PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

UNTUK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA

MATA PELAJARAN PRODUKTIF

(Studi Quasi Eksperimen untuk Mata Pelajaran Kelistrikan Otomotif Pada Siswa Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 8 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh:

SYAEFUL MUNAWAR

E.0551. 1002878

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Penerapan Model Pembelajaran Learning

Cycle 5E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa SMK Pada Mata Pelajaran Produktif

Oleh Syaeful Munawar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Syaeful Munawar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Syaeful Munawar 1002878

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Drs. Nana Sumarna, MT NIP. 19520107 198203 1 001

Pembimbing II

Drs. Tatang Permana, M.Pd NIP. 19651110 199203 1 007

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

ABSTRAK

Syaeful Munawar (2013). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Pada Mata Pelajaran Produltif;

Bandung: Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan data hasil studi pendahuluan di SMK Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 pada kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) yang mempunyai masalah pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian, dimana hasil belajar siswa pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian sangat kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E di kelas tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen (one group time series). Penelitian kuasi eksperimen ini diberikan kepada siswa kelas XI TKR-6 SMK Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada semester 1. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari data nilai hasil belajar pada seri pertama (nilai rata-rata kelas 7,88 dengan besar gain dinormalisasi 0,62 dan ketuntasan belajar 85,29 %), seri kedua (nilai rata-rata kelas 8,65 dengan besar gain dinormalisasi 0,68 dan ketuntasan belajar 100 %), dan seri ketiga (nilai rata-rata kelas 9,15 dengan besar gain dinormalisasi 0,86 dan ketuntasan belajar 100 %). Tiga seri yang telah dilakukan menunjukan bahwa masalah pada kelas XI TKR-6 SMK Negeri 8 Bandung, dapat terselesaikan dan pembelajaran menjadi tuntas. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR-6 SMK Negeri 8 Bandung.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Learning Cycle 5E, Hasil Belajar, Memperbaiki


(5)

ABSTRACT

This study was conducted based on the results of preliminary studies at SMK Negeri 8 Bandung Academic Year 2011/2012 in class XI Light Vehicle Engineering program expertise (TKR) -6 that has problems with competence repair ignition system, where student learning outcomes to improve the competency of the ignition system is very less. The purpose of this research is to improve student learning outcomes in competency repair ignition system by applying the model of learning in the classroom 5E learning cycle tersebut.Metode used is kuasieksperimen method (one-group time series). Quasi-experimental study was given to the students of class XI TKR-6 SMK Negeri Bandung 8 Academic Year 2012/2013 semester 1.Pengumpulan data using the test. The results of this study can be seen from the data values in the first series of learning outcomes (average grade 7.88 to 0.62 and the normalized gain of the completeness study 85.29%), the second series (average grade 8.65 with large normalized gain mastery learning 0.68 and 100%), and the third series (average grade of 9.15 to 0.86 of the normalized gain mastery learning and 100%). Three series that has been done shows that the problem of class XI TKR-6 SMK Negeri 8 Bandung can be resolved and tuntas.Maka learning can be concluded that the implementation of the 5E Learning Cycle learning model to improve learning outcomes of students of class XI TKR-6 SMK Negeri 8 Bandung.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

UCAPAN TERIMA KASIH……….. ii

ABSTRAK………... iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……….. vi

DAFTAR GAMBAR………. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……… 5

C. Batasan Masalah………...…… 6

D. Tujuan Penelitian……….. 6

E. Manfaat Penelitian……… 7

F. Struktur Organisasi Penelitian..……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar……… 9

1. Definisi Belajar……….. 9

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar……….. 10

3. Pembelajaran………. 13

4. Model Pembelajaran……….. 14

B. Hasil Belajar..………. 17

1. Definisi Hasil Belajar………. 17

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 18

3. Evaluasi Hasil Belajar……… 20

C. Model Pembelajaran Learning Cycle………. 22

1. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle……… 22

2. Perkembangan Model Pembelajaran Learning Cycle……… 22

D. Kaitan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Mata Pelajaran Produktif……….. 27

E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)……….. 28


(7)

G. Kerangka Pemikiran………. 29

H. Anggapan Dasar……….. 31

I. Hipotesis Penelitian………. 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian……… 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian………...……….. 34

C. Difinisi Operasional………... 34

D. Variabel & Paradigma Penelitian……….……….. 35

E. Prosedur Penelitian………. 36

F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen……….. 39

G. Teknik Pengumpulan Data………. 43

H. Teknik Pengolahan Data……… 43

I. Teknik Analisis Data………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Uji Coba Instrumen……….. 46

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan……… 47

C. Pengujian Hipotesis……….. 52

D. Temuan dan Pembahasan Penelitian……… 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 55

B. Saran……… 56

DAFTAR PUSTAKA………..……….. 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ujian Tengah Semester Genap Kelas XI TKR 1

Tahun Ajaran 2011/2012……… 3 1.2 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil kompetensi

Memperbaiki Sistem Pengapian Kelas XI TKR

2 Tahun Ajaran 2011/2012………. 4 2.1 Aktifitas Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran

Learning Cycle 5E……… 25 3.1 Desain penelitian one group time series design……….. 33 3.2 Klasifikasi Validitas butir Soal……… 40 3.3 Kriteria Realibilitas Instrumen Tes……….. 41 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes………… 42 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes……….. 43 3.7 Interpretasi Nilai Gain Dinormalisasi……… 44 4.1 Data Hasil Post Test Seri I……….. 47 4.2 Rekapitulasi skor Siswa Pada tes Hasil Belajar Seri I… 48 4.3 Kriteria Ketuntasan Minimal Seri I………. 48 4.4 Data Hasil Post Test Seri II………. 49 4.5 Rekapitulasi skor Siswa Pada tes Hasil Belajar Seri II.. 49 4.6 Kriteria Ketuntasan Minimal Seri II..………. 49 4.7 Data Hasil Post Test Seri III……….. 50 4.8 Rekapitulasi skor Siswa Pada tes Hasil Belajar Seri III. 51 4.9 Kriteria Ketuntasan Minimal Seri III………. 51


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Learning Cycle 5E……….. 24

3.1 Hubungan Antara Dua Variabel………. 35

3.2 Paradigma Penelitian……….. 36

3.3 Alur Tahapan Penelitian………. 38

4.1 Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Seri I… 48 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Seri II.. 50

4.3 Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Seri III. 51 4.4 Diagram Perbandingan N-Gain Tiap Seri………. 53


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pentingnya pendidikan, baik bersifat formal maupun non formal disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Mencetak sumber daya manusia berkualitas dan berwawasan internasional haruslah menjadi tujuan utama pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II pasal (3) menyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan nasional yang diatur sebagai salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat, terdiri dari berbagai jenjang jenis pendidikan. Pada jenjang tingkat menengah atas terdapat dua jenis sekolah, yaitu: sekolah umum dan sekolah kejuruan. Masing-masing sekolah tersebut memiliki karakteristik komponen yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik pokok dilihat jelas pada aspek kurikulum maupun tujuan yang dihasilkan. Secara langsung adanya perbedaan-perbedaan tersebut akan berpengaruh pula terhadap komponen-komponen penting yang terlibat dalam proses pendidikan disekolah.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai juru teknik. Menyiapkan lulusan SMK yang berkualitas sesuai dengan tujuan di atas harus didukung sumber daya yang baik, diantaranya: kurikulum, alat serta sarana dan prasarasa sekolah yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar (PBM).


(11)

2

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pada konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar mengajar siswa karena terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Pada saat PBM berlangsung di dalam kelas, guru seharusnya menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) agar siswa dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru. Namun kenyataanya cenderung masih mendominasi, yaitu aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif, dan pembelajaran menjadi membosankan karena terasa monoton. Hal tersebut menyebabkan motivasi belajar, inisiatif untuk bertanya, dan mengungkapkan pendapat jarang dilakukan oleh siswa. Persoalan ini sungguh tidak membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk merubah orang dari tidak

bisa menjadi bisa, dari yang kurang baik menjadi baik. “Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melaui berbagai

pengalaman” (Susilana, 2006:92). Sedangkan menurut Sudjana (Susilana, 2006:92). „Belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu‟. Hal ini

berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme, dimana dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk berperan aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri (student center), sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada SMK Negeri 8 Bandung pada saat peneliti bertindak sebagai praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) terutama mata pelajaran produktif ditemukan bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran produktif pada siswa kelas XI TKR pelaksanaan pembelajaran belum difokuskan


(12)

3

pada siswa, sehingga proses komunikasi hanya satu arah, dan proses pembelajaran dilakukan berupa ceramah. Walaupun guru berupaya membuat siswa aktif, namun dari 32 orang siswa yang hadir, hanya tujuh orang siswa yang mendominasi pembelajaran, berarti hanya sekitar 22% siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Rendahnya keaktifan siswa ini sejalan dengan data nilai ujian rata-rata mata pelajaran produktif pada saat Ujian Tengah Semester (UTS), yaitu sebesar 64 dari sekala 100, dan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 70. Sebagaimana yang tertuang pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Nilai Ujian Tengah Semester Genap Kelas XI TKR 1 Tahun Ajaran 2011/2012

No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase% Ketuntasan Belajar

Rata-rata

1 90-100 Amat Baik 0 0 %

56 % 64 2 80-89 Baik 5 16 %

3 70-79 Cukup 13 40 % 4 <70 Gagal 14 44 %

Jumlah 32 100 %

(Sumber: Guru Mata Pelajaran Produktif)

Tabel 1.1 tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas XI TKR semester 2 SMK Negeri 8 Bandung masih rendah. Siswa dinyatakan berhasil jika dalam proses belajar dan pembelajaran ditentukan oleh ketuntasan (mastery ≥ 70) menguasai kompetensi yang dipelajarinya, sesuai dengan standar atau kriteria kompetensi yang telah memenuhi semua persyaratan minimal untuk dinyatakan kompeten dikonversi dengan lambang angka 70 (dalam sekala 0 sampai dengan 100) sebagai batas lulus.

Mata pelajaran produktif pada kelas XI TKR terbagi menjadi beberapa mata pelajaran pokok yang harus ditempuh oleh siswa terdiri dari; kelistrikan, chasis,

power train, dan perbaikan motor otomotif. Pada mata pelajaran kelistrikan dengan

standar kompetensi memperbaiki sistem pengapian didapat hasil ujian akhir semester yang kurang baik, hal ini dapat dilihat oleh Tabel 1.2 berikut:


(13)

4

Tabel 1.2

Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian Kelas XI TKR 2 Tahun 2012/2013

No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase% Ketuntasan Belajar

Rata-rata

1 90-100 Amat Baik 0 0 %

31% 44 2 80-89 Baik 1 3 %

3 71-79 Cukup 8 28 % 4 <70 Gagal 20 69 %

Jumlah 29 100 %

(Sumber: Guru Mata Pelajaran Produktif)

Tabel 1.2 tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas XI TKR 2 pada standar kompetensi memperbaiki sistem pengapian semester 1 SMK Negeri 8 Bandung masih rendah, dengan nilai rata-rata 44 dan ketuntasan belajarnya 31%.

Hasil studi pendahuluan di atas, mengungkapkan fakta bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran produktif masih rendah. Permasalahan ini dapat di atasi dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soni Irawan terhadap siswa SMK pada mata pelajaran produktif teknik sepeda motor, didapatkan hasil sebagai berikut: Setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E, hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata meningkat 0,24 poin menjadi 7,02 dan persentase ketuntasan belajar meningkat 21,62%. Pada siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 8,32 dan ketuntasan belajar 89,19%, pada siklus III nilai rata-rata menjadi 8,49 dan persentase ketuntasan belajar 89,18%. (Irawan S, 2010:63). Selain itu adapun penelitian yang dilakukan oleh Irham Fadhila terhadap siswa SMK pada mata pelajaran pengenalan sistem refrigrasi dan tata udara, didapatkan hasil sebagai berikut: setelah diterapkan model pembelajaran

Learning Cycle, hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata pre tes 40,06

meningkat menjadi 76,90. Pada siklus II nilai rata-rata 32,77 meningkat menjadi 76,03. Siklus III nilai rata-rata 32,9 meningkat menjadi 80,36. (Fadhila I, 2011:76).


(14)

5

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMK pada mata pelajaran Produktif”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalahnya yaitu: a. Proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini, masih berorientasi pada

guru(teacher centered) dari pada berpusat pada siswa(student centered), sehingga siswa tidak terbiasa untuk berinteraksi sosial dengan guru atau teman sekelasnya.

b. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada pelajaran Produktif kurang bervariasi.

c. Siswa kurang aktif dan terkesan pasif dalam belajarnya yang mengakibatkan siswa merasa jenuh saat proses pembelajaran.

d. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah cara penerapan model agar hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E Meningkat?

b. Bagaimanakah cara penerapan model agar peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih tinggi?

c. Bagaimanakah cara penerapan model agar hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).


(15)

6

d. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 5E bila disbandingkan dengan sebelum menggunakan model Learning Cycle 5E.

C. Batasan Masalah

Supaya pembahasan permasalahan dalam penelitian ini cakupannya tidak terlalu luas, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Tahapan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang diterapkan pada penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bybee (2006), meliputi fase Engage, Explore, Explain, Elaborate, dan Evaluate.

2. Hasil belajar yang akan diteliti dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut C3, dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4.

3. Pengumpulan data untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dilakukan dengan tes tertulis, yaitu Pre test dan Post test, skor gain dinormalisasi dari setiap siklus.

4. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian semu (Quasi Eksperiment).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini, adalah:

1. Mengetahui cara penerapan model untuk mendapatkan hasil belajar siswa sesuai Standar Kompetensi Memperbaiki Sistam pengapian setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

2. Mengetahui cara penerapan model untuk mendapatkan peningkatan hasil belajar siswa pada Standar Kompetensi Memperbaiki Sistam pengapian setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.


(16)

7

3. Mengetahui cara penerapan model untuk mendapatkan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa, pada Standar Kompetensi Memperbaiki Sistam pengapian setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

4. Mengetahui cara penerapan model untuk mendapatkan perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan setelah setelah menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 5E.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:

1. Bagi Siswa, diharapkan akan membantu dalam hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara meningkatkan hasil belajar siswa serta model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di sekolah.

3. Bagi Peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan pada peneliti lain dalam hasil belajar siswa yang dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran

Learning Cycle 5E.

F. Struktur Organisasi Penulisan

Struktur organisasi dibuat untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan hasil penelitian, struktur organisasi yang akan diuraikan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, variable penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, difinisi oprasional dan struktur organisasi.

Bab II Kajian Pustaka menjelaskan teori-teori yang mendukung pada proses pembelajaran konsep Learning cycle, Learning Cycle 5E, dan hasil belajar.


(17)

8

Bab III Metode Penelitian menjelaskan tentang desain penelitian, populasi dan sampel yang akan diteliti, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis ujicoba instrumen, dan teknik pengolahan data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan menjelaskan tentang hasil penelitian yang didapat dan pembahasan dari hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran-saran yang disampaikan oleh peneliti.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Metode ini digunakan karena penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka metode ini digunakan tanpa menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding. Adapun tujuan metode eksperimen semu menurut Panggabean (1996:27) adalah untuk memperoleh informasi dengan tidak mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

Desain penelitian yang digunakan adalah one group time series design. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Time series design

Pre Test Treatment Post Test

T1 X T1

T2 X T2

T3 X T3

Keterangan :

T1 = Tes awal (pretest) dan Tes Akhir (post test) seri 1

T2 = Tes awal (pretest) dan Tes Akhir (post test) seri 2

T3 = Tes awal (pretest) dan Tes Akhir (post test) seri 3

X = Perlakuan (treatment) denganmenerapkan model siklus belajar 5E

Pada penelitian ini, sampel penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E sebanyak tiga kali (tiga seri pembelajaran). Pada setiap seri pembelajaran, sampel penelitian akan di beri tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal siswa,


(19)

34

kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan treatment yaitu berupa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan terakhir diberi tes akhir (posttes) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal (pretes).

Instrumen yang digunakan sebagai pretes dan post-tes dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar yang telah diuji cobakan terlebih dahulu. Cara mengetahui peningkatan hasil belajar setelah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E, hasil pretes dan postes kelompok eksperimen pada tiap seri diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.” Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi disebut sampel.

Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 8 di Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang tersebar dalam tujuh kelas.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian ini adalah purposive sample, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:124). Sesuai dengan rekomendasi koordinator guru produktif dan guru bidang studi Teknik Kendaraan Ringan, di sekolah yang bersangkutan, serta kelas yang belum menerima materi Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian, maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas XI TKR 6 di SMK Negeri 8 di Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang.

C. Difinisi Oprasional

1. Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang berlandaskan teori kontruktivisme, dimana siswa berperan aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri (student center). Model pembelajaran


(20)

35

Learning Cycle 5E terdiri dari 5 fase, yaitu: Engage, Explore, Explain, Elaborate dan Evaluate.

2. Hasil belajar merupakan penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran, hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah kognitif, afektif dan psikomotor, namun pada penelitian ini, aspek yang akan di bahas yaitu pada ranah kognitif saja. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes hasil belajar berupa tes tertulis.

D. Variabel dan Paradigma Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu independen (bebas) dan dependen (terikat). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel terikat). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono. 2004:3). Variabel pada penelitian ini adalah:

a. Variabel independent (bebas): model pembelajaran learning cycle 5E pada Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.

b. Variabel dependent (terikat): hasil belajar siswa pada Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.

Hubungan antara dua variabel yang dimaksud yang diperhatikan oleh Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1: Hubungan Antara Dua Variabel

Gambar 3.1 di atas merupakan hubungan antara dua variabel, yaitu penerapan model pembelajaran learning cycle 5E (X) dan hasil belajar siswa (Y). Hubungan ini menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru

(Y)

Hasil Belajar Siswa (X)

Model Pembelajaran LC 5E


(21)

36

berkaitan erat dengan hasil belajar siswa dalam Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.

2. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dibuat untuk memudahkan dalam mencapai tujuan penelitian yang telah diterapkan. Paradigma penelitian menurut Sugiyono (2009:66) adalah sebagai berikut:

Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

Sejalan dengan pendapat di atas, maka penulis menggambarkan paradigma penelitian seperti pada Gambar 3.2.

Paradigma penelitian ditunjukan oleh Gambar 3.2 di bawah ini:

Keterangan: : Wilayah Penelitian

Gambar 3.2: Paradigma Penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut akan dijelaskan perincian langkah pada setiap tahap:

Siswa SMK Teknik Kendaraan Ringan (TKR) Model Pembelajaran Learning Cycle 5E: - Engage - Explain - Explore - Elaborate - Evaluate Hasil Belajar Siswa: Nilai-nilai pada Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian Temuan Kesimpulan dan Saran


(22)

37

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Kajian pustaka, yaitu mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan hasil belajar dan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

b. Telaah kurikulum TKR SMK dan penentuan materi pembelajaran yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.

c. Membuat instrument penelitian.

d. Melakukan uji coba dan analisis instrument penelitian. e. Membuat surat pengantar dari jurusan.

f. Menghubungi pihak sekolah yang hendak dijadikan tempat penelitian untuk meminta izin dan menentukan tanggal pelaksanaan penelitian.

g. Menghubungi guru produktif yang bersangkutan untuk menentukan sampel dan tanggal pelaksanaan penelitian.

h. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran sebanyak tiga seri pembelajaran, setiap seri pembelajaran meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretes) untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran

Learning Cycle 5E dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.

c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang dilakukan oleh observer.

d. Memberikan tes akhir (postes) untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.


(23)

38

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretes dan postes serta instrumen lainnya.

b. Membahas hasil penelitian.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

Alur Tahapan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut:


(24)

39

F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen

Sugiyono (2009:148) mengatakan bahwa: “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu di uji coba, agar data yang diperoleh merupakan data yang benar. Hasil uji coba instrumen kemudian di analisis kelayakannya dari segi validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Berikut merupakan uraian teknik analisis hasil uji coba instrumen:

1. Validitas Butir Soal

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketetapan suatu tes. Tes yang valid (absah =sah) adalah tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Cara mengetahui validitas butir soal digunakan rumus korelasi Pearson’s

Product moment sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rXY            ...(3.1) (Arikunto, S, 2008 : 72)

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi skor butir soal dengan skor total.

X = skor siswa pada butir yang diuji validitasnya

Y = skor total yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa.

Menurut Arikunto. S (2008:75), interpretasi mengenai besarnyan koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:


(25)

40

Tabel 3.2

Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rXY Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah 0,000 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto. S, 2008 :75)

2. Reliabilitas Butir Tes

Reabilitas tes menurut Arikunto. S (2008 : 86) “Realibilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi sangat kecil dan dapat diartikan tidak berarti”.

Pada penelitian ini, dalam teknik perhitungan realibilitas butir soal digunakan metode belah dua (split-half method) atau sering juga disebut

single-test-single-trial method. Saat menggunakan metode ini pengetes hanya

menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali.

Ketika penyekoran perangkat test dibelah dua yang bernomor ganjil dan yang bernomor genap, kemudian dihitung kolerasinya dengan persamaan sebagai berikut:

(Arikunto. S, 2008: 93)

Keterangan:

r 11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 = Korelasi antara skor-skor tiap belahan tes.

Menurut Arikunto. S (2008:75) interpretasi nilai koefisien korelasi ditunjukkan oleh Tabel 3.3 di bawah ini:


(26)

41

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes

Nilai rXY Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah 0,000 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto. S, 2008 :75)

3. Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arikunto. S (2008:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Menghitung tingkat kesukaran soal digunakan persamaan sebagai berikut:

% 100 x I I S S TK B A B A    ...(3.3)

(Karnoto, 1996 :16)

Keterangan:

TK = indeks tingkat kesukaran tes dalam bentuk uraian SA = jumlah skor kelompok atas

SB = jumlah skor kelompok bawah

IA = Jumlah skor ideal kelompok atas

IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Menurut Karnoto (1996:16) Interpretasi tingkat kesukaran ditunjukkan pada Tabel 3.4 di bawah ini:


(27)

42

Tabel 3.4

Interpretasi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

Nilai TK (%) Interpretasi

0 – 15 Sangat sukar 16 – 30 Sukar 31 – 70 Sedang 71 – 85 Mudah 86 – 100 Sangat mudah

(Karnoto, 1996 : 16)

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal menurut Arikunto. S (2008 :211) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan persamaan:

% 100

x I

S S DP

A B A

 …….(3.4)

(Karnoto, 1996 : 15) Keterangan:

DP = indeks daya pembeda butir soal tertentu

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok (atas atau bawah) pada butir

soal yang sedang diolah

Menurut Karnoto (1996: 15) interpretasi daya pembeda ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini:


(28)

43

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes

Nilai DP (%) Interpretasi

Negatif – 10 Sangat buruk 10 – 19 Buruk 20 – 29 Cukup 30 – 49 Baik 50 keatas Sangat baik

(Karnoto, 1996 :15)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen tes yang digunakan berbentuk tes Pilihan Ganda dalam bentuk pre-test dan

pos-test (soal pre-pos-test sama dengan soal post-pos-test). Langkah-langkah yang ditempuh

dalam pembuatan soal adalah:

1) Membuat kisi-kisi soal.

2) Membuat soal tes hasil belajar siswa berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. 3) Malakukan uji coba soal di sekolah.

4) Melakukan analisis soal yang meliputi uji validitas, uji realibilitas, menghitung tingkat kesukaran dan menghitung daya pembeda soal.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil tes (Pre-test dan

Post-test). Adapun teknik pengolahan data-data tersebut langkah-langkah yang

dilakukan adalah: a. Pemberian Skor

Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada rubrik penilaian yang telah dibuat. Kemudian menentukan skor maksimal ideal (SMI).

b. Gain Dinormalisasi

Perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut:


(29)

44

(% % )

%

% (100 % )

f i

maks i

S S

G g

G S

    

 

   

     ...(3.8)

(Hake, 1998: 65)

Keterangan :

g = rata-rata gain yang dinormalisasi

G = rata-rata gain aktual

Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi Sf  = rata-rata skor tes akhir

Si = rata-rata skor tes awal

Menurut Hake (1998:65) Nilai g yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Gain dinormalisasi

Nilai gInterpretasi

0,7 ≤ (g) Tinggif

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998 :65) c. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar menyatakan tuntasnya pembelajaran siswa pada setiap akhir materi tertentu atau pada akhir semester. Ketuntasan belajar tiap sekolah berbeda, untuk SMKN 8 Bandung Ketuntasan belajanya 75% dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk kompetensi memperbaiki sistem pengapian adalah 7 dalam sekala 10. Artinya minimal siswa mendapatkan nilai 7 dan minimal 75% siswa mendapatkan nilai 7 atau lebih. Ketuntasan belajar ini dihitung sebagai berikut:


(30)

45

H. Teknik Analisis Data Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menerima atau menolak besaran statistik yang diuji, dengan membandingkannya terhadap besaran perameter yang telah terstandar pada Tabel-Tabel statistik. Pada penelitian ini digunakan uji t untuk dua

mean berpasangan (dependent), karena data diperoleh dari sampel yang sama.

Pada pengujian hipotesis untuk dua mean yang berpasangan tidak diperlukan pengujian normalitas dan homogenitas data terlebih dahulu karena sampel yang digunakan sama, maka data dianggap terdistribusi normal dan homogen. Seperti yang dikatakan oleh Minium,E.W. (1993:308)

Adapun persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah:

……..(3.10) (Minium,E.W. 1993:308) Keterangan:

= Rata-rata dari selisih nilai pre-test dan post-test

S = Simpangan baku dari selisih nilai pre-test dan post test n = Jumlah sampel

Pada pengujian hipotesis ini tingkat kepercayaan yang digunakan adalah α = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > tTabel.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di SMKN 8 Bandung kelas XI TKR 6 mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka hasil belajar siswa pada setiap seri dilihat dari nilai rata-rata post test yang dilakukan setelah proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk seri I (7,88), seri II (8,65) dan seri III (9,15).

2. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan proses belajar mengejar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian yang dilihat berdasarkan hasil pre-test dan post- test. Besar “gain dinormalisasi”

(<G>) pada seri I (0,62), seri II (0,67) dengan criteria “sedang” dan seri III (0,86)

dengan kategori “tinggi”.

3. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka peningkatan ketuntasan belajar setelah dilakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada mata pelajaran produktif, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian pendahuluan. Nilai rata-rata kelas pada penelitian pendahuluan adalah sebesar 4,40 dengan persentase ketuntasan belajarnya adalah 31%, sedangkan setelah dilakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 8,56 dengan persentasi ketutasan belajarnya 95,10 %.

4. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa dapat dikatakan signifikan, setalah


(32)

56

diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E. hal ini sesuai dengan hasil pengujian hipotesis, dimana thitung (19,43) > ttabel (2,034).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan kepada:

1. Para pelaksanaan pendidikan terutama guru mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan (TKR) agar penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E ini diterapkan pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian agar pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) seperti yang disampaikan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

2. Para peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi selain Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian, dan dapat juga menerapkan model pembelajaran Learning cycle 7E yang merupakan pengembangan dari model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bybee, W. Roger et. al. (2006). The BSCS 5E Instructional model: Origin, Effectivenes, and Application” [Online].Tersedia: http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [27 September 2012].

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Daryanto (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif . Jakarta: AV Publisher.

Dimyati. dkk. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhila, I. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pengenalan Sistem Refrigrasi. Skripsi JPTM FPTK UPI: Tidak Diterbitkan

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : UPI.

Grafura, L (2007). Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). (Online).Tersedia:http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelaj aran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle.hotml [27 September 2012].

Hake, R. R. (1998). “Interactive Engagement Versus Traditional Methode: A Six Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introdictory Physics Courses” Journal Of American Association of Physics Teachers.

66, (1), 64-74.

Irawan, S. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Memelihara Sistem Bahan Bakar Bensin. Skripsi JPTM FPTK UPI: Tidak Diterbitkan.

Karnoto. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke program ANATES). Bandung: IKIP Bandung.


(34)

58

Minium, E.W. et all. (1993). “Statistical Reasoning In Psychology and Education”.

New York: Johny Wiley & Sons, Inc.

Ozdal, J. (2003). A Mathematics Lesson Designed Using 5E Learning Cycle Model.

[online]. Tersedia:

www.rtb.com.tr/.../A_%20Mathematics_%20Lesson_%20Designed%20_ Using_%205ELearningCycleModel.pdf [16 November 2012]

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Ruhimat, T. (2009) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kertekpen FIP UPI.

Sagala, Syaiful (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

SMKN 8 Bandung (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMKN 8 Banding. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Siregar, Syafarudin. (2005). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanius

Susilana, R.dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat(20) dan Pasal 3

Wiranataputra, MA. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.


(1)

Syaeful Munawar,2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(% % )

%

% (100 % )

f i

maks i

S S

G g

G S

      

   

     ...(3.8)

(Hake, 1998: 65)

Keterangan :

g = rata-rata gain yang dinormalisasi G = rata-rata gain aktual

Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi Sf  = rata-rata skor tes akhir

Si = rata-rata skor tes awal

Menurut Hake (1998:65) Nilai g yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Gain dinormalisasi

Nilai gInterpretasi

0,7 ≤ (g) Tinggif

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998 :65) c. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar menyatakan tuntasnya pembelajaran siswa pada setiap akhir materi tertentu atau pada akhir semester. Ketuntasan belajar tiap sekolah berbeda, untuk SMKN 8 Bandung Ketuntasan belajanya 75% dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk kompetensi memperbaiki sistem pengapian adalah 7 dalam sekala 10. Artinya minimal siswa mendapatkan nilai 7 dan minimal 75% siswa mendapatkan nilai 7 atau lebih. Ketuntasan belajar ini dihitung sebagai berikut:


(2)

45

H. Teknik Analisis Data

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menerima atau menolak besaran statistik yang diuji, dengan membandingkannya terhadap besaran perameter yang telah terstandar pada Tabel-Tabel statistik. Pada penelitian ini digunakan uji t untuk dua mean berpasangan (dependent), karena data diperoleh dari sampel yang sama. Pada pengujian hipotesis untuk dua mean yang berpasangan tidak diperlukan pengujian normalitas dan homogenitas data terlebih dahulu karena sampel yang digunakan sama, maka data dianggap terdistribusi normal dan homogen. Seperti yang dikatakan oleh Minium,E.W. (1993:308)

Adapun persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah:

……..(3.10)

(Minium,E.W. 1993:308)

Keterangan:

= Rata-rata dari selisih nilai pre-test dan post-test

S = Simpangan baku dari selisih nilai pre-test dan post test n = Jumlah sampel

Pada pengujian hipotesis ini tingkat kepercayaan yang digunakan adalah α = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > tTabel.


(3)

Syaeful Munawar,2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di SMKN 8 Bandung kelas XI TKR 6 mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka hasil belajar siswa pada setiap seri dilihat dari nilai rata-rata post test yang dilakukan setelah proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk seri I (7,88), seri II (8,65) dan seri III (9,15).

2. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan proses belajar mengejar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian yang dilihat berdasarkan hasil pre-test dan post- test. Besar “gain dinormalisasi”

(<G>) pada seri I (0,62), seri II (0,67) dengan criteria “sedang” dan seri III (0,86)

dengan kategori “tinggi”.

3. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka peningkatan ketuntasan belajar setelah dilakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada mata pelajaran produktif, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian pendahuluan. Nilai rata-rata kelas pada penelitian pendahuluan adalah sebesar 4,40 dengan persentase ketuntasan belajarnya adalah 31%, sedangkan setelah dilakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 8,56 dengan persentasi ketutasan belajarnya 95,10 %.

4. Melalui penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E, maka secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa dapat dikatakan signifikan, setalah


(4)

56

diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E. hal ini sesuai dengan hasil pengujian hipotesis, dimana thitung (19,43) > ttabel (2,034).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan kepada:

1. Para pelaksanaan pendidikan terutama guru mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan (TKR) agar penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E ini diterapkan pada kompetensi memperbaiki sistem pengapian agar pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) seperti yang disampaikan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

2. Para peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi selain Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian, dan dapat juga menerapkan model pembelajaran Learning cycle 7E yang merupakan pengembangan dari model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.


(5)

Syaeful Munawar,2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bybee, W. Roger et. al. (2006). The BSCS 5E Instructional model: Origin,

Effectivenes, and Application” [Online].Tersedia: http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [27 September 2012]. Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Daryanto (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif . Jakarta: AV Publisher.

Dimyati. dkk. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhila, I. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pengenalan Sistem Refrigrasi. Skripsi JPTM FPTK UPI: Tidak Diterbitkan

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : UPI.

Grafura, L (2007). Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). (Online).Tersedia:http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelaj aran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle.hotml [27 September 2012].

Hake, R. R. (1998). “Interactive Engagement Versus Traditional Methode: A Six Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introdictory Physics Courses” Journal Of American Association of Physics Teachers. 66, (1), 64-74.

Irawan, S. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Memelihara Sistem Bahan Bakar Bensin. Skripsi JPTM FPTK UPI: Tidak Diterbitkan. Karnoto. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke program ANATES). Bandung:


(6)

58

Minium, E.W. et all. (1993). “Statistical Reasoning In Psychology and Education”. New York: Johny Wiley & Sons, Inc.

Ozdal, J. (2003). A Mathematics Lesson Designed Using 5E Learning Cycle Model.

[online]. Tersedia:

www.rtb.com.tr/.../A_%20Mathematics_%20Lesson_%20Designed%20_ Using_%205ELearningCycleModel.pdf [16 November 2012]

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Ruhimat, T. (2009) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kertekpen FIP UPI.

Sagala, Syaiful (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

SMKN 8 Bandung (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMKN 8 Banding. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Siregar, Syafarudin. (2005). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanius Susilana, R.dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen

FIP UPI.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat(20) dan Pasal 3

Wiranataputra, MA. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.