PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang ).

(1)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... .. 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah... ... 9

C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian... ... 13

D. Tujuan Penelitian ... ... 14

E. Definisi Operasional... ... 15

F. Manfaat penelitian... ... 18

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS A. Model Pembelajaran 1. Konsep Belajar... . 20

2. Teori-Teori Belajar... . 22

B. Model Pembelajaran Kontekstual 1. Konsep Pembelajaran Kontekstual... 24

2. Implementasi Pembelajaran Kontekstual... 27

3. Langkah – Langkah Pembelajaran Kontekstual... 34

4. Landasan Filosofis dan Psikologis Pembelajaran Kontekstual... 36

a. Landasan Filosofis... 36

b. Landasan Psikologis... 37

C. Konsep Pembelajaran IPS 1. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial... . 39


(2)

xi D. Konsep Keterampilan Sosial

1. Ciri – Ciri Keterampilan Sosial... 45

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial 46 3. Indikator – Indikator dalam Keterampilan Sosial... 48

E. Karakteristik dan Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Pertama... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 53

B. Lokasi dan Subyek Penelitian... 59

C. Teknik dan Alat Pengumpul Data... 60

D. Teknik Analisis Data... 63

E. Waktu Penelitian... 64

F. Uji Coba Model Terbatas... 74

1. Pelaksanaan Uji Coba Model Terbatas Pembelajaran Kontekstual... 65

2. Uji Coba Model Terbatas Pertama... 66

3. Uji Coba Model Terbatas Kedua... 74

4. Uji Coba Model Terbatas Ketiga... 78

G. Uji Coba Luas... 82

a. Uji Coba Luas Pertama... 83

b. Uji Coba Luas Kedua... 86

c. Uji Coba Luas Ketiga... 89

H. Desain Hasil Pengembangan Model... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 103

B. Hasil Uji Coba Model Terbatas... 121

a. Perencanaan... 121

b. Implementasi... 121

c. Evaluasi... 122

1) Aspek Pengetahuan... 123

2) Aspek Keterampilan Sosial... 126

d. Temuan Hasil Uji Coba Terbatas... 129

e. Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya... 130

C. Hasil Uji Coba Luas... 131

a. Perencanaan... 131

b. Implementasi... 132

c. Evaluasi... 132

1) Aspek Pengetahuan... 133

2) Aspek Keterampilan Sosial... 138

d. Temuan Hasil Uji Coba Luas... 143


(3)

xii

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Kondisi Pembelajaran IPS Saat Ini... 147

2. Desain Model Pembelajaran Hasil Pengembangan.... 148

3. Dampak Keberhasilan Model Pengembangan... 150

B. Rekomendasi 1. Untuk Guru... 152

2. Untuk Kepala Sekolah... 153

3. Untuk Peneliti Selanjutnya... 154

DAFTAR PUSTAKA... 155


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan pembentukan negara Indonesia adalah membangun bangsa yang cerdas. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang memiliki kemampuan menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan kehidupan global yang cenderung terus berubah. Guna mencapai tujuan tersebut maka pendidikan harus diarahkan pada usaha dalam membangun dan meningkatkan kemampuan bangsa. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju-mundurnya pendidikan bangsa ini.

Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Pelaksana pendidikan harus dimulai dengan pengadaan lembaga pendidikan sampai pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal,sosial, maupun profesional harus benar – benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.


(5)

mengajar, tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab untuk mendidik dalam arti membentuk kepribadian dan membina prilaku peserta didik. Hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Implementasi dari undang-undang tersebut dituangkan menjadi tujuan institusional kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Salah satu muatan KTSP pendidikan dasar dan menengah adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran termasuk kelompok pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang secara konseptual maupun operasional Ilmu pengetahuan Sosial erat hubungannya dengan studi sosial (Social Studies). Pendidikan dilandasi pada nilai usaha sadar untuk memanusiakan manusia dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pendidikan meliputi bagian tertentu seperti sekolah, agama dan sistem nilai, guru merupakan orang yang sangat tahu bagaimana mengembangkan potensi peserta didik.

Ada dua hal konsep kependidikan yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan yakni belajar dan pembelajaran. Artinya bahwa konsep belajar


(6)

berakar pada peserta didik dan konsep pengajaran berakar pada pihak pendidik. Pelaksanaan pendidikan tidak cukup hanya seorang guru saja yang berperan aktif, tetapi juga dari peserta didik sebagai subjek dari pembelajaran tersebut. Sehingga kedua belah pihak dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan secara komprehensif. Pada dasarnya siswa adalah seorang pembelajar aktif. Mereka senantiasa berusaha menemukan pengertian-pengertian, pemahaman-pemahaman, fakta atau fenomena yang ditemui. Mereka aktif membangun dan menginterprestasikan segala sesuatu sehingga mencapai pengertian terhadap diri dan lingkungannya.

Sebagai pelaksana kurikulum di kelas, guru mempunyai peranan yang dominan dalam pencapaian tujuan pendidikan, sebagaimana dikatakan Sukmadinata (2006:191) “ pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan, ketiganya membentuk triangel, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah hakikat pendidikan “. Ketiga sisi segitiga peran pendidik menempati posisi utama dari dua sisi lainnya dan mempengaruhi kualitas hasil belajar.

Guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan memegang peranan yang utama untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengajar secara efektif dan efisien. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Menurut Sukmadinata (2008:194) “betapapun bagusnya


(7)

kurikulum (official) hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di dalam kelas (actual)”.

Menurut Mansur Muslich ( 2009:40 ), dalam suatu pembelajaran, pendekatan memang bukan segala-galanya. Masih banyak faktor yang ikut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor - faktor tersebut antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran,kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar dan teknik penilaian. Ini berarti pendekatan sebagai salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum yang lebih mementingkan penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru (teacher centered). Situasi pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi pasif. Bagi siswa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang membosankan, sehingga kurang motivasi. Disisi lain guru tidak mempunyai kreatifitas dalam mengajar karena materi yang diajar selalu sama setiap tahunnya, lamanya masa kerja dan beban kerja yang banyak sehingga menimbulkan rasa bosan dan gaya belajar yang monoton. Upaya untuk meningkatkan prestasi dan keterampilan sosial siswa, dalam proses pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah harus mulai diubah sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan


(8)

disukai oleh siswa. Siswa lebih berperan dan berinteraksi satu sama lainnya sehingga pada akhirnya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.

Proses pembelajaran yang efektif yang diinginkan adalah perubahan pada diri peserta didik / siswa dalam aspek pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan dan kebiasaan dan guru sebagai manajer pembelajaran menempatkan siswa menjadi klien dengan menghilangkan dinding pemisah dalam arti positif. Keaktifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses informasi tersebut secara efektif dan siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal. Perlunya model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatan dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kehidupan yang praktis dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hapalan dari sekian topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan keterampilan sosial (social skill), terutama dalam pembelajaran IPS


(9)

Menurut Soemantri (2001:183) dalam model penyusunan isi pendidikan IPS, salah satu unsur yang penting adalah keterampilan (skills). Apa yang dimaksud dengan skills di sini ialah seperangkat jenis-jenis keterampilan dan dimensi berpikir serta keterampilan sosial dan berkomunikasi yang terdiri atas lima tingkat,yaitu : a) menafsirkan, b) menerapkan, c) menganalisis, d) mensintesiskan dan e) mengevaluasi.

Konsep pembelajaran IPS hampir sebagian besar bersifat abstrak perlu disertai dengan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Menurut Piaget (Sukmadinata, 2007:118) pada tahap operasi formal ( formal operational) anak usia 11 tahun keatas, pada tahap ini kemampuan berpikir anak telah sempurna, ia telah dapat berpikir abstrak, berpikir deduktif dan induktif, berpikr analitis dan sintesis. Menurut pendapat Soemantri (2001:39), bahwa pendekatan ekspositori sangat menguasai keseluruhan proses belajar mengajar, penyebaran kawasan tujuan instruksional tidak memungkinkan siswa untuk belajar aktif, apalagi mengalami proses pengkajian, suatu pengalaman yang sangat diperlukan untuk membiasakan dalam proses berpikir, bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam menuju hidup bermasyarakat secara baik itu alur proses pengambilan keputusan akan memberi pengalaman proses berpikir, besikap dan berlatih untuk berbeda pendapat, berlatih menerima kritikan, berlatih berargumentasi, berlatih bertanya, berlatih mengakui kesalahan dan menerima pendapat yang benar akan merupakan landasan dan pengalaman dalam menumbuhkan keterampilan sosial.


(10)

Keterampilan sosial sebagai salah satu tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama harus mendapat perhatian berdasarkan pertimbangan bahwa siswa SMP berada pada tahap perkembangan remaja awal yang ditandai dengan semakin luasnya lingkungan pergaulan dan semakin tingginya intensitas hubungan dengan teman sebaya berdampak pada semakin tingginya kebutuhan sosial,yaitu tercipta hubungan sehat dengan orang lain.

Sementara peranan guru di sekolah juga tidak hanya sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pembimbing. Dalam setiap pembelajaran di kelas guru hendaknya dapat mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya dan kegunaan dari keterampilan sosial. Keterampilan sosial disini meliputi kerjasama, dapat berbagi dengan orang lain, berpartisipasi, berteman, membantu orang lain, memahami petunjuk, memahami tugas, menerima segala perbedaan, mampu menjadi pendengar yang baik, komunikasi,sabar dan mengerti sopan santun.

Hasil pengamatan penulis dilapangan sebagai guru IPS, menunjukan belum adanya penerapan keterampilan sosial seperti yang diuarikan diatas. Siswa SMP selama ini menunjukan berbagai gejala perilaku sosial yang salah dikalangan siswa, diantaranya saling mengejek, memberi sebutan yang tidak baik pada teman,menyendiri, tidak mau bergaul, mau menang sendiri, kurangnya kepedulian terhadap teman, bertengkar,tidak patuh pada peraturan, kurang menghargai dan menghormati guru. Siswa dalam pembelajaran cendrung kurang menghargai pendapat teman yang ditunjukan ketika mengerjakan tugas kelompok, kurang aktif dalam diskusi kelompok, acuh terhadap tugas kelompok


(11)

yang diberikan, sehingga proses pembelajaran didominasi oleh siswa tertentu saja. Kondisi perilaku ini menunjukan kurangnya kemampuan penyesuaian diri siswa sebagai akibat tidak dikuasainya keterampilan sosial yang merupakan bekal dalam melakukan hubungan sosial dengan orang-orang disekitarnya.

Uraian diatas menunjukan bahwa peningkatan keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran IPS sudah menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh berbagai pihak. Atas dasar asumsi yang mendasari itulah, maka penerapan model pembelajaran konstektual diharapkan dapat membantu siswa mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa. Program pembelajaran IPS di tingkat pendidikan dasar dan menengah melalui peran guru IPS sebagai pengajar dan pendidik bagi peserta didik perlu mengembangkan keterampilan sosial.

Uraian tersebut diatas, maka penulis akan mencoba menerapkan model pembelajaran konstektual siswa kelas VIII mata pelajaran IPS pada tingkat satuan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Serang. Dengan harapan dapat membimbing siswa mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajarinya dan pembelajaran ini melibatkan siswa secara aktif akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Model pembelajaran ini dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan


(12)

dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri.

B Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang mencirikan proses pembelajaran belum optimal, Soemantri (2001:187) menyatakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan pendidikan pada umumnya, khususnya IPS dalam upaya demokratisasi sangat banyak dan kompleks, karena menyangkut kesatuan perkembangan ilmu, nilai dan keterampilan berpikir dan mengkomunikasikan gagasan atau pendapat. Konsep pengembangan pembelajaran IPS harus mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa, karena itu guru yang harus menguasai berbagai model pembelajaran sehingga guru tidak hanya mengandalkan model ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan asumsi tersebut maka yang akan menjadi rumusan masalahnya adalah “Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam mata pelajaran IPS ?”

Pembatasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Pengembangan model pembelajaran kontekstual dalam bidang studi IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa pada Sekolah Menengah Pertama. Guna mencapai tujuan tersebut, guru hendaknya mampu merencanakan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi harapan berbagai komponen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat sebagaimana dikemukakan Sukmadinata ( 2008


(13)

:161) yang menyatakan bahwa pemilihan model akan sangat didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, namun perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Artinya bahwa pengembangan model pembelajaran akan ditentukan oleh adanya sistem pendidikan yang berlaku dan sistem masyarakat sebagai pengguna dan sekaligus pengelola pendidikan yang ada dilingkungannya.

Pengembangan model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran kontekstual. Dimana melalui model pembelajaran ini akan diketahui tujuan yang ingin dicapai yaitu model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Untuk menjelaskan pembatasan masalah, maka pemetaan operasional penelitian digambarkan sebagai berikut :


(14)

Gambar.1.1

Peta Variabel Teoritis Proses Pembelajaran (Sumber : dimodifikasi dari Sukmadinata, 2008:276)

Gambar 1.1 menunjukan bahwa banyak variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran IPS, sebagai sistem yang terdiri dari Instrumental input, Raw input, proses, output dan enviromental input. Sesuai dengan permasalahan dan topik penelitian yang akan dibahas,maka perlu adanya pembatasan. Pada variabel input yang meliputi siswa,guru dan lingkungan, dari bagan diatas masing-masing akan dipersempit lagi yaitu, varibel siswa penelitian akan dibatasi pada kecerdasan dan minat IPS siswa kelas delapan, variabel guru akan

ENVIOREMENTAL INPUT Lingkungan Sekolah

dan Masyarakat

OUT PUT Keterampilan

intelektual,Keterampilan Sosial,Tanggung jawab sosial, dan Kepedulian sosial

PROSES Pembelajaran IPS: Perencanaan, Pelaksanaan

dan Evaluasi RAW INPUT

Kecerdasan, Kebiasaan belajar, karakteristik fisik ,

bakat dan Minat Siswa terhadap IPS

INSTRUMENTAL INPUT Guru, Kurikulum,Manajemen, Sarana prasarana, Media, Sumber belajar


(15)

dibatasi pada pendidikan, pelatihan dan pengalaman mengajar, kurikulum akan dibatasi pada kurikulum IPS, sarana dan prasarana serta variabel lingkungan dibatasi pada kondisi di lingkungan sekolah. Pada variabel proses, penelitian akan dibatasi pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Pada komponen Output, dibatasi pada peningkatan keterampilan sosial.

Menurut Sukmadinata (2008:276) tidak semua aspek atau variabel yang dipetakan dalam peta teoritis diteliti. Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan : pertama variabel-variabel tersebut sangat banyak, kedua tidak semua variabel memiliki kekuatan yang sama terhadap variabel lainnya, ketiga peneliti sendiri telah mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan pemilihan fokus, dan keempat pertimbangan praktis berkenaan dengan penyusunan instrumen,kemudahan mendapatkan data dan ketersediaan waktu dan biaya.

Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan, maka penelitian ini difokuskan pada “ Pengembangan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa“


(16)

C Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Untuk memudahkan dan lebih terarahnya penelitian ini, maka dari permasalahan diatas diajukan beberapa fokus dan pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana kondisi pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini yang meliputi :

a. Perencanaan pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini? b. Implementasi pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini? c. Evaluasi pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini?

2. Model pembelajaran kontekstual yang bagaimana, yang cocok untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam mata pelajaran IPS di Kota Serang, yang meliputi :

a. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran IPS ?

b. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran IPS?

c. Evaluasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran IPS?

3. Bagaimana dampak pengembangan model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa?


(17)

D Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran kontekstual dalam bidang studi IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan yang bersifat umum tersebut, dijabarkan beberapa tujuan yang lebih khusus, yaitu:

1.Memperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini ,yang meliputi :

a. Perencanaan pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini b. Implementasi pembelajaran IPS di SMP Kota serang saat ini. c. Evaluasi pembelajaran IPS di SMP Kota Serang saat ini

2. Mengembangkan model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam mata pelajaran IPS di Kota Serang, yang meliputi: a. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual

dalam mata pelajaran IPS

b. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual dalam mata pelajaran IPS?

c. Evaluasi pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual dalam mata pelajaran IPS?

3. Mengetahui dampak model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa.


(18)

E Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Bruce W Tuckman (1972:57) adalah variabel yang mendukung penelitian yang dapat di ukur dan diuji. Definisi operasionalnya yaitu :

1. Model Pembelajaran Kontekstual

Model adalah suatu pola atau gaya dari suatu proses pembelajaran yang berlangsung untuk mencapai keberhasilan dari suatu program pembelajaran. Pemaknaan model pembelajaran menurut merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas mengajar.

Pembelajaran kotekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga,


(19)

pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya bagaiman materi pelajaran dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.

2. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah suatu kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu atau bersifat saling menguntungkan ( Cartledge &Milburn,1995) dalam www.e-psikologi.com. Keterampilan sosial merupakan kemampuan siswa untuk melakukan hubungan baik dengan sesama siswa yang ditampilkan dalam proses pembelajaran, mencerminkan perilaku siswa dalam mengaktualisasikan nilai - nilai sosial yang berlaku (Zulyani,2009:14).

Keterampilan sosial mencakup dua aspek yaitu :

a. Keterampilan bekerja sama, meliputi kecakapan bekerja dalam kelompok dengan indikator mampu menghargai diri, menghargai orang lain, mampu berbagi giliran denga teman dan mampu memeliharan susana kelompok.

b. Keterampilan berkomunikasi, meliputi kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara dan kemampuan meyakinkan orang lain.

Jadi, keterampilan sosial adalah keterampilan secara cakap tampak dalam tindakan, mampu mencari, memilah dan mengolah informasi, mampu mempelajari hal-hal yang baru untuk memecahkan masalah sehari-hari, memiliki


(20)

keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai dan mampu bekerja sama dengan orang lain yang majemuk.

F Manfaat Penelitian.

Berdasarkan hasil kajian konseptual, temuan-temuan di lapangan harapannya penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran IPS. Kontribusi tersebut baik untuk keperluan secara teoritis maupun secara praktis, guna memecahkan persoalan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat memperkuat prinsip yang terkait dengan pembelajaran IPS melalui pendekatan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pendekatan model pembelajaran IPS dan juga dapat memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis untuk meningkatkan atau menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama. Secara praktis manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi guru – guru, khususnya guru IPS dapat memberikan khasanah dalam memperbaiki proses pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual.


(21)

b. Bagi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah.

c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadikan landasan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui pengembangan pembelajaran kontekstual.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Metode Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Metode penelitian yang akan digunakan adalah Research and Development (R&D) yaitu suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan, termasuk didalamnya yaitu pembelajaran.

Pengembangan model ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan ( research and development) /R&D yang merujuk pada teori Borg dan Gall (1989). Adapun langkah yang ditempuh dalam penelitian ini menurut Borg dan Gall mencakup 10 (sepuluh) langkah, yaitu :

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting) Tahap ini merupakan studi pendahuluan sebagai bentuk pengumpulan data awal di lapangan yang dijabarkan dalam bentuk studi literatur, observasi kelas khususnya berkenaan dengan ketersediaan sarana, alat, media serta sumber belajar, telaah kondisi dan kinerja guru serta lingkungan dan manajerial sekolah.

2. Perencanaan (Planning), merupakan tahapan perancangan berbagai kegiatan dan prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian, diantaranya :


(23)

a) merumuskan tujuan khusus, b) memperkirakan kebutuhan dana tenaga dan perkiraan waktu, c) menentukan prosedur kerja dan bentuk partisipasi yang diperlukan selama penelitian dan d) pengembangan dan perancangan uji kelayakan dalam skala kecil dan terbatas.

3. Pengembangan bentuk awal (develop preliminary form of product), adalah langkah pengembangan bentuk awal sebuah prototype yang diharapkan termasuk didalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan instrumen evaluasi.

4. Uji coba model awal (preliminary field testing). Merupakan kegiatan uji coba lapangan awal yang dilakukan terhadap satu sampai tiga sekolah dengan menyertakan beberapa subyek penelitian. Pada tahap ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara serta observasi. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi data kualitatif awal dari model prototype yang akan diuji cobakan pada langkah berikutnya.

5. Revisi hasil uji coba (main product revision). Merupakan tahap penyempurnaan atau perbaikan prototype yang sudah diujicobakan di awal. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara berulang – ulang sehingga diperoleh rancangan produk yang lebih siap untuk diujicobakan kembali.

6. Uji coba utama (main field testing), merupakan ujicoba kegiatan lapangan utama yang dilakukan pada sejumlah sekolah dengan menyertakan sejumlah besar subyek penelitian. Data kuantitatif berupa hasil pretest dan postest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.


(24)

7. Revisi produk (operational product revision), yaitu merupakan langkah yang ditempuh untuk merevisi prototype secara operasional dengan menggunakan informaasi dan data yang terkumpul melalui uji coba lapangan di tahap pertama sehingga di tahap ini dan atau selanjutnya dapat dilakukan peningkatan dan penyempurnaan produk penelitian.

8. Uji coba operasional (operational field testing), Merupakan langkah ujicoba lapangan operasional atau dikenal juga dengan istilah uji empiris, idealnya dilakukan untuk 10 – 30 sekolah dan melibatkan 40 – 200 responden / subyek penelitian. Data dikumpulkan melalui angket, observasi dan wawancara untuk kemudian dianalisis. Melalui langkah ini maka dapat ditentukan apakah draft akhir model tersebut sudah benar – benar siap untuk disebarkan disekolah. 9. Revisi produk akhir (final product revision), merupakan tahap revisi akhir

prototype (model ysng dihasilkan ). Revisi dilakukan dengan memperhatikan masukan dan saran – saran yang diperoleh melalui monitoring yang bersumber dari hasil wawancara dengan pihak guru atau observasi langsung saat pelaksanaan ujicoba.

10.Penyebaran dan distribusi (dissemination and distribution), merupakan urutan terakhir dari riset dan pengembangan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan 1) mempublikasikan ujicoba model melalui pertemuan-pertemuan dengan pihak terkait atau model jurnal ilmiah, 2) mengadakan kerjasama dengan para peneliti untuk mendistribusikan hasil penelitian atau 3) melakukan distribution monitoring melalui kegiatan pemantauan dan kontrol terhadap distribusi hasil penelitian.


(25)

Dari kesepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall tersebut diatas, dalam penelitian ini hanya menggunakan langkah pertama sampai ketujuh, yang disesuaikan dengan keperluan penelitian tanpa mengurangi essensi dari penelitian dan pengembangan.

Menurut Sukmadinata (2008:184) Langkah - langkah pelaksanaan Penelitan dan Pengembangan dikelompokan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Studi pendahuluan.

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah pertama studi kepustakaan yang merupakan kajian untuk mempelajari konsep – konsep atau teori – teori berkenaan dengan model yang akan dikembangkan, dalam hal ini mengenai model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan keterampilan sosial. Kedua survai lapangan, dilaksanakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,dimana penelitian akan dilaksanakan. Ketiga, Penyusunan model, berpegang pada data yang didapat dari survai dan mengacu pada teori atau konsep dari hasil studi kepustakaan, maka mulailah disusun draf awal model produk yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan Pengembangan Model

Berdasarkan hasil studi kepustakaan, baik yang bersifat konseptual atau teoritis maupun hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bentuk atau model pembelajaran yang cocok. Hal yang perlu direncanakan dengan


(26)

seksama adalah instrumen-instrumen yang diperlukan selama uji coba pengembangan.

3. Uji Coba Model

Pada tahap ini akan dilakukan uji coba terbatas. Selama pelaksanaan uji coba terbatas, dilakukan pengamatan oleh peneliti dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah dilakukan uji coba terbatas dilakukan revisi dan penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba tersebut. Penyempurnaan dilakukan dalam uji coba luas. Untuk memperjelas langkah penelitian, perlu dijelaskan secara sistematis sebagai berikut :


(27)

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian

Studi Pendahuluan studi literatur dan studi lapangan

Hasil kajian literatur dan studi lapangan Merumuskan tujuan,materi, dan metode Merumuskan prosedur Pembelajaran Menyusun alat evaluasi

Uji coba terbatas (desain,Implementasi

dan Evaluasi ) Uji coba luas (desain,implementasi,

evaluasi)

Draf awal yang akan Diuji cobakan

Model pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan keterampilan sosial Perencanaan dan

Penyusunan model pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran


(28)

B Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yang dimaksud menunjukan pada pengertian situasi sosial yang mengandung tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Sugiyono,2009:298). Lokasi yang dimaksud adalah tempat berlangsungnya penelitian, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Serang, yaitu SMP Negeri 8, SMP Negeri 18, SMP Negeri 19 dan SMP Negeri 3. Pengambilan data sampel penelitian berdasarkan sampel wilayah atau area probability sampel, yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi (Arikunto,2006:138). Kota Serang yang memiliki enam kecamatan, oleh peneliti diambil tiga kecamatan sebagai sampel. Sedangkan alasan pengambilan lokasi didasarkan pada pertimbangan yaitu, pertama, peneliti bekerja dan tinggal di Kota Serang, kedua, adanya dukungan dari kepala sekolah sebagai pimpinan di satuan pendidikan, ketiga, adanya kemauan dari pihak guru IPS untuk bekerjasama dengan peneliti.

Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kota Serang. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut :

1. Dalam studi pendahuluan, sampel yang diambil adalah 11 orang guru mata pelajaran IPS yang sedang mengajar di kelas VIII Kota Serang dan kurang lebih 200 orang siswa kelas VIII Kota Serang. Tujuannya untuk memperoleh gambaran riil proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.


(29)

2. Langkah selanjutnya menetapkan satu sekolah, yaitu SMP Negeri 8 yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yaitu tempat dilakukannya uji coba terbatas terhadap model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial.

3. Setelah melakukan uji coba terbatas, maka selanjutnya dilakukan uji coba luas di tiga sekolah Kota Serang yaitu SMP Negeri 3, SMP Negeri 18, dan SMP Negeri 19

C Teknik dan Alat Pengumpul Data

Metode yang digunakan adalah survey pada tahap studi pendahuluan, dan metode penelitian tindakan ( Action Research) pada tahap pengembangan model. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhada kegiatan yang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara observasi partisipasif ( participatory observation) yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, dan observasi non partisipasi (nonparticipatory observation) yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.


(30)

Dalam kegiatan observasi di kelas, pada mata pelajaran IPS peneliti menggunakan pedoman observasi yang berbentuk isian, dengan memberikan atau membubuhkan tanda centang (v) pada aspek yang muncul. Tujuan utama dari observasi ini adalah untuk memantau proses, hasil dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Langkah – langkah observasi terdiri dari tiga tahap yaitu, pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi dan pertemuan balikan. Pertemuan pendahuluan sebagai pertemuan perencanaan dilakukan sebelum observasi berlangsung dengan tujuan menyepakati hal-hal yang akan diamati dengan subyek penelitian. Pelaksanaan observasi dilakukan setelah adanya kesepakatan dengan siswa terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

2. Angket / Quesioner.

Angket atau quesioner merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung, peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Angket berisi pernyataan - pernyataan yang berkaitan dengan perencanaan penelitian sampai dengan evaluasi akhir daripenelitian.

Angket yang disebarkan pada tahap studi pendahuluan kepada guru dan siswa untuk mengetahui kondisi pembelajaran IPS saat ini, dan angket yang disebarkan pada guru untuk mengetahui pendapat mereka tentang model pembelajaran yang telah dikembangkan.


(31)

Kuesioner pengukuran diri (self measures) diberikan kepada siswa untuk menilai keterampilan sosialnya berdasarkan penilaian siswa terhadap kondisi diri mereka masing - masing secara objektif. Respon siswa dikonstruk dalam bentuk Comprehensive Student Evaluation yang diambil dari Social Skills Instruction Guide. Skor masing-masing terentang dari nol sampai tiga. Jumlah pertanyaan 30 sehingga skor terendah adalah nol dan skor tertinggi adalah 90.

3. Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara dilaksanakan secara terstruktur dan dapat dilakukan melalui pertemuan tatap muka ( face to face ) secara individual atau kelompok.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain dengan maksud mendapat informasi sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan.

4. Tes

Tes umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologi terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskiprtif. Tes yang digunakan dalam pendidikan biasa dibedakan antara tes hasil belajar ( achievement test ) dan tes psikologis (psychological test). Tes hasil belajar kadang – kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil belajar yang


(32)

dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut tujuannya tes hasil belajar terdiri dari tes diagnostik, formatif dan sumatif. Dalam penelitian ini akan menggunakan tes formatif, yang mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antar teman maupun dalam penguasaan target materi. Hasil tes formatif digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran.

5. Dokumentasi

Dokumen sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada, yang digunakan selama penelitian berlangsung sebagai bukti, seperti bahan pembelajaran, soal – soal tes dan hasilnya, serta berkenaan dengan pembelajaran IPS pada jenjang SMP dan keterampilan sosial pada tahap studi pendahuluan.

Peneliti juga membuat catatan harian, yang digunakan sebagai bahan refleksi untuk menyempurnakan model pembelajaran yang akan diuji coba selanjutnya.

D Teknik Analisis Data

Pada tahap studi pendahuluan, kegiatan survey awal dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama. Pembelajaran meliputi model pembelajaran IPS yang selama ini digunakan oleh guru-guru, perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi, kondisi dan kegiatan siswa, sumber belajar, media atau alat bantu pembelajaran yang digunakan, serta fasilitas lain yang ada disekolah yang sering digunakan.


(33)

Analisis data yang digunakan pada tahap ini dengan analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari angket, dicari frekwensi untuk setiap alternatif jawaban untuk dihitung persentasenya. Analisis kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara.

Pada tahap pengembangan, data diperoleh dari hasil observasi selama guru mengajar baik pada tahap uji coba terbatas maupun tahap uji coba luas. Masing – masing guru dianalisis secara kualitatif, kemudian didiskusikan untuk penyempurnaan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

Data hasil belajar siswa pada uji coba terbatas dan uji coba luas akan dianalisis dengan uji t, untuk melihat perbedaan antara hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) dengan menggunakan komputer program SPSS versi 13. Selain terhadap hasil belajar siswa, dalam aspek keterampilan sosial sebagai hasil belajar utama juga diadakan uji t untuk menguji perbedaan hasil antara pretest dan postest dengan menggunakan SPSS versi 13.

E Waktu Penelitian

Pelaksanan penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri pada kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 dimulai dari bulan Maret 2010 sampai bulan Mei 2010.


(34)

F. Uji Coba Model Terbatas

1. Pelaksanaan Uji Coba Model Terbatas Pembelajaran Kontekstual

Uji coba model dilakukan melalui uji coba model terbatas dan uji coba luas. Uji coba model terbatas dilakukan di SMP Negeri 8 Kota Serang pada kelas VIII B dalam 3 siklus. Sebelum uji coba model diberikan pretest dan sesudah ujicoba model dilakukan postest. Pretest dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi dan kemampuan siswa sebelum dilaksanakan proses pembelajaran. Tes hasil belajar kadang – kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut tujuannya tes hasil belajar terdiri dari tes diagnostik, formatif dan sumatif. Dalam penelitian ini akan menggunakan tes formatif, yang mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antar teman maupun dalam penguasaan target materi. Hasil tes formatif digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran.

Pada uji coba model terbatas kegiatan observasi yang dilakukan peneliti difokuskan pada efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran, aktivitas guru mencakup perencanaan, implementasi, evaluasi dan respon siswa dalam belajar. Melalui uji coba model guru dapat melakukan perbaikan pada uji coba berikutnya sebagai upaya penyempurnaan model. Hasil penyempurnaan model ini dapat disajikan dalam uji coba luas. Dengan uji coba model luas diharapkan dapat mengetahui lebih efektif dan efisien model yang dikembangkan.


(35)

2. Uji Coba Model Terbatas Pertama a. Draf Uji Coba Terbatas Pertama

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/Semester : VIII/2

Alokasi waktu per pertemua : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi 7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia

B. Kompetensi Dasar 7.4.Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya

harga pasar C. Indikator Hasil Belajar

1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian permintaan barang / jasa 2. Siswa dapat mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi

permintaan barang / jasa

3. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara permintaan barang/jasa dengan harga barang / jasa tersebut.

4. Siswa dapat mendefinisikan Hukum Permintaan.

D. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Proses

Selama proses pembelajaran siswa diharapkan dapat mendeskripsikan pengertian permintaan ,faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan hukum permintaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari.

2. Tujuan Produk

Setelah selesai pembelajaran, siswa diharapkan : a. Merumuskan pengertian permintaan

b. Menentukan faktor-faktor yang mempengeruhi permintaan c. Menjelaskan hukum permintaan


(36)

3. Tujuan Afektif

Siswa diharapkan dapat :

a. Berpartisipasi aktif dalam diskusi (berani bertanya, mengemukakan pendapat, mendengarkan dan menghargai pendapat teman )

b. Bekerja sama antar anggota dalam kelompoknya c. Belajar secara mandiri

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian permintaan

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan 3. Hukum Permintaan

E. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran Pendekatan Kontekstual

Metode Pembelajaran : 1. Ceramah

2. Diskusi 3. Tanya jawab

F. Media Pembelajaran

1. Lembar Observasi dari Pasar yang sudah dibuat oleh peneliti 2. Buku – buku IPS yang relevan

Uji coba model terbatas difokuskan pada kegiatan yang mencakup perencanaan pembelajaran, implementasi pembelajaran dan evaluasi.

b. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan aspek yang sangat penting dalam pengembangan sebuah pembelajaran sebagai acuan dalam implementasi dan evaluasi. Perencanaan sebuah pembelajaran tertuang dalam program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan rencana pembelajaran harian yang secara operasional akan


(37)

diimplementasikan oleh guru dalam satu kali pertemuan. RPP pada umumnya mencakup tujuan, indikator, materi, metode, sumber belajar, media dan evaluasi. Perencanaan model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada telaah terhadap dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPS setiap sekolah.

Analisis dilakukan untuk menentukan standar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran umum dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran khusus serta menentukan materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan keterampilan sosial. Model pembelajaran yang dikembangkan terdiri atas : pertama desain, kedua prosedur pembelajaran, ketiga implementasi pembelajaran. Desain terdiri dari topik yang merupakan tema yang akan dibahas dalam proses pembelajaran serta tujuan yang dirumuskan dalam :

a) Kompetensi dasar, yaitu pernyataan tentang kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran,

b) Indikator yaitu perilaku yang dapat diukur untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu,

c) Materi pelajaran yaitu pokok-pokok kajian dari materi yang akan dibahas secara singkat sebagai gambaran tentang apa yang akan dikaji untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator.

d) Metode, yaitu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan e) Media yaitu alat bantu untuk memudahkan pembelajaran,


(38)

f) Penilaian hasil belajar, identifikasi perubahan keterampilan sosial dengan menggunakan comprehensive self-Evaluation of social skills.

Prosedur pembelajaran atau langkah – langkah pembelajaran, yaitu tahapan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran, terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Implementasi pembelajaran, yaitu uraian yang dilakukan dalam setiap tahapan proses pembelajaran, baik oleh guru maupun siswa sehingga terjadi interaksi untuk mencapai tujuan. Draf model yang sudah diimplementasikan kemudian direfleksikan untuk melihat kelebihan dan kekurangan sebagai bahan penyempurnaan draf model.

c. Implementasi Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan aktualisasi dari perencanaan pembelajaran. Implementasi pembelajaran membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan yang dilakukan oleh guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran kontekstual adalah perangkat pembelajaran, pembentukan tim yang heterogen dan pengaturan tempat duduk. Perangkat pembelajaran yang harus disiapkan adalah RPP sebagai pegangan dalam implementasi pembelajaran secara operasional, buku paket, LKS yang berbentuk lembar kerja kelompok berupa observasi ke lapangan.

Lembar observasi merupakan soal pemahaman konseptual yang menuntut pemahaman konsep dari materi pelajaran dan pemahaman kontekstual yang menuntut kajian sosial tentang kondisi real dan permasalahan di masyarakat sesuai dengan topik bahasan.


(39)

Persiapan lain yang penting adalah mempersiapkan siswa untuk mampu bekerja sama dan berkomunikasi dalam proses kelompok, maka pada awal pertemuan guru lebih dulu memberikan bimbingan bagaimana cara bekerjasama dan berkomunikasi yang baik dalam kerja kelompok atau diskusi. Persiapan – persiapan yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk meminimalisasi berbagai hambatan yang ditemui sehingga proses implementasi model bisa berjalan dengan relatif baik.

1) Pendahuluan

Pembelajaran diawali dengan mengajak seluruh siswa untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif memeriksa kebersihan kelas, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari yang dilanjutkan dengan pemberian pretest, yaitu pretest pengetahuan dan pretest keterampilan sosial. Pembelajaran juga menggali kemampuan awal siswa dan menanyakan kepada siswa hasil observasi kelompok dari lapangan (pasar), dijelaskan juga prosedur pembelajaran kontekstual.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan di dalam kelas :

1. Siswa dianjurkan untuk membaca materi pelajaran yang akan dibahas. 2. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka di pasar sesuai dengan


(40)

3. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk melengkapi hasil dari lapangan,kemudian melaporkan hasil diskusi.

4. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi tentang hasil observasi di pasar.

5. Setiap kelompok juga membawa contoh hasil observasi dari pasar. 6. Setiap kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang

mempersentasikan hasil kelompoknya.

7. Guru mengamati dan memberikan penilaian kelompok

8. Pada proses pembelajaran guru mitra memberikan dorongan, motivasi dan bimbingan kepada individu atau kelompok kalau ada yang kebingungan atau tidak memahami materi yang didiskusikan.

3) Penutup

1. Membuat kesimpulan hasil diskusi secara bersama-sama tentang pengertiaan permintaan, faktor - faktor yang mempengaruhi permintaan, hubungan harga dengan jumlah permintaan dan kurve permintaan. 2. Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan postest pengetahuan

tentang materi yang baru dijelaskan dan postest untuk mengukur keterampilan sosial dengan menggunakan comprehensive self-evaluation of social skills.

3. Tindak lanjut :

Untuk pertemuan berikutnya guru memberikan tugas untuk observasi ke pasar lagi dengan materi yang berbeda dan informasi untuk


(41)

pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan refleksi guru bertanya tentang kesan pembelajaran yang baru dilakukan.

Pada uji coba model terbatas pertama, siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan. Aktivitas siswa dalam proses belajar masih kelihatan belum sungguh-sungguh.

d. Evaluasi Pembelajaran.

Sebelum pembelajaran, guru melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan dilakukan postest setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil evaluasi maka observasi dilakukan oleh peneliti sebagai bahan diskusi dengan guru. Materi diskusi antara peneliti dan guru diarahkan pada evaluasi tentang kelebihan dan kelemahan model yang telah dirancang, berdasarkan temuan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Topik-topik yang diujicobakan pada penelitian ini menyajikan contoh-contoh dan mengaitkan materi dengan fenomena yang dekat dengan kehidupan siswa.

Tujuan dijabarkan dalam kompetensi dasar dan indikator. Indikator dirumuskan dalam bentuk prilaku hasil belajar yang dapat diukur, diamati dan dikuasai oleh siswa (student oriented assessment), mengarah pada pengembangan keterampilan sosial melalui serangkaian pengalaman belajar kelompok.


(42)

Materi dikembangkan berdasarkan topik yang akan dibahas sebagai bahan kajian ilmiah dalam sesi belajar kelompok, baik untuk memperdalam pemahaaman materi secara konseptual maupun kontekstual. Metode yang digunakan bervariasi, mulai ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan kerja kelompok.

Media yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi mulai dari buku pelajaran yang dimiliki oleh beberapa orang siswa maupun buku yang tersedia di perpustakaan, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).


(43)

3. Uji Coba Model Terbatas Kedua

a. Draf Uji Coba Terbatas Kedua

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/Semester : VIII/2

Alokasi waktu per pertemuan : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi 7. Memahami Kegiatan perekonomian Indonesia

B. Kompetensi Dasar 7.4.Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar

C. Indikator Hasil Belajar

1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian penawaran barang / jasa

2. Siswa dapat mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi penawaran barang / jasa

3. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara penawaran barang/jasa dengan harga barang / jasa tersebut.

4. Siswa dapat mendefinisikan Hukum Pernawaran. D. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Proses

Selama proses pembelajaran siswa diharapkan dapat mendeskripsikan pengertian penawaran ,faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan hukum penawaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. 2. Tujuan Produk

Setelah selesai pembelajaran, siswa diharapkan : a. Merumuskan pengertian penawaran

b. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perawaran c. Menjelaskan hukum penawaran


(44)

3. Tujuan Afektif

Siswa diharapkan dapat :

a. Berpartisipasi aktif dalam diskusi (berani bertanya, mengemukakan pendapat, mendengarkan dan menghargai pendapat teman )

b. Bekerja sama antar anggota dalam kelompoknya c. Belajar secara mandiri

E. Materi Pembelajaran

1. Pengertian penawaran

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran 3. Hukum Penawaran

F. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran

Pendekatan Kontekstual. dan Metode Pembelajaran : 1. Ceramah bervariasi

4. Diskusi 5. Tanya jawab G. Media Pembelajaran

Lembar Observasi dari Pasar yang sudah dibuat oleh peneliti Buku – buku IPS yang relevan

b.Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pendahuluan

Pada uji coba terbatas kedua ini, pembelajaran diawali dengan mengajak seluruh siswa untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif memeriksa kebersihan kelas, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari Selanjutnya mengingatkan


(45)

semua siswa dalam pertemuan kedua ini dalam proses pembelajarannya untuk lebih aktif dan kreatif.

Pembelajaran juga menggali kemampuan awal siswa dan menanyakan kepada siswa hasil observasi kelompok dari lapangan (pasar), dijelaskan juga prosedur pembelajaran kontekstual, agar siswa lebih paham.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan di dalam kelas :

1. Siswa dianjurkan untuk membaca materi pelajaran yang akan dibahas. 2. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka di pasar sesuai dengan

kelompoknya masing – masing.

3. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk melengkapi hasil dari lapangan,kemudian melaporkan hasil diskusi.

4. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi mengenai hasil observasi dari pasar.

5. Setiap kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil kelompoknya.

6. Guru mengamati dan memberikan penilaian kelompok

7. Pada proses pembelajaran guru mitra memberikan dorongan, motivasi dan bimbingan kepada individu atau kelompok kalau ada yang kebingungan atau tidak memahami materi yang didiskusikan.Motivasi juga diberikan kepada para siswa untuk dapat lebih aktif dan kreatif .

Pada pertemuan kedua ini siswa kelihatan sudah tidak terlalu tegang dan sudah mulai terbiasa bekerja secara kelompok. Terlihat dari


(46)

adanya siswa yang sudah berani bertanya, memberikan tanggapan, tetapi ada juga siswa yang kelihatannya menguji teman sendiri.

3) Penutup

a. Membuat kesimpulan hasil diskusi secara bersama-sama tentang pengertiaan penawaran, faktor - faktor yang mempengaruhi penawaran, hubungan harga dengan jumlah penawaran dan kurve penawaran. b. Guru juga membimbing siswa untuk meluruskan hal – hal yang kurang

tepat pada saat diskusi.

c. Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan postest pengetahuan tentang materi yang baru didiskusikan dan postest untuk mengukur keterampilan sosial dengan menggunakan comprehensive self-evaluation of social skills

d. Tindak lanjut :

Untuk pertemuan berikutnya guru memberikan tugas untuk materi yang berbeda dan informasi untuk pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan refleksi guru bertanya tentang kesan pembelajaran yang baru dilakukan.

Secara umum pada uji coba model terbatas kedua lebih baik dari uji coba model pertama, siswa sudah mulai terbiasa menemukan kembali dengan model yang diterapkan didalam bimbingan guru. Hal ini terjadi karena guru lebih aktif mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.


(47)

4. Uji Coba Terbatas Ketiga

a. Draf Uji Coba Terbatas Ketiga

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/Semester : VIII/2

Alokasi waktu per pertemua : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi 7. Memahami Kegiatan perekonomian Indonesia

B. Kompetensi Dasar 7.4.Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya

harga pasar C. Indikator Hasil Belajar

1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian harga 2. Siswa dapat mendeskripsikan macam-macam harga

3. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara permintaan dengan penawaran.

4. Siswa dapat menggambarkan kurva keseimbangan pasar. D. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Proses

Selama proses pembelajaran siswa diharapkan dapat mendeskripsikan pengertian harga,mendeskripsikan macam-macam harg ,menjelaskan hubungan antara permintaan dengan penawaran dan dapat

menggambarkan kurva keseimbangan pasar. 2. Tujuan Produk

Setelah selesai pembelajaran, siswa diharapkan : a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian harga b. Siswa dapat mendeskripsikan macam-macam harga


(48)

c. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara permintaan dengan penawaran.

d. Siswa dapat menggambarkan kurva keseimbangan pasar. 3. Tujuan Afektif

Siswa diharapkan dapat :

a. Berpartisipasi aktif dalam diskusi (berani bertanya, mengemukakan pendapat, mendengarkan dan menghargai pendapat teman )

b. Bekerja sama antar anggota dalam kelompoknya c. Belajar secara mandiri

E. Materi Pembelajaran

a. Pengertian harga b. Macam-macam harga

c. Hubungan antara permintaan dan penawaran

F. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran Pendekatan Kontekstual

Metode Pembelajaran : 1. Ceramah bervariasi 2. Kerja kelompok 3. Tanya jawab

4. Diskusi antar kelompok

G. Media Pembelajaran

1. Lembar Observasi dari Pasar yang sudah dibuat oleh peneliti 2. Brosur harga


(49)

b. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pendahuluan

Pembelajaran diawali dengan mengajak seluruh siswa untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif memeriksa kebersihan kelas, berdo’a dan mengecek kehadiran siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan di pelajari yang dilanjutkan dengan pemberian pretest, yaitu pretest pengetahuan dan pretest keterampilan sosial.

Pembelajaran juga menggali kemampuan awal siswa dan menanyakan kepada siswa hasil observasi kelompok dari lapangan (pasar), dijelaskan juga prosedur pembelajaran kontekstual.

2) Kegiatan Inti Kegiatan di dalam kelas :

1. Siswa dianjurkan untuk membaca materi pelajaran yang akan dibahas. 2. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka di pasar sesuai dengan

kelompoknya masing – masing.(mencari brosur harga )

4. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk melengkapi hasil dari lapangan,kemudian melaporkan hasil diskusi.

5. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi tentang hasil observasi di pasar.

6. Setiap kelompok juga membawa contoh hasil observasi dari pasar. 7. Setiap kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang


(50)

8. Guru mengamati dan memberikan penilaian kelompok

9. Pada proses pembelajaran guru mitra memberikan dorongan, motivasi dan bimbingan kepada individu atau kelompok kalau ada yang kebingungan atau tidak memahami materi yang didiskusikan.

3) Penutup

a. Membuat kesimpulan hasil diskusi secara bersama-sama tentang pengertian harga, macam-macam harga, hubungan antara permintaan dengan penawaran dan kurva keseimbangan pasar.

b. Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan postest pengetahuan tentang materi yang baru dijelaskan dan postest untuk mengukur keterampilan sosial dengan menggunakan comprehensive self-evaluation of social skills.

c. Tindak lanjut :

Pada kegiatan refleksi guru mengakui mengenai keterbatasan waktu. Secara umum aktivitas belajar siswa pada uji coba terbatas ketiga ini semakin baik dibandingkan pada uji coba terbatas pertama dan kedua. Siswa sudah mulai terbiasa menerapkan model pembelajaran kontestual yaitu belajar menemukan kembali walau masih dalam bimbingan guru. Berani bertanya dan diskusi dapat berjalan dengan baik. Namun demikian peningkatan tersebut perlu ditingkatkan lagi agar pembelajaran tetap berjalan baik.


(51)

Guru juga bertanya tentang kesan pembelajaran yang baru dilakukan. Pada uji coba model terbatas ketiga ini, siswa sudah terbiasa dengan model yang diterapkan.

G. Uji Coba Luas

Setelah melakukan tiga kali uji coba terbatas, maka dilakukan validasi model dengan melakukan uji coba luas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang dianggap tepat. Tepat dalam arti praktis, efisien dan efektif serta sesuai dengan karakteristik dan lingkungan siswa. Pada akhir pembelajaran kegiatan uji coba luas dilakukan diskusi dengan guru mitra untuk mengadakan revisi dan penyempurnaan untuk pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan harapan menghasilkan suatu model pembelajaran kontekstual yang mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. Model yang dikembangkan memperhatikan dari segi praktis, efisien dan efektif dilihat dari perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Uji coba luas dilakukan di tiga sekolah dengan tiga siklus, yaitu SMP Negeri 3 Kota Serang, SMP Negeri 18 Kota Serang dan SMP Negeri 19 Kota Serang. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan stratified-cluster random, yaitu diambil satu sekolah baik di pusat kota, satu sekolah sedang dipinggiran dan satu sekolah kurang.

Pada kegiatan perencanaan di ketiga sekolah, guru menyusun rencana pembelajaran dimulai dari satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester,pokok bahasan, sub pokok bahasan dan alokasi waktu. Standar kompetensi, Kompetensi


(52)

Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Media dan Langkah - langkah pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, yaitu pembelajaran model kontekstual dengan menekankan peningkatan keterampilan sosial, buku sumber dan media pembelajaran. Pada pelaksanaannya dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

a Uji Coba Luas Pertama

1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran untuk menindaklanjuti dari refleksi dan diskusi awal dari penelitian ini, peneliti dan guru mitra melakukan perencanaan pembelajaran untuk uji coba luas pertama. Perencanaan ini bertujuan untuk mempersiapkan skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu pengembangan model pembelajaran kontekstual mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Pada penelitian uji coba luas, guru melakukan tiga kali uji coba luas dan setelah dianggap cukup baik, maka penelitian dihentikan. Guru berkolaborasi dengan peneliti untuk menyempurnakan model pembelajaran pada setiap uji coba luas, baik uji coba model pertama, kedua atau ketiga.

2) Implementasi Pembelajaran

Sebelum model pembelajaran diimplementasikan, peneliti dan ketiga guru mitra mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan model pembelajaran yang akan diuji cobakan. Khususnya yang terkait dengan strategi pembelajaran


(53)

dan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya kemampuan meningkatkan keterampilan sosial.

Pada kegiatan pertemuan dengan guru mitra, peneliti menginformasikan dan mendiskusikan berkaitan dengan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, pokok bahasan, kesepakatan materi dan alat evaluasi yang akan digunakan serta kemungkinan adanya hambatan atau kendala yang akan terjadi pada saat pembelajaran.

Berdasarkan hasil uji coba luas pertama, penelitian pada umumnya belum berjalan dengan baik karena masih tahap transisi bagi para guru untuk mengemplementasikan desain pembelajaran kontekstual. Siswa pada umumnya belum menunjukan performance yang diharapkan, terutama selama diskusi berjalan. Dalam implementasi, pengorganisasian kelas secara variatif, yaitu klasikal, individu dan kelompok. Dalam menyampaikan materi, guru berusaha lebih praktis dan efisien supaya tidak jenuh dan membosankaan.

Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Mengaitkan konten dan konteks disekitar siswa atau materi yang sudah dikuasai siswa, melalui contoh – contoh yang kontekstual dikaitkan dengan materi kemudian melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian siswa berkelompok, mendiskusikan hasil observasi yang diperoleh dari lapangan. Pada kerja kelompok ini siswa belajar dengan aktif berdiskusi antara sesama temannya. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi didepan kelas. Tampak dalam kegiatan persentasi, siswa bisa belajar dari


(54)

temannya dengan melihat, dan mendengarkan hasil pekerjaan kelompok orang lain.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran kontekstual, tampak juga dilihat dari sisi afektif dan psikomotorik. Dari sudut afektif, diantaranya terlihat dari adanya sikap siswa yang aktif dalam pembelajaran dan diskusi, merespon pertanyaan maupun jawaban, serta mulai memperlihatkan komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa dan antar siswa dengan guru.

Namun pada uji coba luas pertama, sebagian besar siswa masih tampak terlihat pasif dan bingung karena pembelajaran ini tidak seperti biasanya dilakukan oleh gurunya. Cara guru dalam memberikan arahan dan sifat sebagai fasilitator dan motivator masih dirasakan kurang. Perhatian guru juga masih lebih besar pada segi materi yang bersifat pengetahuan, belum muncul kepada pengembangan keterampilan sosial. Tetapi kondisi ini berkembang ke arah yang lebih baik pada uji coba luas kedua dan ketiga. Karena siswa sudah bisa mengikuti model pembelajaran yang diterapkan. Guru juga sudah mulai menciptakan situasi yang lebih fasilitatif dan motivatif.

3) Evaluasi Pembelajaran

Dalam setiap pertemuan pembelajaran diberikan pretest dan postest. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan antara pretest yang dilakukan pada awal pembelajaran dan pemberian postest setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dengan penekanan untuk meningkatkan keterampilan sosial.


(55)

Evaluasi proses pembelajaran dapat melalui observasi ketika pembelajaran berlangsung di dalam kelas, yaitu bagaimana :

1. Siswa aktif dalam pembelajaran

2. Pembelajaran berpusat pada siswa,mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan yang diajukan ketika diskusi.

3. Siswa dapat bekerja sama ketika mengerjakan tugas kelompok.

4. Membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan yang telah dilakukan.

5. Dapat berkomunikasi dengan baik, baik dengan teman maupun dengan guru.

b. Uji Coba Luas Kedua

1) Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan rencana pembelajaran pada uji coba luas kedua memiliki kesamaan dengan tahapan – tahapan perencanaan pembelajaran pada uji coba luas pertama, seperti penyusunan indikator-indikator pembelajaran, penyusunan materi pelajaran dan juga tahapan yang akan dilaksanakan pada setiap tahap pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Rencana pembelajaran pada uji coba luas kedua dilakukan penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba luas pertama. Beberapa komponen yang dilakukan penyempurnaan pada uji coba luas kedua antara lain penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran agar lebih mantap, dalam hal mengorientasikan siswa tidak lagi mengacu pada buku tetapi


(56)

mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam kehidupan sehari – hari.

Dalam hal memotivasi, penyempurnaan yang dilakukan, guru lebih memotivasi siswa untuk berdiskusi antar teman dalam kelompoknya.

2) Implementasi Pembelajaran

Seperti halnya pada tampilan uji coba luas pertama, implementasi pembelajaran diawali pembacaan doa. Kegiatan selanjutnya guru mengecek daftar hadir siswa guna memastikan seluruh siswa sudah berada di dalam kelas. Hal ini dilakukan karena pada uji coba luas ke dua pada tiga sekolah dilakukan pada jam pelajaran setelah istirahat. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu menciptakan situasi ruang kelas yang kondusif, seperti memperhatikan kebersihan kelas. Selanjutnya guru memulai proses pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan (apersepsi) yaitu menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari. Kegiatan pendahuluan dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui tingkat pemahaman atau kendala yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan uji coba luas pertama, sekaligus untuk mempersiapkan siswa menerima pelajaran yang baru.

Langkah berikutnya guru menyampaikan indikator-indikator yang harus dipelajari siswa. Kemudian guru menyampaikan beberapa hal tentang materi yang akan dipelajari dengan memberikan contoh yang berhubungan dengan Pembentukan harga pasar. Selanjutnya guru mulai mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari dengan model


(57)

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Guru menorganisir siswa untuk duduk berkelompok, dan menunjuk salah satu kelompok untuk mempersentasikan hasil observasi dari lapangan (pasar), kepada setiap kelompok diberi kesempatan untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang lain. Pada tahap ini guru lebih menekankan keterlibatan siswa dalam berdiskusi untuk bertanya, menyanggah atau memberi pendapat dan saling mendukung satu terhadap yang lainnya dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Secara umum kegiatan pembelajaran ini sudah nampak lebih baik. Siswa menyimpulkan materi yang baru dilaksanakan menurut persepsi mereka. Sebelum melakukan kegiatan penutup yang diikuti postest guru menyimpulkan hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

3) Evaluasi Pembelajaran

Untuk kegiatan evaluasi guru memberikan test kepada siswa sesuai indikator yang telah dipelajari.


(58)

c. Uji Coba Luas Ketiga

1) Perencanaan Pembelajaran

Pada uji coba lebih luas ketiga,penyusunan rencana pembelajaran adalah lebih memberikan penekanan pada kegiatan implementasi dan kegiatan memotifasi siswa dengan lebih memperhatikan pada fase-fase atau tahapan-tahapan dalam hal pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Desain pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan rencana pelaksanaanyang digunakan pada kegiatan uji coba lebih luas kedua setelah dilakukan penyempurnaan.

2) Implementasi Pembelajaran

Implementasi pembelajaran pada uji coba lebih luas ketiga diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Pembacaan doa pada saat memulai pembelajaran merupakan tradisi pada tiap sekolah di Kota Serang. Selanjutnya guru memberi salam dan mengecek daftar kehadiran siswa, kegiatan ini memang selalu menjadi perhatian bagi guru sebelum memulai pelajaran karena dikhawatirkan ada siswa yang bolos atau belum masuk ke ruang kelas.Langkah selanjutnya guru melakukan apersepsi atau kegiatan pendahuluan dengan menanyakan kesiapan siswa untuk belajar. Penampilan guru pada pertemuan ketiga sudah semakin siap jika dibandingkan dengan penamilan pada pertemuan pertama dan kedua.


(59)

Guru menyampaikan indikator-indikator yang harus dicapai dan model kontekstual dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru menjelaskan hal-hal yang berhubungan materi permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar

Siswa dianjurkan untuk membaca materi pelajaran yang akan dibahas. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka di lapangan sesuai dengan kelompoknya masing – masing. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk melengkapi hasil dari lapangan,kemudian melaporkan hasil diskusi. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi tentang hasil observasi di pasar. Setiap kelompok juga membawa contoh hasil observasi dari pasar. Setiap kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil kelompoknya. Guru mengamati dan memberikan penilaian kelompok Pada proses pembelajaran guru mitra memberikan dorongan, motivasi dan bimbingan kepada individu atau kelompok kalau ada yang kebingungan atau tidak memahami materi yang didiskusikan.

Guru juga mengamati siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi dan membimbing siswa yang mengalami kebuntuan dan kesulitan. Proses pembelajaran pada kegiatan ketiga nampaknya semakin baik, guru sudah dapat mengontrol siswa dalam proses pembelajaran, perhatian guru sudah tidak lagi tertuju pada siswa secara kelompok tetapi sudah mengarah pada setiap pribadi siswa, sehingga peran siswa dalam kelompok dapat


(60)

diketahui. Guru sudah mulai memberikan motivasi kepada siswa secara individu, jadi siswa yang kurang berperan dalam kelompoknya sudah semakin aktif. Nampaknya siswa sangat menikmati proses pembelajaran seperti ini. Metode pembelajaran yang digunakan guru pada implementasi uji coba lebih luas ketiga sudah semakin bervariatif, cara menyampaikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan sudah semakin baik.

3) Evaluasi Pembelajaran

Topik-topik yang diujicobakan pada penelitian ini menyajikan contoh-contoh dan mengaitkan materi dengan fenomena yang dekat dengan kehidupan siswa.

Tujuan dijabarkan dalam kompetensi dasar dan indikator. Indikator dirumuskan dalam bentuk prilaku hasil belajar yang dapat diukur, diamati dan dikuasai oleh siswa (student oriented assessment), mengarah pada pengembangan keterampilan sosial melalui serangkaian pengalaman belajar kelompok.


(61)

H. Desain Hasil Pengembangan Model

Desain model pembelajaran yang dihasilkan meliputi tiga jenis desain, yaitu desain model pembelajaran kontekstual, desain implementasi model pembelajaran kontekstual, dan desain evaluasi pembelajaran kontekstual.

Desain model pembelajaran kontekstual berisi komponen-komponen yang sama dengan pembelajaran biasa digunakan di sekolah, yang biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tetapi memiliki penekanan pada aspek – aspek kemampuan pembelajaran kontekstual yang mengarah pada peningkatan keterampilan sosial seperti kemampuan memimpin, saling memotivasi, bekerja sama, saling memberikan bantuan, saling mendengarkan dan saling menghargai antar sesama teman. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas lima komponen utama, yaitu :

1) Tujuan pembelajaran,merupakan sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran.Komponen rumusan tujuan berisi rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan.

2) Materi pembelajaran, merupakan isi atau substansi bahan yang akan diajarkan untuk menunjang penguasaan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Materi pelajaran mengandung nilai- nilai yang bermakna, terpadu dan dekat dengan kehidupan siswa sehari – hari. Materi pelajaran ditentukan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk memudah guru dalam melaksanakan pembelajaran, peneliti membuat lembar observasi yang bersumber dari buku paket.


(1)

Faktor pendukung yang ditemui selama pengembangan model antara lain : Motivasi dan keinginan dari para guru mitra untuk mau berubah dan menerapkan perubahan dalam gaya mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Kesediaan guru mitra untuk berkolabolari dengan peneliti dalam memahami, mengimplementasikan dan menyempurnakan model pada setiap uji coba. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang terbuka, demokratis dan saling menghargai dengan menempatkan siswa dan guru sebagai subjek belajar. Penerimaan para siswa terhadap keberadaan peneliti dan implementasi model pembelajaran dalam beberapa pertemuan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran pada saat penelitian. Waktu, efektifitas implementasi model pembelajaran kontekstual membutuhkan waktu yang memadai dengan pemanfaatan yang optimal. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam meingkatkan keterampilan sosial siswa melalui model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPS yaitu peran guru sebagai fasilitator dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar.

Faktor penghambat yang ditemui peneliti selama pengembangan model adalah : Pemahaman guru yang masih minim terhadap model pembelajaran yang akan dikembangkan .Minimnya kepemilikan sumber belajar yang menyebabkan kecendrungan siswa hanya belajar dari apa yang disampaikan oleh guru.Kurang optimalnya partisipasi setiap siswa serta kurang optimalnya penggunaan media keterampilan sosial selama pengembangan model.


(2)

B. REKOMENDASI

Penelitian yang berkenaan dengan model pembelajaran kontekstual mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya : 1) Guru, 2) Kepala Sekolah, 3) Peneliti selanjutnya.

1. Untuk Guru

Seperti yang diulas dalam latar belakang masalah bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan, karena peran guru yang berkaitan dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Oleh karena itu model pembelajaran kontekstual dapat dijadikan pilihan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dari penerapan model pembelajaran kontekstual diharapkan tidak hanya hasil belajar (kognitif) saja tetapi juga keterampilan sosial karena menyangkut berbagai hal yang dibutuhkan oleh siswa sebagai bagian dari masyarakat.

Beberapa hal yang direkomendasikan oleh peneliti kepada guru sebagai pelaksana dari model pembelajaran dilapangan adalah :


(3)

Pertama, Guru harus mampu mendesain pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa, untuk tujuan model pembelajaran khususnya IPS.

Kedua, Perlu adanya perubahan cara pandang guru terhadap siswa dari objek belajar menjadi subjek belajar,sehingga pemahaman materi dan penguasaan keterampilan sosial melalui interaksi langsung mereka dengan teman sebaya dalam setting kelompok.

Ketiga, untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa,guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan kemampuan sosialnya sehingga siswa betah di sekolah dan guru juga dalam pembelajaran memperlihatkan kesan yang menyenangkan.

Keempat, guru harus mempunyai mobilitas yang tinggi dalam proses pembelajaran, tidak hanya duduk dan melakukan pengamatan dari jauh terhadap aktivitas belajar siswa, disarankan guru berkeliling untuk membimbing dan memantau partisipasi setiap siswa.

Kelima, untuk mengevaluasi diri dalam pembelajaran bentuklah Team Teaching sesama guru IPS, bertukar pikiran, dan saling memberikan masukan sehingga kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran dapat diminimalisir.

2. Untuk Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pengelola dan sekaligus pemimpin di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan guru harus diarahkan dan difasilitasi oleh kepala sekolah.


(4)

Dukungan dan motivasi dari kepala sekolah sangat berarti bagi pengembangan profesi guru. Berkenaan dengan dukungan saat mengimplementasikan kurikulum sehingga guru merasa leluasa dalam mengembangkan berbagai inovasi dan kreatifitas mengajar. Misalnya dalam bentuk memberikan kesempatan dan fasilitas bagi pengembangan model pembelajaran yang inovatif, contohnya pengembangan model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran berbasis masalah atau model-model pembelajaran lainnya.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya.

a. Penelitian dan pengebangan ini dilakukan terbatas pada Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di Kota Serang. Di rekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan pada sekolah negeri dan swasta sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih komprehensif perbandingannya, terutama dari segi peningkatan akademik.

b. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan terbatas dalam pembelajaran IPS dengan penyajian materi ekonomi,sosiologi dan geografi secara terpisah. Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan pembelajaran yang memadukan materi pembelajaran IPS, seperti tuntutan penyajian IPS terpadu saat ini.

c. Model pembelajaran kontekstual tidak hanya cocok untuk mata pelajaran IPS saja tetapi bisa digunakan pada mata pelajaran IPA, matematika atau mata pelajaran lainnya.


(5)

(6)