PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING BK DALAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh : MEYFI WOWOR

NIM. 11.2.3.088

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015

PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya penyusun sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat dan dibantu oleh seluruh atau sebagian dari orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Manado, 01 Oktober2015

Penyusun,

MEYFI WOWOR NIM. 11.2.3.088

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter siswa MA. Alkhairaat Bitung”, yang disusun oleh Meyfi Wowor Nim. 11.2.3.088, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 19 Oktober 2015 M bertepatan dengan tanggal 6 Muharram 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I), dengan beberapa perbaikan.

Manado, 19 Oktober 2015 M

6 Muharram 1437 H

DEWAN MUNAQASYAH

Ketua

(.......................................) Sekretaris

: Dr. Muh. Idris, M.Ag

(.......................................) Munaqasyah I

: Ishak Wanto Talibo, M.Pd.I

(.......................................) Munaqasyah II

: Dr. Musdalifah Dachrud, M.SI

(.......................................) Pembimbing I

: Mustafa, M.Pd.I

(.......................................) Pembimbing II

: Rizal H. Arsjad, S.Ag. M.A

: Sulfa Potiua, M.Pd.I

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan

IlmuKeguruan IAIN Manado

Dr. Muh. Idris, M.Ag

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah semata. Dialah yang telah mengutus Rasulullah SAW dengan membawa Islam sebagai satu-satunya yang diridhoi-Nya, untuk Dia unggulkan diatas semua agama. Rasa syukur penulis panjatkan karena atas rahmat, hidayah dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Semoga rahmat dan salam tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai penutup segala Nabi, keluarganya, sahabatnya, orang-orang yang mendakwahkan risalahnya dan berjihad di jalan-Nya hingga hari kiamat.

Skripsi berjudul Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung di susun untuk memenuhi Program S1 pada Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa jika tidak ada partisipasi, bantuan dan dorongan dari semua pihak, tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. dan atas kesuksesan dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor IAIN Manado, bapak/ibu Wakil Rektor I, II dan III

2. Dr. Muhammad Idris M. Ag M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Manado.

3. Drs. Ishak Talibo, M. Pd.I Selaku Ketua Jurusan, dan Feiby Ismail M.Pd Selaku Sekertaris Jurusan Tarbiyah.

4. Rizal H. Arsyad, S.Ag, MA. sebagai pembimbing I dan Sulfa Poitua, M. PdI sebagai pembimbing II. Dengan kesabaran, kesungguhan serta arahannya, menjadi motivasi bagi penulis agar sungguh-sungguh dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen dan staff akademik IAIN Manado yang telah ikhlas memberikan pengetahuan kepada penulis.

6. Segenap karyawan dan karyawati IAIN Manado yang telah memberikan bantuan dan pinjaman berbagai buku yang dibutuhkan.

7. Drs. Faruk Samalam S.Ag selaku pimpinan dan guru-guru MA. Alkhairaat Bitung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian secara langsung di lokasi.

8. Kepada ayahanda Dolfi Wowor serta ibunda Nurdjana Pakaya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis hingga selesai.

9. Kepada Opa, Oma, Kakak serta Adik tercinta yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

10. Kepada teman-teman mahasiswa IAIN Manado yang telah turut memberikan motivasi sehingga tersusun karya tulis ini.

Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis tidak dapat membalas semua dukungan yang diberikan, semoga Allah SWT. yang akan memberikan balasan dan sebagai amal jariyah. Amin.

Manado, 01 Oktober 2015

Penyusun,

MEYFI WOWOR

NIM. 11.2.3.088

ABSTRAK

Nama Penyusun

: Meyfi Wowor

NIM

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi

:Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter Siswa Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung

Skripsi ini adalah sebuah karya ilmiah dengan judul “Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung ” alasan penulis mengangkat judul ini karena penulis ingin mengetahui sejauh mana peran guru bimbingan konseling (BK) dalam proses pembinaan karakter.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut maka penulis menggunakan metode penelitian lapangan yang bertitik tolak pada metode deskriptif kualitatif, di mana penulis berusaha melukiskan fenomena yang terjadi berdasarkan fakta/kenyataan yang ada berupa kata-kata dan bukan angka. Dari langkah-langkah yang penulis tempuh maka penulis telah mendapatkan jawaban dari uraian permasalahan bahwa dalam pembinaan karakter, guru BK dapat mengetahui masalah yang terdapat pada siswa dan tentunya seorang guru BK bisa menemukan solusi dalam pembinaan karakter dengan mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran siswa dan membuat hubungan saling percaya, menerima perasaan siswa sebagaimana adanya atau menerima perbedaan dengan penuh perhatian dan menaggani siswa dengan memberi rasa aman dengan penuh pengertian. Pembinaan karakter yang dilakukan guru BK dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berjalan dengan efektif.

Kenyataan di lapangan banyak dijumpai proses pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK) yaitu memberikan motivasi siswa untuk menerima aturan-aturan yang ada dan melahirkan nilai-nilai karakter itu sendiri. Baik berupa perbuatan dan perkataan. Dalam pembinaan karakter ini, guru BK mengunakan metode pendekatan keagamaan dimana yang dilarang oleh orang tua atau guru maka secara otomatis dilarang oleh Allah SWT.

Hambatan yang dihadapi guru BK dalam pembinaan karakter siswa adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa seperti membantah guru, membuat guru kesal, dan lain-lain, dalam hal ini guru BK berusaha semaksimal mungkin membangun akhlak yang kuat dengan melaksanakan seluruh ketentuan syariah islam yang ada dalam al- qur’an dan Hadits, melakukan amal-amal shaleh sehingga dapat terbentuk akhlak yang baik.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum pendidikan Indonesia tengah menghadapi masalah besar terkait dengan tantangan globalisasi yang semakin mewabah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Tantangan globalisasi bukan saja bisa menjadi penyebab runtuhnya nilai-nilai luhur bangsa, melainkan pula akan menghambat regenerasi kepemimpinan yang memiliki karakter pancasila dan moral dalam mengabdi kepada bangsa. Kepemimpinan yang berkarakter pancasialis ini diharapkan bisa menjadi landasan fundamental dalam mereduksi krisis moral akibat tantangan globalisasi yang mewarnai perjalanan masa depan

bangsa. 1 Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat

kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan kepada masa depan bangsa, baik ataupun buruk, itu ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan bangsa, masa depan bangsa yang cerah bukan lagi hanya sekedar

impian belaka, tapi sudah menjadi kepastian yang terwujud. 2

1 Mohammad Takdir Ilahi, Gagalnya Pendidikan Karakter “Analisis dan Solusi

Sistem moral islami harus didasarkan pada pandangan Islam yang memandang dosa dan perbuatan keji merupakan bentuk belenggu yang menghukum jiwa manusia. Moralitas islami bersumber dari watak manusia yang senapas dengan nilai islami yaitu dorongan batin yang menuntut pembebasan jiwa dari beban batin karena perbuatan dosa manusia tindakan keji yang bertentangan dengan perintah ilahi. Tidak heran bila secara natural, jiwa manusia mampu melaksanakan nilai-nilai wahyu yang bersifat mutlak, karena Allah menciptakannya dengan memberikan kelengkapan psikologis berupa potensi untuk mengembangkan nilai-nilai islami dalam tingkah laku kehidupan sehari- hari. 3

Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik , tapi lebih dari itu. Bangsa kita telah menghadapi krisis karakter atau jati diri yang menjadi landasan fundamental bagi pembangunan karakter bangsa. Berbagai peristiwa atau kejadian yang sering berlangsung dalam kehidupan sehari-hari yang kita saksikan melalui TV maupun media cetak, menunjukkan betapa masyarakat kita tengah mengalami degradasi jati diri dan menurunnya martabat bangsa yang berkeadaban. Disaat bersamaan pula terjadi amukan missal atau tawuran di kalangan anak mudah yang mengakibatkan keresahan, karena menganggu ketenangan dan kenyamanan hidup masyarakat. Seiring perjalanan waktu, moral bangsa terasa semakin amburadul, hura-hura, dan pergaulan bebas di kalangan remaja terjadi di mana-mana, tata karma pun hilang, nyawa seperti tidak Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik , tapi lebih dari itu. Bangsa kita telah menghadapi krisis karakter atau jati diri yang menjadi landasan fundamental bagi pembangunan karakter bangsa. Berbagai peristiwa atau kejadian yang sering berlangsung dalam kehidupan sehari-hari yang kita saksikan melalui TV maupun media cetak, menunjukkan betapa masyarakat kita tengah mengalami degradasi jati diri dan menurunnya martabat bangsa yang berkeadaban. Disaat bersamaan pula terjadi amukan missal atau tawuran di kalangan anak mudah yang mengakibatkan keresahan, karena menganggu ketenangan dan kenyamanan hidup masyarakat. Seiring perjalanan waktu, moral bangsa terasa semakin amburadul, hura-hura, dan pergaulan bebas di kalangan remaja terjadi di mana-mana, tata karma pun hilang, nyawa seperti tidak

Diharapkan dari pendidikan karakter ini, lebih-lebih internalisasi nilai-nilai Islami, siswa dapat mencontoh sikap nabinya, Muhammad SAW yang memang menjadi suri tauladan bagi kita, sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa:

59. Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. 5 Kedudukan guru bimbingan konseling memiliki peran yang sangat penting

dan turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab setiap guru khususnya guru BK merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan menanamkan norma hukum tentang baik dan buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di dunia maupun di akhirat.

Namun, tidak hanya guru yang harus terbebani dengan semua ini, segala aspek harus ikut adil dalam mewujudkan pendidikan karakter ini, terlebih orang tua, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Kahf: 46 :

Terjemahnya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi

amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. 6

Secara keberadaan anak seperti itu dapat terwujud jika dipersiapkan sejak dini oleh orangtuanya. Pendidikan dan pembentukan kepribadian (karakter) anak harus diperhatikan sebaik-baiknya. Jika tidak anak justru akan menjadi yang sebaliknya, yaitu menjadi bencana (fitnah) dalam keluarga dan akan menjadi

gangguan bagi masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan. 7 Pendidikan akhlak alkharimah termasuk pembinaan watak karakter siswa

bahkan sampai dengan proses pendidikan di perguruan tinggi, sejak lama tidak mendapat perhatian serius dalam praktek pendidikan di Indonesia, kalaupun terdapat jam mata pelajaran agama dan akhlak hanyalah sebagai pengetahuan bukan untuk diamalkan dengan baik. Pendidikan karakter mendesak untuk segera

diprioritaskan dalam perhatian kita dalam dunia pendidikan di Indonesia. 8 Peranan guru dalam pendidikan menjadikan guru sebagai pahlawan yang

berjasa terhadap pelaksanaan pendidikan. Karena hanya dengan meningkatkan mutu pendidikan di indonesia maka kemajuan dan nasib bangsa dapat ditentukan. 9

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Q.S Al-Kahf: 46) 7 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Cet. I; Jakarta:Amzah, 2015) h. 71

8 Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan 8 Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan

Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan konseling diasumsikan diperlukan oleh peserta didik, termasuk di dalamnya peserta didik yang memilikin kesulitan. Seluruh peserta didik ingin memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tangguung jawab terhadap control diri, memiliki kematangan dalam memahami lingkungan dan belajar membuat keputusan. Setiap peserta didik memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah dan memiliki kematangan dalam memahami nilai-nilai. Semua peserta didik memerlukan rasa dicintai dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya dan memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada

dirinya. 10 Penulis menyimpulkan dalam menyelesaikan permasalahan yang di hadapi

oleh siswa perlu adanya komunikasi, Pembinaan karakter siswa di sekolah sehingga berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah khususnya guru bimbingan konseling yaitu dalam rangka pembentukan karakter siswa dalam pendekatan

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung?

2. Apa saja masalah yang di hadapi dan bagaimana solusi yang di terapkan guru BK dalam menyelesaikan masalah pembinaan karakter Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung?

C. Pengertian Judul

Agar tidak salah pengertian atau penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul skripsi ini, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah yang termasuk dalam judul skripsi ini

1. Peran Guru Bimbingan dan Konseling : Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya tiap siswa lebih berkembang kea rah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. 11

Bimbingan ialah suatu Proses memberi bantuan (process of helping) terhadap individu agar bisa menerima & memahami diri & lingkungan sekitarnya, mengarahkan diri, & menyesuaikan diri secara positif & konstruktif terhadap tuntutan norma-norma kehidupan (budaya & agama) sehingga dapat mencapai kehidupan yang bermakna (bahagia, baik secara personal maupun

sosial). 12 Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang

berlaku. 13 Konseling merupakan sebuah proses dan sebuah hubungan, seperti yang

dikatakan oleh Steffire dan Matheny serta Combs : “Konseling dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan professional

antara konselor dan klien, dimana konselor membantu klien untuk memahami dirinya sendiri dan ruang hidupnya untuk membuat pilihan – pilihan yang bermakna dan cerdas sesuai dengan sifat dasarnya dalam area – area

munculnya pilihan-pilihan bagi dirinya”. 14 Konseling merupakan aktivitas guru dan konselor menginisiasi atau

meginspirasi, bahkan meminta pesrta didik menggunakan kemampuan,

12 http://panduanguru.com/pengertian-bimbingan-konseling-bk/) 29 Agustus 2014 12 http://panduanguru.com/pengertian-bimbingan-konseling-bk/) 29 Agustus 2014

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan- kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. 16

Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, sistem administrasi dan supervise pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sisten evaluasi serta bimbingan

konseling. 17 Konsep bimbingan dan konseling (BK) berangkat dari asumsi bahwa

orang dewasa, guru, lembaga, atau sekolah harus mempromosikan kehidupan individu yang efisien dan bahagia dengan cara membantu anak atau peserta didik

15 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta 2010), h. 144-145.

menyesuaikan diri pada realitas social atau bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami, menerima dan mengarahkan dirinya kearah yang lebih baik.

Dengan demikian Bimbingan Konseling adalah Pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pembinaan Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 18

3. Karakter Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain. 19

4. Siswa Siswa adalah anggota masyrakat yang berusaha mengembangkan potensi

diri melaui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 20 Sosok siswa pada umumnya merupakan sosok anak yang

18 Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 46 18 Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 46

sampai meninggal dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar. 21 Jadi judul secara keseluruhan yang dimaksud oleh penulis dalam

Penelitian ini adalah “Peran Guru BK dalam Pembinaan Karakter Siswa” penerapan Inisiatif Guru BK diharapkan dapat membangun karakter siswa karena dengan Inisiatif Guru BK perlu melakukan bimbingan pribadi sosial untuk membangun akhlak yang baik.

1. Ruang Lingkup Penelitian Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana kemampuan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa, cara pembinaan karakter siswa, hambatan yang dihadapi serta solusi yang di terapkan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khaairat Bitung.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Setelah identifikasi masalah selesai dirumuskan maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian ini dicantumkan dengan maksud agar kita mudah memahami, dan pihak lain yang membaca juga dapat memahami laporan penelitian ini.

Adapun Tujuan Penelitian: Adapun Tujuan Penelitian:

b. Untuk memgetahui apakah Peran Guru Bimbingan Konseling dapat

Membangun Karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung.

c. Untuk mengetahui bagaimana hambatan yang di hadapi dan solusi yang diterapkan guru dalam pembinaan Karakter siswa di Madrasah Aliyah Al- Khairaat Bitung.

2. Manfaat Penelitian Untuk menambah khasanah dan pengetahuan yang kongkret mengenai Peran guru BK dalam Pembinaan Karakter Siswa di MA. Alkhairaat Bitung. Sekaligus memberikan tambahan informasi kepada para guru tentang pentingnya pembinaan karakter siswa.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. 1

Sedangkan pakar Bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa:

a. Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang

berlaku. 2

b. Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan

1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3 2 Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), h. 99.

pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan pertolongan. 3

c. Menurut Rahman Natawijaya, mengertikan Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai

perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial. 4 Dengan membandingkan pengertian tentang Bimbingan yang telah dipaparkan

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa” Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus atau sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.

Sedangkan Konseling secara terminologi berarti “to give advice” yaitu member saran dan nasihat. Istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu

kegiatan yang integral. 5 Jadi konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan

3 Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 9.

4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 36

5 Hallen A, Bimbingan dan Konselin., (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 9 5 Hallen A, Bimbingan dan Konselin., (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 9

kemanfaatan social. 6 Dalam hal ini Dewa Ketut Sukardi mengutip di buku Prayitno mengemukakan

bahwa, Konseling adalah pertemuan empat mata antara Klien dan Konselor yang berisi usaha yang lurus, unik dan humanis yang dilakukan dalam hubungan dengan masalah masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Suasana keahlian didasarkan atas norma-norma yang berlaku. 7

Jadi Bimbingan dan Konseling adalah merupakan kegiatan yang integral yang tidak dapat dipisahkan. Perkataan Guidance (Bimbingan) selalu dirangkaikan dengan Konseling sebagai kata majemuk, Konseling yang merupakan salah satu teknik Bimbingan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dan Bimbingan.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan

dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dalam

6 Ibid., h.11-12 7 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 20 Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 20

Bimbingan dalam rangka dalam menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi yang sehat ialah apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu. Jika seorang peserta didik mengenal diri kurang berprestasi dibandingkan dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak menjadi putus asa, rendah diri dan lain sebagainya, melainkan justru itu hendaknya ia harus lebih bersemangat lagi untuk mengejar ketertinggalannya dan meraih prestasi pada bidang yang diminatinya. Sebaliknya bagi mereka yang tahu dirinya dalam satu hal lebih baik dari kawan-kawannya, hendaklah ia tidak sombong atau berhenti berusaha. Demikian juga bila menemukan keadaan jasmani dan rohani yang kurang menguntungkan hendaknya tidak menjadi alasan untuk bersedih hati, merasa rendah diri dan sebagainya Karena Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dan adanya kelebihan seseorang dari yang lain mempunyai maksud-maksud tertentu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an; Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian, (QS, At Tiin/95:4).

Terjemahannya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya”. 8

Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta mengenal lingkunganya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secra mantap berkelanjutan. Sebagaimana halnya dengan pengenalan diri, individu juga harus mampu menerima lingkungannya sebagaimana adanya. Hal ini tidak mengandung arti bahwa seseorang individu itu harus “nrimo” atau tunduk saja terhadap kondisi lingkungan, melainkan individu dituntut untuk mampu bersikap positif terhadap lingkungannya itu. Lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya, jangan sampai membuat individu yang mempunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Perpaduan yang tepat dan serasi antara unsur-unsur lingkungan akan dapat membawa keuntungan pribadi dan unsur-unsur lingkungan timbale balik antara individu dan lingkungannya.

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Q.S At-Tiin 95 : 4)

Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan diri ini diharapkan terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain. Dan perlu pula diingat bahwa perwujudan ini haruslah sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Apabila kemampuan mewujudkan diri ini benar-benar telah ada pada diri seseorang, maka akan mampu berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Individu yang seperti itu akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya serta mampu mengatasi masalah- masalah sendiri.

Sejalan dengan perkembangan konsepsi Bimbingan dan Konseling, maka tujuan Bimbingan dan Konselingpun mengalami perubahan, dan yang sederhana sampai yang komperhensif. Adapun tujuan Bimbingan dan Konseling itu ada dua

yaitu, tujuan umum dan khusus. 9

9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 44 9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 44

“terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang berminat, dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 10 Sesuai dengan pengertian Bimbingan Konseling, maka tujuan Bimbingan

Konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (sperti kemampuan dasar dan bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitannya Bimbingan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan, memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, penyesuaian, pilihan, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus Secara khusus layanan Bimbingan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek

10 Ibid., h. 42 10 Ibid., h. 42

Dalam tujuan khusus terdapat aspek tugas-tugas perkembangan dalam layanan Bimbingan konseling, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial Layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar:

a) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kehususan yang ada pada dirinya.

b) Dapat mengembangkan sikap posotif, seperti menggambarkan orangorang yang mereka senangi.

c) Membantu pilihan secara sehat.

d) Mampu menghargai orang lain.

e) Mamiliki rasa tanggung jawab.

f) Menggambarkan keterampilan hubungan antar pribadi.

g) Dapat menyelesaikan konflik.

h) Dapat membantu keputusan secara efektif.

2) Dalam aspek tugas perkembangan belajar. Layanan Bimbingan Konseling membantu sisiwa agar: 2) Dalam aspek tugas perkembangan belajar. Layanan Bimbingan Konseling membantu sisiwa agar:

c) Mampu belajar secara efektif.

d) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian.

3) Dalam aspek tugas perkembangan karier. Layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar:

a) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam lingkungan kerja.

b) Mampu merencanakan masa depan.

c) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.

d) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. 11

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Menurut Dewa Ketut Sukardi fungsi Bimbingan Koseling ditinjau dari segi filsafatnya, layanan Bimbingan Konseling dapat berfungsi:

a. Fungsi Pencegahan (preventif) Layanan Bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya, kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan dapat berupa program bimbingan karier, inventarisasi dan sebagainya.

11 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di 11 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

1) Pemahaman tentang diri sendiri, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.

2) Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru pembimbing.

3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan, jabatan, pekerjaan dan atau karier dan informasi budaya/ nilai-nilai), terutama oleh siswa.

c. Fungsi perbaikan Meskipun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disini fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan Konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau berbagai permasalahan yang dialami siswa.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi ini berarti layanan Bimbingan Konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi ini berarti layanan Bimbingan Konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang

4. Asas-Asas Bimbingan Konseling Dalam penyelenggaraan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas Bimbingan Konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-asas Bimbingan Konseling. Asas-asas Bimbingan Konseling ini dapat diterapkan sebagai berikut:

a. Asas Kerahasiaan Secara khusus usaha layanan Bimbingan konseling adalah melayani individu- individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mengalami masalah merupakan suatu aib yang harus ditutup-tutupi sehingga tidak seorangpun (selain diri sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu. Dalam hal ini masalah yang dihadapi seorang siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya karena asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya Bimbingan Konseling.

b. Asas kesukarelaan

Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah ditanamkan pada diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawah masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bantuan. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara.

c. Asas Keterbukaan Bimbingan Konseling yang efesien hanya berlangsung pada suasana keterbukaan. Baik yang dibimbing maupun pembimbing atau Konselor bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia menerima saran- saran dari luar” tetapi hal ini lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.

d. Asas Kekinian Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan Konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan dialami dimasa mendatang. Bila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan masa yang akan datang dan perlu dibahas dalam upaya Bimbingan Konseling yang sedang diselenggarakan, membahas hal itu hanyalah merupakan latar belakang atau latar depan dari masalah yang akan dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi.

Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan Bimbingan Konseling. Dalam pemberian layanan para petugas hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, hendaknya jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya para pembimbing.

f. Asas Kegiatan Usaha layanan Bimbingan Konseling akan memberi buah yang tidak berarti,

bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan- tujuan Bimbingan. Hasil usaha Bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.

g. Asas Kedinamisan Upaya Bimbingan Konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaharuan, yakni sesuatu yang lebih maju.

h. Asas Keterpaduan Layanan Bimbingan Konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga h. Asas Keterpaduan Layanan Bimbingan Konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga

pada Bimbingan Konseling. 13

5. Bidang-Bidang Bimbingan Konseling

a. Bimbingan Pribadi Dalam bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan

mandiri serta sehat jasmani dan rohani. 14

b. Bimbingan Sosial Dalam bidang ini, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti yang luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. 15

c. Bimbingan Belajar

13 Ibid., h. 46-51. 14 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta:

Rineka Cipta, 2001), h. 77 15 Ibid., h. 78.

Bimbingan belajar, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik, diantaranya pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, atau konsentrasi, cara belajar, perencanaan

pendidikan lanjutan dan lain-lain. 16

d. Bimbingan Karier Bimbingan karier membantu peserta didik dalam membantu masalah-masalah seperti: pemahaman terhadap dunia kerja, pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, pemahaman terhadap keadaan dirinya sendiri kemungkinan-kemungkinan

pengembangan karier yang sesuai dengan kemampuannya. 17

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Rumusan prinsip-prinsip Bimbingan Konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini catatan sejumlah prinsip Bimbingan Konseling yang diramu dari sejumlah sumber (Bernard dan Fullmer, 1969 dan 1979, Crow and Crow, 1960, Miller dan Flughling, 1978).

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan:

1) Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur,

jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.

16 A. Juntika Nurikhasan, Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 15

17 Ibid., h. 13.

2) Bimbingan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu

yang untuk dari berbagai aspek kepribadian yang komplek dan unik.

3) Bimbingan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.

4) Bimbingan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu atau yang menjadi orientasi pokok pelayanannya

b. Prinsip-Prinsip berkenaan dengan individu

1) Bimbingan Konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitanya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

2) Kesejahteraan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuannya menjadi perhatian utama pelayanan Bimbingan Konseling.

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan Program Layanan

1) Bimbingan Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program Bimbingan Konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.

2) Program Bimbingan Konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan

3) Program Bimbingan Konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

d. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah

1) Konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.

2) Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara Konselor dengan personal sekolah lainya dan siswa.

3) Konselor bertanggung jawab untuk memahami perannya sebagai Konselor

profesional dan menerjemahkan perananya itu ke dalam kegiatan nyata.

4) Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa siswi yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang putus sekolah, permasalahan emosional dan kesulitan belajar.

5) Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswi yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah.

6) Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberi perhatian dan peka terhadap kebutuhan harapan dan

kecemasan. 18

7. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah

a. Layanan Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar perannya peserta didik di dalam lingkungan yang

baru itu. 19 Tujuan layanan Bimbingan Konseling adalah untuk siswa baru dan untuk pikah-pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan

penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.

b. Layanan Informasi Layanan informasi merupakan memberi informasi yang dibutuhkan peserta didik. Tujuan layanan ini, agar peserta didik memiliki pengetahuan (informasi) yang memadahi, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh peserta didik

18 Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 218-224.

19 A. Juntika Nurihsan & Akur Sudianto, Menejemen Bimbingan Konseling dan Konseling di 19 A. Juntika Nurihsan & Akur Sudianto, Menejemen Bimbingan Konseling dan Konseling di

Ada juga metode layanan informasi di sekolah, yang dapat diberikan siswa yaitu dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat Bantu lainnya, buku panduan, kegiatan

sanggar karier, sosiodrama. 21

c. Layanan penempatan dan Penyaluran Yakni layanan Bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan atau penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program pilihan, magang, kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya. 22

d. Layanan Bimbingan Belajar Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta

berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 23 Layanan ini dilaksanakan

20 Ibid., h. 82. 21 Ibid., h. 269

22 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Op.Cit. h. 45

23 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 85 23 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 85

e. Layanan Konseling Perorangan Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang

dideritanya. 24 sehingga dapat dikatakan bahwa Konseling merupakan “jantung hati” yang berarti bahwa apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka

masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping.

f. Layanan Bimbingan Kelompok Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik

secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau Konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupanya sehari- hari. 25

g. Layanan Konseling Kelompok Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan

24 Ibid., h. 86 25 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di 24 Ibid., h. 86 25 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

8. Satuan Layanan Pendukung di Sekolah

a. Instrumentasi Bimbingan dan Konseling Yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan

dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. 27

1) Instrument Tes Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Adapun macam-macam tes antara lain; tes intelegensi, bakat, kepribadian, hasil belajar, dan tes diagnostik. Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan. 25

2) Instrument non Tes

a) Pengamatan dan wawancara, dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara.

26 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 89.

27 Ibid., h. 91 27 Ibid., h. 91

c) Angket dan daftar isian, untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri.

d) Sosiometri, yakni untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial diantara individu-individu dalam kelompok.

e) Inventori yang dibakukan, dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa. 28