PENERAPAN KETERAMPILAN KONSELING OLEH GURU BK SMA BERDASARKAN MODEL SKILLED HELPER : Studi Pendekatan Kualitatif Terhadap Guru Bk Sma Berlatar Belakang Suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

(1)

PENERAPAN KETERAMPILAN KONSELING OLEH GURU BK SMA BERDASARKAN MODEL SKILLED HELPER

(Studi Pendekatan Kualitatif Terhadap Guru BK SMA Berlatar Belakang Suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam

Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

MUHAMMAD ANDRI SETIAWAN 1102549


(2)

BANDUNG 2013

PENERAPAN KETERAMPILAN KONSELING OLEH GURU BK SMA BERDASARKAN MODEL SKILLED HELPER

(Studi Pendekatan Kualitatif Terhadap Guru BK SMA Berlatar Belakang Suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah)

Oleh :

MUHAMMAD ANDRI SETIAWAN

NIM. 1102549

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan Konseling

©

MUHAMMAD ANDRI SETIAWAN

.

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj.Nani M. Sugandhi, M.Pd NIP. 195708301981012001

Pembimbing II

Dr. Hj. Anne Hafina, M.Pd NIP. 19600704 198601 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan


(4)

ABSTRAK

Muhammad Andri Setiawan (2013). Penerapan Keterampilan Konseling oleh Guru BK SMA Berdasarkan Model Skilled Helper (Studi Pendekatan Kualitatif terhadap Guru BK SMA Berlatar Belakang Suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah). Pembimbing I: Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd., Pembimbing II: Dr. Hj. Anne Hafina, M.Pd.

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model skilled helper. Penelitian menggunakan studi pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Responden penelitian ditentukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu delapan responden terdiri dari empat guru BK dan empat siswa. Hasil penelitian menunjukkan tahap pelaksanaan penerapan keterampilan konseling tidak dilaksanakan sepenuhnya terutama tahap mengklarifikasi isu dan tahap memanajemen pemecahan masalah, Banyak keterampilan konseling yang tidak dilakukan guru BK, keterampilan konseling yang muncul hanya mengarah pada tuning in, responding, probing, dan summarizing. Guru BK memposisikan dirinya sebagai orangtua sehingga cenderung mempengaruhi siswa agar sesuai dengan jalan pikirannya. Penelitian ini merekomendasikan agar guru BK meningkatkan penguasaan keterampilan konseling dan tahapannya.

Kata kunci: keterampilan konseling, proses konseling, model skilled helper, guru BK


(5)

ABSTRACT

Muhammad Andri Setiawan (2013). The Implementation of Counseling Skills by Senior High School Counselors Under the Skilled Helper Model (Qualitative Approaches to the Study of Senior High School Counselor Background Tribe Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah). Supervisor I: Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd., Supervisor II: Dr. Hj. Anne Hafina, M.Pd.

This study aims to obtain a potrait of the implementation of counseling skills. The counseling is implemented by senior high school counselors who have background of Banjarese Pahuluan Hulu Sungai Tengah based on skilled helper model. The study uses a qualitative approach study. The data was collected through interviews and observations. The respondents were determined by using purposive sampling technique that consists of eight respondents, they were four school counselors and four students. The results showed that the implementation of counseling skills stages is not fully implemented thoroughly in each stage. Therfeore, it does not touch the clarification of the issue and the problem solving management. There are a lot of counseling skills which are not implemented by school counselors, the counseling skills that used merely lead to tuning in, responding, probing, and summarizing. The school counselors, they put their selves as a parent that tends to affect students to conform to their way of thinking. Therefore this study recommends that the school counselors improve their mastery of counseling skills and the complete stages as well.

Keywords: counseling skills, counseling process, the skilled helper model, school


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR BAGAN... viii

DAFTAR PHOTO... ix

DAFTAR LAMPIRAN... X BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah... 6

C.Tujuan Penelitian... 7

D.Asumsi Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II PENERAPAN KETERAMPILAN KONSELING A.Pengertian dan Peranan Keterampilan Konseling... 9

B.Keterampilan Konseling dan Kompetensi Kepribadian Konselor... 11

C.Model Penerapan Keterampilan Konseling... 14

D.Nilai Budaya dalam Penerapan Keterampilan Konseling... 42

E. Gambaran Latar Belakang Nilai Budaya Suku Banjar Pahuluan... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 57

B. Definisi Operasional... 57

C. Lokasi dan Subyek Penelitian... 58


(7)

E. Teknik Pengumpulan Data... 61

F. Prosedur Penelitian... 62

G. Pengolahan Data Penelitian... 64

H. Keterandalan Penelitian... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Penerapan Keterampilan Konseling untuk Memperoleh Isu dan Membantu Mengklarifikasinya... 68

B.Penerapan Keterampilan Konseling untuk Mengidentifkasi, Memilih dan Membentuk Manajemen Tujuan Pemecahan Masalah... 77

C.Penerapan Keterampilan Konseling untuk Mengembangkan Strategi dan Rencana Melaksanakan Tujuan Bersama... 79

D.Deskripsi Penerapan Keterampilan Konseling oleh Guru BK SMA Berlatar Belakang Suku Banjar Pahuluan... 88

E. Keterbatasan Penelitian... 90

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 92

B. Rekomendasi... 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Kondisi yang Terjadi antara Konselor dan Konseli Ditahap I... 22

2.2 Kondisi yang Terjadi antara Konselor dan Konseli Ditahap II... 24

2.3 Kondisi yang Terjadi antara Konselor dan Konseli Ditahap III... 26

2.4 Tabel Perbandingan Model Penerapan Keterampilan Konseling... 28

3.1 Sekolah dan Subyek Penelitian Tahun Pelajaran 2012-2013... 59

4.1 Tahap dan Langkah Proses Konseling Berdasarkan Model Skilled Helper... 89


(9)

DAFTAR BAGAN Bagan

2.1 Model Art of Helping... 16 2.2 Model Skilled Helper... 21 2.3 Tepat dan Ketidaktepatan Respons Konselor dalam Proses

Konseling... 29 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian... 64 3.2 Proses Analisis Data Metode Perbandingan Tetap (Constant

Comparative Method)... 65

3.3 Skematis Pengolahan Data Penelitian... 66 4.1 Langkah-langkah Responden Guru BK Ditahap Memperoleh Isu

dan Membantu Mengklarifikasinya... 69 4.2 SOLER... 70 4.3 Langkah-langkah Responden Guru BK Ditahap Mengidentifikasi,

Memilih dan Memanajemen yang Bertujuan Memecahkan Masalah... 78 4.4 Langkah-langkah Responden Guru BK Ditahap Membantu Siswa

Mengembangkan Strategi dan Rencana untuk Melaksanakan Tujuan... 80


(10)

DAFTAR FOTO Foto

4.1 Penerimaan Responden Guru BK pada Siswa Laki-laki pada Awal Pertemuan... 71 4.2 Penerimaan Responden Guru BK pada Siswa Perempuan pada


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Perpanjangan Pembimbingan Penulisan Tesis 2. Surat Hasil Seminar Proposal Penelitian

3. Surat Tugas Memberikan Bimbingan dan Judgment Instrumen 4. Lembar Judgment Pedoman Wawancara dan Observasi

5. Pedoman Wawancara dan Observasi

6. Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi 7. Izin Studi Lapangan /Observasi

8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 9. Sekolah dan Subyek Penelitian

10.Jurnal Kegiatan Penelitian 11.Transkrip Wawancara 12.Foto Observasi Penelitian


(12)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang arah dari penelitian, sehingga pada bab ini akan dipaparkan secara berurutan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian dan terakhir manfaat penelitian.

A.Latar Belakang

Pada“Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal Dasar” yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2007:10) dikemukakana bahwa pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.

Oleh karena itu, penyelenggaraan bimbingan dan konseling menuntut kemampuan seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) untuk mampu menjalin hubungan dengan siswa atau konseli dalam proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Anne Stokes (dalam Sally Aldridge & Sally Rigby, 2004: 133) bahwa setiap siswa atau konseli memiliki sejumlah pertimbangan untuk mencari seorang konselor yang menurut konseli layak sebagai tempat untuk dapat berbicara tentang pemahaman atau


(13)

wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya, salah satu pertimbangan konseli adalah kemampuan konselor menjalankan proses konseling melalui penggunaan keterampilan konseling.

Menurut Andi Mappiare A.T. (2006: 253) kemampuan seorang konselor menjalankan proses konseling berhubungan erat dengan pengalaman konseli tercermin dalam sifat dan isi pembicaraan konseli baik mengenai tentang dirinya dan lingkungannya serta pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya, konseli atau siswa cenderung berbicara tentang gejala dan problem-problem dan ini lazimnya menyita waktu, selanjutnya sifat ini tergantikan dengan pernyataan tentang diri (self) atau rujuk-diri dan tingkah laku terkait yang diungkapkan bersifat terbuka, kemudian pembicaraan bersifat diskusi mengenai arah perubahan dan pemikiran atau evaluasi diri dan tindakan-tindakan baru sejalan dengan pengertian baru (insight) yang dimiliki konseli atas situasinya. Pada situasi yang seperti inilah tambah Andi Mappiare A.T. (2006: 254) keterampilan konseling sangat berperan.

Dari penjelasan di atas dikongkretkan oleh Gerard Egan sebagai rumusan tujuan utama konseling. Menurut Gerard Egan (2010: 7-10) seorang konselor atau dalam istilahnya helper membantu konseli (helpee) dalam mencapai tiga sasaran utama sebagai tujuan. Pertama, meningkatkan pemaknaan arti hidup. Membantu konseli mengelola masalah mereka dalam hidup yang lebih efektif dan mengembangkan potensi yang tidak dimanfaatkan sebagai peluang. Konselor (helper) yang berhasil adalah mereka yang melalui interaksi intensif dan mampu melihat kebutuhan untuk mengelola situasi masalah tertentu untuk mengembangkan potensi. Kedua, mencapai kemandirian konseli menjadi lebih baik dalam mengelola masalah, identifikasi peluang penyelesaian dan pengembangan solusi, pembuatan keputusan yang masuk akal, melatih


(14)

masa mendatang berupa kemampuan mengembangkan ketahanan diri dan kemampuan mengkompromikannya.

Sesuai dengan tiga sasaran utama sebagai tujuan konseling maka pengertian keterampilan konseling menurut Gerard Egan (2010: 125) merupakan keterampilan komunikasi (communication skills) sebagai upaya membantu konseli untuk mengelola masalah dan mengembangkan kesempatan dalam dialog yang bersifat kolaboratif.

Keterampilan konseling pada umumnya dibagi menjadi dua bagian yaitu keterampilan konseling verbal dan keterampilan konseling nonverbal, keterampilan konseling verbal merupakan keterampilan konseling yang menekankan komunikasi secara lisan sedangkan keterampilan konseling nonverbal merupakan keterampilan konseling yang menitikberatkan bahasa tubuh, gesture fisik dan ekspresi wajah (Jeanette Murad Lesmana, 2005: 106-109; Allen E. Ivey et, all, 2010: 14-15; Sofyan S. Willis, 2011: 157).

Dialog yang bersifat kolaboratif dimaksudkan sebagai kerja sama yang terjalin antara konselor dengan konseli bersama segenap potensi dan pertimbangan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama secara proporsional. Bahkan secara khusus dalam model penerapan keterampilan konseling Skilled Helper menempatkan nilai (value) sebagai salah satu langkah dalam tahap konseling. Pandangan ini sejalan dengan pendefinisian keterampilan konseling oleh Sofyan S. Willis (2011: 157) sebagai cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu konseli agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama.

Terkait dengan budaya maka penjelasan Cece Rakhmat (2011: 184-185) sangat menarik untuk disimak bahwa, pemahaman terhadap latar belakang budaya serta karakteristik kepribadian konselor mempermudah konseor dalam menentukan teori dan metode/teknik perlakuan yang tepat. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya dapat memahami nilai-nilai budaya yang terlibat, terutama ketika konseli sedang berada di dalam masa transisi. Contoh tipikal kategori


(15)

transisi adalah kelompok petani yang masih menggarap lahannya dengan cara membajak (budaya inti) sambil memberi pupuk buatan (budaya baru). Petani tidak dapat menghilangkan kebiasaan lokalnya, tetapi hanya akan menerima kebiasaan baru jika dipandang memiliki aspek kesesuaian dan nilai lebih dalam pandangan mereka. Penekanan terhadap sesuatu yang asing di luar kebiasaan malah akan meningkatkan resistensi yang akan memperumit situasi. Oleh karena itu, mungkin saja dalam perkembangannya akan teridentifikasi beberapa pendekatan (eklektif) dan ini menjadi sifat dasar dari pendekatan konseling berbasis budaya yaitu continuos improvement yang didasarkan dari pola relasi konselor-konseli yang tepat.

Setiap manusia hidup di dalam beberapa “lingkungan”, dan masing -masing lingkungan membawa pengaruh kepada individu. Misalnya, di negara seperti Indonesia yang multietnik dan multiagama, pengaruh tradisi, adat dan nilai-nilai yang berbeda tidak dapat dihindari oleh individu. Seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling harus sensitif terhadap isu-isu semacam ini. Belum lagi variasi-variasi yang terjadi di dalam suku bangsa atau subbudaya. Konselor hendaknya memahami bahwa ia hidup di dalam konteks lingkungan yang sangat kompleks dan faktor-faktor ini berperan dan mempengaruhi dirinya sendiri dan siswanya, seperti keterbukaan yang tinggi, kemauan dan kemampuan untuk menerima diversitas yang ada di sekelilingnya (Jeanette Murad Lesmana, 2005: 66-67).

Ke dalam proses konseling, konselor maupun konseli membawa serta karakteristik-karakteristik psikologinya, seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap, motivasi, kehendak, dan tendensi kepribadian lainnya. Sejauh ini, di Indonesia banyak perhatian diberikan terhadap aspek-aspek psikologis tersebut (terutama pada pihak konseli), dan masih kurang perhatian diberikan terhadap latar belakang budaya konselor maupun konseli yang ikut membentuk perilakunya dan menentukan efektivitas proses konseling, misalnya, etnik, afiliasi kelompok,


(16)

dengan konseli dalam hal-hal tersebut (baik yang psikologis maupun sosial-budaya yang sama), maka akan semakin besar kemungkinan konseling akan berjalan efektif dan begitu pula sebaliknya (Dedi Supriadi, 2011: 128)

Sejalan dengan pernyataan di atas, maka penelitian ini mengangkat penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pada guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, permasalahan penerapan keterampilan konseling berkaitan erat dengan konteks kelokalan yang kuat dalam model penerapan keterampilan konseling terutama pada keselarasan tahap dan langkah model penerapan keterampilan konseling tersebut. Selain itu pula, permasalahan yang ada juga bersentuhan dengan interaksi nilai-nilai budaya seperti penggunaan bahasa daerah (bahasa Banjar) sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan menurut Asim Gunarwan (2006) dalam penelitiannya menyebut bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa yang cukup mampu bertahan terhadap desakan bahasa Indonesia, seperti yang dapat diinferensi dari temuan bahwa bahasa Banjar tetap dipakai dengan frekuensi yang sangat tinggi di lingkungan rumah, mengalahkan bahasa Indonesia.

Iwan Fauzi (2008: 9) menambahkan, keadaan ini berpengaruh juga di lingkungan institusi sekolah, anak-anak suku Banjar menggunakan bahasa Banjar sebagai bahasa komunikasi pertemanan bahkan dengan interaksi komunikasi pada suku lain. Pada penelitian yang dilakukan Nida Mufidah (2006: 652) di lingkungan pesantren modern Darul Hijrah Cindai Alus Kabupaten Banjar tentang perilaku berbahasa santri di tingkat SMP dan Madrasah Tsanawiyah serta SMA dan Madrasah Aliyah, hasil penelitian menyebutkan pola pemakaian bahasa daerah (bahasa Banjar) merupakan bahasa pilihan di dalam dan di luar kelas sebagai alternatif pilihan saat santri saling berinteraksi. Hasil penelitian tersebut juga membuktikan santri putra memiliki sikap positif, kesetiaan, dan sikap instrumental terhadap bahasa daerah (bahasa Banjar), yakni fungsi bahasa daerah itu sendiri untuk menyatupadukan dengan sesama suku di pondok pesantren meskipun ada hukuman yang keras terhadap penggunaan bahasa daerah pada area


(17)

tertentu. Ini cukup memberi bukti, kuatnya pemakaian bahasa Banjar di kalangan siswa terutama siswa sekolah menengah.

Fakta ini tentu saja juga berlaku pada interaksi antara guru BK dan siswa di sekolah yang secara lebih jauh mempengaruhi pemaknaan proses konseling keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian penerapan keterampilan konseling oleh guru BK berdasarkan latar belakang suku Banjar Pahuluan merupakan kebutuhan praktis.

B.Perumusan Masalah

Setiap model penerapan keterampilan konseling memiliki orientasi yang sama terdiri dari tahap dan langkah membantu konseli, namun berbeda perspektif dalam memandang nilai budaya yang dianut konseli. Pada model penerapan keterampilan konseling Art of Helping yang dicetuskan Robert R. Charkhuff (2008), penerapan keterampilan konseling pada tiap tahap konseling terfokus pada upaya untuk merespons perilaku konseli. Sementara itu, pada model penerapan keterampilan konseling Skills of Finding Solutions to Problems oleh Robert Manthei (1997) lebih menitikberatkan dalam perumusan langkah-langkah yang di dalamnya telah ada keterampilan konseling yang telah ditetapkan sebagai bagian dari langkah-langkah proses konseling tersebut.

Berbeda dengan kedua model penerapan keterampilan konseling sebelumnya maka model penerapan keterampilan konseling Skilled Helpers Gerard Egan (2010) lebih ke arah mengkhususkan tahap yang kemudian dibagi lagi dalam sejumlah langkah proses konseling, namun fleksibel dengan keterampilan konseling, sehingga dapat digunakan untuk membedah penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Rumusan tahap-tahap konseling yang ditawarkan Gerard Egan (2010) ada tiga tahap, tahap I ditandai upaya untuk untuk memperoleh isu dan membantu


(18)

telah dirumuskan bersama. Apabila rumusan utama penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menerapkan keterampilan konseling untuk memperoleh isu dan membantu siswa mengklarifikasi isu tersebut?

2. Seperti apakah gambaran yang dilakukan guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menerapkan keterampilan konseling untuk membantu siswa mengidentifikasi, memilih dan membentuk manajemen tujuan pemecahan masalah?

3. Bagaimanakah cara yang yang dilakukan guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menerapkan keterampilan konseling untuk membantu siswa mengembangkan strategi dan rencana untuk melaksanakan tujuan konseling yang telah dirumuskan bersama?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model Skilled Helper. Secara khusus tujuan penelitian dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam memperoleh isu dan membantu siswa mengklarifikasi isu tersebut.

2. Memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam mengidentifikasi, memilih dan membentuk manajemen tujuan pemecahan masalah siswa.

3. Memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai


(19)

Tengah untuk membantu siswa mengembangkan strategi dan rencana untuk melaksanakan tujuan konseling yang telah dirumuskan bersama.

D.Asumsi Penelitian

Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru BK telah mempelajari berbagai keterampilan konseling dan pelaksanaan tahapannya .

2. Berbagai model penerapan keterampilan konseling memiliki fokus yang sama pada upaya memandirikan konseli.

3. Penerapan keterampilan konseling dipengaruhi oleh masing-masing kepribadian konselor itu sendiri.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan urunan gambaran mengenai penggunaan keterampilan konseling dalam proses konseling dengan konselor yang berlatar belakang suku setempat.

Manfaat praktis. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) diharapkan menjadikan hasil penelitian menjadi bahan kajian mahasiswa dalam mata kuliah yang terkait dengan konseling berbasis budaya, konseling multikultural (lintas budaya) dan keterampilan konseling. Berbekal fakta empiris ini, ke depan jurusan PPB dapat mengembangkan ragam keterampilan konseling dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai budaya sesuai dengan keadaan daerah setempat. Guru bimbingan dan konseling umumnya di daerah dengan identitas kesukuannya yang kuat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan profesionalisasi profesinya terutama


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini disajikan paparan mengenai metode penelitian dengan pembahasan utama tentang pendekatan penelitian, definsi operasional, lokasi dan subyek penelitian kemudian dilanjutkan membahas pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, pengolahan data penelitian, dan terakhir keterandalan penelitian.

A.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada pendekatan pendekatan kualitatif yang utuh. Penggunaan pendekatan kualitatif didasari pertimbangan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang didasari oleh pisau analisis dengan hanya menggunakan model Skilled Helper.

2. Penelitian ini juga secara spesifik fokus kepada guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan intensif.

Berdasarkan pertimbangan di atas juga, maka sangat beralasan untuk menggunakan pendekatan kualitatif dengan titik tekan penerapan keterampilan koseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

B.Definisi Operasional

Penerapan keterampilan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penerapan keterampilan konseling yang dilakukan oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan kabupaten Hulu Sungai Tengah sedangkan analisis terhadap model penerapan keterampilan konseling yang digunakan adalah model penerapan keterampilan konseling Skilled Helper yang dikembangkan oleh Gerard Egan.

Pada model penerapan keterampilan konseling Skilled Helper menurut Gerard Egan (2010), penerapan keterampilan konseling dibagi dalam tiga tahap.


(21)

Pertama, tahap I yang ditandai sebagai upaya memperoleh isu dan membantu konseli mengklarifikasi isu tersebut, terdiri dari langkah menyimak cerita yang disampaikan oleh konseli sehingga mampu membangun perspektif baru yang sesuai dengan nilai. Kedua, tahap II ditandai upaya untuk membantu konseli mengidentifikasi, memilih dan membentuk manajemen tujuan pemecahan masalah, terdiri dari langkah membuka kemungkinan yang dapat dilakukan cara yang digunakan untuk mengubah agenda sehingga mampu membangun komitmen, dan terakhir ketiga, tahap III ditandai membantu konseli mengembangkan strategi dan rencana untuk melaksanakan tujuan konseling yang telah dirumuskan bersama, terdiri dari langkah kemungkinan-kemungkinan strategi kemudian dipilih sebagai strategi yang sesuai untuk dilaksanakan sebagai rencana bersama seterusnya dilaksanakan.

Adapun keterampilan konseling menurut Gerard Egan (2010) ada delapan, yang terdiri dari tuning in, active listening, responding with empathy, checking understanding, probing, summarizing, challenging dan negotiating.

C.Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap guru bimbingan dan konseling sekolah menengah atas negeri (SMAN) kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan dalam penerapan keterampilan konseling berdasarkan model Skilled Helper pada proses konseling individual. Dipilihnya lokasi dan subyek penelitian guru bimbingan dan konseling SMA negeri Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan alasan sebagai berikut:

1. Dipilihnya kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai lokasi penelitian karena sesuai dengan fokus penelitian yaitu penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan berdasarkan model Skilled Helper .


(22)

3. Keputusan untuk memilih subyek siswa sekolah menengah atas negeri (SMAN) didasari pertimbangan observasi pendahuluan tak berstruktur yang dilakukan dari tanggal 26 Juni sampai 23 Juli 2012 menemukan fakta, kebanyakan mendominasi sekolah menengah atas negeri (SMAN) adalah guru BK yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan daripada sekolah menengah lain seperti sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah (MA).

Adapun yang menjadi populasi penelitian adalah semua guru bimbingan dan konseling dan siswa yang ada pada delapan SMA negeri di kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pada tabel di bawah ini disajikan gambaran singkat guru bimbingan dan konseling berdasarkan urutan sekolah, ijazah pendidikan terakhir serta rasio siswa bimbingan masing-masing.

Tabel 3.1

Sekolah dan Subyek Penelitian Tahun Pelajaran 2012-2013

Sekolah Guru BK Pendidikan Rasio Siswa

SMAN 1 Barabai

HN S1 BK UNLAM 1 : 291 orang

HR S1 BK UNLAM 1 : 271 orang

RAM S1 BK UNLAM 1 : 272 orang

SMAN 2 Barabai

AH S1 BK UNLAM 1 : 304 orang

M S1 BK UNLAM 1 : 305 orang

SMAN 3 Barabai H S1 BK UNLAM

1 : 287 orang MB S1 BK UVAYA 1 : 288


(23)

orang

SMAN 4 Barabai S S1 BK UNLAM 1 : 499 orang

SMAN 5 Barabai EM S1 BK UVAYA 1 : 302 orang

SMAN 6 Barabai N S1 BK UNISKA 1 : 229 orang

SMAN 7 Barabai

Mh S1 BK UVAYA 1 : 154 orang

MN S1 PAI IA 1 : 154 orang

SMAN 8 Barabai T

S1 BK UNLAM 1 : 311 orang S2 Manajemen

Pendidikan

(Sumber: observasi pendahuluan tak berstruktur pada 26 Juni- 23 Juli 2012) Dari delapan sekolah diambil dua sekolah sebagai subyek penelitian dengan pengambilan responden secara purposif dengan maksud memberikan intensitas penelitian yang bersifat kualitatif, selain itu juga berdasarkan hasil observasi pendahuluan kedua sekolah memiliki guru-guru BK dengan masa kerja yang paling lama dan memiliki jumlah siswa yang besar dibandingkan SMA negeri yang lain (perhatikan tabel 3). Subyek penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Guru bimbingan dan konseling dan siswa di SMAN 1 Barabai. 2. Guru bimbingan dan konseling dan siswa di SMAN 4 Barabai.

D.Pengembangan Instrumen Penelitian


(24)

Berkaca dengan pertimbangan di atas maka kisi-kisi pedoman penelitian perlu disusun selaras dengan model Skilled Helper sehingga arah penelitian terencana dan jelas terhadap penelitian tentang penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan. Kisi-kisi pedoman yang disusun dibagi dalam dua jenis yaitu kisi-kisi pedoman wawancara dan obervasi yang ditujukan pada guru BK sebagai konselor dan kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi yang ditujukan kepada siswa sebagai konseli.

Pada kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi yang ditujukan pada siswa lebih menekankan wawancara terutama tanggapan dan perasaanya atas respons-respons bimbingan dan konseling maupun situasi atau kondisi yang ia rasakan selama mengikuti proses konseling.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik observasi dan wawancara.

1. Observasi

Teknik observasi dalam pengumpulan data penelitian dilakukan secara observasi nonpartisipan artinya, observer tidak terlibat dalam kegiatan dan hanya bersifat pengamat pasif. Dalam pengamatannya peneliti dilengkapi dengan kamera sebagai sarana penunjang kegiatan observasi. Dari hasil dari observasi kemudian ditranskipkan ke dalam lembar dokumentasi transkrip dan deskripsi wawancara dengan guru BK dan siswa bersangkutan.

2. Wawancara

Wawancara umumnya ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling, juga diberikan kepada siswa yang berdasarkan intensitasnya sering melakukan proses konseling individual. Wawancara yang dilakukan dimaksudkan untuk mengumpulkan pengalaman serta kesan mereka pada saat proses konseling individual terutama interaksi konseling yang berhubungan dengan proses konseling. Berlangsungnya proses wawancara dengan responden direkam melalui voice recorder (perekam suara). Untuk memudahkan menganalisis hasil wawancara dan juga observasi maka responden guru atau di beri kode RG 1, RG


(25)

2, RG 3 dan RG 4 sedangkan responden siswa diberi kode RS 1, RS 2, RS 3 dan RS 4.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukakan pada dasarnya mengikuti alur penelitian dengan pendekatan kualitatitf. Berikut ini secara berurutan prosedur penelitian yang dilakukan.

1. Tahap perencanaan penelitian, pada tahap ini dilakukan pengkajian secara mendalam tentang tema dan arah penelitian yang direncanakan. Pada tahap ini ditemukan sejumlah masalah yang kemudian menjadi dasar dilakukannya penelitian ini, oleh karena itu dirumuskan dalam rumusan dan pertanyaan penelitian. Keseluruhan maksud yang terkandung dalam melakukan penelitian sebagaimana dikemukakan pada bab I.

2. Tahap orientasi dan peninjauan, pada tahap ini dilakukan sejumlah penjajakan penelitian terhadap lokasi dan subyek penelitian. Di tahap ini dilakukan observasi pendahuluan tak berstruktur yang dilakukan dari tanggal 26 Juni sampai 23 Juli 2012 dengan langsung meninjau ke lokasi penelitian. Walaupun disebut sebagai obsevasi pendahuluan namun dalam teknis pelaksanaannya juga dilakukan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Sebagian hasil dari tahap ini sebagaimana dipaparkan pada permulaan bab ini.

3. Tahap eksplorasi penelitian dilakukan merupakan rangkaian action (pelaksanaan) pengumpulan data penelitian. Dalam tahap ini dilakukanlah pelaksanaan penelitian. Kegiatan utama yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan kajian pustaka yang berkenaan dengan topik penelitian diambil.


(26)

c. Pelaksanaan pengumpulan data secara intensif melalui berbagai teknik pengumpulan data. Pada kegiatan inilah perangkat keras digunakan.

d. Terakhir sebagai kegiatan penutup ditahap ini adalah penyusunan lembar dokumentasi transkrip dan deskripsi wawancara yang dilakukan. Pada kegiatan terakhir ini dilakukan member checking sebagai suatu proses penelitian yang dilakukan untuk memastikan kembali hasil data yang telah dikumpulkan, dengan menginformasikan kembali hasil penelitian yang telah didapat kepada subyek penelitian untuk mendapat pemeriksaan.

4. Tahap kajian konseptual, tahap ini sebenarnya bukanlah kelanjutan secara berurutan dari tahap sebelumnya ini dikarenakan dalam penelitian kualitatif pengeksplorasi data berjalan berbarengan dengan penganalisan data. Essensial penting dalam tahap ini adalah penganalisan hasil temuan yang kemudian dipertemukan dengan kajian pustaka yaitu penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model Skilled Helper.

5. Tahap perumusan laporan, sebagai kelanjutan dari tahap sebelumnya maka tahap ini tidak lepas dari tahap 3 dan tahap 4. Pada tahap ini peloporan hasil penelitan dibahas dan dianalisis menjadi suatu kesimpulan.

Keseluruhan tahapan dalam prosedur penelitian digambarkan pada bagan di bawah ini.


(27)

Bagan 3.1

Tahapan dalam Prosedur Penelitian

G.Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan prosedur penelitan dalam tahapan dan kegiatan penelitian pada subbab terdahulu, maka pengolahan data merupakan titik sentral yang amat penting. Dalam praktiknya model analisis data yang digunakan adalah model analisis dengan metode perbandingan tetap (constant comparative method), ini sejalan dengan tema dan metode penelitian yang digunakan yaitu penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model skilled helper.

Secara umum menurut Tohirin (2012: 148-149) proses analisis data dengan metode perbandingan tetap (constant comparative method) adalah:

1. Reduksi data. Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah Tahap

1

Tahap 2

Tahap 3 Tahap

4 Tahap

5

a. Kajian pustaka

b. Kisi-kisi pedoman penelitian c. Pelaksanaan pengumpulan data

d. Lembar dokumentasi transkrip dan member checking


(28)

2. Kategorisasi atau menyusun kategori, yaitu upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam untukan-untukan yang memiliki kesamaan. Selanjutnya setiap kategori diberi nama yang disebut label.

3. Sintesisasi atau mensintesiskan, yaitu mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Selanjutnya, kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama atau label lagi.

4. Menyusun hipotesis kerja. Hipotesis kerja sudah merupakan teori substansif (teori yang berasal dan masih terkait dengan data). Hipotesis kerja harus terkait dan menjawab pertanyaan penelitian.

Keseluruhan proses analisis data dengan metode perbandingan tetap (constant comparative method) digambarkan pada bagan di bawah ini.

Bagan 3.2

Proses Analisis Data Metode Perbandingan Tetap (Constant Comparative Method)

Mengacu pada proses analisis data menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative method) maka dalam pengolahan data penelitian secara skematis dilakukan seperti bagan di bawah ini.

• Identifkasi • Koding

Reduksi data

• Labeling

Kategorisasi

Sintesisasi

• Pertanyaan Penelitian

Hipotesis Kerja


(29)

Bagan 3.3

Skematis Pengolahan Data Penelitian

Realisasi dalam pengembangan pisau analisis pada bab IV hasil penelitian dan pemabahasan adalah mempertemukan sekaligus membandingkan pengutipan dari bagian-bagian wawancara antara responden dan hasil observasi yang dilakukan peneliti. Membandingkan antar responden adalah membanding dan mempertemukan pandangan empat responden guru (RG) yaitu RG I, RG II, RG III dan RG IV baik dengan sesama responden guru atau dengan dengan responden siswa (RS) yakni RS I, RS II, RS III dan RS IV.

H.Keterandalan Penelitian

Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang mendasari keterandalan hasil penelitian melalui perhitungan statistika, maka penelitian kualitatitif dalam menentukan keterandalan atau kesahahihan atau dengan istilah lainnya validasi melalui strategi tertentu.

John W.Creswell (2012: 259-260) menyebutkan setidaknya terdapat tiga

Hipotesis Kerja Reduksi

Kategorisasi Sintesisasi Dokumen

Transkrip Rekaman

Keterampilan Konseling

Guru BK

Verbal

Nonverbal


(30)

ditetapkan. Kedua, strategi audit eksternal dengan meminta peneliti lain untuk memeriksa atau mengkaji ulang proses penelitian sehingga ditemukan kelebihan dan kelemahan serta apa saja yang kurang dari aspek penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya. Terakhir, ketiga, melalui member checking dengan memastikan hasil penelitian kembali hasil data yang telah dikumpulkan, dengan menginformasikan kembali hasil penelitian yang telah didapat kepada subyek penelitian untuk mendapat pemeriksaan.

Dalam penelitian ini strategi yang digunakan strategi kombinasi antara strategi audit ekternal dengan member checking. Realisasi strategi audit eksternal melalui konsultasi dengan pembimbing sejak awal hingga akhir penelitian, sedangkan dengan subyek penelitian melalui member checking.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini disajikan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi. Kesimpulan mengacu kepada hasil penelitian yang secara rinci telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Rekomendasi dapat dimanfaatkan terkait hasil temuan penelitian.

A.Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap hasil penelitian mengenai gambaran penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model Skilled Helper, maka pada bagian ini dikemukakan beberapa kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam menerapkan keterampilan konseling untuk memperoleh isu dan membantu siswa mengklarifikasi isu hanya dilakukan dalam menyimak cerita (story) siswa, keterampilan konseling yang ada mengarah pada visibly tuning in to clients, pengaruh nilai budaya hubungan sebaya (sapantar) sangat dominan mempengaruhi sehingga interaksi yang terjadi menjadi interaksi antara antara orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda dan ini juga turut mempengaruhi sikap siswa yang menjadi berhati-hati dengan guru BK. 2. Penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar

belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk membantu siswa mengidentifikasi, memilih dan membentuk manajemen tujuan pemecahan masalah hanya terjadi dalam membangun komitmen (commitment), komitmen yang dilakukan guru BK dimaknai secara keliru sebagai dorongan menerima pandangan nilai guru BK sehingga terlihat jelas


(32)

mengembangkan strategi dan rencana untuk melaksanakan tujuan konseling yang telah dirumuskan bersama. Dilangkah menyusun kemungkin strategi (possible strategies) yang telah dikomitmenkan mengarah pada penggunaan keterampilan konseling responding.Pada langkah mengupayakan strategi yang sesuai (best fit strategies) mengarah pada penggunaan keterampilan konseling probing dan summarizing terakhir dilangkah menjalankan rencana (plan) yang telah dirumuskan bersama pada kenyataannya guru BK menekankan siswa untuk tidak lepas dari jangkuan mereka. Keterampilan-keterampilan konseling yang dimaksudkan pada tahap membantu siswa mengembangkan strategi dan rencana untuk melaksanakan tujuan konseling yang telah dirumuskan bersama pada dasarnya hanyalah bersifat upaya ke arah keterampilan konseling tersebut, bukan pada arti yang sebenarnya seperti responding, probing, dan summarizing.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Setelah melakukan analisis terhadap temuan penelitian yang terkait dengan penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model Skilled Helper, peneliti menyampaikan beberapa rekomendasi:

a. Guru BK hendaknya dalam berinteraksi dengan siswa hendaknya memposisikan dirinya sebagai seorang konselor kepada konseli bukan sebagai orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda.

b. Melakukan proses konseling hendak dilakukan secara tersistematis baik tahap hingga rincian langkah-langkahnya bukan didasari pada rasa guru BK yang dibentuk dari pengalaman guru BK sendiri sehingga pada akhirnya proses konseling dapat dipertanggungjawabkan oleh guru BK dan menunjukkan kompetensi konselor sendiri baik komptensi akademik maupun kompetensi kepribadian.

c. Guru BK hendaknya menyadari bahwa tujuan akhir dari proses konseling bukan pada upaya yang membuat siswa menjadi nyaman untuk bercerita kepada guru BK dan menerima nilai-nilai yang digariskan oleh guru BK


(33)

sendiri tetapi tujuan sesungguhnya dari proses konseling adalah pemaknaan hidup, kemandirian, dan pengembangan tindakan preventif terhadap masalah siswa.

d. Selaras dengan hal tersebut di atas maka penguatan kompetensi konselor perlu dilakukan baik melalui pendidikan, program pelatihan, dan penataran tentang penggunaan keterampilan konseling sekaligus menjalan proses konseling.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)

Diharapkan menjadikan hasil penelitian ini menjadi bahan kajian mahasiswa dalam mata kuliah yang terkait dengan konseling berbasis budaya, konseling multikultural (lintas budaya) dan keterampilan konseling khususnya pada saat praktik pelaksanaan keterampilan konseling.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini baru pada batas menelaah penerapan keterampilan konseling oleh guru BK SMA yang berlatar belakang suku Banjar Pahuluan Kabupaten Hulu Sungai Tengah berdasarkan model Skilled Helper dan baru pada upaya mendeskripsikan yang didasar pada hasil wawancara dan observasi. Oleh sebab itu, bagi peneliti selanjutnya direkomendasikan agar:

a. Penelitian yang sejenis dapat dilakukan dengan menggunakan model penerapan keterampilan konseling Skilled Helper dengan latar belakang nilai budaya yang berbeda atau dapat pula melakukan penelitian dengan menggunakan model penerapan konseling yang lain namun latar belakang nilai budayanya sama.

b. Mengembangkan penelitian dengan menentukan fokus kajian pada salah satu keterampilan konseling secara mendalam.

c. Mengembangkan penelitian dengan fokus kajian penerapan keterampilan konseling pada jenjang pendidikan dan usia yang lain seperti di SD, SMP


(34)

DAFTAR PUSTAKA

A.T., Andi Mappiare. (2004). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.

A.T., Andi Mappiare. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Rajawali Pers.

Abas, Nadhratunnaim. (2010). Surviving the Assimilation: The Minority Banjarese in a Close-Knit Community. Pahang, Malaysia: Academy of Language Studies, Universiti Teknologi MARA. Tersedia: www.mymla.org/files/.../ICMM2010. [ 13 April 2012 ].

Anisah, Hastin Umi, et. al. (2011).”Peran Budaya Banjar dalam Meningkatkan

Kinerja dan Keunggulan Bersaing”. Dalam Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.9

No. 3 Mei 2011, halaman 931-943.

Anonim. (2011). Kamus Bahasa Banjar. Diambil pada 17 Mei 2012 dari: www.urangbanua.com.

Aswori. (2012). Pengembangan Program Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Efektifitas Konseling Individual Para Guru Bimbingan dan Konseling. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Bennet, Milton J. (2006). “Mengatasi Kaidah Emas: Simpati dan Empati,” dalam Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Budhiono, R. Hery. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Derah) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanannya”. Dalam Jurnal Adabiyyat, Vol. 8, No. 1, Juni 2009, halaman 195-211.

Carkhuff, Robert R. (2008). The Art of Helping. Ninth Edition. Amherst, MA: Possibilities Publishing, Inc.

Cavanagh, Michael E. & Levitov, Justin E. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. (2nd Edition). Long Grove, Illinois: Waveland Press.


(35)

Clark, Arthur J. (2010). "Empathy: An Integral Model in the Counseling Process". Journal of Counseling and Development. Vol.88 (Summer), halaman 348-358.

Creswell, John W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Apple Saddle River, NJ: Pearson Merril Prentice Hall.

Daud, Alfani. (2000). “Beberapa Ciri Etos Budaya Masyarakat Banjar”. Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Madya Ilmu Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin.

Day-Vines, Norma L., et. al.(2007). “Broaching the Subjects of Race, Ethnicity, and Culture During the Counseling Process”. Journal of Counseling & Development. Vol. 85 (Fall), halaman 401-411.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Egan, Gerard. (2010). The Skilled Helper a Problem-Management and Opportunity-Development Approach to Helping. Ninth Edition. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Fauzi, Iwan. (2008). “Pemertahanan Bahasa Banjar di Komunitas Perkampungan

Dayak”. Makalah dalam Seminar Antarabangsa Dialek-Dialek Austronesia di

Nusantara III (SADDAN III).

Fiehlerl, Reinhard. (2002). “How to Do Emotions With Words: Emotionality in Conversations”, dalam Fussell, Susan R. (Eds.). The Verbal Communication of Emotions Interdisciplinary Perspectives. Mahwah, NJ: LEA.

Fish, Jefferson M. (2008). “Theoritical Issues, Priciples, and Themes Relevent to Multicultural Counseling and Therapy”, dalam Gielen, Uwe P., et. al.. (Eds.). Principles of Multicultural Counseling and Therapy. New York, London: Routledge.


(36)

Gunarwan, Asim. (2006). “Kasus-kasus Pergeseran Bahasa Daerah: Akibat Persaingan dengan Bahasa Indonesia?”. Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke 24 Nomor 1 Februari 2006.

Hafina, Anne. (2010). Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling Individual. Disertasi pada Doktor SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hardi. (2009). Model Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Konseling Multikultural Calon Konselor: Studi Pengembangan pada Calon Konselor di Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tingkat Tiga Angkatan 2006 Tahun Akademik 2008/2009. Tesis pada Magister SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hasan, Ahmadi. (2010). “Adat Badamai pada Masyarakat Banjar Dulu, Kini dan Masa Mendatang”. Makalah dalam Seminar Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) Ke-10.

Henslin, James M. (2006). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid I. (Terjemahan Kamanto Sunarto, Wibi Hardani dan Bimo Adi Yoso). Jakarta: Erlangga.

Hidayah, Zulyani. (1997). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Ivey, Allen E., et. al. (2010). Intentional Interviewing and Counseling: Facilitating Client Development in a Multicultural Society. Seventh Edition. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Jahdiah. (2011). “Relasi Kekerabatan Bahasa Banjar dan Bahasa Sunda (Genetic Relationship of Banjarese and Sundanese).” Metalingua, Vol. 9, No. 1, Juni, halaman 41-52.

Kent, Peter. (2004). “Values, Beliefs and Attitudes”. dalam Aldridge, Sally & Rigby, Sally (Eds.). Counselling Skills in Context. London: The British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP).

Kleden, Ninuk. (2000). “Semangat Kedaerahan dan Identitas Banjar”, dalam Kleden, Ninuk, et. al. Pendefinisian Kembali Tradisi dan Identitas Etnik. Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI). Jakarta: LIPI.


(37)

Kottler, Jeffrey A. & Jones, W. Paul. (2005). Doing Better: Improving Clinical Skills and Professional Competence. New York and Hove: Brunner-Routledge.

Laungani, Pittu. (2004). Asian Perspectives in Counselling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge.

Lesmana, Jeanette Murad. (2005). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UIP.

Loewenthal, Del. (2006). “Counseling as a Practice of Ethics: Some Implications For Therapeutic Education”. Philosophical Practice. November 2006; 2(3): halaman 143-151.

Manthei, Robert. (1997). Counselling The Skills of Finding Solutions to Problems. London and New York: Routledge.

McLeod, John. (2010). Counsellor’s Workbook Developing a Personal Approach. The Second Edition. New York: Open University Press.

Mufidah, Nida. (2006). “Perilaku Berbahasa Santri Pondok Pesantren Darul Hijrah Cindai Alus Kabupaten Banjar”. Dalam Jurnal Khazanah Vol. 5 No. 6 November-Desember 2006, halaman 636-661.

Mulyana, Dedy. (2008). Komunikasi Massa: Kontraversi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Murad, Abdul. (2005). Standar Kualitas Kompetensi Konselor Profesional: Studi Pengembangan Standar Kompetensi di Lingkungan Pakar Konseling Perguruan Tinggi Negeri dan Konselor SMA Negeri. Disertasi pada Doktor SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Neill, Sean & Caswell, Chris. (2005). Body Language for Competent Teachers. London and New York: Routledge.

Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counselling and Helping Skills Text and Activities For The Life Skills Counselling Model. Fifth Edition. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications.


(38)

Overall, Nickola C. et. al. (2006). “Regulation Processes in Intimate Relationships: The Role of Ideal Standards.” Dalam Journal of Personality and Social Psychology. October 2006; Vol. 91 (4): halaman 662– 685.

Planlp, Sally & Knie, Karen. (2002). “ Integrating Verbal and Nonverbal Emotion(al) Messages”, dalam Fussell, Susan R. (Eds.). The Verbal Communication of Emotions Interdisciplinary Perspectives. Mahwah, NJ: LEA.

Qin, Zhang. (2005). “Immediacy, Humor, Power Distance, and Classroom Communication Apprehension in Chinese College Classrooms”. Dalam ProQuest Education Journals: Communication Quarterly [Online], Vol.53(1), halaman 109-124. Tersedia: www.proquest.com [19 Oktober 2011].

Rakhmat, Cece. (2011). “Hakikat Konseling Berbasis Budaya”, dalam Suherman & Budiman, Nandang. Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Ridley, Charles R. et. al.. (2011). “Beyond Microskills: Toward a Model of Counseling Competence”. Dalam The Counseling Psychologist 39(6) 825– 864. Tersedia: http://tcp.sagepub.com [12 April 2012].

Riwut, Tjilik. (1979). Kalimantan Membangun. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.

Robert, Tracey & Kelly, Virginia A. (2010). “Metaphor as an Instrument for Orchestrating Change in Counselor Training and Counseling Process”. Journal of Counseling and Development. Vol.88 (Spring), halaman 182-190.

Sharpley, Christopher F. et. al.. (2006). “Counsellor Facial Expression and Client -Perceived Rapport”. Counselling Psychology Quarterly. December 2006; 19(4): halaman 343–356.

Steinhauer, Hein. (1994). “The Indonesian Language Situation and Linguistics; Prospects and Possibilities”. Dalam Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde, A Backward Glimpse and a Forward Glimpse 150 (1994), no: 4, Leiden, halaman 755-784. Tersedia http://www.kitlv-journals.nl [13 April 2012].

Stokes, Anne. (2004). “Settings”, dalam Aldridge, Sally & Rigby, Sally (Eds.). Counselling Skills in Context. London: The British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP).


(39)

Sultmann, Bill & Burton, Tony. (2003). People Skills: Guiding You to Effective Interpersonal Behaviour. Bowen Hills, Australia: Australian Academic Press.

Supriadi, Dedi. (2011).”Konseling Lintas-Budaya: Isu-isu dan Revitalisasinya di Indonesia”, dalam Suherman & Budiman, Nandang. Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Tondo, Fanny Henry. (2009). “Kepunahan Bahasa-bahasa Daerah: Faktor Penyebab dan Implikasi Etnolingustis”. Dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Vol. 11 No. 2 Tahun 2009, halaman 277-297.

Vandiver, Beverly J. & Duncan, Lonnie E. (2010).”Toward Practicing Culturally Sound Counseling: A Synthesis of Current Clinical Research and Experience”, dalam Leach, Mark M. & Aten, Jamie D. (Eds.). Culture and the Therapeutic Process A Guide for Mental Health Professionals. New York, London: Routledge.

Vrugt, Anneke & Vet, Carolijn.(2009). “Effects of a Smile on Mood and Helping Behavior”. Dalam ProQuest Sociology & Psychology Journals: Social Behavior and Personality [Online], Vol. 37(9), halaman 1251-1257. Tersedia: www.proquest.com [19 Oktober 2011].

Willis, Sofyan S. (2011). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV. Alfabeta.

www.wikipedia.org. Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Hulu_Sungai_Tengah [ 9 Juni 2012].

www.wikipedia.org. Suku Banjar. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar [23 April 2012].

www.wikipedia.org.BahasaBanjar.Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Ban jar [23 April 2012].


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.T., Andi Mappiare. (2004). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.

A.T., Andi Mappiare. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Rajawali Pers.

Abas, Nadhratunnaim. (2010). Surviving the Assimilation: The Minority Banjarese in a Close-Knit Community. Pahang, Malaysia: Academy of Language Studies, Universiti Teknologi MARA. Tersedia: www.mymla.org/files/.../ICMM2010. [ 13 April 2012 ].

Anisah, Hastin Umi, et. al. (2011).”Peran Budaya Banjar dalam Meningkatkan

Kinerja dan Keunggulan Bersaing”. Dalam Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.9 No. 3 Mei 2011, halaman 931-943.

Anonim. (2011). Kamus Bahasa Banjar. Diambil pada 17 Mei 2012 dari: www.urangbanua.com.

Aswori. (2012). Pengembangan Program Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Efektifitas Konseling Individual Para Guru Bimbingan dan Konseling. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Bennet, Milton J. (2006). “Mengatasi Kaidah Emas: Simpati dan Empati,” dalam Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Budhiono, R. Hery. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Derah) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanannya”. Dalam Jurnal Adabiyyat, Vol. 8, No. 1, Juni 2009, halaman 195-211.

Carkhuff, Robert R. (2008). The Art of Helping. Ninth Edition. Amherst, MA: Possibilities Publishing, Inc.

Cavanagh, Michael E. & Levitov, Justin E. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. (2nd Edition). Long Grove, Illinois: Waveland Press.


(2)

Clark, Arthur J. (2010). "Empathy: An Integral Model in the Counseling Process". Journal of Counseling and Development. Vol.88 (Summer), halaman 348-358.

Creswell, John W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Apple Saddle River, NJ: Pearson Merril Prentice Hall.

Daud, Alfani. (2000). “Beberapa Ciri Etos Budaya Masyarakat Banjar”. Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Madya Ilmu Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin.

Day-Vines, Norma L., et. al.(2007). “Broaching the Subjects of Race, Ethnicity, and

Culture During the Counseling Process”. Journal of Counseling & Development. Vol. 85 (Fall), halaman 401-411.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Egan, Gerard. (2010). The Skilled Helper a Problem-Management and

Opportunity-Development Approach to Helping. Ninth Edition. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Fauzi, Iwan. (2008). “Pemertahanan Bahasa Banjar di Komunitas Perkampungan

Dayak”. Makalah dalam Seminar Antarabangsa Dialek-Dialek Austronesia di Nusantara III (SADDAN III).

Fiehlerl, Reinhard. (2002). “How to Do Emotions With Words: Emotionality in Conversations”, dalam Fussell, Susan R. (Eds.). The Verbal Communication of Emotions Interdisciplinary Perspectives. Mahwah, NJ: LEA.

Fish, Jefferson M. (2008). “Theoritical Issues, Priciples, and Themes Relevent to Multicultural Counseling and Therapy”, dalam Gielen, Uwe P., et. al.. (Eds.). Principles of Multicultural Counseling and Therapy. New York, London: Routledge.

Goddard, Cliff. (2002). “Explicating Emotions Across Languages and Cultures: A Semantic Approach”, dalam Fussell, Susan R. (Eds.). The Verbal Communication of Emotions Interdisciplinary Perspectives. Mahwah, NJ: LEA.


(3)

Gunarwan, Asim. (2006). “Kasus-kasus Pergeseran Bahasa Daerah: Akibat

Persaingan dengan Bahasa Indonesia?”. Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke 24 Nomor 1 Februari 2006.

Hafina, Anne. (2010). Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling Individual. Disertasi pada Doktor SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hardi. (2009). Model Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Konseling Multikultural Calon Konselor: Studi Pengembangan pada Calon Konselor di Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tingkat Tiga Angkatan 2006 Tahun Akademik 2008/2009. Tesis pada Magister SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hasan, Ahmadi. (2010). “Adat Badamai pada Masyarakat Banjar Dulu, Kini dan

Masa Mendatang”. Makalah dalam Seminar Annual Conference on Islamic

Studies (ACIS) Ke-10.

Henslin, James M. (2006). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid I. (Terjemahan Kamanto Sunarto, Wibi Hardani dan Bimo Adi Yoso). Jakarta: Erlangga.

Hidayah, Zulyani. (1997). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES. Ivey, Allen E., et. al. (2010). Intentional Interviewing and Counseling: Facilitating

Client Development in a Multicultural Society. Seventh Edition. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Jahdiah. (2011). “Relasi Kekerabatan Bahasa Banjar dan Bahasa Sunda (Genetic Relationship of Banjarese and Sundanese).” Metalingua, Vol. 9, No. 1, Juni, halaman 41-52.

Kent, Peter. (2004). “Values, Beliefs and Attitudes”. dalam Aldridge, Sally & Rigby, Sally (Eds.). Counselling Skills in Context. London: The British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP).

Kleden, Ninuk. (2000). “Semangat Kedaerahan dan Identitas Banjar”, dalam Kleden,

Ninuk, et. al. Pendefinisian Kembali Tradisi dan Identitas Etnik. Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI). Jakarta: LIPI.


(4)

Kottler, Jeffrey A. & Jones, W. Paul. (2005). Doing Better: Improving Clinical Skills and Professional Competence. New York and Hove: Brunner-Routledge.

Laungani, Pittu. (2004). Asian Perspectives in Counselling and Psychotherapy. New York: Brunner-Routledge.

Lesmana, Jeanette Murad. (2005). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UIP.

Loewenthal, Del. (2006). “Counseling as a Practice of Ethics: Some Implications For

Therapeutic Education”. Philosophical Practice. November 2006; 2(3): halaman 143-151.

Manthei, Robert. (1997). Counselling The Skills of Finding Solutions to Problems. London and New York: Routledge.

McLeod, John. (2010). Counsellor’s Workbook Developing a Personal Approach. The Second Edition. New York: Open University Press.

Mufidah, Nida. (2006). “Perilaku Berbahasa Santri Pondok Pesantren Darul Hijrah

Cindai Alus Kabupaten Banjar”. Dalam Jurnal Khazanah Vol. 5 No. 6 November-Desember 2006, halaman 636-661.

Mulyana, Dedy. (2008). Komunikasi Massa: Kontraversi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Murad, Abdul. (2005). Standar Kualitas Kompetensi Konselor Profesional: Studi Pengembangan Standar Kompetensi di Lingkungan Pakar Konseling Perguruan Tinggi Negeri dan Konselor SMA Negeri. Disertasi pada Doktor SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Neill, Sean & Caswell, Chris. (2005). Body Language for Competent Teachers. London and New York: Routledge.

Nelson-Jones, Richard. (2005). Practical Counselling and Helping Skills Text and Activities For The Life Skills Counselling Model. Fifth Edition. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications.

Norman, Stella Lybrand. (1982). “Nonverbal Communication: Implications for and Use by Counselors”. Dalam Individual Psychology [Online], Desember Vol. 38(4), halaman 353-361. Tersedia: http://search.ebschost.com. [15 Desember 2011].


(5)

Overall, Nickola C. et. al. (2006). “Regulation Processes in Intimate Relationships:

The Role of Ideal Standards.” Dalam Journal of Personality and Social Psychology. October 2006; Vol. 91 (4): halaman 662– 685.

Planlp, Sally & Knie, Karen. (2002). “ Integrating Verbal and Nonverbal Emotion(al) Messages”, dalam Fussell, Susan R. (Eds.). The Verbal Communication of Emotions Interdisciplinary Perspectives. Mahwah, NJ: LEA.

Qin, Zhang. (2005). “Immediacy, Humor, Power Distance, and Classroom

Communication Apprehension in Chinese College Classrooms”. Dalam ProQuest Education Journals: Communication Quarterly [Online], Vol.53(1), halaman 109-124. Tersedia: www.proquest.com [19 Oktober 2011].

Rakhmat, Cece. (2011). “Hakikat Konseling Berbasis Budaya”, dalam Suherman &

Budiman, Nandang. Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Ridley, Charles R. et. al.. (2011). “Beyond Microskills: Toward a Model of

Counseling Competence”. Dalam The Counseling Psychologist 39(6) 825– 864. Tersedia: http://tcp.sagepub.com [12 April 2012].

Riwut, Tjilik. (1979). Kalimantan Membangun. Jakarta: Jayakarta Agung Offset.

Robert, Tracey & Kelly, Virginia A. (2010). “Metaphor as an Instrument for Orchestrating Change in Counselor Training and Counseling Process”.

Journal of Counseling and Development. Vol.88 (Spring), halaman 182-190. Sharpley, Christopher F. et. al.. (2006). “Counsellor Facial Expression and Client

-Perceived Rapport”. Counselling Psychology Quarterly. December 2006; 19(4): halaman 343–356.

Steinhauer, Hein. (1994). “The Indonesian Language Situation and Linguistics;

Prospects and Possibilities”. Dalam Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde, A Backward Glimpse and a Forward Glimpse 150 (1994), no: 4, Leiden, halaman 755-784. Tersedia http://www.kitlv-journals.nl [13 April 2012].

Stokes, Anne. (2004). “Settings”, dalam Aldridge, Sally & Rigby, Sally (Eds.). Counselling Skills in Context. London: The British Association for Counselling and Psychotherapy (BACP).


(6)

Sultmann, Bill & Burton, Tony. (2003). People Skills: Guiding You to Effective Interpersonal Behaviour. Bowen Hills, Australia: Australian Academic Press.

Supriadi, Dedi. (2011).”Konseling Lintas-Budaya: Isu-isu dan Revitalisasinya di

Indonesia”, dalam Suherman & Budiman, Nandang. Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Tondo, Fanny Henry. (2009). “Kepunahan Bahasa-bahasa Daerah: Faktor Penyebab

dan Implikasi Etnolingustis”. Dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Vol. 11 No. 2 Tahun 2009, halaman 277-297.

Vandiver, Beverly J. & Duncan, Lonnie E. (2010).”Toward Practicing Culturally Sound Counseling: A Synthesis of Current Clinical Research and

Experience”, dalam Leach, Mark M. & Aten, Jamie D. (Eds.). Culture and the Therapeutic Process A Guide for Mental Health Professionals. New York, London: Routledge.

Vrugt, Anneke & Vet, Carolijn.(2009). “Effects of a Smile on Mood and Helping

Behavior”. Dalam ProQuest Sociology & Psychology Journals: Social Behavior and Personality [Online], Vol. 37(9), halaman 1251-1257. Tersedia: www.proquest.com [19 Oktober 2011].

Willis, Sofyan S. (2011). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV. Alfabeta.

www.wikipedia.org. Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Hulu_Sungai_Tengah [ 9 Juni 2012]. www.wikipedia.org. Suku Banjar. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar

[23 April 2012].

www.wikipedia.org.BahasaBanjar.Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Ban jar [23 April 2012].