakan pencegahan yang sudah dilaksankan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati dalam pengendalian insiden diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Prosedur kerja
Prosedur kerja terdiri dari ; 1) JSA
2) IBPR
3) Surat Ijin Bekerja 4) SOP dan STD
(1)
commit to user
77 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati mengenai implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS 18001:2007, serta aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaiakan dan pencegahan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH) PT. Bukit Makmur Mandir Utama mengadopsi OHSAS 18001:2007. Pemenuhan klausul 4.5.3 “ investigasi Insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan” di PT. Bukit Makmur Mandiri utama job site Lati adalah sebagai berikut :
a. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati telah memiliki Prosedur pelaporan dan investigasi insiden yang telah sesuai dengan Klausul
4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007
b. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site lati telah memiliki prosedur ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah sesuai
dengan Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan
pencegahan” OHSAS 18001:2007
2. Pelaksanaan investigasi insiden dan ketidak sesuaian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati adalah sebagai berikut :
(2)
commit to user
a. Pelaporan dan investigasi insiden
Dalam pelaksanaan pelaporan dan ionvestigasi insiden dan ketidaksesuaian PT. Bukit Makmur Mandiri Utama telah sesuai dengan Permenaker No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan pasal 2 ayat 1. Dan juga PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site lati telah menerapkan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 pasal 42 ayat 1 tentang penyelidikan kecelakaan tambang. Serta telah sesuai dengan OHSAS
18001:2007 klausul 4.5.3 “ investigasi Insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan”. Namun masih ada beberapa
insiden yang tidak langsung dilaporkan kepada pengawas. b. Analisa Insiden
Dalam pelaksanaan investigasi insiden PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati telah menerapakan Permenakaer No. PER.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan pasal 6 ayat 2 dan telah sesuai dengan OHSAS
18001:2007 klausul 4.5.3 “ investigasi Insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan”.
c. Tindakan perbaikan insiden
Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan insiden belum semua tindakan perbaikan dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan sehingga belum sepenuhnya sesuai dengan Permenaker No. PER. 05/MEN/1996 Lampiran II tentang Pedoman
(3)
commit to user
Teknis Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. Lampiran 8.3.3 dan No. Lampiran 8.3.4. Serta belum sepenuhnya sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 “ investigasi Insiden,
ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan”.
d. Tindakan pencegahan insiden
Dari Tindakan pencegahan yang dilakukan masih terdapat kurangnya partisipasi pengawas dalam pelaksanaan trining K3LH, IUT, dan OTT. Kurangnya komitmen,konsistensi,dan partisispasi pengawas menjadi salah satu faktor banyaknya insiden yang terjadi dan dengan sebab yang sama. Sehingga belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor : 555.K/26/M.PE/1995 pasal 12 tentang kewajiban pengawas operasional. Serta belum sepenuhnya sesuai dengan OHSAS
18001:2007 klausul 4.5.3 “ investigasi Insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan”.
1. Tingkat implementasi klausul 4.5.3 ”incident invetigation ,non conformity, correction action and preventive action” OHSAS 18001: 2007 di PT. Bukit Makmur Mnadiri Utama job site Lati adalah 80 %.
B. Saran
1. Sebaiknya perlu diberikan sanksi berupa surat peringatan atau pencabutan simper bagi operator atau pekerja yang tidak langsung melaporkan adanya insiden kepada pengawas.
(4)
commit to user
2. Sebaiknya perlu ditingakatkan komitmen, konsistensi, dan partisipasi dari pengawas dan dari pihak manajemen perusahaan dalam partisipasi K3LH dalam upaya tindakan perbaikan dan pencegahan insiden.
3. Sebaiknya dibuatkan prosedur yang mengatur pemilihan operator yang akan skiil up (mengoperasikan unit yang lebih besar).
4. Sebaiknya dibuatkan prosedur kerja (IBPR/JSA/PTS) dalam bentuk buku saku sesuai dengan pekerjaan yang diberikan kepada masing-masing pekerja.
5. Sebaiknya khusus di area tambang perlu penambahan alat support tambang untuk memperlancar jalannya proses produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Sebaiknya perlu adanya jalur radio khusus untuk emergency, yang merupakan jalur yang diutamakan jika terjadi keadaan darurat.
7. Sebaiknya khusus untuk di jalur hauling coal yang terdapat penyempitan jalan dan blind spot perlu diberi lampu rotary dan rambu sebagai peringatan serta rambu batas kecepatan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada.
8. Sebaiknya dibuat aturan tertulis berupa Memo ataupun SOP tentang siapa yang mermpunyai kewajiban pemasangan dan perawatan rambu ditambang.
(5)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertambangan dan Energi RI, 1995. Keputusan Menteri No. 555.K/26/MP/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pertambangan Umum. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi RI.
Depnker RI, 1970. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja RI.
, 1981. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja : Departemen
Tenaga Kerja RI.
, 1998. Peraturan Perundangan dan Pedoman Teknis SMK3. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja RI.
, 1998. Tata Cara Pemeriksaan dan Pelaporan Kecelakaan. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja RI.
, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen dan Keselamatan Kesehatan Kerja : Departemen Tenaga Kerja RI.
Bannett dkk, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sabdodadi.
OHSAS 18001:2007, 2007. Occupational Health and Safety Management Systems-Requirement.
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau, 2010.Standar Operasional Prosedur Pelaporan dan Penyelidikan Insiden . Berau: PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau .
, 2010.Standar Operasional Prosedur Tindakan Perbaikan dan Pencegahan . Berau: PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau .
, 2010.Standar Parameter Kelengkapan Dokumen Investigasi. Berau: PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau .
Suardi R, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Lembaga Manajemen PPM dan Penerbit PPM.
(6)
commit to user
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Manajemen dan Implikasi K3 di Tempat Kerja”. Surakarta : Harapan Press.