Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otokrasi dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja (Suatu Studi pada Karyawan di PT. "X").
i ABSTRAK
Studi ini telah menguji hipotesis bahwa gaya kepemimpinan otokrasi dan kompensasi
sebagai faktor yang memperngaruhi kepuasan kerja baik secara simultan maupun
parsial.
Tujuan penelitian ini adalah untu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja pada karyawan di PT.X, khususnya gaya kepemimpinan otokrasi dan
kompensasi. Semua karyawan berjumlah 200 orang dan telah diambil sebanyak 134
responden sebagai sampel berdasarkan startifikasi. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan metode regresi berganda. Data yang dianalisis
berasal dari penyebaran kuisoner kepada karyawan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan dan parsial variabel gaya
kepemimpinan otokrasi dan kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja di
daerah penelitan pada PT.X.
Kebijakan yang perlu dilakukan oleh manajemen di PT.X adalah memberikan
kompensasi terhadap karyawan sesuai dengan norma yang berlaku, dan menghindari
ketidakpercayaan pimpinan terhadap bawahan serta menciptkan hubungan baik antara
pimpinan dengan bawahan. Dengan demikian diharapkan kepuasan kerja karyawan bisa
lebih optimal dalam menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya.
(2)
ABSTRACT
This Study was to test the hypothesis that autocracy and compensation leadership style
as factors influencing job satisfacation either simultaneously.
The purpose of this study was analyze the factors that influence job satisfaction in PT.X
employee, particulary autocracy and compensation leadership style. All employee
numbered 200 people and has drawn as many as 134 respondent in the sampel based on
stratification. The analysis technique used is multiple regression. The data analyzed
came from distributing questionnaires to employee sampled in this study.
The results showed that simultaneous and partial variables autocracy and compensation
leadership style has positive effect on job satisfaction in the area of research on the
PT.X service employee.
Policy needs to be done by the management of PT.X is to provide compensation to
employee in accordance eith applicable norms, and avoid mistrust leadership to
subordinates. It is expected the job satisfaction of employee can be opimezed to perform
the tasks entrusted to them.
(3)
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK………...i
ABSTRACT………..ii
KATA PENGANTAR……….iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang …...1
1.2.1 Identifikasi dan Rumusan Masalah... ...15
1.2.1 Identifikasi ...16
1.2.2 Rumusan Masalah...17
1.3 Tujuan Penelitian...18
1.4 Kegunaan Penelitian ... 18
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN...20
2.1 Kajian Pustaka...20
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia...20
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Otokrasi... 23
2.1.3 Teori Kepemimpinan... 28
2.1.4 Teori Gaya Kepemimpinan Otokrasi... 36
2.1.5 Kompensasi... 40
2.1.6 Tujuan Kompensasi...43
2.1.7 Sistem Kompensasi...50
2.1.4 Kepuasan Kerja...60
(4)
BAB III RERANGKA PEMIKIRAN,MODEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 74
3.1 Rerangka Pemikiran... 74
3.2 Model dan Hipotesis Penelitian...74
3.2.1 Model Penelitian... 74
3.2.2 Hipotesis Penelitian... 77
BAB IV OBYEK DAN METODE PENELITIAN………...78
4.1 Obyek Penelitian... 78
4.2 Populasi dan Sampel... .78
4.3 Metode Penelitian...80
4.4 Teknik Pengumpulan Data... 80
4.5 Instrumen Penelitian... 82
4.6 Operasionalisasi Variabel ... 83
4.7 Teknik Pengumpulan Data ...88
4.8 .Uji Pendahuluan. ...88
4.8.1 Uji Validitas...88
4.8.2 Uji Reabilitas...90
4.9 Uji Asumsi Klasik...91
4.9.1 Uji Normalitas...91
4.9.2 Uji Multikolinearitas...92
4.9.3 Uji Heteroskedastistas...92
4.10 Kriteria Pengujian Hipotesis...93
4.11 Koofesien Determinasi...93
BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN………...………95
5.1 Hasil Penelitian...95
5.2 Uji Validitas dan Reabilitas...95
5.2.1 Uji Validitas...95
(5)
viii
5.2.2.1 Uji Reabilitas Variabel X1...98
5.2.2.2 Uji Reabilitas Variabel X2...99
5.2.2.3 Uji Reabilitas Variabel Y...101
5.3 Uji Asumsi Klasik...102
5.3.1 Uji Normalitas...102
5.3.2 Uji Multikolinearitas...103
5.3.3 Uji Heteroskedastistas...104
5.4 Analisis Deskriptif...106
5.4.1 Analisis Deskriptif Variabel Kepemimpinan...107
5.4.2 Analisis Deskriptif Variabel Kompensasi...109
5.4.3 Analisis Deskriptif Variabel Kepuasan Kerja...113
5.5 Uji Hipotesis Penelitian...117
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian...121
5.6.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja...121
5.6.2 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja...121
5.6.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kepuasan....122
5.7 Implikasi Manajerial...122
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...124
6.1 Kesimpulan...124
6.2 Saran...126
(6)
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Kepuasan Kerja Karyawan PT.X...9
Tabel 1.2 Gaya Kepemimpinan Pada PT.X...10
Tabel 1.3 Kompensasi Karyawan Pada PT.X...14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 72
Tabel 4.1 Kategori Jawaban Responden ...83
Tabel 4.2 Oprasional Variabel...84
Tabel 5.1 Uji Kecukupan Sampel...95
Tabel 5.2 Uji Validitas KMO...96
Tabel 5.3 Indikator Uji Validitas...97
Tabel 5.4 Uji Reabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan Otokrasi...99
Tabel 5.5 Indikator Uji Reabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan...99
Tabel 5.6 Uji Reabilitas Variabel Kompensasi...100
Tabel 5.7 Indikator Uji Reabilitas Variabel Kompensasi...100
Tabel 5.8 Uji Reabilitas Kepuasan Kerja...101
Tabel 5.9 Indikator Uji Reabilitas Variabel Kepuasan Kerja...101
Tabel 5.10 Uji Normalitas...103
Tabel 5.11 Uji Multikolinearitas...104
Tabel 5.12 Uji Heteroskedastistas...105
Tabel 5.13 Kategori Nilai Indeks...106
Tabel 5.14 Analisis Deskriptif Variabel Kepemimpinan Otokrasi...107
Tabel 5.15 Analisis Deskriptif Variabel Kompensasi PT.X...109
Tabel 5.16 Analisis Deskriptif Variabel Kepuasan Kerja Pada PT.X...113
Tabel 5.17 Uji Parsial...118
Tabel 5.18 Uji Simultan...120
(7)
x
Daftar Gambar
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangPerubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks yang
berdampak kompetitif menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap
lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung
perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan adanya perubahan individu.
Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan perubahan individu ini
tidaklah mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan
harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari
itu, organisasi memerlukan pemimpin reformis yang mampu menjadi motor
penggerak yang mendorong perubahan organisasi. Sampai saat ini, kepemimpinan
masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteleti, karena paling sering
diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami. Fenomena gaya
kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh
besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia bisnis, gaya
kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan
hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah
organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi
dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan
(9)
tergantung pada kepemimpinan (Porter seperti yang dikutip dalam Sunarsih,
2001:50).
Pemimpin sangat berperan dalam mengendalikan karyawan di dunia
perusahaan maupun organisasi, pemimpin yang bijak akan memberikan masa
depan yang baik kepada karyawan dan perusahaan yang dikelolanya. Akan tetapi
sebaliknya, jika pemimpin yang kurang bijak, hanya mementingkan dirinya akan
berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan psikis karyawan dan perusahaannya.
Seorang pemimpin selalu berkomunikasi, menjalin hubungan baik diantara
pemimpin lain maupun dengan bawahannya. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Joseph C. Rost, 1993 (seperti yang dikutip dalam Safaria, 2006:15).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya.
Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil
yang diinginkan bersama. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang –orang yang terjadi antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang
sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan
juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan
pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian baik
pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal
responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. (Safaria, 2006:38).
Kepemimpinan memainkan peranan yang sangat penting, bahkan dapat
(10)
ditetapkan sebelumnya. Pimpinan membutuhkan orang lain, yaitu bawahan untuk
melaksanakan secara langsung tugas -tugas, disamping memerlukan sarana dan
prasarana lainnya. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi atau
menggerakkan bawahan (followers) agar mau melaksanakan apa yang diinginkan
atau diharapkan oleh pimpinan tersebut. Oleh karena pentingnya peranan
kepemimpinan didalam kehidupan organisasional, ada pakar yang menyebut
bahwa "Leadership is getting things done by the others". Seorang pemimpin di
dalam melaksanakan kepemimpinan haruslah memiliki kriteria-kriteria yang
diharapkan, dalam arti seorang pemimpin harus memiliki kriteria yang lebih dari
pada bawahannya misalnya jujur, adil, bertanggung jawab, loyal, energik, dan
beberapa kriteria -kriteria lainnya. Kepemimpinan merupakan sebuah hubungan
yang kompleks, oleh karena berhadapan dengan kondisi –kondisi ekonomi, nilai-nilai sosial dan pertimbangan politis.
Secara umum ada enam tipe kepemimpinan, antara lain: Visionary, atau
kepemimpian dengan visi, yang mampu membawa orang pada tujuan impian
bersama. Tipe ini dibutuhan pada saat terjadinya ketidak pastian atau
dibutuhkannya perubahan. Coaching, atau gaya pembinaan, yang lebih
mengutamakan hubungan inter -personal seorang dengan seorang untuk
mencapai tujuan organisasi, lebih pas untuk melestari kan kemapanan. Affiliate,
atau kepemimpinan kerja sama, yang lebih mengutamakan harmoni, sangat bagus
untuk masa-masa susah dan memotivasi team yang sedang dalam krisis.
Democratic, kepemimpinan demokrasi, mengedepankan pendapat dan pandangan
(11)
Pacesetting, kepemimpian memacu kemajuan, sangat dibutuhkan untuk
memotivasi team dalam mengejar ketinggalan atau untuk mencapai target yang
luar biasa. Commanding, atau kepemimpian otoriter, yang lebih umum dipakai
untuk mengatasi kemelut internal. (Santoso, 2009:30). Pembahasan tipe
kepemimpinan otoriter dijadikan sebagai variabel penelitian.
Bermacam-macam dari tipe kepemimpinan tersebut, sudah pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Penerapan gaya kepemimpinan otoriter dapat mendatangkan keuntungan antara
lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak,
sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Tetapi penerapan
gaya kepemimpinan otoriter dapat menimbulkan kerugian antara lain suasana
kaku, tegang mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat timbulnya
ketidakpuasan. Dalam hal ini kepemimpinan yang otoriter ternyata
mengakibatkan rusaknya moral, peniadaan inisiatif, menimbulkan permusuhan,
keluhan, absent, pindah kerja dan ketidakpuasan. Gaya kepemimpinan otoriter
hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan
darurat karena sendi -sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila
keadaan darurat telah selesai gaya ini harus segera ditinggalkan Anoraga (2006:
189).
Menurut Robbins, perilaku atasan merupakan determinan utama dari
kepuasan. Umumnya kepuasan dapat ditingkatkan, bila atasan bersifat ramah dan
memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat
(12)
dapat dikatakan kepemimpinan sangat erat hubungannya dengan kepuasan kerja
karyawan. Kepemimpinan yang memperoleh respon positif dari karyawan
cenderung akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, demikian bila terjadi
sebaliknya (dalam posted by Denny, November 2007). Kepuasan kerja karyawan
terjadi, biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang ia
jalankan . Apabila apa yang ia kerjakan itu dianggapnya telah memenuhi
harapannya sesuai dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan
sesuatu maka berarti ia memiliki suatu harapan sehingga dengan demikian ia akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut, dan
jika harapannya itu terpenuhi maka ia akan merasa puas. (Anoraga, 1992: 79).
Berbagai penelitian lintas bidang telah dilakukan oleh berbagai ahli dan
praktisi untuk mengungkap kepuasan kerja. Para ahli itu berusaha untuk mencari
faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan orang mengalami kepuasan kerja,
dan apa akibatnya yang akan terjadi pada orang yang telah mengalami kepuasan
kerja. (Yuwono, dkk. 2005: 118-119) Adapun masalah kepuasan kerja menjadi
masalah yang cukup menarik dan penting karena terbukti besar manfaatnya baik
bagi kepentingan individu, industri dan masyarakat. Bagi individu, penelitian
tentang sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja memungkinkan
timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Bagi industri,
penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha peningkatan
produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku
karyawannya. Berikutnya, masyarakat tentu akan menikmati hasil kapasitas
(13)
(Kurniawati, 2006: 5). Penelitian yang dilakukan oleh Fendi Suhariadi (2007),
Seger Handoyo (2006), dan Budi Setiawan (2004) tentang tingkat kepuasan kerja
karyawan PT.Telkom Divre VII Makasar, mereka menggunakan tiga item yang
mengungkap 15 faktor dari pekerjaan yang menjadi sumber dari kepuasan kerja.
Alat ukurnya dinamakan ESS (Employee Satisfaction Survay ), mengungkap 15
aspek kepuasan itu didasarkan pada 2 dimensi kepuasan dari Herzberg yaitu
motivator dan hygiene. (Kurniawati, 2006: 6). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Clypool (dalam As’ad 1991: 115), menemukan bahwa hal-hal yang menyebabkan rasa puas, adalah prestasi, penghargaan, kena
ikan jabatan, dan pujian (dari atasan/ pemimpin). Sedangkan faktor -faktor yang
menyebabkan ketidakpuasan adalah kebijaksanaan perusahaan, supervisor/
pemimpin, kondisi kerja dan gaji.
kepuasan kerja karyawan juga akan dipengaruhi oleh kompensasi yang
diterimanya. Kompensasi menurut Nawawi (2005) merupakan penghargaan atau
ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan
tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja. Kompensasi yang diterima
karyawan akan memberikandorongan lebih untuk bekerja. Kompensasi menurut
Hasibuan (2009) adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan. Pemberian kompensasi yang tepat akan
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Adanya
kompensasi berupa bonus, hadiah maupun penghargaan juga akan memberikan
(14)
bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan serta akan muncul
dorongan karyawan untuk berprestasi. Ada beberapa tujuan pemberian
kompensasi antara lain sebagai ikatan kerja sama antara perusahaan dengan
karyawan, sebagai sarana untuk meningkatkan semangat dan motivasi karyawan,
sebagai strategi perusahaan untuk mempertahankan karyawan atau pegawai yang
berkualitas, sebagai penghargaan oleh perusahaan terhadap karyawan dan
sebagainya.
Keberhasilan tugas pokok Management Office PT.X tidak terlepas dari
pengelolaan sumber daya yang dimiliki, tetapi termasuk juga pengelolaan sumber
daya manusia. Menurut Swato (2011:4-5), Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah perencanaan, pengorganisasianm pengarahan, dan pengendakian atas
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kepegawaian agar tercapainya tujuan
individu, perusahaan, pemerintah dan masyarakat yang mempunyai ruang
lingkungan sebagai berikut :
a. Teknis Administrasi yang berkaitan dengan pekerjaan; desain pekerjaan,
analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, evaluasi
pekerjaanm perencanaan sumber daya manusia.
b. Teknis Administratif yang berkaitan dengan karyawan; dari segi proses
(pengadaan, pengembangan, kompensasi, pemelihaaan, pemutusan
hubungan kerja); dari segi perilaku menyangkut masalah-masalah
kebutuhan, motivasi, komunikasi dan kepemimpinan; dari segi
(15)
bersama, undang-undang penyelesaian perselisihan perburuhan, dan
lembaga Bipatrit, baik secara perorangan mapun secara kelompok.
Berdasarkan pengertian manajemen sumber daya manusia diatas, dapat
disimpulkan bahwa manusialah yang mempunyai kapasistas untuk meyelesaikan
setiap permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan, termasuk mengelola
sumber daya yang lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk memenangkan
persaingan bisnis, pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara dini
dan benar. Dengan pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan tercipta
keseragaman persepsi antara anggota dan pimpinan perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Keseragaman persepsi akan melahirkan mental bekerja
yang baik, motivasi kerja yang tinggi, mekanisme kerja yang baik, yang akhirnya
akan tercipta kepuasan kerja management office yang tinggi pula. Kepuasan kerja
yang tinggi berpengaruh pada peningkatan produktifitas kerja.
Dengan kepuasan kerja seorang pegawai dapat merasakan pekerjaanya
apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dikerjakan
(Bangun:2012;237). Selanjutnya Bangun juga mengutip pernyataan Wexley dan
Yukl (2007), mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan generalisasi
sikap-sikap terhadap pekerjaanya. Bermacam-macam sikap-sikap seseorang terhadap
pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam pekerjaanya serta harapan-harapannya terhadap masa
depan. Pekerjaan yang menyenangkan untuk dikerjakan dapat diartikan bahwa
pekerjaan itu member kepuasan bagi pemangkunya. Sebaliknya, ketidakpuasan
(16)
Menciptakan kepuasan kerja tentu tidak mudah karena kepuasan kerja dapat
tercipta jika variable-variabel yang mempengaruhinya, antara lain seperti imbalan
(kompensasi), turnover, motivasi, tingkat sikap organisasi terhadap pegawai, dan
pekerjaan dapat diakomodir dengan baik dan diterima oleh semua angota secara
adil di suatu organisasi atau perusahaan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis (2015), bahwa
kepuasan kerja karyawan cenderung kurang optimal. Tanda-tanda ketidakpuasan
karyawan seperti terlihat dibawah ini:
Tabel 1.1 Kepuasan Kerja Karyawan PT.X
No Variabel Keadaan Sekarang (%)
Target Realisasi
1 Tingkat kehadiran/absensi 95 80
2 Tingkat pelambanan kerja 10 80
3 Pindah kerja 10 85
Sumber Survey : HRD (2014-2015)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas terlihat bahwa tanda-tanda ketidakpuasan
kerja, seperti tingkat kehadiran/absensi kerja, pelambanan kerja, dan pindah kerja
cenderung mewarnai sebagian karyawan PT.X, sehingga kinerjanya tidak optimal.
(17)
kecintaan dan kedisiplinan karyawan akan menurun dan akan berdampak pada
karyawan lainnya.
Ketidakpuasan kerja karyawan PT.X dalam melaksanakan tugas juga
diduga kurang tepatnya penerapan gaya kepemimpinan di lingkungan kerja,
berdasarkan hasil survey pendahuluan (2015) dan wawancara dengan beberapa
orang karyawan PT.X, bahwa mereka merasa tidak puas bekerja karena
kepemimpinanya diduga kurang optimal mengarahkan, membimbing, memberi
solusi permasalahan tugas, lebih jelasnya dapat diliihat dalam tabel 1.2
Tabel 1.2 Gaya Kepemimpinan pada PT.X
No Variabel Keadaan Sekarang (%)
Realisasi di lingkungan kerja
1 Tingkat ketegasan pimpinan 78
2 Sistem perintah kurang
diimbangi dengan penjelasan
yang lengkap dibalik perintah
tersebut
84
3 Pemberian sanksi kurang tegas 86
Sumber Survey : HRD (2014-2015)
Berdasarakan tabel di atas, bahwa gaya kepemimpinan di PT.X cenderung
(18)
tegas pula. Menurut Maskat seperti yang dikutip dalam Sarjono (2006:45), bahwa
pemimpin harus memiliki tingkat ketegasan yang tinggi dalam menghadapi situasi
yang semakin tidak pasti dalam rangka menjamin stabilitas organisasi meskipun
dihadapkan pada berbagai resiko yang tidak dapat dihindarkan.
Selanjutnya pimpinan dengan menerapkan sistem perintah tanpa didukung
atas perintah termasuk juga gaya kepemimpinan yang tidak efektif. Hal ini senada
dengan yang dikemukakan oleh oleh Goleman,dkk., (2006:89-91) bahwa gaya
memerintah ini sangat cocok bagi organisasi militer yang menganut sistem komando, dari atas kebawah, “kerjakan” yang lebih khusus lagi untuk tugas oprasi militer (medan perang). Tetapi pada organisasi-organisasi khususya dibidang jasa
entertainment yang modern seperti sekarang ini, gaya memerintah telah
dikembangkan dengan gaya lain untuk membangun komitmen, semangat kerja,
dan kerja kelompok.
Kemudian system pemberian sanksi atas pelanggaran karyawan cenderung
ada keraguan pimpinan akan berdampak pada kepuasan kerja karyawan. Dengan
penerapan sanksi karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kedisiplinan dan kegagalan tugas PT.X tidak terlepas dari
peran pemimpinya. Pemimpin yang seperti ini lebih banyak bekerja dibandingkan
berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya
dibandingkan berbicara besar tanpa bukti, dan lebih banyak berorientasi pada
bawahan dan kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri
(19)
tindakan artinya kepemimpinan bukan jabatan. Oleh karena itu kepemimpinan
mempunyai tempat yang penting dan menentukan dalam keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun swasta,
organisasi besar maupun organisasi kecil.
Gejala lain yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja karyawan PT.X
adalah kompensasi yang diberikan oleh pimpinan belum seimbang dengan tenaga,
pikiran dan waktu yang dikeluarkan. Kompensasi yang diberikan kepada
karyawan PT.X belum ada standard yang baku, dan pembagiannya cenderung
berdasarkan pangkat/golongan bukan berdasarkan kinerja karyawan yang
bersangkutan. Kompensasi merupakan imbalan yang dibayarkan kepada karyawan
atas jasa-jasa yang telah mereka sumbangkan pada perusahaan (Bangun:2012:10).
Selanjutnya Suwasto (2011:80) mengatakan, kompensasi terdiri dari dua macam
yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial,
yaitu segala sesuatu yang berupa uang atau dapat dinilai dengan uang yang
diberikan kepada karyawan karena mereka telah menyumbangkan tenaga dan
pikiran bagi organisasi, seperti upah/gaji, insentif/bonus/komisi, pembagian laba
dan tunjangan. Sedangkan kompensasi non finansial yaitu segala sesuatu yang
berupa selain uang yang diberikan kepada karyawan karena mereka telah
menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi organisasi antara lain berupa pujian,
pengakuan, supervise, dan promosi. Karyawan yang bekerja dalam suatu
organisasi akan selalu mengaharapkan balas jasa atas kontribusi pemikiran,
tenaga, waktu yang diberikannya kepada organisasi tempat dia bekerja. Oleh
(20)
hal yang sangat penting dan sekaligus berbagai penghargaan atas prestasi kerja
antar karyawan dalam organisasi itu sendiri. Besarnya kompensasi yang diterima
masing-masing karyawan akan menetukan tingkat kehidupan mereka. Dan apabila
kompensasi yang diterima tidak seimbang dengan tenaga yang mereka keluarkan
maka motivasi kerjanya akan menurun, yang akhinya berpengaruh juga pada
kinerja karyawan secara keseluruhan.
Ketidakpuasan kerja karyawan PT.X dalam melaksanakan tugas, diduga
juga sebagai akibat dari sistem karier yang kurang jelas, promosi jabatan yang
bukan berdasarkan keahlian, penempatan jabatan karyawan belum
mempertimbangkan kualifikasi yang dimiliki, dan pengisian jabatan berdasarkan
kepentingan bukan berdasarkan kebutuhan, sikap personel terhadap pekerjaan,
tingkat motivasi karyawan dalam penyelesaian suatu pekerjaan, reaaksi karyawan
terhadap kebijakan organisasi, dan gaya kepemimpinan. Hal ini berpengaruh
terhadap peyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Lebih jelasnya indikator
(21)
Tabel 1.3 Tabel Kompensasi Karyawan PT.X
No Variabel Keadaan Sekarang (%)
Relasisasi
1 Penerapan kurang adil 85
2 Pembagian insentif kurang
proposional
87
3 Penempatan jabatan kurang
sesuai denga keahlian
75
Sumber Survey : HRD (2014-2015)
Menurut tabel 1.3 di atas, bahwa pemberian kompensasi cenderung
penerapanya kurang adil, pembagian insentif cenderung kurang profesional dan
penempatan jabatan cenderung berdasarkan kepentingan bukan berdasarkan
kebutuhan/keahlian. Menurut Davis dan Newstrom seperti yang dikutip dalam
Buyamin (2013:15) bahwa kompensasi mengingatkan antara presatasi individu,
kelompok atau organisasi yang meliputi gaji, komisi, bonus, bagi laba dan bagi
produksi. Dengan demikian semakin jelas bahwa pemberian kompensasi kepada
karyawan berdasarkan atas dasar presatasi kerjanya dengan tujuan untuk
menghindari perbuatan-perbuatan negative seperti korupsi, tidak disiplin dan
sering lalai dalam pelaksanaan tugas. Upah insentif ini merupakan alat yang
dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi. Bagi
(22)
produktifitasnnya kurang optimal, sebaliknya karyawan yang seharusnya
didudukan untuk satu jabatan sesuai dengan keahliannya tetapi tidak dipercaya
mendudukinya, cenderung motivasi kerjanya menurun, karena merasa
presatasinya tidak dihargai dan ia masuk kantor hanya menunggu waktu untuk
pensiun.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas, maka
pernyataan permasalahan dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja Management
Office PT.X masih rendah yang diduga penerapan gaya kepemimpinan yang
kurang sesuai dan kompensasi yang kurang tepat.
Mengacu pada penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Management Office PT.X, dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Management Office PT.X ”
1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifiksi Masalah
Kurang optimalnya kepuasan kerja Management Office PT.X diduga karena
penerapan gaya kepemimpinan yang kurang sesuai dengan tugas pokok
organisasi, akibatnya karyawan yang melaksanakan tugasnya cenderung kurang
nyaman dalam bekerja. Apabila gaya kepemimpinan cenderung kurang tegas dan
(23)
menjawab “siap”, padahal sesungguhnya hatinya “tidak siap”. Artinya karyawan akan melaksanakan perintah tetapi tidak ikhlas, tidak tenang, menggerutu,
sehingga kualitas kurang optimal.
Hal lain dapat menunjukan dugaan ketidakpuasan karyawan dalam bekerja
adalah tuntutan dari perkerjaan itu sendiri, misalnya seseorang yang tidak
menyukai pekerjaaan legal tetapi ditempatkan sebagai legal dimana sehari-harinya
adalah menulis kontrak perjanjian, seorang marketing yang ditambahkan untuk
merangkap pekerjaan pada bagian legal di perkantoran, tidak begitu menguasai
bidang legal, namun ditempatkan juga pada department legal. Penempatan
personel pada suatu jabatan yang tidak didukung dengan kualifikasi/kemampuan
tentu saja dapat meyebabkan ketidakpuasan kerja pada sisi lain kinerja karyawan
relative masih dibawah target dan harapan organisasi PT.X .
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya terkait dengan kepuasan kerja
adalah pemberian kompensasi. Setiap personel yang berkerja dalam suatu
organisasi cenderung mengharapkan balas jasa atas kontribusi pemikiran, tenaga,
waktu, yang diberikannya kepada oraganisasi tempat dia bekerja. Oleh karena itu,
kesesuaian kompensasi yang diterima oleh setiap personel merupakan hal yang
sangat penting dan sekaligus sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, besarnya
kompensasi yang diterima masing-masing personel juga akan menetukan tingkat
kehidupan meraka. Dan apabila kompensasi yang diterima tidak seimbang dengan
tenaga yang mereka keluarkan maka motivasi kerjanya cederung menurun, yang
akhirnya berpengaruh kepada kinerja personel secara keseluruhan. Apalagi bila
(24)
yang semakin berat akhir-akhir ini dengan biaya hidup sehari-hari yang cenderung
tidak stabil dan meningkat, tentu dengan adanya kompensasi yang mereka peroleh
akan dapat mengurangi beban kehidupan keluarganya. Bertitik tolak pada
pernyataan diatas, ternyata bukan saja gaya kepemimpinan yang diduga
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan PT.X , tetapi kompensasi karyawan juga
diduga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan Cihampelas Walk.PT.X
1.2.1 Rumusan Masalah
Menurut Jonker,dkk., (2011;4) perumusan masalah adalah proses
menginterprestasikan situasi dengan menyatakannya sebagai masalah. Dalam
proses perumusan masalah, peneliti dapat menggunakan fakta, gambar, konsep,
pradigma, pendapat, pengalaman, emosi, dan sebagainya. Lebih jauh Jan Jonker
mengatakan, perumusan masalah bukan hanya proses rasional yang berdasarkan
fakta saja, namun merupakan pencampuran mengenai apa yang dipikirkan dan
dirasakan seseorang.
Seiring dengan pendapat diatas, maka rumusan diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya kepemimpinan otokrasi di PT.X
2. Bagaimana kompensasi karyawan di PT.X
(25)
4. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan otokrasi dan kompensasi
terhadap kepuasan kerja karyawan di PT.X baik secara Simultan maupun
Parsial
1.3.Tujuan Penelitian
Bertolak pada rumusan masalah sebagaimana yang diuraikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis;
1. Gaya kepemimpinan otokrasi pada PT.X
2. Kompensasi karyawan pada PT.X
3. Kepuasan kerja karyawan pada PT.X
4. Pengaruh gaya kepemimpinan otokrasi dan kompensasi terhadap kepuasan
kerja karyawan pada PT.X baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Akademis : Penelitian ini merupakan upaya memperluas
khasanah pengetahuan dan sekaligus sebagai upaya mengaplikasikan
teori yang yang pernah diterima di perkuliahanm khusus nya bidang
(26)
2. Kegunaan Praktis: Penelitian ini merupakan tambahan informasi di
bidang manajemen sumber daya manusia dan bagi yang akan
melakukan penerlitian di bidang yang sama, hasil penelitian ini dapat
digunakan segabai refrensi atau acuan. Selain itu juga, sebagai bahan
informasi bagi Management Office PT.X dalam rangka meningkatkan
kepuasan kerja karyawan melalui penerapan gaya kepemimpinan
(27)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka analisis penelitian
tentang Gaya Kepemimpinan Otokrasi dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja di
PT.X. Penelitian ini membuktikan bahwa Gaya Kepemimpinan Otokrasi dan
Kompensasi mempunyai pengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan di PT.X.
Dari pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, hipotesis awal (H0) ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Otokrasi dan Kompensasi
memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Kerja
1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari hasil kuisoner dengan jumlah
responden sebanyak 134 orang responden menunjukan bahwa:
a.Sebagian besar responden menilai kepemimpinan pada PT.X cukup baik,
namun sebagian responden menyatakan bahwa kepemimpinan PT.X kurang
baik, yaitu mengenai tidak terdapat kejelasan komunikasi bawahan dan
(28)
b.Pemberian Kompensasi pada PT.X cukup memadai, namun pada unsur
kompensasi seperti terdapat uang lembur, kompensasi yang sesuai dengan
jabatan,dan pemberian bonus sesuai dengan prestasi kerja masih relative perlu
diperhatikan
c.Kepuasan Kerja secara keseluruhan pada karyawan di PT.X sebagian besar
karyawan dinilai memiliki kepuasan kerja cukup puas, sehingga cukup
mendukung terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan, namun pada unsur
kepuasan kerja seperti : kompensasi, tanggung jawab, promosi, kreatifitas dan
ide dan pemberian penghargaan masih relatif perlu diperhatikan.
2.Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis secara simultan Gaya Kepemimpinan
Otokrasi dan Kompensasi berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan, namun
apabila dilihat secara parsial bahwa Gaya Kepemimpinan lebih dominan
mempengaruhi kepuasan kerja personel dengan analisis regresi sebesar 35,40%,
dari pada Kompensasi sebesar 17,72%., serta kedua variable tersebut terbukti
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan Otokrasi dan
kompensasi memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 47,5%. Sedangkan
sisanya sebesar 52,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis
yaitu iklim kerja, lingkungan kerja, kompetensi, sikap kerja, dan pengembangan
karier serta untuk mengetahui sejauh mana, itu tampaknya memerlukan penelitian
(29)
6.2Saran
Mengacu kepada kesimpulan hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran
bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Terhadap aspek Gaya Kepemimpinan otokrasi memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja pada karyawan di PT.X maka penulis
meyanrankan sebaiknya meningkatkan unsur dari gaya kepemimpinan otokrasi
yang masih sangat rendah yaitu, pedelegasian wewenang dan penghargaan kepada
bawahan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya perusahaan di PT.X bisa
mendelagasikan wewenang kepada bawahanya juha bisa memberikan
penghargaan untuk karyawan yang memiliki prestasi kerja. Penerapan gaya
kepemimpinan otokrasi dipengaruhi juga oleh hustorial, orang bekerja lebih baik
apabila ekonominya terpenuhi. Untuk itu penelitian lebih lanjut perlu juga
disarankan pengaruh gaya kepemimpinan transaksional atau gaya
transformasional terhadap kepuasan kerja misalnya.
2. Terhadap aspek kompensasi, para pimpinan perusahaan sebaiknya perlu
memperhatikan dan meningkatkan penerapan setiap butir kompensasi. Khusus
unsur-unsur kompensasi yang masih relatif rendah seperti kondisi lingkungan
kerja yang kurang mendukung, pemberian pujian yang kurang dari bawahan,
promosi dan mutasi jabatan yang belum sesuai dengan prestasi, pemberian honor
kegitan yang kurang sesuai perlu ditinjau ulang, sehingga kepuasan kerja tetap
(30)
memperngaruhi kepuasan kerja karyawan,maka disarankan perlu penelitian
lanjutan tentang insentif berbasis kinerja misalnya.
3. Penulis menemukan masih perlu ditinjau ulang dari unsur kepuasan kerja yaitu
meningkatkan kepuasan karyawan secara berkesinambungan dengan menerapkan
lima dimensi kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, upah dan promosi,
kondisi kerja, rekan kerja, penyelia dan atasan, kesesuaian antara pekerjaan
dengan kepribadian, misalnya dengan melakukan survey kepuasan dan loyalitas
karywan atau perhatian lebih kepada permasalahan karyawan dalam bentuk
penyediaan sarana untuk menampung keluhan karywan secara pesonal.
4.Secara umum kepuasan kerja berada dalam penilaian cukup baik. Namin masih
perlu diupayakan upaya-upaya untuk lebih meningkatkan kepuasan kerja antara
lain:
a) Meningkatkan kepuasan kerja karywan melalui iklim kerja, lingkungan kerja,
kompetensi, sikap kerja, dan pengembangan karier yang baik
b) Memberikan sistem reward yang konsiten terhadap karywan yang berprestasi,
(31)
128
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Achmad S.Raky, (2014). Sistem Manajemen Kinerja, PT. Gramedia Pustaka.
Adang Widjana, 2005 Disertasi, “Budaya Organisasi dan Pola Pengembangan Karier
Terhadap Kepuasan Kerja dan Implikasinya Terhadap Kinerja” Unpad, Bandung.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan ke 3, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung.
Agus Ismanto (2013), Tesis , “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Brebes” Cirebon :
Program Pascasarjana Untag 1945”.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian, Rineka Cipta : Jakarta.
Bunyamin, Dede (2013). Tesis,Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai (Suatu Kasus pada Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikula Provinsi Jawa Barat Barat. Bandung : Program Pasca Sarjana STIEPAS Bandung.
Goleman, Daniel, Boyatzis Richard and Anee MC.Kee, (2006). Primal Leadership: Kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.,
Henry Simamora, (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Penerbit STIE YKPN, Jogyakarta.
(32)
Jonker, J., Pennink, B.J.W., Wshyuni, S., (2011), Metodelogi Penelitian : Panduan untuk Master dan Ph.D di Bidang Manajemen, Salemba Empatm Jakarta.
Kadarusman, M., (2012), Manejemen Kompensasi, Rajawali Pressm Jakarta.
Poerwadarmita, W.J.S (2007), Kamus Umum Bahasa Indonesiam Balai Pustaka, Jakarta.
Sanusi, Achmad, H. Dan Sutiknom M.Sobry (2009). Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan: Dalam Membentuk Budaya Organisasi yang Efektif, Cetakan Pertama, Prospect, Bandung..
Sarjono, (2006)m Tesis, “Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepmimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pusat Pengembangan Penataran Guru Tekhnologi
Bandung”. Bandung, Program Pascasarjana USB Bandung.
Siagian Sondang P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksaram Jakarta.
Sugiyono, (2013), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Suhanto, (2014), Tesis, “Pengaruh Penempatan dan Kompetisi Terhadap Motivasi
Kerja”(Suatu Studi Personel Pada Dinas Sejarah angkatan Darat), Bandung,
Program Pascasarajana USB Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh, (2008), Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership Games, Gava Media, Jogjakarta.
(33)
130 Sulistiyani, Ambar Teguh: Rosidah (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Edisi Kedua Graha Ilmu Jogyakarta.
Suwasto, Bambang, (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Universitas Brawijaya Press, Malang.
Suwatno, H; Donni Juni Priansam (2011), Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis Alfabeta Bandung.
Timpe, a. Dale (Ed), (1993), The Art and Science of Business Management Leadership, New York : Kend Publishing.
Thoha, Miftah, (2009), Kepemimpinan Dalam Manejemen, Rajawali Persm Jakarta.
Fajar Inerpraja Ofset, (2012) Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta.
Veithzal, dkk., (2014), Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Organisasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
(1)
125 b.Pemberian Kompensasi pada PT.X cukup memadai, namun pada unsur
kompensasi seperti terdapat uang lembur, kompensasi yang sesuai dengan
jabatan,dan pemberian bonus sesuai dengan prestasi kerja masih relative perlu
diperhatikan
c.Kepuasan Kerja secara keseluruhan pada karyawan di PT.X sebagian besar
karyawan dinilai memiliki kepuasan kerja cukup puas, sehingga cukup
mendukung terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan, namun pada unsur
kepuasan kerja seperti : kompensasi, tanggung jawab, promosi, kreatifitas dan
ide dan pemberian penghargaan masih relatif perlu diperhatikan.
2.Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis secara simultan Gaya Kepemimpinan
Otokrasi dan Kompensasi berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan, namun
apabila dilihat secara parsial bahwa Gaya Kepemimpinan lebih dominan
mempengaruhi kepuasan kerja personel dengan analisis regresi sebesar 35,40%,
dari pada Kompensasi sebesar 17,72%., serta kedua variable tersebut terbukti
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan Otokrasi dan
kompensasi memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 47,5%. Sedangkan
sisanya sebesar 52,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis
yaitu iklim kerja, lingkungan kerja, kompetensi, sikap kerja, dan pengembangan
karier serta untuk mengetahui sejauh mana, itu tampaknya memerlukan penelitian
(2)
126 6.2Saran
Mengacu kepada kesimpulan hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran
bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Terhadap aspek Gaya Kepemimpinan otokrasi memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja pada karyawan di PT.X maka penulis
meyanrankan sebaiknya meningkatkan unsur dari gaya kepemimpinan otokrasi
yang masih sangat rendah yaitu, pedelegasian wewenang dan penghargaan kepada
bawahan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya perusahaan di PT.X bisa
mendelagasikan wewenang kepada bawahanya juha bisa memberikan
penghargaan untuk karyawan yang memiliki prestasi kerja. Penerapan gaya
kepemimpinan otokrasi dipengaruhi juga oleh hustorial, orang bekerja lebih baik
apabila ekonominya terpenuhi. Untuk itu penelitian lebih lanjut perlu juga
disarankan pengaruh gaya kepemimpinan transaksional atau gaya
transformasional terhadap kepuasan kerja misalnya.
2. Terhadap aspek kompensasi, para pimpinan perusahaan sebaiknya perlu
memperhatikan dan meningkatkan penerapan setiap butir kompensasi. Khusus
unsur-unsur kompensasi yang masih relatif rendah seperti kondisi lingkungan
kerja yang kurang mendukung, pemberian pujian yang kurang dari bawahan,
promosi dan mutasi jabatan yang belum sesuai dengan prestasi, pemberian honor
kegitan yang kurang sesuai perlu ditinjau ulang, sehingga kepuasan kerja tetap
(3)
127 memperngaruhi kepuasan kerja karyawan,maka disarankan perlu penelitian
lanjutan tentang insentif berbasis kinerja misalnya.
3. Penulis menemukan masih perlu ditinjau ulang dari unsur kepuasan kerja yaitu
meningkatkan kepuasan karyawan secara berkesinambungan dengan menerapkan
lima dimensi kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, upah dan promosi,
kondisi kerja, rekan kerja, penyelia dan atasan, kesesuaian antara pekerjaan
dengan kepribadian, misalnya dengan melakukan survey kepuasan dan loyalitas
karywan atau perhatian lebih kepada permasalahan karyawan dalam bentuk
penyediaan sarana untuk menampung keluhan karywan secara pesonal.
4.Secara umum kepuasan kerja berada dalam penilaian cukup baik. Namin masih
perlu diupayakan upaya-upaya untuk lebih meningkatkan kepuasan kerja antara
lain:
a) Meningkatkan kepuasan kerja karywan melalui iklim kerja, lingkungan kerja,
kompetensi, sikap kerja, dan pengembangan karier yang baik
b) Memberikan sistem reward yang konsiten terhadap karywan yang berprestasi,
(4)
128
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Achmad S.Raky, (2014). Sistem Manajemen Kinerja, PT. Gramedia Pustaka.
Adang Widjana, 2005 Disertasi, “Budaya Organisasi dan Pola Pengembangan Karier
Terhadap Kepuasan Kerja dan Implikasinya Terhadap Kinerja” Unpad, Bandung.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan ke 3, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung.
Agus Ismanto (2013), Tesis , “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pegawai di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Brebes” Cirebon :
Program Pascasarjana Untag 1945”.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian, Rineka Cipta : Jakarta.
Bunyamin, Dede (2013). Tesis,Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai (Suatu Kasus pada Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikula Provinsi Jawa Barat Barat. Bandung : Program Pasca Sarjana STIEPAS Bandung.
Goleman, Daniel, Boyatzis Richard and Anee MC.Kee, (2006). Primal Leadership: Kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.,
Henry Simamora, (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Penerbit STIE YKPN, Jogyakarta.
(5)
129
Jonker, J., Pennink, B.J.W., Wshyuni, S., (2011), Metodelogi Penelitian : Panduan untuk Master dan Ph.D di Bidang Manajemen, Salemba Empatm Jakarta.
Kadarusman, M., (2012), Manejemen Kompensasi, Rajawali Pressm Jakarta.
Poerwadarmita, W.J.S (2007), Kamus Umum Bahasa Indonesiam Balai Pustaka, Jakarta.
Sanusi, Achmad, H. Dan Sutiknom M.Sobry (2009). Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan: Dalam Membentuk Budaya Organisasi yang Efektif, Cetakan Pertama, Prospect, Bandung..
Sarjono, (2006)m Tesis, “Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepmimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pusat Pengembangan Penataran Guru Tekhnologi Bandung”. Bandung, Program Pascasarjana USB Bandung.
Siagian Sondang P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksaram Jakarta.
Sugiyono, (2013), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Suhanto, (2014), Tesis, “Pengaruh Penempatan dan Kompetisi Terhadap Motivasi Kerja”(Suatu Studi Personel Pada Dinas Sejarah angkatan Darat), Bandung, Program Pascasarajana USB Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh, (2008), Kepemimpinan Profesional Pendekatan Leadership Games, Gava Media, Jogjakarta.
(6)
130
Sulistiyani, Ambar Teguh: Rosidah (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Edisi Kedua Graha Ilmu Jogyakarta.
Suwasto, Bambang, (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Universitas Brawijaya Press, Malang.
Suwatno, H; Donni Juni Priansam (2011), Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis Alfabeta Bandung.
Timpe, a. Dale (Ed), (1993), The Art and Science of Business Management Leadership, New York : Kend Publishing.
Thoha, Miftah, (2009), Kepemimpinan Dalam Manejemen, Rajawali Persm Jakarta.
Fajar Inerpraja Ofset, (2012) Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta.
Veithzal, dkk., (2014), Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Organisasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.