PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS VI SDN 2 SUKARAME

KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

TUTI YULIASTUTI 1204732

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H.Bunyamin Maftuh, M.Pd.MA NIP. 19620702 198601 1 002

Pembimbing II

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 19651001 199802 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 19651001 199802 2 001


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS VI SDN 2 SUKARAME KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakkukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

Tuti Yuliastuti NIM.1204732


(4)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS VI SDN 2 SUKARAME

KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh Tuti Yuliastuti

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Konsentrasi IPS

© Tuti Yuliastuti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

TUTI YULIASTUTI NIM 1204732

ABSTRAK

Mata pelajaran IPS sering dipandang terlalu menekankan pada keterampilan kognitif saja sehingga mengabaikan pengembangan keterampilan mendengarkan orang lain, keterampilan bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, keterampilan kerjasama dan keterampilan mau berbagi. Pada intinya pelaksanaan proses pembelajaran belum memaksimalkan aspek keterampilan sosial. Aspek keterampilan sosial ini dapat dikembangkan melalui model pembelajaran kontekstual. Karena model pembelajaran ini mampu memunculkan keterampilan sosial siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif, kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok dan memunculkan keterampilan sosial lainnya. Penelitian ini membahas: (1) bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa?, (2) bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan sosial siswa melalui model pembelajaran kontekstual dilihat dari keterampilan mendengarkan orang lain, keterampilan bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, keterampilan kerjasama dan keterampilan mau berbagi?, (3) hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui model pembelajaran kontekstual? Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas enam dengan jumlah siswa 30 orang dan satu guru kelas di SD Negeri 2 Sukarame Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dapat membuat siswa lebih aktif, kerjasamanya lebih menonjol, materi, metode dan media yang bervariasi dalam setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan sosial siswa dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan maupun dari setiap aspek keterampilan sosialnya. Hambatan yang muncul dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual ini adalah guru kesulitan dalam mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, waktu yang tidak mencukupi sehingga pembelajaran kurang maksimal tetapi hambatan tersebut dapat diatasi oleh guru seiring dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara kontinyu. Penelitian ini merekomendasikan agar guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.


(6)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MODEL IN THE TEACHING AND LEARNING OF SOCIAL STUDIES

EDUCATION TO IMPROVE STUDENTS’ SOCIAL SKILLS

TUTI YULIASTUTI STUDENT ID 1204732

ABSTRACT

The subject of Social Studies Education has often been frequently regarded as one emphasizing on cognitive skills only that it ignores the development of social skills, such as listening to others, asking questions, making and maintaining friendship, cooperating, and sharing. In other words, the teaching and learning process has not optimized the social skill aspect. The social skills aspect can be developed through contextual teaching and learning model because this model can

encourage students’ social skills, such as becoming more active, cooperating in

doing group’s work, and other social skills. The research focused on: (1) How is the conduct of contextual teaching and learning model in improving students’ social skills?; (2) How do students’ social skills improve through the contextual teaching and learning model viewed from the skills of listening to others, cooperating and sharing?; (3) What obstacles are faced by teachers in improving

students’ social skills through this contextual teaching and learning model? The research used classroom action research with qualitative approach, where the subjects consisted of as many as 30 sixth graders and one classroom teacher of State Elementary School 2 Sukarame, Cipatat District, Bandung Barat Regency. The results showed that the contextual teaching and learning model could make students more active, demonstrate more cooperation, with various materials,

methods, and media in each of the cycles. Students’ improved social skills can be

observed both from the total average and each aspect of the social skills. The obstacles emerged in implementing this contextual teaching and learning model

were teacher’s difficulty in encouraging students to put forward their opinion and

ask questions and an inappropriate time availability so that the teaching and learning was not optimal. Nonetheless, the obstacles could be overcome by the teacher as the teaching and learning were continuously conducted. The research recommends that teachers are expected to use contextual teaching and learning model in the teaching and learning of Social Studies Education to improve

students’ social skills.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Struktur Organisasi... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual... 2. Karakteristik dan Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual... 3. Keunggulan Model Pembelajaran Kontekstual... 4. Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual... 5. Teori-teori yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual.. B. Keterampilan Sosial

1. Konsep Dasar Keterampilan Sosial... 2. Karakteristik Keterampilan Sosial Anak... 3. Tahapan Perkembangan Keterampilan Sosial Anak... 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial

Anak... i ii iii iv v vi ix xiii xiv 1 9 10 10 11 13 15 18 19 19 22 25 26 28


(8)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Dimensi Keterampilan Sosial... C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial... 2. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial... 3. Dimensi Pendidikan IPS di Sekolah Dasar... D. Penelitian Yang Relevan... E. Hipotesis Tindakan... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian

1. Lokasi Penelitian... 2. Subjek Penelitian... B. Desain Penelitian... C. Metode Penelitian... D. Definisi Operasional... E. Tehnik Pengumpulan Data... F. Instrumen Penelitian... G. Proses Pengembangan Instrumen... H. Tehnik Pengolahan Data... I. Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Assesmen Awal... 2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan ke 1... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1... d. Refleksi Tindakan ke 1... e. Perencanaan Tindakan ke 2... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2... h. Refleksi Tindakan ke 2...

29 30 31 33 34 37 38 38 38 38 46 47 48 49 50 51 53 57 66 70 72 77 79 82 84 92


(9)

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan ke 1... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1... d. Refleksi Tindakan ke 1... e. Perencanaan Tindakan ke 2... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2... h. Refleksi Tindakan ke 2... 4. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan ke 1... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1... d. Refleksi Tindakan ke 1... e. Perencanaan Tindakan ke 2... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2... h. Refleksi Tindakan ke 2... 5. Hambatan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran

Kontekstual... 6. Temuan Hasil Penelitian... B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Model pembelajaran Kontekstual dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa... 2. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual... 3. Hambatan-hambatan dalam Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual... 94 98 100 105 106 110 112 121 122 126 127 133 134 137 139 147 153 156 157 160 163


(10)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

165 166


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Dimensi Umum Keterampilan Sosial 28

3.1 Skenario Pembelajaran Siklus I... 39 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Sosial Siswa... 48 4.1 Deskripsi Awal Keterampilan Sosial Siswa Sebelum

dilaksanakan Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual...

56

4.2 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Tindakan 1...

67 4.3 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Tindakan 2...

79 4.4 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran IPS Sebelum dan Sesudah dengan Model Pembelajaran Kontekstual...

83

4.5 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Tindakan 1...

95 4.6 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Tindakan 2...

107 4.7 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus I dan Siklus II...

111

4.8 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Tindakan1...

123 4.9 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Tindakan 2...

134 4.10 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus II dan Siklus III...

141

4.11 Pembandingan Hasil Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III...


(12)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart... 39 4.1 Deskripsi Awal Keterampilan Sosial Siswa Sebelum

dilaksanakan Pembelajaran IPS dengan Model

Pembelajaran Kontekstual...

59

4.2 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Tindakan 1...

70 4.3 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Tindakan 2...

82 4.4 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran IPS Sebelum dan Sesudah dengan Model Pembelajaran Kontekstual...

85

4.5 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Tindakan 1...

99 4.6 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Tindakan 2...

111 4.7 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus I dan Siklus II...

114

4.8 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Tindakan1...

126 4.9 Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS dengan

Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Tindakan 2...

138 4.10 Pembandingan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus II dan Siklus III...

141

4.11 Pembandingan Hasil Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III...


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum 2006, bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan untuk : (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi; dan (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Depdiknas, 2006).

Demikian pula dengan tema Kurikulum 2013 yang mulai disosialisasikan tahun ini yaitu kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Oleh karena itu, Implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Keempat,


(14)

2

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013).

Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik sehingga terbentuk jiwa yang mandiri, kreatif, inovatif, cakap dan bertanggungjawab. Oleh karena itu sangat diperlukan sumber daya manusia yang mampu menguasai lingkup ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat membangkitkan daya saing yang tinggi terhadap berbagai perubahan dan perkembangan di dunia.

Dalam upaya mencerdaskan bangsa perlu usaha dan kerja keras terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih tinggi. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan cara memperbaiki proses belajar mengajarnya. Dalam kaitan ini guru memegang peranan penting, karena ia yang akan berperan dalam perbaikan proses belajar mengajar di kelas. Guru yang profesional dituntut untuk dapat menguasai seluruh kompetensi guru mulai dari cara membuka pembelajaran, berinteraksi dengan siswa sampai memunculkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran, guna meningkatkan mutu pembelajaran peserta didik (Depdiknas, 2006).

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, selain harus menguasai materi pembelajaran, guru hendaknya menguasai model pembelajaran. Guru juga hendaknya memiliki keterampilan dalam teknik-teknik mengajar. Teknik-teknik mengajar yang harus dikuasai guru erat kaitannya dengan penggunaan model, pendekatan, metode dan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajarannya. Hal ini merupakan bagian integral dari tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar (Undang, dkk, 1996: 2).

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Proses belajar mengajar bergantung pada cara atau metode mengajar guru.


(15)

Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan segala bentuk informasi dan motivasi pada diri peserta didik belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka dalam mengembangkan segala potensi yang mereka miliki. Kemampuan belajar peserta didik pun tidak seperti apa yang diharapkan oleh guru sebagai pendidik, karena tidak adanya kesempatan peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kurikulum 2006 yang berbasis tingkat satuan pendidikan ingin mengubah pola pendidikan dan orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses, pendidikan merupakan konsep belajar seumur hidup (life long learning).

Begitu pula dalam pendidikan IPS, seperti yang diungkapkan oleh Somantri (Sapriya, 2009: 14) bahwa pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran strategis dalam usaha pembentukan warga negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, dan merupakan satu program pendidikan yang baik dan memasyarakat. Hal ini tidak terlepas dari sikap individu (siswa) dalam menghadapi tantangan zaman saat kini maupun nanti, tentu saja skills (keterampilan) harus dimiliki oleh setiap individu tersebut, sehingga siap menghadapi segala permasalahan yang ada dalam hidupnya.

Pendidikan IPS diharapkan mampu mengantisipasi berbagi perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat. Salah satu bentuk keterampilan yang diperlukan oleh siswa pada saat ini dan nanti adalah bentuk keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh orang lain dan lingkungannya dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, saling menguntungkan atau bahkan menguntungkan orang lain.

Salah satu tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan aspek kehidupan siswa dalam sikap (attitude), nilai (value) dan keterampilan sosial (social skill)


(16)

4

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimana anak didik mampu menandai, mengembangkan keterampilan, dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat sekitarnya (Isjoni, 2007: 34).

Hal ini sejalan dengan tujuan utama Pendidikan IPS, yakni mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa, dan dunia (Banks, 1990: 4). Sapriya (2009: 3) menyatakan bahwa agar para siswa dapat hidup di dalam masyarakat dengan baik, dapat memecahkan masalah-masalah sosial, maka mereka perlu dibekali dengan knowledge, skills, attitude and values, bahkan bagaimana bertindak (action). Begitu pula menurut Isjoni (2007: 54) bahwa didalam kurikulum yang sebelumnya mata pelajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah masalah sosial yang dihadapi serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Dengan demikian pengembangan keterampilan dasar yang dimiliki oleh siswa akan mendorong potensi belajar mereka secara optimal.

Sementara itu, kondisi pembelajaran di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan memasyarakat. Proses pembelajaran IPS di SD selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan bahan materi pelajaran sebanyak mungkin, sehingga suasana belajar bersifat kaku dan terpusat pada satu arah serta tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, tanpa dibekali dengan keterampilan-keterampilan dimana siswa dapat menggali serta menemukan fakta dan konsep sendiri berdasarkan pengalaman nyata di lingkungannya masing-masing.

Penelitian ini berdasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran yang membosankan, menjenuhkan, dan cenderung tidak disukai oleh para siswanya. Budaya belajar di


(17)

negara kita lebih ditandai oleh budaya hafalan dari pada budaya berfikir, akibatnya siswa menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan saja. Rendahnya minat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran IPS dikarenakan kurangnya pengelolaan pembelajaran yang dirasakan belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan perkembangan siswa. Kalau dikaji lebih lanjut dalam menyampaikan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru cenderung menyajikannya dengan cara yang konvensional tidak berupaya menerapkan metode serta penggunaan media dan sumber belajar yang faktual. Sebagaimana dikemukakan Somantri (2001: 54) bahwa salah satu kelemahan dalam pembelajaran IPS adalah menekankan pada strategi ceramah dan ekspository atau transfer of knowledge, yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.

Pada saat ini kecenderungan pembelajaran IPS terlalu menekankan pada kemampuan dan keterampilan kognitif saja sehingga mengabaikan keterampilan berinteraksi sosial, keterampilan berkomunikasi sosial, dan keterampilan kerja sama dengan orang lain, sikap dan kemampuan menolong orang lain. Keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam kelompok merupakan keterampilan sosial yang sangat penting untuk dikembangkan. Adanya kecenderungan kehidupan manusia pada masa kini untuk saling tergantung (interdependensi) mendorong perlunya peningkatan keterampilan bekerja sama antar sesama manusia dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan sebagai warga negara (Maftuh, 2010: 18).

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari guru yang mengajarkan mata pelajaran IPS di sekolah dasar bahwa pelaksanaan proses pembelajaran belum memaksimalkan aspek keterampilan sosial. Hal ini terlihat indikasi siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa berpartisipasi, siswa kurang aktif bertanya, pembagian tugas dalam kelompok belum terlaksana sehingga belum terjalin kerjasama dalam kelompok. Tidak adanya keinginan dari siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Ada perasaan takut salah, takut ditertawakan. Salah satu faktor penyebabnya, karena peranan guru masih sangat dominan dalam pembelajaran. Dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kondisi


(18)

6

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti ini mengakibatkan keterampilan sosial siswa belum timbul dalam proses pembelajaran. Selama ini dalam proses pembelajaran IPS keterampilan sosial siswa masih tergolong rendah. Padahal keterampilan sosial (social skill) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak akan bisa berinteraksi dengan orang lain. Dan itu perlu dilatih supaya menjadi suatu pembiasaan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keterampilan sosial merupakan bagian dari domain psikomotor. Keterampilan ini yang ditampilkan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain yang dalam bentuknya berupa keterampilan bekerjasama, mengeluarkan pendapat, mendengarkan orang lain, keterampilan bertanya, dan keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan.

Sedangkan keterampilan sosial siswa di SDN 2 Sukarame Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat sangat kurang, karena penulis perhatikan dengan adanya pengelompokkan-pengelompokkan siswa di dalam kelas. Siswa yang merasa dirinya lebih pintar mempunyai kecenderungan hanya bermain dengan temannya yang pandai pula, hal ini memunculkan adanya kecemburuan sosial diantara siswa tersebut. Sehingga muncul pengucilan diri dari teman yang merasa dirinya tidak pandai. Begitu pula dalam hal toleransi, hanya sebagian kecil saja siswa yang memiliki rasa peduli terhadap temannya sehingga memunculkan sikap masa bodoh dalam berperilaku. Walaupun siswa yang diteliti adalah siswa kelas VI yang pada dasarnya keterampilan sosialnya sudah terbentuk, tetapi tetap saja peneliti menganggap itu sebuah permasalahan yang harus diselesaikan sehingga perkembangan sosial siswa tersebut tercapai.

Kemampuan berhubungan sosial, bekerja dalam kelompok teman sebaya, dan belajar menjadi pribadi yang mandiri merupakan salah satu tugas perkembangan yanng harus dicapai oleh siswa sekolah dasar (Hurlock, 1978: 28). Juntika (2007: 51-52) mengungkapkan bahwa ada beberapa tugas perkembangan pada siswa sekolah dasar antara lain:

1. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


(19)

3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari

4. Belajar bergaul dan bekerja sama dengan kelompok sebaya 5. Belajar menjadi pribadi mandiri

6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan

7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku

8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan

9. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya 10.Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga

sosial, serta

11.Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk merencanakan masa depan

Pada dasarnya bahwa tugas perkembangan siswa sekolah dasar secara sosial adalah belajar bergaul dan bekerja sama dalam kelompok sebaya seperti menghargai teman sebaya, mampu bekerja sama dengan teman sebaya, memiliki kepedulian terhadap teman, menghargai perbedaan pendapat antar teman, mampu bersaing dengan teman secara positif, rasa setia kawan, saling berbagi antar teman,

Berdasarkan penelitian awal ditemukan bahwa siswa sekolah dasar cenderung lemah dalam kemampuan menghargai teman dan bekerja sama dengan teman sebaya dalam kelompoknya. Permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan sosial muncul manakala siswa kurang menguasai aspek-aspek keterampilan sosial dan permasalahan ini muncul ketika siswa mengalami konflik ketika berinteraksi dengan teman lainnya.

Paradigma seperti inilah yang ingin penulis coba untuk diubah yang semula berpusat pada guru berubah menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu guru sekolah dasar diharapkan mampu menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat mendukung belajar siswa.


(20)

8

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsekuensi dari semua upaya tersebut, guru merupakan kunci keberhasilan juga sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada dititik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional. Oleh karenanya secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran (Aqib, 2009: 124).

Adapun usaha untuk meningkatkan hasil belajar dalam materi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS yaitu dengan menggunakan metode – metode inovatif. Untuk itu dalam usaha peningkatan hasil belajar peserta didik, para guru diharapkan mampu memahami, menguasai serta dapat menerapkan model – model pembelajaran tersebut. Keuntungan penggunaan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar menurut Tim Pengembang PGSD (1996) adalah : (a) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak, (b) Kegiatan yang dipilih sesuai dan sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, (c) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak, sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama, (d) Menumbuhkembangkan keterampilan berfikir anak, (e) Menyajikan kegiatan bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak, (f) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial anak seperti, kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Pendapat di atas mengindikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu selain sesuai karakteristik siswa sekolah dasar, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan guru dalam proses pembelajaran. Contoh model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran langsung, model pembelajaran konstruktivisme dan lain-lain.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek


(21)

atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Penemuan makna inilah yang merupakan ciri utama dari Contextual Teaching And Learning (CTL) (Chaedar Alwasilah, 2006: 35).

Pentingnya berbagai keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh siswa karena didorong oleh beberapa alasan yaitu adanya hubungan sosial yang timbul diantara peserta didik ke arah perilaku yang individualistis sehingga memunculkan rasa egoisme, mereka asyik dengan dunianya sendiri dengan mengurangi hubungan sosial dengan teman sepermainannya. Melemahnya rasa sosial dan rasa empati pada diri siswa serta meningkatnya aksi kejahatan yang menimbulkan konflik antar pelajar. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan ada peningkatan keterampilan sosial sehingga siswa lebih merasakan, memahami serta dapat bertoleransi, berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berupaya untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas VI SDN 2 Sukarame Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Rumusan masalah tersebut dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa?


(22)

10

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual dilihat dari keterampilan mendengarkan orang lain, bertanya, menjalin dan memelihara pertemanan, kerjasama dan mau berbagi?

3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran IPS dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar.

2. Hasil peningkatan keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik melalui model pembelajaran kontekstual.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang diaplikasikan dalam kehidupan nyata untuk menjadi warga masyarakat yang mampu berinteraksi sosial dan berkomunikasi sosial serta bekerja sama.


(23)

b. Bagi guru

1) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam mencari dan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu topik atau konsep tertentu sehingga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran.

2) Dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS.

3) Menerapkan pembelajaran IPS melalui pembelajaran kontekstual. c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, dan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa, mengembangkan model pembelajaran yang bermutu, demi perbaikan mutu pendidikan di sekolah.

E. Struktur Organisasi

Bab I berisikan pendahuluan, dalam bab ini memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian secara teoritis maupun praktis bagi siswa, guru maupun sekolah dan struktur organisasi yang mendeskripsikan mulai dari bab I sampai dengan bab V.

Bab II berisikan kajian pustaka, dalam bab ini menggambarkan teori-teori yang relevan mulai dari model pembelajaran kontekstual, pengertian model pembelajaran kontekstual, karakteristik dan prinsip model pembelajaran kontekstual, keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kontekstual, teori-teori yang mendukung pembelajaran kontekstual, konsep dasar keterampilan sosial, teori perkembangan keterampilan sosial anak, faktor-faktor mempengaruhi keterampilan sosial anak, dimensi keterampilan sosial, hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, pengertian pendidikan IPS, dimensi pendidikan IPS di sekolah dasar, penelitian yang relevan.

Bab III berisikan metode penelitian, dalam bab ini membahas tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,


(24)

12

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, tehnik pengolahan data dan analisis data.

Bab IV berisikan hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian mulai dari assesmen awal, deskripsi analisis data, siklus I meliputi perencanaan tindakan ke 1 dan 2, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, siklus II meliputi perencanaan tindakan ke 1 dan 2, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, siklus III meliputi perencanaan tindakan ke 1 dan 2, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pembahasan meliputi pelaksanaan, peningkatan dan hambatan.

Bab V berisikan simpulan dan saran, dalam bab ini menjelaskan tentang simpulan hasil penelitian dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan digunakan untuk melakukan penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame yang berlokasi di Jalan Sukarame no 18 Desa Ciptaharja Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Mata pelajaran IPS untuk Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VI yang terdiri dari 30 siswa, dibantu oleh seorang guru kelas, peneliti dan satu observer.

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan menggabungkan kegiatan penelitian atau pengumpulan data dengan penggunaan hasil penelitian atau pengumpulan data. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui suatu proses yang dinamis dan berkomplementasi yang terdiri dari empat momentum esensial, menurut Kunandar (2012: 70) yaitu penyusunan rencana berdasarkan masalah dan hipotesis, tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan, observasi adalah kegiatan mengumpulkan data berupa proses perubahan kinerja PBM serta melakukan refleksi, mengingat dan merenungkan tindakan dalam observasi. Kegiatan ini dilakukan secara timbal balik membentuk spiral rencana, tindakan pengamatan, dan refleksi (Sukmadinata, 2011: 141).

Ebbutt yang dikutip Hopkins (Rochiati, 2012: 12) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.


(26)

39

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain penelitian yang digunakan adalah Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Rochiati, 2012: 66) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Penelitian Kemmis dan McTaggart

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Taggart (Sumber : Hopkins, 1993 : 48)

Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan melalui empat kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dengan diawali orientasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran.

Siklus ini berlangsung sebanyak tiga kali untuk melihat peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dan berpedoman pada bagan di atas, hingga tercapai tujuan yang diinginkan, dan apabila tidak muncul lagi permasalahan dan


(27)

pembelajaran tampak sudah stabil dengan respon siswa yang diharapkan, maka penelitian dapat diakhiri hingga siklus tersebut (Wiriaatmadja, 2002: 130-131).

Ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan sendiri oleh peneliti dan didampingi oleh observer adalah memperbaiki rencana, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi serta tahap-tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga siklus terakhir.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yang penulis lakukan dengan guru kelas VI, dimana penulis sekaligus sebagai peneliti yang didampingi guru kelas VI sebagai observer. Menurut Suharsimi A, (2010: 7) bahwa

Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti.

Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Siklus I

1. Perencanaan.

Langkah pertama peneliti berdiskusi dengan guru yang akan diobservasi dimulai dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan keterampilan sosial yang diintegrasikan pada pembelajaran IPS. Kemudian melakukan identifikasi masalah tentang keterampilan sosial siswa kelas VI, ditemukannya kurangnya keterampilan sosial selama pembelajaran IPS berlangsung. Setelah itu peneliti bersama guru membicarakan bagaimana cara mengatasi dan memberikan solusi agar keterampilan sosial siswa itu meningkat. Langkah kedua menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan keterampilan sosial dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, menyusun lembar kerja siswa, membuat lembar observasi peserta didik untuk menilai pengembangan


(28)

41

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan sosial siswa. Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan persiapan mengajar untuk memperoleh gambaran dari tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran IPS tersebut adalah:

a. Membuat Silabus

Tujuan dibuatnya silabus dalam perencanaan ini adalah apa yang akan diajarkan tidak menyimpanng dari pokok-pokok yang ada dalam silabus tersebut, yang akan dijabarkan secara rinci dalam bentuk rencana pembelajaran.

b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Rumusan pembelajaran ini ditulis dalam rencana pembelajaran. Dilakukan untuk mempersiapkan rencana yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar, sehingga proses pembelajaran tidak jauh dari apa yang direncanakan karena sudah terprogram dan disesuaikan dengan kondisi para siswa.

c. Membuat Skenario pembelajaran tiap siklus Tabel 3.2

Skenario Pembelajaran Siklus I Kelas/Semester: VI/1

Mata

Pelajaran Waktu

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator IPS 3 JP Memahami

perkembangan wilayah Indonesia kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta benua-benua Mendeskripsikan sistem wilayah administrasi di Indonesia  Mengemukakan pendapat tentang perubahan yang terjadi wilayah negara Indonesia  Bekerjasama dalam mengidentifikasi penyebab adanya pemekaran di


(29)

wilayah Kab. Bandung  Memberikan

komentar tentang dampak positif dan negatif dari adanya

pemekaran wilayah

 Menyimpulkan tentang

perkembangan sistem

administrasi wilayah Indonesia

Pendahuluan (15 menit)

1) Mengkondisikan siswa ke dalam situasi belajar yang kondusif, dimulai dengan berdoa bersama, mengabsen kehadiran, kemudian menanyakan pekerjaan rumah untuk dikumpulkan dan diperiksa.

2) Appersepsi dengan bahan ajar yang akan disampaikan melalui lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” melalui pertanyaan “mengapa negara Indonesia disebut negara kepulauan?” apakah jumlah provinsi di Indonesia dari dulu sampai sekarang sama? Apakah luas wilayah negara kita bertambah?

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mengenai bagaimana perkembangan wilayah negara kita

4) Menyampaikan cakupan materi yaitu perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia, perkembangan wilayah di Kabupaten Bandung, alasan pemekaran wilayah Kabupaten Bandung.


(30)

43

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kegiatan Inti (70 menit)

a. Eksplorasi

1) Mengajak siswa untuk melakukan tanya jawab seputar perkembangan wilayah di negara Indonesia yang dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap afektif dan kognitif siswa.

2) Membahas isi lagu dan diberi kesempatan untuk menyebutkan provinsi-provinsi yang ada di Indonesia.

3) Siswa mengamati gambar peta negara Indonesia. b. Elaborasi

1) Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan LKPD yang telah tersedia. Guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing berjumlah 4 orang. Setiap kelompok berkesempatan mengelompokkan provinsi berdasarkan pulau di wilayah negara Indonesia.

2) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

3) Setelah selesai mengerjakan tugas kelompoknya, siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, kelompok yang lain menyimak dan menanggapi hasil tulisan yang dibacakan.

4) Siswa diajak untuk mengemukakan pendapat tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia

5) Siswa melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran c. Konfirmasi

1) Guru memberi hasil pengamatan dan tanggapan dari kegiatan kerja kelompok dari LKPD 1 dan 2

2) Siswa diberikan reward bagi kelompoknya yang mendapatkan hasil yang baik

3) Siswa diberi motivasi untuk belajar lebih baik lagi

Kegiatan Penutup (20 menit)

1) Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari 2) Guru memberikan penilaian kepada seluruh siswa


(31)

4) Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaannya dilakukan pada minggu berikutnya. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan keterampilan sosial siswa. Pelaksanaan tindakan direncanakan terdiri dari tiga siklus, dimana pada setiap siklus diimplementasikan pengembangan keterampilan sosial dengan model pendekatan kontekstual dalam penerapannya pada pembelajaran IPS.

3. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran dilakukan oleh guru maupun observer. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan dibantu oleh 2 orang observer dengan langkah-langkah berikut: 1) mengamati kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran, 2) membuat catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, 3) menuliskan hasil pengamatannya pada lembar observasi, 4) mengamati perilaku siswa yang berhubungan dengan keterampilan sosial siswa.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara: a) merenungkan kembali penerapan keterampilan sosial, b) melakukan analisis bersama observer dan guru kelas terhadap hasil observasi yang kemudian dijadikan sebagai bahan perencanaan pada siklus berikutnya, c) mengevaluasi hasil pengembangan keterampilan sosial dengan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, d) mengevaluasi hasil kegiatan kerja kelompok siswa dengan aspek-aspek tertentu yang menjadi acuan penilaian, e) peneliti mensitesiskan dari hasil refleksi tersebut untuk menyempurnakan pada pembelajaran siklus berikutnya.

Siklus 2

Sama halnya dengan siklus pertama, tahapan pada siklus kedua ini juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.


(32)

45

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan (plannning)

Guru mitra dan peneliti membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2. Pelaksanaan (acting)

Guru melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus yang pertama.

3. Pengamatan (observasi)

Guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan keterampilan sosial peserta didik melalui model pembelajaran kontekstual.

4. Refleksi (reflecting)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua.

Siklus 3

Siklus 3 ini merupakan putaran ketiga dari peningkatan keterampilan sosial dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan tahapan yang sama dengan siklus pertama dan kedua.

1. Perencanaan (plannning)

Guru mitra dan peneliti membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2. Pelaksanaan (acting)

Guru melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus yang pertama.

3. Pengamatan (observasi)

Guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan keterampilan sosial peserta didik melalui model pembelajaran kontekstual.

4. Refleksi (reflecting)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis untuk serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran


(33)

Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI dalam peningkatan keterampilan sosial siswa dengan model pembelajaran kontekstual.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini merupakan suatu penelitian secara langsung kepada subjek penelitian tentang penerapan pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas VI SD Negeri 2 Sukarame kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Penelitian tindakan kelas ini bertipe tindakan kemitraan atau penelitian kolaboratif. Berupa bentuk kerja sama antara guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti dalam hal ini adalah sebagai pengumpul data.

Sukmadinata (2011: 140) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor) dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.

Secara esensi, penelitian tindakan kelas ini merupakan perpaduan antara prosedur penelitian dengan tindakan substantif. Sebagai suatu prosedur penelitian, metode penelitian tindakan dicirikan oleh suatu kajian reflektif diri secara inkuiri, partisipasi diri dan kolaboratif terhadap latar ilmiah dan/atau implikasi dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan substantif, penelitian dicirikan oleh adanya intervensi skala kecil dengan memfungsikan kealamiahan latar, sebagai upaya diri melakukan reformasi dan iklim situasi sosial. Tujuannya meningkatkan kualitas pembelajaran dan iklim sosial yang ada dan berlangsung di dalam latar sosial tersebut Hopkins (Asrori, 2009). Ditinjau dari tujuannya, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggakaran pembelajaran di kelas, 2) mengadakan inovasi pembelajaran dalam bentuk pembelajaran inovatif dan 3) melakukan pengembangan kurikulum di kelas maupun di sekolahnya.


(34)

47

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam ilmu pengetahuan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosial dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran kontekstual akan menuntun siswa melalui ketujuh komponen utamanya yaitu: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, membantu siswa dalam tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik (Johnsons. E ,2006: 67).

2. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004). 3. Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang

lain dalam suatu konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik yang dengan secara sosial dapat diterima atau dinilai dan menguntungkan secara kepribadian. Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan, dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan kecepatan dan ketepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada disekitarnya (Chaplin, 2004). Keterampilan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan anak dalam melakukan suatu perbuatan dengan lancar disertai dengan kecepatan dan ketepatan sehingga dapat diterima secara sosial dan mempunyai keuntungan positif bagi pihak manapun. Penguasaan keterampilan sosial akan memungkinkan anak untuk memperoleh interaksi dan penerimaan sosial yang lebih baik. Indikator keterampilan sosial yang akan dikembangkan dan ditingkatkan pada anak adalah sebagai berikut :


(35)

a. Keterampilan mendengarkan orang lain b. Keterampilan bertanya

c. Keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan d. Keterampilan kerjasama

e. Keterampilan mau berbagi

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya satu tetapi menggunakan multi tehnik atau multi instrumen. Ada tiga kelompok teknik data, yang oleh Wolcot (Sukmadinata 2011: 151) disebutnya sebagai strategi lapangan primer yaitu pengalaman, pengungkapan, dan pengujian. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan kegiatan peserta didik belajar, kegiatan guru mengajar dengan menggunakan model yang diterapkan, pengembangan keterampilan sosial siswa. Observasi dilakukan sebelum pada saat dan setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, dengan tujuan adanya perbandingan perubahan keterampilan sosial setelah model diterapkan. Observasi yang dilakukan adalah observasi aktif artinya peneliti meneliti langsung perubahan perkembangan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah keterampilan bertanya, keterampilan mengeluarkan pendapat, keterampilan menghargai orang lain, dan keterampilan bekerjasama, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data hasil observasi. Wawancara dilakukan terhadap guru dengan tehnik wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara


(36)

49

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya berupa pertanyaan secara garis besar yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dan menjadi bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian. Dokumen yang digunakan berupa foto kegiatan pembelajaran, hasil kerja siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) .

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil dari program tindakan akan dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pedoman observasi pembelajaran

Pedoman observasi pembelajaran ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru. Pedoman observasi pada penelitian ini menggunakan pedoman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa yang terdapat pada lampiran. 2. Pedoman observasi

Melakukan pengamatan yang intensif terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar di kelas dan bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Para guru diharapkan mengadakan persiapan yang baik (Sukardi, 2012: 50). Dalam penelitian ini observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti menggunakan lembar pedoman observasi ini sebagai cara untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan sosial siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Cara menilainya dengan menggunakan skala antara satu sampai lima dengan pengkategorian sebagaimana yang dijelaskan oleh Riduwan (Dasar-dasar Statistika, 2003: 105) yaitu dalam penghitungan mean kelompok diambil titik tengahnya yaitu setengah dari jumlah ujung bawah kelas dan ujung atas kelas untuk mewakili setiap kelas interval. Hal ini dimaksudkan


(37)

untuk menghindari kemungkinan data yang ada disetiap interval mempunyai nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari titik tengah.

3. Pedoman wawancara

Dan dilakukan terhadap subjek penelitian. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan digunakan (Sugiyono, 2008: 140). Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman untuk melihat aktivitas guru selama proses pembelajaran yang mengacu kepada tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kontekstual.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dan digunakan sebagai bukti bahwa seorang peneliti benar-benar telah melakukan penelitian. Dokumen yang menjadi sumber data adalah dokumen resmi yang diperoleh di lapangan seperti kegiatan lapangan, foto-foto (Maleong, 2002: 161). Dokumentasi pada penelitian ini menggunakan foto-foto yang diambil ketika proses pembelajaran berlangsung.

G. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrumen peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi keterampilan sosial seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Keterampilan Sosial Siswa

Variabel Indikator Sub

Indikator Teknik Pulta Respon den Butir Item Keterampil an Sosial 1. Keterampilan mendengarkan orang lain a. Memperhatikan dengan konsentrasi yang lama

b. Tepat dalam menyimpulkan sesuatu yang dilihat dan di dengarnya

observa si

Siswa 1,2,3,4

2. Keterampilan bertanya

a. Tepat dalam mengemukakan pendapat b. Cepat dalam

menanggapi

observa si

Siswa 5,6,7,8 ,9


(38)

51

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pernyataan

c. Lancar dalam berbahasa atau berkomunikasi 3. Keterampilan

menjalin dan memelihara pertemanan

a. Mudah berteman dengan siapapun b. Mampu menjaga

perasaan temannya c. Menghargai pendapat temannya d. Menunjukkan keakraban ketika berinteraksi dengan temannya observa si

Siswa 10, 11, 12, 13

4. Keterampilan bekerjasama

a. Saling bertukar pikiran dan pendapat b. Berpartisipasi aktif

dalam kelompok c. Dapat bekerjasama

dengan baik d. Menghargai

pendapat orang lain

observa si

Siswa 14, 15, 16, 17

5. Keterampilan mau berbagi

a. Menunjukkan sikap toleransi

b. Cepat tanggap terhadap permasalahan c. Memberikan penjelasan materi yang belum dimengerti temannya observa so

siswa 18, 19, 20

H. Tehnik Pengolahan Data

Analisis data merupakan satu tahapan yang sangat penting dalam penelitian, karena memungkinkan peneliti memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan. Dalam tahap analisis data juga dilakukan reduksi data yaitu pencatatan kembali dalam bentuk uraian dan laporan secara rinci dan sistematis. Hal ini dilakukan untuk menelaah kembali seluruh catatan lapangan yang


(39)

diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, lalu dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan penting.

Miles & Huberman (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu datayang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data (Miles & Huberman, 1984)

2. Display Data

Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.

3. Verifikasi dan Simpulan

Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah simpulan yang mantap. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus


(40)

53

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas. Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.

I. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan dari pelaksanaan setiap siklus dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan rata-rata untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1. Data keadaan awal ketika sebelum dilakukan tindakan perbaikan

2. Data hasil observasi pada saat proses pembelajaran yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan guru

3. Data hasil observasi tentang keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS

4. Data wawancara guru tentang pelaksanaaan pembelajaran dalam menerapkan pembelajaran kontekstual

5. Kriteria yang digunakan dengan menggunakan rubrik penilaian dengan menggunakan mean data berkelompok sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2003: 105). Untuk keterampilan sosial digunakan pedoman penilaian sebagai berikut.

a. Keterampilan mendengarkan orang lain memiliki empat indikator, meliputi indikator dalam memperhatikan penjelasan guru, tidak bercanda selama mendengarkan penjelasan dari guru, menyimpulkan sesuatu yang di dengar, menyimpulkan kegiatan pembelajaran dengan kalimat sendiri, dengan skala 1 jika sangat tidak mampu, skala 2 jika kurang mampu, skala 3 jika cukup mampu, skala 4 jika mampu dan skala 5 jika sangat mampu

b. Keterampilan bertanya dengan lima indikator, meliputi indikator dalam menyimpulkan penjelasan, mengemukakan pendapat, berani mengemukakan ide , mengomentari pernyataan dengan cepat, mengajukan pertanyaan dengan komunikasi yang lancar, dengan skala 1 jika sangat tidak mampu, skala 2 jika


(41)

kurang mampu, skala 3 jika cukup mampu, skala 4 jika mampu dan skala 5 jika sangat mampu

c. Keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan memiliki empat indikator, meliputi indikator dalam mudah bergaul tanpa membeda-bedakan, menghargai perasaan teman, menghargai pendapat yang diajukan teman, berinteraksi dengan penuh keakraban, dengan skala 1 jika sangat tidak mampu, skala 2 jika kurang mampu, skala 3 jika cukup mampu, skala 4 jika mampu dan skala 5 jika sangat mampu

d. Keterampilan kerjasama memiliki empat indikator, meliputi indikator dalam saling memberikan pendapat dengan teman, aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, bekerja sama dengan kelompoknya dengan baik, menghargai setiap perbedaan pendapat, dengan skala 1 jika sangat tidak mampu, skala 2 jika kurang mampu, skala 3 jika cukup mampu, skala 4 jika mampu dan skala 5 jika sangat mampu

e. Keterampilan mau berbagi memiliki tiga indikator, meliputi indikator dalam menunjukkan sikap toleransi terhadap teman, menanggapi dengan cepat permasalahan yang muncul, saling berbagi pendapat tentang materi, dengan skala 1 jika sangat tidak mampu, skala 2 jika kurang mampu, skala 3 jika cukup mampu, skala 4 jika mampu dan skala 5 jika sangat mampu

Kriteria yang digunakan dengan menggunakan rentang mean data berkelompok sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2003: 105). Untuk kemampuan keterampilan sosial untuk setiap keseluruhan aspek keterampilan sosial menggunakan pedoman sebagai berikut:

a. Pengkategorian untuk setiap aspek keterampilan sosial siswa 1) Keterampilan mendengarkan orang lain

Empat indikator dengan rata-rata minimal 4 dan maksimal 20, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan kemampuan:

a) Skor antara 4 – 9 = rendah b) Skor antara 10 – 15 = sedang c) Skor antara 16 – 20 = tinggi


(42)

55

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Keterampilan bertanya

Lima indikator dengan rata-rata minimal 5 dan maksimal 25, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan kemampuan:

a) Skor antara 5 – 12 = rendah b) Skor antara 13 – 19 = sedang c) Skor antara 20 – 25 = tinggi

3) Keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan

Empat indikator dengan rata-rata minimal 4 dan maksimal 20, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan kemampuan:

a) Skor antara 4 – 9 = rendah b) Skor antara 10 – 15 = sedang c) Skor antara 16 – 20 = tinggi 4) Keterampilan kerjasama

Empat indikator dengan rata-rata minimal 4 dan maksimal 20, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan kemampuan:

a) Skor antara 4 – 9 = rendah b) Skor antara 10 – 15 = sedang c) Skor antara 16 – 20 = tinggi 5) Keterampilan mau berbagi

Tiga indikator dengan rata-rata minimal 3 dan maksimal 15, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan kemampuan:

a) Skor antara 3 – 6 = rendah b) Skor antara 7 – 10 = sedang c) Skor antara 11 – 15 = tinggi

b. Pengkategorian untuk rata-rata keseluruhan dengan nilai minimal 20 dan maksimal 100

Kriteria penilaian menggunakan rentang yaitu 20 – 46 = rendah, 47 – 73 = sedang, 74 – 100 = tinggi. Artinya jika keterampilan sosial siswa antara 20– 46 bararti keterampilan sosial siswa secara keseluruhan rendah, jika antara 47 – 73


(43)

berarti keterampilan sosial siswa secara keseluruhan sedang dan jika antara 74 – 100 berarti keterampilan sosial siswa secara keseluruhan tinggi.


(44)

165

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan hasil penelitian pada bab-bab yang sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan beberapa simpulan dan saran sebagai berikut:

A. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui proses pembelajaran yang menekankan pada pencapaian tujuan pembelajaran secara bermakna, peningkatan motivasi belajar siswa, belajar melalui bertanya, pemodelan, belajar secara mandiri, dan kelompok kooperatif, mengefektifkan proses inkuiri, presentasi hasil belajar siswa, melakukan refleksi pengalaman belajar dan penilaian proses serta hasil belajar otentik.

Keterampilan sosial siswa yang mencakup lima aspek yaitu keterampilan mendengarkan orang lain, keterampilan bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, keterampilan kerjasama dan keterampilan mau berbagi pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sukarame Kec Cipatat Kab Bandung Barat terlihat mengalami peningkatan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Dari kelima aspek keterampilan sosial, maka keterampilan sosial bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, dan keterampilan kerjasama mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan keterampilan mendengarkan orang lain dan keterampilan mau berbagi. Peningkatan ini terlihat ketika siswa lebih mampu untuk menyimpulkan penjelasan dari guru, mampu mengemukakan pendapat dengan menggunakan kalimatnya sendiri, mampu berkomunikasi dengan lancar karena sudah terbiasa, mampu menghargai pendapat temannya, mudah menerima keberadaan temannya dalam satu kelompok walaupun kemampuannya tidak sama, mulai aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, belajar mengemukakan pendapatnya dan mau bekerja sama dengan


(45)

temannya dalam menyelesaikan tugas kelompok dan mampu berinteraksi antar teman.

Hambatan guru selama menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual ini berlangsung karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan yang sama sehingga dalam menggali pengetahuan awal siswa harus benar-benar guru juga terampil dalam hal menyajikan pertanyaan maupun memberikan masukan kepada siswa. Hambatan itu dirasakan karena sebelumnya belum pernah melaksanakan model pembelajaran kontekstual dalam setiap proses pembelajarannya. Guru mengalami kesulitan ketika berusaha untuk menyuruh siswa mengungkapkan pendapat maupun mengajukan pertanyaan.

B. Saran

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru diharapkan menjadikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Karena pendekatan pembelajaran ini membawa siswa ke dalam kehidupan yang nyata berada di lingkungan sekitarnya.

Keterampilan sosial siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini ada lima yaitu keterampilan mendengarkan orang lain, bertanya menjalin dan memelihara pertemanan, kerjasama dan mau berbagi. Diantara kelima aspek tersebut ternyata hanya keterampilan mau berbagi yang peningkatannya tidak terlalu pesat dibandingkan empat keterampilan sosial lainnya. Dalam meningkatkan keterampilan sosial mau berbagi dapat menggunakan model pembelajaran yang lainnya yang diharapkan mampu lebih meningkatkan keterampilan mau berbagi.

Untuk sekolah, kiranya dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan potensi dirinya melalui pembinaan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun antar guru di sekolah, sehingga guru memiliki wawasan dan pengalaman untuk melaksanakan pembelajaran dengan berbagai variasi salah satunya dengan model pembelajaran kontekstual.


(1)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan hasil penelitian pada bab-bab yang sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan beberapa simpulan dan saran sebagai berikut:

A. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui proses pembelajaran yang menekankan pada pencapaian tujuan pembelajaran secara bermakna, peningkatan motivasi belajar siswa, belajar melalui bertanya, pemodelan, belajar secara mandiri, dan kelompok kooperatif, mengefektifkan proses inkuiri, presentasi hasil belajar siswa, melakukan refleksi pengalaman belajar dan penilaian proses serta hasil belajar otentik.

Keterampilan sosial siswa yang mencakup lima aspek yaitu keterampilan mendengarkan orang lain, keterampilan bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, keterampilan kerjasama dan keterampilan mau berbagi pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sukarame Kec Cipatat Kab Bandung Barat terlihat mengalami peningkatan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Dari kelima aspek keterampilan sosial, maka keterampilan sosial bertanya, keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, dan keterampilan kerjasama mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan keterampilan mendengarkan orang lain dan keterampilan mau berbagi. Peningkatan ini terlihat ketika siswa lebih mampu untuk menyimpulkan penjelasan dari guru, mampu mengemukakan pendapat dengan menggunakan kalimatnya sendiri, mampu berkomunikasi dengan lancar karena sudah terbiasa, mampu menghargai pendapat temannya, mudah menerima keberadaan temannya dalam satu kelompok walaupun kemampuannya tidak sama, mulai aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, belajar mengemukakan pendapatnya dan mau bekerja sama dengan


(2)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

temannya dalam menyelesaikan tugas kelompok dan mampu berinteraksi antar teman.

Hambatan guru selama menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual ini berlangsung karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan yang sama sehingga dalam menggali pengetahuan awal siswa harus benar-benar guru juga terampil dalam hal menyajikan pertanyaan maupun memberikan masukan kepada siswa. Hambatan itu dirasakan karena sebelumnya belum pernah melaksanakan model pembelajaran kontekstual dalam setiap proses pembelajarannya. Guru mengalami kesulitan ketika berusaha untuk menyuruh siswa mengungkapkan pendapat maupun mengajukan pertanyaan.

B. Saran

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru diharapkan menjadikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Karena pendekatan pembelajaran ini membawa siswa ke dalam kehidupan yang nyata berada di lingkungan sekitarnya.

Keterampilan sosial siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini ada lima yaitu keterampilan mendengarkan orang lain, bertanya menjalin dan memelihara pertemanan, kerjasama dan mau berbagi. Diantara kelima aspek tersebut ternyata hanya keterampilan mau berbagi yang peningkatannya tidak terlalu pesat dibandingkan empat keterampilan sosial lainnya. Dalam meningkatkan keterampilan sosial mau berbagi dapat menggunakan model pembelajaran yang lainnya yang diharapkan mampu lebih meningkatkan keterampilan mau berbagi.

Untuk sekolah, kiranya dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan potensi dirinya melalui pembinaan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun antar guru di sekolah, sehingga guru memiliki wawasan dan pengalaman untuk melaksanakan pembelajaran dengan berbagai variasi salah satunya dengan model pembelajaran kontekstual.


(3)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penelitian ini, diperlukan adanya penelitian lain. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lain mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan penerapan metode, tehnik atau model pembelajaran sebagai salah satu alternatif meningkatkan kemampuan maupun keterampilan sosial siswa yang belum terdapat dalam penelitian ini misalnya seperti tanggung jawab, keberanian, sopan santun.


(4)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. (2006). Contextual Teaching And Learning. Bandung : Mizan Learning Center (MLC).

Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widia Asrori, M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Wacana prima

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta

Banks, A. James. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies : Inquiry, valuing, and Decision-Making. New York : Longman

Cartledge & Milburn. (1992). Teaching Social Skills to Children. New York : Pergamon Press

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual teaching and Learning (CTL). Jakarta : Ditjen Dikdasmen

Depdiknas (2006). Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran. Departemen Pendidikan Nasional

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya Hartinah, S. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Refika Aditama Herimaturida. (2009). “Pengaruh Penggunaan Metode Investigasi Kelompok

terhadap Keterampilan Sosial Siswa”. Jurnal Pendidikan Ilmu

Sosial.17.(33).43-46

Hurlock, EB. (1978). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga

Isjoni. (2007). Integrated Learning : Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar. Bandung : PT. Falah Production

Johnson, B. E. (2006). Contextual Teaching And learning. Bandung : PT. Mizan Komalasari, (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung :


(5)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Kurniati, (2009). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Bandung : tidak diterbitkan Miles & Huberman. (1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New

Methods. California: Sage Publications

Maftuh, B. (2010). Memperkuat Peran IPS dalam Membelajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Maleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosa Karya

Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : PT Alfabetha

NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies : Expectation of Excellece. Washington

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang

Nurihsan, J. A.(2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : SPs

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 Tentang Tujuan Pendidikan Dasar Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung : PT. Alfabeta

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT Karsa Mandiri Persada

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabetha

Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Edisi 5. Alih Bahasa: Juka Demanik et al. Jakarta : Erlangga

Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya


(6)

Tuti Yuliastuti, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Savitri, (2010). Sembilan Keterampilan Sosial Prasekolah. Bandung : tidak diterbitkan

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosda Karya

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : PT Alfabeta

Suharsimi, A. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Sukardi.(2012). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Sukmadinata, S.N. (2011). Metode Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sumiati & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima Syaodih, E. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia : http//educare.e-fkipunla.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka

Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Vygotsky, L.S. (1978). Mind In Society. Cambridge. Harvard University Press Wiriaatmaja, R. (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PERBANDINGAN MODEL VCT DAN MODEL MORAL REASONING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 7 115

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN Sentul 02 Tahun Pelajaran 2012/2

0 2 9

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING(BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 3 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang ).

0 0 93

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS.

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ips UNTUK

0 0 15