PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING(BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

(1)

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

(PenelitianTindakanKelasPada Siswa Kelas IVSekolahDasarNegeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Oleh

Yanti 1003561

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

(PenelitianTindakanKelasPada Siswa Kelas IVSekolahDasarNegeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran 2013/2014)

Oleh

Yanti 1003561

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikanprogram studi pendidikan guru sekolah dasar

© Yanti2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.


(3)

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPS

(PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas IV SekolahDasarNegi 2 CibogoKecamatanLembangKabupaten Bandung baratTahunAjaran 2013/2014)


(4)

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Penerapan model role playing

(bermain peran) dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa dan peningkatan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN CibogoKecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun dalam pelaksanaannya dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan tahapan yang sama. Insrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lember observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa mengenai keterampilan sosial dalam proses pembelajaran IPS, lembar tes, lembar angket pendapat siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan lembar catatan lapangan. Jika Model role playing (bermain peran) ini digunakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang benar, maka dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Sebelum melakukan PTK, peneliti sebelumnya melakukan pre tes, yang hasilnya yaitu sebesar 13.15%. Pada siklus pertama nilai tes siswa mencapai 36.84%, siklus kedua 71.05% dan siklus ke tiga 81.57% yang mencapai KKM. Sedangkan prosentase keterampilan siswa dapat

diuraikan sebagai berikut: yang termasuk pada kategori “Cukup Baik”, yaitu pada siklus pertama sebesar 43.55%, siklus ke dua sebesar 31.56% dan siklus ke tiga sebesar 28.31%.Yang termasuk pada kategori “Baik”,yaitu pada siklus pertama sebesar 29.16%, siklus ke dua sebesar 24.54% dan siklus ke tiga sebesar 22.02%. Yang termasuk pada kategori “Sangat Baik”. Yaitu pada siklus pertama sebesar 32.45%, siklus ke dua sebesar 57.30%, dan siklus ke tiga sebesar 80.98%.


(5)

Ii

Abstract: The Application Of Role Playing Model To Improve Students Social SkillsOn Social Learning. This research aims to know: the application of role playing model to improve students social skills and improve students social skills on social learning in the fourth grade 2013/2014 school year at SDN 2 Cibogo Lembang District West Bandung Regency. This research was conducted by using the method of classroom action research, which was developed by Stephen Kemmis and Mc Taggart Robbin, which consists of four phases like: planning, acting, observing, reflecting and by using 3 cycles with the same phases. Insrumen used in this research is the observation activities of teacher sheets and observation activities of students on social skills in the process of social learning, test sheet, student opinion sheets conducted on learning and fieldnote sheet.If the role playing model used in accordance phases by correct, then it can improve social skills and student learning outcomes in social learning.Before doing classroom action research, to have aprevious researchers did pre-test, the result is equal to 13:15%.In the first cycle of student test scores to reach 36.84%, 71.05% and the second cycle to three cycles to reach 81.57% achieving a minimum passing grad criteria (KKM).While the percentage of students skills can be described like: which includes the category of "Good Enough" 43.55% for the first cycle, the second cycle was 31.56% and the third cycle was 28.31%.Were included in the category of "Good", ie the first cycle was 29.16%, the second cycle was 24.54% and the third cycle of 22:02%.Were included in the category of "Very Good".That is the first cycle was 32.45%, the second cycle was 57.30%, and the third cycle was 80.98%.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR...

UCAPAN TERIMA KASIH...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR GAMBAR...

LAMPIRAN-LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penlitian... D. Manfaat Penelitian... E. Hipotesis Tindakan... F. Definisi Operasional...

BAB II KAJIAN TEORI... A. Model Role Playing (Bermaij Peran)... B. Keterampilan Sosial... C. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Metode Penelitian... B. Model Penelitian... C. Setting Penelitian... D. Subjek Penelitian...

i ii iii iv v vii viii ix x 1 1 6 6 7 7 8 11 11 15 19 23 23 24 26 26


(7)

E. Prosedur Penelitian... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengumpulan Data dan analisis Data...

BAB IV HASIL DANPEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

26 36 38

41 41 88

94 94 95


(8)

BAB I PENDAHULUAN

Bab iniakandibahasmengenailatarbelakangmasalah, rumusanmasalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan definisi operasional. Pemaparaninibertujuanuntukmemberikangambaranumummengenaiisi pada bab pertama skripsiiniyang berjudul Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS.

A. LatarBelakangMasalah

“Pendidikannasionalberfungsimengembangkankemampuandanmembentuk

wataksertaperadabanbangsa yang

bermartabatdalamrangkamencerdaskankehidupanbangsa,

bertujuanuntukmengembangkanpotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertaqwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadiwarganegara yang

demokratissertabertanggungjawab.”(Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003

tentangSisdiknas).

IPS atau social studies mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pembangunan intelektual, emosional, kultural dan keterampilan sosial siswa, yaitu mampu menumbuh kembangkan cara berfikir, bersikap dan berperilaku yang bertanggung jawab selaku individual, warga masyarakat, warga negara dan warga dunia. Selain itu IPS pun bertugas mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial, memiliki mental positif untuk perbaikan segala kepentingan dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa pada dirinya sendiri maupun yang menimpa pada orang lain.

Dalamrealita di lapangankhususnya di kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran IPS adalah: 1) Antusiasme siswa dalam


(9)

belajar rendah, hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan kelas dan dimulai dengan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) para siswa kurang bersemangat


(10)

untukmengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung tidakaktif dan tidak merasa menajdi bagian dari kelas. Gejala-gejala tersebut ditunjukan dengan beberapa sikap siswa, seperti: sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering keluar dan masuk kelas dengan banyak alasan misalnya izin ke kamar kecil atau izin membeli alat tulis yang tertinggal di rumah dan hal tersebut dilakukan secara berkelompok. 2) Materi IPS yang terlalu bersifat informatif atau hafalan saja, sehingga membuat para siswa merasa malas untuk memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam buku maupun yang disampaikan oleh guru. 3) Lingkungan yang kaku dan membosankan untuk belajar, seperti penempatan tempat duduk yang cenderung monoton dan membosankan. 4) Metode atau modelserta media pembelajaran yang kurang kreatif, misalnya penggunaan metode pembelajaran yang tradisional seperti metode ceramah, sehingga siswa kurang merespon materi yang disampaikan apalagi guru yang sering meninggalkan kelas dengan alasan siswa telah diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga masalah diatas berdampak pada prestasi sebagian besar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) serta sebagian besar siswa tidak menunjukan keterampilan sosial yang dimilikinya secara optimal seperti pada aspek kerjasama, aspek mampu mengontrol diri dan aspek bernagi ide dan pengalaman denga orang lain. Agar lebih jelas, data yang menunjukan nilai siswa yang masih rendah dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo, peneliti memperoleh data nilai siswa yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan siklus I, digambarkan pada tabel di bawah ini:


(11)

Tabel 1.1

NO.

URUT NAMA SISWA L/P NILAI

KETUNTASAN KKM TUNTAS BELUM TUNTAS

1. ASP L 40 √

2. AF L 35 √

3. AS L 45 √

4. An P 30 √

5. DA L 50 √

6. ES P 35 √

7. FN P 40 √

8. FA L 65 √

9. FRS L 35 √

10 FF L 20 √

11 HMY L 20 √

12 MNP P 95 √

13 MFP L 50 √

14 MN L 60 √

15 MRLP L 55 √

16 MRJ L 30 √

17 MR L 50 √

18 MYH L 50 √

19 NLIS L 95 √

20 NBK P 20 √

21 NA P 90 √

22 PP P 30 √

23 RP P 65 √

24 RA L 20 √

25 RAJ P 75 √

26 RD P 10 √

27 RP P 50 √

28 RP P 40 √

29 Sal P 25 √

30 Sep P 75 √

31 SN P 30 √

32 TL P 45 √

33 VNH P 65 √

34 WW P 30 √

35 YT L 40 √

36 YPM L 50 √

37 YSF P 20 √

38 YRS P 65 √


(12)

Nilai Pre test IPS Kelas IV Semester II

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari tiga puluh delapan orang siswa, hanya lima orang saja yang nilainya mencapai KKM.

Jika melihat permasalahan diatas, maka untuk memperbaiki proses pembelajaran sesungguhnya gurulah yang harus memandu siswa membuka cakrawala pengetahuan sosialnya. Maka guru dituntut lebih profesional. Guru tidak lagi hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi harus bisa menjadi pembimbing siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan mendapatkan pembelajaran yang menyenankan, bermakna, bermutu serta pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan lebih kreatif dan inovatif dalam memilih media dan model, serta evaluasi pembelajaran. Karena Guru merupakan komponen penting dalam pendidikan. Guru mempunyai peran yang besar. Hal ini disebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.

Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, memberikan sebuah indikasi terhadap adanya suatu masalah yang cukup signifikan, yaitu kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan sosial, seperti pada aspek kerjasama, aspek mampu mengontrol diri dan aspek berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain. Untuk menjawab permasalahan tersebutmakasalah satu upaya dalam mengatasi gejala-gejala yang timbul daalam proses pembelajaran IPS yaitu denganmelaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti menerapkan model role playing.

Metode role plaing menurut Sanjaya, W (2006:161) menuturkan bahwa

role playing atau bermain peran adalah model pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi

Rata-rata Kelas 44,60


(13)

peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Sejalan dengan pengertian role playing atau bermain peran di atas, dibawah ini diuraikan bahwa dengan melakukan bermain peran atau simulasi atau belajar dan melakukan itu diingat mencapai 90%, seperti di bawah ini:

Gambar 1.1 Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale

(http://www.educ.ualberta.ca/staff/olenka.Bilash/best%20of%20bilash/dalescone. html)

Secara rinci Wyatt dan Looper, 1999 (dalam Komalasari, (2011:115) mengemukakan berbagai strategi pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan siswa mengingat pelajaran dengan gambaran “kerucut pengalaman” sbagai berikut:


(14)

Gambar 1.2 Kerucut Pengalaman darai Wyatt dan Looper (1999) Berdasarkan gambar “kerucut pengaaman” tersebut, pembelajaran yang

berpusat pada siswa untuk berbuat melalui bermain peran, melakukan simulasi dan mengerjakan hal yang nyata, maka kemampuan siswa untuk mengingat materi pelajaran sangat tinggi, yaitu 90%. Sehingga keberhasilan pembelajaran datang dari siswa dengan mengalami langsung dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan bantuan guru sebagai motivator dan fasilitator.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan model Role Playing dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul:

PenerapanModelRole Playing (Bermain Peran)

UntukMeningkatkanKeterampilan SosialSiswaPadaPembelajaranIPS”

B. RumusanMasalah

Masalah yang akanditelitiadalahbagaimana penerapanmodel role playing (bermain peran) terhadap keterampilan sosial siswa kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo.

Adapunrumusanmasalahdalampenelitianiniyaitu : Baca (10%) Dengar (20%) Lihat Gambar/Diagram

Lihat Video/Film Lihat Demonstrasi (30%)

Terlibat dalam Diskusi (50%)

Menyajikan/Presentasi (70%)

Bermain Peran Melakukan Simulasi Mengerjakan Hal yang


(15)

1. Bagaimanakahpenerapan model role playing (bermain peran) dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDNegri2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimanakahpeningkatanketerampilan sosial siswa dengan menerapkan model role playing (bermain peran) pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDNegri2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

C. TujuanPenelitian

Merujukpadalatarbelakangmasalahdanperumusanmasalah di atas, makatujuanpenelitianinidimaksudkanuntukmengetahui:

1. Penerapan model role playing(bermain peran) dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Peningkatanketerampilan sosial siswa dengan menerapkan model role playing(bermain peran) pada pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

D. ManfaatPenelitian

Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan memberikan banyak manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1. ManfaatTeoritik

Melaluihasilpenelitiantindakankelas (PTK)

inidapatmemberibahanpertimbangandalammeningkatkanketerampilan sosial siswakhususnyapenerapan model role playing di sekolahdasar. Selainitumemberikanreferensidalamkegiatanbelajarmengajarpada pembelajaran IPS kelasIV SemesterII SD yaitu pada materikoperasi.

2. Manfaat Praktis


(16)

Dengandilaksanakanpenelitiantindakan kelas (PTK)inidiharapkandapatmeningkatkanketerampilan

sosialsiswapadapembelajaran IPS. b. Bagi Sekolah

Hasil penelitan ini sebagaisarana

masukandalammemperbaikidanmeningkatkankualitaspembelajaranIPS, sehingga tujuan pembelajaran akan dicapai dengan baik.

c. BagiPeneliti

Dengandilaksanakanpenelitiantindakankelas (PTK)

inidapatmenambahwawasanpengetahuandalammenerapkan model role playing

dalammeningkatkanketerampilan sosialsiswapadapembelajaran IPS.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesisdalamtindakanpenelitianiniadalah : “Jikamenerapkan model role playing(bermain peran) dengantepat, makaketerampilan sosialsiswadalampembelajaran IPS di KelasIV Semester II SekolahDasarNegeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat TahunAjaran 2013/2014dapat meningkat”

F. Definisi Operasional

1. Model Role Playing (Bermain Peran)

Role Playing (Bermain Peran), merupakan model penguasaan bahan-bahan pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai benda hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung pada apa yang akan diperankan. Adapun langkah-langkah bermain peran yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS di kelas IV Semester II SDN 2 Cibogo selama tiga silkus, yaitu sebagai berikut:


(17)

Menurut Sanjaya W, (2006:161), langkah-langkah dalam bermain peran, diantaranya:

a. Pesiapan Bermain Peran

1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan

dimainkan.

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam bermain peran.

b. Pelaksanaan Bermain Peran

1) Bermain peran mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.

4) Bermain peran hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

c. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran.

2) Merumuskan kesimpulan.

2. Keterampilan sosial

Keterampilansosialadalahkemampuanindividuuntukberkomunikasiefektifd

engan orang lainbaiksecara verbal maupun nonverbal


(18)

dimanaketerampilaninimerupakanperilaku yang dipelajari dan merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi.

Adapun aspek keterampilan sosial yang diobservasi pada penelitian ini yaitu: keterampilan bekerja sama, kemampuan mengontrol diri dan keterampilan dalam berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain. Agar lebih jelasnya akan diuraikan indikator dari setiap aspek keterampilan sosial tersebut, diantaranya adalah:

a. Keterampilan bekerjasama seperti: berpartisifasi aktif dalam kelompok, mendukung keputusan kelompok, dan sebagai anggota kelompok mengupayakan agar anggota yang lain mendapatkan informasi yang relevan dan bermanfaat.

b. Kemampuan mengontrol diri seperti: menghargai pendapat baik dari anggota kelompok sendiri maupun anggota kelompok yang lain, mau belajar dari


(19)

c. orang lain baik teman sebaya maupun guru, meminta ide dan pendapat kepada semua aggota kelompok untuk membantu membuat keputusan. d. Keterampilan dalam berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain, seperti:

berbagi informasi mengenai materi yang telah dibelajarkan, berbagi pengalaman bermain peran kepada anggota kelompok, dan memberikan kritik dan saran kepada para pemeran yang berperan dalam bermain peran.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab iniakandibahasmengenaimetode penelitian, model penelitian, setting penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data dan analisis data.

Pemaparaninibertujuanuntukmemberikangambaranmengenaiisi pada bab ini.

A. Metode Penelitian

Ada banyak permasalahan yang dihadapi guru pada saat mengajar di kelas. Berbagai cara atau penyelesaian masalah juga sudah banyak dibahas dalam berbagai penelitian akademik, baik dalam laporan penelitian yang berbentuk artikel atau pada jenjang skripsi bahkan sampai pada jenjang disertasi. Akan tetapi masih ada guru yang kurang memahami dalam memngaplikasikannya dalam pembelajaran sehari-hari, terutama karena berbagai kendala yang dihadapinya. Misalnya guru kurang memahami teori-teori yang dijadikan landasan atau instrumen penelitian tersebut. Sehingga untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru dapat menggunakan penelitian kelas.

Metode yang

digunakandalampenelitianiniadalahdeskriptifkualitatifdenganteknikPenelitianTind akanKelas (PTK) yang diadaptasidari model Kemmisdan Taggart, 1998. Adapun Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2005:11), penertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.


(21)

Raport 1970 (Hopkins dalam Wiriaatmadja 2005:11), mengartikan tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasisecarapraktis


(22)

persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam krangka etika yang disepakati bersama.

Menurut Ebbut 1985 (Hopkins 1993 dalam Wiriaatmadja 2005:12), mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelasanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tindakan. Adapun dalam bentuk bagan, digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 AlurPelaksanaanTindakan ModelKemmis dan Mc Taggart

Refleksi I Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Refleksi III

Pelaksanaan

Observasi

Kesimpulan Perencanaan

Refleksi II

Observasi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLIS I

SIKLUS II


(23)

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Hal-hal yang direncanakan dan disusun diantaranya melakukan telaah terhadap kurikulum dengan menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap materi yang akan disampaikan dengan model role playing (bermain peran), media pembelajaran, tujuan pembelajaran dan penilaian. Perencanaan dalam hal ini merupakan komponen yang termasuk pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk melaksanakan pembelajran IPS dan membuat instrumen untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. PelaksanaanTindakan

Pada tahap ini, guru mengunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing bermain peran).

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai. Pada tahap ini peneliti dibantu observer (guru kelas dan teman sejawat) untuk melakukan observasi kegiatan guru (peneliti) dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial yang dimiliki siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Fungsi diadakan observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan ke arah yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan pengamatan adalah dapat mengetahui sejak dini apakah tindakan yang dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan proses pembelajaran sesuai yang diharapkan.

4. Refleksi

Refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi


(24)

secepatnya dianalisis dan diinterpretasi untukmencaripenyelesaiannya yang efektifuntuk melanjutkanpadatahapberikutnya.

C. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitianinidilasanakan di Sekolah Dasar Negri2 Cibogo yang terletak diJln. Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di sekolah ini dengan pertimbangan jarak rumah dengan tempat penelitian cukup dekat dan mengefektifkan waktu serta dana yang tersedia, sehingga memudahkan dalam mengumpulkan data, dan peluang waktu yang luas.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, yang dilaksanakanselama tiga bulan yaitubulan Maret s/d Mei 2014

selamakuranglebih 3 bulan, dan

agartidakmengganggukegiatanbelajarmengajarmakapenelitianinidilaksanakanseca rabersamaandengankegiatanpembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus untuk melihat peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapka model role playing (bermin peran).

D. Subjek Penelitian

SubjekpenelitianiniadalahsiswakelasIV Semester II Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo tahunpelajaran 2013/2014sebanyak38 orang, yang terdiriatas20 orang

perempuan dan18 orang laki-laki.SiswakelasIV SD Negri 2

Cibogoberasaldarilatarbelakangkeluarga yang berbeda-beda, ada yang berasaldarikeluargabermatapencahariansebagaiPetani, Pedagang, Pegawai Negri Sipil (PNS), Polisi dan TNI AD.


(25)

Prosedurpenelitian yang dilaksanakandalampenelitiantindakankelasiniadalahdalambentukpengkajiansiklus yang terdiridariempattahap, yaituperencanaan, pelaksanaan, observasidanrefleksi. Hal inidilakukanuntukmelihatsejauhmanakemampuanbermainperan yang telahdicapaidan keterampilan sosial selama proses pembelajaran.

Langkah-langkahpenelitian yang ditempuh,dapat jelaskansebagaiberikut:

1. SiklusI a. Perencanaan

Tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi koperasi pada sub materi pengertian, landasan perinsip dan tujuan koperasi serta skenario pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS, lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa agar pada saat penelitian berlangsung observer dapat langsung melakukan observasi. Persiapan selanjutnya adalah menyiapkan lembar soal yang akan digunakan pada saat pelaksanaan siklus, menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk mengaplikasikan model role playing (bermain peran) serta mempersiapkan alat-alat untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Apersepsi dan Motivasi Dalam kegiatan ini guru:

a. Mengkondisikankanpesertadidik.

- Membukapelajarandenganmemberisalam.

- Berdoa bersamasebelum memulai pelajarandipimpin oleh ketua murid. - Memeriksa kehadiran secara.


(26)

- Mengkondisikan peserta didik kedalam situasi belajar dengan membuat kesepakatan belajar dan memberikan jargon.

b. Melakukan apersepsi dengan mengaitkan konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.

2. Kegiatan Inti (85 menit)

Eksplorasi

a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi sepuluh kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang serta masing-msing siswa menerima name tag (kartu nama) yang telah dipersiapkan oleh guru untuk mempermudah para observer yang mengobservasi proses pembelajaran serta keterampilan sosial yang dimiliki siswa.

b. Siswamenyimak pemaparan mengenai penerapan model role playing

(bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Elaborasi

a. Masing-masing kelompok menerima naskah untuk bermain peran serta guru membrikan kesempatan untuk memahami naskah tersebut.

b. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam bermain peran dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

c. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran, peran yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam bermain peran.

e. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan skenario atau naskah yang sudah guru persiapkan sebelumnya.


(27)

g. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan bimbingan dari guru.

h. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan dan merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan saran dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran.

Konfirmasi

a. Siswadiberikankesempatanuntukbertanyamengenaihal-hal yang belumdipahami.

b. Siswamenerima lembar evaluasi serta guru membimbing dalam pengerjaan tugas yang telah diberikan.

c. Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.

3. Kegiatan Penutup ( 10 menit)

a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang telah dibelajarkan.

b. Siswa diberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami. c. Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdo’a dan ditutup

dengan salam.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh guru kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa selama pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam menentukan perencanaan selanjutnya pada saat siklus II.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Data yang diperoleh dari lembar


(28)

observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa terkait keterampilan sosialyang diiliki siswa dan lembar ters yang berupa soal uraian. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I. Apabila pada siklus II belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai.

2. Siklus II a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan alokasi waktu 3 x 35 menit(1 pertemuan) pada sub materi macam-macam koperasi berdasarkan jenis usahanya, soal evaluasi serta media yang digunakan dalam proses pembejararan kemudian membuat lembar observasin siswa seperti halnya pada pelaksanaan siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Apersepsi dan Motivasi Dalam kegiatan ini guru:

a. Mengkondisikankanpesertadidik.

- Menyiapkansiswasecarafisik danpsikis

denganmengaturtempatduduksiswa,

memeriksakelengkapanbelajarsertamemastikansiswasiapuntukbelajar. - Membukapelajarandenganmemberisalam.

- Memberikan kesempatan kepada ketua murid untuk memimpin

do’abersamasebelummemulaipembelajaran. - Mengabsenkehadiran siswa per kelompok.


(29)

- Membuat kesepakatan belajar dan memberikan jargon. b. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.

2. Kegiatan Inti (85 menit)

Eksplorasi

a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi sepuluh kelompok dan setiap kelompok terdiri dari lima sampai dengan enam orang serta masing-msing menerima name tag (kartu nama) yang telah dipersiapkan oleh guru untuk mempermudah observer dalam melaksanakan observasi terhadap kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Siswamenyimak pemaparan mengenai penerapan model role playing

(bermain peran) dalam proses pembelajaran. Elaborasi

a. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam bermain dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan dimainkankan.

b. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran yaitu tiga kelompok memjadi pengurus koperasi, yang terdiri dari koperasi konsumsi, koperasi produksi dan koperasi simpan pinjam atau kredit, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

c. Guru membegikan media kepada masing-masing koperasi yang digunakan dalam bermain peran.

d. Guru menegaskan kepada kelompok yang tidak mengadi pengurus dari ketiga koperasi tersebut berperan menjadi anggota koperasi atau konsumen yang berbelanja di masing-masing koperasi serta membagikan uang mainan kepada semua anggota koperasi untuk bertransaksi di masing-masing koperasi.

e. Siswa menyimak pemaparan guru pada saat mencontohkan melakukan transaksi di koperasi simpan pinjam serta guru menegaskan setelah ketiga


(30)

kelompok selesai melaksanakan sebagai pemeran pengurus koperasi, peran pengurus secara bergantian dimainkan oleh kelompok yang menjadi anggota koperasi dan sebaliknya yang awalnya berperan sebagai pengurus menjadi anggota koperasi sampai semua kelompok melaksanakan bermain peran.

f. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai peran yang dimankan dalam bermain peran.

g. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan gambaran cerita yang telah guru paparkan sebelumnya.

h. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

i. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan bimbingan dari guru.

j. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang dimainkan dan merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran

Konfirmasi

a. Siswamenerima lembar evaluasi (latihan soal) serta guru membimbing dalam pengerjaan tugas yang telah diberikan.

b. Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang telah dibelajarkan.

b. Siswa menyimak pada saat guru memberikan penguatan materi yang telah dibelajarkan agar tidak terjadi kesalah pahaman.

c. Siswa diberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami dan memberikan reward kepada masing-masing kelompok yang telah mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.

d. Mengakhiri pelajaran dengan berdo’a bersama yang dipimpin oleh ketua murid dan ditutup dengan salam.


(31)

c. Observasi

Observasi dilaksanakan seperti pada siklus I, yaitu dilaksanakan oleh guru kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa terkait keterampilan sosial yang dimiliki siswa. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam menentukan perencanaan selanjutnya pada saat siklus III.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Data yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa terkait keterampilan sosial siswa selama pembelajaran berlangsung dan lembar ters yang berupa soal uraian. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus selanjutnya dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus II. Apabila pada siklus II belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai.

3. Siklus III a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan alokasi waktu 3 x 35 menit(1 pertemuan) pada sub materi macam-macam koperasi berdasarkan keanggotaannya, membuat lebar evaluasi dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kemudian lembar observasi disiapkan seperti halnya pada pelaksanaan siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan


(32)

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Diuraikan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini:

1. Kegiatan Awal (10 menit)

Apersepsi dan Motivasi Dalam kegiatan ini guru:

a. Mengkondisikankanpesertadidik.

- Menyiapkansiswasecarapsikisdanfisikdenganmengaturtempatduduksis wa,

memeriksakelengkapanbelajarsertamemastikansiswasiapuntukbelajar. - Membukapelajarandenganmemberisalam.

- Memberikan kesempatan kepada ketua murid untuk memimpin

do’abersamasebelummemulaipembelajaran. - Mengabsenkehadiran siswa per kelompok.

- Membuat kesepakatan belajar dan memberikan jargon. b. Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuanpembelajaran.

3. Kegiatan Inti (75 menit)

Eksplorasi

a. Siswa dibelajarkan secara berkelompok serta masing-msing siswa menerima name tag (kartu nama) yang telah dipersiapkan oleh guru untuk mempermudah observer dalam melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Siswamenyimak pemaparan guru mengenai penerapan metode role playing (bermain peran) dalam bermain peran.

Elaborasi

a. Siswa menyimak guru pada saat menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam bermain dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan dimainkankan.

b. Bersama siswa guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam bermain peran yaitu lima kelompok memjadi pengurus koperasi, yang terdiri dari koperasi pegawai negri, koperasi pensiunan,koperasi pertanian, koperasi


(33)

sekolah dan koperasi unit desa, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

c. Guru membegikan media kepada masing-masing koperasi yang digunakan dalam bermain peran.

d. Guru menegaskan kepada kelompok yang tidak menjadi pengurus dari kelima koperasi tersebut berperan menjadi anggota koperasi atau konsumen yang berbelanja di masing-masing koperasi serta membagikan uang mainan kepada semua anggota koperasi untuk bertransaksi di masing-masing koperasi.

e. Siswa menyimak pemaparan guru pada saat mencontohkan melakukan penyuluhan segbagai pengurus koperasi unut desa serta guru menegaskan setelah kelima kelompok selesai melaksanakan sebagai pemeran pengurus koperasi, peran pengurus secara bergantian dimainkan oleh kelompok yang menjadi anggota koperasi dan sebaliknya yang awalnya berperan sebagai pengurus menjadi anggota koperasi sampai semua kelompok melaksanakan bermain peran.

f. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai peran yang dimankan dalam bermain peran.

g. Para siswa memulai bermain peran sesuai dengan gambaran cerita yang telah guru paparkan sebelumnya.

h. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

i. Siswa yang mendapat kesulitan dalam bermain peran memdapatkan bimbingan dari guru.

j. Secara bersama-sama siswa dan guru melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan da merumuskan kesimpulan serta guru mendorong agar siswa memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan bermain peran.

Konfirmasi (10 Menit)

a.Siswamenerima lembar evaluasi (lembar soal) serta guru membimbing dalam pengerjaan tugas yang telah diberikan.


(34)

b.Kelompok yang mengerjakan soal paling cepat menerima reward dari guru. c.Bersama siswa guru membahasan soal secara keseluruhan.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Siswa dibimbing oleh guru dalammerumuskankesimpulandari materi yang telah dibelajarkan.

b. Siswa menyimak pada saat guru memberikan penguatan materi yang telah dibelajarkan agar tidak terjadi kesalah pahaman.

c. Siswadiberikankesempatanbertanyamengenaimateri yang belumdipahami. d. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya terhadap

proses pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan dengan menerapakan model role playing bermain peran).

e. Mengakhiri pelajaran dengan berdo’abersama yang dipimpinolehketua murid danditutupdengansalam.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan seperti pada siklus II, yaitu dilaksanakan oleh guru kelas beserta teman sejawat, yaitu untuk mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa selama pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi akan membantu peneliti dalam menentukan perencanaan selanjutnya pada saat siklus selanjutnya namun apabila hasil dari siklus III sangat meningkat, maka pelaksanaan siklus diberhentikan karena mengingat materi dalam Kompetensi Dasar KD) telah tuntas.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III. Data yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa selama pembelajaran berlangsung dan lembar tes yang


(35)

berupa soal uraian. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus selanjutnya dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus selanjutnya. Apabila pada siklus III belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus selanjutnya. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai namun apabila hasil dari siklus III sangat meningkat, maka pelaksanaan siklus diberhentikan karena mengingat materi dalam Kompetensi Dasar KD) telah tuntas.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa, lembar soal, lembar angket pendapat siswa mengenai pembelajaran IPS dengan menerapkan model role playing (bermain peran) dan catatan lapangan.

1. Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang dapat diamati (Sudjana, 2009: 84).

Observasi dilaksanakan pada setiap siklus dan dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berupa lembar kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa yang merujuk pada indikator keterampilan sosial siswa. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui setiap kegiatan guru dan siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.

2. Lembar Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) (Sudjana, 2009: 35).


(36)

Siswa diberikan tes dalam bentuk tulisan untuk mengetahui ketercapaian indikator dalam setiap pembelajarannya. Tes diberikan kepada siswa setelah materi tersampaikan pada setiap siklus.

3. Lembar Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat berbagai macam peristiwa yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Bog dan Biklen (dalam Johannes, 2001: 153) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan ferleksi terhadap data dalam penelitian kualitaif.

Peneliti membuat catatan terhadap semua peristiwa yang terjadi di lapangan dengan menggunakan kata kunci pada setiap berlangsungnya kegiatan pembelajran. Setelah pembelajran selesai, peneliti menyalin data secara deskriptif pada catatan lapangan yang telah disediakan peneliti.

4. Lembar Angket

Angket berarti daftr pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dngan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1945 (dalam Sapriya. Sundawa, D. Masyitoh, I. 2006:252).

Angket ini diisi oleh siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model role playing (bermain peran) selama tiga siklus. Angket ini berisi sepuluh pendapat siswa terhadap pembalajaran yang dilaksanakan yang harus diisi dengan memilih jawaban Ya/Tidak beserta alasannya pada kolom yang telah disediakan.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian data yang dikumpuklan akan sangat berguna dan sangat penting sehingga data harus benar-benar akurat. Banyak para ahli yang mengemukakan cara menentukan skor dengan menggunakan rumus tertentu. Untuk mengolah hasil evaluasi individu serta untuk akumulasi skor individual


(37)

peneliti menngunakan rumus yang dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto 2007:55) Untuk memberikan skor perkembangan individu, seperti berikut:

SKOR= �

ℎ 100%

Untuk melakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan pada setiap pelaksanaan siklus yang dikumpulkan oleh observer dan peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pemberian tes secara individual yang dilaksanakan sesudah pembelajaran melalui lembar evaluasi. Hasil tes yang diisikan pada lembar jawaban akan diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1) Jawaban benar diberi skor sepuluh (10) dianggap memahami materi, jawaban diberi skor nol (0) dianggap belum memahai materi.

2) Menentukan nilai rata-rata tes adalah, nilai keseluruhan dibagi banyaknya jumlah siswa dikali seratus persen (100%). Rumus sebagai berikut : R

= � ℎ

� 100%

3) Menentukan presentase nilai siswa yang diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu dengan memahami rumus sebagai berikut:

R = � ℎ � 100%

b. Observasi yang dilakukan peneliti dan observer terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan memberikan ceklis apabila menjawab, kemudian dipresentasekan dengan mengunakan rumus:

1) Observasi kegiatan guru: R = � �

ℎ 100%

2) Observasi kegiatan siswa: R = � ℎ � 1−3

ℎ 100%

c. Angket diberikan kepada siswa sesudah proses pembelajaran. Menentukan presentase jumlah siswa yang menjawab Ya/Tidak pada lembar angket atau observasi. Setiap aspek yang tertera pada lembar angket adalah sebagai berikut:

R = � � � /


(38)

2. Analisis Data

Data merupakan unsur penting dalam penelitian tindakan kelas, kualitas data yang berhasil dikumpulkan. Data diperoleh dan dicatat dari hasil temuan di lapangan baik berupa dokumentasi, ataupun manusia yang menjadi subjek penelitian yang mengandung fakta. Fakta merupakan bahan kajian dalam suatu penelitian, namun fakta saja tidak akan punya arti jika tidak dicatat, dikelola dan dianalisis dengan baik.

Hasil Pelaksanaan penelitian ini, ada dua data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, diantaranya:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa dan keterampilan sosial siswa) dengan analisis statistik deskriftif untuk mencari nilai rata-rata dan prosentase keberkasilan belajar.

b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat, untuk memperoleh gambaran ekspresi atau respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan model role playing (bermain peran), perhatian dan antusias siswa serta kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

a. Ketuntasan Belajar

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkanhasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. (Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan).


(39)

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini akan dibahas kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaan tindakan kelas mengenai penerapkan model role playing (bermain peran) untuk meningkatkan keterampilan sosiala siswa pada pembelajaran IPS.

A. Kesimpulan

Berdasarkanpenelitiantindakankelas (PTK) yang telahdilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar Negri 2 Cibogo KecamatanLembangKabupaten Bandung

Barat Tahun Ajaran 2013/2014,

makapenelitidapatmenyimpulkansemuahasilpenelitiansebagaiberikut.

1. Penerapanmodel role playing (bermain peran)padapembelajaransiklus I, II dan siklus III telahsesuaiharapandansemakinmembaik. Pembelajaran IPSdenganmenerapkan model role playing (bermain peran) pun efektifdalammeningkatkanaktifitassiswa. Hal inidapatdilihatdarisuasanakelas

yang semakinaktifdankondusif. Aktivitassiswa pun

terlihatsemakinaktifdalampembelajaranapalagiketikasiswamelaksanakanberm

ain peran. Siswa pun

banyakmendapatkanpengalamanbersosialisasidanberkomunikasisecaralangsu

ngmelaluijalannyabermain peran dan

diskusisehinggamelatihsiswauntukbekerjasamadengan baik, mampu mengontrol diri dan berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain. Pelaksanaanobservasi yang dilakukanoleh observer baikuntuk guru dansiswadapatmenghasilkanrefleksidanperbaikanpada

setiapsiklus,sehinggapembelajarandapatdilakukanlebihbaiklagi.

2. Penerapanmodel role playing (bermain peran)

dapatmeningkatkanketerampilan sosial siswa,

halinidibuktikandenganpeningkatanprosentase setiap siklus. Disamping keterampilan sosial siswa yang meningkat dengan menerapkan model role


(41)

playing (bermain peran) dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV juga dapat meningkatkan hasil belajara siswa.


(42)

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdipaparkansebelumnya, makaperludikemukakan saran-saran sebagaiberikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru yaitubahwadengan menerapanmodel role playing (bermain peran) dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan pembelajaran yang menyenangkan, karena seolah-olah siswa mengalami secara nyata kejadian yang terdapat pada materi pelajaran dan siswa lebih mengekspresikan perasaannya dengan luwes dalam bermain peran.

2. Bagi Siswa

Bagisiswayaitukarenaketerampilan sosial siswa dapat meningkatdengan menerapkan model role playing(bermai peran), khususnya pada spek kerjasama, mampu mengontrol diri dan berbagi ide dan pengalaman kepada orang lain.

3. Bagi Sekolah

Bagisekolahyaitusebaiknyalebihmengedepankanpengadaansarana-prasarana yang menunjangbagikelangsunganpembelajaran. Sehinggainovasidankreasi guru dapatlebihdimaksimalkan danketerampilan dan hasilbelajar yang diharapkandapatterwujuddenganbaik.

4. Bagi Peneliti

Bagipenelitiselanjutnya, padahalinipenelitiberharapmodel role playing

(bermain peran) dapatdicobauntukdilakukanpadamatapelajaran lain dankelas lain sehinggadapatterlihatperbandinganhasil yang dapatmeningkatkan proses

kinerja guru secaraumum. Dan jikaada yang

akanmenelitikembalimenggunakanmodel role playing (bermain peran)

penelitiberpesan agar

lebihmempersiapkansaranadanprasaranalebihbaiksehinggamenciptakansesuat u yang baru yang dapatbergunabagiduniapendidikansecarakeseluruhan.


(43)

(44)

Keterampilan Sosial Dan Kretivitas Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS.

Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Fitriani. (2012) Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Jual Beli. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hamalik. (2001).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. (1996).Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Huda, M. (2013).Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khoirun Akmaladi, I. Dan Amir, S. (2011) Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Reflika Aditama.

Kunandar. (2008).Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Potensi Guru. Bandung: Raja grafindo Persada.

Misbahun. (2001).Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran IPS Tentang Proklamasi. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriatna, N., Mulyani, S dan Rokhayati, A. (2009).Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press.

Putro, Widoyoko Eko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sagala, S. (2007).Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2006).Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sapriya. Istanti, T dan Zulkifli E. (2007).Pengembangan Pendidikan IPS di SD.

Bandung: UPI Press.

Sembayang, Eu. (2011).Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id.bitsream/123456789/23250/2Chapter%.


(45)

Somantri. (2012).Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Materi Peran Dan Jasa Tokoh Untuk


(46)

MempertahankanKemerdekaan Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wiratmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, U. (2002). EfektifitasKemampuan Guru Dalam Pembelajaran PIPS Kaitannya Dengan MenutupPelajaran Di SekolahDasar ( Studi Penelitian Tindakan Kelas V Pada SDN Mandala Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat). Tesis Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(1)

95

playing (bermain peran) dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV juga dapat meningkatkan hasil belajara siswa.


(2)

Yanti, 2014

Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran Ips

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdipaparkansebelumnya,

makaperludikemukakan saran-saran sebagaiberikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru yaitubahwadengan menerapanmodel role playing (bermain peran) dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan pembelajaran yang menyenangkan, karena seolah-olah siswa mengalami secara nyata kejadian yang terdapat pada materi pelajaran dan siswa lebih mengekspresikan perasaannya dengan luwes dalam bermain peran.

2. Bagi Siswa

Bagisiswayaitukarenaketerampilan sosial siswa dapat meningkatdengan menerapkan model role playing(bermai peran), khususnya pada spek kerjasama, mampu mengontrol diri dan berbagi ide dan pengalaman kepada orang lain.

3. Bagi Sekolah

Bagisekolahyaitusebaiknyalebihmengedepankanpengadaansarana-prasarana yang menunjangbagikelangsunganpembelajaran. Sehinggainovasidankreasi guru dapatlebihdimaksimalkan danketerampilan dan hasilbelajar yang diharapkandapatterwujuddenganbaik.

4. Bagi Peneliti

Bagipenelitiselanjutnya, padahalinipenelitiberharapmodel role playing (bermain peran) dapatdicobauntukdilakukanpadamatapelajaran lain dankelas lain sehinggadapatterlihatperbandinganhasil yang dapatmeningkatkan proses

kinerja guru secaraumum. Dan jikaada yang

akanmenelitikembalimenggunakanmodel role playing (bermain peran)

penelitiberpesan agar

lebihmempersiapkansaranadanprasaranalebihbaiksehinggamenciptakansesuat u yang baru yang dapatbergunabagiduniapendidikansecarakeseluruhan.


(3)

(4)

Yanti, 2014

Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran Ips

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Sosial Dan Kretivitas Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Fitriani. (2012) Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Jual Beli. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hamalik. (2001).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. (1996).Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Huda, M. (2013).Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khoirun Akmaladi, I. Dan Amir, S. (2011) Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Reflika Aditama.

Kunandar. (2008).Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Potensi Guru. Bandung: Raja grafindo Persada.

Misbahun. (2001).Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran IPS Tentang Proklamasi. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriatna, N., Mulyani, S dan Rokhayati, A. (2009).Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press.

Putro, Widoyoko Eko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sagala, S. (2007).Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2006).Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sapriya. Istanti, T dan Zulkifli E. (2007).Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press.

Sembayang, Eu. (2011).Keterampilan Sosial. [Online]. Tersedia:


(5)

Somantri. (2012).Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Materi Peran Dan Jasa Tokoh Untuk


(6)

98 Yanti, 2014

Penerapan Model Role Playing (Bermain Peran) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran Ips

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MempertahankanKemerdekaan Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wiratmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, U. (2002). EfektifitasKemampuan Guru Dalam Pembelajaran PIPS Kaitannya Dengan MenutupPelajaran Di SekolahDasar ( Studi Penelitian Tindakan Kelas V Pada SDN Mandala Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat). Tesis Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Penggolongan Hewan

1 13 189

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Role Playing di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu

0 10 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

1 12 110

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS : Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas iv sekolah dasar negeri 2 cibogo kecamatan lembang kabupaten bandung barat tahun ajaran 2013/2014.

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA.

0 2 49

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI.

0 2 45

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING.

0 0 8

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 0 5

Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam Drama Siswa Kelas V SD Negeri 168 Pekanbaru

0 2 11