EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM ) ISO 9001 : 2008 PADA PENDIDIKAN VOKASIONAL.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Paradigma Berfikir ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas ... 12

B. Efektivitas Sekolah ... 13


(2)

D. Pentingnya Mutu ... 22

1. Sejarah dan Perkembangan Mutu... 22

2. Definisi Mutu ... 27

3. Bagaimana Menciptakan Mutu ? ... 30

E. Hubungan TQM dengan ISO 9000 Series ... 33

F. Pengenalan ISO ... 37

1. Family ISO 9000 Series ... 38

2. Berfikir tentang Mutu Melalui ISO ... 44

G. Konsep Mutu Pendidikan Berdasarkan TQM ISO 9000 ... 48

H. Implementasi Delapan Prinsip Manajemen Mutu pada Pendidikan Kejuruan ... 53

1. Fokus Pada Pelanggan ... 55

2. Kepemimpinan ... 58

3. Keterlibatan Personel ... 59

4. Pendekatan Proses ... 62

5. Pendekatan Sistem Pengelolaan ... 65

6. Peningkatan Berkesinambungan ... 66

7. Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta ... 68

8. Hubungan Saling Menguntungkan dengan Dunia Kerja .... 69

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 76

B. Sumber Data dan Lokasi Penelitian ... 78


(3)

D. Tahap-tahap Penelitian ... 84

E. Tahap Analisis Data ... 86

F. Teknik Analisis Data ... 86

G. Uji Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMK Negeri 13 Bandung ... 92

1. Gambaran Umum ... 92

2. Visi dan Misi ... 94

3. Keadaan Pegawai dan Struktur Organisasi ... 97

4. Peserta Didik ... 97

5. Unit Produksi dan Jasa ... 97

6. Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 98

7. Ikatan Alumni Sekolah Analis (IKASA) ... 102

B. Tinjauan Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 dalam Memenuhi Customer Satisfaction di SMK Negeri 13 Bandung ... 103

C. Kendala- kendala Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung dan Cara Mengatasinya ... 116

D. Dampak Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung ... 117

E. Pembahasan ... 123 1. Implementasi SMM ISO 9001 : 2008


(4)

pada SMK Negeri 13 Bandung ... 123

2. Kendala- kendala Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung ... 141

3. Dampak Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung ... 143

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 121 A. Kesimpulan ... 149

B. Implikasi ... 150

C. Rekomendasi ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 154

RIWAYAT HIDUP ... 159


(5)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di masa depan. Sementara tingginya ekspektasi dari globalisasi terhadap dunia pendidikan, mau tidak mau memacu institusi pendidikan harus melakukan pembenahan yang sustainable. Hal ini dilakukan guna menjawab tuntutan masyarakat terhadap institusi pendidikan yang bermutu. Berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh mutu pendidikan baik melalui peningkatan gaji tenaga pendidik, perbaikan sarana dan prasarana, pembaharuan kurikulum dan sebagainya. Untuk semua komponen tersebut bisa berjalan dengan sinergis, maka sistem manajemen yang di pakai oleh lembaga pendidikan itu harus selaras dan mudah diimplementasikan, sehingga tujuan untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu dapat tercapai.

Tuntutan akan lulusan dari lembaga pendidikan vokasional (kejuruan ) yang bermutu menjadi mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya regulasi yang memberikan peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar


(6)

lembaga pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan sehingga para lulusan bisa bersaing bukan hanya di level nasional tapi sampai ke level internasional. Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) sebagai langkah pemerintah untuk mengejar ketertinggalan mutu pendidikan di tanah air. Agar dapat menjadi sekolah dengan label RSBI, salah satu standar yang bisa diterapkan untuk menjadi sekolah standar internasional adalah dengan memenuhi persyaratan ISO khususnya Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) ISO 9001 : 2008. Untuk memperoleh sertifikat tersebut, sekolah harus menunjukkan proses belajar mengajar yang terpadu antara teori dan praktek, pelayanan kepada siswa, orang tua dan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri serta pemerintah dengan falsafah continuous improvement sehingga terpenuhi customer satisfaction.

Tingginya ekspektasi terhadap penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional, karena persaingan di dunia kerja yang semakin kompetitif. Karena dengan SBI, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetesi yang dapat memenuhi tuntutan tenaga kerja di tingkat global untuk mampu bersaing di tingkat regional maupun internasional sebagai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional.

Sampai dengan tahun 2009, berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah SMK RSBI


(7)

sebanyak 247 buah. Jumlah ini akan terus dipacu agar pada tahun-tahun mendatang setiap sekolah di masing- masing kabupaten/kota agar memiliki SMK RSBI sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan “Pemerintah dan/atau pemerintahan daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional ” dan dipertegaskan kembali pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat(1) menyatakan ‘’ Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional “.

Standard ISO 9000 series secara umum berkaitan dengan pengapdosian ISO 9000 sebagai standar internasional. ISO 9000 adalah sebagai satu-satunya standar Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) yang diakui dunia dan bersifat global serta dapat diterapkan pada seluruh organisasi dan industri. Sejalan dengan hal itu, International Standard Organization mengatakan :

The ISO 9000 standards give organizations an opportunity to increase value to their activities and to improve their performance continually, by focusing on their major processes. The standards place great emphasis on making quality management systems closer to the processes of organizations and on continual improvement. As


(8)

a result, they direct users to the achievement of business results, including the satisfaction of customers and other interested parties.

Dapat dimaknai dari pendapat tersebut di atas, bahwa keuntungan implementasi ISO di sebuah organisasi memberikan kesempatan untuk dapat meningkatkan nilai dan eksistensi mereka secara terus menerus. Implementasi ISO menekankan pada sistem manajemen mutu lebih dekat pada proses dalam sebuah organisasi dalam melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Di Indonesia masih sedikit organisasi yang mendapat sertifikat ISO 9000 dibandingkan dengan Negara di Asia Tenggara lainnya. Hal ini menunjukkan masih lemahnya kesadaran organisasi akan pentingnya ISO 9000, padahal perlakuan ISO pada suatu organisasi akan memperoleh banyak keuntungan, di antaranya dapat menstandarisasi berbagai kebijakan dan prosedur operasi yang berlaku seluruh organisasi serta dapat meberikan suatu dasar yang kokoh dalam membangun sikap dan keinginan bagi setiap kemajuan dan peningkatan organisasi.

Pada dasarnya SMM ISO 9001:2000 tidak akan merubah sistem internal pendidikan, melainkan justru memperkuat sistem itu sendiri dengan beberapa perkuatan, jadi dalam banyak hal sistem internal pendidikan tidak memerlukan banyak penyesuaian untuk mengadopsinya, disamping itu sertifikasi ini secara ideal akan mendekatkan sekolah kepada industri, ini dapat dimaklumi karena pada dasarnya hampir semua industri telah menerapkan sertifikasi ini, jadi dengan demikian dapatlah diyakini bahwa dengan sistem manajemen yang sama sudah barang tentu akan didapatkan


(9)

keselarasan dan kesepadanan persepsi antara pengelolaan pendidikan dengan dunia usaha dan industri (DUDI).

SMK Negeri 13 Bandung sebagai sekolah pertama di Jawa Barat meraih sertifikat Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) ISO 9001 : 2000 dari PT. TUV International Indonesia pada tahun 2005 dan pada tahun 2009 telah meng-upgrade standar terbaru yaitu SMM ISO 9001 : 2008. Berhasilnya sekolah ini meraih sertifikat SMM ISO 9001 : 2008 karena kemampuan organisasi sekolah menerapkan sistem manajemen yang bagus, ditunjang dengan kompetensi guru, dukungan staf dan warga sekolah dalam peyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dan pemasaran lulusan serta fasilitas belajar demi menunjang kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM). Keberhasilan tersebut, bisa dijadikan contoh bagi sekolah lainnya dalam usaha meraih sertifikat ISO. Namun demikian, implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung menemui bottlenecking bagi tercapainya visi sekolah, seperti komitmen terhadap implementasi 8 prinsip manajemen mutu masih belum optimal, misalkan disiplin para guru dan staf yang rendah, kurangnya pemahaman pada customer focus, rendahnya creative dan self-responsibility serta masih rendahnya sense of quality. Tentunya hal-hal tersebut, akan berdampak pada ketidaktercapaian kebijakan mutu SMK Negeri 13 Bandung yaitu agar menjadi sekolah bertaraf internasional pada tahun 2010.


(10)

Mutu ( SMM ) ISO 9001 : 2008 pada Pendidikan Vokasional ”, sehingga diharapkan penulis dapat menggali lebih komprehensif tentang bagaimana sistem manajemen sebuah lembaga pendidikan vokasional yang telah memperoleh sertifikat ISO dalam penerapannya di lapangan.

B. Fokus Penelitian

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia tenaga kerja tingkat menengah maka manajemen SMK seyogianya memahami pula perkembangan manajemen dan sistem industri modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem layanan di SMK agar mampu memenuhi kebutuhan sistem manajemen industri, hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari SMK mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri tersebut.

SMM ISO 9001 : 2008 dimaksudkan untuk mendorong organisasi melakukan analisis persyaratan pelanggan, menetapkan proses-proses yang tepat dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian suatu produk/jasa yang dapat diterima oleh pelanggan, kemudian secara konsisten mengendalikan prosesnya ke arah pencapaian siklus waktu yang lebih cepat, optimal, efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada efektivitas implementasi melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung pada 8 prinsip manajemen mutu : (1) fokus pada pelanggan ( costumer focus ), (2) kepemimpinan ( leadership ), (3) keterlibatan personel ( involving people ), (4) pendekatan proses ( process


(11)

approach ), (5) pendekatan sistem pengelolaan ( systems approach ), (6) peningkatan berkesinambungan ( continual improvement ), (7) pembuatan keputusan berdasarkan fakta ( factual decision making ), dan (8) hubungan saling menguntungkan dengan pemasok (mutually beneficial supplier relationships) yang berkaitan dengan kepada pelanggan internal terhadap fasiltitas, kompetensi guru, layanan wali kelas, layanan akademis dan pelanggan eksternal terhadap kompetensi lulusan, kerjasama tim dan sikap, kemudian untuk memahami kendala-kendala dan cara mengatasinya dan dampak yang diperoleh setelah mengimplementasikan SMM ISO 9001 : 2008. Alasan penetapan fokus tersebut di atas, dengan harapan hasil penelitian ini agar lebih tajam dan mendalam, disamping oleh keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki penulis.

C. Perumusan Masalah

Tingginya angka keterserapan lulusan di dunia kerja baik di tingkat lokal, regional maupun internasional adalah sebagai salah satu indikator dari SMK yang bermutu, karena apalah artinya sekolah bermutu apabila lulusanya banyak yang menjadi pengangguran. Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan harus berjalan sinergis dengan sistem manajemen yang diterapkan oleh lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, pemilihan konsep- konsep manajemen yang diterapkan akan berpengaruh pula pada output yang diharapkan. Salah satu konsep manajemen yang diterapkan oleh SMK Negeri 13 Bandung adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dengan tujuan untuk memenuhi customer satisfaction


(12)

yang dibuktikan dengan angka keterserapan lulusan yang tinggi di dunia kerja. Dengan melihat fenomena yang ada dan untuk menuntun penulis dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalahnya yaitu “ Bagaimanakah efektivitas implementasi SMM ISO 9001 : 2008 pada SMK Negeri 13 Bandung dalam memenuhi customer satisfaction ? ”, yang kemudian formulasikan dalam pertanyaan- pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 berdasarkan pada 8 prinsip manajemen mutu pada SMK Negeri 13 Bandung ?

2. Bagaimanakah kendala-kendala dalam mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada SMK Negeri 13 Bandung dan cara mengatasinya ?

3. Bagaimanakah dampak implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 terhadap kinerja SMK Negeri 13 Bandung ?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran yang lebih komprehensif dan holistik tentang implementasi SMM ISO 9001 : 2008 pada pendidikan vokasional khususnya di SMK Negeri 13 Bandung. Dari penelitian ini dapat diberikan kajian teoritis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang lebih efektif.


(13)

Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal- hal yang sejalan dengan rumusan masalah di atas, yang kemudian hasil temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan referensi bagi pengelolaan pendidikan bermutu pada semua tingkatan di masa-masa yang akan dating sehingga melalui penelitian ini, penulis dapat :

1. Mendeskripsikan dan mengkaji efektivitas implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 berdasarkan pada 8 prinsip manajemen mutu pada SMK Negeri 13 Bandung.

2. Mendeskripsikan dan mengkaji efektivitas kendala- kendala implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung dan cara mengatasinya.

3. Mendeskripsikan dan mengkaji dampak implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung.


(14)

E. Paradigma Berfikir

SMK Negeri 13 Bandung sebagai lembaga pendidikan vokasional memiliki pelanggan baik itu internal yang terdiri dari guru dan staf maupun eksternal yang terdiri dari siswa, orang tua siswa dan dunia kerja. Apabila implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dapat dilaksanakan dengan efektif sesuai 8 prinsip manajemen mutu, maka akan memenuhi customer satisfaction, dan hal tersebut sebagai salah satu indikatornya yaitu tingginya angka keterserapan lulusan di dunia kerja.

Untuk memudahkan dalam penelitian ini, penulis membuat alur pikir sebagai berikut :

PELANGGAN INTERNAL

DAN EKSTERNAL

! " #$ % & ' " # ( ' " "

' )

* #!

! # !

+ ' " " " ! "

" , ! $


(15)

Gambar 1.1. Paradigma Penelitian

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan kajian bagi pengembangan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berhubungan dengan implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di pendidikan vokasional, sehingga dapat menambah khasanah pengetahuan untuk pengembangan pendidikan vokasional yang bermutu demi memenuhi customer satisfaction. Sedangkan manfaat secara praktis dari hasil penelitian antara lain: (1) bagi Dinas Pendidikan di Indonesia, diharapkan dapat memberikan konsep dasar berdasarkan fakta empirik dari lapangan tentang implementasi SMM ISO 9001 : 2008 pada pendidikan vokasional ; (2) bagi SMK, diharapkan dapat menjadi pedoman yang aplikatif dalam mempersiapkan sekolahnya untuk menjadi SMK bertaraf internasional melalui implementasi SMM ISO 9001 : 2008 ; ( 3 ) bagi pembaca dan peneliti sejenis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut tentang implementasi ISO 9001 : 2008 pada pendidikan vokasional.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana efektivitas implementasi Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) ISO 9001 : 2008 pada pendidikan vokasional dengan meenerapkan 8 prinsip manajemen mutu, mengetahui kendala-kendala implementasi SMM ISO 9001 : 2008 dan cara mengatasinya serta mengetahui dampak implementasinya. Oleh sebab itu, diperlukan desain penelitian sebagai sebuah metode yang sangat diperlukan dalam proses pengumpulan data di lapangan. Metode sebagai cara kerja untuk dapat memahami sesuatu obyek, dengan demikian pengertian metode penelitian berhubungan pada cara kerja yang ilmiah untuk memenuhi objek penelitian. Sejalan dengan uraian tersebut, dengan melihat fenomena atau gejala sosial antara bagian yang satu dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan ( holistik ) dan usaha penulis untuk mengungkapkan data dan memahami makna di balik kenyataan yang ada dengan cara masuk pada sumber langsung dari subjek penelitian melalui observasi, wawancara mendalam ( in dept interview ), dan studi dokumentasi tentang implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung, maka pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualititatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa data


(17)

dan informasi lapangan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Seperti yang diutarakan oleh Lincoln & Guba (1985: 189) berikut :

We suggest that inquiry must be carried out in a natural setting because phenomena of study, whatever they may be, take their meaning as much from their contexts as they do from themselves…no phenomena can be understood out of relationship to the time and context spawned, narrowed, and supported it.

Penelitian kualitatif sering juga disebut dengan metode naturalistik Nasution (1988 : 9), mengemukakan ciri-ciri penelitian naturalistik, adalah: (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau”natural setting”, (2) peneliti sebagai instrument penelitian, (3) sangat deskriptif, (4) mementingkan proses maupun produk, (5) mencari makna, (6) mengutamakan data langsung (first hand), (7) triangulasi, (8) menonjolkan rincian kontekstual, (9) subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (10) mengutamakan perpektif emic, (11) verifikasi, (12) sampling yang purposif, (13) menggunakan “audit trail”, (14) partisipasi tanpa menggangu, (15) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (16) disain penelitian tampil dalam proses penelitian. Hal senada diungkapkan oleh Moleong (1990) yang mengatakan bahwa “penelitian kualitatif (qualitative research) berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan mengadakan analisis data secara induktif”.

Dalam rangka mengumpulkan data penelitian, penulis melakukan kontak langsung (face to face) dengan responden agar dapat mengamati perilaku, pendapat, sikap, dan pendayagunaannya berdasarkan pandangan


(18)

subjek penelitian. Penelitian yang bersifat deskriptif lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, sasaran penelitian diarakan kepada usaha menemukan prinsip-prinsip dasar, responden dapat menilai kembali data dan informasi yang diberikan perlu direvisi atau untuk melengkapi data dan informasi baru.

Bogdan dan Biklen (1992: 29-32), mengemukakan lima karakteristik penelitian kualitatif, sebagai berikut:

a. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument.

b. Qualitative research is descriptive.

c. Qualitative research are concerned with process rather the simply with outcomes or product.

d. Qualitative researchers tend to analyze thei data inductively. e. Meaning is of essential concern to the qualitative approach.

Dari pernyataan di atas, dapat dimaknai bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) penelitian sebagai instrumen utama langsung mendatangi sumber data, (2) data yang dikumpulkan cenderung berbentuk kata-kata daripada angka-angka, (3) penelitian lebih menekankan pada proses, bukan semata-mata pada hasil, (4) penulis melakukan analisis induktif cenderung mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, dan (5) kedekatan penulis (dengan responden) sangat penting dalam penelitian. B. Sumber Data dan Lokasi Penelitian

Sumber data dan informasi penelitian diambil dari informan yang berhubungan dengan implementasi SMM ISO 9001 :2008. SMK sebagai suatu bentuk lembaga pendidikan yang menyiapkan tenaga kerja tingkat


(19)

menengah mempunyai beberapa pelanggan. Pelanggan SMK itu terdiri dari pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pihak pihak yang menjadi pelanggan internal antara lain guru, karyawan, dan unsur staf. Pelanggan ekternal adalah pelanggan yang berada diluar organisasi SMK. yaitu siswa, orangtua siswa/mayarakat, dan pemerintah/industri.

Sejalan dengan hal di atas dan relevansinya dengan penelitian SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung, maka penulis memutuskan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil manajemen mutu, wakil kepala sekolah, guru dan staf, siswa, orang tua siswa/komite sekolah dan institusi pemerintah/industry, sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Sumber Data Penelitian

No. 8 Prinsip Manajemen Mutu Informan

1. Fokus kepada pelanggan ( Customer focus )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu, Wakil Kepala Sekolah Sarana dan Prasarana, Siswa, Orang tua Siswa dan Instansi

Pemerintah/Industri 2. Kepemimpinan ( Leadership ) Kepala Sekolah, Wakil

Manajemen Mutu, Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Kasubag TU


(20)

3. Keterlibatan Karyawan ( Involving people )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu , Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Kasubag TU

4. Pendekatan Proses ( Process approach )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu 5. Pendekatan sistem untuk

pengelolaan ( Systems approach )

Wakil Manajemen Mutu

6. Peningkatan berkelanjutan ( Continuos improvement )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu, Instansi Pemerintah/Industri

7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

( Factual decision making )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu

8. Hubungan saling menguntungkan dengan mitra/ pemasok ( Mutually beneficial supplier relationships )

Kepala Sekolah, Wakil Manajemen Mutu, Instansi Pemerintah/Industri

Hal tersebut di atas, sesuai dengan pendapat Satori dan Komariah (2009:16) yang mengatakan bahwa :

Generalisasi penelitian kualitatif dari aliran postpositivistik tidak berasala dari populasi yang besar dan diambil secara acak, akan tetapi data diungkap dari key person dengan sample purposive dengan tujuan agar hasil penelitiannya memiliki nilai komparabilitas dan transferabilitas sehingga dapat direkonstruksikan untuk


(21)

kepentingan praktik terbaik di tempat lain yang memiliki konteks atau karakteristik yang relative sama. Nilai transferability yaitu dapat ditransfer atau diaplikasikan di tempat lain ”.

Yang kemudian diperkuat kembali oleh Nasution (2003: 32), mengatakan bahwa sampel berupa hal, peristiwa, situasi yang diobservasi. Sampel berupa responden yang dapat di wawancarai. Sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini, karena dianggap responden paling tahu tentang apa yang diharapkan. Penulis juga meminta responden untuk menunjukkan orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Lokasi penelitian yaitu SMK Negeri 13 Bandung yang beralamat di Jalan Soekarno–Hatta Km.10 Bandung, sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional yang pertama memperoleh ISO 9001 : 2000 di Jawa Barat pada tahun 2005 dan pada tahun 2008, kembali mampu meng-upgrade versi terbaru ISO tersebut yaitu ISO 9001 : 2008 yang disertifikasi oleh PT. TUV International Indonesia.


(22)

C. Teknik Pengumpulan Data

Lincoln dan Guba (1985 : 43) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama. Manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan keuntungan, karena ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu

Sejalan dengan pendapat di atas, maka yang akan menjadi instrumen utama adalah penulis sendiri yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas teknik pengumpulan data tersebut, seperti di bawah ini :

1. Observasi

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:203), bahwa “ teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar ”.

Pengalaman langsung memungkinkan penulis menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan discovery yang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada


(23)

dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. Melalui metode ini, penulis dapat menemukan secara mendalam hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Di samping itu, penulis dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga penulis memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

2. Wawancara

Nasution (2003: 73), mengemukakan tujuan dari wawancara adalah “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui dengan observasi”. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara adalah data yang bersifat verbal dan non verbal.

Observasi saja tidak cukup dalam melakukan penelitian, karena penulis belum tahu persepsi responden yang sebenarnya dalam kenyataan. Untuk itu penulis akan berkomunikasi dengan responden melalui wawancara dengan menggunakan dan tape recorder. Berkenaan dengan field notes, Satori dan Komariah ( 2009 : 179 ), mendefinsikan demikian :

Catatan yang dibuat dilapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Pada saat penulis melakukan wawancara atau pengamatan digunakan alat bantu berupa catatan/buku kecil/notes untuk membantu mengingat hal- hal yang ditemukan/terjadi atau ada istilah/kata-kata sulit berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat ( bisa steno ), berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain. Catatan di lapangan tadi diubah ke dalam bentuk catatan yang lengkap setelah peneliti lepas dari


(24)

interaksi dengan informan atau setelah tiba di rumah, itulah yang dinamakan catatan lapangan”.

Penggunaan field notes.menghindari keterbatasan ingatan penulis dalam usaha mendapatkan data yang utuh, lengkap dan tidak terdistorsi. 3. Studi dokumentasi

Menurut Nasution (1996:30) dalam penelitian kualitatif, ”dokumen termasuk sumber non-human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa keuntungan, yaitu bahannya telah ada, tersedia, siap pakai dan menggunakan bahan tidak memakan biaya”.

Data dokumentasi perlu diperhatikan untuk membantu melengkapi data hasil observasi dan wawancara dan untuk mengecek kebenaran data. Studi dokumentasi akan dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang bersifat administratif dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi baik di tingkat kelompok maupun di tingkat penyelenggara. Hal ini penting dilakukan agar hasil penelitian benar-benar diakui kesahihannya berdasarkan dokumen-dokumen dan bukti- bukti yang otentik. .

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian naturalistik tahap-tahap penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempuyai batas-batas yang tegas oleh sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat “emergent”.

Nasution (2003: 33-34), mengemukakan secara garis besar tahap-tahap penelitian kualitatif, adalah:


(25)

1. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap ini akan dilakukan studi pendahuluan (studi literatur dan survey awal) untuk melihat kemungkinan penulis dapat melakukan penelitian. Dari hasil observasi, wawancara dan mempelajari dokumen-dokumen manajemen mutu pendidikan, penulis tertarik untuk bagaimana efektivitas implementasi SMM ISO 9001 : 2008 pada pendidikan vokasional yang diterapkan selama ini di SMK Negeri 13 Bandung. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan lapangan. Tahap kegiatan lapangan ini akan direncanakan berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Tahap ini merupakan penelitian yang sesungguhnya, karena terjadi pengumpulan, sekaligus menyeleksi data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan batasan rumusan masalah dan tujuan serta fokus penelitian, sehingga sampai pada pendeskripsian data yang diperoleh.

3. Tahap Member Check

Kegiatan member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh penulis kepada pemberi data. Dengan member check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data seperti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliuti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, dan


(26)

apabila perbedaannya tajam, maka perlu mengubah temuan tadi dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Tujuan dilakukannya member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data dan informan.

E. Tahap Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif akan dilakukan sejak sebelum, selama dan sekembali dari lapangan. Dalam hal ini Nasution dalam Sugiono ( 2009 : 245 ) menyatakan “ Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penelitian hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “ grounded “. Kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun bagian-bagian data dan informasi sesuai dengan kajian penelitian. Selanjutnya akan membandingkan data hasil pengumpulan dari lapangan dengan teori-teori, konsep-konsep, kemudian melakukan penyimpulan penelitian. Apakah hasil dari lapangan sesuai dengan konsep atau teori, apakah ada pengurangan, tambahan, atau temuan baru. Proses pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif. F. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat, pengetahuan, pengalaman, dan aspek lainnya untuk dianalisis dan disajikan


(27)

sehingga memiliki makna. Analisis dan interprestasi dilakukan dengan merujuk pada landasan teoritis dan berdasarkan consensus judgment.

Moleong (1997:112), yang mengutip pendapat Patton bahwa “ analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasinya ke dalam suatu pola, kategori, dan situasi uraian data”. Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada metode yang baku dalam menganalisis data.

Sejalan dengan pendapat di atas, Miles dan Huberman (1992:20) mengemukakan bahwa pendekatan dalam analisis data kualitatif terdiri dari reduksi data, “display” data, mengambil kesimpulan dan verifikasi, yang dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1. Alur Analisis Data Kualitatif

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions : Drawing/verifying


(28)

Berdasarkan pandangan tersebut di atas bahwa ketajaman dan ketepatan analisis data kualitatif ini sangat tergantung ketajaman melihat data oleh penulis. Oleh sebab itu, pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai modal awal penulis dalam melakukan analisa data. Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis dalam penganalisisan data penelitian ini, dilakukan langkah-langkah berikut : 1. Reduksi Data

Penulis melakukan kegiatan dengan cara pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian lapangan kemudian penulis membuat abstraksi atau merangkum data. Penulis melakukan pengurangan data secara terus menerus selama penganalisisan. Hal ini bukan berarti terpisah dari kegiatan analisis, tetapi merupakan bagian dari analisis. Pada tahap awal, penulis melakukan pengeditan, pengelompokkan, dan penyimpulan data. Tahap berikutnya, penulis melakukan pembuatan konsep dan penjelasannya, karena membuat konsep abstrak juga merupakan cara dari pengurangan data.

Penulis melakukan reduksi atau merangkum data hasil dari lapangan dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi serta akan mempermudah penulis untuk mencari kembali data yang diperlukan. 2. Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik dalam bentuk matriks maupun dalam bentuk pengkodean.


(29)

Data selanjutnya bisa juga dibuat naratif yang disusun secara ringkas dan sederhana, sehingga mudah membuat kesimpulan atau analisis-analisis selanjutnya. Dengan demikian penulis dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.

3. Mengambil Kesimpulan Dan Verifikasi

Dari hasil reduksi data dan display, kemudian penulis akan mengambil kesimpulan dan memverifikasi sehingga datanya bermakna serta perlu juga mengadakan diskusi kepada yang ahli. Untuk menetapkan kesimpulan lebih beralasan (grounded) dan tidak lagi bersifat coba-coba (tentatife), maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan member check, sehingga menjamin signifikan atau kebermaknaan hasil penelitian.

G. Uji Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Untuk menjawab kebenaran dari hasil penelitian ini, agar orang tidak merasa ragu-ragu bahwa ini hasil penelitian kualitatif, tentunya akan di uji tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menurut Nasution (2003:104-122), cara memenuhi kriteria tersebut, adalah:

1. Credibility (validitas internal)

Validitas internal ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran seperti yang diharuskan dalam penelitian, dan


(30)

dengan sendirinya hasil penelitian tidak dapat dipercaya, jadi tidak memenuhi persyaratan validitas.

Validitas internal ini digunakan penulis untuk menggambarkan konsep penulis dengan konsep yang ada pada partisipan. Oleh sebab itu, pada uji tingkat kepercayaan hasil penelitian ini, penulis mengusahakan

agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, yakni dengan: (1) memperpanjang masa observasi, (2) pengamatan yang terus menerus,

(3) triangulasi, (4) membicarakan dengan orang lain, (5) menganalisis kasus negative, (6) menggunakan bahan referensi, dan (7) mengadakan member check.

2. Transferability (validitas eksternal)

Nilai transferability ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga manakah hasil penelitian itu dapat diaplikasi atau digunakan dalam situasi-situasi lain. Validitas eksternal ini digunakan penulis untuk mengetahui sejauh manakah hasil penelitian ini dapat gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.

Untuk menyakinkan, dalam hal ini penulis mendeskripsikan setting penelitian secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam, dan rinci. Agar pemakai nantinya dapat menerapkan penelitian ini, jika terdapat kesamaan antara setting penulis dengan pemakai yang diterapkan ditempat lain. 3. Dependability (reliabilitas)

Usaha penulis untuk melihat sejauh mana hasil penelitian bergantung pada keandalan, akan diuji dengan mengadakan audit trial


(31)

yang dilakukan oleh pembimbing. Dengan jalan memeriksa proses penelitian serta tarap kebenaran data serta tafsirannya.

Untuk melakukan pemeriksaan ini peneliti harus menyediakan bahan-bahan sebagai berikut: (1) data mentah seperti catatan lapangan sewaktu mengadakan observasi dan wawancara, hasil rekaman bila ada, dokumen, dan lain-lain, yang diolah dalam bentuk laporan lapangan, (2) hasil analisis data, berupa rangkuman, hipotesis kerja, konsep-konsep dan sebagainya, (3) hasil sintesis data, seperti tafsiran, kesimpulan, definisi, interrelasi data, thema, pola, hubungan dengan literatur, dan laporan akhir. 4. Confirmability (objektifitas)

Cara ini digunakan penulis untuk mengetahui sejauhmana hasil penelitian akan dibuktikan kebenarannya dan sejauhmana hasil penelitian cocok dan sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, serta sejauhmana kebulatan hasil penelitian tanpa mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan data yang diperoleh dari responden.


(32)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil deskripsi dan analisa data pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa :

Pertama, implementasi SMM ISO 9001 : 2008 melalui 8 prinsip manajemen mutu di SMK Negeri 13 Bandung sudah berjalan efektif, yaitu bahwa 8 prinsip ini dilaksanakan secara simultan dan terintegrasi dengan klausul SMM ISO 9001 : 2008. Kemudian adanya management review oleh sekolah untuk melihat sejauh mana Proses Belajar dan Mengajar ( PBM ) berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan serta telah menganut sifat-sifat pokok mutu jasa pendidikan yang mengandung unsur-unsur tangible, reliability, responsiveness, empathy dan assurance.

Kedua, kendala – kendala implementasi SMM ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung menyangkut perubahan sikap, mental, prilaku seluruh unsur yang ada di sekolah, masih rendahnya self-initiative, sense of quality dan sense of rensponsibility adalah hal-hal yang menghambat efektifnya implementasi SMM ISO 9001 : 2008, sedangkan SDM, fasilitas dan dana tidak menjadi masalah yang sangat krusial.

Ketiga, implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 13 Bandung membawa dampak Efektivitas implementasi


(33)

tersebut, berdampak pada upaya sekolah dalam pengelolaan pendidikan bermutu yang ditandai dengan angka keterserapan lulusan yang tinggi, tingginya nilai uji kompetesnsi siswa, prestasi sekolah yang bagus di tingkat provinsi sampai ke nasional, angka kelulusan 100 persen tiap tahun tanpa jokey, iklim kerja dewan guru yang kondusif dan kepuasan pelanggan eksternal terhadap lulusan, artinya sekolah telah mampu memenuhi customer satisfaction.

B. Implikasi

Pada dasarnya bukan hanya mengejar untuk memperoleh sertifikat ISO bagi organisasi sekolah, tetapi bagaimana proses implementasi dan sertifikasi ISO tersebut berperan dalam peningkatan kinerja guru dan karyawan yang timbul seiring proses implementasi dan sertifikasi tersebut, yang memiliki manfaat besar terhadap peningkatan kinerja organisasi.

Fungsi ISO dalam penyelenggaraan dan peningkatan pendidikan menjadi hal yang logis karena akan membantu dalam mengidentikasi sumber daya dan sebagainya. Penerapan prinsip manajemen mutu tidak hanya menyediakan keuntungan secara langsung terhadap perancangan sistem manajemen mutu, tetapi juga memberikan kontribusi keuntungan pada pengelolaan biaya dan risiko. Sistem manajemen mutu yang efektif dapat memastikan bahwa kegiatan-kegiatan dalam hal ini ini pendidikan kejuruan dapat diawasi. Hal ini memungkin setiap orang mengetahui apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mengerjakannya.


(34)

Implementasi SMM ISO 9001 : 2008 berimplikasi pada kepercayaan lembaga di luar organisasi menjadi tinggi, ini ditandai dengan mudahnya memperoleh institusi pasangan sebagai tempat praktek industri para siswa dan menstimulus pemerintah dalam mendukung pendanaan untuk biaya operasional atau fasilitas lainnya. Implikasi lain adalah kualitas tetap terjaga oleh setiap pegawai bekerja sesuai dengan sistem yang terpadu, job description yang jelas, penggunaan fasilitas yang efisien, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel demi memupuk iklim kerja organisasi kondusif.

C. Rekomendasi

Implementasi ISO sangat cocok bagi sekolah kejuruan, karena bisa mempertemukan kebutuhan industri yang rata-rata telah memakai ISO, sehingga sekolah bisa menyesuiakan mutu lulusan sesauai dengan standar yang ditetapkan oleh industri.

Berdasarkan hasil temuan dan analisa data yang dilakukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi sekolah yang mengimplementasikan SMM ISO 9001 : 2008, antara lain : Sumber Daya Manusia, yaitu meliputi tenaga pengajar, karyawan, teknisi, peserta didik sebagai pelaksana dan objek untuk mencapai tujuan (mutu) harus memiliki kesadaran mutu, komitmen dan tanggung jawab serta terlibat secara aktif mewujudkan tercapainya mutu yang diharapkan. Ketercapaian mutu tidak hanya tanggung jawab pimpinan tetapi semua elemen ikut berperan aktif dan bertanggung jawab atas tercapainya


(35)

mutu. Sistem/Proses, sistem mutu adalah struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu. Untuk itu dalam pencapaian mutu perlu dibentuk satu sistem mutu sesuai proses produksi yang ada di lingkungan tersebut . Sehingga sistem mutu dibangun berlandaskan kekuatan sumberdaya sendiri untuk mencapai mutu yang diharapkan serta peningkatan mutu secara berkesinambungan. Oleh karena itu setiap sumber daya yang terlibat dalam satu sistem mutu ini harus mampu bekerjasama konsisten, bertanggung jawab, komitmen untuk mewujudkan mutu sesuai yang ditetapkan . Dalam membangun sistem mutu harus disesuaikan dengan proses penyelenggaraan pendidikan meliputi pengelolaan sumberdaya, proses belajar mengajar, hasil pendidikan yang diharapkan (sesuai keinginan pasar). Pendidikan dan Pelatihan, elemen pendidikan dan pelatihan bagi semua sumber daya manusia yang ada seharusnya dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan peningkatan kualitas pendidikan di Bimbingan Belajar. Misalnya, keterampilan pegawai (tentor/tutor atau staff pengajar) dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan pemecahan masalah di lingkungan bimbingan belajar. Hal utama untuk mendukung pendidikan dan pelatiha ini antara lain: program, materi dan sumber daya yang memadai. Komunikasi, faktor komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mengimplementasikan program kualitas. Semua pegawai harus menerima informasi kualitas yang jelas agar mereka sungguh-sungguh melaksanakan program peningkatan kualitas. Secara ideal, pimpinan harus bertemu secara


(36)

personal dengan pegawai untuk mendesiminasikan informasi, memberikan arahan, dan merespon pertanyaan dari setiap orang. Pengalaman sukses dari seseorang dalam mengimplementasikan alat dan teknik SMM ISO 9001 : 2008 dapat meningkatkan kepuasan pelanggan pada semua bidang komunikasi kualitas. Penghargaan ( reward ), hal ini perlu diberikan kepada tim maupun individu yang sukses dalam mengaplikasikan proses peningkatan kualitas. Hal ini dapat memacu mereka untuk lebih terdorong lagi mencapai kesuksesan, dan ini sangat berarti bagi organisasi atau lembaga bimbingan belajar. Kegagalan lembaga memberikan penghargaan kepada mereka yang sukses dapat mengancam kesuksesan lembaga dalam meningkatkan kualitas lembaga secara total. Pengukuran, keberhasilan program perlu diukur. Ukuran yang digunakan tidak lain adalah kepuasan pelanggan di luar lembaga, bukan hanya dari guru dan siswa tetapi juga dari industri pemakai lulusan. Data-datanya perlu dikumpulkan secara sistematis. Data yang terkumpul perlu diolah untuk melihat kepuasan mereka sekaligus untuk menemukan berbagai persoalan yang timbul sekaligus sebagai dasar untuk perbaikan terus-menerus melalui program SMM ISO 9001 : 2008.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, J.S. (2007). Pendidikan Berbasi Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerpan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Arianto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donal, Lucy, Cheser, dan Razavieh, Asghar. 1985. Introduction to research in Education. New York: Holt, Reinhart and Winston.

Balitbang Depdiknas. (2001). Naskah Akademik RPP Pendidikan Menengah. Jakarta: Balitbang Depdiknas RI.

Barlow, M.L. (1974). The Philosophy for Quality Vocational Education Programs. Washington, DC: American Vocational Assosiation, Inc.

Bogdan, R. dan Taylor , S.J. (1993). Kualitatif Dasar-dasar Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional.

Cascio, Wayne F. (1991), “Applied Psychology in Personal Management”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Creech, Bill. (1996). Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Jakarta: Binarupa Aksara.

Depdiknas RI (2006). Naskah Pengembangan SMK Bertaraf Internasional, Jakarta : Direktorat Pembinaan SMK

Depdiknas RI. (2003). Undang- Undang RI. No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.


(38)

Depdiknas RI. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Membangun Manusia Produktif, Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan

Evans, J.R. and Lindsay. W.M (2005). The Management and Control of Quality, Sixth Edition, Singapore, Thomson South Western

Finch, C.R and Crunkilton, J.R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Eduaction, Planing, Content and Implementation. Massachusetts, Allyn and Bacon, Inc.

Gaspersz, Vincent. (1997). Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : PT. Gramedia.

Goestc, D.L. and S. Davis (1994). Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness. Englewood, Cliffs,N.J: Prentice Hall International, Inc.

Hamalik, Oemar. (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewiraswastaan dan Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hasan, S. H. (2004). Implementasi Kurikulum dan Guru. Jurnal Hipkin.

Hoyle, David.(2006). ISO 9000 Quality Systems Handbook, Fifth Edition. Great Britain

Juran, J.M and Godfrey, A.B. ( 1999). Juran's Quality Handbook (5th Edition), New York, McGraw-Hill

Lewis, Ralph G., D. H. Smith. (1994), “Total Quality in Higher Education”,Florida: St. Lucie Press.


(39)

Moleong, L.J. (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nasution. (1992). Metode Research. Bandung : Jemmars.

_________ . (1988). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung : Tarsito.

Paramitasari, S.V.(2007). Kajian Keterkaitan dan Dampak Proses Implementasi dan Sertifikasi ISO 9000 terhadap Kinerja Organisasi berdasarkan Persepsi Karyawan pada Sekolah Menengah Kejuruan Tesis Magister, TMI-ITB.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2008). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Poerwadarminta. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Pradana, Aldy. (2003), “Analisis Pengaruh Penerapan ISO 9000 Terhadap Kinerja Perusahaan dalam Kaitannya dengan Praktik Manajemen Mutu”, Tugas Akhir, TMI-ITB.

PT. Internasional Indonesia, Pemahaman ISO 9001 : 2000 dan Dokumen Mutu Rinehart, G., (1993). Quality Education: Applying the Philosophy of Dr. W.

Edwards Deming to Transform the Educational System. Milwaukee, WI: ASQC Quality Press

Sartika, Ikke Dewi. (2003), ”Quality Service in Education”, Bandung: Kantor Konsultan Yayasan Potensia.


(40)

Sallis, E., (1993). Total Quality Management In Education. London: Kogan Page Ltd.

Satori, Djama’an dan Komariah, Aan.(2009).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfa Beta

Scheerens, Jaap (2003). Peningkatan Mutu Sekolah, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu

Schlickman. Jay J .(2003). ISO 9001: 2000 Quality Management System Design,Artech House

Silalahi, Ulber (2006).Metode Penelitian Sosial, Bandung, Unpar Press

Slamet, Margono.(1994).Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_______, (1999). Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, IPB Bogor

SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Manajemen Mutu: SNI Seri 9001 : 2000 SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Sistem Manajemen Mutu, Panduan

untuk Perbaikan: SNI Seri 9001 : 2000

SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Sistem Manajemen Mutu: Persyaratan, SNI Seri 9001 : 2000

Spanbauer, Stanley J. (1992), “A Quality System for Education”, Milwaukee, Wisconsin: ASQC Quality Press.

Suardi, Rudi (2001). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Penerapannya untuk mencapai TQM. Jakarta: PPM.


(41)

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Bandung.

Sugiono, ( 2009 ). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Supriadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta:Direktorat Dikmenjur Depdiknas.

Susanti, Susi. (1999), ”Analisis Pengaruh Implementasi ISO 9000 terhadap Kinerja Organisasi”, Tesis Magister, TMI-ITB.

Tenner, A.R. dan DeToro, I.J., (1992). Total Quality Management: Three Stepps To Continuous Improvement. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company.

Tjiptono, F. dan Diana, A., (1996). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Zuhrawaty (2009).Panduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001 ( Sistem Manajemn Mutu ), Yogyakarta, Medpress


(1)

personal dengan pegawai untuk mendesiminasikan informasi, memberikan arahan, dan merespon pertanyaan dari setiap orang. Pengalaman sukses dari seseorang dalam mengimplementasikan alat dan teknik SMM ISO 9001 : 2008 dapat meningkatkan kepuasan pelanggan pada semua bidang komunikasi kualitas. Penghargaan ( reward ), hal ini perlu diberikan kepada tim maupun individu yang sukses dalam mengaplikasikan proses peningkatan kualitas. Hal ini dapat memacu mereka untuk lebih terdorong lagi mencapai kesuksesan, dan ini sangat berarti bagi organisasi atau lembaga bimbingan belajar. Kegagalan lembaga memberikan penghargaan kepada mereka yang sukses dapat mengancam kesuksesan lembaga dalam meningkatkan kualitas lembaga secara total. Pengukuran, keberhasilan program perlu diukur. Ukuran yang digunakan tidak lain adalah kepuasan pelanggan di luar lembaga, bukan hanya dari guru dan siswa tetapi juga dari industri pemakai lulusan. Data-datanya perlu dikumpulkan secara sistematis. Data yang terkumpul perlu diolah untuk melihat kepuasan mereka sekaligus untuk menemukan berbagai persoalan yang timbul sekaligus sebagai dasar untuk perbaikan terus-menerus melalui program SMM ISO 9001 : 2008.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, J.S. (2007). Pendidikan Berbasi Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerpan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Arianto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donal, Lucy, Cheser, dan Razavieh, Asghar. 1985. Introduction to research in Education. New York: Holt, Reinhart and Winston.

Balitbang Depdiknas. (2001). Naskah Akademik RPP Pendidikan Menengah. Jakarta: Balitbang Depdiknas RI.

Barlow, M.L. (1974). The Philosophy for Quality Vocational Education Programs. Washington, DC: American Vocational Assosiation, Inc.

Bogdan, R. dan Taylor , S.J. (1993). Kualitatif Dasar-dasar Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional.

Cascio, Wayne F. (1991), “Applied Psychology in Personal Management”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Creech, Bill. (1996). Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Jakarta: Binarupa Aksara.

Depdiknas RI (2006). Naskah Pengembangan SMK Bertaraf Internasional, Jakarta : Direktorat Pembinaan SMK

Depdiknas RI. (2003). Undang- Undang RI. No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.


(3)

Depdiknas RI. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Membangun Manusia Produktif, Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan

Evans, J.R. and Lindsay. W.M (2005). The Management and Control of Quality, Sixth Edition, Singapore, Thomson South Western

Finch, C.R and Crunkilton, J.R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Eduaction, Planing, Content and Implementation. Massachusetts, Allyn and Bacon, Inc.

Gaspersz, Vincent. (1997). Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta : PT. Gramedia.

Goestc, D.L. and S. Davis (1994). Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness. Englewood, Cliffs,N.J: Prentice Hall International, Inc.

Hamalik, Oemar. (1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewiraswastaan dan Manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hasan, S. H. (2004). Implementasi Kurikulum dan Guru. Jurnal Hipkin.

Hoyle, David.(2006). ISO 9000 Quality Systems Handbook, Fifth Edition. Great Britain

Juran, J.M and Godfrey, A.B. ( 1999). Juran's Quality Handbook (5th Edition), New York, McGraw-Hill

Lewis, Ralph G., D. H. Smith. (1994), “Total Quality in Higher Education”,Florida: St. Lucie Press.


(4)

Moleong, L.J. (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nasution. (1992). Metode Research. Bandung : Jemmars.

_________ . (1988). Metode Penelitian Naturalistik. Bandung : Tarsito.

Paramitasari, S.V.(2007). Kajian Keterkaitan dan Dampak Proses Implementasi dan Sertifikasi ISO 9000 terhadap Kinerja Organisasi berdasarkan Persepsi Karyawan pada Sekolah Menengah Kejuruan Tesis Magister, TMI-ITB.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2008). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Poerwadarminta. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Pradana, Aldy. (2003), “Analisis Pengaruh Penerapan ISO 9000 Terhadap Kinerja Perusahaan dalam Kaitannya dengan Praktik Manajemen Mutu”, Tugas Akhir, TMI-ITB.

PT. Internasional Indonesia, Pemahaman ISO 9001 : 2000 dan Dokumen Mutu Rinehart, G., (1993). Quality Education: Applying the Philosophy of Dr. W.

Edwards Deming to Transform the Educational System. Milwaukee, WI: ASQC Quality Press

Sartika, Ikke Dewi. (2003), ”Quality Service in Education”, Bandung: Kantor Konsultan Yayasan Potensia.


(5)

Sallis, E., (1993). Total Quality Management In Education. London: Kogan Page Ltd.

Satori, Djama’an dan Komariah, Aan.(2009).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfa Beta

Scheerens, Jaap (2003). Peningkatan Mutu Sekolah, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu

Schlickman. Jay J .(2003). ISO 9001: 2000 Quality Management System Design,Artech House

Silalahi, Ulber (2006).Metode Penelitian Sosial, Bandung, Unpar Press

Slamet, Margono.(1994).Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_______, (1999). Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, IPB Bogor

SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Manajemen Mutu: SNI Seri 9001 : 2000 SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Sistem Manajemen Mutu, Panduan

untuk Perbaikan: SNI Seri 9001 : 2000

SNI/Standar Nasional Indonesia. (1991). Sistem Manajemen Mutu: Persyaratan, SNI Seri 9001 : 2000

Spanbauer, Stanley J. (1992), “A Quality System for Education”, Milwaukee, Wisconsin: ASQC Quality Press.

Suardi, Rudi (2001). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Penerapannya untuk mencapai TQM. Jakarta: PPM.


(6)

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Bandung.

Sugiono, ( 2009 ). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Supriadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta:Direktorat Dikmenjur Depdiknas.

Susanti, Susi. (1999), ”Analisis Pengaruh Implementasi ISO 9000 terhadap Kinerja Organisasi”, Tesis Magister, TMI-ITB.

Tenner, A.R. dan DeToro, I.J., (1992). Total Quality Management: Three Stepps To Continuous Improvement. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company.

Tjiptono, F. dan Diana, A., (1996). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Zuhrawaty (2009).Panduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001 ( Sistem Manajemn Mutu ), Yogyakarta, Medpress