PENDIDIKAN KEBERANGKATAN ISTIMEWA SENI DI SMA NEGERI 1 KOTA SUKABUMI.

(1)

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR FOTO... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C.Rumusan Masalah ... 10

D.Variabel dan Definisi Istilah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni ... 14

B. Keberbakatan Istimewa Seni ... 16

C.Karakteristik Khusus Anak Berbakat Musik ... 24

D.Pelaksanaan Pembelajaran... 25

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum... 30

F. Aktifitas Siswa... 33

G.Pengenalan Materi Akord... . 36

H.Metode Berkelompok (cooperatif learning) ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

B. Metode Penelitian ... 52

C.Langkah-langkah Penelitian ... 55

D.Rencana Pelaksanaan Penelitian... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

F. Teknik Pengolahan Data... 64

BAB IV PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 72

1. Perencanaan pendidikan BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi ... 72

a. Pelaksanaan Seleksi ... 77

b. Sumber Daya Manusia ... 79


(2)

3. Pengembangan Peserta didik... 94

B. Pembahasan ... 99

1. Pengidentifikasian siswa Kelas 10 BI Seni ... 100

a. Model Pembelajaran Berkelompok ... 103

b. Karakteristik Siswa Kelas 10 BI Seni... ... 105

2. Langkah-langkah pembelajaran ... 105

a. Tindakan I pada Siklus I... .. 107

b. Tindakan 2 pada siklus I... .. 112

c. Evaluasi pada Siklus I... .. 115

d.Refleksi Kegiatan Siklus I ... 120

e. Tindakan 1 pada Siklus II ... 121

f. Tindakan 2 pada Siklis II ... 124

g. Evaluasi pada Siklus II... 127

h. Refleksi seluruh kegiatan ... 131

3. Hasil Efektifitas pembelajaran ... 132

a. Evaluasi Pembelajaran ... 132

b. Penilaian proses belajar ... 133

c. Penilaian hasil belajar ... 134

d. Evaluasi Kecakapan atau kepandaian ... 135

e. Evaluasi penyesuaian personal sosial... 136

4. Sistem Evaluasi Penyelenggaraan pendidikan ... 136

BAB V KESIMPULAN A.Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

LAMPIRAN... 144

RIWAYAT HIDUP ... xix

DAFTAR FOTO Foto hal 4.1 Calon Siswa... 77

4.2 Calon Siswa... 78


(3)

4.9 Siswa a sedang mempraktekan materi akord... 124

4.10 Para siswa sedang melaksanakan kerja kelompok... 126

DAFTAR GAMBAR Gambar hal 2.1 Posisi penjarian Akord C pada alat musik gitar. ... 39

2.2 Posisi penjarian Akord C Mayor pada alat musik keyboard... 42

2.3` Notasi balok C Mayor... 44

2.4 Notasi balok tonalitas A minor... 47

4.1 Notasi balok C Mayor ... 108


(4)

DARTAR TABEL

Tabel hal

2.1 Langkah-langkah model pembelajaran cooperatif learning.. ... 48

3.1 Jadwal rencana tindakan kegiatan secara umum ... 58

3.2 Penilaian sikap ... 66

3.3 Kategori aktivitas siswa... 67

3.4 Aspek penilaian... 68

3.5 Aspek penilaian Lagu Serumpun padi... 68


(5)

4.5 Struktur kurikulum kelas XII... 89

4.6 Ekstrakulikuler bidang seni... 96

4.7 Data kuantitatif siklus I... 115

4.8 Data kuantitatif prosentase siklus I... 116

4.9 Data kuantitatif siklus II... 127

4.10 Data kuantitatif prosentase siklus II... 127

DAFTAR LAMPIRAN hal 1. Profil SMA N 1 Kota Sukabumi ... 144

2. Guru Seni Budaya ... 154

3. Tes Keberbakatan... 157

4. Data Peserta Didik ... 158

5. RPP ... 160

6. Data kualitatif Pemahaman siswa ... 164

7. Data Prestasi... 166


(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram hal 4.1 Keaktifan siswa siklus I ... 116 4.2 Keaktifan siswa siklus II ... 128


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan hal 3.1 Model penelitian ... 57


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan demi meningkatkan kualitas hidupnya dan orang lain. Pendidikan sebagai hak asasi setiap warga negara bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan”. Amanat yang terkandung dalam ayat

tersebut adalah mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap individu tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka.

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa dengan perlakuan yang sama tanpa mempertimbangkan potensi yang dimiliki setiap individu siswa. Hal ini kurang baik karena menyebabkan tidak berkembangkan potensi baik dalam bidang akademik, bidang seni maupun olah raga yang di miliki oleh setiap individu siswa.

Kelemahan yang tampak ini berakibat belum terakomodasikannya kebutuhan individual siswa dalam pengembangan minat dan keberbakatannya. Di


(10)

persekolahan, secara umum perlakuan yang diberikan bersifat standar kepada semua peserta didik sehingga kurang memperhatikan perbedaan potensi antar siswa didiknya. Hal positifnya dalam perlakuan yang bersifat standar adalah bahwa peserta didik tidak dibeda-bedakan berdasarkan ras, golongan ataupun agamanya.

Keberbakatan seorang individu dapat berkembang dengan baik secara terbimbing, namun beberapa orang di antaranya dapat menunjukan keberbakatan alami tanpa bimbingan dan perlakuan lingkungannya. Keberbakatan dapat diasah dan ditingkatkan dengan memberikan special treatment sesuai dengan keberbakatan yang dimilki.

Menurut pedoman penyelenggaraan pendidikan khusus BI (2010:4) Penyelenggaraan pendidikan layanan keberbakatan pada dasarnya merupakan pengejawantahan UUD 1945 dan UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lebih spesifik landasan hukum yang digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan layanan keberbakatan sebagai berikut:

1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas: Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.

2. UU no. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52, “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.

3. Permendiknas no. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.


(11)

Jenis keberbakatan yaitu di bidang akademik, seni dan olahraga, menggunakan nama/ program layanan siswa Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI). Dalam upaya memberikan layanan bagi siswa untuk lebih menguasai kompetensi sesuai keberbakatannya, diperlukan program-program yang dapat meningkatkan kemampuan manajerial pengelola maupun peningkatan proses pembelajaran untuk siswa keberbakatan khusus dalam memperoleh pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Keberhasilan dalam memberikan layanan terhadap siswa keberbakatan khusus diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan peningkatan kualitas, relevansi, efektivitas dan efesiensi pendidikan bagi sekolah penyelenggara program Cerdas Istimewa bakat Istimewa.

Penyusunan kurikulum pendidikan khusus bakat istimewa bidang seni mengacu kepada standar isi, standar proses dan kompetensi lulusan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum pendidikan khusus bakat istimewa bidang seni dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik berbakat istimewa bidang seni.

Sarana dan prasarana dalam pendidikan khusus bakat istimewa bidang seni dikembangkan berdasarkan aksesibilitas yang memberi kemudahan kepada peserta didik untuk memanfaatkan secara efektif dalam upaya meraih prestasi unggul. Dalam proses pembelajaran didukung oleh guru-guru khususnya kesenian yang kompeten di bidang masing-masing serta diperdalam dengan proses pelatihan dengan bimbingan pelatih-pelatih profesional baik tari, musik, rupa maupun teater.


(12)

Siswa dapat dikategorikan sebagai siswa yang memiliki keberbakatan di bidang seni dengan menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa pada bidang bakatnya dengan perkembangan yang pesat melampaui usianya. Siswa BI Seni menunjukkan konsentrasi secara mendalam pada hal-hal yang diminatinya, untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak seusianya.

SMA Negeri 1 Kota Sukabumi, memiliki komitmen dalam memberikan layanan pendidikan yang prima terhadap siswa yang memiliki keberbakatan khusus. Sejak tahun 2007 telah menyelenggarakan Program Kelas Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) sebagai program unggulan sekolah. Bagian dari program tersebut adalah layanan keberbakatan seni (BI Seni) yang merupakan salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang telah diidentifikasi memiliki keberbakatan dalam bidang seni. Hal ini dapat diidentifikasi berdasarkan hasil tes potensi bakat seni serta keterampilan aktual yang ditunjukan dalam berkesenian.

Penyelenggaraan pendidikan khusus untuk peserta didik bakat istimewa bidang seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi secara umum bertujuan memberikan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi peserta didik agar berprestasi unggul di bidang seni. Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Siswa Bakat Istimewa Seni memiliki tujuan secara khusus (2010) sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif, afektif, sosial dan psikomotorik;


(13)

2. Memfasilitasi proses pembelajaran yang mampu mengaktualisasikan potensi keberbakatan istimewa peserta didik;

3. Menciptakan prestasi-prestasi unggul bidang seni di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional, dan internasional;

4. Menciptakan lulusan yang mampu mengembangkan diri di bidang seni untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (lifeskill);

5. Memenuhi amanat Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 5 ayat 4,

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Program pendidikan khusus Bakat Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi memiliki komitmen untuk menciptakan proses pembelajaran pada kelas BI Seni sejak tahun ajaran 2010/2011, penyelenggaraan menciptakan proses belajar secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat dalam bidang seni. Proses pembelajaran memperhatikan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik seperti yang dicantumkan dalam proposal BI Seni (2010:2).

Proses pembelajaran pendidikan khusus bakat istimewa bidang seni didukung oleh beberapa aspek antara lain tersedianya kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, dan peserta didik. Pada program pendidikan khusus bakat istimewa, kurikulum yang digunakan yakni kurikulum nasional dan muatan lokal. Dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan


(14)

dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan khususnya estetika. Disamping itu juga dapat mengembangkan kemampuan keterampilan berkesenian baik seni rupa, musik, tari maupun teater.

Salah satu isi materi kurikulum yakni penguasaan alat musik pilihan yang di dalamnya terdapat materi akord. Secara umum pemberian materi akord di dalam kelas diberikan hanya berupa teori saja dan pengaplikasian dalam praktek alat musiknya pun dipisahkan berdasarkan pilihan alat musiknya. Sehingga pembelajaran dalam kelas tidak efektif karena memerlukan waktu yang panjang. Keefektifan berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat hal ini dapat berkenaan dengan layanan proses belajar seni musik yang diberikan dan dilakukan dalam satu kelas dengan metode yang tepat.

Di dalam kelas Bakat Istimewa seni segala proses pembelajaran seni harus mendapatkan hasil yang maksimal agar tercapainya lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan sekolah Bakat Istimewa Seni, oleh karena itu dipandang perlu untuk mencoba membuat inovasi pembelajaran yang secara proses sesuai dengan harapan dari paradigma baru pendidikan adalah terciptanya suasana belajar siswa yang aktif dan kreatif, berpikir kritis dan proaktif, serta terjadinya pertukaran informasi dalam suasana menyenangkan dan saling menghargai dengan pusat instruksional dipusatkan terhadap siswa (student center).

Kenyataan yang masih terjadi di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi khususnya di kelas 10 BI Seni pada saat ini paradigma pemikiran siswa masih menganggap


(15)

bahwa belajar bertujuan hanya untuk menerima informasi pengetahuan dari guru (teacher center), sehingga aktivitas kegiatan belajar dari siswa masih kurang dari yang harapkan sesuai dengan paradigma baru pendidikan tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dalam mengaplikasikan kurikulum.

Dalam proses pembelajaran dengan materi akord, terdapat kelemahan di mana siswa hanya mendapatkan teorinya saja padahal pembelajaran akord tersebut bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kemampuannya ke dalam praktek alat musik. Secara aplikatif alangkah lebih baik apabila proses pembelajaran dilakukan secara teori teraplikasi dalam bentuk praktek. Adapun konsep akord merupakan dasar dalam memainkan instrumen musik untuk

mengiringi sebuah lagu. Menurut Thursan (2002:63)”Chord merupakan gabungan tiga nada atau lebih di dalam susunan tertentu yang harmonis dan digunakan

untuk mengiringi lagu”.

Konsep teori dan praktek menjadi jaminan kualitas kemampuan siswa di sekolah khususnya di kelas 10 Bakat Istimewa seni, guna mengetahui persoalan tersebut dipandang perlu untuk membuat inovasi pembelajaran akord dengan menerapkan metode pembelajaran tertentu. Salah satu metode yang hendak diaplikasikan yakni metode kelompok (cooperatif learning).

Pembelajaran cooperatif learning akan efektif digunakan apabila: 1) Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual, 2) Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, 3) Guru ingin


(16)

menanamkan kerja kelompok dan belajar melalui teman sendiri, 4) Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, 5) Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah (Sanjaya, 2006:239).

Dalam proses pembelajaran akord metode tersebut diharapkan mampu mengatasi kesenjangan kemampuan siswa dari bentuk teori ke bentuk praktek (aplikatif) dengan alasan karena keberagaman kemampuan dan minat yang dimiliki siswa kelas 10 Bakat Istimewa Seni, ini dapat dilihat dari awal proses rekrutmen pada saat penerimaan siswa baru dan adanya ketidakmerataan Bakat dan kemampuan siswa dalam keterampilan bermain alat musik khususnya gitar dan keyboard, juga dikarenakan keefektifitasan dalam hal pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan Rusman (2010:204) “Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: 1) Minat dan bakat siswa, 2) Latar belakang kemampuan siswa, 3) Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa”.

Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam Pendidikan Khusus Bakat Istimewa di bidang seni khususnya yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Dalam kesempatan ini penulis juga mencoba meneliti upaya untuk meningkatkan aktifitas penguasaan materi akord dalam alat musik gitar dan keyboard dengan menggunakan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas keterampilan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran Seni Musik di dalam kelas 10 Bakat Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.


(17)

Untuk itu penulis merumuskannya dalam sebuah penelitian dengan judul

“Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi (Studi Kasus Upaya peningkatan penguasaan materi akord dengan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada pembelajaran seni musik Kelas 10 BI Seni Semester 2 Tahun Pelajaran 2012)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalah yang terdapat pada penelitian ini yaitu

1. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi memiliki potensi untuk menjadi tempat terlaksananya program penyelenggaraan pendidikan khusus Bakat Istimewa Seni yang ditawarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, mengingat pada keberhasilannya dalam menjalankan program CIBI sebelumnya yakni penyelenggaraan kelas Akselerasi.

2. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi mencoba mengembangkan kurikulum keberbakatan istimewa seni pada kelas 10 BI seni dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, namun sampai saat ini belum adanya pendampingan dari pusat.

3. Tuntutan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan BI diantaranya adalah Keterampilan memainkan instrumen musik pillihan. Seperti alat musik gitar dan keyboard, tetapi yang terjadi pada kelas 10 BI Seni di SMA negeri 1 Kota Sukabumi belum tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.


(18)

4. Pelaksanaan kurikulum di lapangan diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif, berfikir kritis dan proaktif, serta terjadinya pertukaran informasi dalam suasana yang menyenangkan dan saling menghargai dengan pusat instruksional dipusatkan terhadap siswa (student center).

5. Perlunya konsep pembelajaran yang memadukan antara teori dan praktek sehingga dapat menjamin kualitas kemampuan siswa di sekolah khususnya di kelas 10 Bakat Istimewa seni dan mengatasi kesenjangan kemampuan siswa dari bentuk teori ke bentuk praktek (aplikatif).

6. Diperlukannya pembelajaran cooperatif learning dikarenakan adanya ketidakmerataan Bakat dan kemampuan siswa dalam keterampilan bermain alat musik khususnya gitar dan keyboard.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

a. Pembatasan masalah :

Pembatasan dalam penelitian ini dibagi dalam layangan penyelenggaraan pendidikan keberbakatan istimewa seni di SMA negeri 1 Kota Sukabumi dan peningkatan aktifitas dan pemahaman penguasaan materi akord secara tingkat dengan model pembelajaran berkelompok (cooferatif learning) dalam pembelajaran Seni Musik.


(19)

b. Rumusan masalah:

1. Bagaimana proses pembelajaran materi akord dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi?

2. Bagaimana efektivitas pembelajaran materi akord dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi?.

D. Variabel dan Definisi Istilah

1. Keberbakatan Istimewa adalah kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat untuk mengembangkan kemampuan dan unjuk kerja (Galton,2010:9).

2. Keberbakatan Istimewa Seni Musik adalah bakat anak yang memiliki karakteristik berikut ini. 1) Anak mampu merespon secara spontan terhadap irama dan musik. 2) Anak gemar menyanyikan lagu-lagu yang sudah dikenal atau lagu-lagu yang dibuat sendiri, menguasai nada relatif maupun absolut, peka terhadap nada. 3) Anak mampu mengasosiasikan nada dengan simbol-simbol visual. 4) Anak mampu mengingat musik yang didengarnya. 5) Anak mampu menggunakan atau memainkan musik untuk mengungkapkan perasaan. 6) Anak mampu mencocokkan nada. 7) Anak mampu membedakan syair lagu, bagian dari lagu dan komposisi musik yang kontras. 8) Anak mempunyai keinginan untuk memainkan alat musik. 9) Anak mampu berkonsentrasi pada


(20)

musik atau menghentikan aktivitas lain hanya untuk mendengarkan musik (Piirto,1999:11).

3. Metode Berkelompok (cooperatif learning) merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:239).

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran materi akord dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.

2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran materi akord dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam memperkaya keilmuan dan mengembangkan keterampilan akademis mengenai keberbakatan istimewa seni musik dan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning).


(21)

2. Bagi Siswa-siswi kelas 10 BI Seni, hasil penelitian ini dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif, menyenangkan dan berbagi ilmu dengan teman sekelompok lebih terbuka, lebih cepat memahami dan leluasa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman materi akord dalam penguasan alat musik gitar dan keyboard.

3. Bagi Guru Seni, hasil penelitian dengan metode berkelompok ini dapat menciptakan suasana kegiatan belajar dan mengajar lebih kondusif dan demokratis sehingga dapat meningkatan prestasi belajar siswa yang lebih baik. 4. Bagi Sekolah, hasil penelitian dengan metode berkelompok ini dapat dijadikan bahan referensi bagi teman sejawat untuk sama-sama meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga prestasi sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi siswa dapat dicapai secara bersama-sama.

5. Bagi stakeholder, hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman tentang konsep penyelenggaraan pendidikan keberbakatan istimewa seni musik di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.

6. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai penyelenggaraan pendidikan keberbakatan istimewa seni musik di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berisi uraian mengenai metode penelitian yang mencakup lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian termasuk cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel. Selain itu berisi penjelasan mengenai metode penelitian, instrumen penelitian dan proses pengembangannya disertai penjelasan mengenai teknik pengumpulan dan analisis data.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kampus SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Jl. Rh. Didi Sukardi No.124 Kota Sukabumi. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari beberapa alasan, seperti:

a. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan SMA pertama yang didirikan di Kota Sukabumi sekitar 50 tahun yang lalu dengan pencapaian prestasi yang cukup membanggakan.

b. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan sekolah pertama yang membuka kelas rintisan program keberbakan istimewa seni musik, namun pada pelasanaannya belum ada program pendampingan dari pusat.

c. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi memiliki 24 ektrakulikuler, enam diantaranya adalah ekstrakulikuler bidang seni. Yaitu MSV (Paduan Suara), SDA (Modern


(23)

KSR (Seni Rupa), Marawis. Sehingga memungkinkan diraihnya berbagai prestasi di bidang seni. Ektra kulikuler ini merupakan program pengembangan diri yang diselenggarakan pihak sekolah.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh siswa di kelas 10 Bakat Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi dengan jumlah siswa 20 orang terdiri dari sembilan laki-laki dan 11 perempuan dengan kemampuan akademik hampir merata baik, kemampuan psikomotorik dalam seni musik yang kurang merata dan situasi kelas cukup refresentatif untuk pelaksanaan penelitian dengan jumlah jam pelajaran 2 jam pelajaran tiap minggu.

Terdapat enam siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar. Dua siswa memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar dan keyboard. Satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik keyboard saja dan satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar dan drum. Tiga siswa telah memiliki keterampilan vokal namun belum menguasai alat musik pilihan. Empat siswa lainnya memiliki bakat dan minat dalam seni tari. Dua siswa lainnya memiliki bakat dan minat dalam seni rupa dan satu siswa yang memiliki bakat dalam baca puisi dan seni tari.


(24)

B. Metode Penelitian

1. Penelitian Tindakan atau Action Research

Penelitian tindakan (action research) yang dipilih dalam penelitian ini dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema yang terjadi dikarenakan adanya pembentukan kelas Bakat Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap proses pembentukan kelas Bakat Istimewa Seni itu sendiri, kemudian kajian ini berlanjut pada tahap pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi secara sistematis, hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja/tindakan sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Menurut Reason dan Bradbury (2001:1) disebutkan bahwa:

Action research is a pacticipatory, democratic process concerned with developing practical knowing in the pursuit of worth while human purpose, grounded in a participatory worldview which we believe is emerging at this historikal moment.

Dengan arti Penelitian tindakan adalah proses demokratis dan partisipatori terkait dengan pengembangan pengetahuan praktis dalam mencapai tujuan manusia yang lebih bernilai, berdasarkan pandangan dunia yang terlibat yang diyakini terus berkembang dalam perjalanan sejarah.

Dengan demikian, dalam penelitian ini diharapkan akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai pelaksanaan pembelajaran dan situasi di mana pelaksanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan sehingga dapat


(25)

dilakukan upaya dalam bentuk tindakan tertentu untuk memperbaikinya. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi-kondisi pelaksanaan pembelajaran yang ada secara terus menerus, sehingga dalam konteks ini penelitian tindakan merupakan penerapan prinsip manajemen mutu dalam mengelola kelas keberbakatan Istimewa Seni.

Menurut McNiff dan Whitehead (2006:27-29) disebutkan bahwa:

....Secara filosofis, asumsi/landasan ontologis dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tindakan terikat pada nilai, komit secara moral, dan memandang peneliti dalam keterkaitan dengan pihak lain dalam konteks sosial. Asumsi/landasan epistemologis penelitian tindakan adalah bahwa objek penelitian adalah saya, pengetahuan bersifat tidak pasti, dan penciptaan pengetahuan merupakan proses kolaborasi. Sementara asumsi metodologisnya adalah bahwa penelitian tindakan dilakukan oleh praktisi sebagai agennya, metodologi bersifat terbuka dan berkembang, dan tujuan penelitiannya adalah memperbaiki belajar dalam dan dengan tujuan-tujuan sosial.

Dari asumsi-asumsi tersebut di atas dapat menggambarkan landasan filosofis dan metodologis dari penelitian tindakan yang menjadi rujukan keilmuan dari penelitian ini.

Dalam proses pembelajaran dengan materi akord, terdapat kelemahan yang harus diperbaiki di mana siswa hanya mendapatkan teorinya saja padahal pembelajaran akord tersebut bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kemampuannya kedalam praktek alat musik. Secara aplikatif alangkah lebih baik apabila proses pembelajaran dilakukan secara teori teraplikasi dalam bentuk praktek.


(26)

2. Karakteristik dan Tujuan Penelitian Tindakan

Beberapa karakteristik penelitian tindakan yang menjadi ciri penelitian tindakan menurut Kember (2000:24) adalah: 1) concerned with sosial practise. 2)

aimed toward improvement. 3) a cyclical proses. 4) pursued systemic enquiry. 5)

a reflective proses. 6) participative. 7) determined by practitioners. Dengan arti: 1) terfokus pada masalah sosial. 2) berorientasi terhadap perkembangan. 3) sebuah proses siklus. 4) berbasis sistematika penelitian. 5) sebuah proses refleksi. 6) partisipasi. 7) diteliti oleh praktisi.

Penelitian tindakan harus terkait dengan praktik sosial, ini dapat diartikan bahwa kegiatan sosial dapat menjadi fokus penelitian tindakan, penelitian tindakan harus diarahkan untuk melakukan perbaikan, ini dapat diartikan bahwa ada kondisi yang masih belum baik sehingga perbaikan dipandang perlu untuk dilakukan. Penelitian tindakan bersifat siklikal, ini mengindikasikan kegiatan aksi dan refleksi aksi, refleksi yang dilakukan dengan kajian yang sistematis melalui proses reflektif dalam berfikir yang dilakukan secara partisifatif dan penelitiannya dilakukan oleh para praktisi yang bersentuhan langsung dengan objek yang diteliti.

Pada saat ini paradigma pemikiran siswa kelas 10 BI seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi masih menganggap bahwa belajar bertujuan hanya untuk menerima informasi pengetahuan dari guru (teacher center), sehingga aktivitas kegiatan belajar dari siswa masih kurang dari yang harapkan sesuai dengan paradigma baru pendidikan tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya


(27)

peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dalam mengaplikasikan kurikulum.

Tujuan penelitian tindakan terdapat tiga dimensi menurut Gall (2003:580) yaitu: 1) Tujuan personal yakni untuk memperbaiki praktik peneliti dalam melakukan kegiatan. 2) Tujuan profesional yaitu untuk mengembangkan profesi, dan 3) Tujuan praktis yaitu membuat paktik-praktik lebih manusiawi dan adil melalui suatu perubahan sosial.

Hal di atas dapat mengarahkan tujuan penelitian tindakan dimaknai kedalam tiga area yaitu: 1) Untuk memperbaiki praktik. 2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman dalam hal ini para praktisi pendidikan terhadap praktik yang dilaksanakan di lapangan. 3) Untuk memperbaiki dan atau mengubah keadaan atau situasi di mana paktek tersebut dilaksanakan agar lebih baik.

Konsep teori dan praktek menjadi jaminan kualitas kemampuan siswa di sekolah khususnya di kelas 10 Bakat Istimewa seni, sehingga siswa mampu mengaplikasikan teori kedalam keterampilan alat musik pilihannya yaitu gitar dan keyboard sesuai dengan tujuan pembelajaran.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian tindakan terdapat tahapan langkah-langkah seperti halnya paradigma penelitian lain yakni penelitian dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, analisis, elaborasi dan pelaporan hasil penelitian. Perbedaannya adalah biasanya dalam penelitian tindakan dilakukan dalam suatu siklus sehingga


(28)

tahapan tersebut dapat diulang melalui refleksi yang menjadi langkah penting untuk melihat perlunya dilakukan pengulangan atau tidak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model penelitian menggunakan tahapan dari Kemmis dan Mc.Taggart, dengan langkah penelitian seperti pada diagram di bawah ini.

Bagan 3.1 Model penelitian menggunakan tahapan dari Kemmis dan Mc.Taggart (Hamzah, 2011:87)

D. Rencana Pelaksanaan Penelitian.

Rencana penelitian akan membahas mengenai Proses, pelaksanaan dan evaluasi kelas bakat istimewa seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi, yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang di dalamnya terdiri atas Standar Isi, Proses, Kompetensi lulusan, Tenaga kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan dan Penilaian Pendidikan, terkait dengan upaya peningkatan penguasaan materi akord dengan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada pembelajaran seni musik kelas 10 BI Seni.


(29)

Adapun Rencana tindakan kelas dilakukan dengan dua siklus masing-masing dengan dua tindakan seperti pada jadwal kegiatan di bawah ini :

Tabel 3.1 No. Siklus Tinda

kan Hari/ Tanggal Materi/ Pokok Bahasan Kegiatan

1. I I Kamis /

26 Januari 2012 Materi akord secara tingkat Diskusi materi, pembagian kelompok, kerja kelompok

II Kamis /

2 Februari 2012 Akord dalam lagu serumpun padi Diskusi materi, Kerja kelompok Kamis / 9 Februari 2012 Evaluasi I

2 II I Kamis /

16 Februari 2012 Materi akord secara tingkat Diskusi materi Kerja kelompok

II Kamis /

25 Februari 2012 Akord dalam lagu serumpun padi Diskusi materi Kerja kelompok Kamis / 1 Maret 2012 Evaluasi II

Tabel. 3.1 Jadwal rencana tindakan kegiatan secara umum.

Langkah-langkah kegiatan dalam setiap siklus yang dilakukan adalah : Pelaksanaan Siklus I, Tindakan I:

1. Guru memberi materi pembelajaran teori dan praktek alat musik gitar dan keyboard dengan konsep akord kepada seluruh siswa.

2. Siswa dibagi ke dalam kelompok sesuai dengan alat musik pilihannya dengan pemilihan ketua kelompok atas kesepakatan guru dan siswa. 3. Kelompok kerja siswa melakukan praktek dan diskusi tentang materi pembelajaran yang telah ditugaskan.


(30)

5. Setelah terbentuk kelompok tersebut, dilanjutkan dengan model pendekatan cooperatif learning, yaitu setiap kelompok mengaplikasikan materi pembelajaran ke dalam alat musik gitar dan keyboard .

6. Setiap siswa mempraktekan konsep akord sesuai dengan alat musik pilihannya.

7. Guru dan observer mengevaluasi aktivitas kegiatan

8. Setelah kegiatan berakhir, guru merefleksi seluruh kegiatan dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran.

Pelaksanaan Siklus I, Tindakan II:

1. Guru memberikan materi dan praktek satu buah lagu Non tradisional setempat dengan judul „Serumpun Padi‟ ciptaan Maladi yang di dalamnya terdapat susunan akord dasar.

2. Siswa kerja sama dalam mengaplikasikan akord kedalam lagu di dalam kelompoknya.

3. Siswa mempraktekkannya dengan konsep akord, mengiringi lagu tersebut. 4. Guru dan observer mengevaluasi aktifitas kegiatan.

5. Guru memberikan penilaian melalui tes praktek.

6. Guru merefleksi dan mengevaluasi pemahaman konsep akord.

Apabila pada pelaksanaan siklus I mendapatkan hasil evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang belum tercapai secara optimal maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan tindakan selanjutnya. Dipilihnya Lagu „Serumpun Padi” cipt.Maladi dikarenakan lagu ini merupakan salah satu lagu non tradisional Indonesia dan siswa-siswi kelas 10 BI seni sudah mengenal lagu ini


(31)

sehingga tidak kesulitan dalam menghapalkan syair lagunya, di dalam lagu ini terdapat susunan akord dasar I-IV-V-I.

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan mengadaptasi dari langkah-langkah penelitian tindakan yang diutarakan oleh Madya (2009: 102-124). Yaitu terdiri dari: identifikasi dan perumusan masalah, analisis masalah, perumusan hipotesis tindakan, pembuatan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengolahan dan penafsiran data, dan terakhir adalah pelaporan hasil.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian terhadap Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi ini tergolong dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengetahui orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama (Nasution, 1988: 5).

Dalam penelitian upaya peningkatan penguasaan materi akord dengan pengaplikasiannya menggunakan media alat musik gitar dan keyboard peneliti harus mempunyai data mengenai bakat dan minat siswa kelas 10 BI Seni terhadap seni musik. Peneliti juga harus memahami dan berinteraksi dengan siswa sehingga mendapatkan data yang akurat mengenai keberagaman siswa.

Untuk mengetahui program kerja, pelaksanaannya dan hasil evaluasi dalam suatu lembaga tidaklah mudah karena ini berhubungan dengan kepercayaan


(32)

dari suatu lembaga terhadap peneliti. Sehingga apabila sudah terjalin suatu kerjasama yang baik maka peneliti akan memperoleh data dengan mudah yang akurat dan valid.

Dalam penelitian kualitatif terdiri dari lima metode penelitian. Adapun salah satu metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Menurut Robert (2011: 1) disebutkan bahwa:

.... Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik yang bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata pada semua situasi, kebutuhan akan studi kasus melampaui keinginan peneliti untuk memahami fenomena sosial yang kompleks.

Anak yang memiliki keberbakatan istimewa seni cenderung memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi apabila sudah merasa menguasai materi yang diberikan sedangkan kondisi dalam satu kelas kemampuan anak dalam menerima materi yang diberikan berbeda-beda dan kecenderungan bakat dan minat pun berbeda-beda sehingga hal tersebut membutuhkan pelayanan yang ekstra dari guru bidang seninya masing-masing sehingga fenomena tersebut dapat diatasi dengan baik.


(33)

Dalam menggali dan mengumpulkan seluruh data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini, pasti diperlukan teknik pengumpulan data yang benar-benar tepat dan sesuai dengan karakteristik data yang harus digali. Oleh karena data yang diperlukan berupa keberbakatan dan beberapa informasi tentang kurikulum bagaimana proses dan pelaksanaannya. Berkenaan dengan masalah itu, maka teknik yang dianggap tepat untuk mengumpulkan data tersebut adalah:

1. Observasi

Observasi terhadap obyek penelitian dilakukan secara langsung di SMA N 1 Kota Sukabumi. Pada pelaksananannya peneliti bertindak sebagai participant observation, hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui secara langsung berbagai hal berkaitan dengan bakat istimewa seni. Observasi ini bertujuan agar peneliti mendapatkan data sedetail mungkin sehingga memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan memaknai gejala-gejala yang terjadi dimulai dari penerimaan siswa baru Bakat Istimewa Seni, proses belajar mengajar dan evaluasi. Dengan demikian data yang diperoleh dari nara sumber dapat diperoleh secara langsung. Suasana yang didengar dan terlihat merupakan data atau informasi yang dapat mendukung, melengkapi atau menambah informasi hasil dari wawancara.

Kegiatan observasi untuk Penelitian Tindakan Kelas lakukan dengan tujuan untuk meraih data tentang aktivitas keterampilan siswa selama proses pembelajaran, diantaranya mencari siswa yang berbakat dan menguasai alat musik


(34)

gitar dan keyboard, memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan diskusi, dan mengerjakan tugas.

2. Wawancara.

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara terhadap subjek penelitian, dan mencatat semua data atau pun permasalahan yang ditemukan saat penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur yaitu wawancara yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dan Wakasek bagian kurikulum, Wakasek Renbang dan Wakasek Sarana dalam hal ini pihak yang diwawancara diminta ide atau pendapat-pendapatnya tentang perencanaan program pendidikan keberbakatan seni, pelaksanaan program pendidikan keberbakatan seni dan hasil program pendidikan keberbakatan seni pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi untuk mendapatkan data mengenai pendidikan keberbakatan Istimewa Seni.

Teknik wawancara dapat berbentuk wawancara individual, yaitu orang yang mewawancara dengan orang yang diwawancara bertatap muka atau berhubungan langsung satu sama lain tanpa melibatkan orang lain. Berikutnya teknik wawancara konferensi, yaitu teknik wawancara yang dilakukan oleh satu orang pewawancara dengan beberapa orang yang diwawancara atau beberapa orang pewawancara dengan satu orang yang diwawancara. Wawancara dapat dilakukan dengan siswa kelas 10 BI Seni dengan topik wawancara tentang


(35)

keberbakatan dan minatnya dalam seni musik untuk mengetahui Bakat dan minatnya.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari data dari sumber sekunder baik bentuk tulisan atau bacaan yang berupa buku sumber, tesis, jurnal, laporan penelitian, artikel budaya, dokumen pribadi dan karya ilmiah lainnya yang terkait dengan layanan pendidikan keberbakatan istimewa seni. Diantaranya dengan mempelajari buku „Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Siswa Bakat

Istimewa (BI) seni‟. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya duplikasi

ihwal studi yang dilakukan peneliti. 4. Dokumentasi

Peneliti mengambil dokumentasi berupa lembar profil SMA N 1 Kota Sukabumi, lembar Perencanaan kurikulum, Silabus, RPP, Lembar Penilaian. Selain mengambil dokumentasi dari sekolah, guru dan siswa, peneliti juga mengambil dokumentasi sendiri berupa catatan tulisan tentang hasil observasi dan wawancara, foto sekolah, foto wawancara dan suasana kelas 10 bakat Istimewa Seni di SMA N 1 Kota Sukabumi. Dokumentasi ini diharapkan mendapatkan informasi mengenai perencanaan, pelaksanan program pendidikan keberbakatan seni pada kelas 10 BI Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi dan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai proses, pelaksanaan dan efektifitas pembelajaran akord dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok.


(36)

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan atau analisis data merupakan cara berpikir peneliti yang meliputi proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan agar data yang telah terkumpul dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti, dengan memaknai data-data hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran jawaban atas pertanyaan atau masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan acuan teori. Teknik analisis dan interpretasi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa reduksi data dan triangulasi.

1. Reduksi Data

Menurut pendapat dari Sugiyono (2007: 92), bahwa reduksi data berarti ”merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.” Proses reduksi data dalam penelitian ini, terdiri dari pemilihan hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek penting di dalam pelaksanaan program pendidikan keberbakatan seni. Peneliti melakukan reduksi dengan cara menghilangkan data yang tidak penting dan mengambil data yang diperlukan.

Setelah data diperoleh, data tersebut kemudian di deskripsikan dan dipilih. Selanjutnya, yaitu memilah atau mengelompokan kembali data yang telah dipilih dari setiap rumusan masalah.


(37)

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Analisis Data

Penelitian terhadap ini tergolong ke dalam Penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema yang terjadi didalam kelas Bakat Istimewa Seni dikarenakan terdapat perbedaan yang sangat mencolok mengenai penguasaan alat musik pilihan.

Pengolahan atau analisis data merupakan cara berpikir peneliti yang meliputi proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan agar data yang telah terkumpul dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Metode analisis data secara kuantitatif meliputi analisis terhadap aktifitas praktek siswa yang dilakukan oleh guru dan observer. Indikator aktifitas siswa yang dinilai guru terdiri dari data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran, diantaranya memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan tugas praktek. Indikator keaktifan siswa dalam angket siswa berisi penilaian tentang penguasaan materi dan praktek akord.

Penilaian sikap yang dilakukan observer tentu saja ini dilakukan oleh tim guru seni yang telah mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan


(38)

khususnya dalam pembelajaran berkelompok, hal ini bersifat internal dan merupakan bagian dari pembelajaran sehingga hasil penilaian dari observer dapat dijadikan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar.

Penilaian yang dilakukan berdasarkan observasi guru merupakan penilaian afektif yang mencakup penilaian antara lain: sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi, kerjasama dalam kelompok (cooperatif learning). Adapun penilaian ini dilakukan melalui pengamatan dan interaksi observer secara langsung dan terus menerus selama pembelajaran. Hal ini dapat dituangkan dalam aspek penilaian di bawah ini:

Tabel 3.2 Indikator :

Siswa dapat menampilkan sikap bekerjasama dalam kelompok pembelajaran alat musik gitar dan keyboard dalam materi akord.

Rumusan soal :

Tampilkan sikap bekerjasama dalam kelompok pembelajaran alat musik gitar dan keyboard dalam materi akord.

No Nama Siswa

Aspek penilaian

Perhatian Pelaksanaan diskusi

Pelaksanaan praktek

Pelaksanaan tugas

Jumlah

1

Tabel 3.2 Penilaian sikap Rentang Skor : 1-5


(39)

Keterangan Rentang skor : Nilai Sikap

5 = Sangat baik A

4 = Baik B

3 = Sedang C

2 = Cukup D

1 = Kurang E

Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil obsevasi guru dan observer menggunakan rumus:

P = x 100% Keterangan:

P = Persentase keaktifan siswa N = Jumlah skor yang diperoleh M = Jumlah skor maksimal

Tabel 3.3

Persentase Kategori / grade

P 90% 80% P< 90% 65% P < 80% 50% P < 65% P< 50%

Sangat Baik Baik Sedang

Cukup Kurang Tabel 3.3 Kategori aktivitas siswa (Sukardi, 2008:217)

Sedangkan untuk penilaian psikomotorik dilakukan dengan tes praktek materi akord dengan pengaplikasiannya terhadap alat musik gitar dan keyboard.

Analisa data kuantitatif yang untuk Skor dan penilaian digunakan rumus: N = Nilai Benar/ Nilai Maksimal x 100


(40)

Aspek Penilaian diambil dari aspek penilain di bawah ini, contoh: Tabel 3.4

Nama Aspek penilaian

Praktek memainkan Lagu Serumpun Padi Praktek memainkan Akord Mayor & minor

Praktek membaca akord dengan melihat alat musik

Praktek akord dengan

mendengarkan

1 10 10 10 10

2 10 10 10 10

Tabel 3.4 Aspek Penilaian

Adapun yang menjadi indikator penilaian penguasaan Lagu Serumpun padi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Indikator :

Siswa dapat mendemonstrasikan bernyanyi dan bermain alat musik pilihan lagu non tradisional secara perorangan atau kelompok.

Rumusan soal:

Demonstrasikan Lagu Serumpun padi menggunakan alat musik gitar atau keyboard.

No Aspek penilaian Skor

1. 2. 3.

Ketepatan akord pada lagu Teknik Memainkan alat musik Teknik Vokal

0-5 0-3 0-2

Skor maksimum 10

Tabel 3.5 Aspek penilaian Lagu Serumpun padi

Sedangkan untuk aspek penilaian penguasaan materi akord dalam pengaplikasiannya terhadap alat musik pilihan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.


(41)

Tabel 3.6 Indikator :

Siswa dapat mendemonstrasikan akord dasar Mayor dan minor dalam alat musik pilihan.

Rumusan soal:

Demonstrasikan akord dasar dalam kartu soal.

No Aspek penilaian Skor

1. 2.

Ketepatan akord Teknik

0-5 0-5

Skor maksimum 0-10

Tabel 3.6 Aspek penilaian Materi akord

Untuk mengukur rasa dengan mengidentifikasikan Mayor dan minor dapat dilakukan praktek dengan melihat atau mendengarkan akord yang dimainkan oleh guru.

Tabel 3.7 Indikator :

Siswa dapat mengidentifikasikan akord Mayor dan minor dalam alat musik pilihan.

Rumusan soal:

Mayor atau minor kah akord ini.

No Aspek penilaian Skor

1. Ketepatan menjawab soal akord 0-10

Skor maksimum 10

Tabel 3.7 Aspek penilaian pengidentifikasian akord

Data yang diperoleh dari hasil tes praktek digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajarinya menggunakan Rumus :


(42)

P = � x 100% Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar siswa N= Jumlah siswa keseluruhan

n = Jumlah siswa yang mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100. Kriteria ketuntasan belajar siswa dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. Daya serap perorangan yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100;

b. Daya serap klasikal yaitu kelas yang dinyatakan tuntas belajar apabila terdapat minimal 75% siswa yang mencapai nilai 75.

3. Triangulasi

Menurut pendapat dari Moleong (2000: 178) bahwa, “Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data-data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut”.

Peneliti melakukan teknik triangulasi dengan cara memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data-data itu misalnya, untuk mengetahui kebenaran sebuah data, dengan melakukan pengecekan atau perbandingan dari hasil observasi dengan hasil wawancara dengan narasumber atau dari hasil wawancara dengan hasil dari dokumentasi. Perbandingan ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar akurat. Setelah melakukan


(43)

reduksi dan triangulasi data, peneliti kemudian melakukan interpretasi dan mendeskripsikan laporan ke dalam bentuk tulisan.


(44)

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi dalam upaya peningkatan penguasaan materi akord dengan model pembelajaran berkelompok (cooperatif learning) pada pembelajaran seni musik kelas 10 BI Seni, peneliti akhirnya mendapat kesimpulan bahwa sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang menjadi fokus penelitian ini yaitu, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran, perencanaan, pelaksanaan dan efektivitasnya. Penelitian Pendidikan keberbakatan Istimewa seni dapat terlaksana melalui tiga tahapan tersebut.

1. Perencanaan Pembelajaran Materi Akord

Peneliti memaknai kondisi awal dari Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 1 Kota Sukabumi sebagai objek yang merupakan Rintisan Program Kelas Unggulan didalamnya masih terdapat tahapan-tahapan yang dapat diperbaiki untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pula. Pada penelitian ini, proses pembelajaran dimulai dengan tahap pengidentifikasian peserta didik yang meliputi minat belajar siswa, paradigma pemikiran siswa, tuntutan kurikulum dalam standar isi kelas BI, ketidakmerataan bakat dan kemampuan siswa, minimnya pencapaian KKM.

Adapun catatan penting pada saat proses penelitian berlangsung, terdapat enam siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar, dua siswa


(45)

yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar dan keyboard, satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik keyboard, satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik drum dan gitar, Tiga siswa memiliki bakat dalam bernyanyi tetapi belum menguasai alat musik pilihan, empat siswa memiliki bakat dan minat dalam seni tari, dua siswa memiliki bakat dan minat dalam seni rupa dan satu siswa yang memiliki bakat dalam baca puisi dan seni tari.

Siswa-siswi kelas 10 Bakat istimewa Seni pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang tidak merata dalam bidang seni musik, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi keterampilannya dirinya dan teman-temannya lebih meningkat. Menurut peneliti, dalam proses pembelajaran dengan materi akord, terdapat kelemahan dimana siswa hanya mendapatkan teorinya saja padahal pembelajaran akord tersebut bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kemampuannya kedalam praktek alat musik. Selayaknya apabila teori teraplikasi dalam bentuk praktek.

Pembelajaran akord dengan menggunakan metode kelompok (cooperatif learning) diharapkan mampu mengatasi kesenjangan kemampuan siswa dari bentuk teori ke bentuk praktek (aplikatif) dengan alasan karena keberagaman kemampuan dan minat yang dimiliki siswa kelas 10 Bakat Istimewa Seni.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Akord

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembelajaran materi akord ini dilakukan dengan dua siklus masing-masing dengan dua tindakan, pembelajaran dilaksanakan dalam enam kali pertemuan. Pembelajaran dimulai dengan


(46)

pendahuluan (apersepsi) guru dengan memberitahukan tujuan pembelajaran yakni pemahaman konsep akord dengan penguasaan keterampilan alat musik gitar dan keyboard. Pada pelaksanaannya, PBM dilanjutkan dengan kegiatan inti yakni ekplorasi dimana dalam tahap ini guru memberikan materi akord secara tingkat beserta contohnya memperagakan akord pada alat musik gitar dengan teknik

strumming dan pada keyboard dengan teknik broken chord dan block chord secara bergantian.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mempraktekan Lagu’Serumpun padi’ cipt.Maladi yang telah dikenal siswa dimana di dalam lagu tersebut terdapat susunan akord dasar. Sehingga siswa dapat mengaplikasikan teori akord dasar secara tingkat ke dalam lagu. Kemudian siswa dibagi kedalam kelompok kerja sesuai dengan pilihan siswa, pada tahapan elaborasi guru membimbing siswa dalam setiap kelompok dan memberikan konfirmasi secara berkesinambungan dibantu oleh ketua kelompoknya masing-masing.

Berdasarkan penelitian, PBM ditutup dengan pemberian umpan balik berupa motivasi dan penghargaan terhadap kelompok kerja siswa. Pada pelaksanaan siklus I mendapatkan hasil evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang belum tercapai secara optimal maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan tindakan selanjutnya.

3. Efektifitas Pembelajaran Materi Akord

Berdasarkan data kuantitatif pada siklus I dan siklus II hasil observasi guru, maka secara kualitatif keaktifan praktek siswa dapat dianalisis baik dalam


(47)

hal memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan diskusi, melaksanakan praktek secara kelompok dan mengerjakan tugas cenderung meningkat. Dari data siklus I diperoleh keaktifan siswa yang bernilai amat baik berjumlah 65% dan dari data siklus II keaktifan siswa yang bernilai amat baik meningkat menjadi 83%.

Berdasarkan data kuantitatif pada siklus I dan siklus II, maka secara kualitatif pemahaman siswa terhadap konsep akord dapat dianalisis cenderung meningkat. Dari data siklus I diperoleh daya serap keterampilan praktek siswa 75% dan dari data siklus II daya serap keterampilan praktek siswa meningkat menjadi 90%.

Menurut pengamatan peneliti, evaluasi keefektifitasan siswa dilakukan dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yakni selain siswa dituntut untuk menguasai teori, siswa juga dituntut untuk penguasaan dalam pengaplikasiannya terhadap alat musik gitar dan keyboard. Dengan hasil data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan metode berkelompok (cooperatif learning) menghasilkan efektivitas belajar dengan materi akord.

B. Saran

Sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar peserta didik di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi untuk dilengkapi lagi, karena keberagaman kebutuhan minat dan bakat siswa. Penambahan Jam pelajaran untuk di kelas Bakat Istimewa Seni menjadi 6 jam pelajaran sehingga memungkinkan siswa untuk lebih berkreasi dan berprestasi lagi dalam bidang seni.


(48)

Setiap hasil yang didapat dari sebuah penelitian selalu memiliki dua sisi, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan yang dimaksud adalah diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan nilai guna untuk kepentingan berbagai pihak, antara lain peneliti mendapat pengalaman melakukan melakukan penelitian tindakan mengenai Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni khususnya Seni Musik. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula dapat berguna bagi praktisis pendidikan. Adapun kontribusi yang dapat diberikan bagi Lembaga Pendidikan dan para pelaku pendidikan, yaitu memberikan tambahan reverensi mengenai pengembangan rintisan program keberbakatan Istimewa Seni.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Baska, Joyce. (2004). Curriculum for Gifted and Talented Students. United States: Corwin Press

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengembangan Bakat Non Akademik. Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Pembinaan SLB.(2010). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Siswa bakat Seni. Kementerian Pendidikan Nasional.

Firmansyah, Agus. (2010). Teori Dasar Musik I. Bandung: Bintang WarliArtika Gall. Meredith D, et al. (2003). Educational Research. New York America: Pearson

Education Inc.

Hakim, Thursan. (2003). Panduan Praktis Bermain Gitar Pop Klasik. Jakarta: Puspa Terampil.

Hamzah. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara. Kember. David. (2000). Action Research and Action Learning. Washington: Kogan

Page Ltd.

Madya, Suwarsih. (2009). Teori dan Praktek Penelitian Tindakan. Bandung: ITB. Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan keberbakatan; Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke- 12. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mc Niff, Jean; White head, Jack. (2006) Action Research, an Introduction. New York: Sage Publication.

Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution, SM. A. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahyubi, Heri. (2012). Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Renda, Yulia. (2008). Metode Mencari Serta Menentukan Not dan Accord Pada Sebuah Lagu. Jakarta: Mazaya.

Renzulii, Joseph S. (2008). Succesfull Teaching of the Exceptionally Gifted Children.


(50)

Reason, Bradbury. (2001). Handbook of Action Research. New York: Sage Publication.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo.

Robert K. (2011). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sujana, Nana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Suharsa Putra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.

Bandung:Refika Aditama.

Sukardi, HM. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syukur, Sugeng. (2010). Harmoni I. Bandung: Bintang WarliArtika.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.


(1)

yang memiliki keterampilan memainkan alat musik gitar dan keyboard, satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik keyboard, satu siswa yang memiliki keterampilan memainkan alat musik drum dan gitar, Tiga siswa memiliki bakat dalam bernyanyi tetapi belum menguasai alat musik pilihan, empat siswa memiliki bakat dan minat dalam seni tari, dua siswa memiliki bakat dan minat dalam seni rupa dan satu siswa yang memiliki bakat dalam baca puisi dan seni tari.

Siswa-siswi kelas 10 Bakat istimewa Seni pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang tidak merata dalam bidang seni musik, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi keterampilannya dirinya dan teman-temannya lebih meningkat. Menurut peneliti, dalam proses pembelajaran dengan materi akord, terdapat kelemahan dimana siswa hanya mendapatkan teorinya saja padahal pembelajaran akord tersebut bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kemampuannya kedalam praktek alat musik. Selayaknya apabila teori teraplikasi dalam bentuk praktek.

Pembelajaran akord dengan menggunakan metode kelompok (cooperatif learning) diharapkan mampu mengatasi kesenjangan kemampuan siswa dari bentuk teori ke bentuk praktek (aplikatif) dengan alasan karena keberagaman kemampuan dan minat yang dimiliki siswa kelas 10 Bakat Istimewa Seni.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Akord

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembelajaran materi akord ini dilakukan dengan dua siklus masing-masing dengan dua tindakan, pembelajaran dilaksanakan dalam enam kali pertemuan. Pembelajaran dimulai dengan


(2)

141

Linda Herlina, 2012

Pendidikan Keberangkatan Istimewa Seni Di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu

pendahuluan (apersepsi) guru dengan memberitahukan tujuan pembelajaran yakni pemahaman konsep akord dengan penguasaan keterampilan alat musik gitar dan keyboard. Pada pelaksanaannya, PBM dilanjutkan dengan kegiatan inti yakni ekplorasi dimana dalam tahap ini guru memberikan materi akord secara tingkat beserta contohnya memperagakan akord pada alat musik gitar dengan teknik strumming dan pada keyboard dengan teknik broken chord dan block chord secara bergantian.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mempraktekan Lagu’Serumpun padi’ cipt.Maladi yang telah dikenal siswa dimana di dalam lagu tersebut terdapat susunan akord dasar. Sehingga siswa dapat mengaplikasikan teori akord dasar secara tingkat ke dalam lagu. Kemudian siswa dibagi kedalam kelompok kerja sesuai dengan pilihan siswa, pada tahapan elaborasi guru membimbing siswa dalam setiap kelompok dan memberikan konfirmasi secara berkesinambungan dibantu oleh ketua kelompoknya masing-masing.

Berdasarkan penelitian, PBM ditutup dengan pemberian umpan balik berupa motivasi dan penghargaan terhadap kelompok kerja siswa. Pada pelaksanaan siklus I mendapatkan hasil evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang belum tercapai secara optimal maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan tindakan selanjutnya.

3. Efektifitas Pembelajaran Materi Akord

Berdasarkan data kuantitatif pada siklus I dan siklus II hasil observasi guru, maka secara kualitatif keaktifan praktek siswa dapat dianalisis baik dalam


(3)

hal memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan diskusi, melaksanakan praktek secara kelompok dan mengerjakan tugas cenderung meningkat. Dari data siklus I diperoleh keaktifan siswa yang bernilai amat baik berjumlah 65% dan dari data siklus II keaktifan siswa yang bernilai amat baik meningkat menjadi 83%.

Berdasarkan data kuantitatif pada siklus I dan siklus II, maka secara kualitatif pemahaman siswa terhadap konsep akord dapat dianalisis cenderung meningkat. Dari data siklus I diperoleh daya serap keterampilan praktek siswa 75% dan dari data siklus II daya serap keterampilan praktek siswa meningkat menjadi 90%.

Menurut pengamatan peneliti, evaluasi keefektifitasan siswa dilakukan dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yakni selain siswa dituntut untuk menguasai teori, siswa juga dituntut untuk penguasaan dalam pengaplikasiannya terhadap alat musik gitar dan keyboard. Dengan hasil data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan metode berkelompok (cooperatif learning) menghasilkan efektivitas belajar dengan materi akord.

B. Saran

Sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar peserta didik di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi untuk dilengkapi lagi, karena keberagaman kebutuhan minat dan bakat siswa. Penambahan Jam pelajaran untuk di kelas Bakat Istimewa Seni menjadi 6 jam pelajaran sehingga memungkinkan siswa untuk lebih berkreasi dan berprestasi lagi dalam bidang seni.


(4)

143

Linda Herlina, 2012

Pendidikan Keberangkatan Istimewa Seni Di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu

Setiap hasil yang didapat dari sebuah penelitian selalu memiliki dua sisi, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan yang dimaksud adalah diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan nilai guna untuk kepentingan berbagai pihak, antara lain peneliti mendapat pengalaman melakukan melakukan penelitian tindakan mengenai Pendidikan Keberbakatan Istimewa Seni khususnya Seni Musik. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula dapat berguna bagi praktisis pendidikan. Adapun kontribusi yang dapat diberikan bagi Lembaga Pendidikan dan para pelaku pendidikan, yaitu memberikan tambahan reverensi mengenai pengembangan rintisan program keberbakatan Istimewa Seni.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Baska, Joyce. (2004). Curriculum for Gifted and Talented Students. United States: Corwin Press

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengembangan Bakat Non Akademik. Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Pembinaan SLB.(2010). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Siswa bakat Seni. Kementerian Pendidikan Nasional.

Firmansyah, Agus. (2010). Teori Dasar Musik I. Bandung: Bintang WarliArtika Gall. Meredith D, et al. (2003). Educational Research. New York America: Pearson

Education Inc.

Hakim, Thursan. (2003). Panduan Praktis Bermain Gitar Pop Klasik. Jakarta: Puspa Terampil.

Hamzah. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara. Kember. David. (2000). Action Research and Action Learning. Washington: Kogan

Page Ltd.

Madya, Suwarsih. (2009). Teori dan Praktek Penelitian Tindakan. Bandung: ITB. Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan keberbakatan; Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke- 12. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mc Niff, Jean; White head, Jack. (2006) Action Research, an Introduction. New York: Sage Publication.

Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution, SM. A. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahyubi, Heri. (2012). Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Renda, Yulia. (2008). Metode Mencari Serta Menentukan Not dan Accord Pada Sebuah Lagu. Jakarta: Mazaya.

Renzulii, Joseph S. (2008). Succesfull Teaching of the Exceptionally Gifted Children. Praha: Triton.


(6)

Linda Herlina, 2012

Pendidikan Keberangkatan Istimewa Seni Di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu

xvii Reason, Bradbury. (2001). Handbook of Action Research. New York: Sage

Publication.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo.

Robert K. (2011). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Sujana, Nana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Suharsa Putra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung:Refika Aditama.

Sukardi, HM. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syukur, Sugeng. (2010). Harmoni I. Bandung: Bintang WarliArtika.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.