PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG (Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006).

(1)

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG (Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

OLEH ANDI RUSWANDI

0703944

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

(3)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..…….……i

KATA PENGANTAR………..…….…...ii

UCAPAN TERIMAKSIH………...…….iii

DAFTAR ISI……….………... v

DAPTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR………..………… viii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………...……… 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah………...…………. 5

1.3 Tujuan Penelitian……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian……… 6

1.5 Metode dan Teknik Penelitian……….. 7

1.5.1 Metodelogi Penelitian……… 7

1.5.2 Teknik Penelitian………... 8

1.6 Sistematika Penulisan………...………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..……... 11

2.1 Masyarakat Nelayan………..………...…………..… 11

2.2 Penelitian Terdahulu…………...………...…..…... 14

2.3 Kewirausahaan………...………....…… 20

BAB III METODELOGI DAN TEKNIK PENELITIAN………... 24

3.1 Metode dan Teknik Penelitian………... 24

3.2 Persiapan Penelitian... 26

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian... 26

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian... 27

3.3 Bimbingan... 28

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 28


(4)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

3.4.2 Kritik Sumber... 30

3.4.3 Interpretasi... 32

3.4.4 Historiografi... 34

3.5 Laporan Penelitian………...…... 34

BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP TAHUN 1990-2006……….. 36

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Ciracap……….. 36

4.1.1 Keadaan Geografis………... 36

4.1.2 Kondisi Umum Masyarakat Nelayan Ujung Genteng…...……. 41

4.2 Upaya Masyarakat Nelayan Ujung Genteng Dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial-Ekonomi………...…….... 60

4.2.1 Munculnya Usaha Pengolahan Ikan………...……….. 60

4.2.2 Keterlibatan Nelayan Ujung Genteng Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata Di Ujung Genteng………...… 64

4.2.3 Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Ujung Genteng……….. 67

4.3 Peranan Pemerintah……… 77

4.3.1 Tempat Pelelangan Ikan………...…78

4.3.2 Koprasi Unit Desa ………...… 81

BAB V KESIMPULAN………. 84

DAFTAR PUSTAKA………. 88 LAMPIRAN

DAFTAR NARASUMBER RIWAYAT HIDUP PENELITI


(5)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(6)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

Penelitian ini berangkat dari ketertarikan penulis untuk mengangkat/ mengkaji kehidupan masyarakat nelayan. Penulis tertarik untuk meneliti mengenai kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng. Skripsi ini berjudul: “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG (Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006)”, bertujuan untuk Mendeskripsikan kondisi masyarakat nelayan Ujung Genteng. Permasalahan utama yang penulis kaji dalam skripsi ini adalah mengenai upaya masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam hal perubahan sosial-ekonomi, penulis menggunakan metode penelitian historis.

Metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Gottchlak, 2008: 39). Dalam hal ini peneliti melakukan pengujian dan analisis terhadap sumber-sumber yang berhubungan dengan kajian yang peneliti bahas. Tahapan dalam metode historis ini terdiri dari: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penulis melakukan heuristik dengan mencari beberapa sumber yang relevan baik dari buku, dokumen-dokumen maupun dari internet. Sumber-sumber tersebut peneliti kritik dengan analisis sumber dan diberikan interpretasi. Setelah itu penulis menuliskannya dalam hasil kajian penulis pada tahap historiografi.

Hasil kajian penulis pada tahap historiografi menunjukkan bahwa nelayan merupakan profesi seseorang yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam melangsungkan eksistensi hidupnya. Sebaliknya gelora nuansa laut memberikan karakter tersendiri terhadap individu yang menyelami riak gelombang di dalamnya secara total. Fenomena ini memberikan ciri kepribadian nelayan dengan penggambaran karakter yang keras, dari pendirian, kata-kata, jasmani ataupun disiplin-sekeras kehidupan di lautan lepas. Antara bakul dengan nelayan buruh saling membutuhkan. Bakul adalah orang yang mempunyai perahu sekaligus membeli dan menampung hasil tangkapan ikan nelayan Ujung Genteng. Secara umum di Ujung Genteng bakul di bagi menjadi tiga, bakul besar, bakul sedang, dan bakul kecil nelayan buruh Ujung Genteng di bisa lepas dari bakul. Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran. di Ujung Genteng tujuan dari Pengertian Tempat Pelelangan Ikan yakni tempat para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan di mana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat Tempat Pelelangan Ikan hal ini tidak terjadi di Ujung Genteng karena di Ujung Genteng memiliki sistem sendiri dimana hasil tangkapan nelayan langsung di jual ke bakul tampa melalui tempat pelelangan ikan.Pemerintah juga perlu mendorong sektor perbankan untuk membuka kantor kasnya di setiap Tempat Pemasaran Ikan (TPI) yang bisa mengatasi kesulitan para bakul untuk menutup tagihannya. Termasuk fungsi perbankan disini adalah menyediakan dana yang diperlukan nelayan untuk berlayar.


(7)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

This study departs from the author 's interest to lift / examine the lives of fishing communities . Authors interested in studying the life of fishing communities Edge tiles . This thesis titled : " TIDAL PEOPLE OF FISHERMEN END TILE ( A Review of Social Economy 1990-2006 ) " , aims to describe the condition of fishing

communities Edge tiles . The main problem that the authors studied in this thesis is about the efforts of fishing communities Edge Tile in socio - economic changes , the author uses the method of historical research .

The historical method is a process of testing and recording critically analyze relics of the past ( Gottchlak , 2008: 39 ) . In this case the researchers conducted the testing and analysis of sources related to the study researchers discussed . Stages in the historical method consists of : heuristics , criticism , interpretation and historiography . The author did heuristics to look for some good relevant sources of books ,

documents or from the internet . These sources researcher criticism with source analysis and interpretation given . After that, the authors write in the review authors on stage historiography .

The study authors on stage historiography shows that fishing is a profession someone so closely associated with the presence of the sea in the hold of his existence . Instead surge of sea shades give a distinctive character to the individual who observes the wave ripples in it in total . This phenomenon gives personality traits fishing with harsh depiction of the character , of the establishment , words , physical or discipline - as hard as life on the high seas . Between baskets with fishing workers need each other . Baskets are people who have bought the boat at the same time and

accommodate the catches of fishermen Edge tiles . In general, at the End of tiles is divided into three baskets , large baskets , baskets medium , and small fishing baskets Edge tiles in labor can be separated from the basket . Not all coastal areas have fish auction place ( TPI ) . This makes the fishermen are forced to sell their catch to middlemen at prices far below market price . The Edge tiles Understanding the purpose of the fish auction place where sellers and buyers make buying and selling fish through the auction in which the sales process the fish is done in public by means of multilevel deals Fish Auction Place this does not happen at the End of tiles as in Edge tiles have own system where fishermen catch directly sold to the basket tampa through auctions ikan.Pemerintah also need to encourage the banking sector to open the cash office at any place Fish Marketing ( TPI ) which can overcome the

difficulties of the basket to cover the bill . Including banking function here is to provide the necessary funds fishermen to sail .


(8)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ujung Genteng adalah daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Lokasi Pantai Ujung Genteng berada di wilayah Pantai Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 220 km dari Jakarta dan 230 km dari Kota Bandung, serta 120 km dari kota Sukabumi.

Nama Ujung Genteng berasal dari Ujung Gunting. Penamaan ini didasarkan pada posisi Ujung Genteng yang berada di ujung salah satu sudut pulau di Jawa Barat yang berbentuk gunting. Bagian ujung gunting bawah disebut Ujung Genteng, sedangkan bagian ujung gunting atas berada di Ujung Kulon. Pekerjaan sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan petani. Kawasan Ujung Genteng kondang sebagai tempat wisata sejak 20 tahun silam sudah banyak orang berdatangan ke Ujung Genteng. Namun, baru sekitar tahun 1990-an pantai pasir putih ini dikenal wisatawan dari kota-kota besar, bahkan sampai mancanegara. Keadaan laut yang memadai untuk berselancar menarik peselancar dari berbagai penjuru dunia ada juga lokasi di mana bisa berselancar di atas ombak yang cukup menantang yang terkenal dengan sebutan ”ombak tujuh”. Lokasi ini merupakan kawasan favorit bagi wisatawan mancanegara untuk olah raga selancar. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar. Karena itu, belakangan ini banyak orang dari luar daerah hijrah ke Ujung Genteng, membentuk perkampungan, vila, pondok penginapan, losmen, warung makan, dan tempat berbagai perasarana pariwisata lain pun kemudian menjamur. Yang tadinya bekerja sebagai nelayan kemudian beralih pekerjaan di sektor jasa sebagai pelayan atau penunggu kamar di vila-vila milik pendatang itu. (http://www. indonesia.travokel


(9)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

/id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

Setelah kawasan Ujung Genteng dikenal luas sebagai tempat pariwisata banyak wisatawan yang berdatangan ke Ujung Genteng mulai dari wisatawan lokal sampai mancan negara, banyak nya wisatawan yang berdatangan ke Ujung Genteng membuka peluang usaha bagi penduduk setempat menyediakan pasilitas yang di butuhkan oleh para wisatawan, mulai dari penginapan, rumah istirahat, warung makan, toko dan tempat hiburan. Lama kelamaan warung makan, tempat hiburan, dan tempat peristirahatan tumbuh berkembang. Untuk memikat wisatawan kemudia menimbulkan persaingan diantara para pengusaha, awalnya persaingan hanya sebatas barang yang di jual biasa saja lama kelamaan persaingan itu ke hal yang kurang baik seperti warung dilengkapi dengan hiburan musik bahkan sampai menyediakan minunan beralkohol dan tidak sedikit untuk menarik perhatian parawisatawan tiap warung memakai jasa pelayan wanita yang masih muda dan berpenampilan menarik.

Sebagai suatu kesatuan sosial masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir, masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Walaupun demikian, di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas kebudayaan masyarakat pesisir secara keseluruhan (Ginkel, 2007). Baik nelayan, petambak, maupun pembudidaya perairan merupakan kelompok-kelompok sosial yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan. Memahami konstruksi masyarakat nelayan dengan mengacu pada konteks pemikiran di atas, yaitu suatu konstruksi masyarakat yang kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi kelompok-kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir. Dengan memperhatikan struktur sumber daya ekonomi lingkungan yang menjadi basis kelangsungan hidup


(10)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sebagai satuan sosial, masyarakat nelayan memiliki identitas kebudayaan yang berbeda dengan satuan-satuan sosial lainnya, seperti petani di dataran rendah, peladang di lahan kering dan dataran tinggi, kelompok masyarakat di sekitar hutan, dan satuan sosial lainnya yang hidup di daerah perkotaan.

Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi pola-pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Keesing, 1989:68-69). Setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial (Kluckhon, 1984:85, 91).

Masyarakat nelayan yang mendiami pesisir lebih dari 22 persen dari seluruh penduduk Indonesia justru berada di bawah garis kemiskinan dan selama ini menjadi golongan yang paling terpinggirkan karena kebijakan dalam pembangunan yang lebih mengarah kepada daratan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin di indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen % di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Di sisi lain pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan pesisir selalu beriringan dengan kerusakan lingkungan dan habitat seperti terumbu karang dan hutan mangrove, dan hampir semua eksosistim pesisir Indonesia terancam kelestariannya. Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan. Budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan kehidupan masyarakat nelayan menjadi sulit.


(11)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Musim pada saat gelombang tinggi yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran kemiskinan setiap tahunnya. Masyarakat nelayan umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.

(http://sanibo.wordpress.com/2012/07/07/kemiskinan-pada-masyarakat-nelayan-di-indonesia/) [diakses tanggal 07 November 2012].

Kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Menurut Bapak Duduk “cuaca pada saat tidak memungkinkan untuk pergi melaut seperti, gelombang tinggi yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan membuat masyarakat nelayan Ujung Genteng sulit untuk merubah kehidupan perekonomian ke arah yang baik”. Masyarakat nelayan Ujung Genteng umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern masih banyak nelayan yang menggunakan perahu kecil dan alat tangkap ikan yang sederhana untuk melaut, hanya beberapa yang mempunyai perahu besar. kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah karena masih menggunakan perahu kecil dan alat tangkap ikan yang sederhana untuk melaut. Tingkat pendidikan masyarakat nelayan Ujung Genteng berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami proses pembusukan karena tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut


(12)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.

Di Ujung genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan di mana sekitar tahun 1997 pemerintah mengalokasikan bantuan berupa kemudah memperoleh perahu yang terbuat dari fiber. Yang awal mulanya menggunakan perahu kayu kemudian bermesin yang sangat sederhana bahkan masih banyak yang tidak memakai mesin. Pada tahun 1997 pemerintah menggelakan, tujuan nya untuk meningkatkan hasil penangkan ikan nelayan yang memang pada sekitar tahun 1990-an ik1990-an di Ujung Genteng s1990-angat melimpah. Maka pada tahun 1997 pemerintah mengalangkan penggunakan perahu fiber yang dimana perawatanya lebih mudah dan punya keunggulan kecepatan selain itu menggunakan mesin tempel supaya penangkapan ikan nelayan makin melimpah. Dikarenakan pada tahun itu merupakan awal dimana hasil tangkan ikan nelayan mulai di Ekspor keluar Negeri dengan adanya hal tersebut masyarakat sangat terbantu dimana hasil tangkapan nelayan yang melimpah tidak akan lagi kesulitan untuk menjual karena seberapa banyak hasil tangkapan nelayan akan siap menampung yang kemudian masyarakat nelayan ujung genteng bisa memajukan kehidupan.

Perspektif antropologis untuk memahami eksistensi suatu masyarakat bertitik tolak dan berorientasi pada hasil hubungan dialektika antara manusia, lingkungan, dan kebudayaannya. Karena itu, dalam beragam lingkungan yang melingkupi kehidupan manusia, satuan sosial yang terbentuk melalui proses demikian akan menampilkan karakteristik budaya yang berbeda-beda. Berdasarkan beberapa latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan di atas, maka peneliti bermaksud mengangkat hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006 )”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pokok – pokok pemikiran di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan


(13)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pokohnya adalah “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN

UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 –2006 )”.

Dalam hal ini untuk membatasi kajian penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis membuat rumusan masalah serta beberapa pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng di akhir tahun 1990-an?

2. Bagaimana kontribusi warga pendatang terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan Ujung Genteng ?

3. Bagaimana peranan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah Ujung Genteng?

4. Bagaimana upaya masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam upaya meningkatkam kehidupan yang lebih baik?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penulisan ini antara lain untuk:

1. Mendeskripsikan kondisi masyarakat nelayan Ujung Genteng sebelum datangnya warga pendatang.

2. Menjelaskan bagaimana kontribusi marga pendatang terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan Ujung Genteng

3. Menjelaskan bagaimana peranan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di daerah Ujung Genteng.

4. Mendeskripsikan bagaimana upaya masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam upaya meningkatkam kehidupan yang lebih baik.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang di harapkan setelah adanya penelitian yang di peroleh penulis adalah sebagai berikut:


(14)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng dalam tinjauan sosial ekonomi pada tahun 1990 – 2006. 3. Di harapkan berguna terhadap sumbangan pemikiran bagi masyarakat nelayan

Ujung Genteng dalam perubahan kehidupan sosial ekonomi ke kehidupan yang lebih baik.

1.5 Metodologi dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metodelogi Penelitian

Penelitian merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas masalah yang dihadapi. Dalam melakukan sebuah penelitian kita memerlukan sebuah metode agar penelitian menjadi lebih mudah dan terarah. Menurut Sjamsuddin (2007: 13) “ Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis. Metode historis atau metode sejarah menurut Ismaun (2005:28) adalah “Proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.”

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50),

1. Heuristik, yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan diangkat oleh penulis. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literature dan penelitian dilapangan sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis dan sumber lisan.

2. Kritik, yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber-sumber.


(15)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Interpretasi, yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian.

4. Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Menurut Ismaun (2005:28) “Historiografi adalah usaha untuk mensistesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah.

1.5.2 Teknik Penelitian

Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian, kemudian menggunakan studi wawancara, yaitu metode memperoleh data yang diperlukan mengenai permasalahan dalam penelitian dengan melakukan proses tanya jawab terhadap narasumber yang menjadi saksi mata dan mengalami langsung kejadian atau peristiwa pada waktu itu, dan menggunakan studi dokumentasi, yaitu studi yang dilakukan terhadap sumber-sumber gambar. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan sumber-sumber berupa foto-foto guna memperlihatkan kondisi nyata dari tempat penelitian yang di lakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar belakang penulisan yang menjadi alasan peneliti sehingga merasa tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan dan


(16)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penelitian, dan sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis menjelaskan secara terperinci mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan penelitian dan dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai perubahan sosial-budaya pada masyarakat nelayan.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis melalui penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dalam bab ini berupa hasil penelitian yang diuraikan dalam bentuk uraian deskriptif yang bertujuan agar semua keterangan yang diperoleh dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Dalam bab ini juga ditemukan jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah. Yaitu dijelaskan tentang pengertian dan tema-tema pembahasanya tentang kajian masyarakat nelayan ujung genteng dan yang menjadi dasar perubahan pada


(17)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat nelayan dalam perspektip sosial-ekonomi serta tantangan perubahan kehidupan masyarakat nelayan Ujung Genteng.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam batasan masalah.


(18)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat, yaitu “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006 )”. adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau Gosttchlak (2008: 39). Di dalamnya termasuk metode menggali sumber, memberikan penilaian, mengartikan, serta menafsirkan fakta-fakta masa lampau untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan mengenai peristiwa tersebut.

3.1 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas masalah yang dihadapi. Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan sebuah metode agar penelitian menjadi lebih mudah dan terarah. Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti Helius Sjamsuddin (2007: 13). Sedangkan metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau Gottchlak (2008: 39). Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, sehingga berdasarkan kedua pengertian tersebut maka metode historis adalah seperangkat cara, aturan atau prosedur yang sistematis untuk memecahkan suatu permasalahan sejarah berdasarkan rekaman dan peninggalan masa lampau yang telah diuji kebenarannya secara kritis.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).

a. Heuristik, yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan diangkat oleh penulis. Cara yang dilakukan adalah mencari dan


(19)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengumpulkan sumber, buku-buku, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Kuntowijoyo (2003:95) mengatakan bahwa sumber sejarah disebut juga data sejarah. Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber yang dibutuhkan.

b. Kritik, yaitu memilah dan memilih keaslian sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber-sumber. Pada tahap ini, penulis melakukan kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Khusus mengenai buku, penulis akan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Sjamsuddin (2007: 111), kritik intern lebih menekankan pada isi dari sumber sejarah. Sejarawan harus memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu dapat diandalkan atau tidak. Kritik yang dilakukan oleh penulis ialah dengan cara melihat isi buku kemudian membandingkan dengan buku-buku yang lain. Jika terdapat perbedaan isi dalam sebuah buku, maka penulis melihat buku dari buku lain yang menggunakan referensi-referensi yang dapat diandalkan. Buku yang dijadikan buku utama oleh penulis antara lain Mulyono, Loekman Soetriesno, dan Michelin Dove Nelayan dan Kemiskinan: Study Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Kusnadi (2000) Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. c. Interpretasi, yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta

yang terkumpul dari sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai pasang surut kehidupan nelayan masyarakat nelayan Ujung Genteng (suatu tinjauan sosial-ekonomi tahun 1990-2006). Proses interpretasi tersebut diharapkan mampu menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan.


(20)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Menurut Ismaun (2005: 28) “Historiografi adalah usaha untuk mensistesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Tulisan tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung Genteng ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006 ).

Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan proposal skripsi ini, penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian. 3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Skripsi yang berjudul “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 –2006 )”. ini merupakan suatu kajian sejarah intelektual dan tidak terlepas pula dari kajian sejarah perkembangan sosial-ekonomi. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan peneliti terhadap mata kuliah Sejarah perekonomian dan Sejarah lokal yang merupakan salah satu mata kuliah favorit peneliti. Sehingga dari ketertarikan tersebut penulis berniat untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah sosial-ekonomi.

Terlepas dari ketertarikan pada kedua mata kuliah tersebut, ketika peneliti sedang mencari-cari judul penelitian untuk mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah, ada


(21)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang teman yang menyarankan untuk menulis mengenai sejarah lokal daerah sendiri yakni tentang Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung Genteng. Penulis semakin tertarik karena jarang sekali peneliti lain yang menulis tentang Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung Genteng. Ide tersebut peneliti tuangkan dalam sebuah proposal penelitian dan peneliti melakukan konsultasi dengan sekretaris TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) ternyata penelitian tentang Pasang Surut Kehidupan Masyarakat Nelayan Ujung Genteng dilingkungan Jurusan pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, belum pernah ada yang menulis, sehingga proposal skripsi ini diseminarkan untuk penelitian. Setelah peneliti memperbaiki proposal tersebut dan mengajukannya ke TPPS, maka pada tanggal 24 Oktober 2012 peneliti mempresentasikannya dalam Seminar Skripsi.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar dalam suatu penelitian. Rancangan penelitian ini disusun sejak peneliti mengikuti mata kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada semester 6. Dan pada saat itu, rancangan ini masih berbentuk tugas namun mengenai proposal penelitian sejarah.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa proposal tersebut kemudian diajukan kepada TPPS untuk dapat diikutsertakan dalam Seminar Skripsi dengan judul “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006 )”. Adapun rancangan penelitian ini mencakup judul penelitian, latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penelitian dan daftar pustaka.

Dalam seminar proposal skripsi yang berlangsung pada tanggal 24 Oktober 2012, peneliti memperoleh banyak masukan baik dari calon dosen pembimbing maupun dosen lainnya yang hadir pada saat itu. Ibu Dra. Murdiyah Winarti, M. Hum selaku pembimbing I memberi masukan akan isi dari latar belakang masalah, bahwa dilatar belakang masalah harus di jelaskan secara umum terlebih dahulu kemudian Bapak Drs. Syarif Moeis selaku pembimbing II memberi masukan sama seperti


(22)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai latar belakang penelitian, agar penelitian skripsi ini lebih jelas akan ketertarikan judul skripsi yang di seminarkan. Sedangkan dosen-dosen yang lainnya menyarankan untuk memperbaiki apa yang disarankan tersebut, maka proposal ini diterima TPPS dan lolos untuk dijadikan penelitian skripsi.

Beberapa hari setelah Seminar Skripsi dilakukan, peneliti mengajukan kembali proposal yang telah direvisi kepada TPPS untuk mendapatkan SK (Surat Keputusan). Kemudian panitia TPPS memberikan SK penunjukkan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dengan nomor 070/TPPS/JPS/PEM/2012. 3.3 Bimbingan

Proses bimbingan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam penyusunan laporan penelitian ini. Dengan melakukan bimbingan, peneliti akan mendapatkan masukan-masukan dari Pembimbing I dan Pembimbing II yang akan membantu dalam proses penelitian. Dalam penyusunan penelitian ini peneliti dibimbing oleh Ibu Dra. Murdiyah Winarti, M. Hum selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Syarif Moeis selaku Pembimbing II. Proses bimbingan ini dilakukan oleh peneliti dua kali dalam satu bulan. Setiap hasil penelitian yang peneliti dapatkan dilaporkan kepada pembimbing untuk dikonsultasikan agar peneliti lebih memahami, dan mendapat petunjuk untuk menghadapi segala kendala yang ditemukan dalam penyusunan penelitian ini.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah peneliti merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut.

3.4.1 Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan (Dudung Abdurahman, 2007: 64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Helius Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk


(23)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti.

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan peneliti sudah dimulai kurang lebih sejak bulan Oktober 2012. Karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini berawal dari bimbingan proposal skripsi dengan Drs. Syarif Moeis, sehingga sejak saat itu peneliti telah mencari sumber-sumber yang berhubungan dengan Kehidupan Masyarakat Nelayan. Dalam pencarian sumber-sumber ini, peneliti mendatangi berbagai Toko Buku yang ada di Bandung seperti Toko Buku Palasari, Toko Buku Toga Mas, Rumah Buku, Toko Buku di Jalan Dewi Sartika, Toko Buku Gramedia dan lain-lain.

Selain mencari diberbagai Toko Buku tersebut, peneliti pun mengunjungi perpustakaan seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Dari berbagai toko buku dan perpustakaan, peneliti mendapatkan bermacam-macam sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji yaitu mengenai Kehidupan Masyarakat Nelayan. Selain itu penulisa mendatangi tempat yang dijadikan penelitian yakni daerah Ujung Genteng, penulis mewawancarai tokoh masyarakat, nelayan, pedagang, dan aparatur pemerintahan. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Pada bulan November 2012 penulis mendapatkan buku Nelayan dan Kemiskinan: Study Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai diterbitkan untuk Yayasan Agro Ekonomi dengan Penerbit CV. Rajawal. Buku ini merupakan hasil dari penelitian yang ditulis oleh Mulyono, Loekman Soetriesno, dan Michelin Dove.

2. Pada bulan Desember 2012 penulis mengunjungi daerah Ujung Genteng penulis mewawancarai Bapak Duduk usia 80 tahun beliau tokoh masyarakat Ujung Genteng beliau juga sebagai mantan nelayan penulis menjadikan beliau sebagai sumber lisan karena beliau mengalami dan mengetahui bagai mana perkembangan di daerah Ujung Genteng impomasi itu di butuhkan oleh penulis untuk dijadikan salah satu sumber.


(24)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pada bulan Desember 2012 penulis mengunjungi lagi daerah Ujung Genteng penulis mewawancarai Bapak Sudiar Efendi beliau petugas Tempat Pelelangan Ikan Ujung Genteng penulis menjadikan beliau sebagai sumber lisan karena beliau mengalami dan mengetahui bagai mana perkembangan di daerah Ujung Genteng impomasi itu di butuhkan oleh penulis untuk dijadikan salah satu sumber.

4. Penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, dari perpustakaan ini melihat berbagai skripsi untuk menambah pemahaman pemahaman bagi penulis.

5. Kemudian penulis menemukan buku yang ditulus oleh Kusnadi yang di terbitkan oleh Humaniora Utama Press pada tahun 2000, dengan judul Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Buku ini menjelaskan tentang kehidupan dan setrategi adaptasi masyarakat nelayan, dan berbagai permasalahan yang dihadapi para nelayan teradisional dengan pendekatan antropologi-sosiologi.

3.4.2 Kritik Sumber

Langkah selanjutnya adalah penulis harus melakukan penyaringan secara kritis terhadap sumber yang telah diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber primer agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifan.

Fungsi kririk sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007: 131).

Ismaun (2005: 48) menambahkan bahwa dalam tahap inilah timbul kesulitan yang sangat besar dalam penelitian sejarah, karena kebenaran sejarah itu sendiri tidak dapat didekati secara langsung dan karena sifat sumber sejarah juga tidak lengkap


(25)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta kesulitan menemukan sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya. Sehingga agar peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dapat dibercaya, relevan dan otentik, maka peneliti harus melakukan kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber-sumber tersebut.

Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah. Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat?, dimana sumber itu dibuat?, siapa yang membuat?, dari bahan apa sumber itu dibuat? dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? (Dudung Abdurahman, 2007: 68-69).

Dalam kritik eksternal penulis melakukan perlakuan yang berbeda terhadap jenis sumber yang penulis lakukan. Penulis sangat memahami bahwa sumber yang penulis temukan merupakan sumber sekunder, karena untuk mendapatkan sumber primer berupa dokumen-dokumen wilayah Ujung Genteng penulis rasa sangat sulit. Oleh karena itu sumber yang penulis gunakan hanyalah sumber tertulis berupa buku yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat nelayan. Kritik eksternal yang dilakukan oleh penulis dalam penilitian ini adalah difokuskan untuk mengkritisi terhadap buku yang berjudul Nelayan dan Kemiskinan: Study Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai, selain dari penulis dan tahun terbit buku tersebut, kritik juga dilakukan terhadap jenis kertas yang digunakan apakah buram atau putih bersih, serta melihat cover dari dari buku tersebut apakah asli atau fotocopian.

Sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penileian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah


(26)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber. Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber ini, peneliti dalam penelitian ini berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik.

Kritik internal yang dilakukan oleh penulis salah satunya terhadap sumber sekunder yaitu buku yang ditulis oleh Simuh yang berjudul Nelayan dan Kemiskinan: Study Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai diterbitkan untuk Yayasan Agro Ekonomi dengan Penerbit CV. Rajawal. Buku ini merupakan hasil dari penelitian yang ditulis oleh Mulyono, Loekman Soetriesno, dan Michelin Dove. Buku yang diterbitkan tahun 1984 namun penulis harus tetap menyaring dan mengkritisi sumber tersebut dengan membandingkannya dengan sumber-sumber yang lainnya yang ditulis oleh orang lain, sehingga interpretasi peneliti akan lebih objektif.

Hasil dari kritik eksternal dan internal menurut penulis merupakan data yang valid. Kemudian data-data inilah yang akan penulis jadikan sebagai bahan bagi penulisan skripsi.

3.4.3 Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran terhadap fakta-fakta yang penulis dapatkan dari sumber-sumber sehingga nantinya tercipta suatu penafsiran yang relevan dengan permasalahan yang penulis kaji. Interpretasi perlu dilakukan agar data-data atau fakta-fakta yang telah penulis kumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan dari penulisan skripsi. Menurut Kuntowijoyo (2003:101) interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai biang subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh peneliti melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung kajian peneliti.


(27)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Kuntowijoyo dalam Dudung Abdurahman (2007: 73), interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yang digunakan yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003:100).

Dan dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006 )”. ini, interpretasi yang peneliti lakukan adalah terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh kemudian ditafsirkan, karena kajian penelitian ini mengenai pemikiran, yang merupakan kajian yang tersirat artinya dalam hal ini penelitilah yang menafsirkan pemikiran tersebut namun berdasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan. Sehingga penafsiran tersebut dapat peneliti pertanggung jawabkan.

Contoh lain dalam interpretasi yang peneliti lakukan mengenai penelitian ini adalah bahwa “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG (Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 – 2006) banyak halnya mempengaruhi perubahan suatu wilayah tersebut, perubahan tidak terpokus kepada satu hal saja namun semuanya berkaitan satu sisi perubahan yang terjadi bisa menguntungkan namun disisi lain merugikan.

Pada proses interpretasi ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Dalam hal ini, ilmu sejarah dijadikan sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan penelitian. Untuk membantu mempertajam analisis, penulis menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu Antropologi dan


(28)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sosiologi. Hal tersebut dilakukan agar penulis memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses penafsiran. 3.4.4 Historiografi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap interpretasi fakta. Menurut Sjamsuddin (2007: 56), pada tahap ini seluruh daya fikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.

Menurut Dudung Abdurahman (2007: 76), historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007: 156) historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil.

Hubungannya dengan penelitian ini, bahwa tahap historiografi yang dilakukan oleh peneliti merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi. Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun tujuan dari laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.


(29)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap selanjutnya dari proses penelitian ini adalah penulisan laporan penelitian. Kegiatan tersebut merupakan tahap paling akhir dari metode penelitian sejarah. Penulis memaparkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tulisan karya ilmiah yang dinamakan juga historiografi. Menurut Ismaun (2005: 28), historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah. Historiografi juga menggambarkan pemikiran penulis yang diawali dengan tahap heuristik, kritik sumber, hingga interpretasi yang merupakan hasil penelitian. Langkah ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang penulis lakukan. Hal ini dilakukan setelah penulis menemukan sumber-sumber, menganalisisnya, menafsirkannya, lalu menuangkannya dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Laporan penelitian ini disusun dalam lima bab terdiri atas pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, pembahasan, dan bab terakhir kesimpulan. Selain itu, ada pula beberapa tambahan, seperti kata pengantar, abstrak, daftar pustaka serta lampiran-lampiran. Semua hal tersebut disajikan dalam satu laporan utuh yang kemudian disebut sebagai skripsi dengan judul “PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG ( Suatu Tinjauan Sosial Ekonomi 1990 –2006 )”.


(30)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti jawaban dari permasalahan yang telah dikaji. Simpulan tersebut adalah sebagai berikut :

A. SIMPULAN

Di Ujung Genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan di mana sekitar tahun 1997 pemerintah mengalokasikan bantuan berupa kemudah memperoleh perahu yang terbuat dari fiber. Yang awal mulanya menggunakan perahu kayu kemudian bermesin yang sangat sederhana bahkan masih banyak yang tidak memakai mesin. Pada tahun 1997 pemerintah menggelakan, tujuannya untuk meningkarkan hasil penangkan ikan nelayan yang memang pada sekitar tahun 1990-an ik1990-an di Ujung Genteng s1990-angat melimpah, mak1990-anya pada tahun 1997 pemerintah mengalangkan penggunakan perahu fiber yang dimana perawatanya lebih mudah dan punya keunggulan kecepatan. Selain itu menggunakan mesin tempel supaya penangkapan ikan nelayan makin melimpah dikarenakan itu pada tahun itu merupakan awal dimana hasil tangkan ikan nelayan mulai di Ekspor keluar Negeri. Dengan adanya hal tersebut masyarakat sangat terbantu dimana hasil tangkapan nelayan yang melimpah tidak akan lagi kesulitan untuk menjual karena seberapa banyak hasil tangkapan nelayan akan siap menampung yang kemudian masyarakat nelayan Ujung Genteng bisa memajukan kehidupan. Nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng.


(31)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bakul adalah orang yang mempunyai perahu sekaligus membeli dan menampung hasil tangkapan ikan nelayan Ujung Genteng. Secara umum di Ujung Genteng bakul di bagi menjadi tiga, bakul besar, bakul sedang, dan bakul kecil. Nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng. Antara bakul dengan nelayan buruh saling membutuhkan dimana para bakul memerlukan nelayan untuk mengoprasikan perahunya dan mendapatkan hasil, sebaliknya nelayan memerlukan perahu dan modal besar untuk melaut dan mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya untuk melaut sangat lah tinggi bagi masyarakat nelayan kecil yang tidak mempunyai modal yang besar sangat sulit untuk melaut dengan modal sendiri makanya dengan adanya bakul terbantu walaupun sebenarnya tidak seluruhnya membantu karena banyak hal yang tidak menguntungkan terutama bagi nelayan kecil seperti pembagian hasil.

Di tiap daerah mempunya sistem pembagian hasil anatara nelayan buruh dengan pemilik kapal pasti berbeda. Di Ujung Genteng sendiri sistem pembagiannya mempunya sistem sendiri dengan kesepakatan bersama. Dimana pembagian hasil tangkapan di Ujung Genteng seperti ini, apabila perahu dengan bermesin temple, tiap perahu terdiri dari 3 pekerja nelayan buruh, jaring, pancing, bahan bakar, makanan bagi nelayan dan kebutuhan lain untuk melaut semuanya di sediakan oleh bakul, pembagian nya setelah melaut hasil tangkapan ikan dijual ke bakul yang menyediakan kapal di Ujung Genteng ada kesepakatan dimana ikan hasil tangkapan tidak bisa di jual ke sembarang orang harus di jual ke ke bakul yang perahunya dipake nelayan tersebut dan harga pun di tentukan oleh bakul, setelah hasil tangkapan ikan di jual diketahui hasil rupiahnya. Maka mulailah pembagian pertama dipotong untuk membayar pelengkapan pada saat akan pergi melaut seperti bahan bakar, makanan bagi nelayan dan kebutuhan lain, sisanya kemudia di bagi rata menjadi empat bagian apabila dalam perahu itu terdapat tiga nelayan buruh pembagiannya itu disesuaikan dengan jumlah nelayan buruh di perahu tersebut, satuan bagian untuk pemilik perahu yakni bakul tiga bagian lagi di bagi rata satu bagian satu bagian ke


(32)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tiga nelayan tersebut. Sistem penjualan lelang di Ujung Genteng tidak berjalan semestinya,

Potensi wisata di Ujung Genteng, tak disangkal, telah menjadi nadi perekonomian penduduk di selatan Ciracap itu. Pembiaran kawasan Ujung Genteng tumbuh menjadi lokasi wisata ”liar” menguntungkan segelintir orang. Penduduk lokal tidak mendapat tempat di nirwananya sendiri dan tergeser pendatang yang berkekuatan modal. Kepemilikan tanah dari Ujung Genteng ini kebanyakan adalah milik TNI AU. Namun, masyarakat disana dapat memiliki tempat tinggal setelah memperoleh izin dari pihak TNI AU dan kepala desa setempat. Mayoritas penduduk Ujung Genteng bukanlah penduduk asli setempat. Melainkan pendatang dari berbagai daerah di sekitar Pulau Jawa dan menetap, dan kebanyakan di antaranya memiliki tempat tinggal. Pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat Ujung Genteng adalah nelayan.

B. SARAN

Ujung Genteng di jadikan sebagai pangkala pendaratan ikan bagi nelayan peribumi maupun nelayan dari luar, Ujung Genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan, nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng. Penulis memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya :

a. Diperlukan kebijakan pemerintah yang nyata dalam mengatasi masa pacaklik, salah satunya jaminan sosial. Jaminan yang dibutuhkan masyarakat nelayan tidak meminta lebih, mereka hanya memerlukan tersedianya dana kesehatan dan dana paceklik.

b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di sektor kelautan dan perikanan yang saat ini digalakkan oleh pemerintah, diharapkan bisa menurunkan angka kemiskinan nelayan di Indonesia. Melalui pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis pada sumber daya lokal, baik masyarakat maupun sumber daya alamnya, para


(33)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nelayan dapat mengembangkan usaha sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Dengan demikian, diharapkan dapat memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di kalangan masyarakat nelayan.

c. Pemerintah perlu mendorong sektor perbankan untuk membuka kantor kasnya di setiap Tempat Pemasaran Ikan (TPI) yang bisa mengatasi kesulitan para bakul untuk menutup tagihannya. Termasuk fungsi perbankan disini adalah menyediakan dana yang diperlukan nelayan untuk berlayar.

d. Pemerintah perlu menata dan mengelola dengan baik bangai mana tempat wisata Ujung Genteng bisa menjadi tenpat wisata yang menarik, disenangi dan di minati oleh oleh wisatawan namun masyarakatnya tetapi mempunyai kehidupan sosial yang baik.

e. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan pendalaman kesejarahan khususnya tema sejarah lokal yang berkaitan dengan tema kehidupan sosial-budaya, ekonomi, pariwisata juga struktur masyarakat. Tema mana diharapkan bisa di jadikan sebagai bahan pembelajarn sejarah lokal di tingkat Pendidikan Dasar dan pendidikan Menengah. Dikhususkan diterapkan di lembaga pendidikan formal di masyarakat Kecamatan Ciracap, umumnya Kabupaten Sukabumi.


(34)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG


(35)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alma, B. (2001). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

______ . (2006). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Bakker SJ, J.W.M (1984). Filsafat Kebudayaan, Suatu Pengantar. Yogyakarta. Penerbit :Yayasan Kanisius

Geertz, Hildred. (1981). Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia (terj.), Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FS UI.

Geertz Hildred. (1981). Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu dan FFIS-UI Sosial

Ginkel, Rob van. 2007. Coastal Cultures: An Anthropology of Fishing and Whaling Traditions. Apeldoorn: Het Spinhuis Publishers.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Kuntowijoyo. (2006). Budaya Dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kusnadi. (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga.

Kluckhon, Clyde 1984. “Cermin bagi Manusia”, dalam Parsudi Suparlan (Ed.).

Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Koentjaraningrat. (1990). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi, jilid 1, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

O’dea, F. Tomas. (1992). Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press.


(36)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mubyarto, ddk. (1984). Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: CV. Rajawali.

Rogers, Everett M.-Schumaker, Floyd F. (1987). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (terj.); Surabaya: Usaha Nasional

Satria, Arif. (2002). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.

Shadily, Hasan. (1993). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES. Soedjito S. (1991). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri; Yogyakarta:

PT Tiara Wacana Yogya

Susanto, Astrid S. (1995). Sosiologi Pembangunan; Bandung: Penerbit PT Bina Cipta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Weiner Myron. Ed. (1994). Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, (terj.). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wertheim. W.F. (1999). Masyarakat Indonesia Dalam Transisi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

B. Dokumen

Kecamatan Ciracap. (2011). Data Profil Perencanaan Pembangunan Kecamatan Ciracap. Sukabumi.

C. Skripsi

Prihatiningrum, C. I (2011). “Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Kecamatan Bojonegara Serang Banten Tahun 1996-2007”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fitriani, R (2010). “Perekembangan Pariwisata di Pantai Pangandaran dan Dampak Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(37)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Internet

(http://ujunggenteng.webs.com) [ 27 mei 2013].

(http://sanibo.wordpress.com/2012/07/07/kemiskinan-pada-masyarakat-nelayan-di-indonesia/) [diakses tanggal 07 November 2012].

( http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-SYARIF_MOEIS/MAKALAH__8.pdf ) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://sukabumikab.go.id/selayang-pandang/letak-geografis/12-selayang-pandang) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.ujung-genteng.info/) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://bappeda.sukabumikab.go.id/gu.php) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.bpnb-jogja.info/main/index.php?page=artikel&id=241)[diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-tempat-pelelangan-ikan.html) [diakses tanggal 20 Desember 2012].

(http://anindyaditakhoirina.wordpress.com/2011/10/10/koperasi-unit-desa/) [diakses tanggal 20 Desember 2012].


(1)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tiga nelayan tersebut. Sistem penjualan lelang di Ujung Genteng tidak berjalan semestinya,

Potensi wisata di Ujung Genteng, tak disangkal, telah menjadi nadi perekonomian penduduk di selatan Ciracap itu. Pembiaran kawasan Ujung Genteng tumbuh menjadi lokasi wisata ”liar” menguntungkan segelintir orang. Penduduk lokal tidak mendapat tempat di nirwananya sendiri dan tergeser pendatang yang berkekuatan modal. Kepemilikan tanah dari Ujung Genteng ini kebanyakan adalah milik TNI AU. Namun, masyarakat disana dapat memiliki tempat tinggal setelah memperoleh izin dari pihak TNI AU dan kepala desa setempat. Mayoritas penduduk Ujung Genteng bukanlah penduduk asli setempat. Melainkan pendatang dari berbagai daerah di sekitar Pulau Jawa dan menetap, dan kebanyakan di antaranya memiliki tempat tinggal. Pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat Ujung Genteng adalah nelayan.

B. SARAN

Ujung Genteng di jadikan sebagai pangkala pendaratan ikan bagi nelayan peribumi maupun nelayan dari luar, Ujung Genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan, nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng. Penulis memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya :

a. Diperlukan kebijakan pemerintah yang nyata dalam mengatasi masa pacaklik, salah satunya jaminan sosial. Jaminan yang dibutuhkan masyarakat nelayan tidak meminta lebih, mereka hanya memerlukan tersedianya dana kesehatan dan dana paceklik.

b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di sektor kelautan dan perikanan yang saat ini digalakkan oleh pemerintah, diharapkan bisa menurunkan angka kemiskinan nelayan di Indonesia. Melalui pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis pada sumber daya lokal, baik masyarakat maupun sumber daya alamnya, para


(2)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nelayan dapat mengembangkan usaha sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Dengan demikian, diharapkan dapat memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di kalangan masyarakat nelayan.

c. Pemerintah perlu mendorong sektor perbankan untuk membuka kantor kasnya di setiap Tempat Pemasaran Ikan (TPI) yang bisa mengatasi kesulitan para bakul untuk menutup tagihannya. Termasuk fungsi perbankan disini adalah menyediakan dana yang diperlukan nelayan untuk berlayar.

d. Pemerintah perlu menata dan mengelola dengan baik bangai mana tempat wisata Ujung Genteng bisa menjadi tenpat wisata yang menarik, disenangi dan di minati oleh oleh wisatawan namun masyarakatnya tetapi mempunyai kehidupan sosial yang baik.

e. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan pendalaman kesejarahan khususnya tema sejarah lokal yang berkaitan dengan tema kehidupan sosial-budaya, ekonomi, pariwisata juga struktur masyarakat. Tema mana diharapkan bisa di jadikan sebagai bahan pembelajarn sejarah lokal di tingkat Pendidikan Dasar dan pendidikan Menengah. Dikhususkan diterapkan di lembaga pendidikan formal di masyarakat Kecamatan Ciracap, umumnya Kabupaten Sukabumi.


(3)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG


(4)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Alma, B. (2001). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. ______ . (2006). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Bakker SJ, J.W.M (1984). Filsafat Kebudayaan, Suatu Pengantar. Yogyakarta. Penerbit :Yayasan Kanisius

Geertz, Hildred. (1981). Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia (terj.), Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FS UI.

Geertz Hildred. (1981). Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu dan FFIS-UI Sosial

Ginkel, Rob van. 2007. Coastal Cultures: An Anthropology of Fishing and Whaling Traditions. Apeldoorn: Het Spinhuis Publishers.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Kuntowijoyo. (2006). Budaya Dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Kusnadi. (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga.

Kluckhon, Clyde 1984. “Cermin bagi Manusia”, dalam Parsudi Suparlan (Ed.).

Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Koentjaraningrat. (1990). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi, jilid 1, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

O’dea, F. Tomas. (1992). Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press.


(5)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mubyarto, ddk. (1984). Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: CV. Rajawali.

Rogers, Everett M.-Schumaker, Floyd F. (1987). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (terj.); Surabaya: Usaha Nasional

Satria, Arif. (2002). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo. Shadily, Hasan. (1993). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES. Soedjito S. (1991). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri; Yogyakarta:

PT Tiara Wacana Yogya

Susanto, Astrid S. (1995). Sosiologi Pembangunan; Bandung: Penerbit PT Bina Cipta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Weiner Myron. Ed. (1994). Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, (terj.). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wertheim. W.F. (1999). Masyarakat Indonesia Dalam Transisi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

B. Dokumen

Kecamatan Ciracap. (2011). Data Profil Perencanaan Pembangunan Kecamatan Ciracap. Sukabumi.

C. Skripsi

Prihatiningrum, C. I (2011). “Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Kecamatan Bojonegara Serang Banten Tahun 1996-2007”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fitriani, R (2010). “Perekembangan Pariwisata di Pantai Pangandaran dan Dampak Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Internet

(http://ujunggenteng.webs.com) [ 27 mei 2013].

(http://sanibo.wordpress.com/2012/07/07/kemiskinan-pada-masyarakat-nelayan-di-indonesia/) [diakses tanggal 07 November 2012].

( http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-SYARIF_MOEIS/MAKALAH__8.pdf ) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://sukabumikab.go.id/selayang-pandang/letak-geografis/12-selayang-pandang) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.ujung-genteng.info/) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://bappeda.sukabumikab.go.id/gu.php) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.bpnb-jogja.info/main/index.php?page=artikel&id=241)[diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-tempat-pelelangan-ikan.html) [diakses tanggal 20 Desember 2012].

(http://anindyaditakhoirina.wordpress.com/2011/10/10/koperasi-unit-desa/) [diakses tanggal 20 Desember 2012].