PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG.

(1)

TESIS

PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN PADA SISWA KELAS X

DI SMA NEGERI 1 LEMBANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

DISUSUN OLEH ALIEN WARIATUNNISA

1104050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN TARI SASAPIAN UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI DAN KREASI TERHADAP TARI DAERAH SETEMPAT

PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 LEMBANG

OLEH

ALIEN WARIATUNNISA 1104050

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum. NIP. 195212051986112001

Pembimbing II

Dr. Triyanti Nugraheni, M. Si. NIP. 197303161997022001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S. Kar., M. Si. NIP. 196207191989031001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Lembang” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dengan karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan

Alien Wariatunnisa NIM. 1104050


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……….. i

HALAMAN PERNYATAAN……….. ii

ABSTRAK ……… iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR FOTO……… x

DAFTAR TABEL………. xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 7

D. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II LANDASAN TEORETIS ……… 8

A. Penelitian Terdahulu ……….. 8

1. Pembelajaran Tari………. 8

2. Kesenian Sasapian………. 9

B. Teori yang digunakan ……… 10

1. Teori Belajar dan Pembelajaran……… 10

2. Teori Metode Pembelajaran……….. 13

BAB III METODE PENELITIAN ………... 18

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……… 18

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 22

C. Instrumen Penelitian ……….. 25 umpulan Data ………


(5)

E. Teknik Analisis Data……….. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 29

A. Observasi Awal ……….. 29

B. Desain Pembelajaran Tari Sasapian ……… 31

C. Proses Pembelajaran Tari Sasapian ………. 40

D. Hasil Pembelajaran Tari Sasapian ……….. 60

E. Pembahasan ……… 69

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 77

A. Kesimpulan ………. 77

B. Rekomendasi ……….. 80

DAFTAR PUSTAKA……… 81

DAFTAR UNDUHAN……….. 82


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Perubahan Tingkah Laku………. 13

Gambar 2 Pembelajaran Kreatif-Produktif………. 17

Gambar 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kurikulum 2013………. 20

Gambar 4 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 21

Gambar 5 Bagan Tahapan Pembelajaran Tari Sasapian………. 31

Gambar 6 Sinkronisasi Tahapan Pembelajaran Kreatif-Produktif dan Tahapan Pembelajaran Kurikulum 2013………. 73


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Pertemuan 1 Pembelajaran Tari Sasapian………. 32

Bagan 2 Pertemuan 2 Pembelajaran Tari Sasapian………. 34

Bagan 3 Pertemuan 3 Pembelajaran Tari Sasapian………. 36

Bagan 4 Pertemuan 4 Pembelajaran Tari Sasapian………. 38


(8)

DAFTAR FOTO

Foto 1 SMA Negeri 1 Lembang………. 22

Foto 2 Peresmian Kantin Kejujuran di SMA Negeri 1 Lembang……….…. 23 Foto 3 Sesepuh Beserta Para Penari Bebedilan Pada Pertunjukan

Sasapian………. 42

Foto 4 Penari Sasapian dan Kuda Lumping Pada Pertunjukan Sasapian.…. 43

Foto 5 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 3….…. 49

Foto 6 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 3….…. 50

Foto 7 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 5 Pertemuan 4….…. 52

Foto 8 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 1 Pertemuan 4.……. 53

Foto 9 Proses Pembelajaran Tari Sasapian Kelompok 2 Pertemuan 5….…. 58


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Nilai Diskusi…………...………. 61

Tabel 2 Daftar Nilai Makalah Kelompok 1………. 62

Tabel 3 Daftar Nilai Makalah Kelompok 2………. 63

Tabel 4 Daftar Nilai Makalah Kelompok 3………. 64

Tabel 5 Daftar Nilai Makalah Kelompok 4………. 65

Tabel 6 Daftar Nilai Makalah Kelompok 5………. 66 Tabel 7 Daftar Nilai Psikomotor……….……….


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai konsep pembelajaran Seni Tari berdasarkan kurikulum 2013 yang saat ini baru disahkan oleh pemerintah pusat untuk diterapkan di seluruh sekolah yang ada di Indonesia agar siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana desain pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana proses pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang? Bagaimana hasil pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu action research dengan metode pembelajaran Kreatif-Produktif melalui pendekatan saintifik sesuai dengan yang dianjurkan oleh kurikulum 2013. Pembelajaran ini terdiri dari 5 pertemuan melalui 5 tahapan yang harus dilalui oleh siswa yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Adapun hasil dari peneltian ini yaitu :

Pada pertemuan pertama siswa mengamati peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian melalui video tari Sasapian. Hasilnya siswa menjadi lebih paham terhadap peran dan karakter yang terdapat pada tari Sasapian. Pada pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan secara langsung di sanggar tari Sasapian dengan tokoh tari Sasapian sebagai nara sumber. Disini siswa melakukan apresiasi secara langsung, diskusi dan tanya jawab mengenai teks dan kontekstual tari Sasapian lalu belajar gerak tari Sasapian langsung dengan tokoh tari Sasapian.

Pada pertemuan ketiga dilakukan tahap mengeksplorasi. Siswa ditugaskan oleh guru untuk membuat konsep dan mengeksplorasi gerak tari kreasi Sasapian. Pada pertemuan keempat yaitu proses mengasosiasi melalui pemilihan dan memadukan gerak, serta memantapkan gerak yang sudah terpilih dengan tehnik yang benar. Pada pertemuan kelima siswa melakukan tahapan terakhir yaitu mengomunikasikan karya tari kreasi Sasapian secara perkelompok, lalu membuat kritik tari sebanyak minimal 50 kata untuk menanggapi dan memberikan penilaian terhadap karya kelompok lain.

Dengan demikian, melalui konsep pembelajaran tari Sasapian ini siswa dapat menjadi lebih aktif, kreatif, dan kritis sesuai dengan harapan dan tujuan kurikulum 2013.


(11)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang dunia pendidikan selalu berhubungan dengan kurikulum yang mengatur sistem pendidikan. Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk menjadi tolok ukur hasil pembelajaran kelas di suatu daerah/ negara.

Di dalam kurikulum 2013, sebuah pembelajaran harus melalui proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Begitu pula dalam pelajaran Seni Budaya (Seni Tari), proses mengamati dan menanya dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap sebuah pertunjukan tari, proses mengeksplorasi dan mengasosiasi dapat dilakukan dengan membuat sebuah karya tari kreasi, sedangkan mengomunikasi dapat dilakukan melalui sebuah pertunjukan kelas.

Untuk mewujudkan semua proses di atas, maka dibutuhkan seorang guru yang kreatif agar menghasilkan sebuah pembelajaran dan siswa yang kreatif pula. Sesuai dengan norma yang ada di masyarakat bahwa guru merupakan akronim dari digugu dan ditiru. Maka semua kepribadian dan tingkah laku guru merupakan figur bagi siswanya. Untuk itu, kita sebagai guru harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Tati Narawati (2012: 3) dalam Imma Fretisari (2012: 2) menjelaskan empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:


(13)

1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan kelas; 2. Kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan wibawa, menjadi teladan

peserta didik;

3. Sosial, yaitu kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi;

4. Profesional, yaitu kemampuan dalam penguasaan pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni budaya yang diampunya.

Begitu baiknya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru agar terciptanya sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan, inovatif, dan kreatif, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu materi yang dapat membuat siswa kreatif. Kesenian yang dapat dijadikan sebagai materi kreasi tari daerah setempat di SMA Negeri 1 Lembang diantaranya yaitu kesenian Sasapian. Kesenian Sasapian merupakan kesenian khas daerah Lembang, khususnya di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Proses pertunjukannya yaitu dengan cara mengarak kerangka/ boneka sapi mengitari jalan yang telah ditentukan dengan iringan instrumen.

Adapun hakekat seni Sasapian bagi masyarakat Desa Cihideung hanya semata-mata sebagai sarana hubungan antara manusia dengan sang pencipta, karena binatang sapi ini hanya dapat bertahan hidup daerah dengan cuaca yang dingin, maka ini merupakan salah satu berkah bagi masyarakat Cihideung. Melalui sapi, mereka mendapatkan penghidupan bagi perekonomian mereka. Apalagi saat ini, usaha susu sapi sudah terkelola dengan baik terlihat dari adanya koperasi susu di setiap daerah yang ada di lembang, yang kemudian dipusatkan di koperasi susu yang ada di kecamatan. Selain itu, masyarakat lembang saat ini


(14)

sudah mulai memproduksi bahan makanan yang berbahan susu, seperti: tahu susu, kerupuk susu, youghurt, dan lain-lain, sehingga dapat menambah penghasilan bagi mereka.

Pertunjukan Sasapian ini diawali dengan pemanggilan roh oleh sesepuh dari kesenian Sasapian ini agar masuk ke dalam kerangka Sasapian. Hal ini dilakukan supaya si penari Sasapian kuat memikul kerangka yang beratnya antara 10 hingga 15 kg dalam waktu yang cukup lama. Setelah pemanggilan roh selesai, barulah si penari boleh memasuki kerangka sapi dan pertunjukan pun dimulai. Apabila si penari sudah cukup lama menarikan kerangka sapi itu, maka si penari mulai kerasukan roh dan gerak yang dilakukannya pun bersifat improvisasi. Jika si penari sudah terlalu lama menarikan kerangka sapi itu serta terlihat lelah, sesepuh kesenian seolah – olah menyembelih kerangka sapi itu oleh golok yang terbuat dari kayu sebagaimana dilakukan oleh jagal apabila sapi sudah sekarat.

Pertunjukan ini dilakukan dengan cara arak – arakan berkeliling kampung kemudian kembali ke tempat semula. Dengan demikian, kesenian Sasapian tergolong ke dalam seni helaran. “Seni helaran yaitu kesenian yang digelarkan dalam bentuk pesta arak – arakan, menelusuri jalan secara beramai – ramai.” (Atik Soepandi, dkk., 1993 : 105).

Masyarakat Lembang secara tidak langsung telah saling mempengaruhi. Mereka hidup bersama dan bergotong royong untuk mendapatkan hasil yang terbaik, karena bagaimana pun “Manusia itu adalah Zoon Politikon yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau setidak – tidaknya lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri” (Aristoteles dalam Cholil Mansyur, 2005 : 63).

Kesenian merupakan salah satu hal yang terpenting dalam tatanan kehidupan masyarakat di suatu tempat, sebab masyarakat dan segala perubahannya dapat menentukan perkembangan dan pelestarian kesenian daerahnya. Masyarakat yang peduli terhadap kebudayaan dan kesenian daerahnya


(15)

selalu berusaha untuk bergerak, memelihara kesenian yang telah ada, mewariskan, dan mengembangkannya.

Kesenian daerah bersumber dari perasaan manusia berupa hasil karya, cipta, dan karsa yang memiliki pengaruh besar terhadap sosial budaya daerah setempat. Dengan demikian, kesenian daerah dapat digolongkan ke dalam seni pertunjukan, karena “seni pertunjukan adalah produk masyarakat” (Arnold Hauser dalam Soedarsono, 2002 : 2).

Adapun di kalangan rakyat biasa, berkembang seni pertunjukan rakyat. Kesenian Sasapian merupakan salah satu contoh seni pertunjukan rakyat yang hidup dan berkembang di masyarakat Lembang. Dari dulu hingga saat ini Kesenian Sasapian selalu dipertunjukan dalam sebuah upacara ritual irung irung. Upacara ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian mata air yang membawa kesuburan pada lahan pertanian yang dialiri oleh air yang berasal dari mata air irung – irung. Disebut irung – irung, karena mata air tersebut keluar dari sebuah batu yang menyerupai irung (Dalam bahasa Sunda, irung berarti hidung) dimana pancaran airnya memiliki dua lubang seperti hidung.

Masyarakat Lembang selain sebagai pencipta seni, juga sebagai penikmat seni. Hal ini terbukti dalam setiap pertunjukan kesenian daerah apapun selalu interest, terutama pertunjukan kesenian Sasapian. Di setiap pertunjukannya, tempat pertunjukan selalu dipenuhi oleh masyarakat Lembang. Oleh karena itu, para pelaku dan tokoh seni Sasapian memiliki gagasan untuk menampilkan kesenian ini dalam setiap event karnaval di daerah Lembang dan sekitarnya.

Sebagai contoh, setelah melaksanakan upacara ritual irung – irung, masyarakat di Kecamatan Parongpong – Lembang mengadakan karnaval tanaman hias. Dimana dalam kegiatan ini disajikan berbagai macam tanaman dan bunga hias, parade patung dari barang bekas, serta kesenian daerah setempat. Segenap warga pun tertumpah ruah ke jalanan menonton karnaval, bahkan ikut berkarnaval. Karnaval ini disebut karnaval irung – irung karena diselenggarakan setelah upacara irung – irung dilaksanakan.


(16)

Adapun hubungan kesenian Sasapian dengan upacara irung-irung yaitu, karena kesenian Sasapian dan sumber mata air irung-irung merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat Cihideung, sehingga upacara irung-irung merupakan salah satu wujud pemuliaan sumber kehidupan.

Sama halnya dengan karnaval irung – irung, dalam karnaval peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia pun tidak kalah menariknya. Semua warga masyarakat menyambut gembira kegiatan ini. Seluruh kebutuhan karnaval pun dipersiapkan dengan baik. Mulai dari patung berbahan barang bekas, mobil hias, senjata yang terbuat dari bambu, dan kesenian daerah setempat. Kesenian yang biasa ditampilkan yaitu : Sisingaan, Kuda Renggong, Babagongan, Barongsai, Sasapian, dan sebagainya. Ketika Sasapian tampil, segenap warga berkumpul untuk menyaksikannya. Namun sesekali mereka berhamburan, karena ketakutan oleh penari Sasapian yang sudah mulai kerasukan.

Selain itu, Kesenian Sasapian juga sering dijadikan sebagai acara hiburan dalam pesta pernikahan dan khitanan. Sebagai wujud kegembiraannya, tidak sedikit warga masyarakat Lembang yang menjadikan kesenian Sasapian untuk acara hiburan.

Semua hal di atas menunjukan bahwa kesenian Sasapian telah mengalami perkembangan fungsi. Pada awalnya kesenian Sasapian hanya berfungsi sebagai upacara ritual. Namun seiring berjalannya waktu dan tatanan hidup masyarakat Lembang, kini kesenian Sasapian bertambah fungsi sebagai hiburan yang biasa diselenggarakan dalam berbagai event.

Kesenian Sasapian muncul pada tahun 1930-an oleh masyarakat Desa Cihideung serta senantiasa menjaga, melestarikan, serta mewariskannya dengan cara mengajarkan semua aspek tekstual dan kontekstual yang dalam kesenian Sasapian kepada keturunannya. Hingga saat ini, sudah mencapai turunan ke – 7 yang dipimpin oleh Pak H. Maman dan Pak Endi.


(17)

kesenian Sasapian telah memperkuat identitas masyarakat Lembang serta memberi ciri khas yang bisa dibanggakan.

Selain itu, kesenian Sasapian pun dapat memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat. Sebagai wujud rasa bangganya, tidak sedikit warga yang menggelar kesenian Sasapian dalam berbagai acara, sehingga sedikit banyaknya para pelaku kesenian Sasapian mendapatkan keuntungan, karena warga yang menggelar kesenian Sasapian tidak membiarkan mereka bermain dengan gratis.

Apabila kesenian Sasapian ini dijadikan sebagai sebuah pembelajaran dalam mata pelajaran Seni Budaya, maka peserta didik akan lebih mengenal kesenian daerah setempat, baik dari tekstual maupun kontekstualnya. Dampaknya terhadap kesenian Sasapian tentu akan lebih dikenal, sehingga kesenian Sasapian akan tetap terjaga dan lestari. Materi ini dapat disampaikan pada siswa SMA kelas X di SMA Negeri 1 Lembang.

Berdasarkan pemaparan di atas,, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tari Sasapian Untuk Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Tari Daerah Setempat Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang”.

B. Rumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan penelitian dan disebabkan keterbatasan dana dan waktu, maka penelitian ini akan membatasi pada rumusan masalah: “Bagaimana Tari Sasapian Dapat Meningkatkan Apresiasi dan Kreasi Terhadap Seni Daerah Setempat di SMA Negeri 1 Lembang?”

Agar lebih operasional, masalah penelitian diturunkan dalam bentuk tiga pertanyaan penelitian, yakni:

a. Bagaimana pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?


(18)

b. Bagaimana proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

c. Bagaimana hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan apresiasi dan kreasi siswa terhadap kesenian daerah setempat, dalam hal ini tari Sasapian. Maka dari itu, peneliti merumuskan tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut,

a. Menggambarkan pola/ desain pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

b. Menjelaskan proses pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

c. Menjelaskan hasil pembelajaran tari kreasi Sasapian bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Lembang?

D. Manfaat penelitian


(19)

1. Bagi objek yang diteliti, kesenian Sasapian menjadi lebih dikenal oleh masyarakat Parongpong-Lembang khususnya generasi muda, sehingga kesenian tersebut dapat lebih terjaga kelestariannya.

2. Bagi mata pelajaran Seni Budaya, dapat menambah referensi bahan pembelajaran di sekolah dalam materi tari kreasi daerah setempat. Mendapatkan strategi pembelajaran yang baru agar tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kreativitas siswa.

4. Bagi sekolah SMA Negeri 1 Lembang, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk peningkatan motivasi pembelajaran, pengadaan sarana prasarana yang berkaitan dengan pembelajaran seni tari di sekolah.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatifyang akan mendeskripsikan penelitian mulai dari perencanaan hingga hasil yang didapat. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, maka peneliti menggunakan metode penelitian action research. Menurut Masyhuri (2008: 42) dalam Fretisari (2012: 37) penelitian action research merupakan penelitian untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan sebuah bahan ajar untuk memecahkan masalah yang terjadi di lapangan.

Peneliti menemukan masalah mengenai generasi muda sekarang yang kurang mengenal kebudayaan dan kesenian daerahnya sendiri. Mereka lebih tertarik pada kesenian luar negeri yang dianggap lebih modern yang bisa mengantarkan mereka terhadap tren masa kini. Padahal kesenian dan budaya daerah memiliki banyak nilai dan makna yang dapat membentuk moral mereka menjadi lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang saat ini telah ditetapkan oleh pemerintah untuk digunakan di setiap sekolah. Ada beberapa pendekatan yang disarankan oleh kurikulum 2013 agar siswa kritis, aktif, kreatif, dan inovatif. Dalam hal ini peneliti mencoba mengunakan metode pembelajaran kreatif-produktif agar siswa dapat lebih kreatif dan menghasilkan sebuah karya tari kreasi Sasapian.

Dalam bab 2 telah dibahas mengenai pengertian pembelajaran


(21)

dikembangkan dengan mengacu dengan berbagai pendekatan pembelajaran yang

diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.” (Made Wena,

2012 : 139)

Adapun pendekatan yang peneliti terapkan yaitu pendekatan scientific dengan kriteria sebagai berikut (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013),

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.


(22)

Berdasarkan keterangan di atas, pendekatan scientific sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yang menuntut dan mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, kritis, dapat mempertanggungjawabkan apa yang diucapkannya sesuai dengan konsep, teori, dan fakta empiris. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 sebagai berikut ini.


(23)

Gambar 3 Sumber :

(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013)


(24)

(25)

Berikut ini adalah bagan proses pembelajaran tari Sasapian.

Gambar 4

Bagan tahapan pembelajaran tari Sasapian

Pertemuan 1

•Mengamati tari Sasapian melalui tayangan video tari

Sasapian.

Pertemuan 2

•Menanyakan informasi mengenai teks dan kontekstual

tari Sasapian pada senimannya secara langsung melalui penyadapan di sanggar tari Sasapian yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.

Pertemuan 3

•Mengeksplorasi gerak tari Sasapian menjadi tari kreasi

Sasapian

Pertemuan 4

•Mengasosiasi gerak tari kreasi Sasapian melalui

pemilihan dan penggabungan gerak tari Sasapian

Pertemuan 5

•Mengomunikasikan tari kreasi Sasapian melalui

pertunjukan kelas dan penulisan (kritik tari) mengenai karya yang telah dibuat oleh kelompok lain sebanyak minimal 50 kata


(26)

(Konsep: Alien, 2013)

B. Lokasi Penelitian

1. SMA Negeri 1 Lembang

Foto 1

(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)

SMA Negeri 1 Lembang merupakan Sekolah Menengah Atas Negeri satu-satunya di Kecamatan Lembang yang beralamatkan di Jalan Maribaya no. 68 Lembang 40391. Sekolah ini memiliki lokasi yang sangat strategis dengan iklim yang sejuk, jauh dari keramaian kendaraan, dan udara yang segar, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar lebih tenang dan kondusif.

SMA Negeri 1 Lembang berada di tengah-tengah lingkungan militer, sebelah barat ada Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal (PUSDIK AJEN), sebelah timur Sekolah Pimpinan Polisi Republik Indonesia (SESPIM POLRI), sebelah selatan ada Sekolah Staf Komando Angkatan Udara (SESKO AU). Selain itu, SMA Negeri 1 Lembang pun dikelilingi oleh objek pariwisata di Lembang seperti Maribaya, Gunung Tangkuban Parahu, serta objek wisata lainnya yang saat ini


(27)

Melihat kondisi lingkungan yang seperti ini, anak-anak generasi muda di daerah Lembang dapat terpengaruh oleh kebudayaan luar yang dibawa oleh parawisatawan mancanegara, sehingga pada tahun 2010 SMA Negeri 1 Lembang dijadikan sebagai Sekolah Pancasila oleh Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pusat. Sekolah Pancasila ini diwujudkan melalui adanya sistem kantin kejujuran serta pengamalan pancasila yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Lembang dalam kehidupan sehari-hari.

Foto 2

(Sumber : SMA Negeri 1 Lembang, 2010)

Berdasarkan keterangan yang didapat dari salah satu Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum DRS. Marsudi, sekolah ini berdiri pada tahun 1983. Saat ini SMA Negeri 1 Lembang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Etty Sutiarsih, beliau menjabat sebagai kepala SMA Negeri 1 Lembang sejak tahun 2005 sampai saat ini. Selama dalam kepemimpinan beliau, SMA Negeri 1 Lembang memiliki perkembangan yang bisa dibilang sangat pesat dari segi fisik bangunan sekolah, kedisiplinan, prestasi, dan sebagainya.

Kepala SMA Negeri 1 Lembang dibantu oleh beberapa Pembantu Kepala Sekolah beserta staf. Saat ini Wakasek Humas dijabat oleh Ibu Nina Hernawati, Wakasek Kurikulum oleh Bapak Kusnadi dan Bapak Marsudi, Wakasek


(28)

Kesiswaan oleh Bapak Samsul Arifin, serta Wakasek Sarana dan Prasana oleh Bapak Memet Sudrajat.

Mengenai kurikulum yang dipakai, sekolah ini selalu mengikuti perkembangan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Mulai dari kurikulum 1976, kurikulum1984, kurikulum1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, hingga saat ini kurikulum 2013.

Berdasarkan keterangan yang didapat dari Wakasek Kurikulum Drs. Marsudi, mulai tahun 2004 SMA Negeri Lembang menerima siswa dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 9 kelas. Pada tahun ini penjurusan IPA, IPS dan Bahasa mulai diberlakukan di jenjang kelas XI/ kelas 2. Penjurusan ini dilihat dari minat dan bakat siswa melalui psikotes dan ketercapai nilai akademis. Namun pada tahun 2012 jurusan bahasa mulai kehilangan peminat, sehingga kepala sekolah beserta para Pembantu Kepala Sekolah berserta staf memutuskan untuk menutup jurusan bahasa.

SMA Negeri 1 Lembang seringkali mengikuti lomba dalam bidang akademis, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan dan perguruan tinggi. Prestasi pun seringkali diraih oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Lembang di bidang akademik ini.

SMA Negeri 1 Lembang saat ini memiliki 22 ekstrakurikuler untuk mewadahi minat, bakat, serta prestasi siswa dalam bidang non akademik. 22 ekstrakurikuler tersebut diantaranya adalah Paskibra, Pramuka, Ikrisma, PMR, Seni Tari, Seni Rupa, Paduan Suara, Karawitan, Sanggar Sastra, Angklung, Jurnalistik, KIR, Karate, Taekwondo, Boxer, Bulutangkis, Voli, Sepak Bola, Futsal, Basket, Bola Tangan, dan Silat.

Prestasi yang dicapai tersebut tentunya tidak lepas dari fasilitas yang diberikan oleh pihak sekolah yang turut menentukan keberhasilan siswa. Fasilitas


(29)

yaitu: 22 unit proyektor, 22 projektion screen, 5 buah speaker, 25 buah terminal kabel. Adapun untuk pembelajaran kesenian fasilitas yang ada yaitu: seperangkat gamelan degung, 4 set angklung beserta gambang bambu dan kontra bas, keyboard, drum, dan gitar.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Bapak Purnama Sidik, karakteristik siswa kelas X secara row input dilihat dari psikotest yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling, banyak siswa yang potensinya baik dari segi IQ ataupun bakat di atas rata-rata. Dari segi minat, kebanyakan siswa kleas X ini cenderung berminat pada bidang seni budaya dan olah raga. Hanya sedikit atau tidak terlalu banyak yang bernar-benar berminat pada bidang akademis. Hal ini berpengaruh pada perkembangan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Lembang, dimana lebih berkembang ekstrakurikuler yang berhubungan dengan seni dan olah raga dibandingkan dengan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

2. Subjek Penelitian

Setelah menentukan lokasi penelitian, dalam sebuah penelitian diperlukan pula subjek penelitian. Adapun yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X. Pemilihan siswa kelas X yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini, karena disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang digunakan oleh SMA Negeri 1 Lembang, dimana kurikulum 2013 ini baru diresmikan oleh pemerintah pusat untuk diterapkan pada siswa kelas X. Selain itu, juga karena kesenian Sasapian yang menjadi identitas masyarakat Parongpong-Lembang yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran dengan harapan kesenian ini dapat lebih dikenal dan terjaga kelestariannya oleh masyarakat Lembang sendiri. Hal ini yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian di kelas X SMA Negeri 1 Lembang.


(30)

A. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa serangkaian pertanyaan yang membutuhkan respon balik untuk mendapatkan data yang diinginkan. Dengan berbagai pertanyaan tersebut diharapkan peneliti dapat mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran tari Sasapian dalam bereksplorasi, berkreasi, dan berapresiasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat dalam bentuk pedoman wawancara untuk tokoh tari Sasapian, guru, Wakil Kepala Sekolah, dan siswa berupa angket, serta pedoman observasi.

B. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian pembelajaran tari Sasapian di SMA Negeri 1 Lembang ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data. Namun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Observasi

Obervasi terhadap objek penelitian secara langsung dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang Pada bulan September 2013. Dalam hal ini peneliti bertindak langsung sebagai partisipan agar peneliti bisa mendapatkan data secara lengkap mengenai berbagai hal yang ada di SMA Negeri 1 Lembang. Data tersebut didapatkan dari beberapa narasumber di SMA Negeri 1 Lembang, Bahkan segala sesuatu yang dapat dirasakan, didengar, dan dilihat menjadi sebuah penguatan setelah peneliti mendapatkan informasi dari narasumber.

Observasi tidak hanya dilakukan di awal saja, tetapi juga dalam setiap pertemuan, peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam hal ini peneliti pun bertindak langsung sebagai pengajar/ guru dalam menerapkan pola pembelajaran tari Sasapian sesuai konsep yang telah ditentukan


(31)

oleh peneliti, sehingga peneliti dapat meraih data mengenai segala aktivitas siswa yang terjadi dalam pembelajaran baik dari segi apresiasi, kreasi, pemahaman, ataupun yang lainnya.

Selain di SMA Negeri 1 Lembang, peneliti pun melakukan observasi di sanggar Kalangkamuning, yaitu salah satu sanggar yang melestarikan tari Sasapian. Di sanggar ini peneliti melakukan observasi mengenai berbagai hal tentang tari Sasapian. Mulai dari penyajian, iringan musik, dan lain sebagainya berkenaan dengan tari Sasapian dalam upacara Irung-irung.

Observasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian ini, karena dalam langkah-langkah penelitian terdapat observasi diantaranya. Hasil dari observasi yang dilakukan dari awal hingga akhir menjadi sumber data yang sangat penting dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam pengumpulan data untuk mencatat dan mengetahui semua peristiwa yang terjadi dilapangan secara lebih mendalam terhadap responden. Menurut Arikunto (2002) dalam Suanda (2010: 57) dikemukakan bahwa “interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawacara”. Adapun tujuan dari wawancara

disebutkan oleh Sugiyono (2006) dalam Suanda (2010: 57) yaitu: “Untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Dalam teknik ini peneliti melakukan wawancara terhadap responden yaitu, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk mengetahui fasilitas yang mendukung pembelajaran seni tari, lalu pada wakasek bidang kesiswaan untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh siswa pada bidang seni. Setelah itu pada wakasek bidang kurikulum untuk mengetahui kurikulum yang dipakai di sekolah ini. Semua wawancara ini dilakukan pada bulan September 2013. Selanjutnya wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran


(32)

seni tari untuk mengetahui manfaat dari pola/ desain pembelajaran yang telah dikonsep oleh peneliti terhadap proses pembelajaran sesuai dengan pendapat dan sudut pandang guru mata pelajaran baik kekurangan ataupun kelebihannya. Wawancara ini dilaksanakan setelah penelitian selesai dilakukan.

Selain itu, wawancara pun dilakukan terhadap siswa-siswi SMA Negeri 1 Lembang, untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketertarikan mereka terhadap tari Sasapian, karena tari Sasapian ini sering mereka saksikan terutama dalam acara karnaval Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, hanya terkadang mereka tidak tahu nama kesenian yang mereka saksikan itu. Wawancara pada siswa ini dilakukan terhadap 5 orang siswa, diantaranya yaitu : Siti Rahma, Zaeni, Rika, Rizky Mutiarani, dan Bayu. Adapun alasan memilih kelima orang ini adalah sebagai berikut : (1) Siti Rahma sebagai warga Desa Cihideung. (2) Zaeni dan Bayu jika dilihat dari keseharian mereka dalam pembelajaran, mereka dianggap lebih tertarik terhadap seni tradisional. (3) Rika dan Rizky jika dilihat dalam kesehariannya dalam pembelajaran dan nilai yang didapat, mereka tergolong siswa yang berprestasi di kelas X MS 4. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2004) dalam Suanda (2010: 57) “Wawancara tidak terstruktur yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya”. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa pertanyaan secara garis besarnya saja.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto yang dideskripsikan dalam proses pengumpulan data. Adapun foto yang dideskripsikan yaitu foto pada saat observasi kesenian Sasapian pada saat kegiatan Cihideung Festival serta foto pada pertemuan 3, 4, dan 5. selain dari buku-buku dan seluruh perangkat


(33)

pembelajaran untuk melengkapi data dan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

C. Tehnik Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi berupa data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Dari data yang didapat, peneliti akan menganalisis data sesuai dengan pertanyaan penelitian.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran tari Sasapian dalam mata pelajaran Seni Budaya di kelas X MS 4 yang telah menjawab rumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari Sasapian telah dilaksanakan melalui bahan ajar tari daerah setempat dengan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Lembang. Tahap persiapan peneliti melakukan kajian terhadap kurikulum 2013 yang saat ini baru ditetapkan oleh pemerintah serta observasi awal terhadap tari Sasapian dalam upacara irung-irung di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong untuk dijadikan bahan ajar dalam materi tari daerah setempat.

Pembelajaran tari Sasapian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Proses mengamati dilakukan pada pertemuan pertama melalui media audio visual, yang selanjutnya guru menugaskan siswa untuk melakukan observasi dan belajar tari Sasapian secara langsung di sanggar tari Sasapian. Hasil observasi dilaporkan secara tertulis dalam bentuk makalah, sedangkan hasil belajarnya diterapkan dalam pembelajaran tari Sasapian di kelas dengan konsep yang berbeda sesuai dengan kesepakatan kelompok masing-masing. Selanjutnya siswa berkreasi membuat tari kreasi Sasapian yang dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya yaitu menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Proses kreasi ini dilakukan selama empat pertemuan yaitu pertemuan 2, 3, 4, dan 5. Pada pertemuan kedua siswa berkunjumg secara langsung ke sanggar tari Sasapian untuk berapreasiasi, kreasi, dan mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tari Sasapian. Pada pertemuan ketiga siswa membuat konsep garapan kemudian melakukan kreasi dan eksplorasi gerak. Kelas yang terbagi menjadi 5


(35)

Kelompok 1 memiliki konsep garap dengan bentuk penyajian 3 orang menjadi penari Sasapian, 4 orang penari Kuda Lumping, dan 1 orang pemegang tongkat. Kelompok 2 akan menampilkan tari Sasapian dengan formasi lengkap yang di dalamnya terdapat bermacam-macam pemain dan bermacam-macam pula karakternya. Adapun bentuk penyajiannya yaitu 2 penari Sasapian, 1 orang pemegang tongkat, 1 orang penari Kuda Lumping, 2 orang penari Bebedilan, dan 2 orang bertindak sebagai pengiring lagu. Kelompok 3 dan 4 memiliki konsep garap yang sama yaitu 2 penari Sasapian, 2 orang pemegang tongkat, dan 4 penari Kuda Lumping. Sedangkan kelompok 5 akan tampil dengan konsep garap 2 penari Sasapian, 4 penari Kuda Lumping, dan 2 penari Bebedilan.

Setelah membuat konsep, siswa melakukan kreasi dan eksplorasi gerak tari Sasapian yang kemudian didemonstrasikan di akhir pertemuan untuk dievaluasi dan diberi masukan oleh guru (peneliti). Pada pertemuan ini gerak yang ditemukan siswa masih monoton, masih hampir sama dengan pertunjukan tari Sasapian yang sebenarnya dan belum terlihat adanya kreasi gerak yang signifikan. Guru pun memberikan masukan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya agar karya mereka lebih lagi.

Pada pertemuan keempat melalui bimbingan guru, siswa melakukan improvisasi dengan cara memilih gerak yang lebih bervariatif dibanding pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa melakukan evaluasi dengan cara pembetulan gerak. Proses evaluasi ini dilakukan dengan metode pembelajaran teman sebaya. Anggota kelompok yang sudah bisa melakukan gerak tari kreasi Sasapian yang telah terpilh, membantu temannya untuk melakukan gerak dengan tehnik yang benar. Sesudah melakukan pembengkelan gerak, lalu siswa melakukan pemantapan gerak dengan berlatih secara intensif dan terus menerus hingga waktu yang telah ditentukan oleh guru. Di akhir pertemuan guru menyampaikan agar siswa mempersiapkan diri dan segala sesuatunya mengenai garapan tari Sasapian yang akan ditampilkan pada pertunjukan kelas di pertemuan selanjutnya.


(36)

Pada pertemuan kelima saatnya siswa mengomunikan karyanya melalui sebuah pertnjukan kelas. Semua siswa sibuk mempersiapkan pertunjukan dengan teman kelompoknya masing-masing. Pertunjukan yang mereka tampilkan cukup menarik, gerak tari Sasapian yang dikolaborasikan dengan gerak hasil karya mereka sendiri dan beberapa gerak tari modern yang sedang booming menambah daya tarik penampilan mereka.

Selanjutnya siswa ditugaskan untuk melakukan kritik tari pada hasil karya kelompok lain. Hal ini diharapkan agar siswa tidak hanya dapat mengomunikasikan karyanya melalui pertunjukan saja, tetapi juga melalui sebuah tulisan. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menanggapi dan menilai hasil karya orang lain.

Alhasil, tujuan pembelajaran tari Sasapian dapat tercapai dengan baik. Siswa tidak hanya dapat melakukan eksplorasi gerak dan membuat sebuah karya tari, tetapi juga siswa dapat berpikir kritis menanggapi hasil karya orang lain. Apalagi dengan tugas siswa melakukan observasi secara langsung di lapangan merupakan sebuah pengalaman baru untuk siswa dan menambah semangat siswa untuk belajar tentang tari Sasapian dalam materi tari daerah setempat, laporan observasi yang mereka buat pun cukup baik dan komunikatif. Nilai akhir yang mereka dapatkan pun mayoritas memuaskan. Selain itu, pada akhirnya siswa lebih tertarik dan peduli pada kesenian tradisional.

Di akhir pembelajaran ini ada timbal balik yang kami dapatkan. Pada saat itu kebetulan salah satu sanggar yang dikunjungi oleh siswa menyelenggarakan acara helaran seni budaya tingkat propinsi Jawa Barat. Pihak sanggar meminta bantuan kepada pihak sekolah untuk menyertakan siswa dalam acara ini untuk turut berpartisipasi secara langsung sebagai panitia penyelenggara. Pihak sekolah mengijinkan dan siswa pun terlihat bersemangat untuk mengikuti acara ini. Namun kendalanya, ada beberapa siswa yang tidak diijinkan oleh orang tuanya berkaitan dengan waktu dan lokasi. Waktu yang mengharuskan mereka pulang


(37)

malam pada H-1 dan lokasi sanggar yang jauh dengan lokasi tempat tinggalnya membuat orang tua khawatir untuk mengijinkan anaknya ikut dalam acara ini.

Penelitian ini juga memberikan hasil yang positif bagi afektif siswa, yaitu siswa lebih menunjukan sikap pro-aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa juga terlihat lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru, lebih kreatif dalam berkarya, serta kritis dalam menanggapi hasil karya orang lain.

Adapun hasil dari pembelajaran yang telah disampaikan ini adalah sebagai berikut,

1) Siswa dapat memperoleh informasi lengkap mengenai tekstual dan kontekstual tari Sasapian.

2) Siswa dapat mengkreasikan tari Sasapian. 3) Siswa lebih peduli terhadap kesenian trasidional. 4) Siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis.

5) Siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab.

B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki catatan bagi pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dari segi kurikulum, SMA Negeri 1 Lembang telah memakai kurikulum 2013 sesuai dengan ketetapan pemerintah. Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Lembang sudah berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dari segi waktu, meskipun dirasa kurang cukup untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran seni budaya agar siswa lebih kreatif, namun itu sudah menjadi ketentuan dalam kurikulum 2013. Dari segi sarana dan prasarana, alangkah baiknya jika sekolah memiliki sebuah ruangan khusus untuk pembelajaran seni budaya agar guru dan siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan maksimal.


(38)

2. Bagi Guru

Sesuai dengan hasil penelitian ini ternyata siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam pelajaran seni budaya serta mendapatkan nilai yang begitu memuaskan di akhir pembelajaran. Untuk itu, metode dan model pembelajaran yang bervariatif dan sesuai dengan materi yang akan guru sampaikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran seni tari, karena dengan pengalaman yang baru dan berbeda dapat meningkatkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan salah satu alternatif dari sekian banyak metode dan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap aktif, kreatif, dan kritis pada mata pelajaran Seni Budaya (Seni Tari). Oleh karena itu, para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat dan menggali lebih dalam mengenai alternative, agar pembelajaran Seni Budaya (Seni Tari) dapat terlaksana baik dengan hasil yang maksimal.


(39)

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Fretisari Imma, (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP Negeri 2 Pontianak. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI.

Aurumajeda Tiphanny, (2013). Kesenian Sasapian Di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Seopandi Atik, dkk., (1994). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung : CV. Sampurna.

Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sanjaya Wina, (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Predana Media Grup.

Ibrahim dan Syaodih Nana, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Wena Made, (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Hand Out In House Training SMA Negeri 1 Lembang, (2013). Kurikulum 2013. Bandung : Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Suanda Dedi, (2010). Pembelajaran Kimia Di SMP Negeri 1 Lembang. Bandung :


(41)

DAFTAR UNDUHAN

http://www.scribd.com/doc/29412890/pembelajaran

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/


(1)

Pada pertemuan kelima saatnya siswa mengomunikan karyanya melalui sebuah pertnjukan kelas. Semua siswa sibuk mempersiapkan pertunjukan dengan teman kelompoknya masing-masing. Pertunjukan yang mereka tampilkan cukup menarik, gerak tari Sasapian yang dikolaborasikan dengan gerak hasil karya mereka sendiri dan beberapa gerak tari modern yang sedang booming menambah daya tarik penampilan mereka.

Selanjutnya siswa ditugaskan untuk melakukan kritik tari pada hasil karya kelompok lain. Hal ini diharapkan agar siswa tidak hanya dapat mengomunikasikan karyanya melalui pertunjukan saja, tetapi juga melalui sebuah tulisan. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menanggapi dan menilai hasil karya orang lain.

Alhasil, tujuan pembelajaran tari Sasapian dapat tercapai dengan baik. Siswa tidak hanya dapat melakukan eksplorasi gerak dan membuat sebuah karya tari, tetapi juga siswa dapat berpikir kritis menanggapi hasil karya orang lain. Apalagi dengan tugas siswa melakukan observasi secara langsung di lapangan merupakan sebuah pengalaman baru untuk siswa dan menambah semangat siswa untuk belajar tentang tari Sasapian dalam materi tari daerah setempat, laporan observasi yang mereka buat pun cukup baik dan komunikatif. Nilai akhir yang mereka dapatkan pun mayoritas memuaskan. Selain itu, pada akhirnya siswa lebih tertarik dan peduli pada kesenian tradisional.

Di akhir pembelajaran ini ada timbal balik yang kami dapatkan. Pada saat itu kebetulan salah satu sanggar yang dikunjungi oleh siswa menyelenggarakan acara helaran seni budaya tingkat propinsi Jawa Barat. Pihak sanggar meminta bantuan kepada pihak sekolah untuk menyertakan siswa dalam acara ini untuk turut berpartisipasi secara langsung sebagai panitia penyelenggara. Pihak sekolah mengijinkan dan siswa pun terlihat bersemangat untuk mengikuti acara ini. Namun kendalanya, ada beberapa siswa yang tidak diijinkan oleh orang tuanya berkaitan dengan waktu dan lokasi. Waktu yang mengharuskan mereka pulang


(2)

malam pada H-1 dan lokasi sanggar yang jauh dengan lokasi tempat tinggalnya membuat orang tua khawatir untuk mengijinkan anaknya ikut dalam acara ini.

Penelitian ini juga memberikan hasil yang positif bagi afektif siswa, yaitu siswa lebih menunjukan sikap pro-aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa juga terlihat lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru, lebih kreatif dalam berkarya, serta kritis dalam menanggapi hasil karya orang lain.

Adapun hasil dari pembelajaran yang telah disampaikan ini adalah sebagai berikut,

1) Siswa dapat memperoleh informasi lengkap mengenai tekstual dan kontekstual tari Sasapian.

2) Siswa dapat mengkreasikan tari Sasapian. 3) Siswa lebih peduli terhadap kesenian trasidional. 4) Siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis.

5) Siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab.

B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki catatan bagi pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Dari segi kurikulum, SMA Negeri 1 Lembang telah memakai kurikulum 2013 sesuai dengan ketetapan pemerintah. Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Lembang sudah berusaha untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dari segi waktu, meskipun dirasa kurang cukup untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran seni budaya agar siswa lebih kreatif, namun itu sudah menjadi ketentuan dalam kurikulum 2013. Dari segi sarana dan prasarana, alangkah baiknya jika sekolah memiliki sebuah ruangan khusus untuk pembelajaran seni


(3)

2. Bagi Guru

Sesuai dengan hasil penelitian ini ternyata siswa lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam pelajaran seni budaya serta mendapatkan nilai yang begitu memuaskan di akhir pembelajaran. Untuk itu, metode dan model pembelajaran yang bervariatif dan sesuai dengan materi yang akan guru sampaikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran seni tari, karena dengan pengalaman yang baru dan berbeda dapat meningkatkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan salah satu alternatif dari sekian banyak metode dan model pembelajaran untuk meningkatkan sikap aktif, kreatif, dan kritis pada mata pelajaran Seni Budaya (Seni Tari). Oleh karena itu, para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat dan menggali lebih dalam mengenai alternative, agar pembelajaran Seni Budaya (Seni Tari) dapat terlaksana baik dengan hasil yang maksimal.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Fretisari Imma, (2012). Peningkatan Apresiasi Siswa Terhadap Nilai-Nilai Seni Budaya Lokal Melalui Pembelajaran Tari Nimang Padi Pada Siswa SMP Negeri 2 Pontianak. Bandung : Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana UPI.

Aurumajeda Tiphanny, (2013). Kesenian Sasapian Di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Seopandi Atik, dkk., (1994). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung : CV. Sampurna.

Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sanjaya Wina, (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Predana Media Grup.

Ibrahim dan Syaodih Nana, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Wena Made, (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Hand Out In House Training SMA Negeri 1 Lembang, (2013). Kurikulum 2013. Bandung : Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Suanda Dedi, (2010). Pembelajaran Kimia Di SMP Negeri 1 Lembang. Bandung :


(6)

DAFTAR UNDUHAN

http://www.scribd.com/doc/29412890/pembelajaran

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/