PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN DESAIN GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN DESAIN GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KOGNITIF SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Disusun Oleh Fajar Ar Rahman

0608705

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Penerapan Model Pembelajaran

Demonstrasi pada Mata Pelajaran

Desain Grafis untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Kognitif Siswa

Oleh Fajar Ar Rahman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fajar Ar Rahman 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN DESAIN GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KOGNITIF SISWA Disusun Oleh:

Fajar Ar Rahman 0608705

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Wawan Setiawan, M. Kom NIP. 1966 0101 1991 0310 05

Pembimbing II

Drs. Waslaluddin, M.T NIP. 1963 02071991 0310 02

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer Fakultas Pendidikan Matematika dan Komputer

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Enjang Ali Nurdin, M. Kom NIP. 1967 1121 1991 0110 01


(4)

Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa

Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di SMK Yapari Aktripa Bandung

Oleh: Fajar Ar Rahman

0608705

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan pada proses pembelajaran desain grafis yang mengakibatkan tidak sampainya nilai rata-rata KKM (70) di SMK Yapari Aktripa Bandung. Berangkat dari hasil wawancara pada siswa yang merasa kurangnya ilmu yang dapat diserap dalam pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan pada saat menggunakan aplikasi yang sesungguhnya, berdasarkan informasi tersebut, diperlukan suatu cara untuk menanggulangi masalah yang ada. Salah satu caranya adalah menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran demonstrasi terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X di SMK Yapari Aktripa Bandung. Metode penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperiment Pretest-Postest Control Group Design. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Data hasil nilai rata-rata pretes kelas kontrol sebesar 5,64 dan kelas eksperimen sebesar 5,65 sehingga rata-rata nilai kelas kontrol dan eksperimen setara. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada kedua kelas, rata-rata nilai postes untuk kelas kontrol sebesar 6,95 dan kelas eksperimen sebesar 7,44. Setelah nilai rata-rata postes dikurangi nilai rata-rata pretes maka diperoleh selisih nilai 1,31 untuk kelas kontrol dan 1,79 untuk kelas eksperimen, dengan ini diperoleh nilai rata-rata n-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,30 (rendah) dan untuk kelas eksperimen sebesar 0,41 (sedang). Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Maka penerapan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol.


(5)

Application of Model Demonstration Lesson In Graphic Design Subject to Enhance Learning Outcomes Cognitive of Student

Research Against Class X Students Programs Multimedia SMK Yapari Aktripa Bandung

By: Fajar Ar Rahman

0608705

ABSTRACT

The research was motivated by the problems in the process of learning graphic design which resulted in the arrival of the average value of KKM (70) at SMK Yapari Aktripa Bandung. Departing from the results of interviews on students who feel a lack of knowledge that can be absorbed in learning so that students experience difficulties when using a real application, based on that information, we need a way to tackle the problem. One way is to use a learning model demonstration. This study aims to determine the application of learning models demonstrations against cognitive learning outcomes in vocational class X Yapari Aktripa Bandung. Research methodology is a Quasi-experimental pretest posttest control group design. The data collection was done by using the test. The results showed an increase in student learning outcomes using learning model demonstration. The data yield an average rating of 5.64 pretest control class and experimental class at 5.65 so that the average value of the control and experimental classes equivalent. After learning implemented in both classes, the average post-test values for the control class at 6.95 and 7.44 for the experimental class. Once the average posttest minus pretest mean the difference between the value obtained 1.31 and 1.79 for the control class for a class experiment, was obtained with the average value for the class of n-gain control of 0.30 (low) and for classroom experiments for 0.41 (moderate). Hypothesis test results showed no differences between students' learning outcomes and grade control class experiment, thus, it can be concluded that an increase in cognitive learning outcomes of students. Demonstration of the application of the learning model to improve student learning outcomes significantly compared with an increase in student learning outcomes in the control class.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 9

G. Hipotesis Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pembelajaran ... 10

B. Hasil Belajar ... 10


(7)

E. Media Pembelajaran ... 27

F. Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 28

G. Materi Adobe Photoshop ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 41

1. Metode Penelitian ... 41

2. Desain penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 45

D. Prosedur Penelitian ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 53

1. Uji Validitas ... 54

2. Uji Reliabilitas ... 55

3. Uji Daya Pembeda ... 56

4. Uji Indeks Kesukaran ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 59

1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 59

2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 61


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Validasi Instrumen RPP, Tes dan Media Pembelajaran ... 63

B. Uji Instrumen Tes... 63

C. Hasil Penelitian ... 66

1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 66

2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 69

Analisis Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 69

a. Uji Normalitas Pretes... 69

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretes ... 70

Analisis Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 71

a. Uji Normalitas Postes ... 71

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata postes ... 72

3. Uji Hipotesis N-Gain ... 73

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Ruang Lingkup pada Photoshop ... 30

2.2 Toolbox di Photoshop 7.0 ... 39

3.1 Desain Penelitian Pola Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design ... 43

3.2 Interpretasi Validitas ... 55

3.3 Interpretasi Derajat Reabilitas ... 56

3.4 Interpretasi Uji Daya Pembeda ... 57

3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 59

3.6 Kriteria Indeks Gain ... 60

4.1 Data Hasil Uji Instrumen ... 64

4.2 Analisis Soal Uji Instrumen ... 64

4.3 Data Hasil Penelitian ... 67

4.4 N-Gain ... 68

4.5 Uji Normalitas Pretes ... 69

4.6 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pretes ... 70

4.7 Uji Normalitas Postes... 71

4.8 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 72

4.9 Uji Normalitas N-Gain ... 73

4.10 Uji Homogenitas N-Gain ... 74


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Cara Memulai Photoshop ... 30

2.2 Jendela Kerja Photoshop ... 30

2.3 Ruang Lingkup pada Photoshop ... 31

2.4 Membuat Dokumen Baru ... 33

2.5 Menyimpan Dokumen... 34

2.6 Menutup File Photoshop ... 35

2.7 Membuka File Photoshop ... 36

2.8 Toolbox di Photoshop 7.0 ... 38


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan, dalam praktiknya pendidik bertindak sebagai pengajar berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang mereka pelajari. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai.

Pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan manusia dengan sesama manusia dan budayanya, dengan alam, bahkan dengan Tuhannya. Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan peserta didik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui (Syaripudin, 2006).

Saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam pendidikan. Untuk pembelajaran TIK sangatlah membutuhkan sarana prasarana yang memadai, karena dapat mempengaruhi kualitas belajar siswa, semakin lengkap sarana prasarana maka semakin baik. Khususnya jurusan multimedia yang memang difokuskan pada keterampilan dan keahlian siswa dalam menjalankan aplikasi multimedia.


(12)

Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) idealnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan memiliki perbandingan alokasi waktu praktek lebih banyak dibanding teori, untuk jurusan multimedia membutuhkan sarana dan prasarana yaitu laboratorium komputer. Sementara saat ini tidak semua SMK memiliki laboratorium komputer yang cukup karena harus bergantian dengan siswa dari jurusan lain.

Proses pembelajaran didominasi aktifitas menghafal dikarenakan penggunaan sarana prasarana yang terbatas, khususnya bagi siswa SMK jurusan multimedia yang membutuhkan lab komputer. Karena terbatasnya penggunaan lab komputer maka mengakibatkan jarak antara pembelajaran dengan jadwal praktikum cukup jauh yaitu satu bulan sekali, sehingga guru sulit untuk memberikan penjelasan terkait suatu materi yang berhubungan dengan komputasi terutama untuk mata pelajaran desain grafis dan siswa juga mengalami kesulitan karena jarak antara pemberian materi terlalu jauh dengan waktu praktikum. Di sisi lain juga penggunaan lab komputer juga tidak bisa digunakan setiap hari, terkait dengan maintenance lab komputer untuk kenyamanan belajar serta kebijakan penggunaan lab komputer dari pihak sekolah. Karena terbatasnya penggunaan lab komputer ini maka kondisi pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran teori lebih banyak daripada praktikum yang mengakibatkan nilai siswa pada mata pelajaran desain grafis kurang memuaskan, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai ulangan yang hasilnya di bawah nilai KKM (<70). Keadaan tersebut tidak memenuhi pembelajaran yang ideal. Kondisi seperti ini penulis temukan di SMK


(13)

Yapari Aktripa Bandung, penulis mengetahui hal ini setelah peneliti melakukan observasi awal disana.

Siswa merasa kesulitan saat melakukan praktikum karena adanya ketidaksesuaian pemahaman pembelajaran antara teori dan praktek, sehingga siswa mengalami kesulitan saat melakukan praktikum karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sedangkan guru merasa ilmu yang disampaikan kurang dapat diserap baik oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai praktek yang kurang memuaskan.

Agar waktu praktikum yang sedikit menjadi optimal diperlukan pemahaman sebelum melakukan praktikum, Karena sulitnya merubah komposisi waktu tersebut maka penulis berfikir untuk mengoptimalkan waktu teori tersebut agar pada saat praktikum nanti siswa tidak merasa kesulitan melakukan praktikum yang menjadikan hasil belajarnya tidak memuaskan.

Sistem pembelajaran selama ini tidak cukup efektif, maka diperlukan suatu mediasi agar pembelajaran menjadi semakin baik. Berdasarkan fakta tersebut, diperlukan suatu cara untuk menanggulangi masalah yang ada. Kondisi inilah yang membuat peneliti mengangkat penelitian ini yang bertujuan untuk mengoptimalkan alokasi waktu pembelajaran teori, hal ini untuk mengantisipasi keterbatasan sarana dan prasarana laboratorium komputer yang sangat terbatas demi terciptanya pembelajaran yang ideal.

Menurut pendapat peneliti, metode yang paling tepat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode demonstrasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang pakar pendidikan, yakni


(14)

Carl J. Wenning. “Model pembelajaran ini menciptakan suatu situasi dimana setiap siswa dimungkinkan meraih tujuan belajar karena materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dengan menggunakan alat bantu dan media presentasi. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil maksimal maka persiapan guru harus sangat matang”. Hal ini dilakukan dengan cara membuat media presentasi yang mudah untuk dimengerti oleh siswa, sehingga penggabungan antara peragaan dan media visualisasi dapat meningkatkan hasil dari proses pembelajaran.

Penulis memilih metode ini karena penulis menganggap metode ini adalah metode yang cukup baik untuk mengatasi masalah seperti ini. Dalam hal ini penulis mengambil materi desain grafis karena materi ini sebagian besar isi materinya adalah materi aplikatif yaitu materi yang sangat membutuhkan praktikum untuk pembelajarannya.

Model pembelajaran dan alat pengajaran berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi materi pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu hal penting dalam proses belajar mengajar adalah mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan pengertian Sudjana tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal setelah ia menerima pengalaman belajarnya.


(15)

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mugi Akbar (2010)

dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas X Pada Mata pelajaran KKPI di SMK” bahwa hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan presentase hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Data hasil pretes kelas eksperimen sebesar 60,78 dan kelas kontrol 60 sehingga rata-rata nilai kelas kontrol dan eksperimen tidak berbeda. Setelah dilaksanakan pembelajaran pada kedua kelas, rata-rata nilai postes untuk kelas eksperimen sebesar 87,65 dan kelas kontrol sebesar 67,96. Setelah nilai postes dikurangi nilai pretes maka diperoleh selisih nilai 26,87 untuk kelas eksperimen dan 7,96 untuk kelas kontrol, dengan ini diperoleh N-Gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,64 dan untuk kelas kontrol 0,09. Dengan demikian, disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran KKPI di sekolah menengah kejuruan.

Juga pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novi Nurrakhmat

(2010) dengan judul “Effektivitas Penerapan Metode Demonstrasi Pada Praktikum Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK” Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai rata-rata nilai sesudah diterapkan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia pada kelas eksperimen adalah 75,70 sedangkan rata-rata kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah 71,20. Perbedaan effektivitas penerapan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia dapat dilihat dari gain ternormalisasi sebesar 0,32, sedangkan pada kelas kontrol dengan metode


(16)

konvensional gain ternormalisasi sebesar 0,19, sehingga dapat disimpulkan bahwa effektivitas penerapan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK. Penerapan metode demonstrasi pada praktikum berbasis multimedia effektif meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilihat

sebanyak 75% siswa dikelas ekperimen memiliki nilai ≥ 70 ini sesuai dengan kriteria pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis mengambil judul “Penerapan

Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa” (Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di SMK Yapari Aktripa Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiment. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatan hasil belajar kognitif siswa”

C. Batasan Masalah

Agar dalam pelaksanaan penelitian tidak meluas ke masalah-masalah yang lain, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah :


(17)

1. Pembelajaran dilaksanakan tiga kali pertemuan, sesuai dengan SK KD yang digunakan.

2. Hasil belajar kognitif yang digunakan dalam penelitian ini mencakup aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3), dikarenakan standar kompetensi hanya sampai tahap pengenalan saja. 3. Materi yang dipelajari mengenai pengolahan gambar digital berbasis

bitmap menggunakan software adobe photoshop.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi lebih baik daripada siswa yang belajar dengan menggunakan metode konvensional”.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan kualitas proses belajar dan mengajar di sekolah.

1. Manfaat Bagi Siswa

a. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar komputer. b. Siswa merasa nyaman belajar komputer di sekolah. c. Siswa lebih mudah menyerap pelajaran.


(18)

2. Manfaat Bagi Guru

a. Menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang pemanfaatan model pembelajaran demonstrasi sebagai metode pengajaran yang efektif.

b. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pengajaran yang lebih bervariasi, sehingga proses pembelajaran akan lebih menarik. c. Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran

demonstrasi di sekolah.

3. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pendidikan, sehingga dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain.

5. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan penulis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan terjun langsung ke lapangan. Sehingga memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta ilmu yang mendalam terutama pada bidang yang dikaji.


(19)

F. Definisi Operasional

Model pembelajaran demonstrasi adalah proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan menggunakan alat dan bahan yang diperlukan, adapun langkah-langkahnya:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

4. Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.

5. Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisisnya. 6. Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman

peserta didik didemontrasikan. 7. Guru membuat kesimpulan.

Hasil belajar peserta didik pada hakekatnya adalah tingkah laku. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2001: 3).

Pembelajaran Desain Grafis adalah proses belajar mengajar yang berkenaan dengan software-software yang menunjang untuk membuat desain grafis.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2009:71). Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis masalah dalam penelitian ini adalah “Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran demonstrasi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional”


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji dan mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan cara menerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran desain grafis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen.

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono 2010: 13). Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau interfensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis


(21)

yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono 2010:14).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan eksperimen semu (kuasi eksperiment), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan, dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan, harus ada kompromi yang menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada (Nazir, 2005: 73).

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penerapan metode demonstrasi sebagai variabel bebas (variable x) dan hasil belajar kognitif siswa sebagai variabel terikat (variable y).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “ Pretest-Posttest Control Group Design”. Berdasarkan desain ini, maka sekelompok subyek yaitu kelas sampel diberikan perlakuan berupa penggunaan metode pembelajaran. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran demonstrasi diukur dari perbedaan antara pengukuran awal berupa tes awal (T1) dan pengukuran tes akhir (T2).


(22)

Secara bagan, desain yang digunakan pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pola Nonrandomized Control Group, Pretest Posttest Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

E T1 X T2

K T1 - T2

(Sugiyono, 2010:116) Keterangan:

E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol T1 : Tes Awal (Pretest)

T2 : Tes Akhir (Posttest)

X : Perlakuan (Treatment), yaitu penerapan metode demonstrasi *) Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan/tatap muka *) Untuk kelompok kontrol, pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan metode pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah tersebut


(23)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Nazir (2005:271) menyatakan bahwa “populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan dan sampel adalah bagian dari populasi”. Sedangkan pendapat Surachmad (1985:95) mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan jumlah orang, objek atau benda yang akan dijadikan penelitian”.

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah menengah kejuruan swasta di Bandung, yaitu SMK Yapari Aktripa yang berada di Jalan Prof. Dr. Ir. Sutami No. 81-83 Bandung. SMK ini memiliki tiga program keahlian, salah satunya adalah program keahlian multimedia. Populasi yang akan diteliti adalah siswa kelas X jurusan multimedia yang terdiri dari 1 kelas yang terdiri dari 45 siswa. Arikunto (1998:120) jika jumlah populasi obyek penelitian kurang dari 100 maka diambil semua, tetapi jika lebih dari 100, maka dapat diambil 10% sampai dengan 15% dari populasi yang ada. Dalam penelitian ini karena jumlah populasi kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 45 siswa (Total Sampling).

Selanjutnya peneliti menentukan sampel dengan teknik Systematic Sampling atau Sampel Sistematis untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2011:66), dalam hal ini peneliti menggunakan nomor urut yang telah ada yaitu nomor absen siswa, teknik pembagiannya yaitu siswa yang memiliki nomor absen ganjil menjadi kelas


(24)

kontrol sejumlah 22 siswa dan siswa yang memiliki nomor absen genap menjadi kelas eksperimen sejumlah 23 siswa.

Dengan dibentuknya kelas kontrol dan kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan berbeda, maka kedua kelas berisi subjek yang berbeda, maka sampel tersebut Independen. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov atau uji Shapiro-Wilk. Pemilihan ini didasarkan pada jumlah sampel yang akan diuji, “bila sampel yang >50 digunakan Kolmogorov-Smirnov bila sampel yang digunakan <50 digunakan Shapiro-Wilk” (Dahlan, 2010:48). Karena sampel yang digunakan lebih kecil dari 50, maka uji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena sampel kecil (<30) maka menggunakan uji Parametric dengan uji Independent Sampel T Test, namun apabila data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen maka menggunakan uji non-parametric dengan uji Mann Whitney U.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes hasil belajar. Bentuk dari tes hasil belajar ini berupa 20 soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dan materi pelajaran yang digunakan adalah desain grafis kelas X SMK jurusan multimedia yaitu adobe photoshop. Tes ini dilakukan pada saat awal dan akhir pelajaran berupa pretest dan postest.

Dasar kompetensi kejuruan multimedia yang digunakan:

Standar Kompetensi : Menggabungkan gambar 2D kedalam sajian multimedia Kompetensi Dasar : Menggunakan perangkat lunak pengolah gambar digital


(25)

Langkah langkah penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan berdasarkan spektrum kurikulum SMK jurusan multimedia.

2. Membuat kisi kisi soal berdasarkan pokok bahasan yang digunakan. 3. Menjugment soal pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang

berkompeten.

4. Menjugment media pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang berkompeten.

5. Membuat media berdasarkan pokok bahasan yang digunakan.

6. Mengujicobakan soal tes pada siswa kelas XI jurusan multimedia 2 di SMKN 2 Cimahi.

7. Hitung/analisis hasil uji coba soal tes.

8. Menggunakan soal yang valid dalam penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: a. Studi Pendahuluan/Observasi Awal

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal yang terjadi di sekolah tersebut, hal ini meliputi materi pembelajaran, data nilai siswa, metode mengajar yang digunakan, mengetahui keadaan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian, mengetahui proses


(26)

pembelajaran, mengetahui kendala apa saja yang terjadi pada proses pembelajaran serta melihat kondisi sarana dan prasarana dengan cara observasi dan wawancara.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian Kegiatan ini berbarengan dengan studi pendahuluan/observasi. c. Studi Literatur

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan dan solusi yang akan dikaji.

d. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dilakukan untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai.

e. Menentukan RPP dan skenario pembelajaran

Kegiatan ini dilakukan untuk menyesuaikan materi pembelajaran dengan metode demonstrasi.

f. Menentukan sampel penelitian

Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan sampel yang akan diuji. g. Membuat dan menyusun instrumen penelitian

Dilakukan sebagai alat bantu dalam memperoleh data-data penelitian. Insrumen penelitian berbentuk tes soal pilihan ganda.

h. Menganalisis, mengevaluasi dan menjudgement instrumen soal Kegiatan ini dilakukan oleh ahli materi yang berkompeten di bidangnya. Kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian.


(27)

i. Membuat surat izin penelitian

Kegiatan ini bertujuan supaya tertib administrasi kepada pihak sekolah.

j. Menghubungi pihak sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran desain grafis.

k. Menyiapkan alat dan bahan

Selain menyiapkan materi dan media pembelajaran juga mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu laptop dan proyektor/infocus.

l. Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian pada subjek, dilakukan analisis uji coba instrumen yang bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen ini. Analisis uji coba instrumen ini diujikan pada subjek yang identik dengan sampel penelitian. Analisis uji coba instrumen ini dilakukan pada siswa yang telah belajar materi ini sebelumnya, pada hal ini diujikan pada siswa kelas X jurusan multimedia di SMKN 2 Cimahi.

m. Hitung hasil analisis uji coba instrumen


(28)

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi: a. Kelas Eksperimen

1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif siswa mengenai materi yang akan dipelajari sebelum diberi perlakuan (treatment).

2) Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan metode demonstrasi pada kegiatan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen: a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

d) Siswa diberikan pengarahan tentang pelaksanaan model pembelajaran demonstrasi ini.

e) Guru menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran demonstrasi.

f) Setelah guru selesai memberikan materi dan memberikan contoh demonstrasi, selanjutnya guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan materi sesuai dengan materi yang telah diajarkan.


(29)

h) Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisisnya tentang demontrasi yang dilakukan oleh peserta didik tersebut.

i) Lalu guru menunjuk lagi peserta didik yang lain untuk mendemonstrasikan skenario pembelajaran yang lain, kegiatan ini berulang sampai seluruh materi terselesaikan.

j) Guru membuat kesimpulan.

3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan (treatment).

b. Kelas Kontrol

1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif siswa mengenai materi yang akan dipelajari sebelum diberi perlakuan (treatment).

2) Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan metode ceramah/konvensional pada kegiatan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan.

Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol:

a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

d) Guru menyampaikan materi menggunakan metode konvensional. e) Setelah guru selesai memberikan materi, selanjutnya guru


(30)

untuk ke depan dan menguji siswa sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

f) Guru membuat kesimpulan.

3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan (treatment).

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran demonstrasi terhadap hasil belajar kognitif siswa.

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi:

a. Mengolah dan menganalisis instrumen tes (data hasil pretest dan posttest) masing-masing kelompok antara sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa atau tidak. b. Membandingkan peningkatan hasil belajar antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

d. Memberikan saran-saran terhadap aspek penelitian.

4. Diagram Prosedur Penelitian

Agar alur penelitian terlihat jelas dan mudah dibaca, maka dibuat diagram alur penelitiannya.


(31)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

 Studi Pendahuluan/ Observasi Awal

 Menentukan sekolah

 Studi Literatur & KTSP

 Penyusunan RPP

 Menentukan sampel penelitian

 Menyusun instrumen penelitian soal dan media

Judgement instrumen soal dan media

Uji coba instrumen soal

Hitung hasil analisis instrumen soal

Instrumen akhir

Pembelajaran menggunakan metode konvensional

(Kelas Kontrol)

Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

(Kelas eksperimen)

Hasil

Analisis data

Kesimpulan Pretes


(32)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 1998:149).

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mendapat data berupa tes. Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan kognitif siswa terhadap materi yang diajarkan.

Pada penelitian ini, tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:

1. Pretest : Tes yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan. 2. Posttest : Tes yang dilakukan setelah diberikan perlakuan.

Tipe tes yang akan diberikan berupa tes objektif pilihan ganda. Tes objektif pilihan ganda digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada materi. Tes ini hanya mencakup ranah kognitif C1(Ingatan), C2(Pemahaman), dan C3(Penerapan).

Sebelum diujikan pada sampel yang sesungguhnya instrumen tes diuji dulu tingkat kevalidannya pada 1 dosen ahli dan 2 guru mata pelajaran yang berkompeten lalu diujicobakan pada siswa yang identik dengan subjek penelitian, setelah itu hitung kevalidan soal tersebut apabila valid/memenuhi syarat maka lanjut ke penelitian yang sesungguhnya.

Adapun cara/teknik pengolahan data analisis uji coba instrumen penelitian setelah diperoleh data penelitian dari hasil tes siswa yang identik dengan subjek


(33)

Langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Suatu alat evaluasi dikatakan valid atau sah jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. (Suherman, 2003:102). Oleh karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau tidak maka dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir soal.

Untuk menghitung koefisien validitas tes, dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:

(Arikunto, 2009:72) Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi (koefisien validitas)

n : Jumlah Subjek

Σx : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar). Σx2

: Jumlah kuadarat dari skor setiap butir soal. Σy : Jumlah skor total.

Σy2 : Jumlah kuadrat skor total.


(34)

Untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria sebagai berikut ini:

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Nilai Keterangan

rxy Sangat tinggi

rxy Tinggi

rxy Cukup

rxy Rendah

rxy Sangat Rendah

(Arikunto, 2009:75)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur apa yang akan diukur. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sejenis. Pengertian relatif disini adalah tidak persis sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak berarti dan dapat diabaikan. Suatu alat evaluasi dikatakan baik bila reabilitasnya tinggi.

Untuk menghitungnya menggunakan rumus yang diketemukan oleh Kuder dan Richardsons atau K-R.20 sebagai berikut :

(Arikunto, 2009:100) Keterangan :


(35)

n : Banyak butir soal (item).

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p). Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q.

S : Standar deviasi dari tes.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajar reabilitas alat evaluasi yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Derajat Reabilitas

Nilai Interpretasi

rxy Sangat tinggi

rxy Tinggi

rxy Sedang

rxy Rendah

rxy Sangat rendah

(Arikunto, 2009:93)

3, Uji Daya Pembeda

Gaston berasumsi bahwa suatu alat evaluasi yang baik mampu membedakan antara siswa kelompok atas (pandai) dan kelompok asor (berkemampuan rendah). Oleh karena itu sebaiknya setiap butir soal memiliki daya pembeda. Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa kelompok atas (pandai) dan kelompok asor (berkemampuan rendah).

Disini penulis mengelompokkan data siswa menjadi 16 siswa kelompok atas dan 16 siswa kelompok bawah sesuai dengan urutan hasil nilai.


(36)

Menghitung daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

D =

(Arikunto, 2009:213) Keterangan:

D : Daya Pembeda

Ja : Banyaknya peserta kelompok atas Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal betul Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal betul PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.4

Interpretasi Uji Daya Pembeda

Nilai Keterangan

0.70 ≤ D < 1.00 Baik Sekali 0.40 ≤ D < 0.70 Baik 0.20 ≤ D < 0.40 Cukup 0.00 ≤ D < 0.20 Jelek

Negatif Tidak Baik

(Arikunto, 2009:218)

Menurut Arikunto jika daya pembeda bernilai negatif maka soal tersebut tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya tidak digunakan.


(37)

4. Uji Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto:2009). Soal yang baik akan membuat siswa untuk berpikir dengan baik bagaimana cara memecahkan soal tersebut sehingga merangsang rasa penasaran dan kreatifitas siswa.

Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya susau soal disebut indeks kesukaran (Arikunto:2009). Besarnya indeks kesukaran adalah antara 0.00 sampai dengan 1.00. Indeks kesukaran menunjukan taraf kesukaran soal, soal dengan indeks kesukaran 0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sulit sedangkan indeks kesukaran dengan nilai 1 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah:

(Arikunto, 2009:28) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes


(38)

Adapun kriteria uji indeks kesukaran, yaitu:

Tabel 3.5

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria 0.00 < IK ≤ 0.30 Sukar 0.30 < IK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < IK ≤ 1.00 Mudah

(Arikunto, 2009:210)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dari penelitian diperoleh maka data tersebut lalu diolah. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan data statistik. Data yang diolah yaitu data hasil tes soal berupa pretes, postes dan gain yang ternormalisasi.

Pengolahan data ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah:

1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

Analisis data indeks gain digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan model pembelajaran demonstrasi. Analisis data gain dilihat dari nilai pretes dan postes siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hake (1998: 2) bahwa “dengan mendapatkan nilai rata-rata gain yang ternormalisir maka secara kasar akan dapat mengukur efektifitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual”. Berikut ini adalah rumus gain ternormalisasi (Meltzer, 2002):


(39)

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain <g> menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain Indeks Gain Interpretasi

g > 0.70 Tinggi 0.30 < g 0.70 Sedang

g 0.30 Rendah

2. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengatahui distribusi data dari hasil penelitian normal atau tidak. Suatu data yang normal merupakan salah satu syarat untuk dilakukan uji Parametric. Sedangkan jika salah satu data atau kedua data tersebut tidak berdistribusi normal maka uji yang dilakukan adalah uji Non-Parametrik. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk.

Pengujian normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19 dengan Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai output pada kolom sig. dari hasil uji di SPSS lebih besar dari taraf signifikansi (p>0,05) maka data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai output pada kolom sig. dari


(40)

hasil uji di SPSS lebih kecil dari taraf signifikansi (p≤0,05) maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Apabila hasil uji normalitas data berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas dengan uji Levene. Apabila hasil uji normalitas data tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, tetapi langsung diuji perbedaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistik Non-Parametrik dengan uji Mann-Whitney U.

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas menggunakan uji Levene. Apabila hasil uji homogenitas menunjukkan data tersebut homogen, lalu diuji perbedaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistik Parametrik dengan uji Independent Sample T-Test..

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tersebut setara atau tidak. Apabila data tersebut berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji Independent T-Test. Sedangkan jika salah satu atau kedua hasil dari uji normalitas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik Non-Parametrik dengan uji Mann-Whitney U.

3. Uji Hipotesis


(41)

analisis nilai gain yang ternormalisasi (n-gain). Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini jika data n-gain berdistribusi normal dan homogen adalah uji Independent T-Test. Sedangkan jika salah satu atau kedua hasil dari uji normalitas n-gain tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik Non-Parametrik dengan uji Mann-Whitney U.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis tentang Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa (Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di Smk Yapari Aktripa Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi Lebih Baik Daripada Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Konvensional”

Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa dikarenakan adanya proses pembelajaran, namun dengan perlakuan yang berbeda dalam pembelajarannya maka menghasilkan hasil yang berbeda pula, pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi proses pembelajarannya dapat membuat siswa lebih paham akan pembelajaran yang diajarkan dan lebih mudah menyerap pelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran dengan metode konvensional.


(43)

B, Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat diberikan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan. Antara lain:

1. Proses pembelajaran di kelas sangat perlu diperhatikan karena hal ini dapat menentukan mutu pendidikan siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan mutu pembelajaran, pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran demonstrasi karena peneliti melihat materi ini membutuhkan peragaan visual yang tinggi dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Dengan demikian kemampuan siswa meningkat dalam aspek kognitif dan kualitas belajar siswa menjadi lebih baik lagi setelah model pembelajaran demonstrasi diterapkan.

2. Dengan menerapkan metode pembelajaran tentunya guru harus mempersiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan metode yang digunakan dan materi yang akan disampaikan, pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran demonstrasi, maka alat dan bahan yang disiapkan berupa laptop, proyektor, media pembelajaran serta software yang mendukung materi tersebut. Dengan memperagakan materi dan visualisasi media, siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik ketika proses pembelajaran dilakukan sehingga siswa mengerti tentang materi yang diajarkan. Dengan cara ini proses pembelajaran di


(44)

kelas menjadi lebih aktif sehingga mendorong minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran desain grafis.

3. Perlunya pengetahuan dan kemampuan guru dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran agar penggunaan metode pembelajaran apapun yang digunakan dapat menghasilkan hasil yang semaksimal mungkin.

Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi para guru agar menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pembelajaran, dan tidak terganggu oleh kurangnya sarana prasarana yang ada di sekolah masing-masing supaya terciptanya pembelajaran yang baik dan ideal demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. H. Prayogo. (2001). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode

Pembelajaran Demonstrasi Untuk Siswa Kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 1 Gending Probolinggo Tahun Pelajaran 2000/2001 Pokok Bahasan Elastisitas. Malang: Universitas Negeri Malang

Hake-Richard, R. (1998). “Interactive-Engagement Methods In Intruductory Mechanics Courses”. Journal of Physics Education Research. 66, 1-2.

J.J. Hasibuan dan Mujiono. (1993). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Sopiyudin Dahlan .(2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia, Alfabeta.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahardjo, R. (1991). Media Pembelajaran. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Rusman (2010), Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sadiman, Rahardjo, Haryono, Rahardjito (1991). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : CV. Rajawali.


(46)

Sudjana, N. (2001). Teknologi Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Common Teks Books). Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung Tarsito.

Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP

Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum & Pembelajaran. Kurikulum Pembelajaran UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia: Departemen Pendidikan Nasional.

Wenning, Carl j. (2010). Levels of inquiry: Using Inquiry spectrum learning sequences to teach science. Departement of Physics, Illinois State University, Normal. Illinois, USA. (05/04/2011).

Yus Agusyana dan Islandscript, (2011), Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

Zuhairini, dkk. (1983). Diklat/Bimtek KTSP 2009 DEPDIKNAS – DIT. Pembinaan SMA.


(1)

analisis nilai gain yang ternormalisasi (n-gain). Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini jika data n-gain berdistribusi normal dan homogen adalah uji Independent T-Test. Sedangkan jika salah satu atau kedua hasil dari uji normalitas n-gain tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji statistik Non-Parametrik dengan uji Mann-Whitney U.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis tentang Penerapan Model Pembelajaran Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Desain Grafis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa (Penelitian Terhadap Siswa Kelas X Jurusan Multimedia di Smk Yapari Aktripa Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi Lebih Baik Daripada Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Metode Konvensional”

Meningkatnya hasil belajar kognitif siswa dikarenakan adanya proses pembelajaran, namun dengan perlakuan yang berbeda dalam pembelajarannya maka menghasilkan hasil yang berbeda pula, pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi proses pembelajarannya dapat membuat siswa lebih paham akan pembelajaran yang diajarkan dan lebih mudah menyerap pelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran dengan metode konvensional.


(3)

B, Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat diberikan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan. Antara lain:

1. Proses pembelajaran di kelas sangat perlu diperhatikan karena hal ini dapat menentukan mutu pendidikan siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan mutu pembelajaran, pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran demonstrasi karena peneliti melihat materi ini membutuhkan peragaan visual yang tinggi dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Dengan demikian kemampuan siswa meningkat dalam aspek kognitif dan kualitas belajar siswa menjadi lebih baik lagi setelah model pembelajaran demonstrasi diterapkan.

2. Dengan menerapkan metode pembelajaran tentunya guru harus mempersiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan metode yang digunakan dan materi yang akan disampaikan, pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran demonstrasi, maka alat dan bahan yang disiapkan berupa laptop, proyektor, media pembelajaran serta software yang mendukung materi tersebut. Dengan memperagakan


(4)

kelas menjadi lebih aktif sehingga mendorong minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran desain grafis.

3. Perlunya pengetahuan dan kemampuan guru dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran serta penggunaan media pembelajaran agar penggunaan metode pembelajaran apapun yang digunakan dapat menghasilkan hasil yang semaksimal mungkin.

Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi para guru agar menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pembelajaran, dan tidak terganggu oleh kurangnya sarana prasarana yang ada di sekolah masing-masing supaya terciptanya pembelajaran yang baik dan ideal demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. H. Prayogo. (2001). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode

Pembelajaran Demonstrasi Untuk Siswa Kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 1 Gending Probolinggo Tahun Pelajaran 2000/2001 Pokok Bahasan Elastisitas. Malang: Universitas Negeri Malang

Hake-Richard, R. (1998). “Interactive-Engagement Methods In Intruductory

Mechanics Courses”. Journal of Physics Education Research. 66, 1-2.

J.J. Hasibuan dan Mujiono. (1993). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Sopiyudin Dahlan .(2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia, Alfabeta.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahardjo, R. (1991). Media Pembelajaran. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.


(6)

Sudjana, N. (2001). Teknologi Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Common Teks Books). Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surakhmad, W. (2001). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung Tarsito.

Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP

Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum & Pembelajaran. Kurikulum Pembelajaran UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia: Departemen Pendidikan Nasional.

Wenning, Carl j. (2010). Levels of inquiry: Using Inquiry spectrum learning sequences to teach science. Departement of Physics, Illinois State University, Normal. Illinois, USA. (05/04/2011).

Yus Agusyana dan Islandscript, (2011), Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

Zuhairini, dkk. (1983). Diklat/Bimtek KTSP 2009 DEPDIKNAS – DIT. Pembinaan SMA.