MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER.

(1)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Neneng Nurhayati

1003306

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014


(2)

Halaman Hak Cipta

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN

BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Neneng Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Neneng Nurhayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Neneng Nurhayati, 2014


(4)

(5)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Neneng Nurhayati

1003306

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014


(6)

Halaman Hak Cipta

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN

BERMAIN RECORDER

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Neneng Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Neneng Nurhayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(7)

Neneng Nurhayati, 2014


(8)

(9)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN RECORDER

Neneng Nurhayati NIM. 1003306

Penelitian bertujuan mengetahui pembelajaran kegiatan bermain recorder dengan pergelangan tangan atau dengan jari dalam mengatasi hambatan perkembangan motorik halus anak. Dengan cara pemberian tindakan bermain recorder dengan pergelangan tangan atau dengan jari. Didasarkan atas perolehan data pencapaian motorik halus anak Kelas B TK Nurul Falah Jln. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian dititikberatkan kepada pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, otot terkoordinasi, jari, dan pergelangan tangan, yang ditandai dengan konsentrasi dan kelenturan dalam melakukan kegiatan motorik halus. Instrument yang digunakan berupa tes kemampuan motorik halus anak usia TK dan pedoman observasi. Subjek penelitian adalah anak kelas B TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung sebanyak 10 orang anak. Setelah melalui penyaringan dengan kisi-kisi kemampuan motorik halus. Pemberian tindakan terdiri dari dua siklus dengan perincian siklus I memberikan recorder kepada anak dan anak mempraktekkan recorder itu dengan baik dan benar. Siklus II, bermain recorder dan menggunakan seluruh jari tangan sesuai dengan contoh yang diberikan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran kegiatan bermain recorder dengan jari tangan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia TK. Indikator keberhasilan yang dicapai anak adalah pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi dan keluwesan pada pergelangan tangan ditandai oleh pencapaian kisi-kisi kemampuan motorik halus anak sebesar 21 poin. Tindakan melalui pembelajaran kegiatan bermain recorder dengan pergelangan tangan memberikan dampak positif, baik selama proses maupun setelah proses pembelajaran yang diberikan. Dampak positif yang terjadi pada anak selama proses dan setelah proses kegiatan bermain recorder yaitu anak lebih mudah dalam melakukan kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan motorik halus anak, anak akan menjadi ceria, aktif dan kreatif.


(10)

Neneng Nurhayati NIM. 1003306

IMPROVING FINE MOTOR SKILLS KIDS THROUGH PLAY ACTIVITY RECORDER

(Kindergarten Classroom Action Research in Child Nurul Falah in Group B the Academic Year 2013-2014)

ABSTRACT

The study aims to determine the learning activities play recorder with wrist or fingers , in overcoming barriers to the development of fine motor . By way of action play recorder with wrist or fingers . On the basis of the data on the acquisition of fine motor graders achievement in kindergarten Nurul Falah Jl . No. Gegerkalong Girang . 92 Bandung . In charge of research using action research methods class . Research emphasis to the control of bodily movement through nerve centers , nerves , muscles coordinated , fingers , and wrist , are the mark with concentration and flexibility in the fingers pull through fine motor activities . Instruments used in the form of fine motor skills tests kindergarten age children and observation . Subjects were children kindergarten class B Nurul Falah Jl . No. Gegerkalong Girang . 92 Bandung as many as 10 children . After filtering through the lattice of fine motor skills . Giving the action consists of two cycles with the first cycle gives details recorders to children , and children practice the recorder properly . Cycle II play recorder and use all of your fingers or with both wrists in accordance with the example given researchers . The results showed that the learning activity recorder with finger play can improve fine motor skills kindergarten age children . Indicators of success achieved is the child of physical motion controls through nerve centers , nerves , and muscles coordinated and flexibility at the wrist , marked by the achievement of the lattice fine motor abilities by 21 points


(11)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E.Definisi Operasional ... 9

F. Metode Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 11

A. Motorik Halus ... 11

1. Pengertian Motorik Halus ... 11

2. Tujuan Pengembangan Motorik Halus ... 16

3. Fungsi Pengembangan Motorik Halus ... 16

4. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus ... 16


(12)

6. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus ... 17

7. Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus ... 17

8. Tujuan Peningkatan Motorik Halus ... 18

9. Fungsi Pengembangan Motorik Halus ... 18

10.Ciri-ciri Perkembangan Motorik Halus ... 19

B. Bermain Recorder di TK ... 20

1. Pengertian Recorder ... 20

2. Teknik Memainkan Recorder ... 21

3. Langkah-langkah Memainkan Recorder ... 22

4. Jenis-jenis Recorder ... 23

5. Manfaat Memainkan Recorder ... 23

6. Nama-nama Bagian Recorder ... 25

7. Bagian-bagian Recorder ... 25

8. Macam-macam Recorder ... 26

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 28

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Penilitian ... 37

E. Instrument Penelitian ... 37

1. Pedoman Observasi ... 42

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Pedoman Studi Dokumentasi ... 47

F. Proses Pengembangan Instrument ... 48

1. Validasi Data ... 48

2. Reliabilitas Data ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Observasi ……… 50

2. Wawancara ... . 51

3. Catatan lapangan (fields notes) ……….. 51


(13)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Kondisi Objektif Di Lapangan ... 54

1. Profil TK Nurul Falah ... 54

2. Profil Guru TK Nurul Falah ... 54

3. Profil Ruangan TK Nurul Falah ... 55

4. Keadaan Anak ... 55

5. Proses Pembelajaran Rutin di TK Nurul Falah ... 56

6. Metode dan Proses Pembelajaran ... 57

7. Kegiatan Guru TK Nurul Falah Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 58

8. Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak Sebelum Kegiatan Bermain Recorder ... 58

B. Pembahasan ... 85

1. Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak di TK Nurul Falah Siklus I ... 85

2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara tepat di usia dini akan menjadi penentu bagi perkembangan individu pada masa selanjutnya. Menurut Froebel dalam Solehuddin, (1997) pada umumnya Anak Usia Dini ini adalah di bawah usia enam tahun yaitu masa sebelum menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Masa anak itu merupakan suatu fase yang sangat berharga dan dapat dibentuk dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleablle phase of human life).

Anak TK berada pada masa lima tahun pertama yang disebut usia keemasan (The Golden Years) yang merupakan masa yang sangat pesat dalam periode perkembangannya. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan. Menurut Soegeng dan Yudha (2002: 4) bahwa, ”Perkembangan keterampilan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh”. Dengan kata lain terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak TK. Keterampilan anak TK tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang memengaruhi keterampilan anak, yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.

Berbagai manfaat dapat diperolah anak ketika akan makin terampil menguasai gerakan. Selain kondisi badan makin sehat karena sering bergerak, anak juga akan lebih mundur dan percaya diri. Sebagai mana Yudha dan Amung (2000: 4) bahwa, ”Anak yang baik perkembangan keterampilannya biasanya memengaruhi keterampilan sosial yang positif”.


(15)

2

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Frobel (1782), ahli pendidikan anak di Jerman menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Selain ini, ia pun merumuskan bahwa aktivitas bermain merupakan alat pendidikan yang menjadikan pusat dari seluruh kegiatan anak. Montesori (1870), ahli pendidikan anak dari italia yang menekankan pentingnya masa peka yaitu masa di mana anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang ia butuhkan dan merupakan faktor yang perlu di perhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

Masa usia Taman Kanak-kanan adalah masa di mana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali terlihat lelah. Dalam kegiatan sehari-harinya mereka membutuhkan gerakan-gerakan berbagai otot-ototnya baik itu motorik kasar maupun halus terutama dalam kegiatan bermain. Dalam hal ini dunia pendidikan di harapkan mampu untuk mengarahkan dunia bermain mereka dengan kegiatan motoriknya keterampilan-keterampilan motorik yang ada dalam diri anak, agar meningkat sehingga keterampilan motorik itu berkembang sesuai dengan perkembangan motorik anak usia Taman Kanak-kanak melalui pembelajaran yang menyenangkan.

Melalui bermain gerakan motorik anak terlatih secara baik. Berbagai manfaat di peroleh anak ketika terampil menguasai gerakan-gerakan motorik. Selain kondisi badan semakin sehat karena banyak bergerak, anak juga menjadi lebih mandiri dan percaya diri. Anak memperoleh keyakinan untuk mengerjakan sesuatu karena menyadari kemampuan fisik yang dimiliki. Anak-anak yang perkembangan motorik baik, biasanya mempunyai keterampilan sosial yang positif. Anak memperoleh kesenangan bermain berasama teman-teman sebayanya.

Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.


(16)

Sedangkan menurut Hester dalam Haditono, (1991) perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Bredekamp (1987) dalam M.Solehudin (2000) mengemukakan: bagi anak gerakan-gerakan fisik tidak hanya penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dam perkembangan aspek kognitif. Kurang optimalnya keterampilan motorik halus anak yang dikuasai, berdampak pada rendahnya penerimaan diri anak, anak mudah putus asa, cepat prustasi, dan akhirnya enggan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya seperti memakai dan membuka sepatu sendiri, memakai baju sendiri, dan memasangkan kancing baju sendiri. Karena merasa tidak mampu dibandingkan dengan teman-temannya. Akhirnya anak menarik diri dari lingkunangan dimana seharunya lingkungan tersebut merupakan tempat dan nyaman bagi anak untuk belajar dan mempelajari hidup dan kehidupan.

Keterampilan motorik halus merupakan salah satu kemampuan yang penting bagi anak TK karena mereka memerlukan hal itu untuk untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya. Karena dengan menguasai keterampilan motorik halus, anak bisa menggerakkan otot-otot kecilnya supaya terampil dan lentur misalnya dalam kegiatan menggunting, melipat dan menulis.

Desmita (2010: 99) menyatakan bahwa, keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akan menjadi gerakan-gerakan lengan, tangan, dan jari yang


(17)

4

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

terkoordinir dengan baik. Meskipun demikian, pada saat baru dilahirkan, bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya.

Hurlock (1978: 162) menyatakan bahwa, penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena sering makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi disekolah. Keadaan ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Sujiono (2005: 7) bahwa, seorang anak yang mempunyai kemampuan motorik halus yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerimanya dengan sangat baik, sedangkan anak yang tidak memiliki keterampilan motorik halus anak akan kurang diterima teman-temannya. Oleh sebab itu, sebaiknya saat usia keemasan ini mereka dapat mulai mempelajari berbagai jenis kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus secara bebas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Untuk memaksimalkan peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan stimulus dari orang dewasa dan guru. Selain itu pendidik juga harus mampu memberikan rangsangan pada anak dalam meningkatkan kegiatan motorik halusnya dengan baik karena hal ini akan membuat anak mau melakukan berbagai kegiatan dengan senang hati tanpa rasa takut dan malu.

Sujiono (2008: 3) bahwa, gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa pun khususnya gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan otot-otot kecil adalah merupakan hasil pola interaksi yang telah dikontrol otak anak, dengan kata lain segala aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, kemudian otak akan mengolah informasi yang diterima melalui penglihatan dan pendengaran anak kemudian otak anak akan mendiktekan, mengatur dan mengontrol kepada setiap gerakan (motorik halus) anak. Mayke (2007) menyatakan bahwa, motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga menarik garis.

Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas jika melihat pada kenyataan di lapangan, sebagian Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran motorik halus terkadang guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat


(18)

konvensional maksudnya kurangnya keterlibatan anak secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak, dan guru kurang memotivasi untuk memberi kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda terutama pada perkembangan keterampilan gerak anak.

Lebih lanjut dampak dari permasalahan dalam pembelajaran motorik halus anak yang diungkapkan oleh Yudha (2004) bahwa, permasalahan yang mungkin terjadi apabila keterampilan motorik halus ini kurang dilatih, diperbaiki dan ditingkatkan, dikhawatirkan anak akan kurang mampu memfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakkan jari dan kedua tangannya, anak kurang mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dana anak kurang mampu mengendalikan kesabaran dan emosi dalam pembelajaran motorik halus.

Hasil dari pengamatan di TK Nurul Falah menunjukkan bahwa, anak kelompok B memiliki berbagai permasalahan yang berkaitan dengan motorik halus diantaranya, anak belum dapat memegang pensil dengan benar saat menulis, tidak beraturan dalam menulis dan mewarnai suatu gambar, kurangnya kordinasi mata, gerakan tangan, dan tidak adanya keseimbangan otot tangan.

Hambatan yang dialami masing-masing anak yaitu, siswa kelompok B mengalami kesulitan dalam memegang pensil, tidak adanya keseimbangan otot tangan, terlalu kuat dalam menggerakan pensil, sehingga tulisan yang dihasilkan terlalu tandas, mengakibatkan ada bagian kertas yang berlubang dan tidak beraturan dalam menulis, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membentuk goresan atau tulisan, biasanya tulisan yang dapat dibacanya hanya pada tulisan yang ada di bagian awal atau depan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa, anak kelompok B sedang mengalami kelambatan dalam perkembangannya, baik intelegensi maupun konsentrasi serta sensomotoriknya lemah. Anak kelompok B memerlukan berbagai kecakapan-kecakapan, dimulai dari yang sederhana untuk melakukan aktivitas sehari-har, sesuai kemampuan yang dimiliki oleh anak, seperti bina diri, bermain, dan beberapa kecakapan hidup lainnya di rumah maupun di sekolah.


(19)

6

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah terdapat banyak metode pengajaran yang mendukung terhadap pengembangan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang diharapkan bisa membantu mengatasai permasalahan mengenai motorik halus yaitu dengan bermain recorder.

Recorder selain digunakan untuk bermain musik kuno atau kontemporer, recorder juga dapat digunakan dalam pendidikan terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Selain itu masih banyak manfaat recorder untuk anak, seperti anak akan mendapatkan pengalaman tentang bermain recorder, dan yang paling penting yaitu, anak dapat melatih koordinasi mata, dan juga dapat menggerakan pergelangan tangan.

Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder merupakan alat musik yang masuk dalam kelompok AEROPHONE atau alat musik tiup. Atau disebut juga Blockflute adalah suling diagonal (block=tongkol) termasuk dalam kelompok alat musik tiup kayu. Dalam bentuk secara umum sebuah recorder adalah berupa tabung dengan sumber suara yang dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi sebagai pengatur tinggi rendah nada.

Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder termasuk dalam jenis musik tiup kayu (aerophone) dengan sumber bunyi dan getaran udara di dalam alat yang berasal dari mulut yang meniup. Recorder sering di mainkan anak-anak dikarenakan harganya murah, mudah didapat, dan mudah dimainkan. .

Sehubungan dengan pentingnya meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak TK maka dilakukan penelitian di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung kelas B, dengan judul penelitian “Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder di TK”.


(20)

B. Rumusan Masalah

Secara umum penelitian ini di arahkan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung?”

Rumusan masalah diatas secara khusus dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung?

2. Bagaimana implementasi kegiatan bermain recorder dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain recorder?

C. Tujuan Penelitian

1. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung.

2. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana kondisi objektif keterampilan motorik halus di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung sebelum kegiatan bermain recorder.

b. Mengetahui kegiatan bermain recorder dalam keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. c. Mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul

Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain recorder.


(21)

8

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK melalui kegiatan bermain recorder.

1. Manfaat Teoretis

Secara seoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan keilmuan tentang dunia anak usia TK, khususnya tentang kegiatan bermain recorder di TK.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagia berikut: a. Bagi anak TK

Dapat lebih mengembangkan keterampilan motorik halusnya melalui kegiatan-kegiatan yang diberikan guru.

b. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak

 Dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui kegiatan bermain recorder.

 Sebagai acuan guru dalam meningkatakan motorik halus di TK melalui kegiatan bermain recorder.

Guru memiliki keahlian bermain recorder c. Bagi Lembaga Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk lembaga penyelenggara pendidikan dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Dapat di jadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai aspek yang sama secara lebih mendalam.


(22)

E. Definisi Operasional

1. Menurut Mahendra (1998: 143), keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini di batasi pada masalah yang meliputi:

a. Dapat mengkoordinasikan mata

b. Dapat menggerakkan ibu jari dan telunjuk c. Dapat menggerakkan otot-otot tangan

2. Jamalus dan Busroh, (1992) dalam Soemirat (2000) menyatakan bahwa: Untuk mempermudah mengenal alat musik sebaiknya dimulai dengan memperkenalkan jenis recorder. Recorder adalah jenis alat musik aerophone (bunyi yang dihasilkan oleh getaran udara) yang merupakan salah satu anggota keluarga fipple flute yaitu alat musik pada bagian mouth piece-nya terdapat fipple atau block.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Nurul Falah yang beralamatkan di Jalan Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Adapun subjek penelitiannya adalah anak-anak kelompok B yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari lima anak-anak perempuan dan 5 anak laki-laki.

Menurut Elliot PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan dimaksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982: 6). Seluruh prosesnya telah diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart, yang menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif


(23)

10

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Tanggart, 1988).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab menangani pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realitas, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi”nya masih terdapat kekurangan dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak terjadi permasalahan.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung yang berjumlah 10 anak dan satu orang guru.

Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena: (1) berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 11 Januari 2013 dengan guru, ternyata anak-anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran motorik halus, (2) pada pembelajaran motorik halus motode yang digunakannya kurang bervariasi, (3) keterampilan motorik halus anak masih sangat rendah, walaupun sudah berjalan satu semester. Melihat permasalahan ini, maka perlu adanya variasi metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu, dengan kegiatan bermain recorder sebagai salah satu metode alternatif pembelajaran, (4) TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung adalah tempat di mana peneliti mengajar sehingga peneliti dapat memperbaiki proses pembelajaran motorik halus di kelas karena di TK Nurul Falah belum pernah diberikan kegiatan motorik halus melalui kegiatan bermain recorder sehingga kemampuan anak dalam motorik halus belum mencapai indikator yang diharapkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Model Elliot yang terdiri dari komponen penelitian tindakan kelas (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem spiral yang sering terkait. Menurut Igak wardani dkk (2007: 1) mengatakan bahwa, penelitian tindakan kelas adalah: Penelitian yang dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Pemilihan riset aksi Model Elliot dianggap sudah lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari


(25)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

29

beberapa aksi yaitu, antara tiga sampai dengan lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi memungkinkan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada penelitian tindakan kelas Model Elliot ini, agar terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar.

Siklus dilaksanakan secara berkesinambungan hingga peneliti mendapatkan solusi untuk memecahkan permasalahan yang muncul secara optimal, sehingga proses pembelajaran dapat meningkat ke arah yang lebih baik lagi. Lebih lanjut Elliot menyatakan bahwa, terincinya setiap tindakan sehingga menjadi beberapa langkah karena suatu pembelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi pelajaran. Namun dalam praktek di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa langkah.

Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan tahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari refleksi ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat perencanaan bagi siklus selanjutnya jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil, maka dilakukan siklus selanjutnya sehingga mencapai hasil yang diharapkan.


(26)

Adapun siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Riset Aksi Model Elliot (dalam Muslihuddin, 2009: 72)

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Siklus 1

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus II Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Dan siklus seterusnya


(27)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

31

Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan sesuai skema di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Alur Tindakan Penelitian Siklus I

S

I

K

L

U

S

I

Perencanaan

Kegiatan:

1. Menganalisis materi pembelajaran 2. Menenetukan dan menyiapkan materi 3. Membuat rencana pembelajaran

4. Menyiapkan media pembelajaran seperti recorder

5. Membuat lembar pengamatan

Tindakan

1. Tahap permulaan guru memberi penjelasan kepada anak tentang materi yang akan dipelajari 2. Guru menjelaskan tentang cara bermain

recorder

3. Guru menjelaskan dan membimbing anak bagaimana cara bermain recorder

Reflkesi

Menganalisa hasil observasi untuk memperoleh kesimpulan bagaimana yang perlu


(28)

Tabel 3.2

Alur Tindakan Penelitian Siklus II

S

I

K

L

U

S

II

Perencanaan

Kegiatan:

1. Apresiasi untuk perbaikan materi yang telah di ajukan pada siklus satu

2. Memperbaiki kesalahan/kekurangan pada siklus satu

Tindakan

1. Anak melakukan pembelajaran menggunakan kegiatan bermain recorder

2. Guru meminta anak-anak untuk bermain recorder

Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan menjadi hasil kemampuan membaca selama dua siklus

Berdasarkan gambar alur penelitian tindakan kelas di atas, terdapat empat tahap yang lazim dilalui dalam model penelitian ini. Tahap tersebut dijabarkan dalam langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Hasan (1996) menyatakan bahwa, bagian awal dari rancangan penelitian tindakan kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan tindakan, dalam rencana tindakan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Permohonan ijin kepada kepala sekolah dan guru kelompok B, serta guru-guru

kelompok lainnya sebagai mitra peneliti.

b. Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.


(29)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

33

c. Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah perbaikan program.

d. Memperkenalkan teknik pembelajaran yang di anggap lebih efektif untuk pencapaian indikator.

e. Merumuskan rancangan kegiatan.

f. Menyiapkan instrument pengumpulan data dan teknik pengolahan data untuk digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Guru melakukan tindakan yang berupa interventasi terhadap kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Rancangan skenario yang telah dirumuskan oleh peneliti di cobakan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah melalui kegiatan bermain recorder. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti harus mengacu kepada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan dapat mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

3. Tahap Pengamatan (Observing)

Kegiatan ini merupakan observasi terhadap kondisi objektif. Hal ini meliputi aspek-aspek: karakteristik, masalah membaca di kelas rendah, perhatian anak ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar, kesiapan perkembangan jiwa siswa, kegiatan bimbingan dan pengelolaan KBM guru.

Kasbolah (1999) menyatakan bahwa, pada pelaksanaannya tahap observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi secara lebih operasional merupakan semua kegiatan untuk mengenal, merekam dan mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang di capai oleh tindakan yang direncanakan ataupun sampingannya.

Dalam hal ini kegiatan inti yang dilakukan peneliti bersama tim adalah menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang telah di persiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang di dapat selama kegiatan belajar berlangsung dalam upaya untuk memodifikasi dan


(30)

merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang di dapat pada saat dilakukan pengamatan (observasi). Data yang di dapat kemudian di tafsirkan dan dicari eksplanasinya (penjelasan). Dengan demikian data yang berhasil dikumpulkan melalui alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang tidak, akan dikonfirmasikan dan di analisis serta di evaluasi untuk diberikan makna supaya dapat di ketahui pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan tersebut tercapai atau belum agar peneliti dapat kejelasan mengenai yang akan dilakukannnya kemudian.

Bila dalam refleksi dirasakan ada hal-hal yang perlu dilakukan perubahan atau penyempurnaan, maka akan dirumuskan lagi bagian-bagian mana yang akan diperbaiki sehingga aspek-aspek yang kurang baik menjadi baik. Penyempurnaan-penyempurnaan ke arah perbaikan tindakan selanjutnya dirumuskan untuk dituangkan kedalam rencana tindakan baru.

C. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK. Penelitian ini diharapkan dapat menciptakan suatu perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik, dalam meningkatkan keterampilan motorik halsu anak TK.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan alasan: (1) penelitian ini berupaya untuk melakukan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, (2) pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru, (3) penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika


(31)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

35

pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar belakang penelitian yang meliputi latar belakang Taman Kanak-kanak, sasaran, guru, anak, dan kegiatan belajar mengajar membaca dini di sekolah tersebut. Kemudian melalui pedoman observasi dan wawancara semua informasi tentang kemampuan membaca anak usia Taman Kanak-kanak akan di dapat.

Arikunto (2007) menyatakan bahwa, pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara garis besar di laksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Hubungan antara ke empat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau

kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama

dari penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja, tetapi berulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan.

Rincian kegiatan penelitian tersebut, adalah persiapan penelitian, koordinator persiapan tindakan pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi, dan refleksi). Penyusunan laporan pendidikan, penyempurnaan berdasarkan saran dari dosen pembimbing dan pihak lain yang dirasa perlu. Penggandaan dan pengiriman laporan pendidikan. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik tersendiri dengan penelitian model lain.

Wardani (2002: 14) menyatakan bahwa, karakteristik PTK anatara lain: (1) Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya, (2) Metode utama adalah refleksi, bersifat longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (3) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (4) tujuannya memperbaiki pembelajaran.

Aqib (2008: 16) menyatakan bahwa, karakteristik PTK antara lain: (1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional, (2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya, (3) Peleliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional, dan (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.


(32)

Mencermati pendapat di atas bahwa karakteristik PTK adalah berangkat dari masalah, bersifat kolaborasi, adanya tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan merupakan rangkaian siklus. Dalam melaksanakan penelitian langkah-langkah yang ditempuh tidak terlepas dari prinsip-prinsip penelitian.

Kasabolah (1999) mengungkapkan bahwa, prinsip-prinsip penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tugas utama guru adalah mengajar, artinya penelitian tindakan tidak boleh mengganggu tugas mengajar.

2. Dalam melakukan penelitian tindakan pengumpulan data tidak boleh terlalu banyak menyita waktu.

3. Metodelogi yang dipakai harus tepat dan terpercaya.

4. Masalah penelitian yang akan ditangani harus merupakan masalah yang memang dihadapi. Masalah yang menarik dan bersifat faktual.

5. Penelitian tindakan ini tidak boleh menyimpang dari prosedur etika di lingkungan kerjanya.

6. Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang sistematis

7. Penelitian tindakan berorientasi pada perbaikan kinerja dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam bentuk tindakan.

8. Penelitian tindakan menuntut peneliti mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang kinerja guru.

9. Penelitian tindakan sebaiknya dimulai dengan hal-hal sederhana terlebih dahulu namun nyata. Dengan demikian siklus dimulai dengan yang kecil sehingga perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat membuat isu, ide, dan asumsi menjadi lebih jelas.

10. Dalam Penelitian tindakan peneliti melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan disekolahnya.


(33)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

37

D. Definisi Istilah

1. Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

2. Depdiknas (2007) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian.

3. Devi (2012) menyatakan bahwa, alat musik ini (recorder) termasuk salah satu alat yang wajib di pelajari di sekolah-sekolah di indonesia, dan menjadi bagian dari alat musik di pakai untuk mengambil nilai praktek seni musik selain pianka.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 160), instrument penelitian memiliki pengertian sebagai berikut, yakni:

”Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk di olah”.

Untuk dapat mengetahui hambatan perkembangan motorik halus yang di alami anak, sehingga anak dapat diberikan tindakan lebih lanjut agar hambatan dapat diantisipasi dan anak mengumpulkan data mengenai keterampilan motorik halus yang dikuasai anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan sehingga dapat


(34)

diketahui perkembangan yang dicapai anak, maka diperlukan instrumen penelitian yang tepat agar masalah yang di teliti terefleksi dengan baik.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun format observasi dengan keterampilan proses kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a. Penulis menyusun dan membuat kisi-kisi instrumen penelitian

b. Menyusun pedoman instrumen dengan mengacu pada kisi-kisi instrument yang telah disusun sebelumnya.

c. Melakukan judgment instrument dengan berkonsultasi pada para ahli. d. Melakukan penyempurnaan terhadap pedoman instrumen (observasi). e. Menggunakan instrumen untuk melakukan penelitian di lokasi penelitian


(35)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

39

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Variabel Sub Variabel Indikator Item

Penilaian

Anak Ket B C K Keterampilan Motorik Halus a. Pergelangan Tangan 1. Memegang Recorder Dengan Pergelangan Tangan

Anak dapat

memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kiri

Anak dapat

memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kanan

Anak dapat

memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan ke dua-duanya Anak bisa memegang

recorder dengan posisi yang benar b. Jari 2. Membuka dan

Menutup Semua Lubang Recorder Sesuai Dengan Teknik Permainan

Anak dapat

memegang recorder dengan penjarian yang benar

Anak dapat

memegang recorder dengan penjarian yang lentur

c.Memainkan Recorder

3. Meniup Dan Membunyikan Recorder Dengan Posisi Yang Benar

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Do rendah dengan menutup

semua lubang

dengan semua jari Anak dapat meniup


(36)

dan membunyikan recorder

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Re dengan membuka lubang ke tujuh dengan jari kelingking kanan Anak dapat meniup

dan membunyikan recorder dengan nada Mi dengan membuka lubang ke enam dengan jari manis kanan

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Fa dengan membuka lubang ke lima dengan jari tengah kanan

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Sol dengan membuka lubang ke empat dengan jari telunjuk kanan Anak dapat meniup

dan membunyikan recorder dengan nada la dengan membuka lubang ke tiga dengan jari manis kiri

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Si dengan membuka lubang ke dua dengan jari tengah kiri

Anak dapat meniup dan membunyikan


(37)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

41

recorder dengan nada Do tinggi dengan membuka lubang ke satu dengan jari telunjuk kiri

4. Memainkan Melodi Sederhana

Anak dapat

memainkan melodi sederhana lebih dari satu nada sesuai dengan penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana dua nada

sesuai dengan

penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana tiga nada

sesuai dengan

penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana empat nada sesuai dengan penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana lima nada

sesuai dengan

penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana enam nada

sesuai dengan

penjarian

Anak dapat

memainkan melodi sederhana tujuh nada

sesuai dengan

penjarian Sumber:

Hurlock (1978: 151). Perkembangan Anak. dan Desmita, (2007: 99). Psikologi Perkembangan.


(38)

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati proses dan hasil peningkatan keterampilan motorik halus dalam penenlitian ini antara lain:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melihat aspek motorik halus dalam proses dan hasil kegiatan bermain recorder yang mencakup aspek kelenturan jari jemari, kecepatan otot tangan, dan kekuatan pada setiap tahapan dalam dua siklus yang terdiri dari beberapa item. Melalui pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, sebagai modifikasi rancangan dapat dilakukan secepatnya. Dengan kata lain pengamatan untuk melakukan bukti hasil tindakan agar dapat di evaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat melihat langsung penerapan kegiatan bermain recorder untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung kemudian mencatatnya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Dengan format penilaian menggunakan alat observasi. Pedoman observasi ini dilakukan dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang di tampilkan anak.


(39)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

43

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Nama Guru :

Nama TK :

Kelas : Hari/Tanggal :

No Kegiatan

Hasil Observasi

Ket Ya Tidak

1. Mempersiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) terdiri :

a. Tujuan pembelajaran b. Materi pembelajaran c. Teknik pembelajaran d. Media pembelajaran e. Evaluasi pembelajaran

 Buku aktivitas anak  Catatan penilaian anak 2. Kegiatan Inti

a. Menjelaskan dan memperhatikan anak saat bermain recorder

b. Memberi contoh cara-cara bermain recorder c. Mengamati anak dalam bermain recorder

d. Tidak tergesa-gesa saat memberikan arahan setiap langkah bermain recorder

e. Motivasi anak saat melakukan kegiatan bermain recorder

3. Penutup

a. Melakukan tanya jawab seputar kegiatan yang telah dilakukan

b. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan kesannya selama proses pembelajaran


(40)

Tabel 3.5

Instrumen Observasi Anak Selama Kegiatan Pembelajaran Nama Anak :

Nama TK : Kelas : Hari/Tanggal :

No Indikator

Penilaian

Anak Ket

B C K

1.

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kanan

2.

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan kiri

3.

Anak dapat memegang recorder secara rilex dengan pergelangan tangan ke dua-dua nya

4. Anak bisa memegang recorder dengan posisi yang benar

5.

Anak dapat membuka tutup lubang recorder dengan penjarian yang benar

6.

Anak dapat Membuka tutup lubang recorder dengan penjarian yang lentur

7.

Anak dapat meniup dan membuyikan recorder dengan nada Do rendah dengan menutup dengan semua jari

8.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Re dengan membuka lubang ke tujuh dengan jari kelingking kanan

9.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Mi dengan membuka lubang ke enam dengan membuka jari manis kanan

10. Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Fa dengan membuka lubang ke lima dengan jari tengah kanan


(41)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

45

11.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan

nada Sol dengan membuka lubang ke empat dengan jari telunjuk kanan

12.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada La dengan membuka lubang ke tiga dengan jari manis kiri

13.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Si dengan membuka lubang ke satu dengan membuka jari telunjuk kiri

14.

Anak dapat meniup dan membunyikan recorder dengan nada Do tinggi dengan menutup lubang ke dua dengan jari tengah kiri

15.

Anak dapat memainkan melodi sederhana lebih dari satu nada sesuai dengan penjarian

16.

Anak memainkan melodi sederhana dua nada sesuai dengan penjarian

17.

Anak dapat memainkan melodi sederhana tiga nada sesuai dengan penjarian

18.

Anak dapat memainkan melodi sederhana empat nada sesuai dengan penjarian

19.

Anak dapat memainkan melodi sederhana lima nada sesuai dengan penjarian

20.

Anak dapat memainkan melodi sederhana enam nada sesuai dengan penjarian

21.

Anak dapat memainkan melodi sederhana tujuh nada sesuai dengan penjarian

Keterangan:

Nilai B: Anak melakukan kegiatan dengan baik Nilai C: Anak melakukan kegiatan dengan cukup baik Nilai K: Anak melakukan kegiatan dengan kurang Baik


(42)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan alat berupa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara verbal yang di anggap dapat memberikan penjelasan mengenai pembelajaran membaca dini yang dilakukan di TK. Dalam penelitian ini yang di wawancarai adalah guru kelas.

Berikut dibawah ini instrumen pedoman wawancara sebelum dilakukan tindakan:

Tabel 3.6

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan Nama Guru :

Nama TK :

Kelas : Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Bagaimana persepsi Ibu mengenai keterampilan motorik halus anak di kelompok B saat ini?

2. Bagaimana cara guru dalam memberikan latihan keterampilan motorik halus untuk anak di kelompok B?

3. Bagaimana kondisi keterampilan motorik halus terkait dengan kemampuan motorik halus anak kelompok B?

4. Sejauh ini bagaimana cara Ibu untuk meningkatkan keterampilan motorik halus ini di TK Nurul Falah?

5. Metode apa saja yang digunakan oleh guru dalam dalam keterampilan motorik halus anak kelompok B?

6. Apakah ibu pernah menerapkan kegiatan bermain recorder dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak TK

7. Kendala apa saja yang ditemukan guru dalam melatih keterampilan motorik halus anak kelompok B?

8. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah?


(43)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

47

Tabel 3.7

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Sesudah Tindakan Nama Guru :

Nama TK :

Kelas : Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Apakah ibu pernah mendengar kegiatan bermain recorder?

2. Apa pendapat ibu mengenai kegiatan bermain recorder?

3. Bagaimana perasaan ibu ketika mengajar dengan menggunakan kegiatan bermain recorder dikelompok B?

4. Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dengan menggunakan kegiatan bermain recorder ketika dan setelah penelitian tindakan kelas dilakukan?

5. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar motorik halus setelah menggunakan kegiatan bermain recorder?

6. Bagaimana kondisi/keterampilan motorik halus anak kelompok B?

7. Siapa saja yang keterampilan motorik halusnya meningkat?

8. Apa saran ibu terhadap kegiatan bermain recorder yang telah diterapkan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B?

3. Pedoman Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian yang berupa foto, gambar, dan sebagainya. Dokumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa dokumen tertulis seperti SKH yang berisi tentang kegiatan pembelajaran dan foto kegiatan. Hasil dari studi dokumentasi tersebut yang dijadikan bahan rujukan sebagai penunjang dalam


(44)

penelitian ini. Berikut pedoman dokumentasi pelengkap sebagai penunjang data penelitian.

Tabel 3.7

Pedoman Studi Dokumentasi

Nama TK :

Hari/Tanggal :

No Indikator

Keterangan

Ada Tidak

Ada 1. Surat izin operasional

2. Profil kelembagaan

3. Data pendidik dan tenaga kependidikan 4. Data peserta didik

5. Rencana Kegiatan Harian (RKH) 6. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) 7. Foto-foto proses pembelajaran

8. Foto sarana dan prasarana pembelajaran 9. Foto lingkungan kelas

10. Foto lingkungan sekolah

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Validitas Data

Agar penelitian dapat di pertanggung jawabkan diperlukan adanya validitas sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan.

Validitas data adalah data yang sesuai dengan apa yang akan diukur. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah riview informasi kunci dan triangulasi.


(45)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

49

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau

pembandingan data itu.” Moelong dalam Suwandi (2008).

Teknik triangulasi digunakan sumber data sebagai berikut: 1) Triangulasi sumber data

a. Pemberian tes, membaca huruf awal suatu tulisan b. Data dari raport semester I kelas B

2) Triangulasi Pengumpulan data

a. Tugas membaca kata pada sebuah tulisan di kelas, anak mengalami kesulitan membaca.

b. Wawancara dengan orang tua anak tentang belajar anak di rumah.

c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/media pembelajaran di sekolah.

Suwandi (2008) menyatakan bahwa “Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi temuan kepada informasi kunci sehingga diperoleh kesepakatan antar peneliti dan informan tentang data atau informasi temuan tersebut”.

Review informasi kunci, mengadakan diskusi dengan kolaburator tentang kondisi anak, sikap anak, kebiasaan anak yang diamatinya dalam lingkungan sekolah umumnya dan saat pengamatan dalam kegiatan belajar khususnya.

Menurut Suwardi (2008), “Data di anggap valid apabila setelah melakukan kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa kembali oleh peneliti

sehingga data tersebut valid”.

Kesimpulan penulis data dianggap valid apabila data itu dapat mengungkap kebenaran dan dapat digunakan dengan mudah serta dapat digunakan siapa saja.

2. Reliabilitas Data

Tes adalah alat pengukur prestasi belajar anak didik, agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar yang baik, maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik, yakni validitas.


(46)

Tes valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang dapat diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan peserta didik.

Hadi (2000) mengungkapkan bahwa, jenis-jenis validitas tes antara lain:

“facer validity, logical validity, factorial validity, conten validity, external

validity, internal validity dan empirical validity”.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan uji validitas conten validity, yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan suatu faktor yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan kurikulum.

Menurut Arikunto (2005) bahwa, tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya , yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Teknik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran membaca sesuai dengan kurikulum.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Observasi (Pengamatan), wawancara, catatan lapangan (field notes) dan dokumentasi.

Berikut di bawah ini pemaparan dari setiap teknik pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Hadi dalam Sugiono (2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikhologis.

Syaodih (2005) mengemukakan bahwa, observasi atau pengamatan di maksudkan untuk memperoleh data mengunakan alat indera secara langsung atau


(47)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

51

suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik observasi terstuktur.

Sugiono, (2011) mengemukakan bahwa, observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan di amati, kapan dan di mana tempatnya. Dengan format penilaian menggunakan alat obsevasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dalam penelitian ini nara sumbernya adalah kepala sekolah dan guru-guru Taman Kanak-kanak Nurul Falah. Data yang di dapat di Taman Kanak-kanak meliputi kondisi dan latar belakang sekolah, kemampuan membaca anak secara global, kegiatan pembelajaran, dan respon anak terhadap pembelajaran dengan kegiatan bermain recorder.

3. Catatan lapangan (fields notes)

Catatan lapangan (fields notes) merupakan catatan tertulis tentang apa yang di dengar, di lihat, dan di alami, dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data. Catatan lapangan ini berisi hasil pengamatan yang di peroleh peneliti selama pemberian tindakan berlangsung. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan membaca anak dilakukan tes membaca. Tes membaca pada saat tindakan adalah anak diminta membacakan tulisan yang tertera pada sebuah benda atau produk berdasarkan lembar kerja yang diberikan. 4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang penulis gunakan adalah raport, daftar nilai, catatan atau buku perkembangan anak, untuk mengetahui kemampuan anak pada umumnya, dan kemampuan membaca dini khususnya. Dalam penelitian yang dilaksanakan, selain data berupa catatan tertulis juga dilakukan pendokumentasian berupa foto. Foto ini dapat dijadikan sebagai bukti otentik bahwa pembelajaran benar-benar berlangsung.


(48)

H. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk hipotesis

mengenai “Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan

bermain recorder di TK Nurul Falah kelompok B” penulis menggunakan teknik

deskriptif, komparatif, dan teknik analisis kritis.

Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu membandingkan nilai awal dengan siklus satu, membandingkan nilai siklus satu dengan nilai siklus dua.

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul digunakan perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut:

NP = R x 100 % SM

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari/diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari test yang bersangkutan 100% = Bilangan tetap

Menurut Wahyudin (2005) bahwa, langkah-langkah pengolahan dan analisis data mempunyai persamaan persepsi dan sering digunakan untuk administrasi, yaitu: (1) Pentabulasian Data, (2) Penafsiran sementara, (3) Mencari prosentase, dan (4) Menafsirkan hasil pengolahan data.

Menafsirkan hasil pengolahan data berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:


(49)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

53

Tabel 3.8

Pengolahan Data Berdasarkan Frekuensi

Frekuensi ( % ) Interprestasi

100 Seluruhnya

80-99 Hampir besar

51-79 Sebagian besar

50 Setengahnya

31-49 Hampir setengahnya

1-30 Sebagian kecil

0 Tidak seorangpun

Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu pengolahan data, paparan data, dan penyimpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif di analisis dengan cara memprosentase, kemudian hasil prosentase dinyatakan atau dipaparkan dalam kalimat kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan cara membuat skor terhadap item-item yang perlu diberi skor. Kemudian memprosentase, hasil prosentase ditafsirkan dalam bentuk kalimat kuantitatif dan disimpulkan ke dalam bentuk kalimat deskriptif.


(50)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pengolahan data mengenai peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder berdampak positif terhadap anak kelompok B di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Yaitu pada aspek kegiatan memegang, meniup, dan memainkan recorder, maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan bermain recorder berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus anak kelompok B di TK Nurul Falah. Hal ini didasarkan pada:

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak di kelas B TK Nurul Falah sebelum diberi tindakan atau pra siklus menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan anak pada kategori Baik (B) sebesar 1,76%, kategori Cukup (C) sebesar 2,57%, dan kategori Kurang (K) sebesar 5,66%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak belum banyak terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Nurul Falah seputar memegang, meniup, dan memegang. Penggunaan alat pembelajaran masih terbatas, sehingga kurang menstimulus kemampuan motorik halus anak.

2. Pelaksanaan kegiatan bermain recorder adalah sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kegiatannya adalah dengan menggunakan recorder. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua siklus, indikator yang dipakai saat siklus I dan siklus II sama, yang membedakannya adalah tingkat kesulitan dalam kegiatan bermain recordernya. Proses pelaksanaan kegiatan bermain recorder dengan jari ternyata belum berkembang secara optimal. Anak aktif dan kreatif ketika bermain recorder bersama-sama. Keakraban antara anak semakin terjalin dan keterampilan bekerja sama semakin terlatih..


(51)

89

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

3. Kemampuan motorik halus anak kelas B TK Nurul Falah pasca siklus atau setelah dilakukan tindakan kegiatan bermain recorder menunjukkan hasil bahwa, secara umum pada kategori Baik (B) sebesar 5,28%, kategori Cukup (C) sebesar 4,23%, dan kategor Kurang (K) sebesar 2,14%. Dengan demikian berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan terlihat hasilnya pada setiap siklus mengalami peningkatan perkembangan motorik halus anak secara signifikan. dapat di simpulkan bahwa, kegiatan bermain recorder dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak meningkat, khususnya dalam memegang recorder, meniup, dan memainkan recorder.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan saat penlitian, terdapat beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijaduikan sebagai masukan pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan anak usian dini. Adapun rekomendasi ini di tujukkan untuk:

1. Sekolah

a) Pendidikan anak usia dini sejatinya memerlukan banyak referensi untuk penyusunan bahan ajar, sehingga membuat anak senang belajar di sekolah dan tidak bosan. Penyediaan referensi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari internet, acara televisi, buku-buku, majalah yang semakin hari tekhnologi semakin canggih dan dekat dengan kita. Penyediaan media atau alat sumber pembelajaran di perbanyak. Bukan artinya memperbanyak caranya dengan membeli yang baru, namun pemanfaatan media pembelajaran dari barang-barang bekas yang masih layak pakai atau bisa dilakukan, sehingga bukan hanya efisien melainkan mengasah berfikir dan kreatif.

b) Pihak sekolah perlu mengadakan sosialisasi atau penyuluhan, khusunya pada orang tua murid, umumnya masyarakat sekitar. Terkait pembelajaran di PAUD tidaklah menitikberatkan pada calistung secara berkala, mengenalkan berbagai kecerdasan/multiple intelligence yang dapat distimulus di usia TK. Sehingga tidak memandang sebelah mata terhadap


(52)

90

pembelajaran selain calistung, salah satunya pada pembelajaran yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak.

2. Guru

a) Sebagai tutor anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memunculkan dorongan kuat/usaha untuk memperkaya wawasan untuk merancang kegiatan yang yang dapat menstimulus berbagai aspek pekembangan dengan kegiatan yang menyenangkan.

b) Pada upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak, guru mengusahakan anak menggunakan berbagai media yang dapat menstimulasi tahap-tahap perkembangan motorik halus anak, seperti bermain recorder salah satunya kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Disini peran guru untuk memilih kegiatan bermain recorder, mana yang akan diberikan pada anak sesuai dengan seusianya. Karena bisa jadi kegiatan bemain recorder tingkat sedang tidak cocok untuk anak usia dini, karena memerlukan tahapan-tahapan dalam langkah-langkah memainkan recorder.

c) Pada saat pemblajaran, guru hendaknya mencoba berulang kali sebelum di ajarkan pada anak, agar langkah-langakah dalam memainkan recorder sesuai, dan anak menguasai kegiatan yang dilaksanakan, serta saat kegiatan bermain recorder pada anak tidak terlalu cepat untuk beralih pada tahap yang lebih lanjut, sehingga tidak semua anak dapat mengikuti. Anak menjadi terbagi dua fokus, yang satu tertinggal jadi harus mengejar, beberapa tahap yang satu harus menunggu tahap selanjutnya terlalu lama yang menyebabkan kegaduhan.

3. Peneliti Berikutnya

Peneliti yang telah dilakukan masih terbatas, sehingga banyak aspek yang belum terungkap. Bagi peneliti berikutnya dapat mengungkapkan bagian-bagian detail ataupun dapat menemukan aspek yang belum terbahas pada penelitian ini, sehingga dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitan pendidikan anak usia dini menuju abad generasi muda.


(53)

91

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder

Kegiatan bermain recorder dengan jari dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Penguasaan cara mengajarkan dengan menggunakan media akan sangat mendukung keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan penguasaan teknik menggunakan media dalam pembelajaran. Penelitian selanjutnya dapat dikonsentrasikan untuk menyempurnakan kekurangan, dengan menambah durasi waktu penelitian dan memperdalam teknik-teknik penggunaan media dalam pembelajaran.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pengolahan data mengenai peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain

recorder berdampak positif terhadap anak kelompok B di TK Nurul Falah Jl.

Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Yaitu pada aspek kegiatan memegang, meniup, dan memainkan recorder, maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan bermain recorder berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus anak kelompok B di TK Nurul Falah. Hal ini didasarkan pada:

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak di kelas B TK Nurul Falah sebelum diberi tindakan atau pra siklus menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan anak pada kategori Baik (B) sebesar 1,76%, kategori Cukup (C) sebesar 2,57%, dan kategori Kurang (K) sebesar 5,66%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak belum banyak terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Nurul Falah seputar memegang, meniup, dan memegang. Penggunaan alat pembelajaran masih terbatas, sehingga kurang menstimulus kemampuan motorik halus anak.

2. Pelaksanaan kegiatan bermain recorder adalah sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kegiatannya adalah dengan menggunakan recorder. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua siklus, indikator yang dipakai saat siklus I dan siklus II sama, yang membedakannya adalah tingkat kesulitan dalam kegiatan bermain

recordernya. Proses pelaksanaan kegiatan bermain recorder dengan jari

ternyata belum berkembang secara optimal. Anak aktif dan kreatif ketika bermain recorder bersama-sama. Keakraban antara anak semakin terjalin dan keterampilan bekerja sama semakin terlatih..


(2)

89

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kemampuan motorik halus anak kelas B TK Nurul Falah pasca siklus atau setelah dilakukan tindakan kegiatan bermain recorder menunjukkan hasil bahwa, secara umum pada kategori Baik (B) sebesar 5,28%, kategori Cukup (C) sebesar 4,23%, dan kategor Kurang (K) sebesar 2,14%. Dengan demikian berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan terlihat hasilnya pada setiap siklus mengalami peningkatan perkembangan motorik halus anak secara signifikan. dapat di simpulkan bahwa, kegiatan bermain recorder dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak meningkat, khususnya dalam memegang recorder, meniup, dan memainkan recorder.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan saat penlitian, terdapat beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijaduikan sebagai masukan pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan anak usian dini. Adapun rekomendasi ini di tujukkan untuk:

1. Sekolah

a) Pendidikan anak usia dini sejatinya memerlukan banyak referensi untuk penyusunan bahan ajar, sehingga membuat anak senang belajar di sekolah dan tidak bosan. Penyediaan referensi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari internet, acara televisi, buku-buku, majalah yang semakin hari tekhnologi semakin canggih dan dekat dengan kita. Penyediaan media atau alat sumber pembelajaran di perbanyak. Bukan artinya memperbanyak caranya dengan membeli yang baru, namun pemanfaatan media pembelajaran dari barang-barang bekas yang masih layak pakai atau bisa dilakukan, sehingga bukan hanya efisien melainkan mengasah berfikir dan kreatif.

b) Pihak sekolah perlu mengadakan sosialisasi atau penyuluhan, khusunya pada orang tua murid, umumnya masyarakat sekitar. Terkait pembelajaran di PAUD tidaklah menitikberatkan pada calistung secara berkala, mengenalkan berbagai kecerdasan/multiple intelligence yang dapat distimulus di usia TK. Sehingga tidak memandang sebelah mata terhadap


(3)

pembelajaran selain calistung, salah satunya pada pembelajaran yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak.

2. Guru

a) Sebagai tutor anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memunculkan dorongan kuat/usaha untuk memperkaya wawasan untuk merancang kegiatan yang yang dapat menstimulus berbagai aspek pekembangan dengan kegiatan yang menyenangkan.

b) Pada upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak, guru mengusahakan anak menggunakan berbagai media yang dapat menstimulasi tahap-tahap perkembangan motorik halus anak, seperti bermain recorder salah satunya kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Disini peran guru untuk memilih kegiatan bermain recorder, mana yang akan diberikan pada anak sesuai dengan seusianya. Karena bisa jadi kegiatan bemain recorder tingkat sedang tidak cocok untuk anak usia dini, karena memerlukan tahapan-tahapan dalam langkah-langkah memainkan

recorder.

c) Pada saat pemblajaran, guru hendaknya mencoba berulang kali sebelum di ajarkan pada anak, agar langkah-langakah dalam memainkan recorder sesuai, dan anak menguasai kegiatan yang dilaksanakan, serta saat kegiatan bermain recorder pada anak tidak terlalu cepat untuk beralih pada tahap yang lebih lanjut, sehingga tidak semua anak dapat mengikuti. Anak menjadi terbagi dua fokus, yang satu tertinggal jadi harus mengejar, beberapa tahap yang satu harus menunggu tahap selanjutnya terlalu lama yang menyebabkan kegaduhan.

3. Peneliti Berikutnya

Peneliti yang telah dilakukan masih terbatas, sehingga banyak aspek yang belum terungkap. Bagi peneliti berikutnya dapat mengungkapkan bagian-bagian detail ataupun dapat menemukan aspek yang belum terbahas pada penelitian ini, sehingga dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitan pendidikan anak usia dini menuju abad generasi muda.


(4)

91

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan bermain recorder dengan jari dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Penguasaan cara mengajarkan dengan menggunakan media akan sangat mendukung keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan penguasaan teknik menggunakan media dalam pembelajaran. Penelitian selanjutnya dapat dikonsentrasikan untuk menyempurnakan kekurangan, dengan menambah durasi waktu penelitian dan memperdalam teknik-teknik penggunaan media dalam pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Yuningtias, Wijil, A (2012). Teori Perkembangan Motorik Halus [Online] Tersedia:https://www.google.com/search?=teoriperkembangan+moto

rik+halus. [10 Juni 2012]

Azhar, (2010). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

tersedia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [5 Juni 2010]

Desmita, (2010). Psikologi Perkembangan. Diterbitkan Oleh PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Depdiknas, (2007). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

Tersedia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [5 Juni 2007]

Devi, (2012). Seruling/Recorder. [Online]

Tersedia:http://musicalgrroup2011.blogspot.com/p/belajar-recorder.html. [1 Agustus 2012]

Hurlock, Elizabet, B. (1978). Perkembangan Anak. Jilid 1, Edisi Keenam. Penerjeramah Muslidah Zarkasih. Jakarta: Erlangga

Hamdani, (2010). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

Tersedia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [10 Juni 2010]

Kartini, Kartono. (1995). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

Tersedia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [1 Agustus 1995]

Muslihuddin, (2009). Kiat Sukse Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Rizki Press.

Nandeziegiealakay, (2010). Klasifikasi Alat Musik. [Online]

Tersedia:http://musicalgrroup2011.blogspot.com/p/belajar-recorder.html. [10 Juni 2010]

Solehuddin, M (1997) Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI

Sumantri, (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia


(6)

Neneng Nurhayati, 2014

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Parentingislami, (2010). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

Tersdeia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [11 Juli 2010]

Rudyanto, Yudha. (2004). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Anak TK

Sujiono, B. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka-Departemen Pendidikan Nasional

Sari, (1996). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online]

Tersedia:Http://www.google.com/search?=teori perkembangan

motorik halus. [11 Juli 1996]

Soemirat, Cheppy. (2009). Panduan Dasar Bermain Recorder: Penerbit PT Kawan Pustaka: Jakarta

Widodo, (2008). Teori Perkembangan Motorik Halus. [Online] Tersedia Http://www.google.com/search?=teori perkembangan motorik. [8 September 2008]

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Yusri, Nabila. (2011). Belajar Recorder. [Online]


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Anak Didik Kelompok B Semester Gasal Tk Pertiwi Kacangan Kecamatan Todanan Kabupat

0 3 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN JUMPUTAN Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Jumputan Pada Kelompok B TK Gerdu 01 Gerdu Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN JUMPUTAN Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Jumputan Pada Kelompok B TK Gerdu 01 Gerdu Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

1 2 12

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Kelompok B Tk Dawungan I Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENJIPLAK.

0 4 41

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE BAHAN ALAM.

4 57 35

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN LEGO KONSTRUKTIF PADA ANAK Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Bermain Lego Konstruktif Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Planggu III Trucuk Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013

0 1 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN MASJID SYUHADA.

2 14 169

keterampilan motorik halus anak melalui

1 1 45

PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK

1 3 6